IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Aplikasi Model Regresi Model merupakan penjelas dari fenomena aktual sebagai suatu sistem atau proses (Koutsoyiannis, 1977). Model ekonometrika adalah suatu pola khusus dari model aljabar, yakni suatu unsur yang bersifat stokastik yang mencakup satu atau lebih peubah pengganggu (Intriligator, 1978). Model ekonometrika merupakan gambaran dari hubungan masing-masing variabel penjelas (explanatory varibles) terhadap peubah endogen (dependent variables) khususnya yang menyangkut tanda dan besar (magnitude and sign) dari penduga parameter sesuai dengan harapan teoritis secara apriori. Model yang baik haruslah memenuhi kriteria teori ekonomi (theoritically meaningfull), kriteria statistika yang dilihat dari suatu derajat ketepatan (goodness of fit) yang dikenal dengan koefisien determinasi (R2) serta nyata secara statistik (statistically significant). Sedangkan kriteria ekonometrik menetapkan apakah suatu taksiran memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan seperti unbiasedness, consistency, sufficiency, efficiency. Statistik DW adalah salah satu kriteria ekonometrika yang digunakan untuk menguji taksiran, yaitu menguji validitas dari asumsi otokorelasi (Koutsoyiannis, 1977). Spesifikasi model yang dirumuskan dalam penelitian ini sangat terkait dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya deindustrialiasi di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan dua model regresi untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan deindustrialisasi yang dilihat dari penurunan pangsa nilai tambah sektor industri sebagai dependent
186 variable baik dari sisi permintaan maupun dari sisi penawaran. Model regresi yang digunakan diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari sisi permintaan, model regresi dinyatakan sebagai berikut. SHINDt = ao + a1 SHINVESTt + a2 SHEXPORT t + a3 SHIMPNMIGAS t + U1t .................................................( 4.1) dimana : SHIND = Pangsa nilai tambah sektor industri SHINVEST = Pangsa investasi di sektor industri SHEXPORT = Pangsa ekspor produk-produk industri SHIMPNMIGAS = Pangsa impor produk-produk non-migas U = Variabel pengganggu t = Tahun Hipotesis tanda parameter a1 dan a2 > 0 dan a3 < 0. Hipotesis dari persamaan 4.1 adalah pangsa nilai tambah sektor industri dipengaruhi secara positif oleh pangsa investasi di sektor industri dan pangsa ekspor produk-produk industri serta dipengaruhi secara negatif oleh pangsa impor produk-produk non-migas.
Sementara itu, dari sisi penawaran, model regresi dinyatakan sebagai berikut.
SHINDt = ao + a1 UPAHt + a2 LISTRIKt + a3 BBM t + a4 TECH t + U3t ...................................................................(4.2) dimana : UPAH = Pangsa nilai tambah sektor industri LISTRIK = Harga rata-rata riil energi listrik BBM = Harga rata-rata riil bahan bakar minyak TECH = Tingkat teknologi pada sektor industri U = Variabel pengganggu t = Tahun Hipotesis tanda parameter a4 > 0 dan a1, a2 dan a3 < 0. Hipotesis dari persamaan 4.2 adalah pangsa nilai tambah sektor industri dipengaruhi secara positif oleh harga produk industri, pangsa impor barang modal
187 dan produktivitas sektor industri serta dipengaruhi secara negatif oleh tingkat upah sektor industri, harga energi (listrik dan BBM).
4.2. Aplikasi Model Ekonomi Keseimbangan Umum 4.2.1. Sumber dan Struktur Data Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis dampak reindustrialisasi terhadap kinerja ekonomi makro Indonesia dan kinerja sektor industri (kecil, menengah dan besar). Data yang digunakan adalah data Tabel Input-Output tahun 2005 yang sudah diperbaharui. Struktur tabel input-ouput yang digunakan sebagai data dasar model sama dengan yang digunakan pada model ORANI-F (Horridge et al., 1993) dan model INDOF (Oktaviani, 2000). Struktur detail dari tabel input-output dapat dilihat pada Gambar 25. Data dasar tabel inputoutput terdiri dari matriks penyerapan input di tiap industri, matriks produk bersama dan matriks pajak bersama. Kolom dari matriks penyerapan menunjukkan 6 pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumah tangga, ekspor, pemerintah dan inventori. Semua tabel yang dihitung pada tabel input-output dihitung dalam nilai rupiah. Baris pada matriks tersebut menunjukkan asal dari pembelian komoditas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi pada setiap kolom yang meliputi aliran bahan baku, margin, pajak, tenaga kerja, modal, tanah dan biaya lainnya. Di sini dapat dilihat hubungan antar komoditi pada tabel input-output menunjukkan hubungan sektoral antar industri dan hubungan agregat dari pelaku-pelaku ekonomi dalam ekonomi makro. Selain tabel input-output, model juga menggunakan Tabel SAM (Social Accounting Matrix) atau dikenal juga dengan SNSE (Sistem Neraca Sosial
188 Ekonomi) yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk semua faktor produksi, pendapatan rumah tangga dan pola dari pengeluaran rumah tangga. SNSE digunakan untuk melengkapi data pada tabel input-output, seperti data mengenai komposisi tenaga kerja (skill dan unskilled), pangsa modal dan lahan serta pangsa pendapatan di antara golongan rumah tangga. Tabel SAM yang digunakan adalah Tabel SNSE 2005 yang dipublikasi dalam tipe agregasi sektoral yaitu 37 x 37 dan 110 x 110.
4.2.2. Struktur Model Untuk mengkaji dampak faktor-faktor penyebab deindustrialisasi terhadap kinerja ekonomi makro Indonesia dan kinerja sektor industri digunakan model Computable General Equilibrium (CGE) sebagai alat analisis utama. Model CGE yang digunakan adalah model CGE comparative static.
Model dasar yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model CGE ORANI-F (Horridge et al., 1993), INDOF (Oktaviani, 2000), WAYANG (Wittwer, 1999), dan ORANIGRD (Horridge, 2002). Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi dari beberapa model CGE tersebut dan dilakukan pengembangan sehingga memungkinkan digunakan sebagai alat analisis untuk mengkaji dampak reindustrialisasi terhadap ekonomi makro dan kinerja sektor industri di Indonesia. Selanjutnya model ini diberi nama model CGE INDUSTRI INDONESIA (Model CGE-INDUSTRINDO). Penulisan notasi dalam model ini mengikuti sistem model ORANI-F (Horridge et al., 1993) dan INDOF (Oktaviani, 2000) dalam perubahan persentase. Sistem persamaan permodelan secara rinci, dan pemilihan variabel terikat (endogeneous variables) dan variabel penjelas (exogenous variables) dapat dilihat pada Oktaviani (2000). Model yang digunakan dalam kajian ini, mengasumsikan
189 bahwa seluruh industri beroperasi pada pasar dengan kondisi persaingan sempurna baik di pasar input maupun di pasar output. Hal ini mengimplikasikan bahwa tidak ada sektor atau rumah tangga yang dapat mengatur pasar, sehingga seluruh sektor dalam ekonomi diasumsikan menjadi penerimaan harga (price-taker).
