IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten
Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa belum adanya penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi dari aktivitas perikanan budidaya ikan bandeng di desa tersebut, selain itu desa tersebut mempunyai potensi lahan tambak yang cukup besar untuk dikembangkan. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di lapangan, perumusan masalah, pengembangan kerangka berpikir, hingga penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada bulan akhir Januari hingga Februari 2011. Tahapan pra penelitian akan dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan kurang lebih selama dua minggu, yaitu pada minggu kedua bulan April sampai minggu keempat bulan April 2011. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan sampai dengan minggu pertama bulan Agustus 2011. 4.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sample dimana informasi dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner yang memuat pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada responden.
26
4.3
Jenis dan Sumber data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross
section, yaitu data aktivitas yang terkait dengan budidaya ikan bandeng yang terjadi dalam waktu satu tahun berjalan. Menurut sumber mendapatkannya, datadata tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada petani tambak, pemilik unit usaha, serta tenaga kerja lokal yang beroperasi di kawasan pesisir Desa Ambulu dengan bantuan kuesioner. Data primer yang diperlukan diantaranya : 1.
Karakteristik petani tambak yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status usaha, lama usaha dan teknologi budidaya.
2.
Biaya operasional serta investasi petani tambak dalam waktu satu tahun.
3.
Struktur biaya pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal. Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi keadaan umum lokasi
usaha tambak, kondisi alam daerah penelitian serta data produksi dan konsumsi produk perikanan. Keseluruhan data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Diantaranya dengan cara pengumpulan data dari pemerintah daerah setempat, Badan Pusat Statistik, Kementerian Kelautan dan Perikanan, buku, internet, dan literatur-literatur lain yang mendukung. 4.4
Metode Pengambilan Contoh Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan untuk mencari
informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Pengambilan contoh untuk petani tambak dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang dikombinasikan dengan snowball sampling, dimana responden dipilih dan
27
disesuaikan dengan kriteria tertentu. Jumlah responden petani tambak yang diambil adalah sebanyak 48 petani tambak. Metode pengambilan contoh untuk unit usaha dan dan tenaga kerja lokal dilakukan dengan teknik purposive sampling dan judgement sampling, dimana responden dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha budidaya ikan bandeng yang banyak di jalani oleh masyarakat Desa Ambulu. Keuntungan dari teknik ini adalah penelitian dapat dilaksanakan dengan cepat, mudah dan murah, serta relevan dengan tujuan penelitian. Responden terpilih untuk unit usaha terkait dengan aktivitas budidaya ikan bandeng adalah sebanyak 14 unit usaha dan untuk tenaga kerja sebanyak 9 orang. Pemilihan contoh 14 unit usaha didasarkan pada peran unit usaha tersebut dalam memenuhi kebutuhan petani tambak masyarakat Desa Ambulu. Responden unit usaha dan tenaga kerja lokal di lokasi penelitian memiliki karakteristik yang relatif homogen. 4.5
Metode Analisis Data Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak (software) Minitab 14 dan Microsoft Office Excel 2007. 4.5.1
Identifikasi Karakteristik Petani tambak, Unit Usaha Terkait, dan Tenaga Kerja lokal Identifikasi karakteristik responden petani tambak, unit usaha, dan tenaga
kerja lokal di Desa Ambulu dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
28
pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dan gambaran secara sitematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Office Excel 2007. 4.5.2
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng Analisis yang biasa dilakukan terkait dengan produksi bertujuan untuk
mengetahui bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat dicapai, Soekartawi (1994). Hubungan antara antara input yang digunakan dan output yang dihasilkan dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi, sehingga dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. 4.5.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan dan variabel-variabel yang menjelaskan. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengetahui skala usaha budidaya ikan bandeng yang aktual terjadi saat penelitian berlangsung. Pada model ini koefisien pangkatnya menunjukan besarnya elastisitas produksi masingmasing input dan besarnya tersebut menunjukan tingkat besaran kondisi skala usaha (return to scale). Kondisi Return to Scale (RTS) merupakan respon dari perubahan output jika terjadi perubahan dari penggunaan input secara proporsional. Menurut Soekartawi (1994) skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang diteliti tersebut mengikuti kaidah increasing, constant, atau
29
decreasing return to scale. Jika jumlah elastisitas produksi dari fungsi CobbDouglas dilambangkan dengan ∑bi, maka kondisi usaha budidaya ikan bandeng dapat dibedakan menjadi : 1.
