IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Secara grafis lokasi penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Lokasi penelitian.
28
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mempunyai visi: ”Kepulauan Seribu sebagai Ladang dan Taman Kehidupan Bahari yang berkelanjutan”. Dengan visi ini, maka prioritas program yang dikembangkan adalah budidaya perikanan, industri pariwisata bahari, kawasan daerah perlindungan laut atau konservasi. Program sea farming menjadi program andalan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dengan percontohan di Pulau Semak Daun Kelurahan Pulau Panggang. Luas kawasan daratan Pulau Semak Daun 0,5 ha dengan kawasan perairan karang 315 ha terdiri dari rataan terumbu “reef flat” 250 ha dan laguna atau goba seluas 25 ha. Pertimbangan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah kawasan ini sangat potensial untuk pengembangan program budidaya perairan karena memiliki perairan dengan rataan terumbu yang luas. Kawasan potensial untuk budidaya laut di Kepulauan Seribu diperkirakan mencapai 4.376,04 ha yang terdiri dari reef flat 4.027,45 ha; laguna 320,6 ha; selat 23 ha dan teluk 4,99 ha. 4.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini adalah metode studi kasus. Maksud dari kasus dalam penelitian ini adalah kelembagaan pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Nazir (1988) menyatakan bahwa penelitian kasus adalah penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subyek penelitian dapat saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian kasus merupakan suatu generalisasi dari pola-pola kasus yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Ruang lingkup studi dapat mencakup segmen atau bagian tertentu atau mencakup siklus kehidupan individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap faktor-faktor kasus tertentu, ataupun keseluruhan faktor-faktor dan fenomenafenomena, tergantung dari tujuannya. Studi kasus lebih menekankan pengkajian variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini berbeda dengan metode survei, dimana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit tetapi dengan unit sampel yang relatif besar (Nazir 1988). Nazir (1988) mengungkapkan langkah-langkah pokok dalam meneliti kasus adalah sebagai berikut :
29
1) Merumuskan tujuan penelitian 2) Menentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungan apa yang akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian 3) Menentukan rancangan serta pendekatan dalam memilih unit-unit dan teknik pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia 4) Mengumpulkan data 5) Mengorganisasikan informasi dan data yang terkumpul serta menganalisis untuk membuat interpretasi dan generalisasi 6) Menyusun laporan dengan memberikan kesimpulan serta implikasi dari hasil penelitian. Yin (1996) menyatakan bahwa ada 6 sumber bukti yang dapat dijadikan fokus bagi pengumpulan data studi kasus adalah: (1) dokumen, (2) rekaman arsip, (3) wawancara, 4) observasi langsung, (5) observasi pemeran serta, dan (6) perangkat fisik. Dalam hal ini diperlukan dua kategori data yaitu data utama dan data penunjang. Data utama diperoleh dari pencatatan langsung di lapangan, wawancara pada beberapa pembudidaya ikan dan pengamatan kejadian-kejadian khusus yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data penunjang diperoleh dari dokumen atau arsip tertulis serta laporan hasil penelitian serta publikasi lainnya. 4.3. Metode Pengumpulan, Jenis, Sumber dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsung dari para aktor yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Teknik pengumpulan data primer ini dilakukan melalui wawancara secara mendalam kepada para aktor, dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur. Sementara itu data sekunder diperoleh melalui data-data literatur perikanan Kabupaten Administrasi kepulauan Seribu, dokumen hasil penelitian dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait. Secara lengkap jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
30
Tabel 2 Tujuan penelitian, jenis, sumber dan analisis data No. 1.
2.
3.
4.
Tujuan Penelitian Menganalisis kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
Jenis Data
Sumber Data
Analisis Data
Kondisi geografis, kependudukan, ekonomi wilayah, potensi sumberdaya ikan, tingkat pemanfaatan, hukum formal (Undangundang, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah Gubernur DKI Jakarta, Peraturan Daerah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Keputusan Bupati Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu). Aturan informal (kesepakatan antar masyarakat)
Profil dan statistik perikanan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, wawancara, laporan tesis Pascasarjana IPB, dokumen penelitian PKSPL IPB
Deskriptif kualitatif
Identifikasi aktor, peran masing-masing aktor, hubungan antar aktor
Wawancara dan kuisioner
Analisis stakeholders
Identifikasi konflik antar aktor
Wawancara dan kuisioner
Analisis konflik
Menganalisis manfaat ekonomi pengelolaan sea farming
Jumlah produksi ikan (panen), jumlah biaya produksi
Wawancara, dokumen penelitian PKSPL IPB
Analisis pendapatan
Menganalisis biaya transaksi pengelolaan sea farming
Biaya pengambilan keputusan, biaya operasional bersama, biaya informasi
Wawancara dan kuisioner
Analisis biaya transaksi dan analisis keefektifan biaya
Menganalisis keberlanjutan pengelolaan sea farming
Domain dan indikator dalam rangka pengambilan keputusan mengenai tindak lanjut program sea farming
Wawancara dan kuisioner
Analisis evaluasi skenario program
Menganalisis kelembagaan pengelolaan sea farming
Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling dengan penggalian
data
menggunakan
panduan
kuisioner.
