IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder seperti tabel I-O Indonesia
klasifikasi 175 sektor tahun 2005 dan 2008, Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008, Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2008, Statistik Indonesia tahun 2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, serta data Statistik Kehutanan Indonesia tahun 2008, Statistik Bina Produksi Kehutanan tahun 2006-2009 yang bersumber dari Departemen Kehutanan serta data-data hasil studi literatur lainnya yang menunjang penelitian. 4.2.
Struktur Tabel Input-Output Miyazawa Penelitian ini menggunakan model I-O Miyazawa yang pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1968 oleh Miyazawa dan ditulis kembali pada tahun 1976. Model ini membuat generalisasi keynesian income multipliers kedalam bentuk matriks inter-relational income multipliers. Model I-O Miyazawa merupakan pengembangan lebih lanjut dari model I-O Leontief. Kelebihan model I-O Miyazawa dibanding model I-O lainnya, model ini telah memasukan golongan pendapatan rumahtangga dalam model. Dengan demikian dapat melakukan analisis dampak perubahan final demand suatu sektor perekonomian terhadap
pendapatan
rumahtangga
pada
berbagai
golongan
pendapatan
rumahtangga. Penggunaan model I-O Miyazawa di Indonesia masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pada penelitian ini dibangun tabel I-O Miyazawa untuk Indonesia Tahun 2008 sebagai langkah awal untuk menjawab tujuan penelitian. Tabel I-O
49
Miyazawa pada penelitian ini diklasifikasi menjadi 30 sektor perekonomian yang dikembangkan dari tabel I-O Indonesia Tahun 2008 ditambah institusi rumahtangga sebagai sektor perekonomian yang diklasifikasi menjadi enam golongan pendapatan yaitu rumahtangga kota untuk pendapatan rendah, sedang dan tinggi serta rumahtangga desa untuk pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Selain itu untuk mempertajam pembahasan, sektor-sektor berbasis kehutanan yang menjadi fokus pada penelitian ini dilakukan disagregasi menjadi lima sektor yaitu sektor kayu dan hasil hutan lainnya, industri kayu gergajian, industri kayu lapis, industri bubur kertas dan industri mebel dan kerajinan. Rincian sektor selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Agregasi Sektor Pada Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008 No. Agregasi Sektor Kelompok 1 Tanaman bahan makanan Padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar, umbi-umbian, kacang, kedelai, kacang lainnya, sayuran, buah-buahan, padipadian dan bahan makanan lainnya 2
Tanaman perkebunan
Karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, hasil tanaman serat, tembakau, kopi, teh, cengkeh, kakao, jambu mete, hasil perkebunan lainnya, hasil pertanian lainnya dan jasa pertanian
3
Peternakan
Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar, susu segar, unggas dan hasilhasilnya, hasil pemeliharaan hewan lainnya, daging, jeroan dan sejenisnya
4
Perikanan
Ikan laut dan hasil laut lainnya, ikan darat dan hasil perairan darat, udang, jasa pertanian
5
Kayu dan hasil hutan lainnya Kayu dan hasil hutan lainnya (Kehutanan) Industri kayu gergajian Kayu gergajian dan awetan
6 7
Industri kayu lapis dan sejenisnya
Kayu lapis dan sejenisnya
50
Tabel 7. Lanjutan No. Agregasi Sektor 8 Industri mebel dan kerajinan
Kelompok Bahan bangunan dari kayu, perabot rumahtangga dan barang terbuat dari kayu, bambu dan rotan, barang anyaman selain dari plastik
9 10
Industri bubur kertas Pertambangan dan penggalian
Bubur kertas
11
Industri makanan
Daging olahan awetan, makanan dan minuman dari susu, buah-buahan dan sayuran olahan dan awetan, ikan kering dan asin, ikan olahan dan awetan, kopra, minyak hewani dan nabati, beras, tepung terigu, tepung lainnya, roti, mie makaroni, gula biji-bijian kupasan, coklat dan kembang gula, kopi giling dan kupasan, teh olahan, hasil pengolahan kedele, makanan lainnya dan pakan ternak.
