J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : 285 – 290
ISSN 1411-4674
POPULASI BEMISIA TABACI GENN. PADA LIMA VARIETAS CABAI Population of Bemisa tabaci Genn. on Five Varieties of Pepper Sri Wahyuni Manwan1, Andi Nasruddin2, Melina2 1
Hama dan Penyakit Tumbuhan PascaSarjana Universitas Hasanuddin 2 Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin (E-mail:
[email protected]) ABSTRAK
Salah satu hama yang menyerang tanaman cabai yaitu kutukebul (Bemisia tabaci) (Homoptera; Aleyrodidae) yang dapat menyebabkan kerusakan secara langsung pada tanaman dan menjadi vektor yang menyebabkan kehilangan hasil hingga 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi kutukebul yang dilakukan pada lima varietas berbeda yaitu Arimbi, Horison, Profit, Cosmos dan Pilar. Parameter pengamatan yaitu (1) jumlah telur, nimfa, pupa dan imago tiap varietas (2) kerapatan trikhoma tiap varietas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi telur, nimfa, pupa dan imago tertinggi pada varietas Arimbi, Profit, Horison dan Cosmos, sedangkan populasi terendah pada varietas Pilar. Jumlah trikhoma atau rambut daun tiap varietas mempengaruhi jumlah populasi B. tabaci. Varietas pilar memiliki jumlah trikhoma yang tinggi sehingga efektif dalam mengurangi populasi B. tabaci. Kata Kunci: Cabai, Bemisia tabaci, Populasi ABSTRACT One of the pests attack pepper plant were whitefly which can cause direct damage on crop and to be vector viruses that cause yield losses up to 100%. The research aims to observed population of Bemisia tabaci on five different varieties that Arimbi, Horizon, Profit, Cosmos and Pillar. The data observed were (1) egg number, nymphal number, pupae number and adult number each varieties (2) trichome density each varieties. The results of this experiment indicated that population egg, nymph pupa and imago highest in Arimbi, Profit, Horison and Cosmos varieties, while the lowest population at Pillar varieties. The number of leaf trichomes or any varieties of hair affect the population of B. tabaci. Varieties Pilar has a high number of trichomes were so effective in reducing populations of B. tabaci. Keywords: Chilli varieties, Bemisia tabaci, Population
cabai berfluktuatif dari tahun ke tahun, hal ini diduga karena kurangnya produksi akibat serangan hama maupun penyakit. Salah satu hama yang menyerang tanaman cabai yaitu kutukebul (Bemisia tabaci) (Homoptera; Aleyrodidae). Kutukebul dapat menyebabkan kerusakan secara langsung dan tidak langsung. Bentuk kerusakan secara langsung berupa aktivitas makannya, yaitu (1) penutupan stomata oleh embun madu yang dikeluarkan oleh nimfa dan embun jelaga yang tumbuh pada lapisan embun madu
PENDAHULUAN Cabai merupakan salah satu produk hortikultura yang penting di Indonesia. Produksi cabai besar segar pada tahun 2012 mencapai 954.360 ton. Dibandingkan tahun 2011, terjadi kenaikan produksi sebanyak 65.510 ton (7,37 persen). Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan produktivitas sebanyak 0,59 ton per hektar (8,04 persen) sementara luas panen terjadi penurunan seluas 788 hektar (0,65 persen) dibandingkan tahun 2011 (BPS, 2013). Produksi dan harga
285
Sri Wahyuni Manwan
ISSN 1411-4674