Maksudnya
adalah
pengumpulan data melalui penjelasan oleh peneliti dan mengambil responden berupa pembudidaya ikan yang terdaftar menjadi anggota kelompok sea farming di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang menurut pertimbangan sesuai dengan maksud penelitian. Nasution (2003) menyebutkan bahwa purposive sampling adalah sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian.
31
Penentuan aktor-aktor yang dijadikan responden dalam penelitian ini juga memperhatikan hasil-hasil studi sebelumnya. Oleh sebab itu, sebelum menentukan aktor-aktor yang akan dijadikan narasumber, peneliti terlebih dahulu melakukan studi literatur yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu. Literatur-literatur yang dijadikan rujukan dalam penentuan narasumber tersebut adalah laporan hasil penelitian tesis, dokumen hasil penelitian di Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu, dan dokumen-dokumen terkait lainnya yang dimiliki oleh Suku Dinas Kelautan dan Pertanian Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 4.4.
Metode Analisis Data
4.4.1. Analisis Kelembagaan Analisis kelembagaan dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya pesisir dan lautan di Kepulauan Seribu mempergunakan framework Institutional Analysis and Development (IAD). IAD ini dapat digunakan untuk menganalisis performa dan struktur aransemen kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir. Framework IAD dapat dilihat pada Gambar 7.
KELEMBAGAAN • Atribut fisik dari sistem • Aturan/kelembagaan • Atribut masyarakat/ norma sosial dan budaya
Arena aksi : • Pelaku (actor) • Stakeholders
Pola interaksi/ identifikasi konflik
• Manfaat ekonomi • Biaya transaksi
Gambar 7 Framework analisis dan pengembangan kelembagaan (Institutional Analysis and Development/IAD).
32
4.4.2. Analisis Stakeholder Analisis
stakeholder
adalah
analisis
yang
dilakukan
untuk
mengidentifikasi dan memetakan aktor (tingkat kepentingan dan pengaruhnya) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir serta potensi kerjasama dan konflik antar aktor. Aktor merupakan masyarakat yang memiliki daya untuk mengendalikan penggunaan sumberdaya. Mereka menjadi pengguna dari sumberdaya yang diteliti, akan tetapi bukan menjadi kajian objek sasaran untuk diteliti. Aktor sangat bervariasi jika dilihat dari derajat pengaruh dan kepentingannya. Aktor ini dapat diketegorikan sesuai dengan banyak atau sedikitnya
pengaruh
dan
kepentingan
relatifnya
terhadap
keberhasilan
pengelolaan sumberdaya alam. Brown et al. membagi aktor dalam beberapa kategori (Brown et al. 2001, diacu dalam Suhana 2008) yaitu: 1) Aktor primer, yaitu individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh rendah terhadap hasil kabijakan tetapi kesejahteraannya penting bagi pengambil kebijakan. 2) Aktor sekunder, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat. Hal ini disebabkan karena aktor ini adalah sebagian besar merupakan pengambil kebijakan dan terlibat dan implementasi kebijakan. Secara relatif pihak ini tidak penting, demikian pula denga tingkat kesejahteraannya bukan suatu prioritas. 3) Aktor eksternal, yaitu individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu proses melalui lobby kepada pengambil keputusan, tetapi interest mereka tidak begitu penting. Analisis stakeholder dapat dikatakan sebagai suatu sistem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau individu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off. Langkahlangkah yang dilakukan dalam menganalisis stakeholder adalah: 1)
Identifikasi aktor
2)
Membuat tabel aktor
3)
Menganalisis pengaruh dan kepentingan aktor
33
4)
Membuat aktor grid
5)
Menyepakati hasil analisis dengan aktor utama Proses penentuan aktor dilakukan dengan beberapa langkah antara lain:
a)
Mengidentifikasi
sendiri
berdasarkan
pengalaman
dalam
bidang
pembangunan wilayah atau berkaitan dengan perencanaan kebijakan. b)
Mengidentifikasi berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasil identifikasi ini berupa daftar panjang individu dan kelompok yang terkait dengan pembangunan wilayah pesisir.