12
Industri minuman
Minuman beralkohol dan tak beralkohol
13
Industri rokok
Tembakau olahan dan rokok
14
Industri pemintalan
Kapuk bersih, benang
15
Industri tekstil, pakaian dan kulit
Tekstil, tekstil jadi kecuali pakaian, barang rajutan, pakaian jadi, permadani dan tekstil lainnya, kulit dan olahan, barang dari kulit, alas kaki
16
Industri kertas dan barang cetakan
Kertas dan karton, barang-barang dari kertas dan karton, barang cetakan
17
Industri pupuk, kimia dan barang dari karet
Kimia dasar kecuali pupuk, pupuk, pestisida, damar sintetis bahan plastik, cat, obat-obatan, jamu, sabun, barang kosmetik, bahan kimia lainnya, karet remah dan asap, ban, barang dari karet dan plastik
18
Industri migas
Barang-barang hasil kilang minyak, gas alam cair (LNG)
19
Industri semen
Semen
Minyak bumi, gas bumi dan panas bumi, Batu bara, bijih timah, nikel, bauksit, tembaga, emas, perak, biji dan pasir besi, barang tambang logam lainnya, barang tambang mineral bukan logam, garam kasar, garam galian segala jenis
51
Tabel 7. Lanjutan No. Agregasi Sektor 20 Industri barang mineral bukan logam
Kelompok Keramik dan barang dari tanah liat, kaca, bahan bangunan dari kaca dan tanah liat, semen, barang bukan logam
21
Industri logam dasar, besi dan baja
Besi dan baja dasar, barang-barang dari besi dan baja, logam dasar bukan besi, barang dari logam bukan besi, alat dapur dari logam, perabot dari logam, bahan bangunan dari logam, barang logam lainnya
22
Industri alat angkutan, mesin, peralatan dan lainnya
Mesin penggerak mula, mesin dan perlengkapannya, mesin pembangkit dan motor listrik, mesin listrik, barang elektronika dan komunikasi, alat-alat listrik untuk rumahtangga, perlengkapan listrik lainnya, baterai dan aki, kapal dan jasa perbaikannya, kereta api, kendaraan bermotor selain sepeda motor, sepeda motor, alat angkut lainnya, pesawat terbang, alat ukur fotografi optik dan jam, barang perhiasan, alat musik dan olahraga, barang industri lainnya
23
Listrik, gas dan air bersih
Listrik, gas, air bersih
24
Bangunan
Bangunan tempat tinggal dan bukan, prasarana pertanian, jalan jembatan dan pelabuhan, bangunan untuk instalasi listrik gas air dan komunikasi
25
Perdagangan
Jasa perdagangan
26
Restoran dan hotel
Jasa perhotelan dan restoran
27
Angkutan
Jasa angkutan kereta api, jalan raya, laut, danau dan sungai, udara, dan jasa penunjang angkutan
28
Komunikasi
Jasa komunikasi
29
Keuangan dan jasa perusahaan
Bank, lembaga keuangan lainnya, asuransi, dana pensiun, sewa bangunan dan sewa tanah, jasa perusahaan
30
Jasa - jasa
Jasa pemerintahan umum, jasa pendidikan, kesehatan dan lainnya dari pemerintah dan swasta, jasa perorangan
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009b
52
Matriks dalam tabel I-O Miyazawa pada penelitian ini terdiri dari matriks permintaan antara, matriks permintaan akhir dan matriks input primer. Matriks permintaan antara atau sering disebut matriks input antara merupakan transaksi input-output antar sektor perekonomian yang terdiri dari 30 sektor perekonomian ditambah dengan institusi rumahtangga dengan enam klasifikasi golongan pendapatan yaitu rumahtangga golongan pendapatan rendah, sedang dan tinggi baik di perkotaan dan perdesaan. Dimasukannya institusi rumahtangga dalam matriks permintaan antara merupakan ciri khas model I-O Miyazawa yang membedakannya dengan tabel input-output lainnya yaitu adanya generalisasi keynesian income multipliers kedalam bentuk matriks inter-relational income multipliers. Tabel 8. Struktur Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008 Kolom Baris 1 2 3 . . . 30 31 . . . 36 190 202 203 204 210
Sektor 1 2 3 … 30
31
…
36
180
302
303
304
305
409
600
53
Keterangan : a) Sisi baris Baris 1 s.d 30 = sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input antara Baris 31
= rumahtangga kota pendapatan rendah
Baris 32
= rumahtangga kota pendapatan sedang
Baris 33
= rumahtangga kota pendapatan tinggi
Baris 34
= rumahtangga desa pendapatan rendah
Baris 35
= rumahtangga desa pendapatan sedang
Baris 36
= rumahtangga desa pendapatan tinggi
Baris 190
= jumlah input antara
Baris 202a
= surplus usaha sisa
Baris 203
= penyusutan
Baris 204
= pajak tak langsung bersih
Baris 210
= jumlah input
b) Sisi kolom Kolom 1 s.d 30 = sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input antara Kolom 31
