IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang berlokasi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. KGU merupakan perusahaan pelopor dan terlama di Indonesia yang bergerak di usaha penggemukan sapi (feedlot) yang telah berjalan selama 23 tahun hingga saat ini dan memiliki proporsi kapasitas produksi yang cukup besar di Jawa Barat, yaitu dengan kapasitas 5.500 ekor dan rata – rata penjualan per bulan pada tahun 2009 sebanyak 1.226 ekor. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Oktober hingga Desember 2009. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari setiap lembaga yang terlibat dalam tataniaga sapi potong mulai dari perusahaan, pedagang perantara, rumah potong hewan (RPH) hingga konsumen akhir yaitu ditingkat pengecer. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan perusahaan, informasi – informasi yang dimiliki oleh lembaga – lembaga tataniaga, instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan, dan studi literatur terkait. 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah berupa observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner terhadap 27 responden yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer pada setiap wilayah pemasaran PT. KGU (Tabel 6). Pengumpulan data menggunakan teknik snowball sampling dari PT. KGU, pedagang pengumpul, pedagang pemotong hingga ke konsumen akhir di tingkat pengecer dengan tujuan tidak adanya saluran tataniaga yang terputus.
25
Observasi merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mengamati, memahami, dan menganalisis kondisi perusahaan, pedagang, rumah potong hewan (RPH), dan pedagang pengecer. Wawancara dilakukan kepada semua pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu PT. KGU, pedagang pengumpul, pedagang pemotong, dan pedagang pengecer. Sedangkan kuesioner adalah instrumen pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan yang terkait dengan penelitian ini dan ditujukan kepada pihak – pihak yang terkait dengan penelitian ini. Tabel 6. Jumlah Pedagang per Lembaga Tataniaga di Setiap Wilayah Penelitian Sapi Potong PT. KGU Lembaga Tataniaga Keterangan Pedagang Pedagang Pedagang Pengumpul Pemotong Pengecer Bogor 4 5 4 Sukabumi 2 2 3 Bandung 1 4 Jakarta 1 1 Total 8 12 7 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dijabarkan secara deskriptif yaitu mengenai gambaran umum dan kondisi perusahaan, menganalisis saluran tataniaga dan fungsi tataniaga serta struktur dan perilaku pasar. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin tataniaga, producer share, dan rasio keuntungan-biaya. Pengolahan data analisis kuantitatif menggunakan Microsoft Excel dan sistem tabulasi data. 4.4.1 Analisis Saluran Tataniaga Analisis ini digunakan untuk mengetahui saluran tataniaga yang dilalui oleh komoditas sapi potong dari produsen sampai pasar pengecer. Dari analisis saluran tataniaga ini dapat diketahui berapa banyak jumlah lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga penggemukan sapi potong tersebut. Selain itu juga dapat diketahui pola saluran tataniaga yang terjadi berdasarkan pelaku tataniaga yang terlibat dalam penyaluran sapi potong tersebut.
