IV. KERANGKA TEORITIS
4.1. Respon Areal Tanaman
Tanarnan kopi merupakan tanaman perkebunan yang berproduksi antara 3 hingga 4 tahun. Sehingga untuk menentukan respon areal menghasilkan terhadap
peubah-peubah penentu tidak dapat berpengaruh secara langsung pada waktu yang
bersarnaan.
Peubah
harga yang mempengamhi besar kecilnya luas areal
menghasikan tanaman kopi rnisalnya, tidak dapat secara langsung menggunakan peubah harga pada tahun ke t tetapi diperlukan lag tiga atau empat tahun. Respon areal terhadap peubah harga pada tahun ke t dikemukakan oleh
dengan menggunakan model penyesuaian parsial untuk
Nerlove (1956)
membuktikan bahwa petani dalam mengambil keputusan mengenai luas areal sangat respon terhadap harga. Model penyesuaian parsial (Partial Adjustment model) yang
dikemukan oleh Nerlove (1 965) dalarn studi respon penawaran adalah : A*,
=
At - At-,
a,+alpt+ut = p (A*~&-,),
(1)
0
(2)
dengan mensubstitusikan persamaan (I) ke dalam persamaan (2) maka diperoleh : At
=
b,
+
blP, + b2A,-]
(3)
dimanab,=pa,, bl = pa, dan b2 = 1-p.
Oleh karena adanya ketidak pastian harga komoditi pada masa yang akan datang, serta adanya respon harga terhadap perkernbangan luas areal, maka model
ekspektasi adaptif (Adaptive Expectation Model) dari Cagan lebih tepat digunakan
karena secara konseptual model ini berdasarkan kepada ketidakpastian terhadap harga dimasa mendatang. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa luas areal tanam pada
periode t (A,) tidak tergantung pada harga aktual, tetapi pada harga harapan pada periode t (P',). Model yang digunakan adalah :
At
=
a, +
+
u,
(4)
Ekspektasi harga harapan tersebut didekati melalui postulat adaptif sebagai berikut :
P * , - P * ~ - ~= y ( ~ , - ~ * t . I )0, < y l 1
P*t
=
Harga harapan tahun ini
P*t- l
=
Harga harapan pada tahun ldu
Pt
=
Harga aktual pada tahun ini
Y
=
Koefisien ekspekasi
(5)
Menurut Postulat ini, harga harapan dapat dibangun berdasarkan modifikasi dari ekspektasi sebelumnya dm harga harapan tersebut dapat dirubah pada setiap periode. Pembahan harga harapan pada periode t, (P*,- P*,,) adalah perbedaan antara harga yang sesungguhnya (P,)dengan harga harapan pada periode sebelumnya (Po,,). Hal ini mernberikan arti, ekspektasi jarang terpenuhi karena a& gap antara nilai aktud dm nilai harapan. Dengan demikian, harapan pada periode tertentu ditentukan
oleh harapan pada masa lampau dan ekspektasi pengalaman pada periode tersebut. Dalam bentuk persamaan dapat ditulis :
Dengan transforrnasi dari persamaan (4) untuk mendapatkan ~ * dan r kemudian dibuat dalam bentuk lag satu periode, maka diperoleh :
p*t
=
-aJal + l/a, At - l/al ut
dengan mensubstitusikan dari persamaan (7) dan (8) ke dalam persamaan ( 5 ) diperoleh :
atau
At= ( y h ) + (ya11Pt
+
-
(l-y)k-11
Secara sederhana formula tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
At = b,
+ blPt + bzAt.1 + E<
(9)
dimana, bo=ya, , br =yal , b z = 1- y dm
E ~ =pt -
(l-y)*-1.
OIeh karena dalarn model ekspektasi adaptif, variabel P, dapat diganti dengan
P,.[ karena ekspektasi Harga (P) yang dibentuk untuk periode
t
seringkali tidak
diketahui, malca digunakan informasi yang tersedia, yaitu harga pada periode sebelumnya (Pt-l).Sehingga poersamaan prilaku ekspektasi menjadi : At = b, + b, PI-1 + bz A,.l +
&t
(10)
Untuk memperkecil tingkat kesalahan, memasukkan variable-variabel lain selain variable harga sangat penting. Banyak peneliti memasukkan peubah - peubah
lain
(G)untuk melihat perubahan
luas areal tanam, diantaranya harga komoditi
pengganti atau barang pelengkap dan peubah trend waktu sebagai proksi teknologi.
Dengan demikian, respon varibei-variabel harga dan variable lain terhadap perubahan luas areal kopi dapat dituliskan dengan fungsi matematis sebagai berikut : At
=
F ( P,, PBS ,,SBt, UPt, T ,A,,
)
dimana At
=
Luas areal tanaman kopi pada tahun ke t
Pt
=
Harga kopi pada tahun ke t
PBSt
=
Harga barang subtitusi pada tahun ke t
SBt
=
Suku bunga bank pada tahun ke t
UPt
=
Tingkat upah pada tahun Ire t
T
=
Trend waktu
At-1
=
Luas areal pada tafiun sebelumnya
Dalam kajian ini persamaan luas areal diaggeragsikan kepada wilayah produksi . Dengan demikian persamaan luas areal menghasilkan pada masing-masing
wilayah produksi didasarkan kepada fenomena wilayah produksi. Beberapa Iuas areal menghasilkan pada wilayah tertentu dipengaruhi oleh harga lag 2 hingga 3 tahun, tetapi terdapat wilayah tertentu luas areal menghasikan dipengaruhi oleh harga pada &un ke t. Sedangkan untuk menangkap pengaruh harga lag 3 t a b
terhadap luas areal menghasilkan, dirnasukkan peubah lag endogenous.
Elastisitas areal dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang terhadap perubahan harga dm peubah Iainnya dengan pendekatan rata - rata dapat dihitung melalui formula sebagai berikut.
Elastisitas jangka pendek : q S R ~ . p=
( dAt/aPJ . P/A = c, . Pl.4
rtSR~,z =
( dAt/dZt). Z/A
= c2
.U A
Elastisitas jangka panjang : ?%.P LR A.Z
=
qSRA.P/(l-c3)
= qSRA.Z/(1-c3)
dimana qSRA,p dan qSRA,z masing - masing adalah elastisitas luas areal j angka pendek terhadap perubahan harga dan peubah lainnya. P, A clan Z masing - masing adalah nilai rata - rata peubah harga, luas areal dm peubah lainnya &lam
periode
pengamatan. Nilai parameter yang dicari pada masing-masing peubah ekxogenous
dilambangkan dengan cl dan c2.
Sedangkan nilai parameter lag luas areal
menghasilkan dilambangkan dengan c3. Sirnbol r L R ~ . pdm q M ~masing . ~ - masing adalah elastisitas luas areal jangka panjang terhadap perubahan harga dan peubah lainnya. Karena (1 -c3)
=y
adalah koefisien ekspektasi yang memiliki nilai antara no1
dan satu, maka koefisien elastisitas jangka panjang selalu lebih besar dari koefisien
elastisitasjangka pendek.
4.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi, yaitu suatu fungi yang menggambarkan hubungan teknis antara faktor
-
faktor pbduksi (inputs) dan hasil produksinya (output).
Fungsi
Produksi dalam beberapa kajian juga diidentikkan sebagai fungsi penawaran.
Pemaksirnuman kzuntungan pada perusahaan dapat diturunkan dari penawaran perusahaan
fungsi
melalui dua syarat, yaitu (1) s w a t orde satu (first order
condition) dimana fungsi keuntungan &an rnaksimum jika derivasi pertama dari
fungsi tersebut sama dengan nol, berarti nilai produk marginal masing - masing faktor hams sama dengan harga masing - masing faktor yang digunakan. dan (2) syarat orde dua (second order condition) dipenuhi jika derivasi kedua
dari fungsi
tersebut lebih kecil dari no1 atau jika Hessian Determinanl Iebih besar dari nol, berarti fungsi produksi cembung kearah titik origin ( Beattie and Taylor, 1 985 ;Henderson and Quandt, 1980 ; Koutsoyiannis, 1975 ).