= konsumsi rumahtangga kota pendapatan rendah
Kolom 32
= konsumsi rumahtangga kota pendapatan sedang
Kolom 33
= konsumsi rumahtangga kota pendapatan tinggi
Kolom 34
= konsumsi rumahtangga desa pendapatan rendah
Kolom 35
= konsumsi rumahtangga desa pendapatan sedang
Kolom 36
= konsumsi rumahtangga desa pendapatan tinggi
Kolom 180
= jumlah permintaan antara
Kolom 302
= konsumsi pemerintah
Kolom 303
= pembentukan modal tetap bruto
Kolom 304
= perubahan inventori
Kolom 305
= jumlah ekspor untuk barang dan jasa
54
Kolom 409
= jumlah impor untuk barang dan jasa
Kolom 600
= jumlah output
Matriks permintaan akhir dalam model I-O Miyazawa terdiri dari konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan jumlah ekspor bersih (barang dan jasa). Adapun matriks input primer terdiri dari surplus usaha, pajak tak langsung bersih dan penyusutan. Untuk kepentingan analisis dan kemudahan dalam membaca tabel, maka setiap sektor diberi nomor kode sesuai dengan klasifikasi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik seperti dalam tabel I-O Indonesia klasifikasi 175 sektor. Nomor kode lain yang juga digunakan pada tabel I-O Indonesia Tahun 2008 yang menjadi data dasar dalam penyusunan tabel I-O Miyazawa diantaranya adalah konsumsi rumahtangga (kode 301) yang ditempatkan pada kolom permintaan akhir serta upah dan gaji (kode 201) yang ditempatkan pada kolom input primer. 4.3. Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008 4.3.1. Agregasi atau Disagregasi Sektor Langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan tabel I-O Miyazawa adalah melakukan agregasi atau disagregasi sektor perekonomian yang didasarkan pada tabel I-O pada tahun yang sama. Agregasi atau disagregasi sektor dilakukan menurut kepentingan penelitian. Pada penelitian ini, dilakukan agregasi sektor perekonomian menjadi 30 sektor yang didasarkan pada tabel I-O Indonesia Tahun 2008 sebagai tabel dasar. Namun demikian, jika tabel I-O yang dijadikan tabel dasar pada tahun yang akan dianalisis belum tersedia, maka langkah awal yang
55
perlu dilakukan adalah menyusun tabel baru atau melakukan up-dating terhadap tabel I-O yang sudah ada sebelumnya. Menurut BPS (2000), berdasarkan jenis data yang tersedia maka metode penyusunan tabel I-O dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode survey, metode semi survey dan metode non-survey. Metode survey digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey atau penelitian lapangan. Metode semi survey digunakan apabila sebagian data yang diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey terutama data pendukung pembentukan matriks kuadran I. Sementara metode non-survey digunakan apabila seluruh data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel I-O lain yang sudah ada. 4.3.2. Penentuan Jenis Tabel Transaksi Jenis tabel transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel Input – Output Miyazawa Tahun 2008 adalah tabel transaksi total atas dasar harga produsen. Nilai transaksi pada tabel ini mencakup nilai dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik dengan menggunakan harga produsen. Oleh karena itu, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen ini berperan penting dalam melakukan analisis dengan model yang diturunkan dari tabel I-O karena transaksi pada tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah, dalam hal ini perekonomian Indonesia, yang dinilai dengan harga dari sisi produsen.
56
4.3.3. Penyusunan Matriks Inter-Relational Income Multipliers Penyusunan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 memerlukan data–data pendukung untuk menyusun matriks inter-relational income multipliers dalam matriks transaksi input antara. Pada penelitian ini, matriks inter-relational income multipliers pada sisi baris dan kolom terdiri dari baris 31 hingga baris 36. Pada sisi baris menjelaskan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan di perkotaan maupun perdesaan. Sementara itu, sisi kolom menjelaskan konsumsi rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan di perkotaan maupun perdesaan. Data yang digunakan untuk menyusun matriks inter-relational income multipliers yaitu data Susenas Tahun 2008, data Sakernas Tahun 2008 dan data statistik lainnya yang diperoleh dari Bagian Konsolidasi Neraca Sosial Ekonomi, Badan Pusat Statistik. 1.
