DESCRIPTION OF THE EFFECTIVENESS OF “POS PEMBINAAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM)” AS CONTROL RISK FACTORS TO WARD NON COMMUNICABLE DISEASE Ivan Elisabeth Purba, Vierto Irennius Girsang, Taruli Rohana Sinaga Sari Mutiara Indonesia University BACKGROUND Control risk factors of non communicable disease is an effort to prevent chronic disease. One of the efficient and effective in controlling non communicable disease strategy is empowerment and increasing the role of the community that called “Posbindu PTM”. OBJECTIVES This study aims to description effectiveness of pos pembinaaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM) as control risk factors non communicable disease. METHODS This study use qualitative description by implementation of Posbindu PTM Sari Mutiara in three areas with different characteristics including urban, suburban and rural areas which carried out for 8 months. RESULT AND DISCUSSION Risk factors for non communicable diseases that are owned visitor are lack of physical activity, smoking, lack of fruit and vegetable consumption, obesity, cholesterol above normal and above normal blood sugar. Visitors are not routinely came on every implementation Posbindu PTM, the average of visits per visitor is 2 times. The motivation of visitors come to Posbindu PTM is 80% to check examination of blood sugar and cholesterol free. CONCLUSION People who do not continually come to Posbindu PTM cause the risk factors controlling of non communicable diseases difficult. POLICY RECOMENDATION This study recommended for Health Department of North Sumatera to further improve the dissemination of information to the public about the importance of risk factors controlling for non communicable disease as soon as possible. KEYWORDS : non communicable disease, Posbindu PTM, risk factor 1
Pendahuluan Indonesia saat ini menghadapi banyak beban penyakit dalam prmbangunan kesehatan, diantaranya penyakit infeksi yang tinggi, penyakit infeksi baru, penyakit infeksi yang telah lama hilang muncul kembali dan penyakit tidak menular yang prevalennya semakin meningkat. Indonesia dalam menghadapi tansisi epidemiologi dimana adanya peningkatan penyakit infeksi diikuti dengan peningkatan penyakit tidak menular memberikan beban ganda dalam pembagunan kesehatan di negara ini. Saat ini, penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 63% dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia. Menurut WHO Sekitar 80% kematian akibat PTM terjadi di negara sedang berkembang. Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15 dengan rentang waktu antaratahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama negara-negara berkembang. Menurut riset kesehatan dasar pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi beberapa PTM yaitu penyakit stroke 12,1‰, penyakit jantung coroner 1,55%, gagal jantung 0,3%, diabetes militus 6,9%, gagal ginjal 0,2%, kanker 1,4‰ dan PPOK 3,7%. Sedangkan prevalensi faktor resiko PTM di Indonesia menurut riset kesehatan dasar pada tahun 2013 yaitu merokok 36,3%, konsumsi makanan tinggi manis 53,1%, konsumsi makanan asin 26,2% serta konsumsi makanan tinggi lemak dan penyedap 77,3%. Pengendalian faktor resiko PTM merupakan upaya untuk mencegah PTM. Pencegahan PTM dapat dilakukan pada masyarakat sehat, masyarakat yang mempunyai faktor resiko dan bagi penyandang PTM. Tujuan pencegahan bagi mereka yang mempunyai diupayakan agar faktor resiko tersebut dapat menjadi normal kembali sedangkan bagi mereka yang telah memiliki PTM pencegahan dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta dapat meningkatkan kualitas hidup. Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat dapat dibekali dengan pengetahuan deteksi dini faktor resiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat ini selanjutnya disebut dengan pos pembinaaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM). Mengambil bagian dalam melaksanakan Posbindu PTM bagi Universitas Sari Mutiara Indonesia merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Pelaksanaan Posbindu PTM juga merupakan wujud peran serta perguruan tinggi dalam kegiatan deteksi dini, monotoring dan tindak lanjut diri faktor risiko 2