Increasing Return to Scale, bila ∑bi > 1. Artinya bahwa proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang proporsional lebih besar.
2.
Constant Return to Scale, bila ∑bi = 1. Artinya bahwa proporsi penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang diperoleh.
3.
Decreasing Return to Scale, bila ∑bi < 1. Artinya proporsi penambahan input produksi melebihi proporsi penambahan output produksi. Fungsi dengan menggunakan variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel
yang menjelaskan (X). Menurut Soekartawi (1994), kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas, persamaan matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut : Y = aX1b1X2b2...Xib3..Xnb5 ε dimana : Y
= Variabel yang dijelaskan
Xi...,Xn
= Variabel yang menjelaskan
a
= Intercept
b1...,b5
= Koefisien regresi yang akan diduga
ε
= Galat atau error
Untuk mempermudah pendugaan terhadap persamaan maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan
30
persamaan tersebut. Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi ikan bandeng adalah produksi ikan bandeng (Y), luas tambak (X1), benih penebaran (X2), penggunaan pupuk (X3), penggunaan obat (D1), penggunaan pakan tambahan (D2). Dengan fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan linier berganda sebagai berikut : Ln Y = Ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 D4 + b5 D5 + ε dimana : Y
= Hasil produksi ikan bandeng (Kg)
a
= Intercept
b1...,b5 = Koefisien regresi yang akan diduga X1
= Luas tambak (m2)
X2
= Benih penebaran (ekor)
X3
= Penggunaan pupuk (Kg)
D4
= 1, untuk menggunakan obat dan 0 tidak menggunakan obat
D5
= 1,untuk menggunakan pakan tambahan dan 0 tidak menggunakan
ε
= Galat atau error
4.5.2.2 Uji Kriteria Ekonometrika Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika dilakukan untuk mengetahui apabila terjadi pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode OLS. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah multikolinearitas, normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
31
a. Uji Multikolinieritas (Multicolinearity) Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multikolinearitas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel-variabel bebas. Multikolinearitas terjadi akibat adanya korelasi yang tinggi di antara peubah bebasnya. Masalah multikolineritas dapat dilihat dari nilai VIF dengan persamaan : I VIF =
I – R2 R2 adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya masalah kolinearitas pada peubah tersebut. Multikolinearitas dapat menyebabkan adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah exact multicolinearity (multikolinearitas sempurna). Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas yang sempurna maka akan diperoleh nilai R2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel bebas yang signifikan. b. Normalitas Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan probabilitas normal. Melalui probability plot of RESI 1 ini masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik data terkumpul disekitar garis lurus, selanjutnya dilakukan analisis dengan Kolmogorov Smirnov (KS). c. Uji Heteroskedastisitas Uji
heteroskedastisitas
adalah
untuk
melihat
apakah
terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari
32
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat plot antara residu dengan prediksinya. Jika bentuk tebaran plot tersebut menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa korelasi diantara faktor gangguan. Ada beberapa prosedur atau cara untuk mengetahui adanya autokorelasi pada suatu model regresi. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan salah satu cara mendeteksi apakah tidak ada autokorelasi yang paling sering digunakan. Uji ini dapat digunakan untuk sembarang sampel, baik besar ataupun kecil, tetapi D-W hanya berhasil baik apabila autokorelasinya berbentuk autokorelasi linier orde pertama, artinya faktor pengganggu et berpengaruh kepada faktor pengganggu et-1. Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut (Firdaus, 2004) Tabel 3. Uji Autokorelasi (Firdaus, 2004)
4.5.3
D-W
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada autokorelasi
1,10 dan 1,54
Tanpa kesimpulan
1,55 dan 2,46
Tidak ada autokorelasi
2,46 dan 2,90
Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada autokorelasi
Estimasi Nilai Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng Pendekatan produktifitas memandang sumberdaya alam sebagai input dari
produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas. Menurut Hufschmidt, et.al dalam Adrianto, et.al (2004), menyatakan langkah analisis
33
ekologi-ekonomi dalam konteks metode pendekatan produktifitas di awali dengan melakukan identifikasi input sumberdaya, output (produksi sumberdaya) dan residual sumberdaya dari sebuah proyek. Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk menghitung nilai ekonomi dari kegiatan budidaya ikan bandeng. Residual rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya dari faktor produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total hasil panen usaha tersebut. Residual rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan guna memperoleh nilai ekonomi total dari suatu pemanfaatan sumberdaya. Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk melihat nilai residual rent selama satu tahun. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan terhadap nilai daya dukung optimal lingkungan terhadap jumlah tambak dan nilai residual rent. 4.5.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng terhadap Masyarakat Lokal Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi aktivitas budidaya ikan bandeng terhadap masyarakat lokal dapat diukur dengan dua tipe pengganda, yaitu: 1.
Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran petani tambak berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
34
2.
Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran petani tambak yang berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petani tambak, sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak lanjutan. Secara matematis dirumuskan : Keynesian Local Income Multiplier Ratio Income Multiplier, Tipe I Ratio Income Multiplier, Tipe II
dimana : E : tambahan pengeluran petani tambak (Rupiah) D : pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rupiah) N : pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rupiah) U : pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rupiah) Selanjutnya hasil analisis multiplier ini dapat digunakan sebagai acuan atau rekomendasi untuk kebijakan pengelolaan dan pengembangan kawasan pesisir Desa Ambulu. Perhitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer Microsoft Excel 2007. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4 di bawah ini.
35
Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data No
Tujuan Penelitian
Metode Analisis Data Data primer berupa Analisis wawancara menggunakan deskriptif kuesioner dan data sekunder dari pihak-pihak terkait Data primer (wawancara Analisis menggunakan kuesioner) regresi Sumber Data
1
Mengidentifikasi karakteristik petani tambak, unit usaha dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu Kecamatan Losari
2
Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ikan bandeng
3
Mengestimasi nilai ekonomi Data sekunder dan data pemanfaatan sumberdaya primer (wawancara pesisir untuk budidaya ikan menggunakan kuesioner) bandeng
Residual Rent
4
Analisis dampak ekonomi Data primer berupa aktivitas budidaya ikan wawancara dengan bandeng terhadap masyarakat menggunakan kuesioner lokal
Analisis Multiplier
4.6
Batasan Penelitian
1) Siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa penebaran sampai masa panen. Satu siklus produksi dalam usaha budidaya ikan bandeng ini adalah 4-5 bulan. 2) Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output (produksi ikan bandeng). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah jumlah tambak (unit), benih penebaran (ekor/musim), pupuk (kg/musim), penggunaan obat, dan pakan tambahan (kg/musim). 3) Produksi adalah berat total ikan bandeng yang dihasilkan dalam satu musim (kg).
36
4) Osla adalah benih ikan bandeng yang digunakan oleh petani tambak Desa Ambulu untuk disebar dalam petakan tambak. Osla merupakan ikan bandeng yang telah mengalami masa pendederan selama dua minggu dengan ukuran 24 cm. 5) Petani Tambak adalah orang yang bekerja sebagai pembudidaya ikan bandeng di Desa Ambulu. 6) Nilai ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dinilai dari harga pasar usaha perikanan budidaya ikan bandeng yang berlaku saat penelitian berlangsung. 7) Residual Rent adalah selisih antara harga total produksi dengan biaya total faktor produksi, dinyatakan dalam rupiah. 8) Nilai Residual Rent yang diestimasi didalam penelitian ini adalah nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk usaha budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu selama satu tahun. 9) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat lokal di Desa Ambulu yang bergerak di sektor budidaya ikan bandeng. 10) Analisis dampak ekonomi dilihat dalam skala kecil, yaitu dampak terhadap masyarakat lokal Desa Ambulu. 11) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di sekitar lokasi budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu.