r . . ···-~--.,,..". . . -~,,·~··~~,,~ ./~ p I
llJIN SYARIF
/ j)
"n " " -
PENGARUH INTENSITAS MENONTON IKLANPARTAI KEADILAN SEJAHTERA DI TELEVISI TERHADAP EFEK KOGNITIF PEMILIH PEMULA DI SMA BINA DHARMA CIRACAS JAKARTA TIMUR
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh Dwita Yuswandari
105051102002
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM JURUSAN KONSETRASI JURNALISTIK FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
f
I
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: I . Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan has ii j iblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2009
Dwita
PENGARUH INTENSITAS MENONTON IKLAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DI TELEVISI TERHADAP EFEK KOGNITIF PEMILlli PEMULA DI SMA BINA DHARMA CIRACAS JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untnk Memennhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana limn Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh DWITA YUSWANDARI NIM: 105051102002
Di bawah bimbingan
Wa Nilam Sari S.Sos Msi ip. 150 29 32 23
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI JURUSAN KONSETRASI JURNALISTIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ABSTRAK Dwita Yuswaudari Pengaruh Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan Sejahtera di Televisi Terhadap Efek Kognitif Pemilih Pemula di SMA Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur
Iklan bagi partai politik adalah cara memperkenalkan dan mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat secara intensif dan terus menerus. Fenomena iklan juga melanda partai politik Indonesia, menjelang pemilu 2009, partai politik berlomba-lomba memasang iklan di media massa untuk menarik simpati khlayak. Televisi merupakan salah satu media dalam komunikasi massa yang ideal dalam proses kognitif salah satunya adalah pembentukan citra. Kemunculan partai keadilan sejahtera (PKS) dengan iklan politiknya, berusaha merubaha citra politiknya terhadap khlayak. PKS yang berazaskan islam dan menyebut dirinya partai kader mengemas iklan supaya lebih diterima oleh mas:,;arakat luas tidak terbatas dari kademya saja termasuk kepada pemilih pemula. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh intensitas menonton iklan PKS terhadap efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma. Bagaimana korelasi antara variabel intensitas menonton dengan efek kognitif pemilih pemula. Variabel depend en dari penelitian ini adalah Intensitas menonton dan variabel independen adalah efek kognitif. Indikator intensitas menonton yang telah dilakukan oleh sulistiya dewi (1995) yiatu Frekuensi, atensi, dan durasi. efek kognitif mengacu pada teori dari Leckenby dan Wedding (Wimmer & Dominick, 2000 : 347) dan basil penelitian dari angel setiawan (2007) pada masyarakat Surabaya yaitu Awareness (Kesadaran) dan Knowledge (Pengetahuan) Setelah dilakukan pengolahan data, maka keputusan statistiknya adalah Ha ditolak dan H0 diterima, ini artinya terdapat hubungan positif antara intensitas menonton dengan efek kognitif pemilih pemula atau semakin tinggi intensitas menonton seseorang maka semakin tinggi pengaruh efek kognitifnya Korelasi dari dua variabel tersebut yaitu 0,263 dengan signifikasi 0,035. ini artinya korelasi antara variabel dependent dan variabel independent memiliki korelasi rendah Faktor emosionalitas sangat dominan dalam propaganda politik karena jarang mempertimbangkan rasionalitas pemilih sangat cocok dengan karakteristik remaja awal (14-17 tahun) yang masih Jabil dan gampang dipengaruhi.
KATAPENGANTAR Alhamdulillah, pujian setinggi-tingginya kami panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga kami bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad Saw, keluarga, para sahabat dan para pengikut setianya. Harus penulis akui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan Skripsi ini namun pada akhimya penulis dapat bersyukur karena Skripsi yang berjudul "Pengaruh Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) terhadap Efek Kognitif Pemilih Pemula Di SMA Bina Dharma Ciracas Jakarta Timur" dapat penulis selesaikan dengan baik sesuai arahan dan bimbingan. Penulis berharap, Skripsi
ini dapat memberikan kontribusi objektif
terhadap fenomena periklanan politik saat ini. Walaupun penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan, sehingga kritik yang membangun menjadi masukan penting bagi penulis. Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Tohiran S,pd dan Sutiwi, berkat doa dan wejanganwejangan mereka. hingga penulis mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam menghadapi permasalahan. Dukungan moril dan materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada: I. Bapak DR. Arief Subhan, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan jajaranya. ·
::
2. Bapak Study Rizal LK, M.A, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta, terimakasih atas arahannya. 3. Bapak Mahmud Jalal, M.A, Pembantu Dekan II Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih atas kritik dan arahannya. 4. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penusi dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. 5. Bapak Drs. Suhaemi, M.Si, ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, alas arahannya. 6. Ibu Rubiyana, MA, selaku Sekertaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, atas arahan 7. Dosen-dosen Jurusan Konsentrasi Jurnalistik yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis kuliah disini. 8. Kakak-kakakku dan adik-adikku yang menjadi semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini. Ini adalah bukti aku mampu, kalian juga harus mampu bahkan lebih baik. 9. Bukhori (Mahasiswa Kesos) yang telah memberikan bimbingan dalam mengolah data serta pengalamannya dalam penelitian. I 0. Sahabat-sahabatku Istianah, Pessi Andayani, Asih Amerti, Lastri Susanti, Yul Shella, Elly Afriani yang telah memberikan semangat untuk penulis. 11. Sahabatku yang penulis tunggu penyelesaian skripsinya Hery Juliadi dan Amin Mubarok, Terima kasih telah menjadi sahabatku. 12. Teman-teman Konsentrasi Jurnalistik angkatan 2005, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu , kalian tak akan terlupa. 13. Seluruh Kru VIN.Net terutama pak Nanang yang telah memberikan kesempatan untuk penulis mengembangkan ilmu dan pengalamannya.
Akhimya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-mudahan Skripsi ini membawa angin segar terhadap dunia komunikasi danjumalistik.
Jakarta, 23 Joni 2009 M
DAFTARISI ABSTRAK ......................................................................................................... i KATA PENGATAR. ......................................................................................... ii DAFTAR ISi ..................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... ix DAFTAR DIAGRAM ...................................................................................... x DAFTARGAMBAR ........................................................................................ xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. I B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ......................................... 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ 6 D. Kerangka Berfikir ....................................................................... 7 Pengajuan Hipotesis Penelitian ................................................... 9 E. F. Kajian Pustaka ............................................................................ 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Intensitas Menonton .................................................................... 13 B. lklan ............................................................................................ 14 1. Pengertian Iklan ...................................................................... 14 2. Macam - macam lklan ............................................................ 15 3. Iklan Politik ............................................................................. 16 C. Televisi ........................................................................................ 17 I. Pengertian Televisi.. ................................................................ 17 2. Keunggulan Televisi ............................................................... 17 D. Efek Komunikasi Massa ............................................................. 18 E. Teori Efek KognitifKomunikasi Massa ..................................... 20 I. Pembentukan dan Perubahan Citra ......................................... 22 2. Teori Agenda Setting .............................................................. 22 F. Variabel Efek Kognitif................................................................ 23 G. Pemilih Pemula ........................................................................... 30 I. Pengertian Pemilih Pemula ..................................................... 26 2. Pengertian Remaja .................................................................. 26 3. Batas Usia Remaja .................................................................. 28 BAB 111 METODE PENELITIAN A. Jenis dan Design Penelitian ......................................................... 30 I. Pendekatan Penelitian .............................................•............... 30 2. Metode Penelitian ·················································"················ 30 B. Varibel Penelitian ....................................................... c•••••••••••••••• 31 I . Definisi Konseptual .............................................................. 31 2. Definisi Operasional Variabel.. ............................................. 32 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel.. ............................... 34 I. Populasi ................................................................................. 34 2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 35 D. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 37
E.
F. G. H.
I . Intensitas Menonton .............................................................. 3 7 2. Skala Efek Kognitif .............................................................. 38 Teknik Uji Instrumen Penelitian ................................................. 39 I. Uji Validitas .......................................................................... 39 a. Uji Validitas Intensitas Menonton .................................... 39 b. Uji Validitas Efek Kognitif ............................................. 40 2. Uji Reliabilitas Skala ............................................................ 41 Teknik Analisa Data ................................................................... 42 Hipotesa Statistik ........................................................................ 43 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 44 I. Tempat Penelitian ................................................................. 44 2. Waktu Penelitian ................................................................... 44
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN A. Profil Partai Keadilan Sejahtera .................................................. 45 I. Visi dan Misi .......................................................................... 45 2.Sejarah PKS ............................................................................. 46 B. Gambaran Subjek Penelitian ....................................................... 47 I. Gambaran Responden ........................................................... 47 2. Gambaran Subjek Berdasarkan Penyebaran Skor ................. 48 a. gambaran Intensitas Menonton ......................................... 49 b. gambaran Efek Kognitif.................................................... 54 B. Deskripsi Hasil Tabulasi ............................................................. 57 a. Intensitas Menonton ......................................................... 57 b. Efek Kognitif .................................................................... 58 C. Uj i Persyaratan (Normalitas) ...................................................... 60 a. Variabel Intensitas Menonton ........................................... 61 b. Variabel Efek Kognitif ..................................................... 62 D. Uji Korelasi ................................................................................. 63 E. Pengujian Hipotesis .................................................................... 63 F. Implikasi .................................................................................... 64 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 68 B. Saran ........................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1
Diagram Intensitas Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... .49
Grafik 2
Uji NorrnalitasDistribusi Skor Intensitas Menonton ................................. 61
Grafik 3
Uji NorrnalitasDistribusi Skor Efek Kognitif ........................................... 62
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1
Sebaran Skor dalam Kategori Agama ....................................................... 51
Diagram2
Sebaran Skor Efek Kogntif Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 52
Diagram 3
Sebaran Skor Efek KognitifBerdasarkan Kategori Agama ..................... 54
Diagram4
Persentase Dimensi Intensitas Menonton ................................................. 55
Diagram 5
Deskripsi Skala Jawaban Item Penyataan Intensitas Menonton .............. 56
Diagram 6
Dimensi Intensitas Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 57
Diagram 7
Deskripsi Skala Jawaban Item Penyataan Efek Kognitif ......................... 58
Diagram 8
Efek KognitifBerdasarkan Jenis Kelarnin ............................................... 58
Diagram 9
Dimensi Berdasarkan Jenis Kelarnin ....................................................... 59
DAFTARGAMBAR Gambar I Skema Kerangka Berfikir ...............................................................................9
RABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Media massa cenderung di tempatkan sebagai saluran komunikasi utama, karena hanya lewat media inilah khalayak dalam jumlah besar dapat diraih. Disamping kemampuannya melipatgandakan penyebaran informasi, media massa juga mampu mempersuasi khalayak. 1 Periklanan adalah fenomena bisnis modem. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan, termasuk dalam dunia politik. Iklan merupakan jendela kamar dari sebuah partai politik. Karena Keberadaannya menghubungkan partai politik dengan masyarakat. Khususnya para pemilih (vouter) dan pengikut fanatiknya (simpatisan) partai politik tersebut. Periklanan selain merupakan kegiatan pemasaran juga merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan pemasaran meliputi strategi pemasaran, yakni logika pemasaran yang dipakai unit bisnis untuk mencapai tujuan pemasaran. Kegiatan komunikasi adalah penciptaan interaksi perorangan dengan mengunakan tanda-tanda yang tegas. Komunikasi juga berarti pembagian unsur-unsur perilaku, atau cara hidup dengan eksistensi seperangkat ketentuan dan pemakaian tanda-tanda. Dari segi komunikasi, rekayasa unsur pesan sangat tergantung dari siapa khalayak sasaran yang dituju, dan melalui media apa 1
Prof. Dr. Anwar Arifin. Komunikasi Po/itik (paradigma - Teori- Aplikasi-Strategi & Komunikasi Po/itik Indonesia). (Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-1 2003) him. 83
2
sajakah iklan tersebut sebaiknya disampaikan. Karena itu, untuk membuat komunikasi menjadi efektif, harus dipahami betul siapa khalayak sasarannya, secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemahaman secara kuantitatif akan menjamin bahwa jumlah voter, dan frekuensi iklan yang ditayangkan akan sejalan dengan target
yang telah
ditetapkan. Sementara itu, periklanan menurut Kamus Istilah Periklanan Indonesia adalah pesan yang dibayar dan disampaikan melalui sarana media, antara lain: pers, radio, televisi, bioskop, yang bertujuan membujuk konsumen untuk melakukan tindak membeli atau mengubah perilakunya. Iklan pada dasamya adalah
produk kebudayaan
massa.