Untuk menyederhanakan persodan, dimisalkan
fungsi produksi kopi
dirumuskan sebagai berilcut :
Q
=
QIA,L,Z,)
=
Jumlah produksi kopi marginal dari faktor - faktor areal
A
=
Luas areal tanaman menghasilakn
L
=
Penggunaan tenaga kerja dm,
dimana :
Q
Z = Faktor produksi lainnya.
Jadi dapat dilihat bahwa menurut syarat orde satu, keuntungan akan maksimurn jika pada tingkat produksi kopi tertentu, nilai produk marginal masing - masing faktor
sama dengan harga yang hams dibayar untuk memperoleh faktor - faktor tersebut.
Pada dasarnya faktor- faktor produksi (A, L,Z) merupakan peubah endogen, sedangkan harga kopi ( p a ) dm harga faktor - faktor (P*, pL,P:'
merupakan peubah
eksogen. OIeh karena itu, fimgsi pemintaan faktor dapat dirumuskan sebagai
beri kut
:
= A (pQ,~*,pL,pZ)
(17)
, L~ , zD rnasing -masing merupakan permintam akan faktor lahan,
dimana
tenaga kerja dan faktor - faktor lainnya.
Dengan mensubtitusikan fungsi perrnintaan faktor (171, (18) dan (19) ke
fungsi produksi (1 61, maka fungsi penawaran kopi pada tahun tertentu
( ~ ' t )dapat
dirumuskan sebagai berikut :
qst
=f(pQtyp5,p4,pZt)
(20)
Selain faktor harga komoditi tersebut, dm harga faktor - faktor produksi.
penawaran suatu komoditi juga ditentukan oleh biaya faktor produksi, tujuan
perusahaan, tingkat teknologi, pajak, subsidi, harapan harga dan peubah lainnya. Sehingga,
penawaran kopi oleh produsen dapat dinunuskan dalam bentuk fungsi
sebagai berikut :
dimana : ~~t
=
jurnlah penawaran kopi pada tahun t,
pQt
=
hargakopipadatahunt,
pSt
=
harga komoditi alternatif kopi pada tahun t,
pFt
=
harga faktor - faktor produksi pada tahun t,
harga kopi yang diharapkan pada tahun t,
~ * t =
Zt
=
faktor - faktor lain yang rnempengaruhi penawaran kopi pada tahun t.
Pendugan tingkat harga yang diharapkan, dapat digunakan Cugan 's Adaptive Expectation Model (Pindyck and Rubinfeld, 1991 ; Koutsoyiannis, 1 977). Dengan
demikian (2 1) dinunsukan menjadi : ~~t
= f (P*t)
atau dalam bentuk linier dapat dirubah rnenjadi :
~ ' t = a, + alp*,+ Q
(23)
Bentuk tmnsfomasi yang diperkenalkan Cagan untuk menduga harga yang diharapkan adalah :
P*,- P*,, atau
0 ( PI - P*(-])
P * ~= 8 P,+ (1-0) pet-,
dimana :
P*,
=
harga harapan kopi pada tahun t,
~ ' ~ - 1=
harga harapan kopi pada tahun t-1
0
=
koefisien harapan, dimana 0411,
PI
=
harga kdpi yang sebenarnya pada tahun t.
Persarnaan (25) berarti bahwa harga harapan kopi rnerupakan rata - rata tertimbang dari harga sebenarnya pada tahun t dan harga harapan pada tahun (t-1), masing - masing dengan penimbang 0 dm (1-0).
Persamaan (25) disubtitusikan ke dalam persamaan (23) akan rnenghasilkan :
Q~~
=
a,+ a] 8 PI + a1 (1-0 ) P*~.)+ q
(26)
Dengan melakukan manipulasi aljabar seperti menggandakan (23) dengan (1 -8) kemudian dibuat beda kala (lag) satu tahun diperoleh : (1-8)~',-1
=(I-0)a,+(l-8)al~*,1+(1-8)e,
(27)
Selanjutnya persamaan (26)dikurangkan dengan persamaan (27), diperoleh :
Q~, = h0 +
a,
+ e,
0 P, + (1-0 )Q',I
- (1-0
(28)
dimana : a, 8 adalah konstanta ; (1-8) dan a, 0 masing - masing adalah koefisien dugaan ; dan e, - (1 -8)adalah peubah pengganggu. Dengan menggabungkan (28) dengan (2 11, maka fungsi penawaran kopi @at dirumuskan sebagai berikut : ~ ' r
dimana
= f ( pQt,pSt ,pFt,& , ~ ' 1 . 1
)
(29)
adalah jumlah penawaran kopi pada tahun t-1. Persamaan (29)
~ ' ~ - 1
menunjukkan suatu fungsi penawaran kopi dalam bentuk dinamis.
4.3. Fungsi Permintaan Kopi
Pemintaan akhir oleh konsumen terhadap kopi sangat ditentukan oleh adanya keseimbangan konsumen antara utilitas maksimum dm jumlah anggaran belanja
(pendapatan) yang tersedia.
Dengan demikian titik tolak teori permintaan adalah
fungsi utilitas, dirnana fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi utilitas. Andaikan fungsi utilitas seorang konsurnen kopi adalah :
u
=
U (Q,Qs)
(30)
dirnana :
total utilitas dari mengkonsurnsi kopi,
U
=
Q
=jumlahkonsumsikopi,dan
Qs
=
jumlah konsumsi barang lain.
Bila harga kopi adalah pQ dan harga barang lainnya addah pS, maka alokasi pendapatan tertentu rP) dari konsumen untuk kedua j enis barang tersebut adalah :
YO
=
P'.Q
+ P'*Q,
(31)
Konsurnen ymg rasional akan berusaha untuk memaksimumkan jumlah Q
dan Qs sedemikian rupa sehingga dengan pendapatan sebesar
9 dia rnempemlleh
utilitas maksimum. Dengan demikian, memaksimumkan fungsi utilitas (30) dengan kendala pendapatan (3 1) adalah : V = U (Q,Qs)+L
yP
- p Q *Q - p S * Q s )
dimana : L adalah Lagrange Multiplier.
Fungsi (32) maksimurn jika syarat pertama dan syarat kedua pemaksimuman
suatu fungsi dipenuhi. Syarat pertarna melnerlukan bahwa derivasi parsial pertarna fungsi (32) sama dengan nol, atau :
SV/SQ
= Q' - L
SV/GQs
=
Q's - LP'
6V/6L
=
uO
-
P= ~ 0 atau L P ~= Q' =
0
atau LP' = Q's
P ~ * Q - P ~ * Q o~ =
Dengan menyelesaikan persamaan (33) dan (34) secara serentak diperoleh :
L
= Q ' / ~ Q = Q',
(36)
dimana Q' dm Q's masing - masing adalah utilitas marginal dari barang Q dan Qs.
Persamaan (36) dikenal sebagai Equimarginal Principle dari teori pemaksimuman utilitas, yang berarti konsumen akan h d a pada posisi keseimbangan jika rasio antara utilitas marginal dan harga masing - masing barang yang dikonsumsi adalah
sama dan harm sama dengan utilitas marginal pendapatan.
Dari persamaan (331, (34) dan (35) diketahui bahwa pQ, pS dan
9 adalah
merupakan peubah eksogen, Q dan Qsadalah mempakan peubah endogen. Dengan demikian fungsi permintaan terhadap kopi untuk waktu tertentu dapat dirumuskan sebagai berikut : ~~t
= f ( pQt, pSt , Yt
)
(37)
Dengan mempertirnbangkan banyak faktor yang mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang, antara lain harga barang tersebut, harga barang lain,
pendapatan, selera, distribusi pendapatan, j urnlah penduduk dan harapan harga
(Dolan, 1974), maka h g s i permintaan (37) dapat dirumuskan kembali menjadi :
Q ~=, jwnlah permintaan kopi pada tahun t, pQt = harga kopi pada tahun t, pSt = harga subtitusi atau komplementer kopi pada tahun t,
Yt
=
pendapatan konsumen pada tahun t, dan
&
=
faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan.
Fungsi permintaan dan penawaran kopi mempunyai karekteristik yang tidak
berbeda dengan produk pertanian lainnya. Sifat siklikal (musiman) dalam produksi, adanya perbedaan tingkat kesuburan tanah, dan serangan harna dan penyakit menunjukkan adanya time-lag menjadi pertimbangan penting dalam menganalisis respon kenaikan harga terhadap perimintaan dm penawaran.
