J-PAL, Vol. 7, No. 1, 2016
ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Studi Kasus Di Dusun Rembang II Desa Rembang Kec. Rembang Kab. Pasuruan) Herianto Kurniawan(1), Bagyo Yanuwiadi(2), Soemarno(3) Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya Malang Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Brawijaya Malang Jurusan Ilmu Tanah, Fak.Pertanian, Universitas Brawijaya Malang Abstrak Bunga sedap malam tanaman asli dari Mexico merupakan bunga yang unik dan dikenal semua lapisan masyarakat. Keunikanya yaitu mekar pada malam hari dan baunya wangi. Bunga sedap malam varietas Roro Anteng berkembang pada tahun 1921 di Kecamatan Bangil dan Rembang. Masyarakat Indonesia mengenalnya bunga petik untuk ritual dan bunga potong untuk pengharum ruangan atau bunga hias. Penelitian ini mengambil populasi yaitu petani Rembang II. Sampelnya Kelompok Tani Bunga Sedap Malam Dusun Rembang II berjumlah 30 responden. Penelitian ini mendeskripsikan persepsi petani terhadap budidaya bunga sedap malam, serta menganalisa pemanfaatan lahan sawah. Penelitian kuantitatif ini dengan klasifikasi data, tabulasi dan presentase data menggunakan excel, dengan analisis pendapatan serta analisis kualitas SDM. Geografis Dusun Rembang terletak 4 – 7 m dpl. Mayoritas kondisi lahan sawah Rembang tadah hujan. Persepsi masyarakat umumnya bahwa lahan tersebut kering serta kandungan air tanahnya rendah dan tidak dapat ditanami. Ketika musim kemarau lahan sawah menjadi retak, keretakan kurang lebih lima sentimeter. Dampak keretakan mengakibatkan tembok rumah menjadi retak serta jalan beraspal menjadi bergelombang. Kondisi ini dimanfaatkan petani untuk membudidayakan bunga sedap malam sedangkan pengolahannya dibutuhkan pengairan minimal 6 jam setiap minggu menggunakan pompa air. Petani mengoptimalisasikan lahan sawahnya dengan pola tanam antara bunga sedap malam dengan padi. Petani menanamnya secara bergantian dengan sistem rotasi tanam yaitu sepanjang tahun dan pergantian musim. Budidaya bunga sedap malam dapat meningkatkan pendapatan petani. Kata kunci: Bunga sedap malam, Persepsi masyarakat, Pemanfaatan lahan sawah Abstract Tuberose flower native plant of Mexico is a unique flower and known to all levels of society. Keunikanya that bloom at night and smell fragrant. Tuberose flower varieties grown Roro Anteng in 1921 in Bangil and Apex. Indonesian society knew picking flowers for ritual and cut flowers for ornamental or floral air freshener. This study population is farmers Apex II. The samples Flower Tuberose Farmers Group Hamlet Apex II amounted to 30 respondents. This study describes the perception of farmers towards the cultivation of tuberose flower, as well as analyze the utilization of wetland. This quantitative study with data classification, tabulation and percentage data using Excel, with revenue analysis as well as analysis of the quality of human resources. Geographically located Apex Hamlet 4-7 m above sea level. The majority of wetland conditions Rembang rainfed. General public perception that the land is dry and the soil moisture content is low and can not be planted. When the dry season paddy fields become cracked, cracks less than five centimeters. Impact rift resulted in walls of the house cracked and a paved road becomes bumpy. This condition is used by farmers to grow tuberose flower watering while the processing takes at least 6 hours each week using a water pump. Farmers optimize his farm by planting patterns between flowers tuberose with rice. Farmers planted alternately with crop rotation system that is throughout the year and the change of seasons. Tuberose flower cultivation could increase farmers' income. Keywords: Public perception, land use fields, flowers tuberose
PENDAHULUAN1 Bunga sedap malam tanaman asli dari Mexico. Bunga tesebut sudah berkembang pada tahun 1921 di Kecamatan Bangil dan Kecamatan
Alamat Korespondensi Penulis: Herianto Kurniawan Email :
[email protected] Alamat : Kedung Ringin, Beji
Rembang. Budidaya bunga sedap malam di daerah tersebut varietas Roro Anteng. Ciri – cirinya yaitu pucuk bunganya kemerahan dan warna bunganya putih bersih. Data Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan (2011). Bunga sedap malam merupakan salah satu bunga unik yang ada di dunia karena mekar pada malam hari serta baunya semerbak wangi uniknya lagi mekarnya tidak seretak dan tidak sama, tetapi mekarnya mulai bagian bawah 76
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
terlebih dahulu kemudian ke atas secara berurutan sampai ke pucuk bunga. Tinggi herbagnya berkisar antara 60 cm sampai dengan 160 cm. Bunga ini dapat dibudidayakan di lahan sawah kering. Lahan kering di dunia mencakup 40% dari permukaan daratan bumi. Lahan kering dapat dimanfaatkan untuk pertanian, misalnya lahan sawah. Salah satunya lahan sawah kering yang ada di Dusun Rembang II dapat dimanfaatkan meskipun sumber airnya kecil. Kekeringan pada suatu lahan sawah dapat menyebabkan dampak yang negative bagi pertumbuhan tanaman yang ditanam di lahan tersebut. Jika petani menanam bunga sedap malam dilahan sawah kering mengairi dengan pompa air, minimal selama 6 jam. Di Kabupaten Pasuruan, lahan yang sudah ditanami bunga sedap malam seluas 1.321,29 hektar Luas lahan tersebut masih ada lahan yang belum bisa ditanami bunga sedap malam yaitu 140 hektar. Data Dinas Pertanian Kabupaten Pasuruan (2011) Petani Dusun Rembang II