Size Aliran Bahan
1 Produsen
2 Investor
I
I
Matriks Penyerapan 3 4 5 Rumah Ekspor Pemerintah tangga I I I
6 Inventori I
CxS VIBAS
V2BAS
V3BAS
V4BAS
V5BAS
V6BAS
CxSxM
V1MAR
V2MAR
V3MAR
V4MAR
V5MAR
V6MAR
CxS
V1TAX
V2TAX
V3TAX
V4TAX
V5TAX
V6TAX
O
V1LAB
I
V1CAP
I
V1LND
Margin
Pajak
Tenaga Kerja Modal
C = Jumlah komoditas I = Jumlah industri S = Jumlah sumber komoditas O = Jumlah jenis pekerjaan M = Jumlah Margin
Tanah
Biaya Lainnya
V1OCT I
Matriks Produk Bersama Ukuran
I
C
MAKE
Pajak Impor Ukuran C
I
V0TAR
Sumber : Horridge et al. (1993) dan Oktaviani (2000) Gambar 25. Data Input-Output pada Model Keseimbangan Umum
190 Pada tingkat output, harga-harga dibayar oleh konsumen sama dengan marginal cost dari memproduksi barang. Hal yang sama, dimana input dibayar sesuai dengan nilai produk marginalnya (value marginal productivity). Sebagai tambahan, persamaan permintaan dan penawaran untuk pelaku swasta diturunkan dari prosedur optimasi (optimization). Mengacu pada Horridge et al. (1993), Wittwer (1999), Oktaviani (2000) and Horridge (2002), sistem persamaan disusun ke dalam 17 blok. Inti dari 17 blok persamaan adalah sebagai berikut. 1. Permintaan tenaga kerja (demands for labour); 2. Permintaan faktor primer (demands for primary factors); 3. Permintaan input barang antara (demands for intermediate inputs); 4. Permintaan faktor primer komposit dan input barang antara (demands for composite primary factors and intermediate inputs); 5. Komposit komoditi dari output industri (commodity composites of industry outputs); 6. Permintaan barang untuk investasi (demands for investment goods); 7. Permintaan rumah tangga (household demands); 8. Permintaan ekspor dan permintaan akhir lainnya (export and other final demands); 9. Permintaan margin (demands for margins); 10. Harga pembelian (purchaser’s prices) 11. Kondisi keseimbangan pasar (market clearing conditions); 12. Pajak tidak langsung (indirect taxes); 13. GDP dari sisi pendapatan dan pengeluran (GDP from the income and expenditure sides);
191 14. Keseimbangan perdagangan dan agregat lainnya (trade balance and other aggregates); 15. Tingkat pengembalian dan indeks (rates of return, indexation); 16. Akumulasi hutang (debt accumulation); 17. Perluasan industri (industrial extension), yaitu pertama dengan menambahkan persamaan-persamaan untuk mengagregasikan variabel-variabel makroekonomi seperti GDP, konsumsi, investasi, ekspor, impor, pengeluaran pemerintah, dan inventory berdasarkan sektor-sektor ekonomi yaitu pertanian, pertambangan (termasuk migas), industri non-migas dan jasa. Model-model CGE sebelumnya menghasilkan hanya satu variabel GDP, tanpa dirinci ke dalam sektor-sektor tersebut. Dari langkah ini akan tercipta variabel-variabel makro seperti GDP sektor pertanian, GDP sektor pertambangan, GDP sektor industri, dan GDP sektor jasa. Demikian pula untuk variabel makro lain seperti konsumsi rumah tangga untuk produk-produk pertanian, pertambangan, industri dan jasa. Shock pada variabel reindustrialisasi akan menghasilkan perubahan pada variabelvariabel makro berujung pada variabel GDP keempat sektor tersebut, sehingga dapat dihitung bagaimana dampak shock variabel tersebut perubahan pangsa output setiap sektor, khususnya perubahan pangsa output sektor industri nonmigas yang digunakan sebagai indikator deindustrialisasi. Kedua, persamaanpersamaan untuk mendisagregasikan sektor-sektor ekonomi berdasarkan skala usahanya, yaitu kecil, menengah dan besar. Pendekatan top down digunakan untuk mendisagregasikan ke dalam skala usaha yaitu dengan melihat pangsa output, pangsa ekspor, pangsa investasi, pangsa pengeluaran rumah tangga berdasarkan skala usahanya. Penggunaan pendekatan top down ini relatif lebih mudah karena tidak membutuhkan data yang besar selain dari data pangsa-
192 pangsa berdasarkan skala usaha. Shock pada variabel reindustrialisasi akan menghasilkan perubahan pada variabel-variabel sektoral berdasarkan skala usaha, sehingga dapat dihitung bagaimana dampak shock variabel tersebut terhadap output dan penyerapan tenaga kerja sektoral berdasarkan skala usahanya yaitu kecil, menengah, dan besar. Struktur produksi dari suatu industri ditampilkan dalam Gambar 26. Dalam setiap proses produksi, masing-masing industri dapat memproduksi beberapa komoditi. Industri menggunakan faktor produksi primer dan input antara. Setiap input antara dapat diperoleh baik dari pasar domestik maupun impor. Faktor primer yang digunakan adalah tenaga kerja, lahan dan modal. Penyederhanaan asumsi kunci model produksi ini dibuat dalam beberapa tahap (multistage) termasuk pemisahan input-output, struktur hirarki didasarkan pada fungsi produksi constant elasticities of substitution (transformation) kecuali untuk tahapan kombinasi barang-barang antara (intermediate goods) dan agregat faktor primer (primary factors), yang menggunakan fungsi teknologi Leontief (fixed proportions technology). Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai berikut: F(input,output) = 0 ...................................................................................(4.3) dan dapat dituliskan kembali seperti: G(input)= X1TOT =H(outputs) ..............................................................(4.4) dimana X1TOT adalah sebuah indeks atau tingkat aktivitas industri. Asumsi pemisahan input output dalam fungsi transformasi diartikan bahwa kombinasi produksi dari produk-produk yang dihasilkan suatu industri tidak secara langsung dihubungkan dengan kombinasi penggunaan input tertentu, tetapi hanya melalui indeks antara (intermediary index) dari aktivitas dalam industri (Blackorby et al., 1978).