Produk
kebudayaan masyarakat industri yang ditandai oleh produksi dan konsumsi massal. Kepraktisan dan pemuasan jangka pendek antara lain merupakan nilainilai kebudayaan massa. Artinya, massa dipandang tidak lebih sebagai konsumen. Hubungan antara produsen dan konsumen adalah hubungan komersial semata saja. Interaksinya, tidak ada fungsi lain selain memanipulasi kesadaran, selera, dan perilaku konsumen. Jika Anda punya cukup waktu luang untuk nonton televisi, Anda mungkin semakin "terhibur" dengan tambah beragamnya jenis tayangan beberapa bulan belakangan ini. Di sela-sela sinetron atau siaran langsung sepak bola, Anda bisa menyaksikan iklan partai politik, bakal calon presiden, anggota legislatif atau kepala daerah berbaur dengan iklan HP, susu bayi, pasta gigi, minyak wangi, minuman energi, dan lain-lain. Hal yang sama bisa Anda temukan di koran, majalah, tabloid, radio atau bahkan internet. Tokoh-tokoh politik
3
nampang silih berganti dengan artis atau model yang menjadi bintang iklan
produk komersial. Kita semua mafhum, iklan politik memang bukan hal yang baru lagi. Di era kejayaan media sekarang ini, adigium "siapa menguasai media, dia menguasai dunia" tampaknya sudah tak terbantahkan. Maka, media massa menjelma sebagai medan pertempuran utama kekuatan-kekuatan politik yang memperebutkan kekuasaan. Jika
bagi
partai
politik
adalah
cara
memperkenalkan
dan
mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat secara intensif dan terns menerus. Fenomena iklan juga melanda partai politik Indonesia, menjelang pemilu 2009, partai politik berlomba-lomba memasang iklan di media massa untuk menarik simpati khlayak. Kemunculan partai keadilan sejahtera (PKS) seakan membawa energi baru bagi partai formal lainnya yang selama ini mengalami kemandekan. Keberhasilan PKS dengan idiologi islamnya pada pemilu 2004 telah mendulang kemenangan. Kemampuan PKS dalam mengemas isu-isu populer dengan pijakan keagamaan berhasil mendapat simpati masyarakat yang lebih luas tidak terbatas pada massa setia pendukung partai islam saja.
2
http://www.jawapos.eo.id/mingguan/index.php?act=detail&nid=53585 diakses pada tanggal 15 maret 2009 pukul 07.35 WIB.
4
Berbagai komponen masyarakat non partisipan di berbagai daerah perkotaan mulai memberikan suaranya pada partai ini dan menghasilkan kemenangan pada PKS di DK.I Jakarta dan di beberapa daerah urban pada pemilu 2004. Fenomena ini mengindikasikan meluasnya penyebaran partai ini dikalangan kelas menengah dan masyarakat miskin kota, sebenamya juga menggambarkan munculnya perubahan presepsi masyarakat pada partai islam itu sendiri. Menjelang pemilihan umum (PEMILU) 2009 PKS mengusung tema Bersih, Peduli, dan Profesional dalam setiap iklan politiknya. Terna yang diusung partai ini bukan tanpa alasan, dengan maksud merubah citra Dewan Legislatif yang bersih dan dapat dipercaya oleh rakyat. PKS merasa telah membuktikan sebagai satu-satunya partai di legislatif yang bersih dari Korupsi dan Skandal dewan selama jabatan 2004 - 2009. Iklan PKS kini telah ramai ditayangkan di berbagai stasiun televisi, bersaing dengan iklan lainnya. Uniknya, walaupun berazaskan Islam, iklan partai ini lebih berjiwa muda tercermin dengan gaya bahasa maupun tampilan bintang iklannya. Beberapa iklan PKS pun menuai kontroversi dari beberapa pihak sehingga meramaikan pemberitaan menjelang pemilu 2009. Saat ini menjelang Pemilu 9 April 2009 PKS tidak berhenti mengkampanyekan partai mereka lewat iklan Televisi yang dikemas dengn menarik untuk dilihat dan diterima oleh semua pihak termasuk para pemilih pemula. Seringnya iklan tersebut muncul di televisi, maka sering pula khlayak menyaksikan iklan tersebut. Dengan demikian penulis tertarik untuk mengkaji
5
Pengarnh Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Terhadap Efek Kognitif Pemilih Pemnla Di SMA Bina Dharma. Efek Kognitif mendasari penelitian ini karena sebelum menentukan sikap untuk memilih maka terlebih dahulu khlayak diterpa dengan efek kognitif akibat seringanya media massa menerpa khalayak (media exposure). Mengingat isi iklan adalah untuk mempengaruhi khalayak dengan persuasi visi-misi serta kandidat yang mengiklankan dirinya sehingga efek kognitif pemilih pemula menjadi subjek penelitian yang menarik untuk dibahas. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam memudahkan penelitian ini maka, penulis membatasi masalah pada efek media massa, dengan mengkhususkan pada intensitas menonton iklan partai PKS. Selain itu penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut; a. Responden pemilih pemula adalah pelajar SMA Bina Dharma yang telah berusia 17 tahun keatas dan memiliki hak untuk memilih. b. Iklan PKS yang akan di teliti adalah iklan yang tayang dalam periode Februari - maret 2009. c. Media massa yang digunakan adalah iklan di Televisi. 2. Perumusan Masalah Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : a. Seberapa besar intensitas menonton iklan PKS di televisi pada pemilih pemula di SMA Bina Dharma?
6
b. Bagaimanakah pengaruh intensitas menonton iklan PKS terhadap efek kognitifpemilih pemula di SMA Bina Dharma? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujnan Penelitian
a. Tujuau Praktis Tujuan praktis dari penelitian ini adalah : I. Mengetahui seberapa besar intensitas menonton iklan politik parta PKS (Partai Keadilan Sejahtera) di kalangan pemilih pemula di SMA Bina Dharma. 2. Mengetahui korelasi antara intensitas menonton iklan partai PKS terhadap efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma. 2. Kegunaan Penelitiau a. Kegunaan Teoritis Dengan penelitian ini, peneliti dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi, khususnya ilmu jurnalistik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan efek iklan di media massa dalam mempersuasif khalayak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi para akademisi ihnu komunikasi, khususnya jumalistik dan para pekerja media. b. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para praktisi jurnalistik dan dapat dijadikan suatu usulan bagi media massa dalam mengiklankan partai politik tehadap pemilih pemula.
7
D. Kerangka Berfikir
Periklanan juga dapat dinyatakan sebagai sebuah forum public yang dinamis, dimana kepentingan-kepentingan bisnis, kreativitas, 3
kebutuhan konsumen, dan regulasi pemerintah berjumpa. Dalam iklan terdapat pesan yang bersifat persuasif atau mengajak, sehingga mempengaruhi kognitif penontonya. Efek Kognitif mendasari penelitian ini karena sebelum menentukan sikap untuk memilih maka terlebih dahulu khlayak diterpa dengan efek kognitif akibat seringnya media massa menerpa khalayak (media exposure). Dalam penggunaan media massa khususnya televisi, intensitas menonton suatu tayangan dapat mempengaruhi perilaku individu yang menonton karena dilihat dari frekuensi, durasi serta atensi yang diberikan penonton terhadap suatu tayangan tersebut. Namun sebelum sampai mengubah prilaku (Konatit) seseorang proses dari sebuah efek media massa adalah efek kognitif terlebih dahulu. Efek Kognitif adalah pengetahuan dan keyakinan seseorang yang didapat dari pengalaman langsung dengan obyek maupun dari berbagai sumber mengenai sesuatu yang kemudian membentuk suatu ide atau gagasan mengenai karakteristik obyek tersebut
(Schiffinan, 1997, p.
239)4 • Fungsi periklanan pada sebuah organisasi bisa saja menjadi dramatic dan di eksplorasi. lklan memiliki beberapa fungsi yaitu :
3
Lynda Lee Kaid, Handbook ofpolitical Communication Research. (London: Lawrance Erlbaum Associates, 2004) Wm.24 4 digilib.petra.ac.id/jiunkpe/sl/ikom/2008/jiunkpe. Diakses pada tanggal 25 mare! 2009 pukul 21.05
8
l. Periklanan menjalankan
fi.mgsi
"informasi". Ia merangkum
informasi mengenai produk, ciri-ciri, dll. 2. Periklanan menjalankan fungsi "persuasif' ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tertentu. 3. Periklanan berfungsi sebagai "pengingat", ia terns mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap memilih tanpa mempedulikan pesaingnya. Melihat fungsi iklan sebagai pesan yang persuasif, dalam pandangan Hoeta Suhoet bahwa pesan yang dikemas secara optimal dengan menggunakan
orang
(komunikator)
yang
tepat
akan
dapat
mempengaruhi khlayak yang dituju.5 Namun pada kenyataannya sering terdapat perbedaan penafsiran antar sesama komunikan terhadap pesan yang sama. Prinsip khlayak merespon pesan, yaitu melalui (1) perhatian selektif, (2) presepsi selektif, (3) ingatan selektif, (4) tindakan selektif(DeFluer dan Ball-Rokeach, 1989, Tan 1981)6. Gambaran perhatian selektif dapat diuraikan sebagai berikut : a. perbedaan individu merupakan basil dari struktur kognitif seseorang yang berbeda dalam menerima pesan-pesan media massa. b. Keanggotaan seseorang pada berbagai kelompok sosial ikut berpengaruh pada pemilihan pesan c. Manusia Jebih berminat jika suatu informasi dapat membanuh citra 5 6
M. Jamiludin Ritonga, Tipologi Pesan Persuasi. (Jakarta : INDEKS, 2005) him. 21 Ibid him. 21
10
3. Rumusan Hip6tesis : Hipotesis diatas semuanya berbentuk hipotesis teoritis (Ho) dan hip6tesis altematif (Ha). JiKa Ha ditolak maka Ho di tarima dan sebaliknya. F. Tinjauan Pustaka Sebelum penulis meneliti masalah intensitas menonton, penulis menemukan peneliti yang lebih dahulu meneliti masalah intensitas menonton dan efek kognitif, namun untuk membedakannya dengan penelitian yang penulis ambil maka perlu diperhatikan bahwa : Skripsi pertama ditulis oleh Israwati mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah jurusan Psikologi dengan judul skripsi "Hubungan lntensitas Menonton Tayangan Mistik Dengan Rasa Takut Terhadap Makhluk Halus Siswa SLTP N 73 Jakarta". Skripsi ini membahas tentang intensitas menonton tayangan-tayangan mistik di televisi terhadap rasa takut terhadap makhluk halus. Perasaan dalam skripsi ini dengan penulis terletak pada variabel bebas (independent) yaitu intensitas menonton sedangkan variabel terikat (dependen) berbeda dengan penulis. Selain variabel bebas yang sama, media dalam penelitian ini pun sama yaitu televisi. Skripsi kedua ditulis oleh yayah rodiyah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah jurusan Psikologi dengan judul skripsi "Hubungan Intensitas Menonton Sinetron Religi Dengan Tingkat Amanah Pengurus OSIS Bustanul lbad Bekasi". Skripsi ini pun membahas tentang intensitas menonton sinteron tang ditayangkan ditelevisi, namun yang membedakan dengan penulis adalah objek penelitiannya.
11
Dalam penulisan skripsi ini penulis berpegang pada buku pedoman penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang terbitkan oleh
Ceqda yang mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh UIN Jakarta perss sebagai pedoman penulisan karya ilmiah di UIN Jakarta. G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah ; BAB I PENDAHULUAN Pada bah ini berisi enam sub bah yaitu : latar belakang masalah yang diangkat, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KERANGKA TEORITIS Dalam bah ini terdapat tiga bagian sub bah, yaitu tinjauan pustaka,definisi dan oprasionalisasi konsep. BAB ID METHODOLOGI PENELITIAN Dalam bah ini terdapat sembilan sub bah yaitu; tempat dan waktu penelitian,pendekatan dan design penelitian, jenis penelitian, variable penelitian,
populasi
dan
tekhnik
pengambilan
sample,
tekhnik
pengumpulan data, uji instrument ; uji validitas dan uji reliabilitas, dan teknik analisis data. BAB IV ANALISISDANTEMUANDATALAPANGAN Dalam bah ini terdiri dari sub bah, yaitu ; Gambaran umum subjek penelitian, Uji Korelasi, dan pengujian Hipotesis.
12
BAB V PENUTUP Dalam bab ini terdapat tiga pembahasan sub bab yaitu ; Berisi Kesimpulan hasil penelitian , implikasi dan saran dari penulis terhadap penelitian ini.
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Intensitas Menonton Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan, tingkatan, ukuran intensnya (kuatnya). Sedangkan menonton adalah melihat pertunjukan (gambar). Jadi intensitas menonton adalah tingkatan atau ukuran kuatnya melihat suatu pertunjukan (gambar). Dalam teori efek komunikasi di bahas tentang penggunaan media dilihat dari jumlah waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi media, jenis media, hubungan antara individu dengan isi media yang dikonsumsi dan penonjolan pada media massa termasuk didalamnya adalah frekuensi pemunculan 1• Melihat pada penelitian Sulistyadewi (1995), disebutkan bahwa dampak televisi berbanding lurus dengan jumlah waktu dan terpaan yang diterima pemirsa, semakin tinggi intensitas mereka menonton televisi, semakin besar pengaruh yang diperoleh pemirsa lewat televisi. AI1inya apabila penggunaan 1nedia televisi (inenonton) lebih besar. n1aka pengaruh dari penggunaan inedia televisi Juga ak.an se1nakii1 besar dan k_eli11atan
pada pe1nirsannya.
1
Jalaludin_ RakhmaL A1etode Penelitian Komuniknsi. (fian
~!~.66
14
Dimensi Penggunaan media yang dimaksud adalah frekuansi, durasi dan atensi yang diberikan penonton terhadap iklan yang meajadi bagian dari tayangan televisi2. Indikator dari dimensi tersebut adalah : I. frekuensi frekuensi adalah yang menonton iklan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yaitu seberapa seringnya pemilih pemula menonton tayangan tersebut dalam tiap hari pada bulan Februari - Maret
2009 2. Durasi Durasi adalah lamanya suatu iklan yang ditonton oleh pemilih pemula.