PTM secara mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini terhadap PTM tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya. Kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) meliputi merokok, kurang konsumsi sayur dan buah, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, pengukuran berkala Indeks Masa Tubuh (IMT), lingkar perut, tekanan darah, pemeriksaan gula darah sewaktu dan kolesterol total. Metode Penyelenggaraan Posbindu PTM di Universitas Sari Mutiara Indonesia diawali dengan pemberikan pelatihan pada kader Posbindu PTM. Pelatihan dilakukan pada bulan 1214 Februari 2015, kader-kader yang dilatih merupakan dosen-dosen dari berbagai disiplin ilmu di Universitas Sari Mutiara Indonesia. Dosen yang diberikan pelatihan dan menjadi kader sebanyak 24 orang. Kader yang telah terbentuk dibagi atas 3 tim yaitu Tim A, Tim B dan Tim C dengan masing-masing tim terdiri dari 8 orang. Selanjutnya Posbindu PTM di Universitas Sari Mutiara Indonesia diberikan nama Posbindu PTM Sari Mutiara. Lokasi pelaksanaan Posbindu PTM Sari Mutiara ada di tiga kabupaten/kota diantaranya Kota Madya Medan di Kelurahan Dwikora, Kabupaten Deli serdang di Lubuk Pakam dan Kabupaten Simalungun di Saribu Dolok. Posbindu PTM di Kelurahan Dwikora disebut Posbindu Sari Mutiara 1 dilaksanakan di rumah kepala lingkungan, Posbindu PTM Kabupaten Deli serdang di Lubuk Pakam disebut Posbindu Sari Mutiara 2 dilaksanakan di kantor Kelurahan Lubuk Pakam 3 dan Posbindu PTM Kabupaten Simalungun di Saribu Dolok disebut Posbindu Sari Mutiara 3 dilaksanakan di Puskesmas Saribu Dolok. Posbindu Sari Mutiara dilaksanakan setiap bulan di ketiga tempat tersebut diatas. Kegiatan yang dilakukan di Posbindu Sari Mutiara meliputi pendataan pengunjung, pemeriksaan deteksi dini faktor resiko, yang dilakukan dengan wawancara terarah dengan menggunakan pertanyaan yang ada dikartu kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya. Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan lemak dalam tubuh, pengukuran body age, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan kolestrol total, trigliserida dan yang terakhir adalah konseling. Hasil 3
Pelaksanaan Posbindu Sari Mutiara dilaksanakan mulai bulan April 2015 hingga saat ini telah lima bulan berjalan yaitu April, Mei, Juni, Agustus dan September. Pelaksanaan Posbindu setiap bulannya tidak bersamaan dengan kegiatan lain di lingkungan, dikelurahan maupun di Puskesmas. Proses kegiatan yang dilakukan pada setiap pelaksanaan Posbindu Sari Mutiara sebagai berikut 1. Meja 1
: registrasi dan pemberian nomor antrian
2. Meja 2
: wawancara untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya
3. Meja 3
: pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, IMT, pemeriksaan lemak dalam tubuh, pengukuran body age, pemeriksaan tekanan darah
4. Meja 4
: pemeriksaan gula darah, pemeriksaan kolestrol total, trigliserida
5. Meja 5
: konseling
Pada awalnya kader di Posbindu Sari Mutiara hanya dosen yang dilatih menjadi kader namun akhirnya berkembang ke mahasiswa. Pada bulan Mei 2015 dilakukan pelatihan pada kader mahasiswa. Kader mahasiswa yang berhasil dijaring sebanyak 19 mahasiswa yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu. Hingga pelaksanaan Posbindu Sari Mutiara setiap bulannya dilakukan oleh kader mahasiswa yang juga terdiri dari tiga tim didampingi oleh dua kader dari dosen secara bergantian. Pengadaan Alat kesehatan dan stik gula serta kolestrol yang dimiliki oleh Posbindu Sari Mutiara diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk pembiayaan setiap berangkat kelapangan meliputi biaya: transportasi, konsumsi dan snack kader serta biaya lainnya ditangung oleh Universitas Sari Mutiara Indonesia. Pemeriksaan kesehatan di Posbindu Sari Mutiara tidak dipungut biaya apapun dari pengunjung. Pemeriksaan gula darah dan kolesterol di berikan secara gratis kepada semua pengunjung. Setiap pengunjung rata-rata dilakukan pemeriksaan gula darah dan kolesterol. Namun semenjak September 2015 akibat keterbatasan stik gula dan kolesterol maka pada bulan tersebut pengunjung harus menganti biaya stik gula atau kolestrol jika ingin periksa gula dan kolesterol. Rata-rata usia pengunjung bervariasi mulai dari umur 24 tahun sampai umur 70_an. Namun dilihat dari segi usia proporsi pengunjung yang datang lebih banyak yang berusia diatas 40 tahun. Rata-rata pengunjung datang dengan berbagai faktor resiko PTM diantaranya kurang aktivitas fisik, merokok dan kurang konsumsi sayur dan buah. Hanya ± 10 dari 4
