PENGARUH PENYALURAN PEMBIAYAAN MIKRO TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL BMT AL-KARIIM, Cipulir – Kebayoran Lama (2005-2009) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE, Sy)
Istiqomah Fidyaningsih 206046103832
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2011 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Maret 2011
Istiqomah Fidyaningsih
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan segala nikmat Iman Islam karena atas kehendak dan kuasanya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mikro Terhadap Pendapatan Operasional BMT Al-Kariim, Cipulir-Kebayoran Lama (2005-2009)’’ dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammmad SAW, suri tauladan dalam aktivitas kehidupan, serta kepada para keluarga dan sahabatnya. Dengan penuh kesadaran penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada segenap pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Sebagai rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhammmad Amin Suma, SH., MA., MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. i
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatrullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Ahmad Yani, MA, selaku Ketua Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah. 4. Bapak Dr. Phil. J.M. Muslimin, MA.,Ph.D, Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam membimbing di tengah kesibukan Beliau, sehingga pada akhirnya skripsi ini menjadi lebih baik dan sempurna. 5. Bapak Abdurrauf,Lc., MA., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran pula telah banyak memberi semangat dan dorongan serta arahan dalam membimbing baik secara lahir maupun batin, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis. 7. Pimpinan dan Seluruh Staf Karyawan Perpusatakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas berupa sumber-sumber yang berkaitan dengan skripsi penulis.
ii
8. BMT Al-Kariim, Ibu Fenty dan Ka Eva yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya dalam memperoleh informasi, data-data dan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini. 9. Ayahanda Muhammad Ghorib (Almarhum) dan Ibunda Markhamah, terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, pengertian dan motivasinya yang sangat berperan dalam hidup, semoga Ibunda selalu diberi kesehatan, kebahagiaan dan umur panjang sehingga ananda diberi kesempatan untuk menunjukkan besarnya cinta ananda pada kalian. 10. Sahabatku PS NR 2006, Makasih atas kebersamaannya selama 4 tahun kita saling mengenal, berbagi dan menjalin persahabatan bahkan persaudaraan. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudah-mudahan dapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan fikiran dan saran untuk perkembangan dalam pendidikan khususnya bidang Ekonomi Islam.
Jakarta, 24 Maret 2011
Istiqomah Fidyaningsih
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………….…………….....
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… vii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….... viii BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……………………………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………… 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….
5
D. Metodologi Penelitian ……………………………………...
7
E. Review Studi Terdahulu …………………………………... 13 F. Sistematika Penulisan ……………………………………... 16 BAB II
PEMBIAYAAN MIKRO A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan …………...…………………... 17 2. Prinsip, Fungsi dan Tujuan Pembiayaan ……………… 19 3. Jenis-jenis Pembiayaan ……………………………… 25 B. Pembiayaan Usaha Mikro 1. Pengertian Pembiayaan Mikro ………………………... 29
iv
2. Jenis-jenis Pembiayaan Mikro ………………………... 33 3. Produk-produk Pembiayaan Mikro ………………….... 35 BAB III
GAMBARAN UMUM BMT Al-KARIIM A. Sejarah berdirinya BMT Al-Kariim ………………………. 39 B. Visi dan Misi ……………………………………………… 42 C. Produk dan Jasa yang ditawarkan ………………………… 43 D. Struktur Organisasi dan Mekanisme kerja BMT Al-Kariim………………………………………………….. 46
BAB IV
PENYALURAN
PEMBIAYAAN
MIKRO
TERHADAP
PENDAPATAN OPERASIONAL A. Strategi Pemasaran Pembiayaan Mikro pada BMT Al-Kariim………………………………………………… 51 B. Faktor-faktor pemberian Pembiayaan mikro pada BMT Al-Kariim………………………………………………… 57 C. Analisa Pengaruh Pembiayaan Mikro Terhadap Pendapatan Operasional BMT Al-Kariim………………… 62 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………. 72 B. Saran …………………………………………………….... 74
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………......
v
75
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.1 Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi (r-positif)…………………….
13
4.1 Pembiayaan Mikro ……………………………………………………….
62
4.2 Pendapatan Operasional ………………………………………………….
64
4.3 Variables Entered/Removed (b) ………………………………………….
66
4.4 Model Summary (b) ……………………………………………………....
66
4.5 ANOVA (b) ………………………………………………………………
67
4.6 Coefficients (a) ……………………………………………………………. 69
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
3.1 Struktur Organisasi ……………………………………………………….
46
4.1 Penyaluran Pembiayaan Mikro …………………………………………..
63
4.2 Pendapatan Operasional …………………………………………………..
65
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Syariat Islam sebagai suatu syariah yang di bawa oleh rasul terakhir mempunyai keunikan sendiri. Keberadan syariah ini tidak terlepas dari keinginan masyarakat muslim untuk menjalankan ajaran Islam dengan menjalankan seluruh aktivitas dan transaksi ekonominya sesuai dengan ketentuan syariah. Kita menyadari bahwa syariah adalah agama yang komprehensif, yang memberikan tuntunan hampir seluruh aspek kehidupan manusia, baik ibadah maupun muamalat. Adapun muamalat diturunkan untuk menjadi rules of the game atau aturan main dalam kehidupan sosial.1 Salah satu lembaga perekonomian syariah adalah baitul Maal wa Tamwil (BMT). BMT hadir ditengah masyarakat sebagai jawaban atas sebuah kegelisahan, dimana usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) meskipun telah diakui penyanggah perekonomian bangsa, namun seringkali dihadapkan pada masalah keterbatasan modal.2 Suntikan dana di butuhkan UMKM untuk keberlangsungan usahanya yang di harapkan dapat diperoleh melalui kredit atau pembiayaan dari lembaga keuangan. Keberadaan BMT ini juga Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), cet. 1, h.1. 1
2
Marsuki, Pemikiran dan strategi memberdayakan sektor ekonomi UMKM di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2006), h.147
1
2
merupakan usaha untuk memenuhi keinginan, khususnya sebagian umat islam yang
menginginkan
jasa
layanan
bank
syariah
untuk
mengelola
perekonomiannya. Namun berdasarkan hasil survey kegiatan dunia usaha yang dilakukan secara berkala oleh Bank Indonesia, diketahui bahwa akses kredit ke bank antara lain adalah persyaratan kredit yang terlalu rumit, masih tingginya tingkat suku bunga kredit, masalah ketersedian jaminan atau agunan dan kebaikan bank.3 Kebanyakan usaha mikro dan kecil memang dianggap tidak bankable pada saat pengajuan permohonan kredit atau pembiayaan kepada perbankan. Untuk itulah BMT mengambil peran dalam menjawab solusi tersebut. BMT memiliki ciri unik yang membedakannya dengan lembaga keuangan lainnya, yaitu dengan mengedepankan nilai-nilai Islami di dalam kegiatan operasionalnya, serta memiliki dua fungsi yang berbeda, yakni sebagai Baitul Maal yang mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaq dan sadaqah, serta sebagai Baitul Tamwil yang melakukan kegiatan usaha berskala mikro. BMT adalah sebuah lembaga keuangan non bank, merupakan institusi yang dianggap sebagai tempat dimana yang memiliki surplus dana dapat menyimpan
dengan
aman
dan
yang
memerlukan
dana
dapat
mempergunakannya sesuai dengan persyaratan yang diberlakukan oleh BMT 3
Kegiatan dunia usaha, Artikel diakses pada tanggal 4 november 2010 dari http://www. bi.go.id /survey kegiatan dunia usaha
3
tersebut. Sungguhpun demikian, dewasa ini masih banyak kalangan masyarakat muslim yang belum memanfaatkan jasa-jasa lembaga keuangan mikro syariah (BMT) manakala mereka memiliki kelebihan dana. BMT sebagai lembaga intermediasi merupakan lembaga keuangan mikro yang bergerak dibidang jasa yang bertujuan untuk mengembangkan usaha mikro. Salah satu kegiatan jasa yang dilakukan adalah di bidang pembiayaan atau kredit usaha BMT. Hal ini tak lepas dari peranannya untuk meningkatkan pendapatan usaha mikro akibat tambahan modal yang diperoleh dari BMT. Oleh karena itu pemerintah dan swasta telah gencar membuka pinjaman kredit untuk meningkatkan pendapatan usaha mikro. Hal itu tidak lepas dari sistem kredit usaha yang baik guna mampu memberikan kontribusi yang nyata dalam meningkatkan pendapatan usaha mikro. Melalui perkembangannya, ternyata BMT mempunyai akses yang lebih menjurus kepada kepentingan rakyat kecil yang berada di pelosok-pelosok atau rakyat kecil yang kebutuhannya jauh dari persyaratan Bank umum dengan memberikan pembiayaan pada usaha mikro. salah satunya adalah pembiayaan mikro (usaha mikro) yaitu pembiayaan untuk perniagaan kecil-kecilan yang diberikan untuk tujuan perniagaan, usaha rumah tangga baik berbentuk perusahaan, kelompok usaha, dan perorangan (seperti pedagang, petani, peternak, dan nelayan).