193 Hal yang sama, harga produk tidak memiliki pengaruh terhadap kombinasi input melainkan melalui pengaruh mereka pada tingkat aktivitas dalam industri. Gambaran ini merupakan substansial dalam penyederhanaan empiris. Sementara fungsi transformasi H(outputs) diasumsikan hanya memiliki tahap tunggal, fungsi G(inputs) secara hirarki memiliki percabangan sampai pada tiga tahap. Pemisahaan dan penyederhanaan selanjutnya berimpilikasi pada fungsi permintaan. Pada beberapa permintaan input pada tingkat tertentu dapat digambarkan sebagai fungsi dari harga input pada tingkat tersebut dan tidak perlu digambarkan sebagai fungsi dari harga input pada tingkat terendah dalam hirarki. Pada Gambar 26, pada level paling atas dari fungsi input, komoditi komposit, faktor primer komposit dan input “biaya lain” dikombinasikan menggunakan fungsi produksi Leontief, atau fixed proportions. Pada fungsi produksi ini, tidak ada substitusi antara input. Pada level kedua, permintaan terhadap faktor produksi primer mengikuti fungsi produksi CES. Pada level ini dengan mengikuti fungsi produksi CES tersebut dimungkinkan substitusi antar faktor produksi primer. Sedangkan permintaan terhadap input antara mengikuti asumsi yang digunakan pada model Armington, dimana barang impor dan barang domestik diasumsikan tidak bersubstitusi sempurna. Sedangkan pada level paling bawah, permintaan faktor produksi tenaga kerja juga berdasarkan pada fungsi produksi CES. Fungsi CES secara umum dapat dirumuskan sebagai:
y A bx1 g (1 b) x2 g
v / g
....................................................................... (4.5)
dimana: y = Output; x1 = Input 1; x2 = Input 2 A = Parameter efisiensi g = Parameter substitusi = Parameter elastisitas, dimana (=1/(1+g))
194
Blok 1. Permintaan Tenaga Kerja Persamaan permintaan terhadap tenaga kerja oleh suatu industri dirumuskan sebagai berikut: X1LABi_o = CESoOCC (X1LABio | 1LABi ; S1LABio) ......................... (4.6) dimana : X1LABi_o = Permintaan tenaga kerja oleh industri i pada semua jenis pekerjaan. CESoOCC = Fungsi CES 1LABi = Elastisitas substitusi berdasarkan jenis pekerjaan di setiap industri S1LABio = Pangsa berdasarkan jenis pekerjaan terhadap upah total yang dibayar oleh industri i Pada suatu model recursive dynamic tenaga kerja diasumsikan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun, sedangkan pada model statis tenaga kerja dalam periode analisis diasumsikan konstan. Blok 2. Permintaan Faktor Produksi Primer Total permintaan faktor produksi diperoleh dengan cara minimisasi biaya faktor, sehingga permintaan terhadap input primer dituliskan berikut ini.
X 1LABi _ o X 1CAPi X 1LNDi X 1PRIM i CES , , | 1PRIM ; S1LABi _ o ; S1CAPi ; S1LNDi A1LAB A1CAPi A1LNDi i_o ....................................................................................................(4.7) dimana: X1PRIMi = Permintaan faktor produksi primer oleh industri i X1CAPi = Permintaan kapital industri i X1LNDi = Permintaan lahan industri i A1LAB io = Poduktivitas tenaga kerja industri i pada semua jenis pekerjaan A1CAPi = Produktivitas kapital industri i A1LNDi = Produktivitas lahan industri i 1PRIMi = Elastisitas substitusi antar faktor produksi S1LABi_o = Nilai pangsa pada semua jenis pekerjaan terhadap upah total yang dibayar oleh industri i S1CAPi = Nilai pangsa kapital industri i S1LNDi = Nilai pangsa lahan industri i
195 Pasar Lokal
Pasar Ekspor
Pasar Lokal
Pasar Ekspor
CET
CET
Barang 1 X1TOT1
Barang 1 X1TOT1
CET 1OUT
Level Aktivitas
Leontief
Barang 1 X1i_s
Barang C Xci_s
Faktor Primer
CES 21
CES 2c
CES 1PRIM
Domestik Barang 1 X1”dom”i
Impor Barang 1 X1”imp”i
Domestik Barang 1 X1”dom”i
Impor Barang 1 X1”imp”i
Lahan X1LNDi
Tenaga Kerja X1LABi_
Biaya lain X1OCTi
Lahan X1LNDi
CES 1LAB
TK tipe 1 X1LABi1
TK tipe 2 X1LABi2
TK tipe 3 X1LABi3
Gambar 26. Struktur Produksi Model CGE-INDUSTRINDO
196 Blok 3. Permintaan Input Antara Dalam pemakaian input antara, suatu industri melakukan minimasi biaya total berdasarkan fungsi produksi CES, sehingga persamaan permintaan input antara dapat dirumuskan dalam bentuk berikut ini.