tersebut, seperti Cladosporium spp. dan Alternaria spp. (2) Pembentukan bintik klorotik pada daun sebagai akibat kerusakan sebagian jaringan karena tusukan stilet, (3) pembentukan pigmen antosianin, (4) daun berguguran dan menghambat pertumbuhan tanaman (De Barro et., al., 2011). Secara tidak langsung, hama ini berperan sebagai vektor peyakit virus kuning (Setiawati dkk., 2007). Tanaman yang terinfeksi penyakit ini menunjukkan gejala berupa klorosis pada daun, tepi daun menggulung ke atas seperti mangkuk (cupping), daun keriting dan menguning, tanaman menjadi kerdil dan bunga rontok. Gejala penyakit ini mirip dengan pepper yellow leaf curl diseases yang sudah banyak dilaporkan diberbagai negara seperti Thailand ( Samretwanich et al., 2000), Banglades (Maruthi et al., 2005), Spanyol (Morilla et al., 2005) dan Indonesia, khususnya di pulau Jawa (Hidayat dkk., 1999). Seiring dengan perkembangan dan penyebaran kutu kebul, prevalensi penyakit kuning juga meningkat, dengan tingkat kehilangan hasil sebesar 20 - 100% ( Wagiman dkk., 2009). Untuk pengendalian kutukebul banyak cara yang telah dilakukan termasuk diantaranya penggunaan insketisida sintetik maupun penggunaan entomopatogen. Akan tetapi, penggunaan insektisida kurang efektif karena adanya lapisan lilin yang menutupi tubuh serangga sehingga sulit untuk ditembus oleh bahan aktif insektisida. Cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii telah dilaporkan efektif mengendalikan B. tabaci dengan konsentrasi konidia minimal 106/ml (Prayogo, 2012). Pengendalian kultur teknis juga merupakan salah satu bentuk pengendalian dengan memanfaatkan penggunaan varietas tahan. Hirano dkk., (1993) melaporkan bahwa kualitas tanaman inang sangat mempengaruhi kelimpahan populasi B.tabaci. Tanaman yang
memiliki trikhoma yang rapat dilaporkan resisten terhadap hama melalui penekanan terhadap peletakan telur dan lama hidup imago dan mempengaruhi perannya sebagai vektor dalam menularkan Begomovirus (Faizah dkk., 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui varietas cabai yang tahan terhadap B. tabaci. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Green House dan Laboratorium Penyakit, Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, pada Maret hingga Juli 2014 Metode Penelitian Percobaan terdiri atas 5 perlakuan varietas cabai, yaitu: Arimbi, Profit, Horison, Cosmos dan Pilar. Setiap perlakuan memiliki lima ulangan yang terdiri dari satu tanaman. Persiapan Tanaman Cabai Benih disemai pada wadah berbeda untuk tiap varietas yang berisi campuran tanah, pupuk kandang dan sekam. Tanaman yang telah berumur 10 hari setelah tanam dipindahkan ke wadah plastik untuk selanjutnya dimasukkan dalam kurungan dari botol plastik yang ujungnya dipotong dan ditutup menggunakan kain kasa agar tanaman terhindar dari investasi B. tabaci. Perbanyakan B. tabaci B. tabaci diperoleh dari tanaman cabai yang terdapat di Greenhouse Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. B. tabaci ini diperbanyak dalam kotak kayu berukuran 60 x 75 x 100 cm dan disungkup menggunakan kain kasah. B. tabaci dibiarkan untuk bertelur pada tanaman cabai hingga terbentuk imago. Imago yang terbentuk selanjutnya digunakan dalam pengujian ketahanan.
286
Cabai, Bemisia tabaci, Populasi
ISSN 1411-4674
Lengkap (RAL) dan dilanjutkan dengan Uji BNT taraf 5%.
Ketahanan Tanaman terhadap Serangan B. tabaci Setiap perlakuan percobaan dimasukkan 5 ekor imago B. tabaci selanjutnya dimasukkan dalam kurungan dari botol plastik yang ujungnya dipotong dan ditutup menggunakan kain kasa (Gambar 1) dan diamati populasinya setelah 4 minggu. Tiap varietas dihitung jumlah imago pada tanaman tersebut. Kemudian diambil 4 helai daun secara acak dari tiap tanaman untuk menghitung jumlah telur, nimfa dan pupa dibawah mikroskop. Kerapatan trikhoma pada daun yang sudah terbuka sempurna ditentukan dengan mengambil lima daun per tanaman uji. Penghitungan trikoma dilakukan dengan mengamati permukaan daun dekat pertulangan daun menggunakan karton ukuran 1 x 1 cm yang dilekatkan pada permukaan atas dan permukaan bawah daun. Potongan daun diamati dibawah mikroskop dan dihitung jumlah rambut per cm2.