Apakah
penonton
menonton
seluruh
iklan
yang
ditayangkan atau menonton sebagian saja dari keseluruhan iklan. 3. Atensi Perhatian yang diberikan oleh para pemilih pemula di SMA bina Dharma pada saat menonton iklan Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS). B. lldan 1. Pengertian lklan
Iklan televisi seakan menjadi komoditas baru yang mampu menyulap bahkan telah menjelma menjadi kekuatan baru yang mampu menyulap khalayak untuk secara sukarela melakukan apa yang diinginkan.
2
www.jiunkpe-ns-sl-2008-51402143-8717-bakso_tikus-chapter3_I_high.com di akses pada tanggal 13 maret 2009 pukul 18.40 WIB
15
Menurut Thomas Russel tentang iklan televisi adalah, " television
advertising encompasses several of the sense in sight, sound and motion presentation that gives advertiser tremendous creative flexibility "3 Dari
uraian
diatas
dapat
diartikan
bahwa
iklan
televisi
mempengaruhi beberapa panca indra seperti dalam pengelihatan, suara maupun gambar yang diperlihatkan. Hal ini memberikan kreativitas yang flexible. Menurut Richard Bordie menyatakan tentang makna dan pengaruh televisi adalah media evolusi yang paling efesien. Tayangan atau iklan dapat menjangkau ratusanjuta orang sekaligus.4 Burhan Bungin melanjutkan "iklan televisi adalah wacana public dalam ruang sosiologis yang telah menghidupkan diskusi-diskusi tanpa henti di kalangan masyarakat. Sekilas wacana iklan televisi ini menunjukan adanya kekuatan media (khususnya televisi) dalam mengkonstruksi realitas sosial di masyarakat"5 Menurut Mon Lee dan Carlon Jhonson periklanan adalah ; Periklanan mengenai
adalah
sebuah
komunikasi organisasi
komersil
dan
dan
non-personal
produk-produknya
yang
ditransmisikan kesuatu khlayak target melalui media masal seperti televisi, radio, Koran, majalah, direct-mail, reklame, atau kendaraan umum.
6
3
Thomas Russel, K/epper's Advertising Procedure, (Prentice-Hall Int. New Jersey, 1990) him. 218 ~ichard Bordie. Virus Akal Budi. I Jakarta: Gramedia. 2005) Him. 204
5
Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.(Jakarta : Kencana, 2007) him. 276
6
Mon Lee & Carla Jhonson. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan. (Jakarta: Prenada, 2004) him. 4
16
2. Macam-macam iklan Bentuk -bentuk iklan televisi 7 : 1. Block Time adalah Sebuah produk membeli acara pada jam tertentu dimana otomatis iklan-iklan dominasi produk tsb ( Gebyar BCA, Telkom Mania) 2. Sponsorship adalah Sebuah produk mensponsori acara tertentu yang karakter produk sama misalnya, Djarum Liga Italia, Inggris. 3. Partisipasi (Promosi) adalah Iklan masuk pada program acara durasi 5, 15, 30, 45, 60 detik 4. PSA (J'ublic Service Announcement) adalah Iklan Layanan Masyarakat /Non Komersial. 5. Spot adalah Iklan saat acara berlangsung, sebelum dan seudahnya. 6. Superimpose adalah lklan I 0 men it seperti running teks, animasi produk. 7. Break Bumper adalah lklan sebelum acara dimulai dan sesudah acara. 3. Iklan Politik Menurut Linda Lee Kaid mendefenisikan iklan politik dalam proses komunikasi sebagai sumber (biasanya kandinat politik atau partainya) mengambil kesempatan untuk mengekspose komunikan melalui saluran massa dari pesan-pesan politik untuk mempengaruhi sikap, kepercayaan, tingkah laku politik khalayak.6
' http://www.ristek.go.id/index.php?mod~News&conf~v&id-54 diakses pada tanggal 19 februari 2009 pukul 08.21 WIB 'Lynda Lee Kaid, Handbook ofpolitical Communication Research. (London: Lawrance Erlbaum Associates, 2004) him. 155
17
Periklanan politik adalah alat utama dalam marketing politik. Sesungguhnya, iklan politik sudah menjadi bentuk komunikasi dominan antara politikus dan konstituen yang mereka pimpin. Dalam proses kampanye politik dimana para kandidat menukar kepemimpinan mereka dengan suara-suara, periklanan politik adalah alat pragmatis yang membantu kandidat untuk berkomunikasi kepada pemilih dengan keunggulan atribut mereka atas lawan politiknya.' Karakteristik periklanan politikiO : a. Mengontrol Pesan. b. Menggunakan
saluran
media
komunikasi
untuk
pendistribusian pesan. C. Televisi
l. Pengertian Televisi
Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar alam dan gambar hidup suara melalui kabel atau ruang 11 • Karakteristik televisi menurut Darwanto Sastro Subroto adalah dapat merekam dan menyiarkan peristiwa atau kejadian aktual yang sedang terjadi bersamaan waktunya dengan saat menonton, disamping itu para penonton diseluruh belahan bumi secara bersamaan mendapat informasi yang sama. Hal ini berarti bahwa televisi mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya.
9
Bruce I. Newman, Handout of Political Marketing, (London: Sage Publication Inc, 1999) ·:im.423 '°Lynda Lee Kaid, Op Cit. him. 156 11 Azhar Arsyad, Media Pembe/qjaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) h.50
18
2. Keuuggulan Televisi Lewis (1977) mengungkapkan bahwa media televisi menawarkan fleksibelitas yang utuh, serta memungkinkan seseoranng perancang desain intruksional mengkombinasikan gambar dan suara untuk mengkomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. Kenunggulan televisi di dibanding media lain menurut Anggadewi Moeseno, yaitu .12
l.
Televisi mampu merangsang penonton secara "multi indra", sehingga merangsang sampai penghayatan terdalam manusia.
2. Televisi mampu menampilkan gejala yang sulit tampil dalam realitas sehari-hari. Dengan menggunakan teknik - teknik yang lebih canggih sehingga gambar lebih hidup, lebih nyata dan lebih jelas. 3. Dengan tayangan yang hadir setiap hari, setiap jam, maka penonton seolah-olah diserang secara bertubi-tubi oleh gagasan-gagasan yang tentunya mempunyai efek kumulatif. 4. Pemenuhan fungsi tertentu akibat "adiksi" pada penonton untuk menonton televisi. 5. Beda
dengan
media
massa
lain,
tayangan
televisi
tidak
terhindarkan, ia "menyusup" ke semua rumah tangga. D. Efek Komunikasi Massa Efek media massa menayangkan sebuah iklan atau pemberitaan mengenai partai politik tidak mengkontrol secara langsung cara berfikir
12
JB Wahyudi, Jurnalistik Te/evisi.(Bandung, Alumni, 1993) him. 34
19
pemilih. Media massa lebih berfimgsi sebagai alat untuk memperteguh keyakinan yang ada. Terdapat tiga bentuk pengaruh media massa menurut studi yang dilakukan paul lazalfeld, dkk. Pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 1940 yaitu : aktivitas, penguatan, dan konversi.
13
Aktivasi adalah proses menjadikan orang melakukan apa yang sebenamya akan dia lalukukan. Terdapat empat tahapan dalam aktivasi, yaitu: I. propaganda politik di media massa meningkatkan perhatian terhadap kampanye dikalangan pemilih potensial. 2. peningkatan perhatian ini akan meningkatkan exposure (terpaan) lebih bersifat pada materi kampanye. 3. namun exposure ini bersifat selektif. Salah satu karakteristik latar belakang seperti agama dan pekerjaan mendorong seseorang memperhatikan atau melihat kampanye salah satu partai saja. 4. sebagai hasil dari peningkatan perhatian dan selective exposure keputusan pemilih terkristalisasi dala arah yang memang bisa diramalkan, berdasarkan karakter pemilih tersebut. Penguatan mirip dengan aktivasi, namu dalam hak ini pemilih sebetulnya sudah menentukan pilihan sejak awal. Dalam ha! ini media massa hanya memperkuat apa yang sebenamya telah diyakini benar. Konversi adalah perubahan sikap sama sekali, jadi akibat dari kampanye di media massa seorang pemilih dapat berubah dari partai A ke partai B. Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri
13
Siti Muthmainah. Psiko/ogi Kom11nikasi. (Jakarta : universitas terbuka, 2005) him. 9. l
20
audience
akibat
keterpaan
pesan-pesan
media.
David
Berlo
mengklasifikasikan efek atau perubahan ke dalam 3 kategori, yaitu perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang diigunakan sebagai um pan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana u ntuk mengetahui efek. 14 E. Teori Efek Kognitif Media Massa Efek Kognitif adalah pengetahuan dan keyakinan seseorang yang didapat dari pengalaman langsung dengan obyek maupun dari berbagai sumber mengenai sesuatu yang kemudian membentuk suatu ide atau gagasan mengenai karakteristik obyek tersebut
(Schiffman, 1997, p.
239). 15 Wilbur Scram (1977) dalam Rakhmat mendefinisikan informasi sebagai segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi kemungkinan altematif dalam situasi. Informasi yang diperoleh telah menstruktur atau mengorganisasikan realitas. Realitas yang telah diberikan informasi sekarang nampak sebagai gambaran yang empunyai makna. Gambaran tersebut lazim disebut citra (image). 16
14
Wiryanto, 2000. Teori Komunikasi Massa,(Jakarta: Grasindo, 2000) him 9 digilib.petra.ac.idlji11nkp2isl!ikom/2008ijiunkpe. Diakses pada tanggal 25 mare! 2009 pukul 21.05 16 Jalaludin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) h. 223 15
Yang dimaksud efek kognitif menurut burhan (2001) terbentuk karena: 17 1. Informasi yang diberikan oleh media massa kadang bersifat ambigu (mendua). Informasi kadang simpang siur, hal ini menyebabkan masyarakat sulit mempercayai kebenaran informasi media. 2. Sebagaimana
diketahui
bahwa
pengetahuan
seseorang
dapat
mempengaruhi sifat orang itu. Karenanya, efek kognitif juga dapat membentuk sikap masyarakat. 3. Efek kognitif dapat menggandakan sekian banyak permasalahan disuatu tempat. Efek ini akan membentuk sikap terhadap pemilihan lokasi berdasarkan pada permasalahan yang ada. Padahal tidak selamanya permasalahan itu ada pada tempat itu. 4. Efek kognitif dapat pula memperbesar permasalahan yang diberitakan. Melalui isu yang disebarkan, efek ini akan menciptakan kepanikan dan sebagainya. Apabila ha! ini berlanjut akan dapat memasuki dan mengganggu sistem sosial dan kepercayaan masyarakat. 5. Efek kognitif juga akan pengaruh pada nilai-nilai yang ada di masyarakat. Efek kognitif dapat merubah nilai yang saat ini ada dan telah
terpelihara oleh
masyarakat
karena nilai
itu
terbentuk
berdasarkan pula pada pengetahuan masyarakat sebelumnya mengenai objek nilai itu sendiri.
'; Wiryanto. Teori Komunikasi.http:!lfreak-elza.blogspot.com/2008/07/referensiwiryanto-teori-komunikasi.html diakses pada tanggal 14 maret 2009 pukul l3.4r
WIB
23
menerima susunan prioritas yang diberikan media massa terhadap issu-issu yang berbeda. Teori ini dikembangkan oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Menurut mereka khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan pada topik tersebut. ' 0 Misalnya dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu kampanye pemilu, media massa menentukan mana topik yang penting. Dengan demikian media masa menetapkan "agenda" kampanye tersebut. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan media massa. Asumsi agenda setting ini memiliki kelebihan karena mudah dipahami dan relatif mudah diuji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang dimuat di media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi khalayak dan akan dianggap penting dalam suatu periode waktu tertentu. G. Variabel Efek Kognitif
Dalam penelitian yang berasal dari Leckenby dan Wedding (Wimmer & Dominick, 2000 : 347) dalam Kriyanto mengungkapkan 3 dimensi efek dari proses persuasi, karena iklan adalah dasamya persuasi. Maka model ini adalah bentuk linear dari iklan yang dimulai dari efek kognitif, afektif sampai konatif. Penelitian daiam skripsi im nan}, -- Haslono Aijani.Efek Psiko/ogis Pemberitaan Media Massa Terhadap Khalayak Ditinjau Dari Teori Peluru, Agenda Setting dan Uses And Gratification.