4
Kehadiran pembiayaan mikro sangatlah dibutuhkan oleh masyaratkat kalangan bawah yang mayoritas penduduknya adalah muslim, mereka menghendaki diterapkannya prinsip-prinsip syariat Islam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembiayaan mikro usaha ini menggunakan sistem syariah dimana tidak ada bunga yang merugikan pengusaha sehingga aman dan bermanfaat. Pembiayaan mikro banyak diminati oleh masyarakat, karena proses mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan.4 Pembiayaan yang didapatkan nasabah dari kredit mikro biasanya digunakan untuk keperluan usaha. Kredit mikro merupakan jasa keuangan yang penting untuk meningkatkan pendapatan keluarga prasejahtera. Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Potensi kredit usaha mikro hingga saat ini oleh banyak kalangan masih dipandang sangat menjanjikan. Terbukti dengan terus meningkatnya volume penyaluran pinjaman untuk usaha mikro dari tahun ke tahun dengan kualitas pinjaman yang relatif baik.
4
Pembiayaan mikro, Artikel diakses pada tanggal 4 november 2010 dari http://www.docstoc.com/search/pembiayaan-mikro
5
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai skripsi.
Oleh
karena
pembiayaan mikro yang dituangkan dalam sebuah itu,
penulis
mengambil
judul
“PENGARUH
PENYALURAN PEMBIAYAAN MIKRO TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL BMT Al-Kariim, Cipulir-Kebayoran Lama (2005-2009) ”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan ini agar lebih terarah dan tidak meluas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dari pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalahnya dapat diuraikan kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana Strategi Pemasaran Pembiayaan Mikro pada BMT Al-Kariim? 2. Apa
saja
Faktor-faktor
yang
dipertimbangkan
dalam
Pemberian
Pembiayaan Mikro pada BMT Al-Kariim? 3. Bagaimana
Pengaruh
Pembiayaan
Mikro
Terhadap
Pendapatan
Operasional pada BMT Al-Kariim?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui startegi pemasaran pembiayaan mikro 2) Untuk mengetahui faktor-faktor dalam pemberian pembiayaan mikro
6
3) Untuk mengetahui penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional 2. Manfaat Penelitian Adapun Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Penelitian bagi penulis, Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta memberikan kontribusi pemikiran mengenai penyaluran pembiayaan khususnya pembiayaan mikro dan pendapatan operasional. 2) Manfaat bagi BMT, Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai kebijakan dan dasar pertimbangan dalam penyaluran pembiayaan mikro yang dapat mempengaruhi pendapatan operasional BMT. Dengan demikian,
BMT
dapat
lebih
behati-hati
dalam
menyalurkan
pembiayaan. 3) Manfaat bagi pemerintah, Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk melakukan pengarahan dan pembinaan oleh pemerintah terutama oleh bank Indonesia. 4) Bagi kalangan akademis, Dengan adanya skripsi ini diharapkan dapat lebih bermanfaat bagi kita semua dan bisa menjadi sumber referensi dan acuan yang jelas dalam penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional.
7
D. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yang dapat dilihat dari sudut : 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dimaksudkan untuk mendapatkan data primer, dilakukan penulis sebagai pelengkap data dalam hasil penelitian kelak yaitu dengan melakukan wawancara dengan pejabat yang berwenang untuk memperoleh data yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini di lakukan pada BMT Al-Kariim. Penulis memakai metode penelitian deskritif kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan hasilnya. Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif-kuantitatif dengan menggunakan Laporan Keuangan BMT Al-Kariim sebagai studi kasus. Oleh karena itu, data-data atau laporan keuangan merupakan analisis inti dari penulisan ini. Selain itu, penelitian juga merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penulis akan mendapatkan data dari literature berupa buku-buku, makalah, artikel dan tulisan-tulisan lainnya yang membahas mengenai perbankan syariah, pembiayaan, pembiayaan mikro serta bahasan-bahasan yang berkaitan mengenai skripsi ini.
8
2. Jenis data dan sumber data 1. Jenis data a. Data Kuantitatif Adalah data yang berupa angka-angka. kemudian di analisis lebih lanjut untuk kemudian diambil kesimpulan. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional BMT. b. Data Kualitatif Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif kualitatif. Deskriptif menurut pengertiannya adalah : Menurut Marzuki penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan melukiskan keadaan objek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang diteliti.5
5
Bambang Kustituanto dan Rudy Badrudin, STATISTIKA 1 (DESKRIPTIF), (Jakarta : Gunadarma, 2005), h. 3
9
2. Sumber data Menurut sumbernya, data yang digunakan pada penelitian ini ialah data ekstern yang terbagi menjadi dua, pertama data primer, adalah data yang langsung dikumpulkan oleh orang yang memakai data tersebut. Data primer yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari wawancara. Kedua data sekunder yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari laporan mengenai pendapatan operasional, khususnya yang terkait dengan pembiayaan mikro. 3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumentasi (studi pustaka) dan studi lapangan dengan teknik wawancara. 4. Metode analisis data Penulis menganalisis data dengan menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam metode kualitatif, penganalisaan melakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menelaah semua data yang diperoleh baik dari sumber primer maupun sumber sekunder. b. Melakukan klasifikasi terhadap data yang terkumpul sesuai dengan masalah yang diteliti. c. Penarikan kesimpulan dari data-data yang dianalisis.
10
Sedangkan metode kuantitatif digunakan dengan data dinyatakan dalam bentuk angka karena dalam penelitian ini akan menganlisis tentang pengaruh pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. 5. Hipotesa Hipotesa adalah jawaban sementara yang digunakan penulis dalam penelitian yang sebenarnya masih harus di uji kembali. Hipotesa bisa saja benar dan bisa saja salah, hipotesa ini akan diuji oleh penulis sendiri sehingga dapat suatu kesimpulan apakah hipotesa tersebut dapat diterima atau ditolak.6 Dugaan penulis terhadap penelitian ini adalah ada hubungan antara X dan Y. yaitu hubungan positif artinya apabila pembiayaan mikro benar, maka tingkat pendapatan operasional meningkat. Untuk menguji ada tidaknya hubungan antara X dan Y, penulis menggunakan teori regresi sederhana. Jika berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka hipotesa dalam penelitian ini sebagai berikut : 1.
Ha : ada pengaruh antara pembiayaan mikro (X) terhadap pendapatan operasional (Y)
2.
Ho : tidak ada pengaruh antara pembiayaan mikro (X) terhadap pendapatan operasional (Y)
6
h.274
Amudi Pasaribu, Pengantar Statistik, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1981), Cet. 2,
11
X
Y
Pembiayaan Mikro
pendapatan operasional
6. Uji Regresi Sederhana Yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Menurut Dr.
Boediono, regresi sederhana adalah alat analisa untuk mengetahui hubungan antara
dua
kejadian
atau
bagaimana
persamaan
matematis
yang
menghubungkan hubungan antara dua kejadian (hanya dua variabel). Analisis regresi sederhana dipakai apabila ingin mengetahui pengaruh sebuah variabel bebas dengan variabel terikat atau ingin membuktikan bahwa terdapat atau tidak terdapatnya hubungan fungsional antara sebuah variabel bebas dengan variabel terikatnya. Adapun persamaan matematisnya sebagai berikut : 7
Y = a + bX Dimana : X
: Pembiayaan Mikro
Y
: Pendapatan Operasional
a
: koefisien konstanta
b
: koefisien regresi
7
Eti Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS , ( Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009), h. 135
12
7. Uji Anova Uji Anova dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan sudah layak atau belum. Untuk mengetahui apakah variabelvariabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%) dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jika Probabilitas (sig penelitian) < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya hubungan kedua variabel linier, maka model regresi yang digunakan sudah benar dan layak. 2) Jika Probabilitas (sig penelitian) > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya hubungan kedua variabel tidak linier, maka model regresi yang digunakan belum benar dan tidak layak digunakan. 8. Uji Koefisien Determinasi Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi, yang sebenarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2). Koefisien determinasi (r2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square. Koefisien determinasi digunakan untuk menentukan
13 besarnya pengaruh pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional.8 Berikut pedoman interprestasi koefisien korelasi : Tabel 1.1 Interprestasi koefisien korelasi (r-positif) Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199 0,22-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
9. Pedoman Penulisan Pedoman penulisan dan penyusunan secara teknik berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibakukan dalam buku “ Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta 2007”
E. Review Studi Terdahulu Berdasarkan hasil pengamatan dan studi di Perpustakaan telah ditemukan beberapa penelitian sebelumnya. Adapun review studi terdahulu yang penulis telah kaji adalah:
8
Eti Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis : dengan Aplikasi SPSS, h.49
14
1.
Analisis Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Murabahah terhadap Likuiditas Bank DKI Syariah tahun 2004-2008, ditulis oleh Purwanto, Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009. Dalam skripsi ini membahas mengenai bagaimana pengaruh penyaluran pembiayaan murabahah terhadap tingkat likuiditas Bank DKI Syariah. Jenis metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif yaitu membuat deskripsi gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan atau pengaruh antar fenomena yang diselidiki melalui analisis data yang bersifat diskrit. Penelitian ini menganalisis pengaruh pembiayaan murabahah dengan metode analisis kuantitatif yang disajikan dalam bentuk uraian dan tabel dengan menggunakan statistik regresi linier sederhana. Adapun tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara penyaluran pembiayaan murabahah dengan likuiditas bank syariah di Bank DKI Syariah pada tahun 2004-2008.