HASIL Jumlah Individu B. tabaci Pada rata-rata stadium telur tidak berbeda nyata dengan varietas yang lain yaitu 58.7 butir per helai daun tertinggi pada Arimbi, terendah pada varietas Pilar yaitu 8.9 butir telur per helai daun. Stadium nimfa tertinggi pada varietas Profit yaitu 28.5 ekor per helai daun dan terendah pada varietas Pilar yaitu 0.15 ekor per helai daun. Stadium pupa tertinggi pada varietas Horison yaitu 12.55 ekor per helai daun dan terendah pada varietas Pilar yaitu 0.35 ekor per helai daun. Stadium imago rata-rata populasi tertinggi pada varietas Horison yaitu 9.4 ekor per tanaman dan terendah pada varietas Pilar yaitu 0.8 ekor per tanaman (Tabel 1). Jumlah trikhoma tiap varietas Rata – rata trikhoma yang terdapat pada permukaan bawah daun tertinggi pada varietas Pilar yaitu 22.60 per cm2 dan terendah pada varietas Profit yaitu 16.20 per cm2 (Tabel 2).
Analisis Data Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Tabel 1. Rata-rata populasi stadium B. tabaci tiap varietas
Varietas
Stadium Telur
Nimfa
tn
tn
2.75
Pupa 4.68
tn
Imago 7.6 ab
Arimbi
58.7
Horison
17.75tn
7.7 tn
12.55 tn
9.4 a
Profit
19.6tn
28.5 tn
7.1 tn
8.8 ab
Pilar
8.9tn
0.15tn
0.35 tn
0.8 c
Cosmos
19.7tn
9.4tn
2.55 tn
4 bc
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan pada uji BNT taraf 5%
287
Sri Wahyuni Manwan
ISSN 1411-4674
Tabel 2. Rata-rata trikhoma pada permukaan bawah daun tiap varietas (cm2) Varietas
Permukaan bawah daun 19.27 tn 17.47 tn 16.20 tn 21.13 tn 22.60 tn
Arimbi Horison Profit Cosmos Pilar
Gambar 1. Uji ketahanan varietas terhadap B. tabaci. Sumber: FotoManwan, 2014. beberapa faktor yang mempengaruhi ketertarikan B. tabaci pada tanaman inang antara lain (1) ketebalan daun, (2) kerapatan bulu daun, (3) kandungan gula pada kelenjar trikhoma, (4) kandungan protein yang terdapat pada tanaman, (5) kandungan kimia seperti a-tocofenol, squalene, dan asam linolenat, serta (6) metabolit sekunder seperti solanin, solasodin, tomatidin, dan tomatin. Berlinger (1986) dalam Setiawati (2007) menyatakan bahwa karakteristik fisik yang mempengaruhi ketertarikan B. tabaci adalah rambut daun, tebal daun, dan bentuk daun, sedangkan karakteristik kimia adalah pH dan cairan daun. Pengamatan jumlah trikhoma memperlihatkan bahwa varietas Pilar memiliki jumlah trikhoma paling tinggi dari kelima varietas yang diamati yaitu
PEMBAHASAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi telur tertinggi terdapat pada varietas Arimbi dan terendah pada varietas Pilar. Populasi nimfa tertinggi pada varietas Profit dan terendah pada varietas Pilar. Varietas dengan populasi pupa tertinggi terdapat pada varietas Horison dan terendah pada varietas Pilar. Jumlah populasi tertinggi untuk imago terdapat pada varietas Horison dan terendah pada varietas Pilar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan pada gen ketahanan antara kedua varietas dan kandungan asam amino esensial serta zatzat kimia yang terdapat pada daun yang mempengaruhi tanggapan tanaman terutama daun terhadap serangan kutu kebul. Menurut Setiawati dkk., (2007) 288
Cabai, Bemisia tabaci, Populasi
ISSN 1411-4674
22.60 per cm2 dan terendah pada varietas Profit yaitu 16.20 per cm 2. Kerapatan trikhoma yang tinggi dapat menjadi indicator tanaman tahan terhadap serangga hama. Semakin tinggi kerapatan dan kelenjar trikhoma yang dipunyai tanaman maka semakin tahan tanaman tersebut terhadap serangan hama. Fancelli et al., (2003) dalam Setiawati (2007) menyatakan bahwa mortalitas imago B. tabaci tertinggi terjadi pada tanaman tomat yang mengeluarkan sekresi dari trikhoma. Imago B. tabaci umumnya meletakkan telur pada permukaan bawah daun, menggunakan alat peletak telur, dengan menyisipkan tangkai telur kedalam jaringan epidermis daun. Dengan adanya trikhoma yang rapat menyebabkan betina B. tabaci sulit menembus jaringan epidermis daun.