mengoptimalisasikan lahan sawahnya dengan pola tanam antara bunga sedap malam dengan padi. Petani menanam secara bergantian dengan sistem rotasi tanam dua tahun sekali yaitu 2 tahun budidaya bunga sedap malam sepanjang tahun (musim hujan dan kemarau) karena mereka mempunyai pelanggan tetap dan 2 tahun setelahnya yaitu pada saat pergantian musim (musim kemarau) karena mereka tidak mempunyai pelanggan tetap sehingga mereka menanam padi pada saat musim hujan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari – sehari yaitu beras. Mayoritas petani beranggapan bahwa lahan sawahnya sangat sesuai untuk budidaya bunga sedap malam karena kondisi lahan sawahnya kering. Kondisi ini sesuai dengan karakteristik bunga sedap malam yang tidak membutuhkan banyak air, jika terlalu banyak air atau kelebihan air, batangnya akan cepat membusuk. Oleh sebab itu, pada penelitian ini diharapkan lahan sawah di Dusun Rembang II dapat dioptimalisasikan pemanfaatannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Dusun Rembang II Desa Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan selama empat (4) bulan, sejak Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015. Desa Rembang dilihat dari topografinya terletak di dataran rendah dengan ketinggian 4 m sampai
dengan 7 m diatas permukaan laut (DPL), suhu rata – rata 28 C sampai dengan 32 C. Daratannya berupa daratan landau dengan kemiringan tanah 0 – 8%. Jenis tanah yaitu : Latosol dan Alluvial. Pada umumnya jarang dijumpai tanaman peneduh (pohon besar). Tanahnya kering per tahun dengan curah hujan 1.764 mm/tahun. Desa Rembang terdiri dari Dusun Rembang I, Dusun Rembang II, Dusun Rembang III dan Dusun Rembang IV. Batas Desa Rembang meliputi yaitu : batas sebelah utara dengan Desa Pokoren dan Pejangkungan, batas sebelah selatan Desa Orobulu dan Desa Krengi, batas sebelah barat Kedung Banteng dan Desa Orobulu sedangkan sebelah timur dengan Desa Sumber Glagah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan maksud untuk menganalisis budidaya bunga sedap malam untuk memperoleh gambaran secara holistik, terintegrasi, dan komprehensif yang telah dilakukan selama ini dan yang akan datang. Sampel diambil dari Kelompok Tani (poktan) Bunga Sedap Malam Dusun Rembang II yang berjumlah 30 orang anggota/responden. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif serta dokumen kegiatan budidaya bunga sedap malam, hasil wawancara, foto kegiatan, dan hasil diskusi dengan masyarakat dan petani setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan maksud untuk menganalisis budidaya bunga sedap malam untuk memperoleh gambaran secara holistik, terintegrasi, dan komprehensif yang telah dilakukan selama ini dan yang akan datang. Metode Pengumpulan Data Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada petani terpilih dengan pengisian kuesioner pedoman wawancara. Wawancara ini bertujuan untuk mencari titik permasalah secara terbuka, dimana pihak yang diajak interview atau wawancara bebas mengeksplorasikan situasi, kondisi, pendapat dan ide – idenya. Dalam penelitian ini dilakukan observasi terhadap responden yang merupakan informan penelitian. Pengamatan (observasi) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk melihat terjadinya suatu peristiwa, kejadian, atau hal – hal tertentu. Pengamatan (observasi) ini akan menunjukkan hasil berupa gambaran rinci mengenai kondisi responden atau informan
77
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
penelitian. Penelitian ini memerlukan data primer yaitu dokumen dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk interview atau wawancara dengan responden, dokumen kelompok tani (poktan) , foto – foto kegiatan peneliti sedang berdiskusi dengan peneliti, serta data jumlah penjualan bunga sedap malam dan harga jual bunga sedap malam. Sedangkan Data sekunder yang digunakan yaitu : peraturan – peraturan mengenai bunga sedap malam yang meliputi Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Menteri Pertanian, dan lain – lain, Data dari Kelurahan dan Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Data dari Poktan (Kelompok Tani) Dusun Rembang II, Data dari perpustakaan Universitas Brawijaya, Data dari media elektronik (internet, televise, radio, dan lain – lain). Dalam penelitian ini peneliti mengambil Populasi yaitu petani – petani di Dusun Rembang II, Kabupaten Pasuruan. Sedangkan Sampelnya ialah Poktan (Kelompok Tani) Bunga Sedap Malam Dusun Rembang II yang mempunyai anggota sebanyak 50 orang. Tetapi sampel penelitian ini ialah 30 orang anggota/responden. Data yang diperoleh dari 30 orang responden tersebut dikumpulkan kemudian disimpulkan dalam bentuk grafik atau tabel. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel secara disengaja. Data dikumpulkan dari sampel penelitian sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dengan memilih petani atau anggota Poktan Bunga Sedap Malam Dusun Rembang II sebagai responden atau informan. Informan yang dipilih adalah orang/petani yang mengetahui permasalahan sekaligus merupakan orang yang terlibat secara langsung untuk membantu memberikan informasi (masukan) kepada peneliti. Informan atau responden yang dipilih harus benar – benar mewakili (representative). Metode Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif. Analisis data secara kuanitatif dilakukan dengan metode tabulasi yang diolah dengan menggunakan program excel. Analisis tabulasi bertujuan untuk menyederhanakan data agar mudah untuk dibaca dan dipahami. Analisis yang digunakan adalah analisis korelasi dan analisis regresi