Pekebun kopi tidak
dapat seketika meningkatkan produksi ketika harga kopi meningkat. Atau menekan
laju produksi ketika harga turun.merubahjumlah produksi.
Peubah - peubah yang memuat nilai - nilai masa lampau itu disebut sebagai lag variables (peubah bedakala) dan model yang rnenggunakan peubah bedakala itu
disebut sebagai distributed - lag models. Pakar yang terrnasuk mengembangkan
model ini antara lain Nerlove, Stone and Rowe,Houthakker and Taylor (Pindyck and Rubinfeld, 1 99 1 ; Koutsoyiannis, 1 977).
Menurut NerIove
setiap orang pasti mempunyai idaman berapa banyak
barang tahan lama yang ingin dimilikinya. Dalarn permintam kopi misalnya, fungsi (38) dapat ditulis menjadi :
Q ~ * , = a, + alpQ,+ a2pst + a3Y, + uc
(39)
dimana QD*t adalah jumlah kopi yang diinginkan pada tahun t. Namun berapa banyak jumlah kopi yang diinginkan tidak dapat diarnati sscara langsung. Dengan menggunakan Nerlove 's Partial Adjustment Model dapat diketahui bahwa : QI'~
atau
-~
~ 1 . 1=
6(~
~
-~ * ~
) +1
tt -
(40)
~t
Q ~ ,= S Q ~ *f[ (1-6)~~~.] + ut
(4 1)
dimana :
-
6
koefisien penyesuaian, dimana 0 < 6 I 1
= j umlah perrnintaan kopi pada tahun t- I
~~t
.
dengan mensubtitusikanpersamaan (39) ke persamaan (41) diperoleh : =
6% + &alpQ,+ Zia2pSt+ 6qYt + (1-5 ) Q +~(1+6)q ~
atau dalarn bentuk lain dapat ditulis menjadi :
44
= bo
+
blpQt+ b2pSt+ b3Yt + b d ~ +~V ~t - ~
(43)
persamaan (43) addah mmpakan h g s i permintaan kopi dalarn bentuk fmgsi yang dinamis.
Berkaitan dengan elatisitas permintaan dan penawaran, baik dalam jangka
pendek (short-run) dan jangka panjang (long-mn) dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana :
Esk(YX)= Elastisitas jmgka pendek peubah endogen Y terhadap peubah eksogen X ELR(YX)= Elastisitas jangka panjang peubah endogen Y terhadap peubah eksogen X a
= Koefisien dugaan dari peubah eksogen,
b
= Koefisien dugaan dari lag - endogenous variables
X
= Rataan peubah
Y
=
eksogen, dan
rataan dari peubah endogen.
Dua kansep elastisitas yang terpenting adalah elastisitas harga dan elastisitas
harga silang. Elastisitas harga atas penawaran adalah suatu an& yang menunjukkan besarnya persentase jurnlah yang ditawarkan akibat perubahan harga. Sedangkan
elastisitas harga silang atas penawaran adalah angka yang menunjukkan besarnya persentase perubaham jumlah suatu b m g yang ditawarkan akibat perubahan harga barang lain. Menurut Mubyarto (1989) dalam Siohotang J. (1995) elastisitas harga atas
penawaran mengandung efek subtitusi dan efek pendapatan. Dalarn efek subtitusi suatu penurunan harga (rnisalnya harga kopi), mengakibatkan petani rnengganti tanaman kopi dengan tanaman lain yang relatif lebih menguntungkan. Sebdiknya
kenaikan harga kopi dapat merangsang petani untuk mernperluas tanaman kopinya
dan mengurangi tanaman lain. Pada sisi lain, efek pendapatan dari suatu perubahan harga terhadap penawaran dapat bersi fat positif maupun negatif. Jika suatu kenaikan
harga kopi misalnya menyebabkan kenaikan pendapatan petani, dan oleh karenanya petani sernakin giat ~ e r a w a kebunnya, t maka efek pendapatan adalah positif. Namun
jika karena pendapatan yang meningkat tersebut, petani segera merasa puas dan mengurangi perawatan kebunnya, maka efek pendapatan adalah negatif. Apabila
elastisitas harga silang antam dua kornoditi adalah positif maka kedua komoditi tersebut adalah menlpakan joint- product, dan jika elastisitasnya negatif maka kedua
komoditi tersebut adalah competiting- product.
Sedangkan
pada tmri permintaan dikenal tiga konsep elastisitas yang
penting yakni elastisitas harga, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatan,
Elastisitas harga atas permintam menunjukkan ukuran kepekaan perubahan jumlah yang diminta karena pembahan harga. Semakin besar angka elastisitas ini sernakin
besar persentase perubahan jumlah yang dirninta untuk suatu persentase perubahan harga tertentu. Permintam atas suatu komoditi dikatakan elastis jika elastisitas permintaannya lebih bear dari satu, dm inelastis j ika elastisitas permintaamya Iebih
kecil dari satu. Elastisitas harga silang atas permintaan menunjukkan ukuran kepekaan permintaan terhadap perubahan harga komoditi lain. Dalam arti ekonorni
selain besar kecilnya angka elastisitas silang, yang lebih penting lagi artinya adalah
tandanya (Mubyarto, 1989). Tanda yang positip berarti dua barang (misalnya barang A dan
B) adalah merupakan barang yang saling bersubstitusi, sedangkan bila
tandanya negatip kedua barang tersebut adalah saling berkomplemen. Elastisi tas pendapatan atas permintaan adalah suatu ukuran kepekam permintaan terhadap
perubahan pendapatan. Konsep elastisitas pendapatan penting sekali dalam ilmu
ekonorni karena marnpu menerangkan perbedaan prilaku ekonorni dari berbagai golongan pendapatan masyarakat dalam pembelian barang - bzang (Mubyarto, 1 989). Jika elastisitas pendapatan atas permintaan bertanda positip maka barang
tersebut adalah termasuk barang normal, dm jika negatip maka barang tersebut sebagai barang inferior.
Persarnaan pemintaan domestik seperti yang tertera pada persamaan 43 dapat
dipergunakan j i b model ekonometrika yang dibangun
menjadikan persamaan
permintaan sebagai persamaan struktural atau prilaku sesuai dengan fenomena komoditi yang diteliti.
Dalam penelitian ini, fenomena perdagangan kopi addah
orientasi ekspor yang rnengarahkan persamaan yang dibangun persamaan permintaan
domestik kopi adalah residu. Dengan demikian persamaan perrnintaan domestik pada penelitian adalah persmaan identitas.
4.4. Penawrran Ekspor dan Permintaan Impor Kopi di Pasar Internasional
Perdagangan kopi oleh dua negara atau lebih tejadi disebabkan adanya permintam dan penawaran kopi antar kedua negara atau lebih. Konscp dasar fungsi
penawaran clan perrnintaan domestik untuk kasus dua negara dengan suatu komoditi perdagangan tertentu, misalnya kopi dapat digambarkan seperti Gambar 1 pada bab
sebelumnya.
Dari Garnbar 1 dapat diterangkan Misalkan bahwa penawaran dan
permintaan kopi di pasar dornestik, masing - masing adalah S* dan D~ di negara A serta sB dan D~ di negara B. Sdiiranya tanpa perdagangan, keseimbangan di negara A dicapai pada kondisi
E* dengan volume transaksi Q** dan harga P". Di negara B,
keseimbangan dicapai pada kondisi E~ dengan volume transaksi ~~o dan harga'P .
Jika diasumsikan pasar domestik di negara A relatif lebih murah dibandingkan dengan harga domestik yang tejadi di negara B .