Penyusunan Matrik Baris Menurut Sonis dan Hewings (2000), matriks inter-relational income
multipliers sisi baris diperoleh dari pendapatan rumahtangga sebagai balas jasa atas faktor produksi yang dimilikinya. Pada penelitian ini, klasifikasi penggolongan pendapatan rumahtangga rendah, sedang dan tinggi baik di perkotaan maupun perdesaan, didasarkan pada data Upah Minimum Provinsi (UMP) seluruh Indonesia tahun 2008 yang bersumber dari Asosiasi Pengusahan Indonesia (Apindo, 2009) dan komposisi struktur pendapatan rumahtangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia Tahun 2005 (BPS, 2008c). Data UMP yang dimaksud adalah rata-rata UMP seluruh Indonesia. Data UMP ini digunakan untuk melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan rendah.
57
Pada
penelitian ini diasumsikan rumahtangga pendapatan rendah baik
di perkotaan maupun di perdesaan adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan di bawah UMP. Berdasarkan publikasi Apindo (2009), rata-rata UMP seluruh Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 739 263 per bulan. Sementara itu, data SNSE Indonesia Tahun 2005 digunakan untuk melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan tinggi. Hasil perhitungan diperoleh bahwa rumahtangga pendapatan tinggi adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan rata-rata di atas Rp 1 801 021 per bulan. Adapun rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan lebih besar dari rumahtangga pendapatan rendah (di atas UMP) dan lebih kecil dari rumahtangga pendapatan tinggi seperti yang terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan Golongan Rumahtangga
Pendapatan Rata-Rata (Rp / bulan)
Pendapatan Rendah
< 739 263
Pendapatan Sedang
739 263 < pendapatan < 1 801 021
Pendapatan Tinggi
> 1 801 021
Sumber : 1. Badan Pusat Statistik, 2008c (diolah) 2. Asosiasi Pengusaha Indonesia, 2009 (diolah) Menurut
Sonis dan
Hewings (2000), pengisian sel
pendapatan
rumahtangga pada sisi baris (matriks V) dilakukan dengan mengalikan proporsi pendapatan rumahtangga dari setiap sektor dengan total pendapatan rumahtangga menurut
golongan
pendapatan.
Adapun
proses
perhitungan
pendapatan
rumahtangga dari setiap sektor menurut golongan pendapatan adalah sebagai berikut :
58
ΣSj(P)
= ΣCi - ΣWj
R
= ΣSj(P) / ΣSj
ΣSj(P)
= R*Sj
Ij
= Wj + Sj(P)
ΣSj(S)
= Sj - Sj(P)
θj
= Ij / ΣIj
Vj(l,m,h)(U,R)
= θj*ΣI(l,m,h)(U,R)
dimana :
2.
Ci
= konsumsi rumahtangga
Wj
= upah/gaji
Sj
= surplus usaha
ΣSj(P)
= surplus usaha parsial
ΣSj(S)
= surplus usaha sisa
R
= rasio surplus usaha parsial dengan surplus usaha
ΣIj
= total pendapatan rumahtangga
θj
= proporsi pendapatan rumahtangga
Vj(l,m,h)
= pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan
l,m,h
= rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi
U,R
= rumahtangga perkotaan dan perdesaan
i,j
= sektor ke-i dan j
Penyusunan Matrik Kolom Sonis dan Hewings (2000), pengisian sel pada kolom tabel I-O Miyazawa
tahun 2008 (matriks C) dilakukan dengan mengalikan proporsi konsumsi rumahtangga setiap sektor dengan total konsumsi rumahtangga menurut golongan pendapatan. Pada penelitian ini, klasifikasi konsumsi rumahtangga menurut golongan pendapatan didasarkan pada komposisi pengeluaran konsumsi rumahtangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia Tahun 2005 (BPS, 2008c).