HASIL DAN PEMBAHASAN Lahan sawah di Kecamatan Rembang merupakan lahan yang kering. Namun, lahan di daerah ini telah optimalisasi bunga sedap dengan tanaman padi. Tanaman ini cukup mudah untuk dibudidayakan di Dusun Rembang II. Petani budidaya bunga sedap malam tidak membutuhkan banyak air dan panennya tidak menunggu musim panennya, tetapi panennya tiap hari dan tiap minggu. Kondisi Lahan Sawah di Desa Rembang Lahan sawahnya merupakan lahan sawahnya kering karena sumber airnya kecil. Kondisi tanahnya padat dan keras sebab kandungan air tanahnya sedikit. Tetapi petani tersebut mengetahui lahan sawahnya kering. Salah satu indikator lahan sawah kering adalah lahan tersebut merupakan lahan sawah tadah hujan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 diatas menjelaskan tentang pendapat responden mengenai lahan sawah di Dusun Rembang dan bisa atau tidaknya lahan tersebut digunakan untuk budidaya bunga sedap malam. Hasilnya, mengenai lahan sawah diketahui sebanyak 24 responden (80%) mengatakan bahwa lahan sawah di Dusun Rembang tergolong lahan sawah tadah hujan. Selain itu, ada sebanyak 4 responden (13,33%) mengatakan bahwa lahan sawah di Dusun Rembang tergolong lahan sawah irigasi. Sementara sisanya yaitu 2 responden (6,67%) mengatakan bahwa mereka tidak tahu lahan sawah di Dusun Rembang merupakan lahan sawah tadah hujan atau lahan sawah irigasi. Untuk budidaya bunga sedap malam, diketahui sebanyak 25 responden (83,33%) mengatakan bahwa lahan sawah di Dusun Rembang bisa digunakan untuk budidaya bunga sedap malam. Selain itu, ada sebanyak 2 responden (6,67%) mengatakan bahwa lahan sawah di Dusun Rembang tidak bisa digunakan untuk budidaya bunga sedap malam. Sementara sisanya yaitu 3 responden (10%) mengatakan bahwa mereka tidak tahu lahan sawah di Dusun Rembang bisa atau tidak digunakan untuk budidaya bunga sedap malam. Berdasarkan data hasil penelitian di atas maka dapat dianalisis dengan analisis korelasi dan regresi. Adapun analisisnya sebagai berikut:
78
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
Tabel 1. Pendapat Responden tentang lahan sawah dan budidaya bunga sedap malam No
Lahan Sawah
Budidaya sedap malam
1
1
1
2
1
1
3
1
1
4
1
1
5
1
2
6
3
1
7
1
1
8
1
1
9
1
1
10
2
1
11
2
1
12
1
1
13
1
14
Budidaya sedap malam (Y)
-0.197155601
1
Korelasi antara jenis lahan sawah dengan bisa/tidaknya lahan ditanami bunga sedap malam sebesar 0,197 dengan tanda negatif. Nilai korelasi yang negatif tersebut memperlihatkan bahwa adanya hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dan variabel terikat. Yakni lahan sawah tadah hujan sesuai untuk ditanami bunga sedap malam. ANALISIS REGRESI SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R
0.197155601
R Square
0.038870331
Adjusted R Square
0.004544271
3
Standard Error
0.638228727
1
1
Observations
15
1
1
16
1
1
17
1
2
18
2
1
19
1
1
20
1
1
21
1
1
22
2
1
23
1
3
24
1
1
25
1
1
26
1
3
27
1
1
28
3
1
29
1
1
30
1
1
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014 Keterangan : Lahan sawah 1 = sawah tadah hujan 2 = sawah irigasi 3 = tidak tahu Budidaya sedap malam 1 = bisa 2 = tidak bisa 3 = tidak tahu
ANALISIS KORELASI Lahan Sawah (X) Lahan Sawah (X)
1
Budidaya sedap malam (Y)
30
Multiple R (R Majemuk) = ukuran untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara linear antara variabel terikat dengan variabel bebas secara bersama - sama. untuk lebih dari 2 variabel nilai R selalu positif (antara 0 - 1). Nilai R yang lebih besar ( + atau -) menunjukkan hubungan yang lebih kuat. Nilai dari R Majemuk pada data di atas adalah 0,197. ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lahan sawah dengan budidaya bunga sedap malam. R Square (koefisien determinasi) = mengukur kebaikan suai (goodness of fit) dari persamaan regresi. Yaitu memberikan proporsi atau presentasi total dalam variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai R Square terletak antara 0 - 1, dan kecocokan model dikatakan lebih baik kalau R Square mendekati 1. Nilai dari R Square pada data di atas adalah 0,038. ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara lahan sawah dengan budidaya bunga sedap malam. Adjusted R Square. Suatu sifat penting R Square adalah nilainya merupakan fungsi yang tidak pernah menurun dari banyaknya variabel bebas yang ada dalam model. Oleh karenanya untuk membandingkan dua R Square dari dua model, orang harus memperhitungkan banyaknya variabel bebas yang ada pada model. Ini dapat dilakukan dengan adjusted R Square. Istilah penyesuaian berarti nilai R Square sudah disesuaikan dengan banyaknya variabel bebas dalam model. Memang R Square yang disesuaikan ini akan meningkat bersamaan 79
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
meningkatnya jumlah variabel, tetapi peningkatannya relatif kecil. Nilai dari Adjusted R Square pada data di atas adalah 0,004. Standard Error. Merupakan standar error dari estimasi variabel terikat (dalam kasus ini adlah budidaya bunga sedap malam). Angka ini disesuaikan dengan standar deviasi dari budidaya bunga sedap malam. Semakin kecil angka standar error ini dibandingkan angka standar deviasi dari budidaya bunga sedap malam, maka model regresi semakin tepat dalam memprediksi budidaya bunga sedap malam. Nilai dari Standard error pada data di atas adalah 0,638.