X1 X 1ci _ s CES csi | 1c ; S1csi , c COM , i IND .......................(4.8) sSRC A1csi dimana: X1cis = Permintaan input antara oleh setiap komoditi, setiap industri pada semua sumber X1csi = Permintaan input antara oleh setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber A1csi = Produktivitas input antara pada setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber 1c = Elastisitas substitusi input antara S1csi = Pangsa input antara pada setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber
Blok 4. Permintaan Komposit Input Antara dan Komposit Faktor Produksi Primer Dari sisi input, komposit komoditi, komposit faktor primer dan faktor yang termasuk kategori biaya lain-lain digabungkan ke dalam suatu fungsi produksi Leontief untuk menentukan tingkat produksi dari suatu industri. Spesifikasi fungsi ini adalah: X 1csi 1 X 1TOTi MIN MIN A1 A1TOTi csi cCOM
X 1PRIM , A1PRIM
i i
X 1OCTi ..(4.9) , , i IND A1OCTi
dimana: X1TOTi = Permintaan input gabungan industri i A1TOTi = Produktivitas input gabungan industri i A1csi = Produktivitas input antara pada setiap komoditi, setiap industri pada semua sumber A1PRIMi= Produktivitas input primer industri i X1OCTi = Permintaan input other cost industri i A1OCTi = Produktivitas input other cost industri i
197 Blok 5. Komposit Output dari Industri Komposisi komoditi yang diproduksi oleh suatu industri ditentukan berdasarkan pada prinsip maksimisasi penerimaan untuk setiap tingkat produksi dengan kendala fungsi teknologi CES:
X 1TOTi CET (Q1ci | 1OUTi ; S _ MAKEci ) ...................(4.10) cCOM
dimana: X1TOTi = Komposit output industri i 1OUT = Elastisitas transformasi pada industri i S_MAKEci = Pangsa produksi total komoditi c pada industri i Dari fungsi maksimisasi tersebut, transformasi antar komoditi akan mengarah pada komoditi yang harga relatifnya meningkat. Blok 6. Permintaan Barang Investasi Proses pembentukan investasi dan barang modal ditampilkan dalam Gambar 27. Sebagaimana halnya barang konsumsi, proses pembentukan barang modal bersifat multi tingkatan (multi-stage), dengan karakterisasi fungsi CES dalam tingkat awal dan fungsi Leontief pada tingkatan yang lebih tinggi. Pada tahap awal penggunaan barang impor dan domestik ditentukan berdasarkan minimasi biaya dengan fungsi produksi CES. Fungsi minimasi untuk suatu tingkat output tertentu dirumuskan sebagai berikut:
X 2 csi X 2 ci _ s CES | 2 c ; S 2 csi , c COM , i IND ...................(4.11) sSRC A2 csi dimana: X2ci_s = Permintaan barang kapital setiap komoditi, setiap industri pada semua sumber X2csi = Permintaan barang kapital setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber A2csi = Produktivitas barang kapital setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber
198 2c = Elastisitas Armington pada setiap komoditi S2 csi = Pangsa nilai kapital setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber Pada tahap berikutnya, minimisasi fungsi biaya Leontief dirumuskan sebagai: X 2TOTi
X 2 cs _ s 1 MIN A2 c COM A2TOTi ci _ s
, i IND ...........................(4.12)
dimana: X2TOTi = Permintaan total barang kapital pada industri i A2TOTi = Produktivitas barang kapital industri i Barang Modal
Leontief
Barang 1 X21i_s
Barang C X2ci_s
CES 21
Domestik Barang 1 X21”dom”i
CES 2c
Impor Barang 1 X21”imp”i
Domestik Barang 1 X2c”dom”i
Impor Barang 1 X2c”imp”i
Gambar 27. Struktur Pembentukan Investasi dan Barang Modal
Blok 7. Permintaan Rumah tangga Rumah tangga dianggap sebagai konsumen tunggal yang memaksimumkan utilitas. Fungsi spesifikasi konsumsi rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 28. Pada tingkatan yang paling tinggi, pilihan konsumen diantara berbagai jenis
199 komoditas berdasarkan pada fungsi linear expenditure demand system (LES). Pada tingkat kedua konsumen mengkombinasikan barang-barang dari berbagai sumber (domestik dan impor) berdasarkan mekanisme CES. Pada model CGE analisis permintaan didasarkan pada fungsi utilitas agregat Stone-Geary, yaitu : TOTALUTILITY = Pc X3LUXc S3LUXc ...............................................(4.13) dimana: TOTALUTILITY = Kepuasan total rumah tangga X3LUXc = Komposit agregat dari barang mewah.
Utilitas Rumah tangga
Stone Geary
Barang 1 X31_s
Barang C X3c_s
CES 31
Domestik Barang 1 X31”dom”
CES 3c
Impor Barang 1 X31”imp”
Domestik Barang c X3c”dom”
Impor Barang 1 X3c”imp”
Gambar 28. Spesifikasi Konsumsi Rumah tangga
Dengan bentuk fungsi di atas, utilitas diperoleh hanya dari konsumsi di atas tingkat subsisten. Sedangkan konsumsi barang mewah dapat dirumuskan berikut ini. X3LUXc = X3c_s - X3SUBc .....................................................................(4.14)
200 dimana : X3c_s = Konsumsi agrgegat barang mewah X3SUBc = Konsumsi subsisten barang c Pada setiap level rumah tangga, utilitas dirumuskan sebagai: UTILITY = TOTALUTILITY / Q .......................................................(4.15) = 1/ Q * X3LUXc S3LUXc .........................................................(4.16) Sedangkan pangsa pengeluaran bagi setiap barang ditentukan berdasarkan: P3c_s * X3LUXc = S3LUXc* V3LUX _c .............................................(4.17) dimana V3LUX_c merupakan pengeluaran total atas semua barang mewah.