24
membahas tentang efek kognitif maka penulis mengambil pembahasan mengenai dimensi efek kognitif dari iklan politik saja. Dapat dijabarkan dimensi efek kognitif adalah : I. Attantion (perhatian) indikatomya mengukur iklan - iklan partai PKS bulan Februari - maret 2009 yang paling menarik menurut pemilih pemula. Atau dapat menggunakan tekhnik "Eye - Tracking Study'' yaitu menentukan bagian mana dari iklan yang diperhatikan. 2. Awareness
(menyadari)
indikatornya
apakab
pemilih
pemula
menyadari apa yang ditayangkan dalam iklan politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan memperhatikan iklan tersebut. Jika melihat hanya sekilas atau sampai tuntas tentu berbeda tingkat kesadarannya. Dengan mengacu pada pertanyaan " Apakah Anda Melihat Adegan ini dalam Iklan Tersebut ?" maka akan menguji kesadaran pemilih pemula dari iklan yang disampaikan. Metode yang digunakan adalah metode "Strach Readership Service" yaitu untuk mengukur tujuan utama dari
sebuh iklan. 3. Recognitions (mengenal) indikatornya adalah waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk mengenal sebuah iklart. Salah satu caranya adalah dengan mengungkapkan kata-kata yang terdapat dalam iklan PKS apakah Pemilih Pemula dapat mengenalinya, atau mengenal tokoh atau kandidat yang disebut dalam iklan tersebut 4. Comperhension
(mengerti
I paham)
indikatomya diukur dari
kemampuan responden untuk mengerti dan memahami maksud dari iklan tersebut. Tolak ukurnya adalah apakah pemahaman pemilih
25
pemula sama dengan maksud yang ingin disampaikan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam iklannya. 5. Recall (mengingat) indikatomya apakah responden cukup terpengaruh dengan mengingat kembali iklan tersebut. Tertuang dalam pertanyaan bagaimana iklan tersebut ketika mengungkapkan keunggulan PKS?. Dalam skripsi ini untuk oprasional konsep sesuai dengan teori diatas dan mengadaptasi teori yang pemah dilakukan oleh Angel Setiawan yang telah melakukan mengenai efek kognitif iklan Shampo Dove terhadap masyarakat surabaya, yaitu: 1. Awareness (Kesadaran) a. Recall : audience mengingat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) b. Recognition : Audience mengenali bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebuah partai politik peserta pemilu 2009 c. Purchase : Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi alternatif pilihan ketika audience akan memilih partai pada 9 April Mendatang. d. Consumption : Audience tetap yakin dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) walaupun sedang menyaksikan iklan politik partai lainnya.
2. Knowledge (Pengetahnan) Audience sasaran memiliki pengetahuan tentang produk,
manfaat, faedah, guna dan keuntungan, serta bagaimana cara memilih partai pemilu 2009. Partai yang dimaksud adalah Partai
27
periode-periode lain dalam rentang kehidupan anak; anak dianggap dewasa ketika mampu mengadakan reproduksi." Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang remaja, seperti DeBurn (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan olds (200 I) tidak memberikan pengertian remaja secara eksplisit akan tetapi secara implisit melalui pengertian masa remaja
(adolescence).
Menurut
papalia
dan
olds
(200 I)
menerangkan masa remaja adalah masa transisi. Berdasarkan usia tahap perkembangannya masa remaja dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap remaja awal 14 - 17 tahun untuk laki-laki atau 13 - 17 tahun untuk wanita yang ciri - cirinya sebagai berikut ""; a. status sosialnya belumjelas antara dewasa dan anak-anak. Keadaan ini menimbulkan antara hasrat untuk dewasa (mandiri) dan tetap tinggal sebagai anak-anak (rasa aman dalam lingkungan orang tua). b. terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang cepat yang membawa akibat pada perubahan tugas tanggungjawab, hak, kewajiban, hubungan dengan orang tua dan orang lain. Pada masa ini terjadi perubahan sikap terhadap diri sendiri, orang tua, teman dan guru.
19
Elizabeth, B. l::lurlock, Psikologi Perke1nbangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang (Jakarta: PENERBIT ERLANGGA, 1999) cet ke-5, hlm.246 20 Mukti Ali, Mengena/ dan Memahami Maso/ah Remaja (Jakarta: PustakaAntara, 1991) him. -~,hidupan),
103 - 104
28
c. masa peningkatan emosi : pemarah, iri hati, cemburu, benci pada orang
tua,
kurang
perhatian
pada
hal-hal
yang
kurang
dinikmayinya. d. tidak stabil : emosinya cepat berubah, cepat bosan, dan sulit berkonsentrasi. e. merasa banyak masalah: merasa tidak ada orang yang mau mengerti dengan dirinya. f.
sikap
selingkuhnya
cenderung
meremehkan
dan
kurang
diperhatikan. 3. Batas Usia Remaja
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (200 I) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita
29
mereka,
dimana
pembentukan
cita-cita
merupakan
proses
pembentukan orientasi masa depan. Selain itu, Santrock juga membagi remaja kedalam dua kategori, yaitu remaja awal dan remaja akhir. Remaja awal adalah periode perkembangan yang mayoritas terjadi pada saat sekolah menengah pertama dan sebagian besar perubahan yang diakibatkan pubertas terjadi pada periode tesebut. Remaja akhir adalah setengah masa terakhir dari periode ini, di mana terdapat peminatan terhadap karier, pacaran, dan eksplorasi identitas diri. Eksplorasi identitas diri lebih sering terjadi di remaja akhir dibandingkan remaja awaL (Santrock, 2007) Sementara itu, di Nederland pada usia 21 tahun dianggap sebagai batas dewasa (remaja akhir) melangkah pada masa dewasa awal (masa muda). Batas ini sebetulnya timbul secara historis dan tidak mutlak, dapat juga ditentukan pada umur 25 atau 18 tahun. Pada usia ini seseorang mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara; dengan begitu ia dapat melakukan kewajiban-kewajiban tertentu.21
21
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Pcrsada, 2007), hat .26.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Design Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan tingkat eksplanasi asosiatif (hubungan). Penelitian dengan menggunakan kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif (statistik), dengan menggunakan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 1 2. Metode Penelitian Jen is penelitian ini adalah survai sedangkan metode yang cocok adalah deskriptif korelasional. Metode survai adalah penelitian yang mengambil sample dari suatu populasi dan menggunakan angket atau kuesioner sebagai alat pengumpulan data. 2 Penelitian korelasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variabel. Dua atau lebih variabel diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi diantara mereka tanpa mencoba untuk mengadakan 1 2
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Pene/itian Kuantitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta, 2007) hlm.8 Drs. Riduwan, M.B.A, Metode dan Teklmik menyusun tesis, (Bandung : Alfabeta, 2007) hlm.275
31
perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut. Penelitian dilakukan secara meluas dan berusaha mencari hasil yang segera digunakan untuk suatu tindakan yang berlandaskan pada fakta-fakta objektif. B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel itu menjadi atribut dari sekelompok orang atau objek yang memiliki variasi antara satu dengan lainnya dalam kelompok itu.
3
Definisi lain dari variabel yaitu suatu karakteristik atau ciri-ciri yang mempunyai dua variabel yang satu sama Jainnya terpisah. Variabel terbagi menjadi dua macam, pertama variabel bebas (tidak terpengaruh dengan variabel lain) atau Dependent variabel. Kedua, variabel terikat (dipengaruhi variabel lain) atau dependent variabel. Dalam skripsi ini yang menjadi variabel tersebut adalah : •
variabel bebas
: lntensitas menonton iklan partai PKS
•
variabel terikat
: Efek Kognitif pada Pemilih Pemula
1. Definisi Konseptnal
a. Intensitas Menonton adalah Atensi, Durasi, dan frekuensi yaitu penggunaan media televisi (menonton) Jebih besar, maka pengaruh dari penggunaan media televisi juga akan semakin besar dan kelihatan pada responden. b. Efek Kognitif pada Pemilih Pemula adalah Attantion (perhatian), Awareness (menyadari), Recognitions (mengenal), Comperhension
(mengerti I paham), dan Recall (mengingat).
3
Dr. Sugiyono, Statislik untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2002) him. 2
32
2. Definisi Oprasional Variabel Singarimbun (1987 : 23) memberikan pengertian tentang definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.4 Selain itu definisi oprasional memberikan fungsi rincian dimensi - dimensi yang kemudian diturunkan dalam bentuk pertanyaan dan pemyataan. Skor yang diperoleh dari subjek penelitian tentang intensitas penelitian diukur dengan indikator yang dikemukakan oleh Sulistiya Dewi (1995). Adapun rincian indikatomya adalah sebagai berikut : a. frekuensi frekuensi adalah yang menonton iklan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yaitu seberapa seringnya pemilih pemula menonton tayangan tersebut dalam tiap hari pada bulan Februari - Maret
2009 b. Durasi Durasi adalah lamanya suatu iklan yang ditonton oleh pemilih pemula.
Apakah
penonton
menonton
seluruh
iklan
yang
ditayangkan atau menonton sebagian saja dari keseluruhan iklan. c. Atensi Perhatian yang diberikan oleh para pemilih pemula di SMA bina Dharma pada saat menonton iklan Partai Keadilan dan Sejahtera (PKS).
4
Riduwan, Op. Cit., hlm.281
33
Untuk skor yang diperoleh dari subjek penelitian tentang efek kognitif iklan di ukur dari penelitian Angel Setiawan mengenai efek kognitif iklan Shampo Dove terhadap masyarakat surabaya, yaitu: 1. Awareness (Kesadaran)
a. Recall : audience mengingat Partai Keadilan Sejahtera (PKS) b. Recognition : Audience mengenali bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah sebuah partai politik peserta pemilu 2009 c. Purchase : Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi altematif pilihan ketika audience akan memilih partai pada 9 April Mendatang. d. Consumption : Audience tetap yakin dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) walaupun sedang menyaksikan iklan politik partai lainnya.
2.
Knowledge (Pengetahuan) Audience sasaran memiliki pengetahuan tentang produk,
manfaat, faedah, guna dan keuntungan, serta bagaimana cara memilih partai pemilu 2009. Partai yang dimaksud adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Audience mengetahui bahwa Partai Keadilan Sejahtera (PKS): a. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah Partai yang berazaskan is lam. b. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai yang bersih dan tidak pemah terlibat korupsi.
34
c. Menteri Pertanian adalah Kader PKS yang membuat Indonesia menjadi swasembada beras.
C. Populasi dan Tekhnik Pengambilan Sampel 1. Populasi Sugiyono (2002 : 57) dalam Riduwan memberikan pengertian bahwa : populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya. Selanjutnya Nazir (1983 : 327) mengatakan bahwa, "populasi adalah berkenaan dengan data, bukan orang atau bendanya" dan Nawawi menyatakan populasi adalah totalit!!s semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap. 5 Karakteristik populasi pada penelitian ini adalah : a.
Pemilih pemula adalah siswa SMA Bina Drama kelas XII yang sebagian besar telah berusia 17 tahun.
b.
Siswa kelas XII SMA Bina Dharma yang telah berusia minimal 17 tahun dan telah memiliki hak suara pada PEMILU 2009.
Adapun gambaran populasi siswa kelas XII SMA Bina Dharma adalah:
5
Riduwan, Op. Ci.,t him. 55
35
Tabel 1 Gambaran Populasi Pemilih Pemula SMA Bina Dharma Jumlah
No
Kelas dan Jurusan
I
XII IPA-I
28
2
XII IPA - II
34
3
XII IPS - I
38
4
XII IPS-II
38
5
XII JPS-III
37
6
XII IPS-IV
36
7
XII JPS - V
38
(Orang)
TOTAL
249
Sumber : Data Primer SMA Bma Dharma
2. Tekhnik Pengambilan Sampel Sugiyono (1997:57) dalam Riduwan mengatakan Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik dari populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tekhnik purposive sampling yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan yaitu tekhnik
yang
digunakan
peneliti
j ika
peneliti
mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini digunakan rumusan alokasi proposiqnal dari sugiyono (1999:67)6 n;~Ni.
n
N
Keterangan : n; : Jumlah Sampel Menurut Strutum 6
Ibid. him 66
37
teorinya dan
desaign
penelitiannya,
pengolahannya (Nasution, 1991 :135) ".
serta mutu pelaksanaan dan
7
D. lnstrumen Pengumpulan Data Alat ukur dalam penelitian ini berbentuk angket, dengan tingkat pengukuran interval, kategori jawaban terdiri dari 5 tingkatan. Penilaian dari 5 kategori jawaban dapat dilihat dari :
Tabel3 Bobot Nilai Pernyataan Pilihan Favorable
Unfavorable
SS (Sangat Setuju)
5
l
S (setuju)
4
2
N (Netral)
3
3
TS (Tidak Setuju)
2
4
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
5
1. Skala Intensitas Menon ton Pembuatan item-item pertanyaan disusun berdasarkan komponen intensitas menonton yang telah dilakukan oleh sulistiya dewi ( 1995) yang kemudian dijadikan aspek dan indikator dari intensitas menonton. Adapun blue print intensitas menonton dijelaskan pada table dibawah ini :
7
Riduwan. Op. Cit., hal.277
38
Tabel 4 Blue Print Intensitas Menonton Favorable
Indikator
Aspek
1, 2, dan 3
Seberapa seringnya
frekuensi
Unfaforable
jumlah
16, 17, 18, dan
7
19
menonton tayangan tersebut dalam tiap hari, Dimana saja menyaksikan tayangan tersebut Lamanya suatu
Durasi
4, 5, dan 6
20, 21, dan 22
6
7, 8, 9,
23, 24, 25, 26,
16
tayangan muncul, Menonton seluruh atau sebagian tayangan Atensi
Perhatian yang
.