Excess supply function di negara A akan tejadi jika pada harga di atas P*,
produsen di negara A akan menghasilkan lebih banyak daripada yang bersedia dibeli
konsurnen di negara tersebut. Hal ini tercermin dari hngsi penawaran S* di afas tifik
E* Sernentara untuk harga di bawah pB,konsumen di negara B akan meminta lebih banyak daripada yang ingin dihasilkan produsen di negara tersebut. Jadi fungsi
permintaan D~ di bawah titik E' dapat mencerminkan excess demandfunction. Jika ada perdagangan antara negara A dan B,dm andaikan biaya transportasi adalah nol. Penawaran ekspor pada pasar intemasional diGambarkan oleh
sX yang
tak lain adalah excess supply firnction dari negara A, dan permintaan impor diGambarkan oleh D~ yang tak lain adalah excess demand function dari negara B. Keseimbangan di pasar dunia tejadi pada titik E~ yang menghasilkan harga dunia sebesar pW,dimana negara A mengekspor sebesar (Q*,- Q*I) yang sama dengan
jumlah yang diimpor negara B ( Q ~ I
@t).
Jumlah ekspor dan impor tersebut
ditunjukkan volume perdagangan sebesar Q~ pada pasar internasional. Oleh karena
harga domestik relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga pada pasar
internasional, maka secara ekonomis &ah
lebih menguntmgkan mengimpor, dm
ini ditunjukkan pergeseran kurva pemintaan impor dari D~ menjadi D ~ IAkibatnya . harga di pasar internasional naik dari pW menjadi pWI. Kenaikan harp tersebut menyebabkan permintaan domestik di negara A turun dan di pi& lain penawaran
menjadi meningkat dm oleh karenanya meningkatkan ekspor sebesar ( Q -~ ~ *~ d yang sama dengan jumlah permintaan impor negara B
(
~
)
- ~Q\).3 Kenaikan ekspor
- impor ini ditunjukkan dalam volume perdagangan yang meningkat dari Q~ menjadi
Q ~ ]Dengan . dernikian dapat ditunjukkan bahwa perubahan kondisi internal dalam suatu negara dapat ditransmisikan ke negara lainnya melalui perubahan harga di pasar
intemasional. Dalam pengertian lebih luas, ekspor suatu negara merupakan kelebihan penawaran domestik atau produksi barang atau jasa yang tidak dikonsurnsi konsumen negara tersebut atau tidak disimpan dalam bentuk stok (Labys, 1973 ; Kindleberger
and Lindert, 1982). Secara maternatis dapat ditulis sebagai berikut :
X,
=
jurnlah Ekspor Kopi pada tahun t,
Qt = jumlah Produksi Kopi pada tahun t,
Ct
=
jurnlah Konsumsi Kopi pada tahun t, dan
Sbl = jumlah Stok Kopi pada tahun t.
Asumsi yang digunakan dalam (46) adalah impor kopi negara pengekspor
relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah produksinya, sehingga dapat diabaikan. Konsumsi domestik negara produsen pada u m u y a relatif stabil sehingga dapat diabaikan. Mengingat besarnya tingkat produksi kopi dibandingkan dengan permintaan maka kalaupun terdapat stok di negara produsen diduga bukanlah berfungsi sebagai penyangga (buffer) untuk mengatur kondisi pasar, namun
merupakan sisa produksi pada akhir tahun yang tidak dapat disalurkan di pasar
int~masional.Dengan demikian pola produksi kopi &an konsis'en dengan pola penawaran ekspor, sehingga titik tolak selanjutnya adalah berapa besar keuntungan
yang diperoleh produsen rnelalui penawaran ekspor. Hal ini dapat tercermin melalui
harga ekspor yang diharapkan, sehingga fhngsi penawaran ekspor dapat dirumuskan sebagai berikut : XI = f
P*,)
Harga harapan ekspor dapat diduga dengan menggunakan Cagan's Adaptif Expectation Model (Pindyck and Rubinfeld, 1991 ;Koutsoyiannis, 1977) P * -~ P*~.,
=
8 (P,- P*,.~)
(48)
dimana : P*~
=
Harga harapan ekspor kopi,
pt
=
Harga ekspor kopi aktual,
8
= Koefisien harapan (expectation coefficient), dimana 0 < 8 I1,
8 P * ~ -=~ Harga harapan ekspor kopi pada tahun t- 1. Dengan memasukkan persamaan (3.3 8) ke persarnaan (3.37) diperoleh :
Xt =
f
(Pt ,X,-1)
(49)
Penawaran ekspor suatu negara juga dipengaruhi oleh tingkat bunga dan nilai tukar valuta asing di negara pengekspor dan di negara partner dagang negara
pengekspor (Branson and Litvack, 1981).
Selain itu
berbagai kebijaksanaan
pemerintah maupun kebijaksanaan htemasional, juga mempengasuhi Ireragaman
ekspor kopi suatu negara. Dengan mensubtitusikan faktor - faktor tersebut dengan
persamaan (49), maka fungsi penawaran ekspor kopi suatu negara dalarn bentuk dinamis dapat dirumuskan sebagai berikut : X,
= f ( Pt
, E,,Z, , XI-, 1
dimana : pt
=
harga ekspor kopi pada tahun t,
Et
=
nilai tukar mata uang asing tahun t,
Z
=
faktor - faktor lain yang mempengaruhi ekspor tahun t, dm
XI-I
=
jumlah ekspor kopi pada tahun t- 1.
Permintaan impor suatu negara merupakan kelebihan komumsi yang tidak dapat diproduksi (Labys, 1973). Dengan kata lain impor dapat terjadi jika jurnlah konsumsi aka- sesuatu barang melebihi produksi dm stok barang tersebut pada tahun lalu. Dengan demikian permintaan impor suatu negara dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana : jurnIah impor kopi tahun t,
MI
=
Ct
= jumlah konsumsi kopi tahun t,
Qt
=
jumlah produksi kopi tahun t, dan
St.,
=
jumlahstokkopitahunt-1.
Dalam persamaan (41) diasumsikan bahwa reekspor kopi yang dari negara negara konsumen tertentu adalah relatif kecil dibandingkan dengan irnpor sehingga dapat diabaikan.
Fungsi permintaan impor dapat diturunkan dari fungsi konsurnsi. Sementara fungsi konsumsi pada dasarnya dapat diturunkan dari fungsi utilitas. Dari syarat
rnaksirnisasi utilitas dengan kendala pendapatan dan tingkat harga tertentu, fungsi konsumsi dapat dirumuskan sebagai berikut :
ct
=
f(Yt,PMt)
dimana : yt
= Pendapatan negara pengimpor pada tahun t,
PMt
=
Harga kopi di negara pengimpor tahun t.
Permintam impor juga dapat dipengaruhi oleh kebijaksanaan perdagangan internasional, harga komoditi substitusi impor dm sebagainya. Dengan demikian fungsi permintam impor dapat dirumuskan sebagai berikut :
dimana :
PSt = Harga komoditi substitusi kopi pada tahun t,
ER, = Nilai tukar mata uang asing pada tahun t, dm Z, = Faktor - faktor lain yang mempengaruhi impor kopi pada tahun t. Selanjutnya rnekanisrne perubahan harga kopi di pasar intemasional dapat terjadi, baik karena kekuatan - kekuatan yang mempengaruhi perubahan penawaran ekspor maupun karena kekuatan - kekuatan yang mempengaruhi perubahan permintaan impor atau karena pengaruh keduanya secara bersama - sama
Sebagai komoditi yang diperdagangkan di pasar dunia, harga kopi sangat diyngaruhi o1eh pola perdagangan yang terjadi. Menurut AEKI dan P3PK (1990) ada dua variabel utama dalam perdagangan yang mempengamhi harga kopi, yakni
variabel eksternal dan internal. Variabel ekstemal terutama adalah yang berkaitan
dengan kebijaksanaan International Coffee Organization (ICO) dan International Coffee Agreement (ICA). Variabel internal yang berkaitan dengan mekanisme pemasaran dan usaha tani kopi, seperti produktivitas, rantai pemasaran dm mutu.
Dengan demikian h g s i harga kopi di pasar dunia dapat dirumuskan sebagai
berikut :
dimana : pW, = Harga kopi di pasar dunia pada tahm t,
Xt
=
Jumlah penawaran ekspor pada t ahun t,
Mt
=
Jumlah perrnintaan impor pada tahm t, dan
&
=
Faktor - faktor lainnya yang mempengaruhi harga kopi di pasar
dunia pada tahun t.