c)
Identifikasi aktor menggunakan pendekatan partisipatif dengan teknik snowball yaitu setiap aktor mengidentifikasi aktor lainnya untuk diteliti. Berdiskusi dengan aktor pertama kali teridentifikasi dapat mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan aktor penting lainnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya. Metode ini dapat juga membantu mendapatkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kepentingan dan keterkaitan aktor. Untuk memudahkan analisis aktor, maka setiap aktor dikategorikan ke
dalam lima kategori yakni pemerintah (pengambil kebijakan dan lembaga legislatif), swasta (pengusaha dan lembaga donor), masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan organisasi sosial lainnya, serta perguruan tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dan kuesioner terhadap wakil dari masing-masing aktor yang teridentifikasi dari hasil analisis aktor, pengolahan data kualitatif hasil wawancara dikuantitatifkan dengan mengacu pada pengukuran data berjenjang lima, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan aktor Skor
Nilai
Kriteria
Keterangan Kepentingan Aktor
5
17-20
Sangat Tinggi
Sangat bergantung pada keberadaan sumberdaya
4
13-16
Tinggi
Ketergantungan tinggi pada keberadaan sumberdaya
3
9-12
Cukup Tinggi
Cukup bergantung pada keberadaan sumberdaya
2
5-8
Kurang Tinggi
Ketergantungan pada keberadaan sumberdaya kecil
1
0-4
Rendah
Tidak bergantung pada keberadaan sumberdaya
34
Tabel 3 Lanjutan Skor
Nilai
Kriteria
Keterangan Pengaruh Aktor
5
17-20
Sangat Tinggi
Jika responnya berpengaruh nyata terhadap aktivitas aktor lain
4
13-16
Tinggi
Jika responnya berpengaruh besar terhadap aktivitas aktor lain
3
9-12
Cukup Tinggi
Jika responnya cukup berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain
2
5-8
Kurang Tinggi
Jika responnya berpengaruh kecil terhadap aktivitas aktor lain
1
0-4
Rendah
Jika responnya tidak berpengaruh terhadap aktivitas aktor lain
Sumber: Haswanto (2006)
Untuk mengetahui besarnya kepentingan dan pengaruh masing-masing aktor terhadap pengelolaan sumberdaya di wilayah pesisir, alat analisis selanjutnya adalah analisis grid. Dalam analisis ini, aktor diketegorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sumberdaya. Sebaran posisi aktor menurut kepentingan dan pengaruhnya diilustrasikan pada Gambar 8.
Tinggi
A.
B.
Subjek
Pemain
Kepentingan C.
D.
Penonton
Aktor
Rendah
Rendah
Pengaruh
Tinggi
Gambar 8 Aktor grid (Haswanto 2006). •
Kotak A (subyek) menunjukkan kelompok yang memiliki kepentingan yang tinggi terhadap kegiatan tetapi rendah pengaruhnya, mencakup anggota organisasi yang melakukan kegiatan dan responsif terhadap pelaksanaan kegiatan tetapi bukan pengambil kebijakan.
35
•
Kotak B (pemain) merupakan kelompok aktor yang memiliki derajat pengaruh dan kepentingan yang tinggi untuk mensukseskan kegiatan seperti tokoh masyarakat, kepala instansi terkait, dan kepala pemerintahan.
•
Kotak C (penonton) mewakili kelompok aktor yang rendah pengaruh dan kepentingannya, Interest mereka dibutuhkan untuk memastikan dua hal yakni: (a) interest-nya tidak terpengaruh sebaliknya, dan (b) kepentingan dan pengaruhnya tidak mengubah keadaan.
•
Kotak D (aktor) merupakan aktor yang berpengaruh tetapi rendah kepentingannya dalam pencapaian tujuan dan hasil kebijakan.
