ISSN 1978-3663, Vol. XLIV. No. 61, Mei 2012
JadiBerkah
Gugah Semangat Kartini dengan Wirausaha Surabaya Tourism Destination Award
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
1
Walikota Tri Rismaharini bersama Muspida Kota Surabaya, Pimred Jawa Pos saat Lounching LCKA 3 di Taman Surya. (20 April 2012)
Walikota Tri Rismaharini dengan para direksi Perusahaan susu Frisian Flag pada acara minum susu bersama di Taman Surya. (1 April 2012)
Walikota Tri Rismaharini saat meninjau pelayanan e-KTP di Balai Kota. (15 April 2012)
Walikota Tri Rismaharini meninjau salah satu stand peserta Pameran Dekranasda Kota Surabaya di PTC. (19 April 2012)
Walikota Tri Rismaharini panen lele di Bozeem Morokrembangan. (8 April 2012)
Walikota Tri Rismaharini mendongeng bersama Direktur Perusahaan Gas Negara tentang kebersihan dan lingkungan hidup kepada siswa SD memperingati hari Bumi di Kebun Bibit Wonorejo. (25 April 2012)
Surat dari Redaksi
Pembaca Gapura yang Terhormat, Memasuki bulan Mei ini, kami menampilkan upaya Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan masa depan lebih baik bagi generasi muda yang kurang beruntung. Di UPTD Liponsos Wonorejo dan Kalijudan Pemerintah Kota berupaya memberi bekal hidup bagi anak jalanan dan penyandang Tuna grahita. Ada pula program memfasilitasi mahasiswa berkualitas tetapi dari kalangan tidak mampu. Pada liputan khusus, Kami mencoba mengapresiasi sosok di balik perubahan lingkunga n di Kota Surabaya. Merekalah fasilitator dan kader lingkungan yang tak kenal lelah mengajak masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih. Simak kilas balik perjuangan serta program terbaru mereka, Bank Sampah Surabaya. Untuk melengkapinya, kami berikan potret beberapa bank sampah di wilayah Surabaya.
ISSN : 1978‐3663 Vol. : Edisi XLIV No. 61, Mei 2012 Desain : Ary Sulistyo Ket Sampul Depan: Hasil karya daur ulang sampah kering Foto : Dok. Humas Pemkot Surabaya Ket Sampul Belakang: Pelatihan Kader Anti Narkoba dari SMA Foto : Dok. Bakesbangpollinmas Surabaya
Di rubrik program kota, kami menampilkan apresiasi pemerintah kota terhadap pengemudi angkutan umum di Surabaya. Selanjutnya kami pun menyajikan laporan dari kegiatan Rakerda KB dan Orientasi kewaspadaan Nasional bagi siswa SMA Sederajat. Simak pula pelaksanaan Car Free Day di Lingkungan Pemerintah kota Surabaya. Dalam edisi kali ini kami juga menyajikan upaya pelestarian lingkungan dengan cara produktif di krembangan. Berikutnya ada kiprah Kelompok Informasi Masyarakat Semanggi yang berhasil memenangkan Lomba Cerdas Cerdik Komunikatif, ditambah dengan informasi peringatan ulang tahun Hari Kesatuan Gerak PKK ke-40. Akhirnya kami segenap redaksi Gapura menghaturkan selamat membaca.
Salam, Redaksi
Majalah Gapura PENERBIT
PIMPINAN REDAKSI
WAKIL BENDAHARA
Bagian HUMAS Kota Surabaya
Ka.Sub.Bag. Dokumentasi dan Pelaporan Dra. Sri Puri Surjandari, MSi
Endah Susanti
PELINDUNG Walikota Surabaya Ir. Tri Rismaharini, MT
PENASEHAT Wakil Walikota Surabaya Drs. Bambang Dwi Hartono, M.Pd Sekretaris Daerah Kota Surabaya Sukamto Hadi, SH Asisten Kesejahteraan Rakyat Drs.Eko Hariyanto, MM
PENANGGUNG JAWAB Kepala Bagian HUMAS Dra. Nanis Chairani, MM
FOTOGRAFER REDAKTUR
FX. Ratno; Suyadi; Kusmali; Hasan Mustofa
Ka.Sub.Bag. Liputan Berita dan Pers Drs.Ec. Eddy Witjahjanto
KAMERAWAN Aris, Wahyu
EDITOR Ka.Sub.Bag. Layanan Informasi [Dra. Dayu Kade Asritami] Siti Nurhajati,SH,MHum
REPORTER Riza, Dian, Winda, Putri, Novi, Laras, Gilang
ALAMAT REDAKSI SIDANG REDAKSI Ari Chusnaini Arofah,SH; Agnes Idang,SE; Endang Rahayu, SE; Ratna Pudji Astutik, S.Sos; Sumiarti;Dina Priyanti; Yayuk Pujiati; Jefri, Ika
BENDAHARA Dijah Soelistyowati
Jl. Jimerto 6-7 Surabaya Telp/Fax
: (031) 5475005
Website
: www.humas.surabaya.go.id
email
:
[email protected]
Daftar Isi
58
48
4
Jelang Hari Jadi Kota Surabaya yang jatuh bulan Mei 2012 ini, Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan beragam sajian acara. Tentu saja rangkaian acara ini dipersembahkan khusus untuk masyarakat Surabaya.
Menjaga kebersihan lingkungan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di Morokrembangan, warga menjaga kebersihan dengan cara produktif, budidaya lele.
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
24
Di Jambangan, kemanfaatan Bank Sampah bisa didapatkan lewat sistem simpan pinjam.
05
Laporan Utama Harmoni Kehidupan di Bawah Atap Asrama
16
Laporan Khusus Kala Sampah jadi Berkah
28
Edukasi SMP Terbuka 19, Wakili Jawa Timur di Event Nasional
32
Profil Kembangkan Produk Daging Olahan
36
Program Kota Bapemas KB Sukses Lampaui Target Akseptor
44
Kesehatan SHS AJak Masyarakat Hidup Sehat
48
Serpung Budayakan Kebersihan dengan Beternak Lele
54
Infomas Walikota Hadiri Rapat dengan Ngonthel
56
Parlementaria Komisi B DPRD Kota Surabaya Kunjungi RPH
Catatan dari Balaikota
Assalamulaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Warga Surabaya yang saya sayangi, Hidup manusia akan berarti manakala masih ada harapan. Harapan diartikan sebagai sesuatu yang diinginkan terjadi. Harapan akan membuat manusia berusaha untuk mewujudkannya, membuat manusia bergairah dalam menjalani hidupnya. Tujuannya, masa depan yang lebih baik. Kadang kondisi tidak selalu sesuai yang diinginkan. Di Surabaya, anak – anak kita tidak semua beruntung. Ada yang tidak dikaruniai kesempurnaan, ada pula yang kehidupan lingkungannya tidak berlangsung ramah dan harmonis. Filosofi selalu menjaga harapan adalah dasar dari pelayanan kami terhadap anak penyandang tuna grahita serta anak – anak jalanan yang terlantar. Di UPTD ponsos Kalijudan kami menyiapkan pendidikan khusus bagi penyandang tuna grahita. Kami pun menyediakan banyak kegiatan menyenangkan. Harapan kami agar anak – anak itu kelak bisa hidup mandiri serta berprestasi. Begitu pula yang kami upayakan pada anak jalanan. Anak – anak yang kami ambil dari pinggir jalan itu hendak dinaikkan taraf hidupnya. Pendidikan formal dan pembekalan kemampuan hidup diusahakan di UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo. Anak – anak jalanan yang kerap dianggap pembuat onar kini berhasil bertransformasi menjadi anak – anak membanggakan berprestasi. Berbagai prestasi dihasilkan seperti dalam bidang seni dan olahraga. Warga Surabaya saya banggakan Upaya membina anak – anak kita yang kurang beruntung tersebut bukanlah pekerjaan mudah. Butuh usaha tak kenal lelah dan ketelatenan terus menerus. Kami paham dan akan terus bersemangat untuk menjaga anak – anak tersebut selalu memiliki harapan dalam hidupnya. Tentu arahnya adalah masa depan yang lebih baik bagi mereka. Untuk menutup ini, saya mengajak seluruh warga Kota Surabaya untuk bersyukur atas segala kenikmatan yang telah kita terima. Salah satu cara bersyukur yang baik adalah bekerja keras. Maka mari kita bekerja keras untuk meraih harapan demi masa depan yang lebih baik. Terima Kasih Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
5
Liputan Utama
Keceriaan anak-anak Ponsos Kalijudan ketika dikunjungi Walikota
UPTD Ponsos Kalijudan
Harmoni Kehidupan di Bawah Atap Asrama B ”Di sini, baik mahasiswa maupun yang tuna grahita sama-sama disayang. Tetapi, memang adik-adik tuna grahita membutuhkan kasih serta perhatian lebih.”