59
Hasil perhitungan diperoleh informasi bahwa untuk wilayah perdesaan, konsumsi rata-rata rumahtangga pendapatan rendah sebesar Rp 517 969 per bulan dan rumahtangga pendapatan tinggi sebesar Rp 1 104 674 per bulan. Sedangkan konsumsi rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat konsumsinya lebih besar dari konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih kecil dari konsumsi rumahtangga pendapatan tinggi. Sementara itu untuk wilayah perkotaan, konsumsi rata-rata rumahtangga pendapatan rendah sebesar Rp 818 686 per bulan dan rumahtangga pendapatan tinggi sebesar Rp 1 558 333 per bulan. Sedangkan konsumsi rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat konsumsinya lebih besar dari konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih kecil dari konsumsi rumahtangga pendapatan tinggi. Klasifikasi konsumsi atau pengeluaran rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan rumahtangga pendapatan rendah, sedang dan tinggi baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan secara lengkap disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi Konsumsi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan Golongan Rumahtangga
Konsumi Rata-Rata (Rp / bulan)
Desa Pendapatan Rendah
< 517 969
Pendapatan Sedang
517 969 < konsumsi < 1 104 674
Pendapatan Tinggi
> 1 104 674
Kota Pendapatan Rendah
< 818 686
Pendapatan Sedang
818 686 < konsumsi < 1 558 333
Pendapatan Tinggi
> 1 558 333
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008c (diolah)
60
Proses perhitungan besarnya konsumsi rumahtangga tiap sektor menurut golongan pendapatan adalah sebagai berikut :
ήi
= Ci / ΣCi
Ci (U,R) (l,m,h)
= ήi * ΣC (U,R) (l,m,h)
dimana :
ήi
= proporsi konsumsi rumahtangga
Ci
= konsumsi rumahtangga
ΣC
= total konsumsi pada berbagai golongan pendapatan
i
= sektor ke-i
l,m,h
= rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi
U,R
= rumahtangga perkotaan dan perdesaan
4.3.4. Rekonsiliasi Data Tahap rekonsiliasi data dilakukan dalam rangka penyesuaian data dalam penyusunan tabel I-O Miyazawa. Rekonsiliasi data terutama untuk memeriksa konsistensi antar sel. Selain itu keseimbangan input-output juga menjadi hal penting yang dilakukan dalam proses rekonsiliasi data. Penyusunan Tabel I-O / Up-dating
Tidak
Ketersediaan Tabel Dasar Tabel I-O 2008
Ya
Agregasi/Disagregasi Sektor - Susenas 2008 - Sakernas 2008 - Data statistik lain
Penyusunan Matriks Inter-Relational Income Multipliers Tidak
Konsistensi Data Ya
Tabel I-O Miyazawa 2008
Gambar 9. Proses Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008
61
4.4. Analisis Data 4.4.1. Analisis Pertumbuhan Struktural Pada penelitian ini analisis terhadap faktor-faktor pertumbuhan gross output berdasarkan sistem I-O difokuskan untuk menganalisis perkembangan dan sumber-sumber pertumbuhan gross output sektor berbasis kehutanan di Indonesia. Analisis pertumbuhan gross output didasarkan pada perubahan gross output tahun dasar (I-O tahun 2005) dengan tahun analisis (I-O tahun 2008). West (1993) menyatakan bahwa dalam tabel I-O, total output merupakan penjumlahan antara permintaan antara (intermediate input), permintaan akhir domestik (domestic final demand), ekspor minus impor. Secara matematik dapat dituliskan sebagai berikut : X i AX i Fd i Ei IM i …..……...………………..…………..… (36) dimana : Xi
= total output sektor i
A
= matriks koefisien input – output
Fdi
= permintaan akhir domestik sektor i
Ei
= ekspor sektor i
IMi
= impor sektor i
Perubahan gross output (ΔX) merupakan selisih antara Xt dan X0, dimana (t) menunjukan tahun dasar (tahun 2005) dan (0) menunjukan tahun proyeksi (tahun 2008). Dengan demikian perubahan gross output disebabakan oleh empat komponen penting yaitu expansion of domestic final demand (FD), exsport expansion (EE), import substitution (IS) dan technological change (IO). Zuhdi (1999), jika impor diasumsikan dalam fungsi permintaan total, maka persamaan impor dapat dituliskan menjadi :
62
IM m( AX Fd E ) atau IM (1 )( AX F E ) ………………….…...………..……………(37)
dimana : μ
= 1- m = rasio penawaran domestik terhadap produksi total
m
= IM/D = koefisien impor
D
= permintaan total
IM
= impor
Dengan demikian formulasi untuk variabel output (X) dapat dituliskan menjadi : X AX f E ………………………………………..………... (38)
dimana : μ
= rasio penawaran domestik terhadap produksi total