4.4.3. Analisis Konflik Pengelolaan Sumberdaya Ikan Untuk menganalisis berbagai konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu digunakan pendekatan yang dilakukan oleh Fisher et al. (2000). Dalam metode analisis ini, sebelumnya dipahami dahulu mengapa konflik itu terjadi : (1) agar dipahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini, (2) identifikasi kelompok yang terlibat, dan tidak hanya kelompok yang menonjol saja; (3) agar memahami pandangan semua kelompok dan lebih mendalami bagaimana hubungan mereka satu sama lain; (4) identifikasi faktor-faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik; dan (5) agar belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan (Fisher et al. 2000). 4.4.4. Analisis Pendapatan terhadap Kesejahteraan Pembudidaya Dalam penelitian ini akan dihitung besarnya pendapatan pembudidaya ikan sebagai implikasi dari adanya pemberian dana bergulir (revolving fund) yang menjadi basis pembinaan kegiatan kelompok melalui pembelian benih ikan kerapu di tingkat pembudidaya, sehingga dapat diketahui pengaruh keberhasilan sistem pemberian dana bergulir tersebut terhadap pendapatan pembudidaya yang bermuara kepada tingkat kesejahteraan pembudidaya sebagai penerima dana. Untuk itu persamaan yang digunakan untuk menghitung pendapatan pembudidaya adalah :
π= TR - TC…………………………………………… (1)
36
Dimana :
π ( Pendapatan)
: Pendapatan
TR (Total Revenue)
: Total Penerimaan
TC (Total Cost)
: Total Biaya
4.4.5. Analisis Biaya Transaksi Masing-masing biaya transaksi yang dihadapi kelompok masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di Kepulauan Seribu tidak selalu sama. Komponen biaya transaksi terkait dengan mekanisme internal pelaksanaan organisasi kelompok masyarakat program sea farming di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang akan dihitung adalah meliputi biaya pengambilan keputusan (Z1), biaya operasional bersama (Z2), dan biaya informasi (Z3). Untuk menghitung besarnya total biaya transaksi (TrC) menurut Anggraini (2005) adalah : TrCij =
∑ Zij
(2) …………………………………….……………(1.1)
4.4.6. Analisis Keefektifan Biaya Analisis Keefektifan Biaya (AKB) adalah suatu teknik untuk memilih berbagai pilihan strategis dengan keterbatasan sumberdaya. Partowidagdo (1999) menyatakan bahwa AKB digunakan apabila sulit untuk memberikan nilai uang pada manfaat. Pada analisis ini diukur berapa rasio biaya terhadap satuan manfaat pelayanan publik, sehingga lebih mudah diaplikasikan. Secara matematis AKB dapat ditulis sebagai berikut (Partowidagdo 1999) : ∑ Biaya AKB = …………………………………………. (3) ∑ Manfaat
Terkait dengan hal tersebut maka analisis ini dimaksudkan untuk melihat efektifitas biaya mekanisme internal pelaksanaan organisasi kelompok masyarakat komunitas pembudidaya (Kelompok Sea Farming) di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (KAKS). Berdasarkan persamaan (2) dan (3) maka persamaan untuk menghitung AKB dapat ditulis menjadi :
37
AKB =
∑ BiayaTransaksi(TrCij ) ∑ ManfaatbagiPembudidaya
Keterangan : Manfaat bagi pembudidaya dalam penelitian ini adalah manfaat langsung bagi pembudidaya ikan kerapu anggota kelompok sea farming, yaitu keuntungan (π) pembudidaya dari hasil usaha budidaya ikan kerapu. 4.4.7. Analisis Evaluasi Skenario Program Dalam rangka pengambilan keputusan (decision making) mengenai tindak lanjut program sea farming maka dilakukan wawancara para stakeholder (responden) yang sekaligus sebagai pakar sehingga dapat memahami kondisi maupun visi ke depan prgram sea farming. Dalam wawancara tersebut digunakan 4 domain yakni lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan, dan pengelolaan program yang terbagi menjadi 12 indikator. Jawaban dari masing-masing diberikan skor sesuai skala Saaty dan selanjutnya analisis yang digunakan adalah SMART (Simple Multiple Attributing Rating Techniques) dengan alat bantu perangkat lunak Criterium Decision Plus version 3.0. Tahapan dari proses pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Domain dan Indikator Dalam analisis ini digunakan 4 domain dan 12 indikator utama yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Indikator dan parameter yang digunakan dalam skenario evaluasi No.
Domain
Indikator
1.
Lingkungan
Luas kegiatan sea farming yang dilaksanakan
2.
Sosial Ekonomi
Jumlah rumah tangga yang tersosialisasi program
Keterlibatan masyarakat 3.