6
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
ERADA di lingkungan perumahan elit, UPTD Ponsos Kalijudan merupakan Pondok Sosial yang terlihat sepi dari luar. Tetapi, di dalamnya sangat ramai. Pondok sosial ini ditinggali mahasiswa bibit unggul dan anak-anak tuna grahita. Pantas jika tempat ini tak pernah sepi dari aktivitas, baik yang dilakukan oleh mahasiswa ataupun Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK). UPTD ini dulunya adalah Yayasan
GAPURA
Tunas Pratama Bhakti (YTPB) yang didirikan oleh Mantan Walikota Surabaya, Sunarto Sumoprawiro tahun 1994. Fungsinya adalah sebagai tempat menggembleng pelajar serta mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu. Kemudian tahun 2008, pengelolaan Yayasan TPB dialihkan ke Dinas Sosial dan dibentuklah UPTD Ponsos Kalijudan. Awalnya UPTD yang dipimpin oleh Endang Setyawati ini hanya menan-
Kebersamaan an
ak-anak Ponsos
Kalijudan memb
uat kue
gani mahasiswa asuh. Namun mulai 24 Juli 2009, mahasiswa mulai berbagi asrama dengan anak-anak tuna grahita. Saat ini, pondok sosial yang beralamat di Jalan Villa Kalijudan Indah XV Kavling 2-4 ini telah memiliki 2 asrama yang terdiri dari asrama putra dan putri, yang sama-sama memiliki sepuluh kamar: 6 kamar untuk mahasiswa dan 4 kamar dihuni anak-anak tuna grahita. Selain asrama, UPTD yang terletak di kawasan Surabaya Selatan ini dilengkapi pula dengan fasilitas lain penunjang kegiatan mahasiswa dan anak-anak tuna grahita. Terdapat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) khusus untuk anak-anak tuna grahita. Ada musholla sebagai pusat kegiatan agama dan peralatan band untuk kegiatan non formal bagi mahasiswa dan anak tuna grahita. Karena dihuni oleh dua kelompok yang berbeda, yakni mahasiswa dan tuna grahita, orang kerap bertanya-tanya bagaimana cara memperlakukan keduanya. Perempuan yang biasa disapa Bunda Tya ini menjelaskan bahwa tak ada perbedaan kasih sayang untuk semua anak asrama. ”Di sini, baik mahasiswa maupun yang tuna grahita sama-sama disayang. Tetapi, memang adik-adik tuna grahita membutuhkan kasih serta perhatian lebih,” ujarnya. Selama ini hubungan antara mahasiswa dengan anak-anak tuna grahita memang seperti hubungan antara kakak dengan adik yang
saling menyayangi. Awalnya, mungkin para mahasiswa merasa terganggu karena anak-anak tuna grahita selalu ramai dan tidak bisa diam. Tetapi, ketika tidak sedang berada di asrama, adik-adik tuna grahita-lah yang mereka rindukan. Keluguan dan kepolosan mereka justru mampu menghilangkan kepenatan para mahasiswa yang sehari-harinya disibukkan dengan kegiatan di kampus. Selain hubungan yang sudah layaknya saudara, mahasiswa dan anak tuna grahita pun kerap bekerja sama dalam hal menjaga kebersihan dan keasrian UPTD yang sering dikunjungi oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini ini. (hil)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
7
Liputan Utama
Menempuh pendidikan sampai jenjang tinggi tentu saja menjadi impian setiap orang. Sayangnya, tak semua orang mempunyai kesempatan untuk mewujudkan impian tersebut. Sering, masalah ekonomi muncul sebagai penghalang.
8
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
M
elihat fenomena ini, Dinas Sosial Kota Surabaya mencoba membantu mengatasinya dengan cara membuat program Mahasiswa Bibit Unggul. Mahasiswa yang menjadi anak asuh Dinas Sosial adalah mahasiswa berprestasi yang tinggal di Surabaya dan berkuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Surabaya, tetapi tidak mampu membiayai pendidikannya. Untuk memastikan pembiayaan tepat sasaran, Dinas Sosial melakukan survei kondisi keuangan keluarga mahasiswa asuh terlebih dahulu. Survei dilakukan dengan menilik kondisi kediaman calan mahasiswa asuh. Menjadi mahasiswa asuh bukan tanpa syarat. Mahasiswa yang tersebar di ITS, UNAIR, UNESA, dan IAIN Sunan Ampel ini harus mempertahankan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)nya di atas 3,00. Selain itu, mahasiswa juga diwajibkan untuk tinggal di asrama dan aktif mengikuti kegiatan nonformal yang disediakan oleh Pondok Sosial. ”Tahun ini
Program Mahasiswa Bibit Unggul di Ponsos Kalijudan
Fasilitasi Keterbatasan, Upayakan Keberhasilan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/DOK.
kegiatan pembinaannya ada pembinaan keagamaan dan band”, jelas Rosalia Endang Setyawati, Kepala UPTD Ponsos Kalijudan yang juga merangkap menjadi Kepala UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo. Mahasiswa juga sering diberi pelatihan dan pembekalan, seperti pelatihan kewirausahaan, dan pelatihan manajemen dan character building yang diberikan oleh Cartenz HRD. Pembekalan-pembekalan ini rutin diberikan untuk membentuk pribadi mahasiswa yang unggul dan mantap menatap masa depan. Fasilitas pembinaan yang diperoleh oleh mahasiswa bibit unggul antara lain biaya SPP, uang transport, biaya skripsi, wisuda, serta biaya yang dikeluarkan mahasiswa untuk membeli
peralatan kuliah. Saat ini jumlah mahasiswa yang berada dalam asuhan UPTD Ponsos Kalijudan adalah 67 anak, yang terdiri dari 15 anak angkatan 2008, 30 anak angkatan 2009, dan 22 anak dari angkatan 2011. Tahun 2010 tidak ada perekrutan, karena awalnya muncul wacana program mahasiswa asuh akan dibubarkan, dan UPTD hanya fokus pada pembinaan anak tuna grahita. Namun, kemudian di tahun 2011, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini mendaulat agar program mahasiswa asuh tetap berjalan. Jumlah mahasiswa yang diasuh dalam Pondok Sosial ini sebenarnya masih sedikit jika dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kurang
mampu yang membutuhkan biaya pendidikan. Pada waktu mendatanhg, Dinas Sosial akan mencari anak-anak berprestasi yang berkendala ekonomi. Meskipun harus tinggal berdampingan dengan anak-anak tuna grahita, mahasiswa tidak merasa terganggu. Malah terkadang merasa terhibur dengan tingkah polah lucu dan innocent mereka. ”Memang awalnya kakakkakak mahasiswa merasa terganggu dengan kehadiran adik-adik tuna grahita, tetapi sekarang kalau gak ketemu malah kangen,” ujar perempuan yang kerap disapa Tya ini sambil tertawa. ”Harapan Kami, nanti setelah berhasil, anak-anak tidak melupakan dan memberikan kepedulian kepada UPTD, khususnya bagi adik-adik tuna grahita,” tutup Tya. (hil)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
9
Penanganan Tuna Grahita di Ponsos Kalijudan
Mereka Layak Hidup Lebih Baik S JIKA Anda memasuki asrama UPTD Pondok Sosial Kalijudan, tampak beberapa wajah polos yang menyambut kehadiran Anda. Anak-anak ini akan berebutan salaman dan menyapa Anda.
10 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
uasana itulah yang tampak ketika mengunjungi asrama anak tuna grahita di UPTD Pondok Sosial Kalijudan. Tubuh mereka memang besar tetapi daya pikir mereka masih setara dengan anak Sekolah Dasar. Tuna grahita sendiri merupakan kondisi keterbelakangan mental. Keadaan ini juga dikenal dengan sebutan retardasi mental (mental retardation). Mereka ini adalah anak-anak tuna grahita yang ditelantarkan oleh keluarganya atau dibuang ke jalanan. “Awalnya mereka yang datang ke sini itu merupakan anak-anak razia Satpol PP Surabaya, kemudian kita ajarkan kepada mereka kemandirian agar mereka dapat merawat diri mereka sendiri,” tutur Rosalia Endang Setia-
GAPURA
wati, Kepala UPTD Ponsos Kalijudan. Perempuan yang kerap disapa Bunda Tya ini menjelaskan bahwa ketika dibawa ke Ponsos Kalijudan, identitas mereka tidak diketahui. ”Ya, kami sendiri yang memberi nama, dan mengira-ngira berapa usia mereka. Kalo sudah mengalami menstruasi ya kira-kira usia 13 tahun,” kisahnya. Dinas Sosial membekali anak-anak Tuna Grahita dengan pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang diajar langsung dari guru-guru kompeten yang didatangkan dari SLB Sasanti Wiyata. Sebanyak 45 anak tuna grahita memulai pelajaran pada pukul 7.30 setiap harinya, dan berpakaian seragam sama halnya dengan murid sekolah pada umumnya.