Blok 8. Ekspor dan Permintaan Akhir Lainnya Dalam model ini ekspor dibagi menjadi dua kategori yaitu tradisional dan nontradisional sehingga spesifikasi fungsi bagi masing-masing grup dapat dibuat berbeda. Perbedaan spesifikasi terutama dalam hal elastisitas harga sendiri, dimana untuk ekspor tradisional volume ekspor sangat tergantung pada perubahan harga. Untuk jenis ekspor lainnya, ekspor diperlakukan sebagai residual dan merupakan proporsi dari ekspor total dalam grup tersebut. Ekspor tradisional dirumuskan sebagai berikut: X4c = F4Qc [P4c/PHI/ P4c]EXP_ELASTc ..................................................(4.18) dimana: X4c = Volume ekspor tradisional berdasarkan komoditi P4c = Harga komoditi (rupiah) PHI = Nilai tukar (rupiah per dolar US) EXP_ELASTc = Elastisitas ekspor berdasarkan komoditi F4c = Demand shifter Bagi kelompok nontradisional, volume ekspor dirumuskan sebagai : X4c = S4Q_”NTRAD” * X4_”NTRAD” ...............................................(4.19) dimana: X4c = Volume ekspor nontradisional berdasarkan komoditi S4Q_”NTRAD” = Rasio ekspor komoditi c terhadap total ekspor nontradisional X4_”NTRAD” = Volume ekspor seluruh komoditi nontradisional
201 Blok 9. Permintaan Barang Margin Penggunaan komoditi atau barang baik oleh produsen maupun konsumen pada umumnya memerlukan pelayanan jasa selanjutnya. Jenis jasa lanjutan ini dalam fungsi CES, LES dan Leontief belum dispesifikasi. Jenis jasa ini disebut barang margin dan contohnya adalah transportasi dan telekomunikasi. Jumlah barang margin yang dipergunakan oleh setiap agen diasumsikan sebagai suatu proporsi terhadap produksi dan konsumsi. Sebagai contoh, permintaan barang margin oleh suatu industri dapat dirumuskan sebagai berikut: X1MARcsim = A1MARcsim * X1csi .........................................................(4.20) dimana: X1MARcsim = Permintaan barang margin pada setiap komoditi, setiap sumber, setiap industri, dan setiap margin A1MARcsim = Produktivitas barang margin pada setiap komoditi, setiap sumber, setiap industri, dan setiap margin
Blok 10. Harga Barang di Tingkat Pembeli Input margin menimbulkan biaya yang harus dibayar oleh pengguna. Biaya tersebut akan menyebabkan harga di tingkat produsen (sumber komoditas) berbeda dengan harga di tingkat pengguna. Harga di tingkat pengguna akhir disebut harga pembeli (purchasers price). Purchasers Price = Harga Dasar Komoditi + Biaya Margin dan Pajak ..................................................................................(4.21)
Sedangkan harga barang impor dalam mata uang Indonesia dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P0IMPcsi = PF0CIFc * PHI * T0IMPc ..................................................(4.22)
202 Blok 11. Persamaan Market Clearing Dalam prakteknya, model CGE memerlukan ratusan kondisi keseimbangan pasar yang memuat hubungan antara harga dan jumlah komoditi, faktor produksi primer, dan faktor produksi antara. Pada prinsipnya, kondisi keseimbangan merupakan titik pertemuan antara penawaran dengan permintaan untuk berbagai komoditi. Sebagai contoh, kondisi keseimbangan kuantitas suatu faktor produksi secara agregat dapat dirumuskan sebagai berikut:
x1 fac _ i
1 V 1FAC _ i
V 1FAC
iIND
i
* x1 fac i ....................................(4.23)
dimana: x1fac_i = Persentase perubahan faktor produksi secara agregat x1faci = Persentase perubahan faktor produksi pada industri i V1FAC_i = Total pembayaran faktor produksi pada semua industri V1FACi = Pembayaran faktor produksi oleh industri i Blok 12. Pajak Tak langsung Pajak penjualan dinyatakan dalam bentuk ad valorem tax dan masing-masing jenis komoditi yang dibedakan atas sumber dan jenis penggunaannya memiliki tingkat pajak yang berbeda-beda. Bentuk umum nilai pajak dari suatu komoditi yang diproduksi secara domestik dapat dirumuskan sebagai: T1csi = F0TAXc_s * F1TAX_csi ................................................................(4.24) dimana: T1csi = Nilai pajak dari suatu komoditi yang diproduksi oleh domestik F0TAXc_s dan F1TAX_csi = Variabel shifter Blok 13. GDP dari Sisi Pendapatan dan Pengeluaran Komponen dasar dari model CGE berhubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh pemilik faktor produksi dengan pengeluaran pemilik faktor produksi tersebut. Oleh karena itu GDP dari sisi pengeluaran harus sama dengan GDP dari
203 sisi penerimaan. Persamaan-persamaan nilai tambah atau dari sisi penerimaan mencakup total pembayaran berbagai macam input, nilai biaya lainnya dan penerimaan total dari pajak komoditas dan GDP secara agregat. GDP dari sisi pengeluaran mencatat pembayaran agregat yang dilakukan oleh berbagai kelompok permintaan akhir, yaitu investasi total, konsumsi, ekspor bersih, permintaan lainnya (others demands) dan inventory, semua persamaan tersebut dalam bentuk perubahan persentase.
Blok 14. Neraca Perdagangan dan Agregat Lainnya Persamaan nilai terms of trade (nilai tukar).dirumuskan: P0TOFT = P4TOT / P0CIF_c ................................................................(4.25) dimana; P0TOFT = Terms of Trade P4TOT = Harga komoditi domestik P0CIF_c = Harga CIF semua komoditi Sedangkan balance of trade (dalam mata uang domestik) dirumuskan sebagai berikut: BTD = V4TOT - V0CIF_c .....................................................................(4.26) dimana: BTD = Balance of trade V4TOT = Nilai ekspor total V0CIF_c = Nilai total impor Blok 15. Tingkat Pengembalian Modal Dalam model ini, modal dibedakan dengan input lainnya, karena modal memiliki dua sifat, yaitu : dapat diproduksi dan dapat juga dihabiskan. Harga untuk membuat (menambah atau mengganti modal yang ada) (P2TOTi) berhubungan dengan harga dari penggunaan capital (P1CAPi) dan berdasarkan atas keinginan dari investor untuk berinvestasi.