4.5. Distorsi Perdagangan
Ddam pasar internasional, terdapat beberapa distorsi dalam perdagangan. Distorsi pada perdagangan, merupakan satu bentuk intervensi pemerintah melalui kebijakan-kebijakan, yang pada prixlsipnya m e r u m baik di tingkat konsumen maupun ditingkat produsen. Levy (199 I), mengemukakan pengendalian harga
meIalui intervensi pemerintah yang banyak dilakukan di negara sedang berkembang,
dengan alasan yang berkaitan dengan kepentingan politik yang menganggap adanya kegagalan pasar atau pertimbangan distribusi, merupakan satu bentuk distorsi dalarn perdagangan.
Distorsi dapat dikelompokkan pada tarif dan non tarif. Tarif adalah pajak atau cukai yang dikenakan untuk suatu komoditas yang diperdagangkan lintas-batas teritorial . Berdasarkan perdagangan komoditas, tariff dapat dikelompokkan kepada
tariff impor (import far@ dan tariff ekspor (export t a n f l . Tarif ekspor dan tariff impor adalah penerimaan negara yang diperoleh dari
pengenaan pajak pada
komoditi yang diperdagangkan lintas-batas teritorial baik berupa ekspor maupun impor. Kebijakan non tariff adalah kebijakan yang diIakukan oleh pemerintah di luar
kebijakan tarif seperti, subsidi, kuota, embargo, diskriminasi harga dan lain-lain. Pembahasan secara tmri tentang distorsi perdagangan tarif dan non tarif dapat diuraikan sebagai berikut :
4.5.1. Pemberlakuan Pajak Ekspor
Pajak ekspor merupakan intervensi pemerintah tcrhadap barang - b a m q
ekspor yang dapat mendistorsi pasar. Pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu
produk akan menmgkatkan biaya ekspor dan dapat menyebabkan harga yang diterima produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar pajak yang
ditentukan tersebut (Grennes, 1984).
Sekiranya diasurnsikan (a) hanya ada dua negara, yaitu negara eksportir A dan negara importir B (atau gabungan negara-negara Iainnya), @) pajak ekspor adalah
pajak spesifik atau besarnya pajak yang dikenakan bagi eksportir adalah sebesar per
unit produk yang diekspar, dan (c) negara eksportir adalah negara besar dalarn
perdagangan, dimana perubahan jumlah ekspor negara A akan rnempengaruhi harga dunia malca, pada Gambar 2 terlihat bahwa, pemberlakuan pajak ekspor akan
menyebabkan pergeseran secara pararel kurva penawaran ekspor ES ke atas dengan jarak sebesar pemberlakuan pajak (t) atau menjadi ES'.
Dalam penelitian ini,
ekspor kopi robusta adalah dominan pada pasar dunia (negara besar), sehingga besar kecilnya ekspor robusta Indonesia dapat mernpengarui harga dunia. Pada kasus
negara besar (slope kurva permintam impor negatif) p e n m a n jumlah penawaran ekspor kopi Indonesia pada suatu tingkat harga tertentu akan menyebabkan harga
dunia rneningkat dari Pw menjadi Pw'. Hal ini menyebabkan harga yrtng diterima produsen domestik di negara A (Indonesia) setelah adanya pajak ekspor adalah
Iebih rendah dari harga d d a , yaitu sebesar PwY-t. Pada harga Pw'-t, konsumsi domestik a k a meningkat menjadi Qc' dm produksi domestik menurun menjadi Qp', sehingga terjadi excess supply sebesar
Qp' - Qc'.
Sedangkan di negara
Importir, dengan harga dunk sebesar Pw', produksi akan rneningkat menjadi Qp'
dan konsumsi menurun menjadi Qc', sehingga terjadi excess demand sebesar Qc' - Qp' yang besarnya sama dengan Qp' - Qc' atau jumlah keseimbangan barn pada pasar dunia, yaitu Qe' Dengan demikian distorsi perdagangan berupa pemberlakuan pajak ekspor, dengan asumsi eksportir kopi Indoensia sebagai negara besar, akan dapat
menyebabkan penurunan harga yang diterima produsen, p e n m a n produksi
Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa, bagi negara eksportir, penurunan
pajak yang Iebih rendah dari kondisi di atas akan menyebabkan penurunan harga yang lebih rendah sehingga merangsang kenaikan ekspor, dan konsumen di negara
importir pula akan membayar denga harga yang lebih rendah
Berbeda dengan ekspor kopi robusta yang dorninan di pasar dunia, eskpor arabica tergolong rnemiliki pangsa yang sangat rendah yaitu 1 persen dari total ekspor kopi dunia (negm kecil).
Dalarn kasus negara kecil (ekspor arabica
Indonesia di pasar dunia) pengenaan pajak ekspor oleh negara eksportir tidak memberikan pengaruh kepada harga dunia, dan harga domestik adalah lebih rendah
sebesar jumhh pajak ekspor yang dikenakan. Untuk jelasnya dapat dlihat pada Gambar 3 berkut ini :
Qa
Qd4 Qdi
Qdl
Q
1Qe2
Garnbar 3 Pemberlakum Pajak Ekspor Bagi Negara Kecil
Qe1
Q
domestik, penurunan volume ekspor, peningkatan konsumsi, dan dapat memberikan penerimaan devisa bagi negara. Bagi negara irnportir distorsi ini akan merangsang
kenaikan harga yang pada gilirannnya akan rneningkatkan produksi dan penurunan konsumsi, sehmgga terjadi penurunan impor. Dampak pemberlalcuan pajak ekspor juga akan rnernpengaruhi distribusi (equety) dan efesiensi
. Perubahan-perubahan dari surplus produsen dm surplus
konsumsen akibat distorsi perdagangan ini seperti yang dijelaskan pada Tabel 8
menunjukkan, pemberlakuan pajak ekspor akan men&
kesejahteraan dunia
Negara importir, kesejahteraan nasionalnya adalah sebesar -(2+3+4), sedangkan di negara Eksportir, kesejahterm nasionalnya sangat diten-
oleh
elastisitas
p e d t a a n dan penawarannya. Bagi negara eksportir pajak yang optimal berada pada keadaan (-c-e+f ), sehingga untuk tingkat pajak tertentu kesejahteraan nasional
bersih bagi negara eksportir akan negatif bila (c+e) lebih besar dari f .
Tabel 8. Analisis Dampak Pemberlakuan Pajak ekspor Terhadap Kesejahteraan Prodasen dan Konsumen di Negara Eksportlr dau Importir.
Perubahan Surplus konsumsen Surplus produsen
Penerirnaan Pemerintah Kesejahteraan Nasional Bersih
Kesejahteraan Dunia Bersih
I
Eksportir
Xmportir
- (1+2+3+4)
a+b
- (a+b+c+d+e)
1
-
d+f
-c-e+f
- (2+3+4)
-c-e-2-4
Gambar 3 rnenunjukkan, pajak ekspor menggeser kurva penawaran ekspor dari ES ke atas ES ' dan rnengurangi jumlah ekspor dari OQel ke OQe2. Harga domestik mengalami penurnan dari OPE1 ke OPE2 atau , produksi t
m ke OQd3 dan
konsurnsi rneningkat dari OQd2 ke OQd4.
4.5.2.
Pemberlakuau Tarif Impor Pemberlakuan tarif impor dapat mendistorsi pasar disebabkan, kebijakan ini
akan menguntungkan produsen domestik melalui harga produk impor yang relatif lebih mahal dibandingkan produk domestik yang sejenis. Sekiranya diasumsikan (a) hanya ada dua negara, yaitu
negara importir A dan negara eksportir B (atau
gabungan negara-negara laitmy), (b) tariff impor adalah tarif spesifik atau besamya tarif yang dikenakan bagi impoRir adalah sebesar per unit produk yang diimpor dan (c) negara importix
adalah negara besar daiam perdagangan, dimana perubahan
jurnlah impor negara A akan mempengaruhi harga dunia maka, dapat diuraikan pengaruh tariff irnpor terhadap perdagangan meIdui Garnbar 4. Pcmberlakuan tarif impor &an menguntungkan produsen domestik karena
harga produk impor menjadi lebih mahal dibandingkan dengan produk domestik
sejenis sehingga volume impor berkurang. Pada Garnbar b, pemberlakuan tarif irnpor
spesifik menyebabh biaya impor menjadi lebih tinggi, sehingga menggeser kuwa ED parare1 kebawah dengan jarak vertikal sebesar tarif menjadi ED'.