Liputan Utama
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Selain itu, anak-anak juga diajari dengan kegiatan non formal seperti musik hadrah, musik band, dan tari-tarian Jawa, serta jaranan. Mereka seringkali diminta untuk mengisi pentas seni di beberapa acara di Surabaya. Bahkan, beberapa di antara mereka berhasil memenangi beberapa perlombaan. ”Ada yang pernah juara kedua lomba lari atletik yang diadakan oleh UNESA, dan juga memenangi Lomba Tari dalam perlombaan peringatan Hari Penderita Cacat (HIPENCA),” terang wanita paruh baya ini bangga. Anak-anak tersebut sebenarnya bisa menangkap apa saja yang diajarkan kepada mereka. Jika dilatih dengan penuh ketelatenan, mereka
pun bisa melakukan kegiatan-kegiatan layaknya orang-orang normal. “Anakanak setiap hari rutin mengaji. Yang perempuan bisa masak ote-ote dan telur asin. Yang laki-laki membuat keterampilan dari serabut kelapa,” jelas Tya. Anak-anak ini juga sudah mampu mandiri dan bertanggung jawab. Setiap hari mereka membersihkan lingkungan secara bergiliran sesuai dengan jadwal piket. Mereka juga mencuci baju dan peralatan mereka sendiri. Menghabiskan hampir seluruh waktunya di asrama tentu membuat mereka merasa penat. Oleh karena itu, sebagai selingan pembinaan dan pembelajaran, UPTD membuat pro-
gram rekreasi tiga kali dalam setahun. Momen ini tentu menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak. Tinggal dalam satu asrama bersama mahasiswa asuh di UPTD Ponsos Kalijudan, keberadaan anak-anak tuna grahita tidak menimbulkan gangguan dan masalah bagi mahasiswa. Keluguan dan kepolosan mereka justru mampu menghilangkan kepenatan para mahasiswa yang sehari-harinya disibukkan kegiatan di kampus. ”Anak-anak tuna grahita memang sebenarnya bisa pintar dan mandiri asalkan terus dibimbing dan dibina secara telaten. Kami berharap nantinya anak-anak bertemu dengan keluarganya, bisa mandiri, dan terus menunjukkan prestasi,” tutup Tya. (hil)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
11
Liputan Utama
UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo
”Menyiapkan Bekal Hidup Mandiri”
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI
”Di sini, baik mahasiswa maupun yang tuna grahita samasama disayang. Tetapi, memang adik-adik tuna grahita membutuhkan kasih serta perhatian lebih.”
Suasana belajar mengajar di UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo
12 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Liputan Utama
B
EBERAPA orang beranggapan bahwa pondok rehabilitasi hanya diisi oleh anak-anak nakal, serta lingkungannya kotor, kumuh, dan berantakan. Tetapi itu semua hanya dijumpai dalam sinetronsinetron dan film yang dibumbui dramatisasi sehingga cukup ampuh dalam membuat penonton paranoid dan berpikir negatif tentang pondok rehabilitasi. Berada di kawasan yang masih didominasi areal persawahan, pondok rehabilitasi Wonorejo justru jauh dari kesan yang digambarkan dalam filmfilm dan sinetron tersebut. Pondok ini justru bersih dan rapi, anak-anaknya sangat sopan dan welcome pada tamu. Pondok rehabilitasi yang berdiri sejak bulan Juni 2009 ini dihuni oleh 35 anak, yang berasal dari Surabaya dan luar Surabaya. Pembinaan bagi anak luar Surabaya tidak dibedakan dengan anak yang berasal dari Surabaya. ”Semua anak disini mendapatkan pembinaan, fasilitas, dan kasih sayang yang sama,” jelas Rosalia Endang Setyawati, Kepala
UPTD Rehabilitasi Anak yang beralamat di Jalan Wonorejo 130 Rungkut Surabaya ini. Pondok rehabilitasi yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Kota Surabaya ini berfungsi untuk memberi pembinaan kepada anak-anak jalanan, anak terlantar, dan anak nakal agar bisa mandiri dan dan diterima oleh masyarakat. Anak-anak bimbingan terdiri dari usia 7 tahun sampai dengan 17 tahun. Seperti halnya anak seusia mereka, anak-anak di pondok rehabilitasi ini juga mengenyam pendidikan sekolah. Pendidikan yang diberikan adalah Kursus Latihan Kerja (KLK), serta program semacam kerja paket yang setara dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain bersekolah, anak-anak binaan juga diberi kegiatan lagi untuk mengisi waktu luang, antara lain band, lukis, handycraft, sepeda, futsal, dan karate. Kegiatan-kegitan ini ditujukan agar anak-anak senantiasa melakukan kegiatan positif serta memberikan kesempatan untuk mengembangkan bakat.
Untuk sementara ini, pembinaan hanya dikhususkan bagi laki-laki, belum ada pembinaan untuk perempuan. ”Saat ini kami fokus untuk memberikan pembinaan bagi anak laki terlebih dahulu. Tetapi, ke depannya nanti kami juga merencanakan untuk menyediakan pembinaan bagi anak jalanan, anak nakal, dan anak terlantar yang perempuan,” lanjut kepala UPTD yang kerap disapa Tya ini. Setelah mengikuti pembinaan dan lulus sekolah, anak-anak akan dikembalikan kepada keluarganya. Pembinaan dan pendidikan diberikan sebagai bekal bagi anakanak setelah keluar dari pondok rehabilitasi Wonorejo. ”Diharapkan mereka menjadi anak yang mandiri dan berguna bagi keluarga dan masyarakat,” ujar Tya. Peran Dinas Sosial tak berhenti sampai anak-anak keluar dari rehabilitasi, karena biarpun sudah keluar anak-anak binaan masih terus dipantau. ”Kami terus mengontrol perkembangan anak-anak yang sudah keluar, untuk memastikan mereka tidak kembali ke jalanan dan diterima oleh masyarakat. Selain itu, kami juga menghimbau kepada keluarganya agar tidak membiarkan mereka kembali ke jalan lagi. Mereka sudah memiliki bekal kemampuan yang didapat dari pondok rehabilitasi, jadi mereka pasti bisa melakukan kegiatan yang jauh lebih berguna daripada berada di jalanan,” tutur Tya. Membina anak-anak yang awalnya nakal dan tak punya aturan bukan tanpa kendala. Tya mengisahkan bahwa dulu awalnya anak-anak sering bertengkar, kemudian kabur dari pondok. ”Dulu sering kabur, tetapi sekarang disuruh pulang malah nggak mau,” terang Tya sambil tertawa. Meskipun kelihatannya susah, tetapi UPTD tetap komitmen dan tetap memberikan pelayanan terbaik berupa pembinaan kepada anakanak terlantar. ”Sesuai dengan motto kami ‘Layananku, Ibadahku,” kata Tya dengan mantap.
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
13
Liputan Utama
Berbagai aktivitas anak-anak di UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo
Rehabilitasi menuju Prestasi Berada di daerah yang belum dilalui trayek angkutan umum, UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo dikhususkan untuk memberikan pembinaan bagi anak jalanan, anak terlantar, dan anak nakal. ”Anak-anak itu ditemukan oleh Satpol PP Surabaya di jalanan, kemudian dibawa ke Keputih. Kemudian dari Keputih dibawa ke sini,” jelas Rosalia Endang Setyawati, Kepala UPTD Rehabilitasi Anak Wonorejo. Pada awalnya memang tak mudah membimbing anak-anak yang tadinya hidup bebas dan suka-suka mereka. Namun, di bawah bimbingan dan pembinaan Dinas Sosial, anak-anak ini diajari hidup sesuai dengan aturan
14 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
dan norma masyarakat. Karakteristik dan latar belakang anak-anak di sini pun bermacammacam. Ada yang kenakalannya disebabkan trauma Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), ada yang terpaksa turun ke jalanan karena tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai hidupnya. ”Kenakalan yang mereka lakukan itu kan karena lingkungan pergaulannya yang dekat dengan kekerasan. Kalau mereka hidup di lingkungan yang bagus tentu saja akhlak mereka juga akan menjadi bagus,” jelas perempuan yang dipanggil anak-anak dengan sebutan Mama Tya ini. Di Pondok Rehabilitasi Wonorejo ini anak-anak disekolahkan, diberi pembinaan mental dan agama, serta
GAPURA
dikembangkan bakatnya. Kegiatan rutin anak-anak setiap pagi adalah mengikuti pembinaan mental dan spiritual dan sore harinya mereka mengikuti Kursus Latihan Kerja (KLK), serta program semacam kerja paket yang setara dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada waktu senggang, anak-anak tidak dibiarkan menganggur begitu saja. Anak-anak binaan bebas memilih kegiatan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan yang disediakan oleh UPTD. Kegiatan tersebut antara lain band, lukis, handycraft, sepeda, futsal, karate, dan voli. Guna meningkatkan mutu anak-anak binaan, UPTD juga kerap mengadakan kegiatan pembinaan wirausaha, outbond, dan rekreasi.