204 Pada kajian ini, model investasi mengikuti model ORANI-F, dimana investasi dikondisikan sebagai berikut : untuk setiap industri tertentu semakin tinggi stok capital relative terhadap kapital stok agregat, akan semakin tinggi juga tingkat pengembalian modal bersih pada pembentukan modal baru relatif terhadap rata-rata tingkat pengembalian pada pembentukan modal (diantara semua industri). Lebih jauh, model ini juga mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian modal secara relatif berhubungan dengan tingkat stok kapital industri dengan elastisitas diasumsikan tetap. Rumus tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam model adalah sebagai berikut. R1CAPi / R1CAPFi = ((X1CAPFi / X1CAPi)/ X1GROW_i)BETA_Ri ...(4.27) Sedangkan X1GROW_i dirumuskan sebagai berikut: X1GROW_i = i (V0CAPi /V0CAP_i) * X1GROWi ...........................(4.28) dimana: R1CAPi = Net Rate of Return (tingkat pengembalian modal bersih) R1CAPFi = Tingkat pengembalian modal periode yang akan datang BETA_Ri = Parameter investasi pada industri i X1GROW_i = Tingkat pertumbuhan bersih agregat (seluruh industri) V0CAPi = Nilai stok kapital tetap pada periode awal di industri i V0CAP_i = Nilai stok kapital tetap pada periode awal semua industri X1GROWi = Tingkat pertumbuhan bersih di industri i Blok 16. Akumulasi Hutang Luar Negeri (Foreign Debt Accumulation) Akumulasi hutang terhadap GDP, dirumuskan dalam bentuk berikut ini. DEBT_RATIO = DEBT * P_GLOBAL/ V0GDPEXP .........................(4.29) dimana: DEBT_RATIO = Rasio hutang terhadap GDP DEBT = Hutang luar negeri riil P_GLOBAL = Nilai tukar/exchange rate („000 Rupiah / US$) antara periode T (diukur dalam nilai domestik) dengan periode dasar yang diukur dalam US dollar. V0GDPEXP = GDP nominal dari sisi pengeluaran
205 Blok 17. Perluasan Model CGE INDUSTRINDO Beberapa pembuat model CGE menggunakan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dalam hal memodelkan multi-regional (Madden, 1990; Navqi and Peter, 1994). Penggunaan model pendekatan bottom-up membutuhkan data arus perdagangan antar-skala usaha (kecil, menengah dan besar) dan data parameter substitusi perdagangan antar-skala usaha. Untuk mendapatkan arus perdagangan antar-skala usaha dan parameter substitusi merupakan kesulitan dasar dalam mengembangkan model antar-skala usaha. Karena alasan keterbatasan-keterbasaan data tersebut, dalam kajian ini digunakan pendekatan dari atas ke bawah (topdown). Keuntungan utama menggunakan pendekatan top-down yaitu data yang diperlukan secara relatif lebih sederhana, khususnya tidak memerlukan data arus perdagangan antar-skala usaha. Pendekatan ini juga membuat modifikasi model menjadi lebih sederhana. Dengan mengacu pada model ORANI-F (Horridge et al., 1993) dan INDOF (Oktaviani, 2000), tahap awal dalam menjalankan model antar-skala usaha dibutuhkan data tentang barang-barang dan jasa-jasa yang diperdagangkan antarskala usaha. Industri dibagi ke dalam skala usaha kecil, menengah dan besar. Komoditi dibagi ke dalam skala usaha kecil, menengah dan besar. Masing-masing share skala usaha dari output perekonomian adalah eksogen. Sebagai tambahan, share masing-masing komoditi yang digunakan di dalam skala usaha l bersumber dari skala usaha s yang sama untuk seluruh l. Seluruh tambahan database yang diperlukan untuk pengembangan model CGE-INDUSTRINDO adalah untuk masing-masing industri di seluruh skala usaha, dibutuhkan data share skala usaha awal dari output dan investasi. Untuk masingmasing komoditi, perlu diketahui share ekspor menurut skala usaha dan share
206 permintaan pemerintah menurut skala usaha. Tidak ada tambahan data yang diperlukan untuk menghitung share konsumsi rumah tangga menurut skala usaha. Hal tersebut diasumsikan bahwa nilai share awal konsumsi rumah tangga untuk seluruh komoditi menurut skala usaha adalah sama dengan share dari pendapatan upah yang diterima tenaga kerja dari perekonomian tersebut dikalikan dengan pendapatan tenaga kerja perekonomian. Berikut ini adalah beberapa tambahan persamaan yang diperlukan untuk pengembangan model CGE-INDUSTRINDO, antara lain: 1. Permintaan Input Barang Antara berdasarkan Komoditi, Sumber, Industri dan Skala Usaha X1CSI_SCLcsil = X1csi * SCLSHR1il ......................................................(4.30) dimana: X1csi = Permintaan input antara berdasarkan komoditi, sumber dan industri SCLSHR1il = Share input antara berdasarkan industri dan skala usaha 2. Permintaan Investasi berdasarkan Komoditi, Sumber, Industri dan Skala Usaha X2CSI_SCLcsil = X2csi * SCLSHR2il .................................................(4.31) dimana: X2csi = Permintaan investasi berdasarkan komoditi, sumber dan industri SCLSHR2il = Share investasi input antara berdasarkan industri dan skala usaha 3. Permintaan Konsumsi Barang Berdasarkan Komoditi, Sumber, Skala Usaha dan Rumah Tangga X3CS_SCLcslh = X3csh * SCLSHR3cl ....................................................(4.32) dimana: X3csh = Permintaan konsumsi berdasarkan komoditi, sumber dan industri SCLSHR3cl = Share permintaan konsumsi berdasarkan komoditi dan skala usaha 4. Permintaan Ekspor berdasarkan Skala Usaha X4_SCLcl = X4c * SCLSHR4cl .............................................................( 4.33) dimana:
207 X4c = Permintaan ekspor berdasarkan komoditi SCLSHR4cl = Share ekspor berdasarkan komoditi dan skala usaha 5. Permintaan “Other” berdasarkan Komoditi, Sumber dan Skala Usaha X5CS_SCLcsl = X5cs * SCLSHR5cl ....................................................... (4.34) dimana: X5cs = Permintaan input berdasarkan komoditi dan sumber SCLSHR5cl = Share input lain berdasarkan komoditi dan skala usaha 6. Permintaan Margin Input Antara Berdasarkan Komoditi, Sumber, Industri dan Skala Usaha X1MARG_SCLcsiml = X1csim * SCLSHR1il .........................................(4.35) dimana: X1csim = permintaan margin input barang antara berdasarkan komoditi, sumber dan industri. 7. Permintaan Margin Investasi Berdasarkan Komoditi, Sumber, Industri dan Skala Usaha X2MARG_SCLcsiml = X2csim * SCLSHR2il ..........................................(4.36) dimana : X2csim = permintaan margin investasi berdasarkan komoditi, sumber, dan industri. 8. Margin Konsumsi Swasta Berdasarkan Komoditi, Sumber, Skala Usaha dan Kelompok Rumah tangga X3MARG_SCLcsmlh = X3csmh * SCLSHR3cl .........................................(4.37) dimana : X3csmh = margin konsumsi swasta berdasarkan komoditi, sumber, dan rumah tangga.