diberikan, Tayangan
10,11,12,13,14, 27, dan 28
ini menarik,Tayangan
dan 15
ini membosankan Jumlah
15
28
13
2. Skala Efek Kognitif Penyusunan skala efek kognitif mengacu pada teori dari Leckenby dan Wedding (Wimmer & Dominick, 2000 : 347) dan hasil penelitian dari Angel Setiawan (2007) pada masyarakat Surabaya. Blue print mengenai efek kognitif dapat dijelaskan pada table berikut : Tabel 5 Blue Print Efek Kognitif Aspek
Indikator
Awareness
Recall,
(Kesadaran)
Recognition,
Favorable
Unfaforable
ldan2
29 dan 30
3,4,5,6,7,dan 8
31,32,33,34,35
Jumlah
39
9,10,11, dan
dan 36
12
37,38,39,40,
13,14,15 dan
dan 41
16
42,43,44, dan
Purchase,
Consumption,
32
45 Knowledge
pengetahuan
(Pengetahuan)
tentang
17,18,19,20,21,
guna
bagaimana
22,23,24,25,26
dan
keuntungan, serta
25
so, 51, 52, 53,
produk,
manfaat, faedah,
46, 47, 48, 49,
54,55,56,dan 57
27,28, dan 29
cara
memilih Jumlah
29
26
57
E. Tekhnik Uji Instrumen Penelitian
Uji instrument akan dilaksanakan di SMA Bina Dharma dengan Responden OSIS SMA Bina Dhanna Sebanyak 20 Orang. Adapun Tekhnik Uji yang digunkan dalam penelitian ini adalah : 1. Uji Validitas skala Uji validitas bertujuan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur yang ingin diukur. 8 Sementara Arikonto menjelaskan dalam Riduwan bahwa validitas adalah alat suatu ukuran yang menuajukan keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas dari setiap item pemyataan dilakukan analisis item, yaitu mengkorelasikan
8
Masri Singarimbun & Sofian Efendi (editor), Metode Pene/itian Survai. (Jakarta: LP3S, 1995) hal.122
43
variabel bebas (intensitas menonton) dengan variabel terikat (efek kognitif), keeratan ini diatukan dalam hubungan korelasi. Untuk menganalisa data yang telah di peroleh dan mengetahui hubungan antara keduannya, penulis menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, metode ini juga terkait data yang diperoleh berupa skala interval. 11 Adapun rumus Pearson Product Moment adalah :
Keterangan : rxy : Angka indeks korelasi "r" product moment n : Jumlah Subjek : Jumlah Hasil perkalian antara skor item dan skor total : Jumlah Skor Item : Jumlah skor total Pada penelitian ini penghitungan skala menggunakan perangkat lunak (software) SPSS 13.0forwindows. H. Hipotesis Statistik
Bentuk rumusan atau susunan hipotesis statistik penelitian ini adalah seperti yang tercantum dibawah ini: Hipotesis : Ho : py > 0
H1 :py=O Keterangan:
Ho
Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antar variabel.
Ha
Hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen
11
Rachmat Kriyanto. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. (Jakarta : Kencana Prenda, 2006) him. 170
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA LAPANGAN
A. Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 1. VISI DAN MISI VisiUmum: •
Sebagai partai da'wah peuegak keadilan dan kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa. Visi Khusus:
•
Partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi, maupun opini dalam mewujudkan masyarakat indonesia yang madani. Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :
I. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bemegara. 2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang. 3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang rahmatan Iii 'alamin. 4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia. MISI I. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kademya sebagai anashir taghyir.
46
2. Mengembangkan
institusi-institusi
kemasyarakatan yang Islami di
berbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi. 3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat. 4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan,
pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya. 5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara
konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam. 6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah
dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi. 7. lkut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan
menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.
2. Sejarah PK Sejahtera Partai
Keadilan
Sejahtera
(PK-Sejahtera)
merupakan
pelanjut
perjuangan Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1,4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten). PK-Sejahtera percaya bahwajawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualitas baik secara moral, intelektual, dan
53
Dari Diagram di ketahui bahwa efek kgnitif laki-laki lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. dengan deskripsi skor total sebagai berikut : Tabel14 Deskripsi Skor Efek Kognitif Berdasarkan Jenis Kelamin Skor
N
Jenis
Mean
Total
Kelamin
Skor
SkorMin
SD
95 71
17.0273 13
Max
L
40
4947
120.659
p
40
4446
114
TOTAL
80
9393
181 150
.
Sumber : Hasil Tabulas1 Data Dari tabel diatas di jabarkan bahwa responden laki-laki memiliki efek kognitif terhadap iklan PKS lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan. Rata-rata skor laki-laki yaitu 120,6 sedangkan perempuan 114. Skor tertinggi dari efek kognitif laki-laki 181 lebih besar dari perempuan dengan skor maksimal 150. Terdapat 80 orang responden dengan skor terendah dari skala likert I, 2, 3, 4, dan 5 adalah I x 37 = 37 dan skor tertinggi adalah 5 x 3 7 = 185. dengan begitu dapat di earl ketegori jenjang tingkat efek kognitif pemilih pemula dengan rum us : Nilai tertinggi-nilai terendah 3 (jumlahjenjang)
= 185 -37 = 148 = 49,3 - 49 3
3
-
Diperolehjenjang kategori tingkat efek kognitifpemilih pemula adalah 37 - 86
=rendah
87 - 135
= sedang
136 - 185 = tinggi
48
deskripsi 40 Orang laki-laki dan 40 orang perempuan. Sebaran seimbang ini agar mampu diketahui perbedaan intensitas menonton dan efek kognitif berdasarkan jenis kelamin responden.
b. Berdasarkan Kategori Agama Tabel8 Jnmlah Distribnsi Responden
34 62
L
TOTAL
17
1
80 Kristen
p
L
TOTAL
35 42.5 77.5
Bndh
14 7.5 21 100
0 0 1.25
Dari tabel tersebut terlihat bahwa responden memiliki agama yang berbeda yaitu islam 62 orang, kristen 17 orang, dan hindu I orang. Dengan agama yang paling dominant yaitu islam 77,5 % lalu Kristen 21 % dan Hindu 1,25 % dengan budha 0 % karena tidak terdapat responden yang beragama Budha.dari sebaran responden yang memiliki agama berbeda nanti dapat diketahui pengaruh kedua variabel tersebut.
2. Gambaran Snbjek Berdasarkan Penyebaran Skor Sebaran Subjek berdasarkan skor dilihat dari banyaknya skor tersebar dilihat dari jenis kelamin dan perbedaan agama pada masing-masing variabel. Sehingga dapat di ketahui perbedaan pengaruh berdasarkan skor yang didapat dilihat dari jenis kelamin dan kategori agama responden.
49
a. Gambaran Intensitas Menonton 1. Sebaran Skor Berdasarkan Jenis Kelamin
Grafik 1 Diagram Intensitas Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin 1800 ,------------- - - -------------
-------- ------ ------------ l
1eoo
------~----------,---I
1400
---·-----------+--i
1200 , _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __,___ _,
1000
-1----------------1---1
800
LAKl-LAKI PEREMPUAN
I
eoo;-------------/1----~
2004--------------~
01--------------------l 2
3
4
5
Dari grafik diatas diketahui bahwa intensitas menonton perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Deskkripsi data tersebut adalah :
Tabet 9 Total Nilai Intensitas Menonton
TOTAL 2196 2281
4477 •
Keterangan Wama :merah ( Frekuensi), kuning (durasi), hijau (atensi) Dengan melihat deskripsi total nilai maka perempuan lebih tinggi yaitu 2.196 dan laki-laki 2.281 yang di bagi atas 3 indikator intensitas menonton yaitu frekuensi, durasi dan atensi.
50
Tabet 10 Nilai Skor Intensitas Menonton L
Kategori NILAI TERBESAR
75
79
NILAI TERKECIL
38
43
MEAN
55
57
SD>
8.3
9
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai total terbesar di peroleh responden perempuan namun skor tertinggi diperoleh oleh responden laki-laki. Standar deviasi perempuan 8,3 < laki-laki yaitu 9,00. Skor terendah untuk laki-laki adalah 43 dan perempuan 38, sedangkan nilai tertinggi untuk laki-laki adalah 79 dan perempuan adalah 75. Dalam menentukan tingkat intensitas menonton di gunakan kategori jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah di peroleh dari skala interval I, 2, 3, 4, dan 5 dari 17 item pemyataan. Tabet 11 Statistik Skor Skala Intensitas Menonton Skala
Item
N
SkorMin
Skormax
Mean
SD
Intensitas Menonton
17
80
38
79
56
8,66
Sumber : Has1l Tabulas1 Data Diketahui dari 80 orang responden pemilih pemula, skor terendah adalah 1 x 16 = 16, dan skor tertinggi 16 x 5 = 80, dengan begitu dapat di cari ketegori jenjang tingkat intensitas menonton dengan rumus : Nilai tertinggi - nilai terendah = 80 -16 = 64 = 2 l,3 - 21 3 Oumlah jenjang) 3 3
51
Diperoleh jenjang kategori tingkat intensitas menonton adalah : 16-37 = rendah 38 - 59 = sedang
59 - 80 = tinggi Tabel 12 Kategorisasi Skor Skala intensitas Menonton Laki-laki Jumlah Persentase 0% 1 Rendab 0 2 Sedaug 32 80% Tinggi 8 20% 3 Total 40 100 Sumber : Hasll Tabulas1 Data No
kategori
Perempuan Jumlah Persentase 1 3% 32 79% 7 18% 40 100
Dari data diatas disebutkan bahwa tingkat intensitas menonton responden terbanyak adalah kategori sedang dengan skor laki-laki dan perempuan yaitu untuk laki-laki 80 % dan Perempuan 79%. Kategori tinggi untuk responden laki-laki 20 % lebih tinggi dari perempuan yaitu 18 %. 2. Sebaran Skor Berdasarkan Agama Diagram 1 Sebaran Skor dalam Kategori Agama lntensltas Menonton
Serles1, Islam, 55.70967742, 33o/o
m Islam m Kristen a Hindu
Series1, Kristen,
53.70588235, 32°...b
52
Dari diagram diatas dapat diuraikan bahwa rata-rata skor dari jawaban responden berdasarkan agamanya sebagai berikut : agama islam rata-rata menjawab dengan total skor 55,7 (33%), agama Kristen 53,7 (32%), dan hindu dengan total nilai 61(35 %). Dengan deskripsi
skor sebagai berikut : Tabel 13 Rata-rata Skor Intensitas Menonton AGAMA
TOTAL
N
Rata-rata
ISLAM
3454
62
55.70968
KRISTEN
913
17
53.70588
HINDU
61
1
61
Sumber : Hasil Tabulasi Data Berdasarkan jenjang kategori intensitas yang telah dihitung sebelumnya maka rata-rata intensitas menonton responden sedang, dilihat dari tabel diatas bahwa responden yang beragama islam 55, 7 = sedang, kristen 53,7
=
sedang, dan hindu 61 = sedang. Dapat
disimpulkan bahwa dari 3 agama tersebut intensitas menontonnya sama yaitu sedang tidak terdapat perbedaan yang signifikan. b. Gambaran Efek Kognitif Pemilih Pemula 1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Diagram2 Seba ran Skor Efek Kogntif Berdasarkan Jenis Kelamin EFB< KOGNITIF
6000 4800 TOTAL SKOR
4400
4200
JENIS KEl-AM IN
54
Tabel 15 Kategorisasi Skor Skala Efek Kognitif No
kategori
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
1
Rendah
0
0%
1
3%
2
Sedang
36
90%
38
94%
3
Tinggi
4
10 %
1
3%
40
100
40
100
Total
Sumber : Hasil Tabulasi Data Dari skor yang telah dikategorikan maka diketahui bahwa efek kognitif pemilih pemula dari responden laki-laki kategori rendah tidak ada (0%), sedang 36 responden (90%), dan tinggi 4 orang (10%). Sedangkan efek kognitif responden perempuan dalam kategori sedang I orang (3%), sedang 38 orang (94 %) dan rendah I orang (3%). 2. Berdasarkan Agama Diagram3 Sebaran Skor Efek KognitifBerdasarkan Kategori Agama
Series 1, hindu, 108, 32o/o _..--..,
Series1. Islam,
119.7419355, 36%
tl!J Islam
111 krlsten o hindu Series1, kristen,
109.4705882, 32o/o
Dari diagram diatas dapat diuraikan bahwa rata-rata skor dari jawaban responden berdasarkan agamanya sebagai berikut : agama islam rata-
55
rata menjawab dengan total skor 119,7 (36%), agama Kristen 109,4 (32%), dan hindu dengan total nilai 108 (32 %). Dengan deskripsi skor sebagai berikut : Tabet 16 Rata-ratas Skor Efek Kognitif Ae:ama
TOTAL
N
Rata-rata
Islam
7424
62
119.7419
Kristen
1861
17
109.4706
Hindu
108
1
108
9393
80
117.4125
TOTAL Sumber : Hasil Tabulasi Data
Berdasarkan jenjang kategori efek kognitif yang telah dihitung sebelumnnya, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang beragama islam 119,7 = sedang, kristen 109,4 = sedang, dan hindu I 08 = sedang. Dapat disimpulkan bahwa dari 3 agama tersebut efek kognitifnya sama yaitu sedang tidak terdapat perbedaan yang signifikan. B. Deskripsi basil Tabulasi
1. Skala Intensitas Menonton Diagram 4 Deskripsi Skala Jawaban Item Penyataan Intensitas Menonton
1-4~~--~--~-~---~-~--~--~--~---~------~~-------- ______ -_-_____-_____-___-_-__·_·_·_-_______ _- ··_··--------~-----~----
-___-_-_-_-__-_-_-_-__-_-_-----------~---~
13.5 3 2.5
m Series1
2 --1.5 1
0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
57
Diagram6 Dimensi Intensitas Menonton Berdasarkan Jenis Kelamin
1------IAtensl. 3 .49251731
Cl Atensi al Durasi
. . Fl-el<
LA.Kl-LAKI
PEREMPUAN
Tabet 18 Tingkat Dari Masing-Masing Dimensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Dimensi
Laki-Laki
Perempuau
Frekuensi
280 x 100% = 6,3 % 4477
288 x 100% = 6,4 % 4477
Durasi
376x100%=8,4 % 4477
404 x 100% = 9,02 % 4477
Atensi
1540 x 100% = 34,4 % 4477
1589 x 100%= 35,5 % 4477
TOTAL
49,1%
50,9 %
Sumber: Hasd Tabulas1 Data Maka dari hasil di atas bisa dilihat bahwa hasil tabulasi sederhana dengan penghitungan berdasarkan penyebaran skor adalah sama atau berimbang.