2. Analisis Pembiayaan Usaha Mikro Syariah Pada Bank Mega Syariah, ditulis oleh Selfie Rahayu, Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dalam skripsi ini membahas mengenai bagaimana Pembiayaan Usaha Mikro Syariah pada Bank Mega Syariah. Untuk menetapkan pembiayaan usaha mikro serta mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
15
kepuasaan nasabah dapat ditinjau dari segi pelayanan, kinerja maupun hasil informasi yang diberikan oleh bank mega syariah. Namun, dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang ada di atas yaitu pada penelitian ini akan membahas tentang pengaruh pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional, segmentasi pemasaran pembiayaan mikro pada BMT Al-Kariim. Sedangkan BMT Al-Kariim adalah salah satu cara untuk memperoleh pinjaman.
Dengan
adanya
pinjaman
tersebut
si
peminjam
bisa
menggunakannya untuk membuka usaha baru.
F. Sistematika Penulisan Untuk lebih terarah dan memudahkan untuk penulisan serta memperoleh gambaran yang utuh, sehingga tidak melebar dan rancu. Sistematika penulisan dalam skripsi ini terbagi atas lima bab, yang masing-masing terdir atas : Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan secara garis besar mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II Pembiayaan Mikro. Bab ini akan menjelaskan mengenai teoriteori berdasarkan tinjauan pustaka dan literature mengenai definisi pengertian pembiayaan, Prinsip, Fungsi dan tujuan pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan,
16
pengertian pembiayaan mikro, jenis-jenis pembiayaan mikro dan produkproduk pembiayaan mikro. Bab III Gambaran Umum. BMT Al-Kariim meliputi: Sejarah Berdirinya, Visi dan Misi, produk dan jasa yang ditawarkan, Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja. Bab IV Penyaluran Pembiayan Mikro Terhadap Pendapatan Operasional. Bab ini menjelaskan mengenai segmentasi pembiayaan mikro, faktor-faktor pemberian pembiayaan mikro dan penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional. Bab V Penutup. Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan, Penutup dan Saran.
BAB II PEMBIAYAAN MIKRO
A. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Dalam kamus perbankan, yang dimaksud dengan biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat, pengeluaran untuk kegiatan, tujuan, atau waktu tertentu. seperti ongkos pengiriman, pengepakan dan penjualan dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan ; dalam laporan laba rugi perusahaan, komponen biaya merupakan pengurangan dari pendapatan ; pengertian biaya berbeda dengan beban. Semua biaya adalah beban, tetapi tidak semua beban adalah biaya (cost).1 Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syari‟ah menurut Undangundang Perbankan Nomor 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 25 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakan antara bank syariah atau UUS dengan pihak lain yang
mewajibkan
pihak
yang
1
dibiayai/diberi
fasilitas
dana
untuk
Alex Rosue dan Happy Pitoyo, Kamus Keuangan dan Perbankan, (Jakarta : PT Halirang, 1995), h.23
17
18
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil.2 Pembiayaan atau financing adalah pemberian fasilitas penyedia dana yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang telah dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.3 Kegiatan penyaluran kredit (pembiayaan) mempunyai peranan penting bagi kegiatan perbankan, karena kredit atau pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber penghasilan bank. Apabila bank syariah tidak mampu menyalurkan pembiayaannya, sementara data yang terhimpun dari shahibul maal (dana pihak ketiga) terus bertambah, maka akan terdapat banyak dana idle (menganggur) yang dapat berpengaruh terhadap pendapatan dari margin atau bagi hasil. Jadi bisa dikatakan bahwa pembiayaan merupakan komponen utama bagi kelangsungan aktivitas perbankan, karena dari pembiayaanlah bank akan mendapatkan kontra prestasi dari dana yang disalurkan.4
2
Zubair Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah : Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional,( Jakarta:Rajawali Pers, 2009 ), h. 262 3
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabet, 2006),
h.200 4
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Yogyakarta : Ekonisia, 2005), Cet.2, h.5
19
Landasan hukum Surat al-Nisa : 29
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. (Q.S. al-Nisa : 29)
2. Prinsip, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan a. Prinsip-prinsip Pembiayaan 1. Tidak ada transaksi yang berbasis bunga, 2. Pengerahan pajak religius atau pemberian sedekah dan zakat; 3. Pelarangan produksi barang dan jasa yang bertentangan dengan nilai Islam. 4. Penghindaran aktivitas ekonomi yang melibatkan maysir (judi) dan gharar (ketidakpastian);5
5
Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik dan Prospek, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 44
20
b. Tujuan Pembiayaan Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro tujuan pembiayaan bertujuan untuk :6 1. Peningkatan ekonomi umat, artinya : masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya. 2. Tersedianya
dana
bagi
peningkatan
usaha,
artinya:
untuk
pengembangan usaha yang membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. 3. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang
bagi
produksinya
masyarakat dan
untuk
mampu
mengembangkan
meningkatkan
usahanya
sebab
daya upaya
meningkatkan produksi tidak akan dapat terlaksana adanya dana. 4. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari 6
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaaan YKPN, 2005), h.17
21
pendapatan masyarakat. Jika ini berhasil, maka akan terjadi distribusi pendapatan. 5. Membuka lapangan baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha akan menyerap tenaga kerja. Adapun secara mikro, pembiayan diberikan dalam rangka untuk: 1. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha. Untuk menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup.7 2. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan mampu mengasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat di atasi dengan tindakan pembiayaan 3. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal (pembiayaan).
7
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, h.18
22
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan Stakeholder, yakni :8 1. Pemilik Dari sumber pendapatan di atas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut. 2. Pegawai Para pegawai mengharapakan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya. 3. Masyarakat 1) Pemilik dana Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil. 2) Debitur yang bersangkutan Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif). 3) Masyarakat umumnya konsumen Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan. 8
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.2, h.196
23
4. Pemerintah Akibat
penyediaan
pembiayaan,
pemerintah
terbantu
dalam
pembiayaan pembangunan Negara, di samping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan). 5. Bank Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survival dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya. c. Fungsi Pembiayaan Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima, di antaranya: 9 1. Meningkatkan daya guna uang / modal. Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaanya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas. 9
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet. 2, h.199
24
2. Meningkatkan daya guna barang. 3. Seluruh barang-barang yang dipindahkan atau dikirim dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terarah, pada dasarnya meningkatkan utility barang tersebut. Pemindahan barangbarang tersebut apabila tidak dapat di atasi oleh keuangan distributor, oleh karenanya memerlukan bantuan permodalan dari Lembaga Keuangan Mikro berupa pembiayaan. 4. Meningkatkan peredaran uang Pembiayaan yang disalurkan via rekening-rekening Koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro, wesel dan sebagainya. 10 5. Stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain : pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, rehabilitasi prasarana dan pemenuhan kebutuhankebutuhan pokok rakyat. 6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional 7. Sebagai alat hubungan ekonomi internasional
10
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet. 2, h.199
25
Adapun fungsi pembiayaan dalam ekonomi Islam seperti yang disebutkan dalam bukunya Warkum Sumitro : 2004, adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang usaha yang lebih mandiri. b. Membantu menanggulangi masalah kemiskinan melalui program pengembangan modal kerja dan program usaha bersama. c. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional. 3. Jenis-jenis Pembiayaan Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dikelompokan menurut beberapa aspek, diantaranya:11 a) Pembiayaan menurut tujuan, dibedakan menjadi : 1) Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. Jangka waktu pembiayaan modal kerja maksimum 1 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pembiayaan modal kerja kepada debitur/calon debitur dengan tujuan untuk mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank. 11
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 231
26
2) Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif. b) Pembiayaan menurut jangka waktu, dibedakan menjadi :12 1) Pembiayaan jangka waktu pendek, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. 2) Pembiayaan jangka waktu menengah, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. 3) Pembiayaan jangka waktu panjang, yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun. Jenis pembiayaan pada Bank Syari‟ah, akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu : a. Jenis aktiva produktif pada Bank Syari‟ah, dialokasikan dalam bentuk pembiayaan sebagai berikut :13 1) Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan berdasarkan akad mudharabah/musyarakah atau pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi :
12
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, h. 231
13
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Cet.2, h.201
27
a. Pembiayaan Musyarakah Pembiayaan Musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi : Pembiayaan Modal Kerja dan Pembiayaan Ekspor. b. Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Aplikasi : Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Proyek, Pembiayaan Ekspor. 14 2) Pembiayaan dengan prinsip jual beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi : a. Pembiayaan Murabahah Pembiayaan Murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah
dan
kemudian
menjualnya
kepada
nasabah
yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin / 14
h.134
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, ( Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1,
28
keuntungan yang telah diespakati antara bank syari‟ah dan nasabah. Aplikasi : pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja dan pembiayaan ekspor.15 b. Pembiayaan Salam Pembiayaan Salam adalah perjanjian jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga terlebih dulu. Aplikasi : pembiayaan sektor pertanian dan produk manufakturing. c. Pembiayaan Istishna Pembiayaan Istishna adalah pernjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang telah disepakati antara pemesan dan penjual. Aplikasi: pembiayaan konstruksi/proyek/produk manufakturing. 3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan menjadi : a. Pembiayaan Ijarah Pembiayaan Ijarah adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang atau jasa melalui upah sewa tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
15
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.118
29
b. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Wa Iqtina Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Wa Iqtina adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang dari pihak yang memberikan sewa kepada pihak yang menyewa. c) Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan adalah bentuk jaminan, yang disebut dengan: 16 1. Pinjaman Qardh Pinjaman Qardh atau talangan adalah penyediaan dana atau tagihan antara bank syari‟ah dengan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan dalam jangka waktu tertentu tanpa mengharapkan imbalan.