Kelembagaan
Tata kelembagaan program Peran institusi terkait dalam pencapaian tujuan program
Uraian Perbandingan antara rencana jumlah atau luasan kegiatan sea farming yang diprogramkan dengan yang telah dilaksanakan Jumlah rumah tangga yang telah mendapatkan sosialisasi program, relatif terhadap jumlah rumah tangga dalam program Jumlah masyarakat yang terlibat dalam program Kesesuaian keterlibatan lembagalembaga yang terkait dengan program Kesesuaian peran lembaga-lembaga dalam mencapai keberhasilan program
38
Tabel 4 Lanjutan No.
Domain
4.
Pengelolaan Program
Indikator
Uraian
Efisiensi dan efektivitas anggaran
Penggunaan anggaran dalam mencapai keberhasilan program
Mekanisme koordinasi
Tingkat efektifitas dan efisiensi koordinasi antar lembaga dalam pelaksanaan program
Kesesuaian dengan tujuan program
Kesesuaian pelaksanaan program dengan tujuan program
Pengalaman berusaha SDM
Kesesuaian pengalaman berusaha dalam perekrutan SDM
Kemampuan dan keterampilan SDM
Kesesuaian kemampuan dan keterampilan dalam perekrutan SDM
Perilaku SDM (kejujuran, tanggung jawab, komitmen)
Tingkat kejujuran, tanggung jawab dan komitmen SDM
Pengembalian dana pinjaman
Tingkat pengembalian dana pinjaman sesuai dengan ketentuan
Dalam konteks skenario evaluasi, setiap skenario dievaluasi berdasarkan proses maupun outputnya kemudian diberikan skor menggunakan skala Saaty. Skor terendah (trivial) adalah 1 dengan pengertian bahwa dampak terhadap skenario bersifat nol, atau tidak berdampak. Sedangkan skor tertinggi (critical) adalah 9 dengan makna bahwa evaluasi skenario bernilai dampak tinggi. Secara lengkap dibawah ini menyajikan skor evaluasi terhadap indikator program sea farming. Tabel 5 Skor evaluasi indikator program sea farming dengan menggunakan skala Saaty Skor
Pengertian dalam evaluasi
1
Tidak Ada Dampak terhadap Skenario Evaluasi Program
2
Nilai Antara
3
Ada Dampak Kecil terhadap Skenario Evaluasi Program
4
Nilai Antara
5
Ada Dampak Sedang terhadap Skenario Evaluasi Program
6
Nilai Antara
7
Ada Dampak Besar terhadap Skenario Evaluasi Program
8
Nilai Antara
9
Ada Dampak Sangat Besar terhadap Skenario Evaluasi Program
39
2) Diagram Skenario Evaluasi Program Dalam analisis ini, pendekatan multi-criteria menjadi dasar bagi identifikasi skenario evaluasi bagi kelanjutan program sea farming. Dengan menggunakan software Decision Criterium Plus (DCP) dapat digambarkan mengenai kerangka pengambilan keputusan identifikasi skenario evaluasi program melalui mekanisme multi-citeria. Tujuan dari skenario adalah melakukan analisis prioritas terhadap skenario evaluasi program sea farming. Dengan menggunakan alat bantu kriteria lingkungan, sosial ekonomi, kelembagaan dan pengelolaan program maka dapat diidentifikasi opsi skenario evaluasi program seperti disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Skenario evaluasi program Skenario
Uraian
Skenario A
Program dilanjutkan sesuai dengan rencana (LTS)
Skenario B
Program dapat dilanjutkan dengan syarat perbaikan yang signifikan (LS)
Skenario C
Program dihentikan sama sekali (STOP)
4.5. Batasan Penelitian Batasan yang digunakan dalam penelitian Analisis Kelembagaan dan Biaya Transaksi dalam Pengelolaan Sea Farming di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah : 1) Daerah penelitian difokuskan di wilayah Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 2) Kegiatan penelitian difokuskan pada kegiatan program sea farming, yang merupakan program Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yang secara teknis dikelola Suku Dinas Kelautan dan Pertanian, bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB). Program sea farming adalah program pengelolaan sumberdaya dengan aktifitas utama marikultur dan aktifitas terkait lainnya (marine tourism) serta perbaikan kualitas dan kuantitas sumberdaya perairan maupun kualitas lingkungan laut berbasis masyarakat.
40
3) Data responden difokuskan pada pembudidaya ikan yang terdaftar menjadi anggota kelompok sea farming di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.