dari data sebenarnya. Jadi secara manual kita cari dulu rata-rata budidaya sedap malam dari data asli kita. Hasilnya = 0,461. Kolom SS untuk residual diperoleh dari jumlah pengkuadratan dari residual. Nilai-nilai residual tersebut dikuadratkan, kemudian hasilnya dijumlahkan dan hasilnya adalah 11,405. Kolom SS untuk total adalah penjumlahan dari SS untuk regresi dengan dengan SS untuk residual. Sebenarnya SS total ini adalah variasi (bisa atau tidaknya) dari budidaya bunga sedap malam. Ini diukur dengan mengurangi nilai masing-masing budidaya bunga sedap malam aktual dengan rata-ratanya, kemudian dikuadratkan. Hasil perhitungan tersebut kemudian dijumlahkan. SS total kita ANOVA adalah 11,861. Artinya, variasi dari budidaya sedap malam yang dikuadratkan adalah sebesar Significancenilai tersebut. Lalu apa yang menyebabkan df SS MS F F budidaya bunga sedap malam tersebut Regression 1 0.461261261 0.461261261 1.132385466 0.296358439 bervariasi ? Sebagian berasal dari variabel bebas Residual 28 11.40540541 0.407335907 (lahan sawah) yaitu sebesar 0,461 (regresi). Lalu sisanya, yang sebesar 11,405 disebabkan oleh Total 29 11.86666667 variabel lain yang juga mempengaruhi tetapi tidak dimasukkan dalam model (residual). Kalau kita bandingkan (bagi) antara SS regresi dengan Standard Coefficients t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Error SS total, maka akan kita dapatkan proporsi dari Intercept 1.540540541 0.282516937 5.452913928 8.053E-06 0.961830837 2.119250244 total variasi budidaya sedap malam yang disebabkan oleh variasi lahan sawah. Coba kita Lahan Sawah -0.21621622 0.203184755 0.296358439 -0.63242131 0.199988882 1.064136019 bagi: 0,461 / 11,861 = 0,038. Anda ingat ini (X) angka apa ? ……….. Ya, benar. Ini adalah R2 atau koefisien determinasi yang telah kita bahas Tabel ANOVA (Analysis of Variance) menguji diatas. penerimaan (acceptability) model dari perspektif MS (Mean of Square) atau rata rata jumlah statistik dalam bentuk analisis sumber kuadrat. Ini adalah hasil bagi antara kolom SS keragaman. ANOVA ini sering juga dengan kolom df. Dari perhitungan MS ini, diterjemahkan sebagai analisis ragam. Dari tabel selanjutnya dengan membagi antara MS Regresi ANOVA tersebut diungkapkan bahwa keragaman dengan MS Residual didapatkan nilai F. Nilai F ini data aktual variabel terikat (budidaya bunga yang dikenal dengan F hitung dalam pengujian sedap malam) bersumber dari model regresi dan hipotesa dibandingkan dengan nilai F tabel. Jika dari residual. Dalam pengertian untuk kasus kita F hitung > F tabel, maka dapat dinyatakan adalah bisa / tidaknya budidaya bunga sedap bahwa secara simultan (bersama-sama) lahan malam disebabkan sederhana oleh jenis lahan sawah berpengaruh signifikan terhadap sawah. budidaya sedap malam. Selain itu, kita juga bisa Degree of Freedom (df) atau derajat bebas membandingkan antara taraf nyata dengan pdari total adalah n-1, dimana n adalah value (dalam istilah Excel adalah Significance F). banyaknya observasi. Karena observasi kita ada Jika taraf nyata > dari p-value maka 30, maka derajat bebas total adalah 29. Derajat kesimpulannya sama dengan di atas. Misalnya bebas dari model regresi adalah 1, karena ada kita menetapkan taraf nyata 5%. Karena p-value satu variabel bebas dalam model kita (lahan (Significance F) = 0,296, maka dapat disimpulkan sawah). Derajat bebas untuk residual adalah bahwa lahan sawah berpengaruh signifikan sisanya yaitu derajat bebas total – derajat bebas terhadap budidaya bunga sedap malam. regresi = 29 – 1 = 28. Kolom SS (Sum of Square) atau jumlah Koefisien Regresi kuadrat untuk regression diperoleh dari Tabel berikutnya dari output Excel penjumlahan kuadrat dari prediksi variabel menampilkan nilai-nilai koefisien, standard terikat (budidaya sedap malam) dikurangi error, tsat, Pvalue dan selang kepercayaan. dengan nilai rata-rata budidaya sedap malam 80
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
