IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa investor yang berencana membangun
agrowisata memiliki lahan di lokasi
tersebut. Selain itu lokasi penelitian memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan agrowisata dan budidaya markisa.
Perencanaan kawasan
agrowisata tersebut membutuhkan analisis kelayakan usaha terutama kelayakan finansial yang dapat menjadi bahan pertimbangan, baik oleh investor maupun pemerintah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, diharapkan lokasi penelitian
dapat memenuhi kriteria yang dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Oktober-November 2009. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan investor yang tertarik dengan program pemerintah untuk mengembangkan agrowisata, pengelola kawasan wisata malino, pedagang buah markisa di pasar malino, pedagang perantara untuk industri pengolahan markisa, dan distributor pupuk. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang relevan dengan penelitian ini, serta data penunjang yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Selatan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gowa dan internet.
Pengolahan data kuantitatif
menggunakan program Microsoft Excel sebab program ini mudah dan lebih umum digunakan.
38
4.3. Metode Analisis Data 4.3.1. Aspek Pasar Analisis terhadap aspek pasar dilakukan untuk melihat adanya pasar potensial untuk agrowisata. Potensi pasar diukur berdasarkan peluang pasar dalam lapangan usaha yang berhubungan dengan produksi markisa dan pariwisata. Analisis juga dilakukan terhadap pangsa pasar dan bauran pemasaran sesuai perencanaan yang dilakukan oleh pihak yang terkait. 4.3.2. Aspek Teknis dan Manajemen Analisis terhadap aspek teknis dilakukan untuk melihat kesesuaian pemilihan lokasi proyek yang akan menjadi tempat agrowisata. Kesesuaian lebih dikhususkan pada pemilihan areal budidaya markisa.
Faktor-faktor yang
berpengaruh di sekitar lokasi tersebut seperti letak lokasi, aksesbilitas sarana transportasi, listrik dan air, serta sarana telekomunikasi. 4.3.3. Aspek Finansial Metode yang digunakan untuk melakukan analisis finansial pada proyek atau usaha ini adalah dengan menggunakan kriteria penilaian investasi. Metode tersebut bertujuan untuk mengkaji layak atau tidaknya suatu proyek atau usaha dapat dijalankan secara finansial. Metode tersebut terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Payback Period (PP). 4.3.3.1. Penentuan Manfaat Finansial Manfaat yang dapat diukur sacara finansial dalam penelitian ini adalah penerimaan penjualan bagi pemilik proyek atau usaha. Penerimaan penjualan diperoleh berdasarkan hasil penjualan output yaitu berupa produk jasa dan barang yang ditawarkan oleh proyek atau usaha tersebut. Perolehan keuntungan ini akan dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku. 4.3.3.2. Penetuan Biaya Finansial Biaya-biaya dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua jenis biaya yaitu biaya investasi dan biaya operasional. dikeluarkan selama proyek berjalan.
Biaya-biaya tersebut akan
Biaya investasi merupakan biaya yang
39
dikeluarkan pemilik usaha untuk membuat usaha baru.
Biaya operasional
meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas proyek. 4.3.3.3. Analisis Kelayakan Investasi Analisis data dilakukan secara kuantitatif untuk mengetahui kelayakan finansial dari usaha agrowisata. Kriteria yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan Payback Period (PBP). Net Present Value (NPV) merupakan keuntungan bersih yang berupa nilai bersih sekarang berdasarkan jumlah dari Present Value (PV). Rumus umum yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah:
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t i = Tingkat Diskonto (%) n = Umur proyek (tahun)
NPV memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu: 1) NPV < 0 (negatif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial karena masih mengalami kerugian. 2) NPV = 0, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak mengalami kerugian dan juga tidak mengalami keuntungan, maka keputusan untuk meneruskan usaha ini atau tidak berada di tangan pemillik usaha sendiri. 3) NPV > 0 (positif), hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial sebab mendapatkan keuntungan. Menurut Gray et al (2007) IRR merupakan discount rate yang membuat NPV sama dengan nol, tetapi tidak ada hubungannya sama sekali dengan discount 40
rate yang dihitung berdasarkan data di luar proyek sebagai social opportunity cost of capital (SOCC) yang berlaku umum di masyarakat (bunga deposito). Untuk menghitung IRR sebelumnya harus dicari discount rate yang menghasilkan NPV positif, kemudian dicari discount rate yang menghasilkan NPV negatif. Langkah selanjutnya adalah melakukan interpolasi dengan rumus berikut:
Keterangan:
IRR = Internal Rate of Return i1
= Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV+
i2
= Tingkat Diskonto yang menghasilkan NPV-
NPV1= Net Present Value bernilai positif NPV2= Net Present Value bernilai negatif IRR digunakan untuk menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa mendatang. IRR memiliki tiga nilai yang masing-masing memiliki arti terhadap kriteria investasi, yaitu: 1) IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak secara finansial. 2) IRR = SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan break even point. 3) IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara finansial.