58
2. Efek Kognitif Diagram 7 Deskripsi Skala Jawaban Item Penyataan Efek Kognitif
~· 3
--
Rata-Rata n Jawabltem
Pernyataa:~~:K_o_g_n:~ .. •
·-·-----lll.·--~~--~---~---·---·-1
2.5 · - · ·· ··l!Hirl~"~ll--cn·Fl-1>-m-l'Jl~I lll-IHIH~·IHI El-m~l-VJCll
!
£~
2
.
I
I
j llll Series1
1.5 ,m.1u1<"u1~w1•11 1
I
I
I
0.5 - l
\ 1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37
Item Pertnyataan
Dari diagram diatas dapat di interprestasikan bahwa skala item jawaban tertinggi adalah pernyataan item no.2 dan terendah adalah no.I.
Diagram 8 Efek Kognitif Berdasarkan Jenis Kelamin
r
I
--····~~--···-···--·
EFEK KOGNITIF
I
59
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa laki·laki dengan total skor 4834 memiliki efek kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan 4559. Tabet 19
Persentase Sebaran skor Dimensi Efek Kognitif
TOTAL(%) .
Persentase Dimensi .
Awareness (Kesadaran)
64.718407
Knowledge (Pengetabuan)
35.281593 .·
TOTAL
100
.
..
. .
Dan tabel diatas dapat d1s1mpulkan bahwa untuk d1mensi
awareness
(kesadaran)
mendapat
persentase 64, 7% sedangkan
knowledge (pengetahuan) mendapat persentase 35,3 %. Dengan sebaran dimensi berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :
Diagram 9 Dimensi Berdasarkan Jenis Kelamin
35001 3000 2500 2000
dgl 1111 Awareness (Kesadaran)
1500
1111
1000° 500 0 L
p
Knowledge (Pengetahuan
60
Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa persentase sebaran dimensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, dengan uraian sebagai berikut : Tabel 20 Persentase Dimensi Berdasarkan Jenis Kelamin Persentase Dimensi
P(o/o)
L(%)
Awareness fKesadaran)
33.12
31.6
Knowledee Weneetahuan
18.34
16.9
.51:46
48.5.
TOTAL
.
100 C. Uji Prasyarat (Normalitas)
Sebelum masuk pada perhitungan korelasi tentang adanya hubungan antar variabel, maka terlebih dahulu diperlukan pengujian persyaratan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal maka perhitungan datanya menggunakan metode statistik parametrik. Sebaliknya jika dalam pengujian normalitas tidak berdistribusi normal pengitungan datanya menggunakan metode statistik non parametrik. Pada uji persyaratan normalitas data ini akan menggunakan rumus Kolmogorov Smimov pada setiap variabel, adapun uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 13.0 for windows.
Berdasarkan proses penghitungan data diperoleh hasil sebagai berikut:
61
a.
Variabel Intensitas Menonton Tests of Normality
INTENSITAi
Kolmnnorov-Smirno\l df Statistic I Sia. .000 .190 80 I
Shapiro-Wilk I Statistic I df .942 I 80 I
Sia. .001
a. Lilliefors Significance Correction
Case Processing Summary
INTENSITAl
Valid Percent N 80 100.0%
Cases Missino N Percent 0 .0%
N
Total Percent 80 100.0%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan uji nonnalitas untuk
skala Intensitas
Menonton
diperoleh
nilai
probabilitas
Kolgomorov-Smimov 0.000 < taraf signifikansi 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut tidak berdistribusi nonnal. Berikut ini adalah gambar diagram scatterplot basil SPSS 13.0 for windows
Grafik 2 Uji Normalitas Distribusi Skor Intensitas Menonton Normal Q-Q Plot of INTENSITAS
4
0
2
0
-2
,.
40
0
0
60
Observed Value
'"
60
Dari Gambar tersebut, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel
62
intensitas menonton terpisab dari garis uji. Maka dengan demikian data berdistribusi tidak normal b.
Variabel Efek Kognitif Case Processing Summary Cases Missino I Percent N .0% OI
Valid I Percent N 80 I 100.0%
EFEK
Total
I
N
Percent 100.0%
80 I
a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan uji normalitas untuk skala efek kognitif diperoleb nilai probabilitas KolgomorovSmirnov 0.000 < taraf signifikansi 0.05 sebingga dapat disimpulkan babwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Berikut ini adalah gambar diagram scatterplot basil SPSS 13.0 for window Grafik 3 Uji Normalitas Distribusi Skor Efek Koguitif Nonnal Q...Q Plot of EFEK
...
0
2
0
I
I. .
0
... '°
75
100
125
150
200
Obaorvod Value
Dari basil uji normalitas pada kedua variabel tersebut menunjukan bahwa penghitungan data hanya bisa dilakukan dengan metode nonparametrik. Metode non parametik yaitu statistic yang tidak
63
memerlukan pembuatan asumsi tentang bentuk distribusi dan karena merupakan statistic yang bebas distribusi.
1
D. Uji Korelasi Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus
korelasi
Pearson
Product
Moment,
yaitu
dengan
cara
mengkorelasikan skor variabel Intensitas menonton dengan variabel efek kognitif pemilih pemula. Penghitungn uji korelasi dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak SPSS 13.0 for windows. Adapun hasil yang telah diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut
Tabel 21 Uji Korelasi Intensitas Menonton dan Efek Kognitif Correlations INTENSITAS
EFEK
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
INTENSITAS 1 80 .236* .035 80
EFEK .236* .035 80 1 80
'· Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
E. Uji Hipotesis Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa korelasi dari hubungan antara variabel Intensitas menonton dengan efek kognitif pemilih pemula diperoleh sebesar korelasi (r) adalah 0,263 dengan taraf signifikansi 0.035<0.05. Maka keputusan statistikuya adalah Ha ditolak dan H 0 diterima, ini artinya terdapat hubungan positif antara intensitas menonton
1
J Suparanto. STATJSTIK: Teori dan Aplikasi. (Jakarta; Erlangga, 2001) him. 294
64
dengan efek kognitif pemilih pemula atau semakin tinggi intensitas menonton seseorang maka semakin tinggi pengaruh efek kognitifnya. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan pedoman interprestasi koefisien korelasi sebagai berikut2 : 0,000 - 0, 199 : Sangat Rendah 0,20 - 0,399
: Rendah
0,40 - 0,599
: Sedang
0,60 - 0,799 : Kuat 0,80- 1,00
: Sangat Kuat
Dari table yang dikemukakan Sugiyono, maka penulis dapat menginterprestasikan korelasi antara intensitas menonton iklan partai keadilan sejahtera di televisi dengan efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma Rendah yaitu 0,263.
F. Im plikasi Masalah pembentukan citra menjadi penting bagi sebuah partai politik karena akan mempengaruhi kognitif pemilih pemula. Pembentukan citra inilah yang menjadi bahasan penting dalam skripsi ini. Dalam dunia periklanan dikenal dengan istilah positioning yaitu : "suatu proses atau upaya menempatkan suatu produk, merek, perusahaan, individu atau apa saja dala alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasaran atau konsumen" 3 Menyangkut masalah pembentukan cltra, pakar positioning AlRies and Jack trout dalam positioning mengemukakan bahwa positioning
2
Duwi Priyatno, Be/ajar Mandiri SPSS. (Jakarta : MediaKom, 2008) him. 56 Khasali Rhenald, Manajemen perildanan: Konsep dan Ap/ikasinya di Indonesia. (Jakarta : Pustaka uiama Grafiti, 1992) him. 157
3
65
bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk tertentu akan tetapi sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran orang. Positioning
adalah
masalah
4
pembentukan
citra,
sehingga
mempengaruhi efek kognitif khalayak. Dalam upaya mempengaruhi khlayakak dalam proses kognitifuya maka iklan PKS di televisi diharapkan mampu menjadi media yang tepat. Iklan-iklan PKS bisa dikategorikan ikonik dalam arti lebih banyak menampilkan figur-figur besar, meski bukan berasal dari tokoh-tokoh internal PKS. PKS terjebak dengan tren iklan-iklan politik yang dibuat oleh partai-partai di Indonesia pada umumnya yang mengeksploitasi faktor emosi ketimbang menjual isuisu atau kebijakan-kebijakan. Benar bahwa iklan-iklan PKS juga menarasikan kata-kata "bertuah", tapi tetap saja itu bukan merupakan platform atau respons PKS atas kebijakan atau isu-isu fundamental dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Kata-kata tersebut dilekatkan pada figur-figur besar seperti Soekarno dan pendiri ormas keislaman besar di Indonesia. Faktor emosionalitas sangat dominan dalam propaganda politik karena jarang mempertimbangkan rasionalitas pemilih. Pemilih pemula di SMA Bina Dharma adalah remaja yang berusia 17 tahun dan baru pertama kali mengikuti pemilihan umum (Pemilu), sedangkan karakteristik remaja awal (14-17 tahun) adalah emosi tidak stabil sehingga mudah dipengaruhi. Faktor emosional yang diterapkan
4
Ibid. hlm.158
66
dalam propaganda politik PKS memiliki pengaruh terhadap efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma. Dalam skripsi ini terbukti dengan adanya korelasi positif antara intensitas menonton dengan efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma yaitu 0,263 dengan signifikasi 0,035. PKS adalah partai dengan azas islam, namun responden berasal dari berbagai agama (islam, Kristen, Hindu) dapat di simpulan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Maka iklan PKS mempengaruhi khlayak dari berbagai agama, dengan rata-rata intensitas menonton yang sama. Intensitas menonton responden di pengaruhi oleh kebijakan pemerintah mengenai aturan penayangan iklan kampanye partai politik. Pasal 95 ayat I UU Pemilu 2009 yang menyebutkan batas maksimal iklan kampanye di televisi untuk setiap peserta pemilu sebanyak I 0 kali dengan durasi paling lama 30 detik per hari. Aturan main yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi landasan untuk menentukan durasi dan frekuensi iklan yang di tayangkan partai politik sehingga mempengaruhi intensitas menonton khalayak. Rata-rata Intensitas menonton iklan PKS pada pemilih pemula di SMA Bina Dharma menunjukan bahwa sekitar 80 % responden menduduki kategori sedang dengan rata-rata efek kognitif sedang pula. Mungkin apabila intensitas menonton iklan tinggi maka efek kognitifuya juga tinggi. Belanja iklan PKS rendah yaitu 6, I % dibandingkan partai Iain seperti Gerinda 29,3 %, Demokrat 20,4 %, Golkar 15,4 %, PAN 13,l %,
67
PDIP 6,1 % basil di peroleb dari KPU Pusat.5 Dari laporan tersebut diketabui bahwa belanja iklan televisi PKS yang rendah menunjukan bahwa durasi serta frekuensi iklan PKS di televisi lebih rendah dibandingkan partai lainnya. Dari daftar belanja iklan PKS menduduki posisi keempat dan peroleban suara Pemilu 2009 juga urutan ke empat nasional. Ketua Tim Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejabtera, Anis Matta, menyatakan basil Pemilu sepadan dengan biaya kampanye yang dikeluarkan guna menarik massa selama ini. PKS total menghabiskan biaya Rp 36 miliar untuk kampanye.6
'Laporan Hasil KPU, http://politik.vivanews.com/ di akses pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 07.33 WIB 6
Laporan Hasil KPU,http://politik.vivanews.com/ di akses pada tanggal 12 Mei 2009 pukul 07.33 WIB
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas menonton iklan Partai Keadilan Sejahtera dengan efek kognitif pemilih pemula di SMA Bina Dharma. Korelasi dari dua variabel tersebut yaitu 0,263 dengan signifikasi 0,035. ini artinya korelasi antara variabel dependent dan variabel independent memiliki korelasi rendah sesuai dengan koefesien yang dijabarkan oleh sugiyono (2007). B. Saran
Pada akhir tulisan ini penulis ingin memberikan saran semoga dapat bermanfaat bagi civitas akademisi maupun praktisi iklan dan partai politik. I. lklan politik yang dibuat untuk mempengaruhi pemilih pemula
harus melihat karakteristik remaja sehingga dapat diterima oleh khlayak. 2. Propaganda politik dengan mengeksploitasi emosional khalayak masih diterima oleh khlayak dibandingkan dengan janji-janji politik (platform) partai politik. 3. Aturan KPU yang membatasi frekuensi serta durasi penayangan iklan di televisi harus disiasati sehingga iklan yang ditayangkan dapat ditonton oleh khalayak. Dengan strategi penempatan iklan diharapkan mampu meningkatkan intensitas menonton iklan partai politik sehingga meningkatkan pula efek kognitifnya
DAFfAR PUSTAKA BUKU
Ali, Mukti, Mengenal dan Memahami Masalah Remaja, Jakarta : Pustaka Antara, 1991 Arifin, Anwar, Komunikasi Politik (paradigma :- Teori- Aplikasi-Strategi & Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, cet ke-I, 2003 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003 Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta : Kencana, 2007 Bruce I. Newman, Handout ofPolitical Marketing, London : Sage Publication Inc, 1999 Hurlock B, Elizabeth, Psikologi Perkembangan (Edisi Kelima),
Jakarta:
PENERBIT ERLANGGA, 2000. Husein, Elidar, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Fakultas Dakwah IAIN SyarifHidayatullah Jakarta, 1992. Gun gun Heryanto. Handout Perkuliahan Komunikasi Politik Irawan, Prasetya, Logika dan Perosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN, 2000. Jamiludin Ritonga, M. Tipologi Pesan Persuasi. Jakarta : INDEKS, 2005 Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2005. Kusrianto, Adi, Formula dan Fungsi Microsoft Exel, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2000. Kriyanto, Rachmat, Teknik Praktik Risest Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006
Lynda Lee Kaid, Handbook of political Communication Research. London Lawrance Erlbaum Associates, 2004 Nazir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Mon Lee & Carla Jhonson. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan. Jakarta : Prenada, 2004 Prasetyo, Bambang d.an Jannah, Miftahul, Li11a, Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada, 2005. Priyatno, Duwi, Mandiri Be/ajar SPSS (Untuk Ana/isis Data dan Uji Statistik), Yogykarta : Media Korn, 2009. Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi.