Selain itu, untuk menambah kepekaan sosial anak-anak binaan, UPTD juga kerap mengajak mereka mengunjungi keluarga-keluarganya. Kini berbagai pembinaan yang dilakukan oleh UPTD mulai membuahkan hasil. Anak-anak binaan sudah menunjukkan bahwa mereka yang awalnya dianggap sebagai anak-anak yang tidak bisa diatur, justru mampu menunjukkan prestasi gemilang. Anak-anak yang memilih kegiatan band kini sudah memiliki band yang dinamai PROTOL BAND. Band ini kerap menjadi pengisi acara diberbagai kegiatan. Bagi anak-anak yang memiliki peminatan di bidang seni handycraft pun kini sudah menghasilkan karya memukau dan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/SUYADI & DOK. UPTD REHABILITASI ANAK WONOREJO
Liputan Utama
sudah dipasarkan ke publik. Di bidang olahraga, anak-anak yang hobi futsal telah berhasil memenangi pertandingan persahabatan yang dihelat oleh SMPN 15 Surabaya. Dan 2 talenta penggemar olahraga sepeda pun menunjukkan tajinya dengan menang 10 besar dalam ajang Latihan Bersama Balap Sepeda sekaligus Seleksi Pusat Latihan Cabang (Puslatcab) yang diselenggarakan oleh Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI). Seluruh prestasi ini tentu menuai kebanggaan bagi para pembina UPTD, karena berhasil membuktikan bahwa anak-anak yang tadinya dianggap pembuat onar ini mampu menorehkan prestasi. Para pembina ini mampu mengubah anak-anak from zero to hero. (hil)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
15
Liputan Khusus
Program Bank Sampah Surabaya
Kala Sampah jadi Berkah
Memilah sampah kering sebelum dibawa ke bank sampah
Sampah lazimnya menjadi momok bagi masyarakat Kota. Tetapi kini di Surabaya, menumpuknya sampah bisa diubah menjadi keuntungan bagi masyarakat
16 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
P
engelolaan sampah di Surabaya barangkali bisa disebut makin dewasa. Hal ini dikatakan jika melihat pola pengelolaan sampah di kampung dari tahun ke tahun. Dulu hanya berawal dari perilaku membuang sampah, memilah, mengolah, hingga kini terdapat sistem bank sampah. Sistem bank sampah merupakan kampanye terbaru yang dilakukan fasilitator dan kader lingkungan di berbagai wilayah Kota Surabaya. Bank
GAPURA
sampah merupakan sistem pengelolaan sampah berbasis komunitas. Warga mengumpulkan sampah kering yang telah dipilah untuk dijual. Warga menabung dalam bentuk sampah kemudian mendapatkan kemanfaatan hasil penjualannya. Sejarahnya, Konsep mengumpulkan sampah untuk dijual pada dasarnya sudah berlangsung beberapa tahun. Tahun ini fasilitator lingkungan bekerja sama dengan Pemerintah dan berbagai pihak ingin mensosialisasi-
Liputan Khusus
Aktivitas bank sampah Gundih
kan sistem bank sampah. Dituturkan oleh M Fauzan, Sekretaris Paguyuban fasilitator lingkungan, konsep ini pada dasarnya ingin mengembalikan kemanfaatan pengumpulan sampah kembali pada masyarakat. “awalnya kami mendengar usulan dari masyarakat lewat kader agar dana yang dihasilkan pengumpulan sampah tidak hanya diserahkan untuk kampung, maka kami mencoba merumuskan sistemnya serta mensosialisasikan sistem ini dimana dana hasil penjualan dikembalikan kepada masyarakat”, terangnya. Model ini dimulai bulaan oktober 2011 yang lalu ketika berlangsungnya Surabaya Green and Clean 2011. Bank sampah ini dilaksanakan di tataran paling bawah yaitu RW. Masing – masing bank sampah RW memiliki beberapa cabang pengumpulan di lingkungan RT. Setidaknya terdapat 50 Bank Sampah di lingkungan RW di seluruh Surabaya. Program Bank sampah ini merupakan kerjasama Pemerintah, Masyarakat, dan pihak swasta, dimana fasilitator dan kader lingkungan sebagai inisiatornya. Sejak berjalan, sistem ini disambut baik oleh masyarakat. Mereka merasa
senang bahwa jerih payah pemilahan dan pengumpulan sampah dikembalikan kepada mereka, tanpa menghilangkan bagian untuk pengembangan kampung. Sistem bank sampah ini tetap menyisihkan bagian keuntungan penjualan untuk dana pengembangan kampung. Jumlahnya sesuai yang disepakati oleh warga. Secara dana, jumlah yang dialokasikan untuk pengembangan lingkungan di kampung memang
berkurang. Namun, manfaat lebih besar dapat dirasakan dari pelaksanaan sistem ini. Lingkungan kampung selalu terjaga bersih karena perilaku masyarakat memiliah sampah. Janji kemanfaatan kembali pun membuat semangat warga terus meningkat. Mereka berusaha keras tidak menyisakan sampah kering di lingkungan mereka. Indikator keberhasilan lain juga dilihat dari jumlah sampah yang terserap. Selama 7 minggu pelaksanaan awal bank sampah menghasilkan 30,6 ton sampah. Dari jumlah ini dana penjualan yang dihasilkan mencapai 26 juta rupiah. Melihat tren yang berkembang jumlah ini bisa makin bertambah ke depan. Melihat perkembangan baik ini, perwakilan fasilitator lingkungan mengungkapkan harapannya. Menurut M. Fauzan, menyatakan keinginnanya membangun bank sampah pusat yang menaungi seluruh bank sampah di wialayah Surabaya. “ Jika nanti terwujud adanya bank Sampah sentral, kami berharap bisa menyusun standar harga, jadwal, serta mekanisme keuntungan yang resmi dan berstruktur. Tujuannya terwujud keteraturan dan kepastian sehingga bank sampah ini bisa menjadi harapan masyarakat” jelasnya. (*)
Warga mendapatkan uang setelah menyetor sampah.
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
17
Liputan Khusus
Kilas Balik Kiprah Pengabdi Lingkungan
Tak henti Berjuang demi Perbaikan Lingkungan Fasilitator lingkungan muncul dari ide melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Demi mewujudkan tujuan itu, dinilai perlu menghadirkan kader – kader yang memimpin dan mempelopori perubahan
M
asalah lingkungan jamak terjadi di kota besar. Salah satu permasalahan lingkungan perkotaan yang dominan adalah Masalah persampahan. Tak terkecuali di Surabaya, sampah juga menjadi momok bagi masyarakat. Jumlah penduduk yang terus meingkat sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan rumah tangga. Akibatnya sampah menumpuk menimbulkan potensi penyakit serta pemandangan yang tidak sedap dilihat mata. Sampah yang
dibuang ke sungai bisa menyebabkan banjir. Berangkat dari permasalahan sampah yang makin lama makin mengancam. Maka dimunculkanlah ide pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat. Fasilitator lingkungan dimunculkan sebagai pelopor di masyarakat. Sejak awal keberadaannya mereka berjuang untuk memberikan perubahan lingkungan. Fokusnya pada penglolaan sampah. Sampah dianggap sebagai sumber persoalan yang harus
Kader lingkungan Gundih mengumpulkan sampah di setiap rumah untuk dibawa ke bank sampah
18 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Liputan Khusus
Pemilahan sampah di bank sampah Jambangan.
diselesaikan. Pada tahun 2005, tahun pertama program fasilitator lingkungan dimulai pada kampanye membuang sampah di tempatnya. Upaya fasilitator lingkungan dilaksanakan Lewat Surabaya Green and Clean (SGC),dimana sosialisasi dan lomba kebersihan dilaksanakan di 325 RT di seluruh Surabaya. Tahun ini menjadi pencanangan awal pengolahan sampah berbasis komunitas. Tahun 2006 dinilai sebagai tahun perkembangan. Pemilahan sampah menjadi parameter kuat dalam upaya fasilitator lingkungan. Capaian terbesarnya yakni mulai muncul – muncul-
nya kader lingkungan. Kader-kader lingkungan mulai hadir Lewat Surabaya Green and Clean 2006. Sebuah indikator kuat bahwa potensi dan kreativitas masyarakat Surabaya sebagai agen perubahan semakin tinggi. Beranjak ke tahun 2007, Tujuan fasilitator lingkungan makin meningkat dari pemilahan menjadi pengolahan sampah. Kebersihan dan pengelolaan sampah telah menjadi prioritas program di masyarakat. Lewat SGC 2007, fasilitator dan kader bersama masyarakat terus berupaya dalam menyukseskan program pemberdayaan masyarakat untuk pengelolaan sampah mandiri. Program pengolahan
sampah dan target reduksi sampah menjadi tuntutan di tiap wilayah peserta. Tahun berikutnya upaya fasilitator lingkungan bekerja sama dengan semua pihak termasuk pemerintah Kota menuai hasil. Terjadi lonjakan sangat luar biasa pada jumlah peserta SGC. Sejumlah 1.832 RT ikut serta dalam edisi keempat itu. Fokus tujuannya pada menciptakan inovasi pengolahan sampah. Berbagai inovasi pengolahan sampah mulai bermunculan. Baik itu berupa program lingkungan, sistem dan cara pengolahan sampah, hingga kreativitas warga. Mulai dari cara yang sederhana hingga yang canggih. Tahun 2009, target fasilitator lewat program SGC 2009 makin meningkat menjadi lebih komprehensif. Mengangkat tema ”Surabaya Berbunga”. Program tahun itu menyatukan antara program sampah mandiri dengan program penghijauan, plus estetika. Konsep pelaksanaannya sederhana yakni, hasil pengelolaan sampah berupa kompos, dimanfaatkan untuk mengembangkan tanaman berbunga. Tanpa mengesampingkan pemilahan sampah dan kreasi daur ulang, sebagai upaya reduksi sampah. “Surabaya Berbunga” menghasilkan manfaat berlipat bagi warga. Tidak hanya bersih, hijau dan sampah tereduksi. Tahun berikutnya fasilitator berupaya untuk menciptakan kampung dengan pengelolaan lingkungan terbaik, berwarna bunga, serta dorongan agar masyarakat untuk menghemat air. Lewat kompetisi SGC 2010 para pejuang lingkungan ini mengajak masyarakat menciptakan kampung Surabaya berbunga lewat system swakelola sampah basah dan kering dan memanfaatkan air limbah rumah tangga sebagai sumber baru penghijauan kampung. Tahun 2011, fasilitator ingin mengembalikan kemanfaatan pengelolaan sampah lewat model pengelolaan bank sampah. Jika sebelumnya, sampah dikumpulkan untuk menghasilkan dana pengembangan
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
19
Liputan Khusus
kampung. Maka kini masyarakat bisa menikmati upayanya mengumpulkan dan memilah sampah untuk kepentingan dirinya. Begitulah kilas balik perjuangan fasilitator bersama kader lingkungan. Mereka tak henti berjuang demi perubahan lingkungan, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Surabaya. Kini, masyarakat pula lah yang menikmati keberhasilan perjuangan mereka. Surabaya punya lingkungan bersih, sehat, dan hijau tempat dimana masyarakat bisa hidup lebih layak.