B. Pembiayaan Mikro 1. Pengertian Pembiayaan Mikro Pembiayaan Usaha Mikro dalam perekonomian suatu Negara, memiliki peran yang sangat penting, bukan saja di Indonesia, tetapi kenyataan menunjukan bahwa posisi para usaha mikro mempunyai peran yang strategis di Negara-negara lain juga. Indikasi yang menunjukan peranan usaha mikro dapat
16
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.150
30
dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang cukup berarti.17 Pembiayaan
Usaha
Mikro
merupakan
sektor
terpenting
dalam
perkembangan struktur industry dan produksi ekonomi di Negara-negara sedang
berkembang.
Dalam
konteks
Indonesia
pembangunan
dan
perkembangan usaha mikro mempunyai arti strategis, yaitu untuk memperluas kesempatan kerja dan berusaha serta meningkatkan derajat distribusi pendapatan. Menyadari pentingnya perkembangan sektor Pembiayaan Usaha Mikro bagi perekonomian Negara sudah sepatutnya pemerintah memberikan perhatian besar dalam berbagai bentuk kebijakan. Pengertian secara bahasa kata “usaha” adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud ; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu. “ mikro” adalah kecil ; tipis ; sempit atau berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil, sedangkan untuk „kecil „ menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kurang besar (keadaannya dan sebagainya). Untuk kata “syariah atau syariat”, kamus besar bahasa Indonesia mengartikannya adalah hukum agama yang menetapakan peraturan hidup manusia, hubungan
17
Panji Anaraga, dan H. Djoko Sudantoko, Koperasi Kewirausahaan Dan Usaha Kecil, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), h. 244
31
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Al-qur‟an dan hadis.18 Definisi
sektor
usaha
mikro
menurut
SK
Menteri
Keuangan
No.40/KMK.06/2003 Adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per tahun serta dapat mengajukan kredit ke bank paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).19 Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2008 yang lalu dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah membuat Undang-undang baru yaitu UU No.20 Tahun 2008. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2008 definisi usaha mikro. Yang dimaksud usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini yaitu :20 a.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau
18
Pusatbahasa, Artikel diakses http://www.pusatbahasa.diknas.go.id
pada
tanggal
4
november
2010
dari
19
Soeharto, Jurus Ampuh Mengatasi Kemiskinan, dalam Euis Amalia Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2009), h.42 20
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), Cet.1, h.16
32
b.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi usaha mikro
yaitu mempunyai pekerja 5 orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar dan menurut Bank Indonesia , definisi usaha mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 mei 1998) usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin. Dimiliki keluarga sumberdaya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. 21 Pembiayaan Usaha Mikro itu sendiri adalah pembiayaan yang diberikan oleh Perbankan kepada UMKM yang feasible (memungkinkan) tetapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan. UMKM dan koperasi yang diharapkan dapat mengakses pembiayaan usaha mikro adalah yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain : pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.22 Penyaluran pembiayaan usaha mikro dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses Pembiayaan Usaha Mikro di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro, maka
21
Alita Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis untuk UKM (Yogyakarta Media Presindo, 2008), h.5 22
Alita Pramiyanti, Studi Kelayakan Bisnis untuk UKM, h.10
33
penyaluran pembiayaan usaha mikro dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha mikro dapat mengaksesnya melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau melalui kegiatan linkage (hubungan) program lainnya yang bekerjasama dengan Bank Pelaksana.
2. Jenis-jenis Pembiayaan Mikro Jenis-jenis dari usaha mikro itu sendiri terdiri dari antara lain sebagai berikut : 23 a. Pembiayaan Usaha Mikro Pembiayaan Usaha Mikro khusus diberikan kepada Usaha Mikro dengan maksimum limit pembiayaan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Khusus untuk fasilitas top up diperkenankan sampai dengan limit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Persayaratan Calon Debitur Pembiayaan Usaha Mikro 1) Usaha minimal 2 tahun di lokasi dengan bidang usaha yang sama. 2) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah. Maksimal usia 60 tahun saat pembiayaan lunas. 3) Melampirkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) serta Surat Nikah (bagi yang menikah).
23
Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah, Artikel diakses pada tanggal 27 januari 2011 dari http://google.com/ Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah.
34
4) Khusus pembiayaan Rp50.000.000,00 ke atas dipersyaratkan NPWP. Surat keteranga Usaha dari Desa/Kelurahan, Dinas Pasar atau Otorita setempat dimana yang bersangkutan memiliki usaha. 5) Surat Ijin Usaha. 6) Belum pernah memperoleh fasilitas pembiayaan atau pernah/telah memperoleh fasilitas pembiayaan dengan kolektibilitas “lancar” atau tidak dalam kondisi pembiayaan bermasalah. b. Pembiayaan Serbaguna Mikro Untuk pembiayaan berbagai macam keperluan (serbaguna), selama tidak melanggar kesusilaan, ketertiban umum dan bertentangan dengan hokum dengan maksimum limit pembiayaan sebesar Rp50.000.000,00.24 Persayaratan Calon Debitur Kredit Usaha Mikro 1) Warga Negara Indonesia yang berdomisili di Indonesia. 2) Telah diangkat menjadi pegawai tetap minimal 1 tahun dan berpenghasilan tetap. Khusus dengan pegawai dengan status tetap (tidak termasuk masa percobaan) dan payroll di Bank maka masa kerja pegawai tidak diperhitungkan.
24
Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah, Artikel diakses pada tanggal 27 januari 2011 dari http://google.com/ Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah.
35
3) Usia minimal 21 tahun atau sudah menikah dan pada saat kredit lunas sesuai usia pensiun yaitu maksimum 55 tahun (kecuali untuk pegawai Pemerintah/BUMN/BUMD/BHMN/
Persyaratan
usia
ditentukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku). 4) Penghasilan sebulan diatas Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di daerah tersebut. 5) Melampirkan bukti diri berupa copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), calon debitur dan suami/istri calon debitur, Kartu Keluarga (KK) serta Surat Nikah/ Cerai (bagi yang menikah/cerai). 3. Produk-produk Pembiayaan Mikro Syariah Adapun produk-produk pembiayaan usaha mikro perbankan yang ada antara lain :25 a. Pembiayaan Murabahah Adalah akad jual beli dimana bank menyebutkan jumlah keuntungan barang dengan menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli dengan harga yang disepakati. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual 25
h.82
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2007),
36
dicantumkan dalm akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi staman ajil atau muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh/cicilan.26 b. Pembiayaan salam Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam transaksi ini kualitas, kuantitas, harga dan waktu penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli dari nasabah ditambah dengan keuntungannya. Dalam hal ini menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan. c. Pembiayaan Istishna Pembiayaan istishna menyerupai pembiayaan salam tetapi dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan melalui cicilan atau ditangguhkan. Skim istishna dalam bank syari‟ah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan kontruksi. Ketentuan umum pembiayaan istishna adalah 26
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.118
37
spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan jumlah. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad tidak boleh berubah selama berlakunya akad, jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya ditambah tetap akan ditanggung oleh nasabah.27 d. Pembiayaan Ijarah Adalah sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa dengan membayar imbalan terhadap sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu. Dengan akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. e. Pembiayaan Mudharabah Adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (malik, shahibul maal) menyediakan seluruh modal sedang pihak kedua (amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.28
27
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.137
28
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.134
38
f. Pembiayaan Musyarakah Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana denga ketentuan bahwa keuntungan dan risiki ditanggung bersama sesuai denga kesepakatan. Secara spesifik bentuk kontribusi dari bank yang bekerjasama dapat berupa dana, barang dagangan, kewiraswataan, kepandaian, kepemilikan, peralatan, kepercayaan dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.29
29
Azharuddin Lathif, Fiqh Muamalat, Cet.1, h.134
BAB III GAMBARAN UMUM BMT Al-Kariim