A
= matriks koefisien input - output
X
= total output
Fd
= permintaan akhir domestik
E
= ekspor
Menurut pendekatan ini matriks input-output domestik (A = μ A) adalah matriks yang relevan, sehingga bentuk persamaan keseimbangan adalah : X AX Fd E …………..………...…………………………… (39) X ( I A)( Fd E ) …………..……………………………………(40)
Selanjutnya untuk menguraikan sumber – sumber pertumbuhan output dari satu waktu ke waktu lainnya, digunakan bentuk umum persamaan dekomposisi pertumbuhan output yang dituliskan sebagai berikut : X 1 1 Fd 1 E 1 ( AX Fd ) 0 1 1 AX 0 ……...…..….(41) X 1 [( 1 Fd ) E ( AX Fd ) 0 ( 1 A) X 0 ] ….....…..…… (42)
63
dimana : Δ
= perubahan nilai dari variabel dan parameter
X
= total output
α1
= (I – A)-1 1 = invers matriks identitas dikurangi matriks koefisien input-output domestik tahun proyeksi
μ1
= matriks rasio penawaran domestik terhadap permintaan total tahun proyeksi
Fd
= permintaan akhir domestik
E
= ekspor
4.4.2. Analisis Dampak Sonis dan Hewings (2000), analisis dampak (impact analysis) pada model I-O Miyazawa dapat digunakan untuk mengukur besarnya dampak peningkatan output suatu sektor, dalam hal ini sektor-sektor berbasis kehutanan, terhadap distribusi pendapatan rumahtangga. Pada model I-O Miyazawa, pendapatan rumahtangga pada berbagai kelompok pendapatan dimasukan dalam matriks kuadran I (matriks M) atau matriks A pada Tabel I-O Leontief. Analisis dampak pada penelitian ini digunakan untuk melihat besarnya dampak perubahan output sektor berbasis kehutanan terhadap distribusi pendapatan rumahtangga dengan menggunakan matriks Miyazawa (M) dan penciptaan lapangan kerja dengan menggunakan matriks Leontief (A). Miller dan Blair (1985), persamaan analisis dampak secara umum dituliskan sebagai berikut :
X i ij Fi dimana : ΔX
= perubahan pendapatan rumahtangga menurut golongan pendapatan atau perubahan lapangan kerja
αij
= matriks kebalikan leontief (I-A)-1atau matriks kebalikan leontief untuk matriks Miyazawa (I-M)-1
64
ΔF
= perubahan output karena perubahan permintaan akhir
i
= sektor berbasis kehutanan
4.4.3. Analisis Keterkaitan Antar Sektor Analisis keterkaitan merupakan analisis untuk melihat sejauhmana suatu sektor perekonomian, dalam hal ini sektor berbasis kehutanan, mampu mendorong pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilirnya. Analisis keterkaitan juga mengindikasikan apakah sektor berbasis kehutanan dapat menjadi sektor kunci dalam perekonomian nasional atau tidak. Analisis keterkaitan pada penelitian ini menggunakan Tabel I-O Indonesia tahun 2008. Analisis indeks keterkaitan mulanya dikembangkan oleh Rasmussen (1956) dan Hirschman (1958) untuk melihat keterkaitan antar sektor, terutama untuk menentukan strategi kebijakan pembangunan. Konsep ini kemudian diperbaiki oleh Cella (1984) dan diterapkan oleh Clements dan Rossi (1991). Dikenal dua jenis keterkaitan yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages). Keterkaitan ke belakang mencerminkan kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai lebih besar dari satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan ke belakang adalah : n
BLj =
n ij n
i 1 n
ij
i 1 j 1
dimana: BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j αij = matriks kebalikan leontief
65
Keterkaitan ke depan merupakan kemampuan suatu sektor untuk mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari sektor tersebut. Sektor i dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan ke depan yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
n ij FLi =
n
j 1 n
ij
i 1 j 1
dimana: FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor i
αij = matriks kebalikan leontief Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 merupakan bentuk model I-O sisi permintaan (demand driven model) yang mengasumsikan perekonomian tumbuh apabila ada peningkatan final demand sebagai exogenous factor. Sementara model I-O sisi penawaran (supply side model) diasumsikan perekonomian dimungkinkan dapat tumbuh bukan oleh final demand tetapi karena adanya perubahan biaya input primer sebagai exogenous factor. Terkait dengan perhitungan keterkaitan sektor, menurut West (1993) menyatakan bahwa keterkaitan ke belakang (backward linkage) dalam model I-O sisi permintaan merupakan forward linkage dalam model model I-O sisi penawaran.