20 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
Mengenal Pengabdi Lingkungan Surabaya Kemenangan Surabaya dalam ajang kebersihan tidak hanya berangkat dari kenampakan sudut – sudut kota yang menghijau. Jauh di dalam perkampungan pemandangan menghijau lazim ditemui di penjuru Kota Pahlawan. Kampung – kampung Surabaya telah berubah dari kampung kumuh menjadi bersih, tertata rapi, dan hijau. Kampung – kampung ini merupakan keluaran dari program kompetisi lingkungan
GAPURA
bertajuk Surabaya Green and Clean (SGC). Lewat SGC, masyarakat berlomba – lomba mengelola kampungnya menjadi yang terbaik. Dibalik energi masyarakat membangun kampung yang bersih dan hijau berdiri sosok – sosok yang mempeloporinya. Merekalah adalah para fasilitator lingkungan dan kader lingkungan. Surabaya kini punya 402 orang fasilitator lingkungan di seluruh kelurahan. Di bawahnya berdiri 28 ribu kader lingkungan yang turut bahu membahu. Fasilitator lingkungan adalah
Liputan Khusus orang – orang yang merelakan tenaga, waktu, serta dana untuk mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup bersih. Keberadaan fasilitator lingkungan dimulai pada tahun 2005. Sebanyak 174 orang diberi pelatihan dan pembekalan sebagai fasilitator lingkungan. Kiprah mereka dimulai saat pelaksanaan Surabaya Green and Clean tahun pertama di 2005. Fasilitator lingkungan mempelopori warga untuk mengelola lingkungannya menjadi lebih baik. Di tahun 2007 dibentuklah paguyuban fasilitator seluruh surabaya. Paguyuban ini merupakan terdiri atas lima koordinator wilayah yakni Surabaya pusat, timur, utara, barat, dan selatan. Paguyuban ini menjadi wadah perwakilan para fasilitator Lingkungan. Selain pertemuaan rutin, paguyuban sering mengadakan acara pemantapan kapasitas seperti pelatihan atau outbond. Fasilitator lingkungan bekerja di wilayah kelurahan. Mereka mewakili beberapa kader lingkungan di tataran RT dan RW. Fasilitator lingkungan adalah seorang provokator, tentu saja dalam arti positif. Bersama kader lingkungan mereka berjuang keras untuk mensosialisasikan pengelolaan sampah di lingkungannya. Mereka pun pelopor perubahan. M. Fauzan, Sekretaris paguyuban Fasilitator lingkungan, mengungkapkan bahwa mereka harus berinisiatif untuk mengajak masyarakat berubah. “ Kami pun mengawali perubahan dari diri sendiri, karena ajakan tidak cukup tetapi juga memberi contoh perubahan perilaku bersih di tengah masyarakat, tutur fasilitator lingkungan di kelurahan Margorukun ini. Fasilitator juga seorang wakil rakyat. Mereka penyambung lidah antara Pemerintah Kota dengan kader lingkungan, berikutnya kader lingkungan kepada warga. Banyak program – program pemerintah disalurkan lewat para pejuang lingkungan tersebut. Begitu pula sebaliknya, suara masyarakat mereka sampaikan kepada
Kader lingkungan Jambangan mengumpulkan sampah untuk dibawa ke bank sampah
Dinas terkait. Kini Surabaya punya garda depan pengabdi lingkungan yang tangguh. Jumlahnya makin berkembang hingga mencapai 402 fasilitator dan 28 ribu kader lingkungan saat ini. Kekuatan besar tersebut siap mengabdi demi terciptanya lingkungan yang lebih baik di kota Surabaya. Kekuatan gerakan mereka tak perlu diragukan. Dengan jaringan yang menggurita di masyarakat, para pejuang lingkungan ini punya modal untuk menyebarkan semangat pengelolaan lingkungan. Komitmen mereka pun tak luntur sedikit pun, Dituturkan M Fauzan,
pengabdi lingkung akan terus berperan demi lingkungan yang lebih baik. “ ke depan kami akan terus berjuang, kami akan lakukan pendampingan – pendampingan kepada lingkungan yang sudah berkembang, tutur Ketua RT di lingkungannya. Mengingat Surabaya telah dianggap berhasil mengelola lingkungannya, Fasilitator punya tugas baru. Mereka bertugas menyebarkan semangat pengelolaan lingkungan ke wilayah lain. Fasilitator lingkungan sering diminta untuk memberi pelatihan di kota lain seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan lain – lain. (glg)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
21
Liputan Khusus
Penimbangan sampah di bank sampah Gundih
Bank Sampah RW 10 Kelurahan Gundih
Tabungan dari Sampah Kering K
Sampah-sampah yang sering kita buang ternyata bisa dijual, dan menghasilkan rupiah. Hal ini, dilakukan oleh warga sebuah kampung di Surabaya yang mampu mengelola lingkungan tak hanya sekedar bebas sampah namun juga menambah pundi pundi.
22 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
reativitas warga kampung Margorukun RT 7 RW 10, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan Surabaya ini perlu diacungi jempol. Sebab berkat kerja keras dan konsistensi mereka dalam mengelola segala macam sampah di wilayahnya, setiap warga mampu memiliki tabungan pribadi dari hasil penjualan sampah. Mekanisme bank sampah yang didirikan oleh kampung Margorukun mengharuskan sampah-sampah yang dibuang oleh warga itu tak lagi dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) namun dikelola dengan sistem bank sampah. Awalnya warga memilah sampah. Sampah-sampah kering yang tidak didaur ulang seperti duplex, botol, kaleng, pecahan kaca, logam
GAPURA
dan kertas bisa dijual ke bank sampah. Harga yang dibayarkan untuk masing-masing sampah yang dijual pun berbeda, tergantung jenisnya. Untuk jenis kertas harganya sekitar Rp.500/kg, botol air mineral Rp.4.000/ kg, gelas air mineral Rp 3.500/kg, kardus mie instant Rp 1.200/kg, kaleng Rp 1.500/kg dan pecahan bak bekas Rp 2500/kg. Untuk jenis rongsokan besi Rp 2.500/kg, aluminium bekas Rp 9.000/kg, dan tembaga Rp 60.000/kg. Bahkan sampah-sampah bekas snack pun laku dijual. Seperti bungkus snack Rp 200/kg dan plastik putih bekas tempat krupuk/gula seharga Rp 400/ kg. Intinya tidak ada sampah kering yang tak laku dijual. Menurut M Fauzan, ketua RT,
Liputan Khusus
Proses pengangkutan sampah ke Bank Sampah Surabaya
Bank sampah ini dibuka setiap dua minggu sekali. ” Hal itu kami lakukan agar warga memiliki waktu yang cukup untuk mengumpulkan sampah-sampah kering ini agar terkumpul cukup banyak dan menghasilkan uang lumayan ketika dijual ke bank sampah”, terangnya. Sekali menjual, bank sampah Margorukun mampu memperoleh 300 ribu-350 ribu dari hasil penjualan sampah kering milik warga. Antusiasme warga sangat baik. Pada hari pengumpulan sampah, kala melewati rumahrumah warga di kampung ini, minimal ada satu plastik besar di depan rumah yang berisi botol/kaleng bekas yang akan dijual di bank sampah. Uniknya meski pada dasarnya mereka mendapat uang namun warga tidak mau menerima uang ketika sampah mereka selesai ditimbang di bank sampah. Melainkan mereka memilih untuk menabung uang hasil penjualan sampah tersebut. Pengurus bank sampah menyediakan buku tabungan yang akan diisi berapa jumlah sampah yang dijual warga dan berapa nomi-
nalnya. Bank sampah ini buka setiap dua minggu sekali dari pukul 8 pagi hingga sore hari. Pengurusnya adalah para ibu rumah tangga yang bersedia menjadi sukarelawan mengurus penjualan sampah-sampah ini dan mencatat proses administrasinya. Pengelolaan sampah punya sejarah panjang di kampung ini. Menurut M Fauzan, Tahun 2007-2010 lalu Sebelum ada mekanisme bank sampah, warga memang sudah berinisiatif untuk menjual sampah kering langsung ke pengepul. Sedang uangnya dimasukkan ke kas kampung. “Dalam kurun waktu tiga tahun tersebut kas kampung Margorukun RT 7 RW 10 bisa mengumpulkan dana sekitar tujuh juta rupiah”, tuturnya bangga. Dari dana kas itulah warga mampu membangun gapura kampung senilai 15 juta, pos dan tandon air senilai 25 juta. Tentu selain menggunakan dana kas hasil penjualan sampah kering, warga juga memperoleh dana dari hasil memenangkan lomba dan dana sumbangan dari para tamu yang melakukan ke kampung ini. Kampung mereka sudah dikunjungi ratusan tamu dari berbagai instansi dalam dan luar negeri, untuk belajar pengelolaan lingkungan. Mereka berasal dari Swiss, Jepang, Thailand, Belanda, India, dan lainnya. (*)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
23
Liputan Khusus
Bank Sampah RW 2 Kelurahan Jambangan
Mengunduh Manfaat Keberadaan Bank Sampah Di Jambangan, kemanfaatan Bank Sampah bisa didapatkan lewat sistem simpan pinjam. Yang berbeda, masyarakat tidak perlu membayar pinjamannya dengan uang, cukup dengan sampah
24 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
K
onsep bank sampah sebenarnya baru dikembangkan oleh warga RW 2 Kelurahan Jambangan dalam kurun waktu beberapa bulan. Sebelumnya memang sudah ada konsep pemilahan sampah. Dulunya sampah kering memang dikumpulkan dan dijual. Hasil penjualannya kemudian dimanfaatkan untuk dana perbaikan kualitas lingkungan seperti membeli tanaman. Adanya program bank sampah di 50 lokasi di penjuru Surabaya membuat pengelola mengubah pola. Masyarakat tetap memilah sampah dan mengumpulkan sampah kering. Namun, hasil penjualannya dikembalikan lagi kepada masyarakat.