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangan BMT Al-Kariim Bermula dari diklat pengelolaan ZIS dan Ekonomi Syariah yang diarahkan pada upaya pemberdayaan ekonomi terhadap kaum duafa, disamping kegiatan sosial lainnya yang diadakan oleh Dompet Dhuafa Republika tanggal 11 s/d 15 januari 1995 di Yogyakarta yang diikuti oleh peserta dari berbagai daerah. Diantaranya peserta tersebut tercatat nama seperti Deni Nuryadin, SE, M. Ikhwan, dan Drs. Sulaiman Hayyun yang kemudian mereka bertiga bertekad untuk membentuk BMT di Jakarta yang kemudian magang di BPRS Bina Amwalul Hasanah Cinere.1 Melalui bantuan modal usaha dengan persyaratan sederhana, fleksibel, efisien dan efektif serta dengan sistem syariah sebagai salah satu bentuk kerjasama yang berkelanjutan yang mengembangkan sikap amanah dan saling percaya, serta pembinaan yang berkesinambungan akan mampu menciptakan satu dasar konfigurasi baru dalam organisasi ekonomi kerakyatan. Ide Pendirian BMT mendapat sambutan positif dari beberapa Remaja Masjid Pondok Indah diantaranya Iwan setiawan. SMI, Febriyanti Husni. SE, Syafri Muharam. SE, M. Zakarullah Zein. SE, serta simpatisan lain seprti Ir. 1
BMT Al-Kariim, Profil Perusahaan 2010
39
40
Engkus Kusnandar. M.Ed Dan Dra. Ramiah. Kesepuluh remaja tersebut memproklamirkan berdirinya BMT Al-Kariim yang bertempat di Masjid Raya Pondok Indah pada tanggal 15 Juli 1995. Pendirian ini dilatarbelakangi oleh semangat berjihad untuk membantu usaha mikro atau para pedagang dan di pasar-pasar tradisional di sekitar Masjid Raya Pondok Indah dan membebaskan mereka dari jeratan rentenir yang banyak berkeliaran pada saat itu. Pada tanggal 15 juli berdirilah BMT Al-Kariim yang sekarang berlokasi di Cipulir Center Blok B 8, Jl. Raya, Kebayoran Lama. BMT Al-Kariim, merupakan lembaga usaha berbentuk koperasi syariah yang telah disahkan Menteri Koperasi dengan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pembianaan Usaha Kecil Menengah RI SK Nomro : 77/BH/KDK.9.4/X/2000. Dalam beberapa tahun terkahir, BMT Al-Karim telah menyalurkan pembiayaan syariah bagi berbagai karyawan di Jakarta. Bahkan, hingga akhir tahun lalu, total pembiayaan yang tersalurkan kepada karyawan perkantoran telah mencapai 10 persen dari total pembiayaan BMT. Tidak hanya pedagang pasar yang mengakses layanan BMT, karyawan juga banyak. Bahkan, sekitar 10 persen dari total pembiayaan tahun lalu. Pembiayaan yang diakses karyawan umumnya berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 10 juta. Sedangkan, jangka waktu pembiayaan mencapai antara satu hingga 10 bulan dengan
41
margin pembiayaan sekitar dua persen perbulan. Sebagian besar pembiayaan yang diserap merupakan pembiayaan konsumtif. Meski telah diakses oleh karyawan, pedagang pasar masih menjadi nasabah pembiayaan terbesar di BMT Al-Karim. Pedagang pasar yang memanfaatkan layanan BMT ini sekitar 70 persen. Para pedangan pasar tersebut berasal dari 22 pasar tradisional yang tersebar di Jakarta Selatan. Di antaranya adalah Pasar Blok A, Pasar Pondok Labu, dan Pasar Kebayoran Lama. Para pedagang pasar , umumnya mengakses masing-masing pembiayaan antara Rp 500 ribu hingga Rp 20 juta. Sedangkan, akad pembiayaan yang paling sering digunakan adalah murabahah (jual beli). Akad ini juga mengkomposisi sekitar 70 persen dari total pembiayaan BMT. Sisanya itu pembiayaan dengan akad mudarabah (bagi hasil) dan ijarah(sewa). Hinggga akhir Maret lalu, aset BMT Al-Karim tercatat sebesar Rp 4,7 miliar. Sedangkan, penghimpunan dana simpanan dan penyaluran pembiayaan bagi anggota tercatat sebesar Rp 3 miliar dan Rp 3,2 miliar. Sementara, laba tahun berjalan hingga akhir Maret lalu tercatat sebesar Rp 40 juta. Pembiayaan hingga akhir tahun ini ditargetkan mencapai Rp 4,8 miliar. BMT Al-Karim juga menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan per bulannya sekitar Rp 400 juta selama tahun ini.
42
B. Visi dan Misi a. Visi BMT Al-Kariim Menjadi leader Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berorientasi pada pemberdayaan dan penguatan masyarakat usaha mikro dan kecil sehingga menjadi pengusaha sukses yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. b. Misi BMT Al-Kariim 1) Meningkatkan kesejahteraan para pihak yang terlibat di BMT AlKariim. 2) Berpartisipasi
dalam
penguatan
dan
pengembangan
ekonomi
kerakyatan melalui pembiayaan dan pendampingan yang berkelanjutan. 3) Mengurangi beroperasinya informal lender (rente) yang menerapkan bunga sangat tinggi kepada para pelaku usaha mikro dan kecil, terutama di wilayah kerja BMT. 4) Menjadi media efektif dalam membangun silaturrahmi sesama anggota BMT Al-Kariim dan para pihak yang terkait.
43
C. Produk dan Jasa BMT Al-Kariim a. Produk Penghimpunan Dana 1) Simpanan Mudharabah Simapanan dengan akad bagi hasil yang sangat fleksibel memenuhi kebutuhan untuk sarana usaha maupun untuk investasi, denan keleluasaan tarik saat anda butuhkan. 2) Simpanan Pendidkan Kebutuhan biaya pendidikan pada tahun ajaran baru bagi putra-putri anda tidak lagi masalah, bila anda sudah merencanakannya dengan memanfaatkan pruduk khusus kami yang memberikan layanan bagi simpanan anda yang dapat ditarik tahun ajaran baru. 3) Simpanan berjangka Simpanan dengan akad bagi hasil ini dimaksudkan dapat memberikan manfaat nilai produktif sebelum anda membutuhkannya sendiri sesuai dengan jangka waktu kebutuhan yang anda rencanakan. Kami sediakan produk ini untuk jangka waktu 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. 4) Simpanan Idul Fitri
44
Kebutuhan merayakan idul fitri sebaiknya disiapkan perencanaan yang baik agar tidak mengganggu transaksi keuangan anda. BMT Al-Kariim membantu anda untuk itu dengan produk Khusus yang bias ditarik 3 minggu sebelum hari raya.
5) Simpanan Qurban BMT
Al-Kariim
juga
menyediakan
layanan
khusus
untuk
merencanakan qurban bagi yang ingin melaksanakan qurban dihari Idul Adha yang dapat ditarik 1 minggu mendekati hari raya. b. Produk Penyaluaran Dana 1) Pembiayaan Akad Murabahah Pembiayaan dengan akad jual beli dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan Konsumtif. 2) Pembiayaan Akad Musyarakah Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha antara dua pihak untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana, pekerjaan atau keahlian dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi.
45
3) Pembiayaan Akad Mudharabah Pembiayaan dengan akad kerjasama modal usaha antara dua pihak dimana salah satu pihak bertindak sebagai penyedia dana (shahibul maal), dan pihak lain bertindak sebagai pengelola usaha (mudharib). Dalam hal ini, BMT Al-Kariim menyerahkan modalnya kepada nasabah untuk dikelola. Pembiayaan Mudharabah banyak digunakan untuk pembiayaan proyek atau usaha-usaha yang memiliki proyeksi dan pencatatan pendapatan dan biaya usaha yang definitif. Konsep ini cocok untuk pembiayaan Modal Kerja dan Investasi. 4) Pembiayaan Akad Ijarah Perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. 5) Pembiayaan Akad Qardh Pinjamam yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan. Nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
46
D. Struktur Organisasi dan Mekanisme Kerja 1. Struktur Organisasi BMT Al-Kariim Gambar 3.1 Struktur Organisasi
47
Sumber : BMT Al-Kariim 2010
a. Pembina Manajemen Direktur BMT Institute
: Said Hisyam
Direktur Microfin Indonesia
: Iwan Setiawan, S.M.I
48
b. Pengawas Syariah
: DR. Ilyas Marwal
c. Dewan Pengawas Direktur Program Dompet Dhuafa
: Kusnandar
Kepala Cabang BRI Syariah BSD
: Deni Nuryadin, M.M
d. Pengurus Ketua Pengurus
: Ibnu Khajar
Sekretaris Pengurus
: Wina Alfazos
Bendahara Pengurus
: Febriyanti Husni
Pengawasan
: Task Force Team
e. Pengelola Direktur
: Ibnu Khajar
Manager Operasional dan Keuangan
: Febriyanti Husni
Accounting
: Risnawati
Teller
: Ramiah
Database & TI
: Andrie
f. Manager Marketing Remedial
: Wina Alfazos : M. Yarmin
49
Account Officer
: Wita. N : Hadi. S, Eko. P
Collector
: Fauzan, Luki. M
Financing Support
: Andrie
g. Manager Counter Part Officer
: Ibnu Khajar : M. Yarmin
h. Kantor Cabang Cab. Jakarta Timur
: Eva. M : Miftahul. J : Iskandar
Cab. Jakarta Barat
: Saharyadi : Ardi. J
2. Mekanisme Kerja BMT Al-Kariim Adapun pembagian dan wewenang dalam struktur organisasi tersebut, secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Tugas dan Fungsi Badan Pendiri : 1) Memutuskan garis besar haluan kerja BMT atau program kerja BMT.
2) Merubah atau merevisi dan memastikan halaman atau merevisi AD/ART atau penmbahan khusus BMT.
50
3) Memutuskan dan memilih susunan pengurus dan jumlah pengurus. 4) Memimpin dewan pengawas BMT. b. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas : 1) Mengawasi pelaksanaan program kerja pengurus. 2) Menjadi pertimbangan pengurus dalam mengambil keputusan syariah atas program kerja tertentu yang perlu dikaji dari aspek syariah. 3) Mengawasi sejauh mana pembiayaan memenuhi criteria dan aturan main yang berlaku di BMT. c. Tugas dan Fungsi Pengurus : 1) Guna
mememutuskan
kebijakan-kebijakan,
maka
pengurus
mengadakan rapat secara rutin sebulan sekali. 2) Mengecek laporan keuangan. 3) Membicarakan kendala-kendala yang dihadapi koperasi BMT AlKariim. 4) Mengevaluasi kinerja pengelola. 5) Memusyawarahkan dan menetapkan kesejahteraan pengelola secara periodic. 6) Membahas dan mengevaluasi perkembangan BMT.
d. Tugas dan Fungsi Pengelola
51
1) Membantu pelayanan anggota dalam simpan pinjam. 2) Kunjungan kepada anggota yang mengalami kendala dalam memenuhi kewajibannya kepada koperasi BMT Al-Kariim. 3) Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada para anggota untuk peningkatan kesejahteraan anggota. 4) Mengikuti pelatihan-pelatihan perkoperasian dan BMT. 5) Mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pengurus mengenai kegiatan BMT.