9. Margin Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Komoditi dan Skala Usaha X4MARG_SCLcml = X4cm * SCLSHR4cl ..............................................(4.38) dimana: X4cm = Margin ekspor luar negeri berdasarkan komoditi
208 10. Margin “Other” Berdasarkan Komoditi, Sumber, dan Skala Usaha X5MARG_SCLcsml = X5csm * SCLSHR5cl ............................................(4.39) dimana: X5csm = Permintaan margin input lain berdasarkan komoditi dan sumber 11. Share Skala Usaha dari Produksi Industri
SCLSHR1il
X 1TOT _ Lil X 1TOT
...................................................................(4.40)
dimana: X1TOT_Lil = Total output berdasarkan industri dan skala usaha X1TOTi = Total output berdasarkan industri 12. Share Skala Usaha dari Investasi Industri yang Berhubungan pada Share Produksi Menurut Skala Usaha SCLSHR2il = SCLSHR1il * FSCL2il * FFSCL2i .................................(4.41) dimana: FSCL2il = Komplemen dari komoditi spesifik berdasarkan industri dan skala usaha FFSCL2i = Pergeseran share investasi industri yang sama di setiap skala usaha 13. Upah Total Seluruh Populasi dalam Perekonomian Sama Dengan Penjumlahan dari Upah Total Populasi Seluruh Skala Usaha
LABSCLTOT * QNAT LABSCLTOT * Q _ SCL i
l
s
s
......................(4.42)
s
dimana: LABSCLTOTl = Total upah tenaga kerja berdasarkan skala usaha QNAT = Total populasi dalam perekonomian LABSCLTOTs = Total upah tenaga kerja berdasarkan sumber Q_SCLs = Total populasi skala usaha berdasarkan sumber 14. Share Konsumsi Swasta Menurut Skala Usaha Berubah Searah dengan Perubahan Share Pendapatan Tenaga Kerja ( LABREV _ SCL) SCLHR3cl 1.0 * W 1LAB _ IO
EPS _ Hc
* FSCL3cl * FFSCL 3c ..............(4.43)
dimana: EPS_Hc = Elastisitas rata-rata pengeluaran rumah tangga
209 LABREV_SCLl = Upah berdasarkan skala usaha W1LAB_IO = Total upah untuk seluruh industri dan pekerja FSCL3cl = Komplemen dari komoditi spesifik berdasarkan industri dan skala usaha FFSCL3cl = Pergeseran share konsumsi yang sama berdasarkan industri di setiap skala usaha
15. Share Ekspor Luar Negeri Berdasarkan Komoditi dan Skala Usaha
SCLSHR4cl = FSCL4cl * FFSCL4c .......................................................(4.44) dimana: SCLGSHR4cl = Share ekspor luar negeri regional berdasarkan komoditi dan skala usaha FSCL4cl = Komplemen dari komoditi ekspor spesifik berdasarkan industri dan skala usaha FFSCL4c = Pergeseran share ekspor yang sama di setiap skala usaha berdasarkan komoditi 16. Share Permintaan “other” Menurut Skala Usaha SCLSHR5cl = FSCL5cl * FFSCL5c .......................................................(4.45) dimana: SCLSHR5cl = Share permintaan “other” berdasarkan komoditi dan skala usaha FSCL5cl = Komplemen dari komoditi “other” spesifik berdasarkan industri dan skala usaha FFSCL5c= Pergeseran share komoditi “other” yang sama di setiap skala usaha berdasarkan komoditi 17. Output Komoditi Lokal Non Margin
( SCLSHARE1il *V 1BAS i.dom. j * X 1CSI _ SCLi.dom. j .l ) j ( SCLSHARE 2 ir *V 2 BAS i.dom. j * X 2CSI _ SCLi.dom. j .l ) j 1 X 0 _ SCLil SCLSHARE 3 * V 3BAS TOTDEMSCLIL il i .dom.h * X 3CS _ SCLi .dom.l .h V 4 BAS i * SCLSHARE 4 il * X 4 _ SCLil V 5BAS i.dom * SCLSHARE 5il * X 5CS _ SCLi.dom.l ...............................................................................(4.46)
210 18. Penawaran Komoditi Lokal yang Berhubungan pada Produksi dari Industri Lokal MAKEcj X 0SCLcl * X 1TOT _ SCLil ........................................(4.47) j MAKE _ I c
19. Output dari Industri Nasional X1TOT_SCLil = X1TOTi * F_X1TOT_SCLil * FF_X1TOT_SCLi ...(4.48) dimana: X1TOT_SCLil = Permintaan input gabungan industri seluruh skala usaha berdasarkan industri dan skala usaha F_X1TOT_SClil = Deviasi spesifik skala usaha dari keragaan industri nasional FF_X1TOT_SCLi = Deviasi skala usaha yang sama dari keragaan industri nasional 20. Penggunaan Komoditi Lokal Margin ( SCLSHARE1il * V 1BAS c.dom.i * X 1CSI _ SCLc.dom.i.l i ( SCLSHARE 2il * V 2 BAS c.dom.i * X 2CSI _ SCLc.dom.i.l i SCLSHARE 3cl * V 3BAS c.dom.h * X 3CS _ SCLc.dom.l .h h V 4 BAS c * SCLSHARE 4 cl * X 4 _ SCLcl V 5BAS c.dom * SCLSHARE 5cl * X 5CS _ SCLc.dom.l 1 X 0 _ SCLol V 4MARusc * SCLSHARE 4ul * X 4MARG _ SCLucl TOTDEMSCLcl u SCLSHARE 3ul * V 3MARusch * X 3MARG _ SCLusclh s h V 5MARusc * SCLSHARE 5ul * X 5MARG _ SCLuscl s s SCLSHARE1il * V 1MARusic * X 1MARG _ SCLusicl i SCLSHARE 2il * V 2MARusic * X 2MARG _ SCLusicl
...............................................................................(4.49)
21. Keseimbangan Output Industri Seluruh Skala Dengan Industri Nasional
SCLSHARE
il
* X 1TOT _ Lil X 1TOTi * SCLSUM _ NATi ................(4.50)
l
dimana : SCLSUM_NATi = total share produksi menurut skala usaha dari industri nasional
211 22. Total Upah Berdasarkan Skala Usaha LABREV _ SCLl
1 LABSCLTOTl
( SCLSHAREil * VILABio * i o ( SCLSHR1 * P1LAB * X 1LAB )) (4.51) il io io
dimana: LABREV_SCLl = Pembayaran upah berdasarkan skala usaha LABSCLTOTl = Total upah tenaga kerja berdasarkan skala usaha 23. GDP Riil Regional (Gross Scale Products) ZTOT _ SCLl X 1PRIM _ i * ZCON _ SCLil ...............................(4.52) i
dimana: ZTOT_SCLl = GDP riil setiap skala usaha ZCON_SCLil = Deviasi total output menurut skala usaha dari GDP nasional 24. Perbedaan Kontribusi pada Total Output Skala Usaha dari GDP Nasional VALUADDil VALUADDTOTi ZCON _ SCLil VIPRIM i V 1PRIM K i
X 1TOT _ Lil X 1TOTil V 1PRIM * * X 1PRIM _ i VIPRIM k X 1TOTi k
.......................................................................................(4.53) dimana: VALUADDil = Pembayaran faktor berdasarkan industri dan skala usaha VALUADDTOTil = Total pembayaran faktor berdasarkan skala usaha 25. Tenaga Kerja Agregat Setiap Skala Usaha 1 ( LABINDSCLil * PERSON _ SCLil ) LABSCLTOTl i ...................................................................................(4.54)
PERSONTOT _ SCLl
dimana: PERSONTOT_SCLl = Jumlah tenaga kerja agregat (orang) LABINDSCLil = Upah tenaga kerja berdasarkan industri dan skala usaha LABSCLTOTl = Total upah tenaga kerja berdasarkan skala usaha PERSON_SCLil = Pekerja berdasarkan industri dan skala usaha (orang) 26. Tenaga Kerja Berdasarkan Skala Usaha dan Industri PERSON_SCLil = X1LAB_Oi*SCLSHR1il ........................................(4.55)
212
4.2.3. Elastisitas dan Parameter Lainnya Model CGE membutuhkan data parameter elastisitas dan beberapa parameter perilaku (behavioural) lainnya. Parameter elastisitas yang digunakan dalam model ini adalah elastisitas Armington, elastisitas substitusi untuk tenaga kerja, elastisitas substitusi untuk faktor primer, elastisitas permintaan ekspor dan elastisitas pengeluaran. Parameter lain yang diperlukan adalah parameter yang berhubungan dengan investasi. Idealnya, parameter-parameter tersebut diperoleh dari data time series yang kemudian diestimasi dengan menggunakan alat analisis ekonometrika. Namun demikian, secara relatif belum banyak usaha yang ditujukan untuk tugas mendasar ini bagi Indonesia, sebagian terkait dengan keterbatasan ketersediaan data time series yang baik (Oktaviani, 2000).