Net B/C merupakan nilai manfaat yang bisa didapatkan dari proyek atau usaha setiap kita mengeluarkan biaya sebesar satu rupiah untuk proyek atau usaha tersebut. Net B/C merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Nilai Net B/C memiliki arti sebagai berikut:
41
1) Net B/C > 1, maka berarti proyek atau usaha layak dijalankan secara finansial. 2) Net B/C = 1, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada dalam keadaan break even point. 3) Net B/C < 1, maka berarti proyek atau usaha tidak layak dijalankan secara finansial. Rumus yang digunakan untuk menghitung Net B/C adalah:
Keterangan:
Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t i = Tingkat Diskonto (%) n = Umur proyek (tahun) Bt-Ct = untuk Benefit lebih besar dari Cost pada tahun ke-t Ct-Bt = untuk Cost lebih besar dari Benefit pada tahun ke-t
Pay Back Period (PBP) merupakan salah satu kriteria investasi yang berupa jangka waktu yang diperlukan dalam pengembalian seluruh investasi atau bisa diartikan juga sebagai teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Pay Back Period dapat dicari dengan mengakumulatifkan arus manfaat dan biaya mulai dari yang bernilai negatif hingga positif yang pertama. Payback Period dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
4.3.4. Analisis Sensitivitas Meneliti kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah disebut sebagai analisis sensitivitas (Gittinger 1986). Pada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat dari empat permasalahan yaitu:
42
1) Perubahan harga jual produk 2) Keterlambatan pelaksanaan proyek 3) Kenaikan biaya 4) Perubahan volume produksi Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasardasar perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini diperlukan sebab analisis proyek
didasarkan
pada
proyeksi-proyeksi
yang
banyak
mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu akan datang. Analisis sensitivitas ini dilakukan pada perubahan harga jual markisa, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan harga pupuk, perubahan volume penjualan akibat adanya risiko pengangkutan, dan perubahan jumlah kunjungan wisatawan. 4.4. Asumsi Dasar 1) Konsep Agrowisata pada usaha ini adalah konsep agrowisata buah. Adapun produk yang ditawarkan adalah produk barang dan jasa.
Produk barang
berupa markisa dijual ke pabrik pengolah markisa. Sedangkan produk jasa yang ditawarkan diperuntukkan bagi wisatawan berupa keindahan alam, pengalaman baru melihat hamparan kebun markisa dari ketinggian 28 meter di atas permukaan tanah dan mengelilingi kebun dengan sepeda tandem ataupun berjalan kaki. 2) Umur proyek disesuaikan dengan umur teknis mayoritas beberapa nilai aset terbesar
yaitu 15 tahun dengan periode investasi pada tahun ke-0.
Pertimbangannya adalah aset-aset tersebut merupakan aset yang penting yang akan banyak digunakan selama proyek menjalankan usaha. Aset tersebut antara lain sumur bor dan menara air, menara pandang, jalan masuk utama, jalan sepeda, pompa air, mesin pemotong rumput, toilet, motor bak, dan sepeda tandem. 3) Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan umur ekonomis aset. 4) Modal yang digunakan adalah sepenuhnya modal milik sendiri.
Pemilik
usaha atau investor tidak melakukan pinjaman kepada bank, lembaga, atau pihak manapun. 43
5) Lahan yang digunakan adalah seluas 20 Ha. Seluas 17 Ha digunakan untuk lahan dan 3 Ha untuk bangunan dan fasilitas agrowisata. 6) Harga yang diberikan dan permintaan bersifat konstan sehingga jumlah penjualan dari setiap produk konstan setiap tahun. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar pada saat penelitian. Harga markisa siuh adalah Rp 7.000,00/kg pada saat penelitian dilakukan. 7) Proyeksi kunjungan wisatawan ke agrowisata adalah 17.400 orang/tahun. Hal
ini
berdasarkan
proyeksi
dari
calon
investor
yang
tertarik
mengembangkan agrowisata markisa. 8) Biaya tiket masuk, sewa sepeda tandem, sewa parkir, tiket masuk menara pandang, dan sewa lahan untuk jualan adalah berturut-turut Rp 2.000,00, Rp 15.000,00, Rp 1.000,00 (motor), Rp 3.000,00 (mobil), Rp 10.000,00 (bus), Rp 2.000, dan Rp 3.000.000,00/tahun. Hal ini didasarkan pada biaya di tempat wisata terdekat dengan lokasi usaha yaitu kawasan wisata malino. Khusus untuk sewa sepeda tandem didasarkan pada biaya sewa pada salah satu agrowisata di Jawa Barat. 9) Biaya promosi ditetapkan sebesar Rp 50.000.000,00 setiap tahunnya oleh calon investor.
Kecuali tahun pertama sejumlah dua kali lipat sebab
diperlukan promosi yang lebih besar di tahun pertama. 10) Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 7 persen yang merupakan tingkat suku bunga deposito tertinggi menurut aturan Bank Indonesia per 3 Desember 2009. 11) Analisis data menggunakan data pajak penghasilan yang dikenakan berdasarkan tarif pajak menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Pajak yang dikenakan adalah sebesar 25 persen. 12) Dalam satu bulan terhitung 30 hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah 360 hari (12 bulan).
44