BAB IV PENYALURAN PEMBIAYAAN MIKRO TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL
A. Stategi Pemasaran Pembiayaan Mikro Baitul Maal Tamwil (BMT) sebagai salah satu lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah tidak terlepas dari persaingan antar BMT dan Lembaga Keuangan yang lainnya. Pemasaran yang dijalankan oleh BMT mempunyai peran yang sangat strategis dalam pengenalan produk agar masyarakat mau menabung atau melakukan pembiayaan.1 Salah satu hal yang paling mendasar dan sangat diperlukan dalam strategi pemasaran adalah bagaimana cara dan upaya untuk menarik minat nasabah sekaligus mempertahankan nasabah tersebut agar tetap loyal. Untuk mencapai sasaran tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan pemberian kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dari yang dilakukan para pesaing.2 Oleh karena itu didalam menyusun rencana pemasaran pembiayaan mikro, BMT menempatkan pengenalan produk terhadap calon nasabah pada urutan pertama guna memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada 1
Analisis Strategi Pemasaran, Artikel diakses pada tanggal 5 Maret 2011 dari http://www.scribd.com/ Analisis Strategi Pemasaran 2
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, (Jakarta : Intermedia, 1995), h.18
51
52
nasabah terbebut. Hal ini dilakukan untuk menetukan terlebih dahulu segmen pasar yang akan dituju. Setelah menentukan segmen pasar yang dituju, maka tahap selanjutnya BMT memilih pasar sasaran yang ingin dipenuhi kebutuhannya. Target atau pembidikan pasar BMT adalah para pengusaha besar untuk pendanaannya dan penyaluran pembiayaannya lebih kepada pengusaha kecil mikro dan masyarakat, diantaranya adalah pedagangpedagang usaha kecil, anggota majlis ta’lim, ibu-ibu rumah tangga, ibu-ibu PKK, dan nasabah potensial lainnya.3 Untuk mencapai pasar sasaran tersebut strategi pemasaran pembiayaan mikro yang dilaksanakan oleh BMT Al-Kariim meliputi empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu : 1. Strategi Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan.4 Philip Kotler mendefinisikan produk sebagai segala Sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan.5 Jadi produk merupakan sifat-sifat yang
3
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fenty. Jakarta 10 Maret 2011
4
Muhammad Nur Rianto al-Arif, S.E.,M.Si, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung : Alvabet, 2010), h.140 5
Philip kotler, manajemen pemasaran, ( Jakarta: Prenhallindo, 1997), jilid.1 Ed. 9, h.9
53
berwujud (tangible) dan yang tidak berwujud (intangible) seperti pelayanan jasa. Produk yang dihasilkan oleh dunia usaha pada umumnya berbentuk dua macam, yaitu produk yang berwujud dan produk yang tidak berwujud yaitu jasa. Jasa adalah setiap kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lainnya, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan seseorang memiliki sesuatu, misalnya pengacara, layanan perbankan dan lain-lain. Untuk masing-masing produk dikatakan berwujud atau tidak berwujud memiliki karakteristik tertentu.6 Dalam praktik, tidaklah mudah membedakan antara barang dan jasa, karena sebagian besar produk cenderung berupa kombinasi antara barang dan jasa.7 Penerapan strategi pemasaran pembiayaan mikro yang dilakukan oleh BMT Al-Kariimn adalah dengan menampilkan mutu dari pembiayaan mikro tersebut, sehingga dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan pasar sasarannya.
6
Muhammad Nur Rianto al-Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h.139
7
Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta : Andi Offset, 2008), h.442
54
2.
Strategi Harga Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pendapatan bagi organisasi. Namun, keputusan mengenai harga tidak mudah dilakukan.8 Sebelum menetapkan harga, perusahaan harus menetapkan produk bersangkutan. Kalau telah memilih pasar sasarannya dan menetukan posisi pasarnya dengan cermat, maka startegi pemasaran, termasuk harga akan cukup lancar.9 Penetapan harga bukan semata-mata menyangkut tinggi atau rendah, melainkan harga yang tepat untuk sebuah produk, dan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya harga pokok, kualitas barang, daya beli, keadaan persaingan, dan konsumen yang dituju. Harga merupakan suatu aspek penting dalam kegiatan marketing mix, dimana penentuan harga suatu produk yang akan ditawarkan menjadi sangat penting karena harga merupakan salah satu penyebab bisa diterima atau tidaknya suatu produk kepada konsumen. Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu
8
Fandy Tjiptono, dkk, Pemasaran Strategik, h.465
9
Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-dasar Pemasaran, h.560
55
kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.10 Pertemuan antara permintaan dan penawaran harus terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa atau dipaksa melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Penetapan strategi pemasaran pembiayaan mikro pada BMT AlKariim dari segi harga dilihat dari pengembalian modalnya adalah berupa sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara bagi hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Sistem bagi hasil tersebut perlu dikomunikasikan secara intensif guna menumbuhkan pemahaman yang mendalam mengenai sistem operasional BMT tersebut. Dengan adanya penetapan harga bertujuan agar memberikan pendapatan yang maksimal bagi perusahaan terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen. 3.
Strategi Promosi Promosi merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir setelah produk, harga dan tempat, ini merupakan kegiatan yang termasuk penting. Dalam kegiatan ini setiap perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya baik langsung maupun tidak
10
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakartya: liberty, 1997), h.208
56
langsung.11 Promosi merupakan cara langsung atau tidak langsung untuk mempengaruhi konsumen agar lebih suka membeli suatu merk barang tertentu. 12 Promosi adalah kegiatan menawarkan suatu produk kepada konsumen dengan cara mempengaruhi konsumen. Dalam praktiknya paling tidak ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap Bank dalam mempromosikan baik produk maupun jasanya. Pertama promosi melalui iklan (advertising). Kedua melalui promosi penjualan (Sales Promotion). Ketiga publisitas (Publicity). Dan keempat adalah melalui penjualan (Personal Selling).
4. Strategi Distribusi Distribusi adalah hal berkaitan erat dengan upaya perusahaan untuk mendistribusikan barang dan jasa kepada konsumen.Dalam sektor jasa, distribusi didefinisikan sebagai setiap sarana yang meningkatan keberadaan atau kenikmatan atau suatu jasa yang menambah penggunaannya atau pendapatan dari penggunaannya, baik dengan mempertahankan pemakaian yang ada, meningkatkan nilai kegunaannya diantara pemakai yang ada ataupun menarik pemakai baru.13
11
Muhammad Nur Rianto al-Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, h.169
12
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakartya: liberty, 1997), h.269
13
Murti Sumarni, Marketing Perbankan, (Yogyakartya: liberty, 1997), h.269
57
Distribusi termasuk aktivitas perusahaan untuk membuat produk tersedia bagi konsumen sasaran. Setiap perusahaan haruslah memiliki pandangan saluran distribusi keseluruhan terhadap masalah distribusi dari produknya ke pemakai akhir. Saluran distribusi merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi nasabah maupun calon nasabah untuk memilih suatu bank. Mengenai keputusan saluran distribusi, BMT Al-Kariim adalah dengan mengadakan unit kas keliling untuk menjangkau nasabah yang tidak sempat datang dan nasabah tersebut memiliki potensi dana yang besar.
B. Faktor-faktor pemberian Pembiayaan mikro
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat, BMT sebagai lembaga Pembiayaan, harus melakukan analisis melalui prinsip 5C.14 Hal ini guna meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya Pembiayaan. Kelima prinsip tersebut meliputi :
1. Character Penilaian atau karakter, sifat atau watak terhadap nasabah atau mitra sangat diperlukan karena akan mempengaruhi hubungan antara BMT Al-Kariim dengan nasabah atau mitra untuk masa yang akan datang, baik dalam 14
Sunarto Zulkifi, Panduan Praktik Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007), Cet.3, h.154
58
kejujuran, loyalitas serta tanggung jawabnya pada akad yang ada. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal pada kemungkinan pembiayaan terhadap orang yang beritikad buruk. Character merupakan prinsip yang paling penting bagi BMT Al-Kariim.15 2. Capacity Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan pembiayaan
dari
BMT.
Sehingga
pada
akhirnya
akan
terlihat
kemampuannya dalam mengambil pembiayaan yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar pembiayaan. Untuk menegtahui kapasitas nasabah, bank juga harus memperhatikan : a. Angka-angka hasil produksi. b. Angka-angka penjualan dan pembelian. c. Perhitungan rugi laba perusaan saat in dan proyeksinya. d. Data financial perusahaan beberapa tahun terakhir yang tercermin dalam neraca laporan keuangan.
15
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fenty. Jakarta 10 Maret 2011
59
Untuk pembiayaan konsumtif, analisis di arahkan pada kemapuan sumber penghasilan calon nasabah mempunyai seluruh pengeluaran bulanannya. Untuk itu yang perlu dianalisi adalah :16 a. Perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja. b. Lama bekerja c. penghasilan 3. Collateral Suatu penilaian terhadap barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam atau debitur sebagai jaminan atas Pembiayaan yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan pembiayaan tersebut gagal atau sebab lain, dimana debitur tidak mampu melunasi pembiayaannya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan ini diperlukan bila suatu saat konsumen wan prestasi (ingkar janji). Analisis dilakukan antara lain : 17 a. Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan. b. Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud. c. Memperhatikan kemapuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa harus mengurangi nilainya.