GAPURA
Bank Sampah di RW 2 Jambangan diberi nama Bangdiansati yang terdiri atas 4 suku kata. Bang artinya Jambangan, Dian berasal dari kata diantara, Sa merujuk kata Satu, dan Ti singkatan dari kata tiga. Maknanya Bank Sampah jambangan yang terletak diantara RW satu dan RW tiga. Menurut Ibu Yusmono, Koordinator pelaksana Bangdiansati, Pengumpulan sampah dilakukan di setiap RT, dari RT 1 - 5. “Pengurus di lingkungan RW hanya melaksanakan tugas manajemen saja. Setiap akhir pekan, warga mengumpulkan sampah keringnya di lokasi yang telah ditentukan di RT masing – masing. Setelah ditimbang maka sampah langsung dihargai oleh
Liputan Khusus
pengurus’”, terang perempuan yang juga fasilitator lingkungan ini. Warga yang bergabung dengan Bank Sampah memegang buku tabungan. Buku tabungan ini berguna untuk mencatat berapa sampah yang telah dikumpulkan. Saat ini sudah ada sekitar 70 warga yang tergabung di Bank Sampah Bangdiansati di RW 2 Jambangan ini. Hampir semua jenis sampah kering bisa disetor ke bank sampah. Kertas – kertas bekas, plastik – plastik, gelas atau botol, hingga bekas perkakas rumah tangga. Hingga tutup botol yang kita anggap tidak terpakai pun bisa disetor ke bank sampah. Sampah yang telah terkumpul akan diambil oleh pengepul yang lebih besar. Bangdiansati bekerja sama dengan Bank Sampah Bina Mandiri. Bank Sampah bina mandiri adalah pengepul yang sudah cukup berkembang, yang akan mengambil sampah yang dikumpulkan oleh warga. Bank Sampah Bangdiansati pun mengembangkan model simpan pinjam. Warga boleh meminjam uang untuk memenuhi kebutuhannya. Uniknya, warga tidak perlu membayar utangnya dengan uang, tetapi mencicilnya dengan sampah. Hadirnya bank sampah ini memberikan banyak manfaat bagi warga
RW 2 Jambangan. Secara ekonomis perputaran uangnya mungkin belum begitu besar. Tetapi bagi warga kalangan ekonomi bawah cukup bermanfaat. Adanya layanan simpan pinjam memberikan kesempatan warga yang ingin meminjam uang. Untuk lingkungan, Bank sampah ini membuat seluruh sampah tak tersisa. Sampah organik sudah diolah menjadi kompos. Sedangkan sampah anorganik terkumpul lewat bank sampah. Sehingga lingkungan menjadi lebih bersih dan asri. Selanjutnya lingkungan yang bersih asri akan memberikan kualitas hidup lebih baik, nyaman, dan tentu saja sehat. Dituturkan kembali oleh Ibu Yusmono, Manfaat paling penting yang dihasilkan bank sampah ialah pada perilaku warganya. “Kini warga kami terbiasa memilah sampah. Warga pun tidak pernah menyisakan sampah berada rumah. Kebiasaan sehat ini merupakan modal utama mewujudkan lingkungan yang bersih”, terangnya. Bangdiansati merupakan salah satu bank sampah di kelurahan Jambangan. Selain itu masih ada bank sampah yang lain di RW lain semisal Bank Sampah Girly di RW 3. keberadaan Bank sampah ini mengukuhkan predikat kampung jambangan sebagai kampung lingkungan.[]
Sampah dijadikan hiasan kampung
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
25
Liputan Khusus
Bank Sampah RW II Kelurahan Dukuh Setro
Berkat Sampah, Bangun Lingkungan Bersih S Berbeda dengan kebanyakan lingkungan, bagi warga RW II, Kelurahan Dukuh Setro sampah merupakan sesuatu yang bernilai. Buktinya, berkat pengelolaan sampah yang diterapkan di wilayah RW II, prestasi demi prestasi diraih warga RW II.
26 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
emangat hidup bersih dan hijau warga RW II sangat jelas terpancar pada suasana lingkungan kampungnya. Mereka layak bangga, karena lingkungan mereka di RW II yang terdiri dari 5 RT ini, berhasil menjuarai Merdeka Dari Sampah (MDS) dan Green and Clean sebagai juara berkembang. Berkat seringnya mengikuti kompetisi kampung lingkungan, membuat warga RW II banyak belajar dan mendapatkan ilmu dalam pengelolaan sampah.
GAPURA
Menurut Wiwik harianingsih, Pegiat Lingkungan, semua ini berangkat dari ilmu yang didapatkan warga RW II saat mengikuti kompetisi lingkungan. Sedikit demi sedikit mereka berhasil menerapkan bank sampah di wilayahnya. “Mulanya, mengajak warga untuk mau memilah sampah di rumahnya sangat berat. Namun, berkat kerja keras para kader lingkungan, warga pun perlahan mau memilah sampah kering dan basah”, terang Ketua PKK RT 03 ini.
Liputan Khusus
Bank sampah dibuka setiap satu minggu sekali, agar warga memiliki waktu yang cukup untuk mengumpulkan sampah-sampah kering. Dari sampah yang terkumpul ini tidak disangka dapat menghasilkan uang yang cukup lumayan. Mereka meneydiakan tempat sampah di setiap rumah, sesuai kriterianya yakni sampah kering dan basah. Jika sudah selesai dipilah, ada petugas sampah yang akan mengambil sampah tersebut setiap 3 hari sekali. Namun sebelumnya warga memilah sampah terlebih dahulu. Sampah-sampah kering yang tidak didaur ulang seperti duplex, botol, kaleng, pecahan kaca,
logam dan kertas bisa dijual ke bank sampah. Setelah sampah kering terkumpul di bank sampah, baru akan dijual ke pengepul sampah. Pengepul sampah biasanya akan datang setiap sebulan sekali. Sekali transaksi penjualan, uang yang diperoleh sekitar Rp150.000 – Rp 200.000. Hasil penjualan sampah kering tersebut dikumpulkan ke kas RW serta dicatat dalam buku tabungan sampah. Uang hasil penjulana sampah ini diutamakan untuk keperluan kampung. Seperti membeli tanaman, konsumsi rapat, membersihkan got, dan sebagainya. Warga RW II, Kelurahan Dukuh
Setro memiliki semangat yang patut diacungi jempol dalam mengupayakan kampung bersih, hijau, dan nyaman. Berkat bersahabat dengan sampah, mereka berhasil menyulap lingkungan menjadi bersih dan hijau. Menurut Wiwik, Bank Sampah di lingkungannya masih dalam taraf berkembang. “Memang, manajemen pengelolaan bank sampah RW II, Kelurahan Dukuh Setro, masih dalam taraf memulai, tapi usaha kami ini insyaallah akan menuju kesana. Warga kami sangat berkeninginan bank sampah Dukuh Setro kelak bisa berjalan baik, seperti yang ada di bank sampah Gundih”, tutupnya. (*)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
27
Edukasi
SMP Terbuka 19 Surabaya
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/DOK.