Faizah, R., S. Sujiprihati, M. Syukur, SH Hidayat. (2011). Mekanisme Ketahanan Struktural Cabai terhadap. Begomovirus Penyebab Penyakit Daun Keriting Kuning (Pepper yellow leaf curl virus). Prosiding Seminar Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI). Tanggal, 9 Desember 2011 di Padang. Hidayat, S. H., E. S. Rusli, dan Nooraidawati. (1999). Pengguanaan Primer Universal dalam Polymerase Chain Reaction untuk Mendeteksi Virus Gemini pada Cabe. Prosiding Kongres Nasional XI dan Seminar Ilmiah PFI, Purwokerto, 16-18 September 1999. Hirano, K., E. Budiyanto and S. Winarni. (1993). Biological Characteristics and Forecasting Outbreaks of the Whitefly, Bemisiatabacia sector of Virus Diseases in Soybean Fields.http://www.agnet.org/library/ article/tb135.html. Maruthi, M.N., Alam, S.N., Kader, K.A., Rekha, A.R. & Colvin, J. (2005). Nucleotide sequencing, whitefly transmission, and screening tomato for resistance against two newly described begomoviruses in Banglades. J Phytopathol 95 (Abstrak). Morilla, G., Janssen, D., Garcia-Andres, S., Moriones, E., Cuadrado, I.M. & Bejarano, E.R. (2005). Pepper (Capsicum annum) is a dead-end host for Tomato yellow leaf curl virus. J. Phytopatol 95 (Abstrak) Prayogo, Y. (2012).KeefektifanCendawanEntom opatogenLecanicilliumlecanii(Zare& Gams) terhadapBemisiatabacigen. sebagaiVektorSoybean Mosaic Virus (SMV) pada Tanaman Kedelai. Suara Perlindungan Tanaman 2 (1). Hal. 21. Samretwanich K, Chiemsombat P, Kittipakorn K, Ikegami M. (2000). A new geminivirus associated with a yellow leaf curl disease of pepper in
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa dari kelima varietas yang digunakan varietas Pilar merupakan varietas yang tahan terhadap populasi B. tabaci dilihat dari jumlah telur, nimfa, pupa dan imago yang terdapat pada varietas tersebut. Varietas Pilar juga memiliki kerapatan trikoma yang tinggi disbanding dengan varietas yang lain yang memungkinkan varietas ini tahan terhadap B. tabaci. Adapun saran dari penelitian ini yaitu perlunya untuk mengetahui kandungan protein maupun kimia dari tiap varietas agar didapatkan apakah kandungan ini berpengaruh dalam pertumbuhan populasi atau tidak. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2013). Produksi Cabai Tahun 2012. http://www.bps. go.id/?news=1030. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2013. De Barro, P.J., Shu-Sheng Liu, Laura M. Boykin, and Adam B. Dinsdale. (2011).Bemisia tabaci: A statement of Species Status. Annu. Rev. Entomol. 2011.6:1–19.
289
Sri Wahyuni Manwan
ISSN 1411-4674
Thailand. Plant Dis84: 1047 (Abstrak). Setiawati, W. B.K. Udiarto dan N. Gunaeni. (2007). Preferensi Beberapa Varietas Tomat dan Pola Investasi Kutu Kebul serta Pengaruhnya terhadap Intensitas Serangan Virus Kuning. J.Hort. 17(4): 374-386.
Wagiman, F.X., Laksminiwati Purbaningrum, dan Dahlia Simanjuntak. (2009). Eksplorasi, Karakterisasi, dan Potensi Musuh Alami Hama Bemisia tabaci di Ekosistem Cabai.http://lib.ugm.ac.id/digitasi/up load/2029_Fransiscus%20X%20Wa giman.pdf. Diakses pada tanggal 20 September 2013.
290