16
Sunarto Zulkifi, Panduan Praktik Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim, 2007), Cet.3, h.154 17
Sunarto Zulkifi, Panduan Praktik Transaksi Perbankan Syariah, Cet.3, h.155
60
d. Memperhatikan pengikatannya, sehingga secara legal bank dapat dilindungi. e. Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi rasio tersebut, maka semakin tinggi kepercayaan bank terhadap kesungguhan calon nasabah. f. Marketabilitas jaminan. Jenis dan lokasi jaminan sangan menentukan tingkat marketable suatu jaminan. 4. Capital Penilaian terhadap jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur, dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank dan kemapuan dari calon konsumen untuk menyediakan sejumlah uang atau modal yang diinvestasikan. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui posisi keuangan konsumen. Untuk mengetahui hal ini, maka bank harus melkukan hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan analisis neraca sedikitnya 2 tahun terakhir. b. Melakukan analisa rasio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dari perusahaan dimaksud. Untuk pembiayaan konsumtif, hal ini dapat tercermin dari uang muka yang sanggup dibayar oleh calon nasabah.
61
5. Condition Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga melihat situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi kondisi perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh Pembiayaan.18 Kondisi yang harus diperhatikan bank antara lain :19 a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon nasabah. b. Kondisi calon usaha nasabah, perbandingannya dengan usaha sejenis, dan lokasi lingkungan wilayah usahanya. c. Keadaan pemasaran dari usaha calon nasabah. d. Prospek usaha di masa yang akan datang. e. Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek industri di mana perusahaan calon nasabah terikat di dalamnya.
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.4 h.105 19
Sunarto Zulkifi, Panduan Praktik Transaksi Perbankan Syariah, Cet.3, h.155
62
C. Analisa
Pengaruh
Pembiayaan
Mikro
Terhadap
Pendapatan
Operasional Berikut ini merupakan pemaparan deskriptif mengenai data pembiayaan mikro dan tingkat pendapatan operasional BMT Al-Kariim tahun 2005-2009. 1. Data Pembiayaan Mikro Pembiayaan mikro ini merupakan pembiayaan yang paling banyak dilaksanakan oleh sebagian besar lembaga keuangan syariah, terutama BMT. Nilai transaksi ini menempati posisi kedua setelah pembiayaan murabahah dan menjadi sumber pendapatan bagi BMT. Pendapatan tersebut berasal dari bagi hasil. Berikut ini pemaparan data perkembangan pembiayaan mikro BMT Al-Kariim dari tahun 2005-2009.
Table 4.1 Jumlah Pembiayaan Mikro (dalam puluhan ribu) No
Tahun
Pembiayaan Mikro
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009
36.748 32.184 39.205 24.391 15.248
Sumber : Laporan Keuangan BMT Al-Kariim Tahun 2005-2009 20
20
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fenty. Jakarta 10 Maret 2011
63
Berdasarkan tabel Penyaluran Pembiayaan Mikro pada BMT Al-Kariim dari tahun 2005-2009 di atas, maka penulis akan mendeskripsikan Penyaluran Pembiayaan Mikro per tahun melalui sebuah grafik di bawah ini.
Gambar 4.1 Penyaluran Pembiayaan Mikro 50.000 40.000
36.748
39.204 32.184
30.000
24.391
20.000
15.248
10.000 0.000 2005
2006
2007
2008
2009
Dari grafik tersebut terlihat pada tahun ketujuh yang telah dilalui oleh BMT Al-Kariim. Pada tahun ketujuh ini BMT Al-Kariim dengan pembiayaan mikro dapat disalurkan sebesar Rp.3.674.800.000,- terjadi penurunan dari tahun sebelumnya Rp.5.136.700.000,- hal ini terjadi dikarenakan pihak BMT belum banyak mengeluarkan pembiayaan mikro. Pertumbuahan pembiayaan mikro mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar Rp. 3.218.400.000,dan
terjadi
peningkatan
yang
pada
tahun
2007,
yaitu
sebesar
Rp.3.920.500.000,- terus mengalami penurunan hingga tahun 2009 sebesar Rp. 1.524.800.000,-. Grafik di atas menunjukan penyaluran pembiayaan mikro BMT AlKariim cenderung berfluktuatif/naik turun. Peningkatan terjadi pada tahun
64
2005 sebesar Rp.3.674.800.000,- dan 2007 sebesar Rp.3.920.500.000,-. Peningkatan nilai pembiayaan mikro ini disebabkan oleh perluasan jaringan pelayanan nasabah di dua wilayah seperti Jatinegara dan Srengseng. Perluasan ini berdampak pada peningkatan jumlah nasabah pembiayaan, khususnya pembiayaan mikro. 2. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional merupakan sumber pendapatan utama bagi perbankan syariah adalah dari pembiayaan, baik pembiayaan yang sifatnya investasi penanaman modal atau pembiayaan yang sifatnya jual beli dan pendapatan dipengaruhi oleh pendapatan operasional lainnya seperti fee, bagi hasil (margin). Adapaun pendapatan operasional BMT Al-Kariim berupa bagi hasil (margin). Table berikut ini merupakan data jumlah pendapatan operasional (bagi hasil) yang dimiliki oleh BMT Al-Kariim tahun 2005-2009. Table 4.2. Jumlah Pendapatan Operasional (dalam ribuan) No
Tahun
Pendapatan Operasional (Bagi Hasil)
1. 2. 3. 4. 5.
2005 2006 2007 2008 2009
4.398 4.244 5.136 2.743 2.407
Sumber : Laporan Keuangan BMT Al-Kariim Tahun 2005-2009 21
21
Wawancara Pribadi dengan Ibu Fenty. Jakarta 10 Maret 2011
65
Dari table di atas, jumlah pendapatan operasional yang dimiliki oleh BMT Al-Kariim mengalami fluktuatif cukup tajam. Hal ini terlihat dengan naik turunnya jumlah pendapatan yang tidak pasti dikarenakan bagi hasil yang diperolehnya tidak menentu. Berdasarkan tabel Pendapatan Operasional pada BMT Al-Kariim dari tahun 2005-2009 di atas, maka penulis akan mendeskripsikan Pendapatan Operasional per tahun melalui sebuah grafik di bawah ini.
Gambar 4.2 Pendapatan Operasional (Bagi Hasil) 6.000 5.000
5.136 4.398
4.000
4.244 2.743
3.000
2.407
2.000 1.000 0.000 2005
2006
2007
2008
2009
Dari grafik di atas, menunjukan jumlah rata-rata pendapatan operasional per tahun mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup banyak.
Peningkatan
tertinggi
terjadi
pada
tahun
2007
sebesar
Rp.513.600.000,-. Penurunan drastis terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp.240.700.000,-.
66
3. Analisis Data Pemaparan data-data diatas telah menggambarkan keadaan data yang di jadikan referensi dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah pengolahan data, khususnya data pembiayaan mikro dan pendapatan operasional yang dimiliki oleh BMT Al-Kariim. Untuk mendapatkan output yang baik maka data tersebut harus diuji terlebih dahulu. Menggunakan metode analisis regresi linier sederhana dengan menggunakan SPSS 16.0. Table 4.3 Variables Entered/Removed Variables Entered
Model 1
P.mikro
b
Variables Removed
a
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pend.opr
Table output di atas menggambarkan bahwa variabel yang digunakan adalah variabel Pembiayaan Mikro sebagai varabel bebas untuk pengaruhnya terhadap variabel terikat (dependent) yaitu Pendapatan Operasional. 1) Uji Koefisien Determinasi Tabel 4.4 koefisien Determinasi b
Model Summary
Model
R
R Square a
1 .962 .962 a. Predictors: (Constant), P.mikro b. Dependent Variable: Pend.opr
Adjusted R Square .901
Std. Error of the Estimate 365.446
67
Berdasarkan tabel diatas, besarnya angka R adalah 0,962. Dengan menggunakan Interprestasi koefisien korelasi antara 0,80-1,00 dapat diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat kuat. Pengaruh pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional BMT Al-Kariim sebesar 96,2 % sedangkan sisanya sebesar 3,8 % (100% - 96,2%) dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel pembiayaan mikro. 2) Uji Anova Table 4.5 Uji Anova b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
4995644.759
1
4995644.759
400652.441
3
133550.814
5396297.200
4
F 37.406
Sig. .009
a
a. Predictors: (Constant), P.mikro b. Dependent Variable: Pend.opr
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0,009 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05) maka maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya adanya hubungan kedua variabel linier, sehingga model regresi yang digunakan benar dan layak digunakan. Untuk mengetahui apakah signifikan atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:22
22
Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009), h.134
68
Ho : tidak terdapat pengaruh signifikan antara jumlah penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional BMT. Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional BMT. Dasar pengambilan keputusan : Jika probabilitas < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan. Jika probabilitas > 0,05 maka hubungan kedua variabel tidak signifikan. Dari hasil perhitungan diketahui angka probabilitas antara varibel jumlah penyaluran pembiayaan mikro dan pendapatan operasional sebesar 0,009. Angka probabilitas 0,009 < 0,05 sehingga hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Pengujian Hipotesis dilakukan dengan kriteria berikut : 23 Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima Ha. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Hasil perhitungan diketahui angka probabilitas anatar variabel jumlah penyaluran mikro dan pendapatan operasional sebesar 0,009 < 0,05, Ho ditolak dan menerima Ha. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional.