Wakili Jawa Timur di Event Nasional
28 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Edukasi Siapa bilang sekolah terbuka tak mampu mengukir prestasi? Hal tersebut tidak berlaku untuk SMP Terbuka 19 Surabaya. Meski siswa-siswa mereka berasal dari keluarga tidak mampu dan harus membagi waktu antara sekolah dan membantu orang tua, namun hal itu tak menyurutkan semangat mereka untuk berprestasi
”
Buat kami, mereka bersedia untuk sekolah, rajin masuk dan mampu memahami pelajaran yang kami berikan di tengah sempitnya waktu sudah merupakan capaian prestasi yang bagus. Namun ternyata mereka mampu melakukan lebih dari itu,”ujar Erna Dwi Nastiti,M. MPd, Wakil Kepala SMPT 19 Surabaya. Apa yang disampaikan Erna tidak berlebihan mengingat sekolah terbuka ini mampu menjadi wakil Jawa Timur dalam LOMOJARI atau Lomba Motivasi Karya Mandiri tingkat nasional selama tiga tahun berturut-turut. LOMOJARI ini adalah sebuah lomba yang menguji kreativitas dan karya-karya siswa dari perwakilan sekolah terbuka se Indonesia. Dalam event tersebut mereka harus bisa unjuk karya mandiri mulai dari membatik, memasak, menjahit, dan menampilkan sejumlah hasil karya mereka. Di sekolah, para siswa memang diajarkan sejumlah pendidikan keterampilan seperti menjahit, memasak, membordir Selain mengikuti LOMOJARI, SMP Terbuka 19 Surabaya juga menjadi salah satu sekolah ditunjuk sebagai sekolah yang layak mengikuti monitoring dan evaluasi (monev) dari pemerintah
pusat. Bisa dibilang SMPT 19 Surabaya merupakan salah satu sekolah terbuka yang layak menjadi percontohan bagi sekolah-sekolah terbuka yang lain. Berkat dukungan dan bimbingan dari guru-guru, yang juga mengajar di SMPN 19, para siswa mampu mencapai prestasi sesuai bidang yang ia tekuni. Contoh siswa yang cukup berprestasi ini adalah Desya Sofiana Dewi dan Nur Hasan. Desy, sapaan akrab Desya yang duduk di kelas IX adalah atlet balap sepeda sama seperti Nur Hasan. Putri dari penjual tanaman ini beberapa kali terlibat dalam sejumlah kejurda dan piala walikota. Tidak hanya di Surabaya, sejumlah kejuaraan di kota lain juga ia ikuti. ”Saya pernah mengikuti kejurda di Surabaya, Piala KONI, Piala Walikota Surabaya, Piala Walikota Mojokerto dan Piala Walikota Probolinggo,” ujar Desy. Gadis yang bercita-cita ingin melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi ini mengaku terinspirasi untuk menjadi atlet balap sepeda karena sering melihat atlet-atlet perempuan yang berlatih sepeda di Puri Galaxi. Karena sering mengamati, suatu saat ia mendapat kesempatan untuk mencoba.
Sedangkan Hasan, panggilan Nur Hasan, sudah menjadi atlet sepeda sejak ia duduk di bangku SD. Bahkan anak dari lima bersaudara yang ingin sekolah perhotelan ini pernah menjuarai Piala Walikota Surabaya tahun 2011 dan meraih juara II cabang olahraga balap sepeda. Berkat prestasinya ini, oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Hasan pun diberi hadiah sepeda. Menurut Erna, sekolah akan terus mendukung optimalisasi prestasi dari anak-anak didiknya ini. Selain memberi dukungan agar anak-anak didik ini terus berlatih, dari sisi akademis, siswa-siswi ini juga terus didampingi agar tetap menjaga prestasi akademisnya. ”Kami juga memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan agar bermanfaat untuk masa depan mereka, meski harus sekolah sambil membantu orang tua. Mereka kami bekali dengan pelatihan keterampilan menjahit, membuat handicraft dan pelatihan untuk membuat usaha percetakan seperti sablon. Kami berharap bekal ilmu tersebut akan sangat bermanfaat untuk kemandirian mereka,”jelas Erna. (wnd)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
29
Edukasi
Siswa Sekolah Dasar Margie Kunjungi LIPS Semenjak diresmikan tahun kantor Layanan Informasi Pemerintah Kota Surabaya (LIPS) yang berada di kantor Bagian Humas Kota Surabaya. Ternyata mendapat perhatian masyarakat yang ingin mengetahui tentang informasi Surabaya.
30 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
S
elasa (10/04), sebanyak 42 siswa kelas 4 Sekolah Dasar (SD), Yayasan Pendidikan dan Pengajaran Margie Surabaya mengunjungi kantor LIPS. Kunjungan ini ditujukan mengenalkan kepada siswa tentang sejarah kota surabaya. Menurut Evlin Tri Handari, Guru Pendamping menjelaskan bahwa kunjungan ini berkaitan dengan pelajaran IPS di sekolah. “Selama ini siswa di sekolah hanya menerima pelajaran dari buku sejarah saja. Saya mendapat informasi kalau di LIPS ini banyak menampilkan informasi sejarah kota Surabaya. Seperti film peperangan 10 Nopember 1945, di sekolah kan tidak memiliki
Edukasi
Program Kota
film tersebut. Makanya, anak-anak saya bawa kemari,” terangnya. Selain itu, kegiatan kunjungan ini juga supaya para siswa lebih mengenal kota Surabaya. Soalnya para siswa ini hanya mengenal kalau Surabaya itu banyak mall-nya. “Para siswa tak hanya kami ajak ke LIPS saja, untuk lebih mengetahui sejarah Surabaya, para siswa kami aja ke Tugu Pahlawan, Museum Tugu Pahlawan, dan Jalaseva Jalamahe,” imbuhnya. Kunjungan tersebut belangsung selama satu setengah jam. Para siswa tersebut banyak mendapatkan informasi yang mereka inginkan. Dipandu oleh Jefry salah satu PNS Bagian Humas para siswa terlihat serius mendengarkan informasi yang disampaikan. Setelah melihat film peperangan 10 Nopember 1945, mereka diajak bermain kuis. Beberapa pertanyaan dilontarkan seperti kapan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/KUSMALI
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
hari ulang tahun Surabaya. Evlin menambahkan bahwa ini merupakan pertama kalinya siswanya kunjungi LIPS. Kedepan, pihaknya akan mengajak siswa kelas 5 kembali mengunjungi LIPS. “Ternyata disini banyak sekali informasi tentang Surabaya yang dibutuhkan anak-anak. Mereka saya wajibkan membuat laporan tentang hasil kunjungan ini,” katanya. Ian Kristanto salah satu siswa yang ikut merasa senang bisa berkunjung ke LIPS. Sebab, dia banyak mendapatkan pengetahuan dan informasi yang selama ini belum mereka dapatkan di bangku sekolah. “Saya baru tahu kalo di Surbaya banyak kampung-kampung berpotensi dan menjadi ikon Surabaya. Saya kan belum pernah tahu suasana perang 10 Nopember 1945, saya baru tahu ketika melihat filmnya disini,” akunya. (*)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
31
Profil
Kembangkan Produk Daging Olahan Berbekal pengalamannya di marketing ketika bekerja di Perusahaan Swasta, Nurwahono mampu membuktikan kalau dirinya mampu mengelola Rumah Potong Hewan (RPH) kota Surabaya semenjak dilantik menjadi Direktur Utama PD.RPH oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
32 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Profil
S
ebelum ia menjadi Direktur Utama sekarang ini, tahun 2007 ia dipercaya mengemban jabatan Direktur Jasa dan Niaga PD.RPH Surabaya. Menurutnya untuk memajukan PD.RPH Surabaya ini perlu dilakukan beberapa pembenahan baik itu dari segi fisik maupun sumber daya manusianya. Ia mengatakan bahwa pengelolahan daging tidaklah mudah. Sebelum menjabat Direktur Utama, ia sudah mempunyai program yang tidak bisa ia jalankan karena berbenturan dengan kebijakan dengan Direktur Utama. Kini, ia langsung bekerja mengaplikasikan program-program yang telah ia konsep emapt tahun yang lalu. Nurwahono menjelaskan sejak dulu pendapatan PD.RPH berasal dari sewa stand pemotongan daging dan parkir kendaraan saja. Sekarang, Nurwahono bisa melaksanakan programnya. Namun, jalan menuju kesana bukannya tanpa tantangan. “SDM disini kan sangat terbatas, saya harus mampu mengoptimalkan tenaga yang ada disini. Meskipun itu berat, tapi saya harus bisa melakukan itu. Maka itu, saya berikan pegawai disini pelatihan untuk meningkatkan SDM-nya,” imbuhnya. Program yang ia lakukan sesuai dengan visi PD.RPH yakni mewujudkan Surabaya sebagai pusat pelayanan dan bisnis daging serta produk turunannya, berorientasi pada ketahan pangan dan produk ASUH. Misi PD.RPH kedepan yakni RPH menjadi pusat produksi dan bisnis daging yang handal. RPH mampu memenuhi kebutuhan konsumen akan daging yang ASUH, Higienis dan berkualitas. RPH mampu memenuhi standar SNI yang ramah lingkungan dan secara tidak langsung meningkatkan gizi dan intelektual masyarakat. Meningkatkan Pengembangan Usaha yang Prospektif khususnya dibidang Jasa, Perdagangan dan Manufaktur Untuk itu, ia mengatakan perlu dilakukan beberapa pembenahan yang harus dilakukan. Seperti, Revitalisasi