Bandung
Remaja
Rosdakarya. 2005 Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005 Rhenald, Khasali, Manajemen periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka utama Grafiti, 1992 Riduwan, Metode dan TeknikMenyusun Tesis, Bandung: ALFABETA, 2007. Rochaety, Ety. Dkk. Metodologi Penelitian Bisnis (Dengan Aplikasi SPSS), Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007. Ruslan ,Rosady, Kiat Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1991 Russi:!, Thomas, Klepper 's Advertising Procedure, Prentice-Hall Int. New Jersey, 1990 Richard Bordie. Virus Akal Budi. Jakarta : Gramedia, 2005 Santoso, Singgih, SPSS (Mengolah Data Seca'ra Profesional), Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999.
Santrock, John W, Adolescence (Perkembangan Remaja) Edisi Keenam, Jakarta: PENERBIT ERLANGGA, 1996. Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian, Metode Penelitian Survai,Jakarta: LP3S, 1995. Siti Muthmainah. Psikologi Komunikasi, Jakarta: universitas terbuka, 2005 Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995. Suparanto, J. STATJSTIK: Teori danAplikasi. Jakarta; Erlangga, 2001 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta, 2007 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta, 2002 Wirawan Sarwono, Sarlito, Psiko/ogi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Venus, Antar, M.A, Manajemen Kampanye: Panduan Teoretis dan Praktis dalam Mengefektikan Kampanye Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda, 2007
INTERNET
http://www.jawapos.eo.id/mingguan/index.php?act=detail&nid=53585 www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/sl/ikom/2008/jiunkpe http://kangalimursyid.blogspot.com/2007/05/pendidikan-anti-korupsi berbasis.html
www. jiunkpe-ns-sl-2008-51402143-8717-bakso_tikus-chapter3 _1 _high.com http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=v&id=54 www.digilib.petra.ac.id/jiunkpe/sl/ikom/2008/jiunkpe http://politik.vivanews.com/
Lampiran Kuisioner Uji Coba Petunjuk Pengisian Angket di isi oleh responden dan dapat dibantu oleh team pengumpul data. Jika ada pernyataan yang belum jelas, saudara dapat bertanya dengan team pengumpul data. Tekhnik memberi jawaban dengan cara memberi jawaban pada tempat kosong yang tersedia. Mohon jawaban diberikan seobjektif mungkin dan sebenar-benarnya. Terim kasih Identitas Responden l.NamaLengkap:~~~~~~~~~~~~~~~~~~~-
2. Berapa usia saudara sekarang ? a. I 7 tahun
b. > I 7 tahun
3. Jenis Kelamin ? a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Apakah Anda Pernah Menyaksikan iklan PKS di televisi? a. Pernah
b. Tidak pernah
Jawaban di ceklis ( v ) Ada 5 artenatif jawaban, nntuk menjawab setiap pertanyaan
SS
: Sangat Setuj u
s
: Setuju
N
: Netral (tidak tahu)
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
•
No
Setiap pernyataan lmnya di isi oleh satu jawaban saja.
Alternatif Jawaban
Pernayataan Variabel Bebas (lndependen) Intensitas Menonton SS
1
2
3 4 5
Lebih lima kali dalam sehari saya menyaksikan iklan PKS Disetiap stasiun tv selalu ada iklan PKS Saya menyaksikan iklan PKS setiap hari Saya menonton seluruh iklan PKS pada saat muncul di televisi Saya menantikan iklan PKS tayang di televisi
s
N
TS
STS
6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17
Iklan PKS terlalu cepat sehingga sulit mengerti maksudnya Iklan PKS Tamoilannva lebih muda dan ceria Iklan PKS Unik dan berbeda denQan oartai lainnya Bahasa yang digunakan lklan PKS mudah dimengerti Saya tertarik dengan iklan PKS Saya suka dengan bahasa yang digunakan dalam iklan PKS Saya suka dengan bintang iklan PKS yang muda dan berwawasan Saya suka dengan gambar iklan PKS yang variatif dan menarik. Saya sukajingel PKS bukanjanji-janjinya dalam lklan PKS Saya tidak pernah melihat iklan PKS Hanya sekali dalam sehari saya melihat iklan PKS
18
Hanya sekali dalam seminggu saya menyaksikan iklan PKS Hanya di satu stasiun TV iklan PKS muncul
19
Saya mengganti saluran televisi ketika iklan PKS muncul
20
Saya menonton sebagian iklan PKS saja setiap kali muncul lklan PKS terlalu lama sehingga bosan melihatnya
21 22 23 24 25 26 27 28
Setelah menontoni lklan PKS ternyata Sama dengan iklan partai politik laninnya Bahasa yang digunakan dalam lklan PKS sulit dioahami Saya lebih menyukai iklan partai politik yang lainnya daripada lklan PKS Saya tidak suka denganjanii politik Saya tidak suka dengan tema iklan PKS Tklan PKS membosankan Saya tidak tertarik denganjanji-janji dari PKS dalam iklannya
Efek Kognitif
No
Alternatif Jawaban
Pernayataan Variabel Terikat (Dependen) Intensitas Menonton SS
1
Saya ingat PKS tiap lihat iklan PKS
2
Saya ingat PKS walaupun melihat iklan politik partai lain
s
N
TS
STS
3
Saya tahu PKS adalah partai peserta pemilu 2009
4
Saya tahu PKS adalah partai peserta pemilu 1999 - 2009
5
PKS adalah partai nomor urut 8
6
Saya ingat logo PKS dari iklan Televisi
7
Terna yang diusung adalah bersih, peduli dan professional
8
"harapan itu masih ada" adalah motto yang sering disebut dalam iklan PKS
9
Saya tertarik dengan iklan PKS dan saya akan meilih PKS
10 11
12
Saya Percaya dengan apa yang disampaikan maka saya akan memilih PKS Jika saya tahu partai politik selain PKS terlibat korupsi saya akan memilih PKS Jika saya bingung memilih partai politik maka saya memilih PKS
13
Saya percaya PKS adalah partai bersih dari korupsi
14
Saya percaya bahwa PKS akan membawa perubahan
15
16 17
Saya percaya apa yang disampaikan dalam iklan PKS adalah kenyataan Saya tetap yakin dengan PKS walaupun banyak pilihan lain PKS adalah Singkatan dari Partai Keadilan Sejahtera
18 Saya tahu PKS adalah Partai yang Bersih dari korupsi 19
Saya tahu PKS adalah Legislatif yang bersih dari skandal anggota dewan
20
Saya tahu PKS adalah partai yang peduli dengan rakyat .
21
Saya tahu PKS adalah partai islam
22 Jika saya memilih PKS Membuat legislatifyang lebih baik 23 24
Jika saya memilih PKS Membuat legislatif menjadi lebih bersih Jika saya memilih PKS Mewakili suara perempuan Menurut saya Anggota DPR dari PKS adalah partai yang
25 berani mengembalikan uang suap dan garatifikasi 26
Memilih PKS dengan Mencontereng no 8 pada surat pemilu
27 Memilih PKS dengan Mencontreng Caleg dari PKS
28 "Contreng pojok kanan atas" sering disebut dalam iklan 29 30 31 32 33
Saya tidak tahu iklan itu adalah iklan PKS Saya tidak ingat PKS ketika melihat iklan partai politik lain PKS adalah pese11a Pemilu 2009 saja Saya tidak tahu PKS adalah Partai peserta pemilu PKS adalah Partai nomor urut 16
34
Saya tidak tahu logo PKS
35
Saya tahu logo PKS bukan dari iklan di televisi
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
Terus, lanjutkan ! adalah motto yang sering tampil dalam iklan PKS Saya tidak ingin memilih PKS karena tidak percaya dengan ianii politik PKS Saya tidak akan memilih partai manapun Saya tidak memilih PKS karena tidak tertarik dengan iklan PKS Saya tahu ada partai yang lebih baik dari PKS maka saya memilih partai itu Saya yakin dengan memilih partai lain Saya tidak percaya dengan PKS karena itu hanya janji manis saja Say a percaya j ika PKS bukan pilihan terbaik saya PKS sama dengan partai lain yang obral janji saja Saya lebih percaya iklan GERINDRA PKS adalah Singkatan dari Partai Kebangkitan dan seiahtera Saya tidak tahu PKS adalah partai yang bersih dari korupsi Saya tidak tahu dewan legislatifbersih dari skandal dewan pada periode 2004-2009 Saya tidak tahu PKS adalah partai yang peduli dengan rakvat Saya tidak tahu PKS adalah partai islam Jika saya memilih partai PDIP akan membuat legislatif lebih baik Jika saya memilih Golkar maka indonesia bebas korupsi
Lampiran Kuisioner Setelah Uji Coba Petunjuk Pengisian
Angket di isi oleh responden dan dapat dibantu oleh team pengumpul data. Jika ada pemyataan yang belum jelas, saudara dapat bertanya dengan team pengumpul data. Tekhnik memberi jawaban dengan cara memberi jawaban pada tempat kosong yang tersedia.
Mohon jawaban diberikan seobjektif mungkin dan sebenar-benamya.
Terimakasih Identitas Responden I. Nama Lengkap :_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ __
2. Berapa usia saudara sekarang ? a. 17 tahun
b. > 17 tahun
3. Jenis Kelamin? a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Apakah Anda Pernah Menyaksikan iklan PKS di televisi? a. Pemah
b. Tidak pernah
5. Agama: a. Islam
b. Kristen
c. Hindu
d. Budha
Jawaban di cekhs (" ) Ada 5 artenatif jawaban, untnk menjawab setiap pertanyaan
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
N
: Netral (tidak tahu)
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
•
Setiap pernyataan hanya di isi oleh satu jawaban saja.