seluruh pengunjung yang datang telah menyandang PTM seperti Hipertensi, DM dan Penyakit Jantung. Jumlah pengunjung lama dan baru di tiga Posbindu Sari Mutiara digambarkan seperti dalam gambar berikut: Gambar 1. Jumlah Pengunjung Posbindu Sari Mutiara 1 (Medan) April – September 2015
Gambar 2. Jumlah Pengunjung Posbindu Sari Mutiara 2 (Lubuk pakam) April – September 2015
5
Gambar 3. Jumlah Pengunjung Posbindu Sari Mutiara 3 (Saribu Dolok) April – September 2015 50 45 40 35 30 25
Pasien Baru
20
Pasien Lama
15 10 5 0 April
Mei
Juli
September
Pembahasan Pelaksanaan Posbindu PTM secara kontinu memiliki tantangan yang tidak mudah untuk dihadapi, mempertahankan komitmen kader untuk tetap tekun melaksanakan Posbindu PTM setiap bulannya tanpa memberikan honor/kompensasi untuk waktunya yang dipakai, bukanlah hal yang mudah. Kader pada Posbindu Sari Mutiara adalah dosen dan mahasiswa yang juga memiliki banyak kesibukan sehingga kadang sulit meminta mereka untuk melaksanakan Posbindu PTM setiap bulannya. Namun pada perguruan tinggi ada kewajiban dosen dan mahasiswa untuk melaksanakan tri dharma perguruan tinggi dimana salah satu diantaranya adalah pengabdian masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui Posbindu PTM. Hal ini merupakan kesempatan yang tidak disia-sia oleh Universitas untuk meminta dosen tetap melaksanakan Posbindu setiap bulannya sembari melaksanakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi. Juga merupakan kekuatan adalah adanya pendanaan dari USM Indonesia berupa menyediakan transportasi dan pemberian biaya makan dan snack. Tantangan terbesar dalam pelaksanaan Posbindu PTM adalah ketersediaan alat dan bahan pemeriksa kesehatan. Masyarakat tidak akan tertarik untuk selalu datang ke Posbindu PTM jika pada Posbindu PTM yang dilakukan hanya pengukuran tinggi badan, berat badan, pengukuran lingkar perut, IMT, pemeriksaan lemak dalam tubuh, pengukuran body age, pemeriksaan tekanan darah dan konseling. Pemeriksaan gula darah, pemeriksaan kolestrol total dan trigliserida merupakan stimulus yang paling utama agar masyarakat tetap mau datang secara kontinu ke Posbindu PTM. Kelemahan yang dialami sejak bulan Agustus 6
sampai September adalah terbatasnya ketersediaan stik gula darah dan glukosa di Posbindu Sari Mutiara. Bahkan pada bulan September masyrakat harus mengganti biaya pembelian stik sehingga menurunkan minat mereka untuk datang secara kontinu ke Posbindu. Peluang yang sangat berharga dan dimanfaatkan oleh Posbindu Sari Mutiara adalah adanya permintaan dari beberapa pemerintah dan fasilitas kesehatan untuk dilaksanakan Posbindu PTM di wilayah kerja mereka. Namun host ini meminta untuk juga dibuatkan MOU untuk menjadi pengangan ke depan dan hal ini masih dalam proses untuk dibuatnya MOU antara tempat pelaksanaan Posbindu PTM dengan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Keaktifan Kepala Lingkungan, pihak Kelurahan dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas sangat diharapkan agar mengingatkan masyarakat untuk datang memeriksakan kesehatan ke Posbindu PTM. Posbindu PTM dapat dikatakan masih hal yang belum familiar di masyarakat sehingga untuk mendatangkan mereka ke Posbindu merupakan tantangan tersendiri bagi kader Posbindu PTM. Hal-hal yang dilakukan selama ini agar masyarakat mau datang ke Posbindu PTM adalah menyebarkan informasi melalui Kepala Lingkungan, Petugas Kelurahan dan Petugas Puskesmas biasanya diumumkan melalui ibadah. Selain itu sebelum pelaksanaan Posbindu PTM biasanya kader juga mendatangi ruamh-rumah warga untuk membagikan informasi tentang pelaksanaan Posbindu PTM. Tantangan yang sulit dihadapi adalah mendatangkan pasien yang telah pernah diperiksa atau disebut pasien lama di Posbindu PTM selanjutnya karena sangat sulit mengarahkan mereka untuk datang setiap bulan di Posbindu PTM maka untuk mengatasi hal ini kader meng_SMS pengunjung untuk datang kembali di Posbindu PTM berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Anies, 2006. Waspadai Ancaman Penyakit Tidak Menular. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Bustan 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Edisi 2. Rineka Cipta Gregg M.B. 1996. Field Epidemiology. Oxford University Press. New York. Tomas C. Timmreck,Phd 1998. Epidemiologi Suatu Pengantar . Edisi 2. EGC. Jakarta. Vaughan J.P. & Morrow R.H. 1993. Panduan Epidemiologi bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten. ITB. Bandung.
7