23
Ety RoSchaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS, h.135
69
3) Uji Koefisien Regresi Table 4.6 Uji Regresi Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) P.mikro
B
Unstandardized Coefficients
Std. Error
410.736
575.497
.114
.019
Beta
t
.962
Sig.
.714
.527
6.116
.009
Analisis Regresi adalah salah satu teknik statistik yang dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih untuk variabel kuantitatif. Persamaan regresi akan di guanakan untuk meramalkan (forecasting) nilai suatu variabel. berikut adalah hasil uji regresi : Berdasarkan output diatas di ketahui nilai a atau konstanta sebesar 410.736 dan nilai b atau koefisien korelasi sebesar 0,114. Dengan demikian persaman regresinya dapat ditulis sebgai berikut :
Y = 410.736 + 0,114 X
Dari persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Angka konstanta 410.736 menyatakan bahwa jika tidak ada pembiayaan mikro yang dilakukan oleh BMT Al-Kariim, maka pendapatan operasional BMT Al-Kariim sebesar 410.736 per tahun
70
Koefisien regresi 0,114 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp.1,00,penyaluran
pembiayaan
mikro
akan
meningkatkan
pendapatan
operasional sebesar 0,114 per tahun. Berdasarkan atas analisis data yang telah dilakukan, hasil dari uji regresi diperoleh nilai regresi sebesar 0,114. Hal ini berarti pembiayan mikro bernilai positif yang menunjukan bahwa meningkatnya pembiayaan mikro akan meningkatkan jumlah pendapatan operasional BMT Al-Kariim. Akan tetapi hubungan ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa kecendrungan peningkatan permintaan pembiayaan mikro akan menyebabkan penurunan pendapatan operasional. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan oleh karena dalam penyaluran pembiayaan mikro yang dilaksanakan oleh BMT Al-Kariim, sumber dana yang digunakan untuk merealisasikan pembiayaan tersebut sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dan modal BMT. Disamping itu, setiap nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro diwajibkan untuk membuka rekening simpanan atau tabungan, dana-dana yang terkumpul dalam rekening tersebut merupakan sumber pendapatan operasional bagi BMT.
71
4) Interpretasi Data Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa Pembiayaan Mikro berpengaruh secara signifikan terhadap Pendapatan Operasional BMT Al-Kariim. Hal ini ditunjukan oleh besarnya nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0,009.Berdasarkan nilai tersebut berarti ada penolakan Ho dan penerimaan Ha. Selain itu, hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa Pembiayaan Mikro memiliki hubungan yang kuat dengan Pendapatan Operasional BMT Al-Kariim, hal ini dibuktikan dengan nilai R 96,2%. Selain Pembiayaan Mikro memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap Pendapatan Operasional BMT Al-Kariim, hal ini dibuktikan dengan nilai R Square yang dihasilkan dari uji koefisien determinasi, yaitu sebesar 96,2%.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan didukung dengan teori-teori yang dijadikan landasan berpikir dalam memahami permasalahan, disertai pemaparan pada pembahasan dalam skripsi ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Target atau pembidikan pasar BMT adalah para pengusaha besar untuk pendanaannya dan penyaluran pembiayaannya lebih kepada pengusaha kecil mikro dan masyarakat kecil, diantaranya adalah pedagang-pedagang usaha kecil, anggota majlis ta’lim, ibu-ibu rumah tangga, ibu-ibu PKK, dan nasabah potensial lainnya. Adapun Strategi yang dilakukan oleh BMT AlKariim meliputi empat variabel dalam bauran pemasaran, yaitu : Strategi Produk, Strategi Harga, Strategi Promosi dan Strategi Distribusi. Faktor yang menentukan tinggi dan rendahnya tingkat pendapatan operasional BMT Al-Kariim adalah jumlah peminjaman yang dilakukan oleh nasabah dan jumlah dana pihak ketiga yang terhimpun. 2. Dari analisis kelayakan usaha BMT memasukan faktor 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, Condition) dalam menilai layak atau tidaknya suatu usaha dibiayai, hanya pada BMT Al-Kariim sudah
72
73 menerapkan lembar scoring yang berupa urutan pertanyaan karakteristik nasabah, aspek jaminan, profil usaha dll. Yang diberikan bobot penilaian dimasing-masing poinnya. 3. Berdasarkan uji koefisien determinasi diperoleh nilai R kuadrat 96,2%, Dengan menggunakan Interprestasi koefisien korelasi antara 0,80-1,00 dapat diketahui bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat, yang menunjukan besarnya pengaruh penyaluran pembiayaan mikro terhadap pendapatan operasional BMT Al-Kariim dalam 5 tahun sebesar 96,2% dan sisanya 3,8% dipengaruhi oleh faktor lain diluar pembiayaan mikro. Berdasarkan uji anova bahwa nilai signifikannya adalah 0,009 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,009 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya adanya hubungan kedua variabel linier, sehingga model regresi yang digunakan benar dan layak digunakan. Sedangkan berdasarkan uji regresi diperoleh koefisien yang bernilai positif sebesar 0,114. Hal ini berarti semakin besar nilai penyaluran pembiayaan mikro akan meningkatkan tingkat pendapatan operasional BMT Al-Kariim. Akan tetapi hubungan ini tidak sesuai dengan kerangka teori yang menyatakan bahwa kecendrungan peningkatan permintaan pembiayaan mikro akan menyebabkan penurunan pendapatan operasional. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan oleh karena dalam penyaluran pembiayaan mikro yang dilaksanakan oleh BMT Al-Kariim, sumber dana yang digunakan untuk
74 merealisasikan pembiayaan tersebut sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dan modal BMT. Disamping itu, setiap nasabah yang mengajukan pembiayaan mikro diwajibkan untuk membuka rekening simpanan atau tabungan, dana-dana yang terkumpul dalam rekening tersebut merupakan sumber pendapatan operasional bagi BMT.
B. Saran 1. Agar BMT Al-Kariim semakin meningkatkan pemberian modal kepada masyarakat sekitarnya, karena dengan memberikan modal kepada masyarakat sekitar akan meningkatkan perekonomian dimasing-masing daerah dan tentunya terbebas dari pemberian modal oleh renternir. 2. Meningkatkan komunikasi dengan seluruh mitra usaha, sebagai sarana untuk berbagi pengalaman dalam menjalankan usaha-usahanya. Hal ini dapat dilakukan melalui : a. Pelatihan-pelatihan khusus tentang kewirausahaan. b. Mengadakan pertemuan rutin dengan seluruh mitra usaha sebagai sarana untuk berbagi pengalaman. 3. Harus ada komitmen dan prinsip kehati-hatian pada setiap BMT dalam proses pemberian modal, seperti pemberian pembiayaan kepada mudharib sampai dengan pengawasan dilapangannya agar usaha yang dijalaninya benar-benar telah sesuai dengan syariah.
75 DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dan Teori ke Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001. Anaraga, Panji dan Sudantoko, Djoko, Koperasi Kewirausahaan Dan Usaha Kecil, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002. Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2006. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2007 BMT Al-Kariim, Profil Perusahaan 2010 Hasan, Zubair, Undang-undang Perbankan Syariah : Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Husaini, Usman dan R.Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistik, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Irianto, Agus, Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta : Kencana, 2004. Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001 Kotler, Philip dan Armstrong, Gary, Dasar-dasar Pemasaran, Jakarta : Intermedia, 1995. Kustituanto, Bambang dan Badrudin, Rudy, STATISTIKA 1 (DESKRIPTIF), Jakarta : Gunadarma, 2005.
76 Lathif, Azharuddin, Fiqh Muamalat, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005 Marsuki, Pemikiran dan strategi memberdayakan sektor ekonomi UMKM di Indonesia, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2006. Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah Prinsip, Praktik dan Prospek, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2005. Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaaan YKPN, 2005. Muhammad Nur rianto al-Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Bandung : Alvabet, 2010 Pasaribu, Amudi, Pengantar Statistik, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981. Pramiyanti, Alita, Studi Kelayakan Bisnis untuk UKM, Yogyakarta : Media Presindo, 2008. Rifai, Moh., Konsep Perbankan Syariah, Semarang : CV Wicaksana, 2002 Rosue, Alex dan Pitoyo, Happy, Kamus Keuangan dan Perbankan, Jakarta: PT Halirang, 1995. Rochaety, Ety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis : Dengan Aplikasi SPSS, Jakarta : Mitra Wacana Media, 2009 Soeharto, Jurus Ampuh Mengatasi Kemiskinan, dalam Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo, 2009.
77 Tambunan, Tulus T.H., UMKM di Indonesia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009. Tjiptono, Fandy, dkk., Pemasaran Strategik, Yogyakarta : Andi Offset, 2008. Zulkifi, Sunarto, Panduan Praktis Perbankan Syariah, Jakarta, Zikrul Hakim, 2007. Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah, Artikel diakses pada tanggal 27 januari 2011 dari http://google.com/ Jenis-jenis Pembiayaan usaha Mikro Syariah. Kegiatan dunia usaha, Artikel diakses pada tanggal 4 november 2010 dari http://www. bi.go.id /survey kegiatan dunia usaha Pembiayaan mikro, Artikel diakses pada tanggal 4 november 2010 dari http://www.docstoc.com/search/pembiayaan-mikro Pusat
bahasa,
Artikel
diakses
pada
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id
tanggal
4
november
2010
dari