26
4.4.2 Analisis Fungsi Tataniaga Analisis lembaga tataniaga ini digunakan untuk mengetahui fungsi – fungsi tataniaga yang dilaksanakan oleh masing – masing lembaga tataniaga. Analisis fungsi – fungsi tataniaga dugunakan untuk mengetahui kegiatan tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan Sapi potong dari produsen / perusahaan sampai pasar pengecer dan digunakan untuk mengevaluasi biaya tataniaga. Analisis fungsi tataniaga dapat dilihat dari (1) fungsi pertukaran yang terdiri atas fungsi penjualan dan pembelian, (2) fungsi fisik meliputi aktivitas penyimpanan dan pengolahan, pengangkutan dan pengemasan produk, dan (3) fungsi fasilitas yang terdiri atas fungsi standarisasi (sortasi), pembiayaan, penanggungan resiko dan informasi pasar. 4.4.3 Analisis Margin Tataniaga Margin tataniaga pada setiap individu atau lembaga tataniaga dihitung untuk mencari struktur (jenis) biaya dan besar biaya dari setiap tingkatan lembaga tataniaga dari tingkat produsen hingga ke konsumen. Margin tataniaga merupakan selisih dari harga daging sapi potong yang harus dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima pada tingkat produsen sapi potong. Dengan kata lain, margin tataniaga satu saluran tataniaga merupakan total dari seluruh keuntungan tataniaga pada saluran tersebut ditambah dengan total biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh seluruh lembaga tataniaga dalam saluran tataniaga tersebut. Secara matematis analisis margin tataniaga dapat ditulis sebagai berikut : m
M =∑ i=1
n
∑ Cij + ∑ πj j=1
Dimana :
€ €
€
€
M
= margin tataniaga
Cij
= biaya pemasaran fungsi tataniaga ke-i oleh lembaga tataniaga ke-j
πij
= keuntungan yang diperoleh lembaga tataniaga ke-j
m
= jumlah jenis biaya tataniaga
n
= jumlah lembaga tataniaga
27
Setelah itu, dilakukan analisis farmer’s share, yaitu analisis terhadap bagian petani yang diperoleh dari total harga akhir saluran tataniaga. Namun dalam penelitian ini, objek komoditi merupakan komoditi yang diproduksi oleh perusahaan (PT. KGU), bukan petani. Analisis farmer’s share dapat dihitung dengan rumus :
FS =
Pf X100% Pr
Dimana :
€
FS
= Famer’s share
Pf
= Harga sapi potong pada tingkat produsen
Pr
= Harga sapi potong pada tingkat konsumen akhir Untuk mengetahui penyebaran keuntungan dan biaya lembaga tataniaga
dianalisis dengan menggunakan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Perhitungan terhadap rasio keuntungan dan biaya dapat dilakukan dengan menggunakan rumus : Rasio Keuntungan dan Biaya (%) =
πi x 100 % Ci
Dimana :
Ci
πi € €
= Biaya tataniaga pada lembaga ke-i € = Keuntungan lembaga tataniaga ke-i
4.4.4 Analisis Struktur Pasar Analisis struktur pasar dapat diidentifikasi dengan banyaknya jumlah penjual dan pembeli, hambatan keluar masuk pasar, mudah tidaknya memperoleh informasi pasar, dan jenis produk. Struktur pasar ini akan menentukan pasar yang dihadapi oleh pelaku pasar yaitu produsen dan lembaga – lembaga pemasaran lainnya. 4.5 Definisi Operasional 1.
Produsen adalah PT. Kariyana Gita Utama (KGU) yang memproduksi sapi potong.
2.
Ternak adalah sapi potong yang dihasilkan oleh PT. KGU
28
3.
Karkas adalah potongan tubuh sapi tanpa kepala dan kaki bawah yang telah dikuliti dan dikeluarkan isi perut dan darah.
4.
Pengkarkasan adalah kegiatan pemotongan sapi dari keadaan hidup menjadi karkas.
5.
Biaya tataniaga adalah seluruh jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam rangka penyaluran atau pelaksanaan fungsi tataniaga sapi potong dari produsen sampai ke konsumen (Rp/kg bobot karkas).
6.
Marjin tataniaga adalah perbedaan harga produk sapi potong yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (Rp/kg bobot karkas).
7.
Farmer’s share adalah bagian yang diterima oleh produsen dari harga yang dibayarkan konsumen (%).
8.
Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli sapi potong dari PT. KGU dalam keadaan hidup dan menjual kembali sapi potong dalam keadaan hidup kepada pedagang pemotong. Tetapi ada pengumpul yang juga menjual dalam bentuk daging segar kepada pedagang pengecer dan konsumen.
9.
Pedagang pemotong adalah pedagang yang memotong sapi dan menjual sapi dalam bentuk daging kepada pedagang pengecer dan konsumen.
10. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli daging dari pedagang pengumpul/pedagang pemotong dan menjual juga dalam bentuk daging kepada konsumen. 11. Rumah Potong Hewan (RPH) adalah tempat untuk melakukan pengkarkasan sapi. 12. Sapi Bull adalah sapi jantan dewasa yang tidak dikastrasi. 13. Sapi Steer adalah sapi jantan yang telah dikastarasi. 14. Sapi Heifer adalah sapi betina yang belum pernah mengandung dan melahirkan. 15. Sapi Cow adalah sapi betina dalam usia afkir.
29