Akibatnya,
harga dunia turun menjadi Pw', sedmgkan harga yang diterima oleh konsurnen di
negara A (Gambar a) menjadi Pw'+t, dimma pada harga ini j urnlah yang hams diirnpor turun menjadi Qc'-Qp' . Sebdiknya di negara Eksportir (Gambar c), dengan harga dunia Pw ', kelebihan penawaran turun menjadi Qp'-Qc ' yang besamya sama
dengan Qc'-Qp' atau jurnlah keseimbangan baru pada pasar dunia berada di titik Qe' .
Dari Gambar a dan Gambar c terdapat dua segitiga yang mencerminkan kerugian dan satu ernpat persegi panjang yang mengukur perimbangan manfaatnya. Segitiga
yang mengukur kerugian mencerminkan ketidak efesienan (effeciency loss) yang
tirnbul karena tarif merniuh incentif, sedangkan bidang empat persegi panjang
mencminkan keuntungan nilai tukar perdagangan (term of trade gain) yang
muncul karena tarif impor menyebabkan harga ekspor negara lain turun. Besamya keuntungan yang diperoleh sangat terganhing pada kemampuan yang dikenakan suatu negara untuk men&an
harga ekspor luar negeri. Sekiranya negara tersebut adalah
negara keciI bidang e yang rnencenninkan keuntungan nilai tukar perdagangan akan lenyap sehingga tarif akan menurunkan kesejahteraan.
Efesiensi ekonomi yang hilang dari konsumen adalah perbedam antara opportunity cost konsumen dalam merubah konsumsinya. DaIarn kasus di atas di
negara Importir, efesiensi yang hilang addah sebesar d, ssdangkan efesiensi yang
hilang pada tingkat produsen adalah sebesar b. Di negara Eksportir pula di tingkat konsumen efesiensi yang hilang adalah sebesar 4 dan efesiensi yang hilang di tingkat produsen adalah sebesar 2. Dengan dernikian, jika dimisalkan b+d =
p maka a + p
adalah-total deadweight lass.
a dan 2+4
=
Tabel 9 menunjukkan, secara mum dampak pemberlakuan tarif impor akan rnenurunkan kesejahteraan duni a.
Di negara Eksportir, terjadi penurunan
kesejahteraan nasional sebesar (2+3+4), sedangkan di negara hportir darnpaknya
terhadap kesejahteraan nasional sangat ditentukan oleh elastisitas penawaran ekspor
(ES). Jika kurva ES makin elastis, maka daerah (b+d) akan semakin besar dari daerah e sehingga secara umum negara Importir akan semakin dirugikan dengan adanya tarif impor. Penunman tarif impor dari kondisi yang diuraikan di atas berarti memperkecil p e n m a n kesejahteraan masyarakat dunia.
Konsurnen di negara
Importir menerirna kenaikan harga yang lebih kecil, sedangkan produsen di negara eksportir menerirna harga yang lebi tinggi.
Tabel 9. Andisis Dampak Pemberlakuan Tarif Impor Terhadap Kesejahteraan
Produsen dan Konsumen di Negara Eksportir dan Xmportir.
Perubahan
Surplus konsumsen
Eksportir
Importir
- (a+b+c+d)
1
a
+ (I +2+3+4)
Penerimaan Pemerintah
c+e
-
Kesejahteraan Nasional Bersih
e-b-d
- (2+3+4)
Surplus produsen
Kesejahteraan Dunia Bersih
b-d-2-4
Catatan : Karena daerah (b+d) = dm daerah (2+4) = ,maka total deadweight Loss sarna dengan pada Gambar b.
4 5 3 . Pemberlakuan Kuota Ekspor
Kuota ekspor merupakan distorsi perdagangan non tarif yang dapat merugikan negara produsen berupa pembatasan barang-barang yang akan diekspor ke negara
tujuan ekspor. Hal ini disebabkan, pada saat harga komoditi tersebut di pasaran
tinggi sebagai akibat dari penawaran yang menurun di pasar dunia, atau &bat dari
kerusakan produksi negara-negara besar, malca negara - negara kecil tidak dapat memanfaatkan keadaan tersebut. Baharsyah S. et.a. (1981); G o m y a h (1983).: Negara-negara penghasil komoditi ekspor yang relatif kecil, akan bertindak sebagai price taker. Sehingga, jika disatu pihak harga internasional tinggi dan di pihak lain
kuota ekspor diberlakukan, maka negara kecil tidak dapat meningkatkan jurnlah ekspomya, baik melalui pelepasan stock ataupun penigkatan produksi &lam waktu mendatang.
Pembatasan ekspor dapat ditentukan oleh pemerintah, atau oleh satu organisasi
komoditi tertentu, seperti ICO khusus untuk komoditi kopi, dan sebagainya.. Walaupun tujuan daripada kuota ekspor adalah untuk membatasi penawaran ekspor
kornoditi dipasar dunia sehingga harga dapat dikendalikan, narnun kuotn ekspor cenderung akan menurunkan kesejahteraan dunia.
Dengan mengaurnsikan, (a) hanya terdapat dua negara, yaitu negara A sebagai negara eksportir, dan negara B (atau gabmgan negara-negara laimya) sebagai negara importir, serta (b) negara eksportir dm importir rnerupakan negara besar dalam
perdagangan, maka dari Gambar 5 terlihat bahwa, pemberlakuan kuota ekspor oleh negara A (Eksportir) sebesar Qe' , akan menyebabkan kurva penawaran ekspor
menjadi ES' dan akan berpotongan dengan kurva permintaan ED sehingga mernbentuk harga dunia Pw'.
Pada tingkat harga Pw', di negara Eksportir
(Garnbar a) akan terjadi excess supply, sehingga terjadi penurunan harga domestik sebesar P' atau pada saat perpotongan antara kurva penawaran dan k w a permintaan
domestik plus kuota (Da'), dimana k w a Da' sejajar dengana Da dengan jarak
horizontal sebesar kuota yang ditetapkan. Dengan demikian pembetlakuan h o t a ekspor akan mendistorsi pasar , dimana ha1 ini ditandai dengan turunya harga domestik dan berkurangnya volume perdagangan.
Dari aspek kesejahteraan, kuota ekspor akan mempengamhi kesejahtprodusen dan konsumen jika dibandingkan tanpa kuota. Besamya dampak kuota tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini :
Tabel TO. Analisis Dampak Knota ekspor Terhadap Kesejahterrman Produsen dan
Konsumen di Negara Eksportir dan Importir.
Perubahan Surplus konsurnsen Surplus produsen
Importir
Eksportir
- (1+2+3+4)
a+b
- (a+b+c+d)
1
Penerimaan Pemerintah
c+e
-
Kesejahteraan Nasional Bersih
- d+e
- (2+3+4)
Kesejahtem Dunia Bersih
4-24
Dengan demikian, pernberlakuan kuota ekspor &an menurunkan kesejahteraan dunia. Sekiranya daerah e Iebih besar dari daerah d maka, di negara A (Eksportir)
yang akan memperoleh manfaat dari kuota ekspor adalah konsumen dan pemegang kuota. Tidak dernikian halnya di negara Importir, dimana pemberlakuan kuota ekspor akan menurunkan kesejahteraan nasional yang lebih besar dibandingkan
dengan manfaat yang diperoleh oleh negara A. Sehingga, secara keseluruhan, total p e n m a n kesejahteraan dunia adalah sebesar (d+2+4).