Dalam pengujian hipotesis regresi, tahap berikutnya setelah pengujian secara simultan (uji F seperti yang telah kita sampaikan sebelumnya) adalah pengujian koefisien regresi secara parsial. Pengertian pengujian secara parsial ini dalam kasus kita adalah untuk menjawab pertanyaan “dengan asumsi faktorfaktor lain tetap/tidak berubah, apakah lahan sawah berpengaruh terhadap budidaya sedap malam ?”. Dalam uji parsial, kita menggunakan uji t, yaitu membandingkan antara t-hitung (t Stat) dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel pada taraf nyata tertentu, maka dapat disimpulkan variabel tersebut berpengaruh secara signifikan. t hitung ditampilkan pada kolom 4, yang merupakan hasil bagi antara kolom 2 (coefficients) dengan kolom 3 (Standard Error). Catatan: perhitungan ini dalam kasus yang umum digunakan dimana Hipotesis nol (H0) = 0. Untuk kasus dimana kita merumuskan H0 lebih besar/kecil dari 0, maka perlu dilakukan perhitungan manual. Selain membandingkan dengan nilai t-tabel, kita juga bisa menarik kesimpulan signifikansinya dengan membandingkan taraf nyata dengan p-value (kolom 5). Jika misalkan kita menggunakan taraf nyata 5 %, maka variabel dengan p-value sama atau lebih kecil dari 5 %, dapat dinyatakan sebagai variabel yang secara parsial berpengaruh signifikan. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa lahan sawah secara parsial berpengaruh terhadap budidaya sedap malam. Selanjutnya, kolom 6 dan 7 memberikan selang kepercayaan untuk koefisien. Di judulnya tertulis Lower 95% dan Upper 95%. Angka 95% adalah penetapan kita pada waktu pengolahan dengan Excel dan bisa dirubah sesuai keinginan. Apa artinya selang kepercayaan tersebut ? Nilai koefisien yang diberikan pada output regresi merupakan dugaan titik (point estimate) dari parameter koefisien regresi (ingat, pengertian parameter koefisien regresi adalah koefisien regresi yang dihasilkan dari pengolahan data populasi. Karena umumnya kita hanya mengolah data sampel, maka koefisien regresi yang diberikan sifatnya adalah dugaan/taksiran kita terhadap keadaan/koefisien populasi (parameter) yang sebenarnya). Namun, jika informasinya hanya dari dugaan titik, kita tidak tahu seberapa besar kesalahan atau tingkat kepercayaan dari dugaan parameter tersebut. Oleh karenanya, dalam statistika juga diberikan dugaan selang (confidence interval), dimana nilai paramater sebenarnya diharapkan berada dalam selang tersebut dengan tingkat kepercayaan tertentu.
Berdasarkan hal tersebut, dari output Excel terlihat bahwa dengan tingkat kepercayaan 95%, maka koefisien regresi untuk lahan sawah yang sebesar -0,216, dalam faktanya di tingkat populasi akan berkisar antara (-0,632) – 0,199. Selanjutnya dari informasi kolom 1 – 5 (tabel 3) ditambah informasi dari tabel 1 dan tabel 2, kita dapat meringkas persamaan regresi menjadi sebagai berikut (banyak cara untuk menampilkan hasil regresi, menurut saya ini yang cukup sederhana dan informatif): Budidaya sedap malam = 1,540 – 0,216 lahan sawah R2 = 0.038 Se (0,282) (0,203)
F = 1,132*
t ( 5,452) (-1,064)* Pada baris pertama, adalah persamaan regresi dengan koefisiennya. Baris kedua adalah standar error untuk masing-masing koefisien dan baris ketiga adalah nilai t hitungnya. Disampingnya nilai R2 dan F hitung. Perhatikan pada nilai t dan F ada bintang 1 dan bintang 2. Seringkali orang menandai dengan bintang 1 yang menunjukkan uji tersebut signifikan pada taraf nyata 5 % dan bintang 2 sebagai signifikan pada taraf nyata 1 %. Sekarang kita baca hasilnya. Dari persamaan regresi menunjukkan koefisien lahan sawah bernilai negatif yang berarti ada pengaruh negatif (berlawanan arah) antara lahan sawah dan budidaya sedap malam. Artinya, jika lahan sawah tergolong sawah tadah hujan, maka lahan sawah tersebut bisa ditanami bunga sedap malam. Konstanta yang sebesar 1,540 secara matematis berarti bahwa ketika variabel bebas nilainya 0, maka variabel terikat nilainya adalah sebesar konstanta tersebut. Artinya saat lahan sawah merupakan tadah hujan, maka nilai untuk dapat tidaknya budidaya sedap malam adalah sebesar nilai konstanta tersebut. Jadi, saat lahan sawah merupakan sawah tadah hujan, maka sawah tersebut sangat dimungkinkan untuk budidaya sedap malam. Hal ini disebabkan karena karakteristik bunga sedap malam yang sesuai dengan lahan sawah di Dusun Rembang. Bunga sedap malam merupakan tanaman yang kurang suka air, sementara lahan sawah di Dusun Rembang tergolong lahan kering. Oleh sebab itu, bunga sedap malam sangat sesuai dibudidayakan di Dusun Rembang. Tanaman bunga sedap malam jika kelebihan air, tanaman tersebut akan membusuk dan gagal tumbuh. Sebaliknya jika kekurangan air,
81
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