Variabel Intensitas Menonton
No
Alternatif Jawaban
Pernayataan Variabel Bebas (Independen) Intensitas Menonton SS
I 2
3 4 5
6 7 8 9 IO
Hanya di satu stasiun TV iklan PKS muncul
12
Saya mengganti saluran televisi ketika iklan PKS muncul
13
Iklan PKS Sama dengan iklan paiiai politik laninnva Saya Iebih menyukai iklan partai politik yang lainnya daripada Iklan PKS Iklan PKS membosankan bagi saya Saya tidak tertarik dengan janji-janji dari PKS dalam iklannya
15 16
N
TS
STS
Saya menyaksikan iklan PKS setiap hari Saya menonton seluruh iklan PKS pada saat muncul di televisi Saya menantikan iklan PKS tayang di televisi Iklan PKS Tampilannya lebih muda dan ceria Iklan PKS Unik dan berbeda dengan partai lainnya Saya tertarik dengan iklan PKS Saya suka dengan bintang iklan PKS yang muda dan berwawasan Saya suka dengan gambar iklan PKS yang variatif dan menarik. Sava suka iingel PKS bukan ianji-ianiinya. Saya tidak pernab melihat iklan PKS
11
14
s
Variabel Efek Kognitif
No
Alternatif Jawaban
Pernayataan Variabel Terikat (Dependen) Intensitas Menonton SS
1
Saya ingat PKS walaupun melihat iklan politik partai lain
2
Saya tabu PKS adalah partai peserta pemilu 2009
3
PKS adalah partai nomor urut 8
4
Terna yang diusung adalah bersih, peduli dan professional
5
"harapan itu masih ada" adalah motto yang sering disebut dalam iklan PKS
s
N
TS
STS
6 7
Saya Percaya dengan apa yang disampaikan maka saya akan memilih PKS Jika saya tahu partai politik selain PKS terlibat korupsi saya akan memilih PKS
8
Saya percaya PKS adalah partai bersih dari korupsi
9
Saya percaya bahwa PKS akan membawa perubahan
10
11
Saya percaya apa yang disampaikan dalam iklan PKS adalah kenyataan Saya tetap yakin dengan PKS walaupun banyak pilihan lain
17 PKS adalah Singkatan dari Partai Keadilan Sejahtera 13
Saya tahu PKS adalah Partai yang Bersih dari korupsi Saya tahu PKS adalah Legislatif yang bersih dari skandal
14 anggota dewan
15 Saya tahu PKS adalah partai yang peduli dengan rakyat 16 Saya tahu PKS adalah partai islam 17
Menurut saya Anggota DPR dari PKS adalah partai yang berani mengembalikan uang suap dan garatifikasi
18 "Contreng pojok kanan atas" sering disebut dalam iklan
19 20 21
Saya tidak tahu iklan itu adalah iklan PKS Saya tidak ingat PKS ketika melihat iklan partai politik lain Saya tidak talm PKS adalah Partai peserta pemilu
22
PKS adalah Partai nomor urut 16
23
Saya tidak tahu logo PKS
24
Saya tahu logo PKS bukan dari iklan di televisi
25 26 27 28 29
Saya tidak ingin memilih PKS karena tidak percaya dengan janji politik PKS Saya tidak akan memilih partai manapun Saya tidak memilih PKS karena tidak tertarik dengan iklan PKS Saya tidak percaya dengan PKS karena itu hanya janji manis saja Saya percaya jika PKS bukan pilihan terbaik saya
30 31 32 33 34 35 36 37
PKS sama dengan partai lain yang obral janji saja Saya lebih percaya iklan GERINDRA Saya tidak tahu PKS adalah partai yang bersih dari koruosi Saya tidak tahu dewan legislatif bersih dari skandal dewan pada periode 2004-2009 Saya tidak tahu PKS adalah partai yang peduli dengan rakyat Saya tidak tahu PKS adalah partai islam Menurut saya PKS sama dengan partai lain yang tergoda dengan uang suap dan korupsi
"Contreng gambar paling bawah"sering disebut dalam iklan PKS
Lampiran Uji Validasi Efek Kognitif
Correlations Correlations
Correlations
'AR00001
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
VAR00001 1
VAR00058 .188
20
.428 20
N 'AR00058
Pearson Correlation
.188
Sig. (2-tailed)
.428
N
1
VAR00002
VAR00058 .664*'
Sig. (2-tailed)
.001
N VAR00058
20
Pearson Correlation
.664*
Sig. (2-tailed)
.001
N
20
20
VAR00002 1
Pearson Correlation
20 1
20
20
••. Correlation is siQnificant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Correlations 'AR00003
'AR00058
VAR00003 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
20
VAR00058 .487• .030 20
Pearson Correlation
VAR00058
N Pearson Correlation
.030
Correlations
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
'AR00058
VAR00058 .493*
VAR00006
20
20
Pearson Correlation
.493*
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
.027
VAR00058
20
20
Pearson Correlation
.222
1
Sig. (2-tailed)
.347
N
20
20
.347
N
20 1
VAR00006 VAR00058 1 .222
Pearson Correlation
.027 20
N
1
Correlations
VAR00005 1
N
.482 20
.482
N
*.Correlation is siQnificant at the 0.05 level (2-tailed).
'AR00005
VAR00058 -.167
20 -.167
Sig. (2-tailed)
20
20
VAR00004 1
Sig. (2-tailed)
1
.487*
Sig. (2-tailed) N
VAR00004
20
20
'. Correlation is siQnificant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Correlations
AR00007
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
VAR00007 1
VAR00008
Pearson Correlation
.478*
Sig. (2-tailed)
1
VAR00058
.033
N
•. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pearson Correlation
.511·
Sig. (2-tailed)
.021
N Pearson Correlation
20 1
20
20
*.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations
VAR00009 1
VAR00058 .282
20
.228 20
Sig. (2-tailed) AR00058
.021
Pearson Correlation
Correlations
AR00009
VAR00058 .511·
20
N
20
20
VAR00008 1
N
20
20
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.033
N 'AR00058
VAR00058 .478*
.282
1
VAR00010
Pearson Correlation
VAR00010 1
Sig. (2-tailed) N VAR00058
Pearson Correlation
VAR00058
.857** .000
20 .857*'
20 1
Correlations
AR00011
Pearson Correlation
Correlations
VAR00011 1
Sig. (2-tailed) AR00058
VAR00058 .593" .006
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20
20 .593 ..
1
.006 20
20
VAR0001; Pearson Correla ti Sig. (2-tailed) N VAR0005! Pearson Correlati Sig. (2-tailed)
VAR00013 1
AR00058
VAR00058 .776• .000
N
20
Pearson Correlation
.116·
Sig. (2-tailed)
.000
N
20 1 20
20
VAR00014 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
'AR00058
VAR00058 .729*"' .000
20 .729"
20 1
.ODO 20
20
20
VAR00058 .601*"' .005 20 1
.601* .005
20
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed) N 'AR00058 Pearson Correlation
-·
·- . -·
.784•
VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20 1
.000
N
20
VAR00016 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
VAR00016 VAR00058 1 .637" .003
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00018 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20 .637'
20 1
.003 20
20
VAR00018 VAR00058 .685.. 1 .001
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20 .6a5·
20 1
.001 20
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
'AR00019
.000
Correlations
VAR00017 1
N 'AR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20
20
Correlations
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
". Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
'AR00017
1
Correlations
VAR00015 1
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.361 .118
VAR00014 VAR00058 1 .784"
N
Correlations
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
AR00015
20
Correlations
Correlations
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.118
N
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
AR00013
JAR00012 ~AR00058 1 -.361
Correlations
VAR00019 1
VAR00058 .664* .001
20 .664'
20 1
VAR00020 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00058 Pearson Correlation -·
-
VAR00020 VAR00058 .634· 1 .003 20 .634"
20 1
Correlations
Correlations
to0021
Pearson Correlation
VAR00021 1
Sig. (2-tailed) t00058
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20 .612··
VAR00058 .612*' .004 20 1
.004 20
20
VAR00022 Pearson Correlation
VAR00022 VAR00058 -.054 1
Sig. (2-tailed) N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20 -.054
.821 20 1
.821 20
20
'.Correlation is sianificant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations
100023
Pearson Correlation
Correlations
VAR00023 1
Sig. (2-tailed)
.818
N 100058
VAR00058 -.055
20
Pearson Correlation
20
-.055
Sig. (2-tailed)
1
.818
N
20
20
VAR00024 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
.218
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Correlations
20
20
-.288
1
.218
20
20
Correlations
VAR00025 1
:00025
Pearson Correlation
:00058
N Pearson Correlation
.682*
Sig. (2-tailed)
.001
Sig. (2-tailed)
N
VAR00024 VAR00058 1 -.288
VAR00058 .682*~
.001 20
20
1
VAR00026 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
VAROD026 VAR00058 1 -.127 .594
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
20
20
20
-.127
1
.594
N
20
20
. Correlation is sianificant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Correlations VAR00027 :00027 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N :00058
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00058 -.007
VAR00028 Pearson Correlation
.976
N VAR00058 Pearson Correlation
20
20 -.007
1
.976
Sig. (2-tailed)
VAR00028 VAR00058 .735" 1 .000 20 20 .735"' .000
Sig. (2-tailed)
N 20
20
20
1 20
••.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Correlations :00029
VAR00029 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N
00058
Pearson Correlation
20 .546·
Sig. (2-tailed)
.013
N
VAR00058 .546" .013
20
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20 1
VAR00030 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N VAR00058 Pearson Correlation
20
Sig. (2-tailed)
N
VAROD030 VAR00058 .719" 1
20 .719"
.000 20 1
.000 20
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
Correlations
VAR00041 l\R00041
l\R00058
VAR00058 -.050
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
N Pearson Correlation
20
20
-.050
1
.834
Sig. (2-tailed)
.834
N
VAR00042 Pearson Correlation
VAR00042 VAR00058 .659· 1
Sig. (2-tailed)
.002
N
20 .659.
VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
20
20 1
.002
N
20
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Correlations l\R00043
l\R00058
VAR00043 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
VAR00058 .545. .013
20 .545.
Sig. (2-tailed)
20 1
.013
N
20
20
VAR00044 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
VAR00044 VAR00058 .690. 1 .001
N
20 .690 ..
VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
.001
N
•. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
20
20
20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations Correlations VAR00045 l\R00045
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.027
N l\R00058
VAR00058 .494.
20 .494.
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20 1
.027
N
20
20
•.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
VAR00046 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
VAR00046 VAR00058 .400 1 .080
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20
20
.400
1
.080 20
20
Correlations Correlations
l\R00047
l\R00058
VAR00047 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation
20 .556.
Sig. (2-tailed)
.011
N
VAR00058 .556• .011
20 1
VAR00048 Pearson Correlation
VAR00048 VAR00058 .594.. 1
Sig. (2-tailed)
.006
N
20 .594.
VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
20
1
.006
N
20
20
20
20
••.Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
•. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations
Correlations VAR00049 l\R00049
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N l\R00058
Pearson Correlation
VAR00058 .675• .001
20 .675.
20
1
VAR00050 Pearson Correlatio
VAR00050 VAR00058 .s29• 1
Sig. (2-tailed)
N VAR00058 Pearson Correlatio
.000 20
.a29•
20 1
Correlations
Correlations
VAR00051
VAR00058
VAR00051 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00058 .152
VAR00052
20
20
Pearson Correlation
VAR00053 1
VAR00058 -.141
Sig. (2-tailed) VAR00058
20 .342
20 1
.140 20
20
Correlations
Correlations
VAR00053
VAR00058 .342 .140
N VAR00058 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
20 1
VAR00052 1
Sig. (2-tailed)
.523
.152 .523
Pearson Correlation
VAR00054
Pearson Correlation
VAR00058
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.554
N Pearson Correlation
20
20 1
-.141
Sig. (2-tailed)
.554
N
20
20
VAR00054 VAR00058 .714*' 1 .000 20 .714.
20 1
.000 20
20
••. Correlation is sianificant at the 0.01 level 12-tailed\. Correlations
Correlations
VAR00055 VAR00058 vAR00055 Pearson Correlation 1 .433 Sig. (2-tailed) .056 N 20 20 vAR00058 Pearson Correlation
1
.433
Sig. (2-tailed)
.056
N
20
20
Pearson Correlation
VAR00058
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation
VAR00058
Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00056 1
VAR00058 .576.. .008
20 _575•
VAR00057 1
VAR00058 .292
20 .292 .211 20
Keterangan : V AR00058 =TOTAL
.211 20 1 20
20 1
.008 20
••. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
VAR00057
VAR00056
20
Lampiran Kategori Responden No Res on den
1 2 3 5 6 7 8 9
13 14 15 16 17 18 19
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Agama
SKOR lntensitas
45 47 46 58 50 49 42 57 51 54 48 49 58 62 57 61 70 61 69 62 62 60 49 43 51 56 46 46 51 44 44 37 47 50 50 49 50 45 43 57 49 49 50
117 113 Hindu 115 115 Kristen Kristen 120 118 115 114
Kristen Kristen Kristen Kristen
109 113 112 120 97 100 113 110 126 112
45 46 47 48 49 50 51
54 55 56 57 58 59 60 61 62
68 69 70 71 72
73 74 75 76 77 78
50 49 50 45 69 58 69 74 67 51 49 50 45 43 56 49 49 58 53 65 44 50 49 42 57 51 54 48 49 58 65 71 55 63 59 44
50
Kristen
120 122 117 115 165 127 Kristen
181 113 117 109 118 127 Kristen Kristen
Kristen
100 130 116 122 121 143 141 125 Kristen Kristen
YAYASAN BINA DHARMA
SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA BINA DHARMA JI. Raya Ciracas No. 39 - Ciracas, Jakarta Timur 13740, Telp.: 3712207
SURAT KETERANGAN No:/J',2 /-1.851.5/2009
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Tohiran, S.Pd.
Jabatan
: Kepala SMA Bina Dharma
Menerangkan bahwa :
Nama
: DWITA YUSWANDARI
NomorPokok
: 105051102002
Jurnsan
: Komunikasi dan Penyiaran Islam (KP!) VIII
Konsentrasi
: Jurnalistik
Pergurnan TiPggi
: Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Adalah benar nama tersebut telah melaksanakan penelitian di SivfA Bina Dharma pada tanggal I April 2009 dengan judul Skripsi : "Intensitas Menonton Iklan Partai Keadilan Sejahtera di Televisi Terhadap Efok Kognitif Pernilih Pemula di SMA Bina Dharma".
Demikian surat ketera.ngan ini dibuat, agar dipergunakan sebagaimana mestinya.
.....--:;;:--:;:;;--.,Iata111:a, 2 April 2009 BinaDharma