ICO pernah merapkan system kuota ekspor ini kepada anggotanya untuk menjaga harga tidak mengalami kejatuhan yang deratis, yaitu pada tahun 1976 hingga
tahun 1983 (Siswaputranto, I 993). Namun dalam perkernbangannya tidak semua Negara produsen dan konsumen di dunia tergabung dalam ICO, akhirnya muncul f%si antara negara produsen dan negara konsumen. Friksi yang terjadi didasarkan kepada pembelian dan penjualan kopi oleh negara produsen dan konsumen di luar anggota ICO. Sehingga pada akhirnya dicapai kesepakatan untuk rnmcabut quota
ekspor dan menggantinya dengan stock retensi
4.5.4. Pemberlakuoln Subsidi Ekspor
Hambatan non tarif lainnya adalah pernberlakuan subsidi eskpor yaitu, pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan yang menjual barang ke luar negeri (Krugrnan, 1994). Sekiranya pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan mengekspor barang sampai batas dirnana selisih harga
domestik dan harga luar negeri sama dengan nilai subsidi. Darnpak dari subsidi ekspor, adalah keba!ikan dari darnpak tariff. Garnbar 6 menunjukkaq, dengan asurnsi, (a) terdapat dua negara yaitu negara
eksportir A, dan negara Importir B, (b) negara eksportir adalah negara besar, maka pemberlakuan subsidi ekspor akan menyebabkan kurva penawaran ekspor (ES)
bergeser sejajar ke kanan bawah dengan besar jarak sama dengan besar subsidi yang diberikan, sehingga ES akan berpindah menjadi ESs. Sekiranya diasurnsikan
Eksportir adalah negara besar, maka akan terjadi penurunan harga dunia dari Pw menjadi Pw' sehingga volume perdagangan bergeser dari Qe rnenjadi Qe' .
Karena produsen diberi subsidi ekspor sebesar s, maka di negara Eksportir harga dornestik akan rneningkat menjadi Pw'+s.
Peningkatan harp domestik ini
akan menyebabkan excess supply, yaitu dari Qp-Qc rnenjadi Qp'-Qc'. Sedmgkan di
negara Importir, dengan turunnya harga dunia permintaan impor akan mengalami
peningkatan dari Qc-Qp menjadi Qc'-Qp'.
Dampak subsidi ekspor terhdap
kesejahteraan adalah seperti yang dijelaskan pada Tabel I 1. Dari Tabel 1 1 tersebut dapat disimpukan bahwa pernberian subsidi ekspor
akan menyebabkan keuntungan di tingkat produsen, tetapi kerugian di tingkat
konsumen serta akan m e n d a n kesejahteraan negara Eksportir.
Selain itu
pemberian subsidi ekspor juga akan meningkatkan kesejahteraan negara Importir.
Tabel 11. Analisis Drmmpak Subsidi ekspor Terhadap Kesejabteraan Produsen dan Konsumen di Negara Eksportir dan Irnportir. 4
I
Peruba ban
Surplus konsurnsen Surplus produsen
-(a + b)
(1 +2+3+4)
- ( I + 2)
(a+b+c)
Penerirnaan Pemerintah
- (b+c+d+e+f+g)
Kesejahteraan Nasional Bersih
- (Wd+e+f+g)
Kesejahteraan l h k Bersih
Importir
Eksportir
-
-
3
(b+d+2+4)
Catatan : Daerah (e+f+g) pada Gambar 5 (a) sama dengan daerah (2+3+4) pada Gambar 5 (c).
DaIarn pew lit ian ini distorsi perdagangan adalah besarnya intemensi perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara
memberlakukan
Suatu negara dianggap
intervensi berupa pajak ekspor jika selisih antara barga dunia
dengan harga domestik adalah posit if dan memberlakukan subsidi ekspor jika nilai
selisihnya negatif Sedangkan besarnya intervensi tariff impor adalah selisih antara k g a domestik dengan harga dunia.
4.6. Persaingau Monopolistis
Behpa
penelitian sebelumnnya menunjukkan bahwa antara kopi jenis
robusta dan arabica - adalah dua pmduk yang &pat bersubtitusi secara sempurna
Perbedaan prilaku konsumen untuk mngkonsumsi jenis kopi hanya ditentukan oleh selera. Namun beberapa peneIiti lainnya menilai antara kopi jenis robusta dan arabica adalah dua produk yang tidak krsubtitusi sempurna, sehingga adanya diferensiasi produksi ini rnenyebabkan pasar kopi adalah pasar persaingan
monopolistis.
Dengan demikisn suatu kerangka teori rnikro tentang pasar
persaingan monopolistis diperlukan. Seperti dijelaskan pada bahagian seklumnya bahwa analisis yang dilakukan
pada penelhian hi mendisaggeragasikam kopi berdasarkan jenisnya, yaitu jenis kopi robusta dan jenis arabica kberapa negara seperti Indonesia dan India merupakan
negara pengbasil dm pengekspor utama kopi jenis robusta, sedangkan untuk jenis
arabica didominasi oleb Brazil, Columbia, Costarika, dan Guatemala Perbedaan ini dipandang sebagai wujudnya differensiasi produksi, sehingga dalam perdagangannya
terjadi persaingan monopolistis. Persaingan monopolistis dapat didefenisikan sebagai suatu pasar dimana
terdapat banyak produsen dan penjual dalarn satu group yang menghasilkan barang yang berbeda atau d8erenstiated product.
Koutsoyiannis, A. (1 982)
d a b
bukunya yang krjudul Modern Microeconomics, memkikan ciri-ciri pasar
persaingan monopoli adalah: ( 1 ) terdapat banyak penjual d m pembeli dalam group ; (2) produk yang dijual terdefiesiasi dm meiliki daya subtitusi yang tidak sempurna
(close substitutes) antara satu bolrang dengan h a n g lainnya; (3) perusahaan bebas keluar masuk pada satu kelompok industri,
(4) p e r = mempunyai tujuan
mencapai kemtungan maksimum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang;
( 5 ) Faktor harga dm teknologi ditentukan (given); (6) p e m s h a n diasumsikan
memiliki pengetahuan yang past i terhadap pemintaan dan kurva biaya prusahaan
lainnya dalarn satu kelompok industri; (7) periode jangka panjang terdiri dari periode jangka pendek yang identik, diasumsikan antar keputusan independent, artinya
keputusan-keputusan satu periode tidak dipengaruhi oleh periode akan datang dan
tidak pula dipengaruhi oleh keputusan rnasa hlu ; (8) Perrnintaan maupu biaya bagi semua produk yang dihasilkan adalah uniform. Pada pasar persaingan monopolis, perusahaan diasumsikan memiliki kebebasan
keluar masuk kelompok industri dalam satu pasar persaingan monopoli.
Satu
perusaham akan rnasuk pasar jika pemsahaan yakin a k a perokhan laba yang diperolehnya, dm sebaliknya akan keluar jika p e n d m n rugi Keseimbangan yang
dicapai jika satu perusaham ma& dalam industri pada pasar persaingan monoppli dapat ditemgkan melalui gambar 7.
Dari Gambar 7 dapat dikatakan bahwa, keuntungan maksimum a h diperoleh
oleh pemdaan apabila p e m d m n terus memproduksi barangnya hingga mencapai
LMC=MRl. Segi empat ABCPMmenunjukkan jumIah keuntungan maksimum yang akan dhikmati p e r u s a h monopolis. Karena dahm pasar persaingan monopolis tidak terdapat hambatan masuk pasar, maka keuntungan melebihi batas normal hi
akm merangsang banyak pwusahaan untuk masuk, sehingga perusahaan akan menghadapi permintam yang semakin &it
pada berbagai tingkat harga, sehingga
kuwa permintaan D dan MR k r g m ke kiri, ayitu dari D menjadi D' clan dari MRl
ke MR2. Keseimbangan akhir perusahaan dicapai pada harga PE dengan kurva
permintaa D' dirnana pada keseimbangan ini tercapai pada saat fiarga sama dengan biaya rata-rata .
Pada beberapa komoditi ekspor yan mampu memperokh laba yang besar, biasanya akan merangsang kberapa penjual atau perusahaan lain memasuki pasar,
sehingga perolehan keuntungan yang diterima oleh masing-masing penjual relatif b e r m . Pada Gambar 8 dapat dijelaskan mula-mula pmwhan memaksirnmdm
laba pada harga Pal dan output A1 . Di sini pemdaan memperoleh laba murni
sebesar clPal per unit dan perusahaan memanfaah pabrik yang bedcuran sedikit
lebih ksar dari optimum
Perlu diketahui hahwa, harga keseimbangan dm output
ditentukan oleh perpotongan dari kurva MR1, SRMC, dan W a LRMC. Dapat diringkas posisi perusaham ini dengan Pal > MR1 = SRMC1 = LRMC > MRAC = SRAC1. Perusahaan berada dalarn keseimbangan jangka pendek, sebab pemsahaan
menyamakan pendapatan marginal dengan biaya marginal jangka pendek, tetapi perusahaan t idak berada dalam keseimbangan jangka panjang sebab perusahaan
mempero leh laba murni. Begitu penrsahaan - perusahan beuu memasuki industri, rnaka bagian dari kurva pasar kgeser
ke kiri (yang merupakan bahagian pasar yang lebih kecil)
katakan saja ke D2, tentu saja kurva ini menunjukkam kuantitas pemhtaan dari pmudaan yang bersangkutan, dengan asumsi semua perusaham lain menetapkan
harga yang sama dengan perusahaan ini, Dengan harga yang telah terbentuk di Pal
dan dengan kurva bahagian pasar D2,
jelaslah bolhwa perusahaan tidak hi
memaksimudcan laba. Akibatnya, perusahaan ini akm berusaha menaikkan laba dengan rnenumnkan harga, atau dengan bergerak sepanjang d2.
Tetapi hal ini
mengasumsh perusban - perusaham Iain dalam industri tidak akan merubah harga
Namun perusahan-perusahan lain berpedoman pada motif lab, dan o1eh
Karena itu mereka juga akan menurunkan harga. Jadi ada pergerakan sepanjaag kurva D2 samapai akhirnya tercapai keseimbangan, d i m a ~kurva ~ d telah menyelip sepanjang kurva D sehigga menyinggung kurva LRAC. Hal ini terjadi pada A2
dengan harga Pa2 dan tidak ada laba murni. Jadi keseimbangan harga baru dan
jumlah ditentukan oleh perpotongan d3 dan D2 atau oleh perpotongan MR3 dan LRMC. Mungkin juga kurva bahagian pasar semula berg&
ke D3 apabila
Gamhar 8 Kesimbangan Perusahaan pda P a w Pwsaingan Monopolis Ddam Jangka Panjang (Bilas, 1986)
p e r u s a h a n - p e h memasuki industri ini, maka kurva bahagian pasar tidak akan bergerak lebih lanjut ke kiri sebab dengan harga yang telah ditentukan sebesar Pal, maka harga clan biaya per unit adalah sama Perusahaan tidak akan memaksimumkan
laba, dan dengan demikian perusahan &an
mulai menurunkan harga sepanjang d4.
Bagi perusahaan-perusahaan dalarn industri yang berpedoman pada motif laba, akan
menurunkan harga, dan pergerakan
terjadi sepanjang D3, Jadi ~rusrthanakan
menderita rugi. Apabila harga telah turun sampai Pa3 misalnya, output akan menjadi A3 dm per&
akan menderita rugi sebesar c2Pa3 per unit. Tetapi perusahaan
mungkin merasa bahwa dengan menuruntian harga lebih banyak
dihindarkan. Karena perusahaan lain be&
kerugian dapat
utnuk tidak mengalami kerugian
maka pergerakm akan terjadi sepanjang kurva D. Jadi jika perushaan ingin
rnenunmkan barga ke Pa2 agar memperoleh hasil investmi normal dengan memproduksi A2, maka output sebenarnya akan mencapai A4 dan perusahaan tetap
akan menderita rugi Jadi, satu-satunya jalan untuk mencapai keseimbangan daIam jangka panjang adalah dengan penyingkiran-penyingkiran pusdam-perusahaan
dan dengan mengeser kurva D ke D2,sehhgga kegimbangan akan terjadi pada Pa2, A2 dengan hanya mendapatkan hasil investasi normal (Bilas, 1986).
Dalam pasar kopi, banyaknya penjual yang memperdagangkan produk y q s a m a seperti
robusta dm Arabica akan menyebabkan tiap-tiap negara ti&
akan
dapat mpengasuhi harga secara absolute seperti pada pasar monopoli. Artinya
fluktuasi harga akan ditentukan oleh penawaran kopi oleh masing-masing negara
sscara bersamaan berbanding dengan permintaan banyak negara. Jurnlah penawaran yang tidak diimbangi oleh kenaikan permintam (banyak pembeIi) akan menyebabkan
harga kopi dunia mengalami penurunan, demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk
menjaga agar pedagang pada p a m persaingan monopolistis memperoleh keuntungan,
diperlukan strategi perdagangan (Siregar, H.2000).
Strategi perdagangan merupakan usaha yang dilakukan oleh perusahaanperusahaan untuk menetapkan strategi apa yang tertepat dilakukan agar terjadi
kenaikan volume perdagangan, dan m e m b e r h nilai tambah hagi keuntungan
perusahaan.
Pada pasar persaingan monopoiistis seperti yang terjadi pada
perdagangan kopi, usaha-usdm seperti diferensiasi produksi, dan peromosi
m e r u m stated perdagangan yang tepat dilakukan oleh perusahaan.
Perbedaan antara jenis robusta dan arabica pada cita rasa pada dasamya dapat menjadikan komoditi tersebut mempunyai segmen pasar yang rnampu bersaing diantara beberap pnjual Harga arabica yang lebih mahal biasanya mempunyai cita
rasa yang lebih
enak
dibandingkan dengan jenis kopi robusta. Dengan demikian,
segmen pasar kopi robusta akan dapat berpindah ke jenis arabica jika cita rasa produk
arabica terus meningkat melalui peningkatan mutu
Kormdisi ini menyebabkan
perusaham yang bergerak pada perdagangan kopi jenis robus& akan mencari t e b l o g i yang tepat pula untuk menhgkatkan cita rasanya dengan spesialisasi
produk yang semakin b e r m dengan arabica sehingga tidak terjadi tramfa komumen dari robusta ke arabica.
Pada dasarnya banyak Negara yag menghasilkan kopi baik untuk jenis robusta maupun Arabica dalarn kntuk o l a h Tingkat kompetisi yang terjadi pada pasar p e m a n monopolis menyehabkan Negara produsen kopi membutuMran promosi
untuk rnemperdagmgkan jenis produk kopi Negara bersangkutan. Keg iatan promosi
mempunyai tujuan untuk memberikan gambaran kepada konsurnen akan produk yang
dihasilkannya memiliki keunggulan dibandingkan produk Iainnya. Tujuan utama yang ingin dicapai addah untuk memperbesar volume penjualan agar terjadi
peningkatan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Boyd, Walker & Larreche (19951, strategi promosi adahh suatu
program yang terkontrol dan terintegrasi dari metode clan alat komunikasi yang didesain untuk memperkenah perusahaan dan produknya kepada pelanggan
potensial, sehingga dapat meningkatkan penjualan dan kinerja keuntungm jangka panjang. Dampak langsung dari volume perdagangan kopi oMan yang meningkat sebagai akibat dari kegiatan promosi perdagangan oleh industri pengolahan kopi akan
merangsang kenaikan harga kopi di tingkat petani. Narnun demikian promosi a h meyebabkan kenaikan biaya produksi, sehingga konsurnen akan mernbeIi lebih mahal
produk tersebut dibandingkan seblum promosi dilakukan oleh p m d m n . Pada Gambar 9 terlihat bahwa kegiatan promosi akan menyebabkan biaya produksi meningkat dari AC ke AC1 dan permintaan meaingkat pula dari Dl ke D2 sehingga keseimbangan jangka panjang berada pada tit ik B. Akan tetapi walaupun
terjadi peningkatan produksi dari Q1 ke 42, harga barang akan merzlngkat dari P 1 ke
P2. Hal ini memberikan pengertian bahwa, pada dasarnya promosi seperti perilclanan h y a akan menyebabkan kenaikan ongkos peroduksi meningkat dengan tidak
merubah produk dari sisi bent*
berat dm mutu. Tetapi beberapa pakar menilai
pandangan terhadap stabilisasi harga. Stabilitas harga kopi sangat tergantung dari perrnintaan dan penawamn kopi baik untuk robusta rnaupun Arabica. Perbaikan mutu kopi di tingkat petani akan dapat merangsang pertumbuhan industri olahan yang mengg-
kopi sebagai input produksi. Berkembangnya industri o
dengan defienssiasi produk
yang
b kopi
berkembang sesuai dengan perkembangan
teknologi, akan dapat menyebabkan permintam sernakin meningkat.