tanaman bunga sedap malam juga tidak dapat tumbuh dengan baik. Oleh sebab itu, untuk menyiasatinya tetap dilakukan pengairan tanaman berupa pengelepan lahan sawah tersebut. Pengelepan adalah suatu bentuk pengairan lahan sawah dengan menggenangi lahan dengan air selama beberapa jam agar air dapat meresap dengan baik ke dalam lahan tersebut. Tujuan dilakukannya pengelepan tersebut adalah agar lahan dapat dimanfaatkan untuk budidaya bunga sedap malam. Sehingga tanah yang tadinya kering, akan dapat memberikan hasil untuk petani tersebut. Pengelepan dilakukan setiap 2 minggu sekali atau dengan kata lain 2 kali dalam 1 bulan. Lamanya pengelepan tergantung dari kondisi lahan sawah, tapi pada umumnya pengelepan dilakukan selama 7 jam. Di Dusun Rembang II, sumber air untuk lahan sawah sangat sedikit. Oleh sebab itu, untuk pengairannya perlu sumber air tambahan agar dapat mencukupi kebutuhan air selama proses pengelepan dilakukan. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggunakan bantuan alat khusus seperti mesin pompa air atau alat lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 tentang penggunaan alat pompa untuk pengelepan lahan sawah. Tabel 2. Penggunaan Alat Pompa untuk Pengelepan Lahan Sawah No
Menggunakan Alat Pompa
Jumlah (orang)
Persen (%)
1
Ya
29
96.67
2
Tidak
1
3.33
30
100
Total
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014
Berdasarkan data hasil penelitian pada tabel 2, sebanyak 96,67 % informan atau responden menyatakan bahwa mereka menggunakan mesin pompa air untuk menyedot air dan digunakan untuk mengairi (pengelepan) lahan sawah mereka. Pengelepan lahan sawah membutuhkan waktu yang lama agar air dapat meresap secara sempurna ke dalam tanah atau lahan tersebut. Sisanya yaitu sebanyak 3,33 % informan atau responden menyatakan bahwa petani tidak menggunakan alat atau mesin pompa air untuk membantu memenuhi kebutuhan air saat pengelepan lahan sawah mereka. Mereka mengungkapkan bahwa sumber air di sekitar lahan sawah mereka sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air pada saat pengelepan dilakukan di lahan sawah mereka.
Jika mengambil pendapat dari mayoritas responden, maka dapat disimpulkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan air selama proses pengelepan lahan sawah, petani menggunakan alat bantu berupa mesin pompa air. Tujuan digunakannya mesin pompa air adalah untuk menyedot air dari dalam tanah tersebut lalu dialirkan ke lahan sawah mereka, dan dibiarkan selama beberapa jam agar air dapat meresap secara sempurna ke dalam lahan tersebut. Cara Memanfaatkan Lahan di Dusun Rembang II Pada umumnya lahan sawah merupakan tempat untuk bercocok tanam. Sawah juga sebagai sumber mata pencaharian utama petani. Namun ada juga petani yang menganggap sawah sebagai sumber mata pencaharin sampingan. Lahan sawah merupakan salah satu tempat aktivitas petani sehari – hari. Petani mengolah lahan sawah sesuai dengan kebutuhan mereka masing – masing. Misalnya, petani bisa menanam bawang, tebu, padi, bunga sedap malam, ataupun tanaman lainnya. Melihat kondisi lahan sawahnya yang tanahnya kering, maka tanaman bunga sedap malam cocok untuk dibudidayakan di daerah tersebut. Hal ini karena karakter tanah di Dusun Rembang sesuai dengan karakter tanaman bunga sedap malam. Karakter tanaman bunga sedap malam yaitu kurang menyukai air. Dengan kata lain, tidak membutuhkan banyak air untuk penanaman dan perawatan tanaman bunga tersebut. Mereka menanam bunga sedap pada saat musim kemarau saja dan ada juga sepanajang masa (musim kemarau – musim hujan). Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Waktu Menanam Sedap Malam No
Waktu
Jumlah (orang)
Persen (%)
1
Musim Kemarau
26
86.67
2
Sepanjang Tahun
4
13.33
Total
30
100
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 di atas, dapat diketahui ada 86,67 % informan atau responden menyatakan bahwa mereka akan menanam bunga sedap malam pada musim kemarau. Hal ini disebabkan mereka tidak mempunyai pelanggan tetap, sehingga pada saat musim hujan mereka menanam padi untuk
82
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
memenuhi kebutuhan pokok sehari – hari yaitu beras. Sisanya yaitu sebanyak 13,33 % informan atau responden menyatakan bahwa mereka menanami bunga sedap malam sepanjang tahun (musim hujan – musim kemarau).
Tabel 4 . Pola tanam bunga sedap malam dengan padi No
Pola Tanamam
Jumlah
%
1
Bunga Sedap Malam – Padi
30
100
2
Bunga Sedap Malam - Tanaman lain
0
0
3
Padi - Tanaman lain
0
0
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014
Mengunakan Pola Tanaman Lahan sawah perlu dijaga kesuburannya. Salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah adalah dengan melakukan pola tanam pada lahan sawah tersebut. Misalnya : tanaman padi dengan tanaman jagung, tanaman padi dengan tanaman tebu, dan lain – lain. Dengan dilakukannya pola tanam ini maka pH lahan sawah tersebut tetap akan netral. Tanpa disadari oleh petani, ketika hanya satu macam tanaman saja yang ditanam lahan sawahnya, maka pH lahan sawah tersebut akan berubah dengan sendirinya. Misalnya pH lahan sawah tiba – tiba menjadi asam dengan sendirinya. PH tanah asam atau basa ini jelas tidak baik untuk pertumbuhan tanaman. Terlalu asam atau basa suatu lahan sawah akan memicu timbulnya bakteri yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman yang ditanam tersebut. Di Dusun Rembang II, mayoritas petani menanam bunga sedap malam di lahan sawah mereka. Hal ini karena prospek dari bunga sedap malam yang cukup menjanjikan. Yaitu banyak diminati baik di pasaran dalam negeri maupun luar negeri. Tanaman bunga sedap malam jika ditanam, akan membawa sifat basa pada lahan tempatnya ditanam tersebut. Untuk membuat agar pH tanah tetap netral, maka perlu dilakukan pola tanam secara bergantian dengan tanaman yang mempunyai sifat asam. Salah satu tanaman yang mempunyai sifat asam adalah tanaman padi. Oleh sebab itu, petani di sana menggunakan pola tanam antara tanaman bunga sedap malam dan tanaman padi pada lahan sawah mereka. Sebenarnya petani di mereka tidak memperhatikan pH tanah sebelum menggunakan pola tanam tersebut. Mereka menggunakan pola tanam antara tanaman bunga sedap malam dengan tanaman padi hanya karena kebutuhan mereka saja. Hasil panen padi mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka, sedangkan hasil panen bunga sedap malam digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka lainnya seperti : lauk pauk, membayar biaya anak sekolah, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4 di atas, dapat disimpulkan sebanyak 100 % informan atau responden menyatakan bahwa mereka telah menfaatkan lahan dengan pola tanam bunga sedap malam dengan padi. Maksudnya mereka menanam lahan sawahnya dengan tanaman bunga sedap malam dan padi bergantian. Setelah mereka panen bunga sedap, laha malam selam 2 tahun, lahan sawah akan ditanami dengan tanaman padi.mereka menanam lahan sawahnya bunga sedap malam denan padi bergantian. Akan tetapi tanpa mereka sadari, penggunaan pola tanam antara tanaman padi dengan tanaman bunga sedap malam secara bergantian justru baik untuk lahan sawah mereka. Karena pH lahan sawah mereka menjadi netral. Jadi, pola tanam dilakukan dengan tujuan untuk mengoptinmalisasikan lahan sawah tersebut.
Gambar 1. Pola Tanam Antara Bunga Sedap Malam (gambar kiri) dan Padi (gambar kanan)
Petani mengoptimalisasikan lahan sawah dengan pola tanam bunga sedap malam dengan padi. Pola tanam antara tanaman bunga sedap malam dengan tanaman padi, biasanya dilakukan secara bergantian oleh petani tersebut. Kebanyakan petani akan menanam tanaman padi setelah membudidayakan tanaman bunga sedap malam di lahan sawahnya tersebut. Petani menanam secara bergantian dengan sistem rotasi tanam dua tahun sekali yaitu 2 tahun budidaya bunga sedap malam (sepanjang musim yaitu musim hujan dan kemarau) dan 2 tahun setelahnya yaitu pada saat pergantian musim (musim kemarau) mereka tidak 83
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
mempunyai pelanggan tetap. Sehingga mereka menanam padi di musim hujan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari – sehari. Untuk waktu pola tanam dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Rotasi Tanam Antara Padi dan Bunga Sedap Malam No
Rotasi tanam
Jumlah (orang)
Persen (%)
1
Pergantian musim
26
86.67
2
2 Tahun Sekali
4
13.33
30
100
Total
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5 di atas, dapat disimpulkan sebanyak 86.67 % informan atau responden menyatakan bahwa rotasi tanam antara tanaman padi dengan tanaman bunga sedap malam pada saat pergantian musim. Sedangkan 13,33 informan atau responden menyatakan bawha rotasi tanam dilakukan setiap 2 tahun sekali. Maksudnya setelah panen padi lahan sawah ditanami bunga sedap selam 2 tahun. Rentang waktu 2 tahun tersebut merupakan masa tanam dan masa panen dari tanaman bunga sedap malam. Bunga sedap malam ini merupakan tanaman tahunan. Tanaman bunga sedap malam baru dapat dipanen hasilnya setelah tanaman berumur 6 bulan, kemudian dapat dipanen setiap hari selama 18 bulan. Setelah itu tanaman akan dirusak dan diganti dengan tanaman yang baru. Jika diakumulasikan dari awal tanam sampai habis masa panen, tanaman bunga sedap malam umurnya 2 tahun. Oleh sebab itu, setelah masa 2 tahun ini, tanaman bunga sedap malam tersebut akan dirusak dan diganti dengan tanaman padi. Dilakukannya penanaman tanaman padi setelah menanam tanaman bunga sedap mala mini memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah masalah kebutuhan akan pupuk pada saat menanam tanaman padi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Keunggulan Menanam Padi Setelah Bunga Sedap Malam No 1 2