Oleh sebab itu,
beberapa parameter yang datanya tidak ditemukan di lapangan, nilai parameternya diperoleh dari hasil studi-studi terdahulu baik yang dilakukan di Indonesia maupun yang dilakukan di negara lain yang kemudian diaplikasikan secara logis untuk Indonesia. Berikut ini dijelaskan masing-masing besaran parameter elastisitas dan parameter lainnya yang akan digunakan dalam model.
4.2.4. Diagram Alir Penyusunan Model CGE INDUSTRINDO Diagram alir penyusunan model CGE INDUSTRINDO secara skematik disajikan pada Gambar 29. Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan model CGE INDUSTRINDO adalah membangun data dasar yang dambil dari sumber data Tabel Input-Output (I-O) dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) atau Social Accounting Matrix (SAM) versi terbaru. Data dasar yang dibangun
213 mengikuti langkah-langkah membangun data dasar model CGE INDOF, dengan memperhatikan sektor dalam penelitian yang telah ditentukan atau dipilih. Asumsi yang harus dipenuhi dalam membangun data dasar model CGE adalah : 1. Agregat Demand (AD) harus sama dengan Agregat Supply (AS) 2. Keuntungan murni (pure profit) harus sama dengan nol 3. Biaya (cost) yang dikeluarkan harus sama dengan penerimaannya (sales). Apabila asumsi ini telah terpenuhi, maka data dasar yang dibangun dapat digunakan sebagai data dasar model CGE. Sebaliknya apabila asumsi ini belum terpenuhi, maka harus dilakukan cek ulang mengikuti langkah-langkah model CGE INDOF. Berkaitan dengan struktur produksi, maka harus diketahui terlebih dahulu bagaimana struktur dan perilaku hubungan dalam input dan output sehingga harus diketahui masing-masing elastisitas dari fungsi Leontif, fungsi CET dan fungsi CES.
Koefisien dan parameter dari masing-masing fungsi tersebut diestimasi
dengan analisis ekonometrika atau diambil dari berbagai studi yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah melakukan agregasi sektor sesuai dengan tujuan penelitian yang didasarkan pada besaran pangsa dalam penggunaan input primer atau input antara.
Kemudian memasukkan, mengkalibrasi, memodifikasi dan
menggunakan nilai elastisitas dan parameter dengan data dasar model CGE yang sudah dibangun dengan model CGE INDUSTRINDO. Apabila proses tersebut telah sesuai dengan prosedur program GEMPACK, maka selanjutnya dapat dilakukan analisis dan simulasi reindustrialisasi yang dikaji dampaknya terhadap
214 ekonomi makro dan kinerja sektor industri non-migas termasuk industri kecil, menengah dan besar. Data SAM (SNSE)
Data I-O
Penentuan Sektor Penelitian
Mengikuti Model CGE INDOF
Membangun Data Dasar Model CGE (66 Sektor)
Ya
1. 2. 3.
Data Dasar Model CGE (66 Sektor)
Cek Keseimbangan AD = AS Pure profit = 0 Sales = Cost
Tidak
Agregasi Sektor Penelitian (27 Sektor)
Studi Literatur, Penelitian sebelumnya
Model CGE INDUSTRINDO
Estimasi Parameter dan Nilai Elastisitas
Variabel Reindustrialisasi untuk Mengantisipasi Deindustrialisasi
Analisis Dampak Reindustrialisasi Kinerja Ekonomi Makro
Kinerja Sektor Industri NonMigas (termasuk Industri Kecil, Menengah dan Besar
Gambar 29. Diagram Alir Penyusunan Model CGE INDUSTRINDO
Perubahan tingkat output sektor yang dihasilkan dari model CGE INDUSTRINDO dianalisis lebih lanjut untuk menghitung pangsa output sektor industri. Tahap terakhir adalah interpretasi hasil analisis dan simulasi
215 reindustrialisasi untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian serta menyusun implikasi kebijakan. Sementara itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab deindustrialisasi antara lain. : 1. Penurunan pangsa investasi sektor industri non-migas. 2. Penurunan pangsa ekspor produk-produk sektor industri non-migas. 3. Peningkatan pangsa impor produk-produk sektor industri non-migas. 4. Penurunan produktivitas cabang-cabang industri prioritas nasional. 5. Peningkatan harga energi (harga BBM dan listrik) dan upah tenaga kerja sektor industri non-migas. Simulasi strategi reindustrialisasi yang dapat dilakukan berdasarkan faktorfaktor yang diduga sebagai penyebab deindustrialisasi adalah : 1.
Peningkatan investasi di sektor industri non-migas.
2.
Peningkatan ekspor produk-produk industri non-migas.
3.
Penurunan impor barang-barang konsumsi dari produk industri melalui penguatan pasar dalam negeri untuk meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri melalui pengenaan hambatan-hambatan non tarif terhadap produk-produk industri non-migas.
4.
Subsidi input melalui penurunan harga energi (harga BBM dan listrik).
5.
Pengembangan kelompok industri prioritas seperti kelompok industri yang termasuk kelompok industri agro, kelompok industri basis manufaktur, dan kelompok industri alat angkut.