Keunggulan Tidak Membutuhkan Banyak Pupuk Dana Yang Dibutuhkan Lebih Sedikit Total
Jumlah (orang)
Persen (%)
30
100
0
0
30
100
Sumber : Kuesioner Penelitian, 2014
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 6 di atas, dapat disimpulkan ada sebanyak 100 % informan atau responden menyatakan bahwa menanam tanaman padi setelah menanam tanaman bunga sedap malam mempunyai keunggulan tersendiri. Salah satunya adalah petani tidak membutuhkan banyak pupuk pada saat menanam tanaman padi. Hal ini disebabkan karena lahan sudah mendapat banyak pupuk pada saat ditanami dengan tanaman bunga sedap malam. Bunga sedap malam merupakan salah satu jenis tanaman rumput – rumputan. Sehingga agar tanaman tersebut dapat berbunga dan memberikan hasil yang maksimal harus dilakukan pemupukan yang banyak. Jika tanaman bunga sedap malam ini kekurangan pupuk, tanaman tidak akan dapat berbunga. Pemupukan pada tanaman bunga sedap malam dilakukan pada saat tanaman berumur 3 bulan. Kemudian pemberian pupuk akan terus dilakukan setiap 2 bulan sekali sampai masa panen bunga sedap malam berakhir yaitu setelah umur tanaman tersebut 2 tahun. Dengan adanya pemupukan secara kontinyu setiap 2 bulan sekali tersebut, akibatnya pupuk pada tanaman bunga sedap malam tersebut overload. Akhirnya pada saat tanaman bunga sedap malam tersebut dirusak dan diganti dengan tanaman padi, tidak perlu banyak pupuk lagi untuk tanaman padi tersebut. KESIMPULAN Lahan sawah Dusun Rembang II Desa Rembang Kecamatan Rembang Kabupaten Pasuruan tergolong lahan sawah kering. Mereka telah mengoptimalisasikan lahannya dengan pola tanam bunga sedap malam dan padi. Mereka merotasi tanaman secara bergantian yaitu : 86,6 % responden menanam pada saat bergantian musim (kemarau), dan 4 % responden sepanjang tahun (kemarau – hujan). SARAN Pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang budidaya bunga sedap malam agar dapat dikembangkan khususnya dalam hal perluasan area pembudidayaan, pendistribusian, dan pemanfaatan hasil panen bunga sedap malam tersebut agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Misalnya : a. Pemerintah mendirikan pasar supaya petani tidak jauh – jauh menjual hasil panen ke 84
Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Lahan Sawah Untuk Budidaya Bunga Sedap Malam (Kurniawan, et al)
pasar bangil, sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya transportasi dan pendapatannya pun semakin meningkat. b. Pemerintah mendirikan koperasi dan memberikan bantuan pinjaman lunak supaya petani mengembangkan di daerah lain. c. Pemerintah membuka kelas pertanian jurusan budidaya bunga sedap malam di SMKN I Rembang di Kecamatan Rembang. Hal ini bertujuan agar anak – anak mereka bisa memperoleh pengetahuan di sekolah tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1) Ali Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. ` 2) Albina Khasanova, Et Al. 2013. Impacts Of Drought On Plant Water Relations And Nitrogen Nutrition In Dryland Perennial Grasses. Regular Article Plant Soil 372 : 542 – 547. 3) Arsyad, S. 1979. Konservasi Tanah . Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 4) Balai Informasi Pertanian Jawa Timur. 1991. Budidaya Sedap Malam . Lembaran Informasi Pertanian BIP Jawa Timur No. 17. 5) Hanifeh Seyed dan Ali Asghar. 2014. Postharvest Quality Studies In Tuberose (Polianthestuberosa Cv. Peril) Cut Flower As Affected By Vase Preservative Solutions. Jurnal Holtikutura 2(6) : 895. 6) Iftikhar Ahmad Et Al. 2009. Effect Of Bulb Size On Growth, Flowering And Bulbils Production Of Tuberose. Jurnal Holtiultura 25(3) : 1. 7) Rukmana. 1995. Sedap Malam . Jakarta : Kanisius. 8) Suyanti. 2002. Teknologi Pasca Panen Bunga Sedap Malam . www.smecda.com 9) Warisdiono, Eko. 2002 . Bertanam Bunga Sedap Malam . Jakarta : Balai Pustaka. 10) Wirjodihardjo, M. W. dan K. H. Tan. 1964. Ilmu Tanah . Jilid II. Jakarta : Pradnyaparamita. 11) Vida Mahinpoo et al. 2013. Investigation on Genetic Diversity of Fusarium oxysporum Schlecht Isolated from Tuberose (Polianthes tuberosa L.) based on RAPD Analysis and VCG Groups. Jurnal Plant Pathology 4(1) : 1 – 4. 12) V. Ramon Vallejo Et Al. 2012. Perspectives In Dryland Restoration: Approaches For Climate Change Adaptation. Jurnal New Forest 43 : 1 – 2. 85