RPH, Penyempurnaan IPAL, Pemanfaatan limbah untuk Kompos digunakan sebagai Biogas. Masih kata Wahono, sekarang yang lagi dikembangkan adalah perdagangan produk olahan. Seperti bakso, siomai, burger, abon dan lain-lain. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi menurunnya fungsi RPH, sesuai usaha pokok sebagai jasa pemotongan hewan Sapi, Kambing dan Babi. “Diperkirakan, dalam setahun omzet yang bakal diperoleh sebanyak ratusan juta rupiah, bahkan jangka panjangnya bisa mencapai milyaran rupiah pertahun. Produk Olahan Potensi Rp.300 – 400 juta per bulan,” terangnya. Untuk mendukung hal tersebut, Wahono membangun Rumah Daging sebagai salah tempat penjualan daging olahan produksi PD.RPH. Bisnis ini sebagai antisipasi mengatasi penurunan pemotongan. “ Karena itu, bisnis produk olahan ini memang sengaja kita lakukan dengan benar, sebagai penompang RPH. Mungkin di seluruh Indonesia, baru RPH di Surabaya yang mempunyai bisnis seperti ini,” pungkasnya. Ia menyampaikan keunggulan produk daging olahan PD.RPH yakni sapi dipotong diperiksa oleh dokter hewan, dan daging dipotong di RPH
Nama TTL Alamat Pendidikan
Surabaya yang telah memiliki sertifikasi halal dari MUI. “Untuk proses pemotongan sapi memenuhi standar KESRAWAN dan HALAL. Sedangkan proses pengemasan dan penyimpanan memenuhi syarat kesehatan (higienis),” ujarnya. Nurwahono menambahkan, sejak 2007 hingga 2011 omzet penjualan daging RPH dan lainnya cukup meningkat. “Outputdaging dari RPH itu larinya ke kios daging atau tred. Market, industry atau Hypermarket. Selain itu, sebagian kita beli sendiri dari jasa pemotongan RPH dan diolah menjadi bakso, burger, siomai, abon dll,” jelas Nur kepada Gapura. Dikatakan Wahono, dulunya memang sudah ada usaha seperti pembuatan bakso, namun pengolahannya sangat tradisional. “Namun kini mesinnya sudah cukup bagus, dan mampu menghasilkan sekitar 1000 bungkus,” paparnya. Wahono menjelaskan setiap harinya bahan baku daging yang diperlukan berkisar 150 Kg hingga 250 Kg. “Produk olahan ini murni. Artinya, tanpa bahan pengawet, namun mampu bertahan hingga 3 bulan lamanya,” tegasnya. (rz)
: Drs. Wahono : Madiun, 19 Juni 1958 : Jl Ngagel Timur 20 : FISIP – UNAIR, Lulus 1983
Pengalaman Bekerja : 1983 – 1984 : Marketing Riset PT.Indofood Surabaya 1985 – 1986 : Marketing Eksekutif PT. Indofood Surabaya 1987 – 1988 : Promotion Mgr.PT.Indofood Surabaya 1989 – 1991 : Area sales & Promo Mgr.PT.Indofood wilayah Sumbangsel (Palembang) 1992 – 1994 : Area sales & Promo Mgr.PT.Indofood wilayah Jatim, Bali, NTB, NTT 1995 – 1998 : Area sales & Promo Mgr.PT Indosentra Pelangi (Seasoning Food) wilayah Jatim, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan Indoensia Timur 2006 – 2007 : Wirausaha (supplier daging sapid an ayam ) di Jakarta 2007 – 20011 : Direktur Jasa & Niaga PD.RPH Surabaya 2011 – sekarang : Direktur Utama PD. RPH Surabaya GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
33
Galeri Dekranasda
Galery Dekranasda: ITC Mega Grosir lt. LG, City of Tomorrow lt.1 Surabaya Sekretariat Dekranasda Kota Surabaya: Jl. Jimerto No. 25 - 27 Lantai 3. Telp. (031) 549 1024
34 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
35 FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Program Kota
Bapemas KB Sukses
Lampaui Target Akseptor Keberhasilan program KB tak terlepas dari peran serta dan kepedulian masyarakat, khususnya yang sudah menjadi akseptor KB. Sesuai dengan program pemerintah, Dua Anak Lebih Baik, pengaturan jarak kelahiran sekaligus mempersiapkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera menjadi satu dari kunci sukses kemakmuran suatu bangsa. 36 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Program Kota
D
i Surabaya, program keluarga berencana ini bisa dibilang cukup berhasil. Salah satu indikasinya adalah tercapainya target realisasi peserta KB yang tembus target 130,8%. Kepala Bidang KB/KS Bapemas dan KB Kota Surabaya, Drs.Snae Stefanus,MM mengatakan dari target yang ditetapkan oleh Bapemas KB tahun 2011, jumlah warga yang mau menjadi akseptor KB ditargetkan sekitar 66.805 orang akseptor. Namun realisasinya tahun 2011, jumlah akseptor di Surabaya mencapai 87.363 akseptor. ”Realisasi targetnya mampu mencapai 130,8% dari target yang ditetapkan. Keberhasilan ini tak terlepas dari peran serta para PLKB atau petugas lapangan KB yang berperan aktif dalam sosialisasi KB di kalangan masyarakat,”jelas Stefanus. Pada dasarnya ada empat program besar KB. Di antaranya adalah pendewasaan usia perkawinan yang meliputi persiapan calon pasutri baik fisik, mental, maupun finansial. Selain itu juga menggalakkan kampanye menikah usia ideal, yakni di atas 25 tahun untuk pria, sedangkan wanita disarankan menikah di atas 20 tahun. Itu untuk menyiapkan jika nantinya memiliki keturunan. Program berikutnya adalah pengaturan kelahiran. Pengaturan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/KUSMALI
kelahiran dimaksudkan agar setiap keluarga punya perencanaan berapa jumlah anak yang dibutuhkan. Jarak kelahiran ideal pun sebaiknya antara 3 tahun hingga 5 tahun, tidak disarankan untuk punya anak setiap tahun. Program ketiga dari empat program besar KB adalah pembinaaan ketahanan keluarga meliputi bina keluarga balita, bina keluarga remaja, dan bina keluarga lansia. Program keempat adalah peningkatann kesejahteraan keluarga dengan kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahter (UPPKS) dengan memberikan pelatihan keterampilan untuk wanita miskin. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan masyarakat Surabaya hanya mengalami kenaikan 0,11%. Hal ini ditunjang dengan jumlah anggota keluarga yang mencapai angka 3,59 alias rata-rata empat orang dalam satu rumah. ”Ini menjadi indikasi bahwa pelaksanaan program KB di Surabaya cukup sukses,” tutur Stefanus. Dari hasil evaluasi tahun 2011, jumlah akseptor tertinggi adalah akseptor yang menggunakan kontrasepsi hormonal, yaitu jenis suntik yaitu sebanyak 52.768 akseptor. Pengguna kontrasepsi suntik ini mampu menembus target lebih dari 126 %. Sedangkan pengguna
kontrasepsi pil di Surabaya mencapai angka 13.629 akseptor,melebihi target hingga 117,2 %. Pengguna kontrasepsi IUD justru tidak memenuhi target yaitu hanya 90% dari target 6.200 akseptor. Realisasinya tahun 2011 hanya 5.579 akseptor. Dalam Rakerda Program KB Nasional tahun 2012, tahun 2012 ini target Bapemas KB ada 60.417 calon akseptor yang diharapkan bisa menjadi akseptor KB. Untuk mencapai target tersebut, saat ini Bapemas KB Kota Surabaya memiliki 110 PLKB yang tersebar di 31 kecamatan di Surabaya. Selain melalui kerja keras para petugas lapangan, Bapemas KB juga sudah menyiapkan sejumlah startegi untuk percepatan pencapaian program. Strategi itu antara lain membangun komitmen bersama dalam rakerda, mengadakan MoU dengan rumah sakit pemerintah maupun swasta, mengevaluasi hasil capaian KB per kecamatan/bulan. ”Kami juga akan memanfaatkan moment-moment penting seperti peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK, HUT Kota Surabaya dan sejumlah moment lain sebagai pemicu percepatan pencapaian program. Kami juga akan secara proaktif berkooordinasi dengan camat terkait pelaporan hasil capaian program,” imbuhnya. (wnd)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
37
Program Kota
Kurangi Angka Kecelakaan,
Bina Awak Kendaraan Umum Guna mengurangi jumlah kecelakaan di Surabaya, akibat kelalaian para pengendara. Dinas Perhubungan Kota Surabaya menggelar kegiatan Pembinaan dan Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan (AKUT) tahun 2012.
38 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
A
cara ini secara resmi dibuka oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Surabaya, Muhlas Udin yang mewakili Walikota Surabaya, Tri Rismharini, Rabu (4/4), di Gedung Wanita Surabaya jalan Kalibokor No.2 Lt. II. Hadir pula Kepala Dinas Kota Surabaya beserta jajarannya antara lain Kepala Bidang Angkutan, Kepala Bidang Lalu Lintas, dan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, kemudian juga dari Dishub Propinsi Jatim dan Satlantas Polrestabes Kota Surabaya. Selain itu dalam acara pembukaan tersebut juga dihadiri instansi lain
GAPURA
diantaranya Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan beberapa instansi lain. Sementara untuk peserta diikuti sebanyak 168 orang, terdiri dari pengemudi taksi 47 orang, pengemudi mikrolet 85 orang, pengemudi bus kota 7 orang, pengemudi angkutan serba guna 5 orang, pengemudi angkutan barang 18 orang, pengemudi angkutan pariwisata. Acara tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tertib berlalu lintas sehingga mampu
Program Kota
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
mewujudkan keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran serta dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengguna jasa angkutan. selain itu juga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan para awak kendaraan umum dalam rangka peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). serta bagi pemerintah Memberikan umpan balik bagi Pemerintah sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan lebih lanjut. Dalam acara yang akan dilaksanakan selama 2 hari tersebut akan diberikan beberapa materi yang akan disampaikan oleh berbagai intansi, diantaranya materi etika dan tata cara berlalu lintas di jalan oleh Satlantas Polrestabes Surabaya, pengetahuan perundang-undangan dan keselamatan lalu lintas angkutan jalan oleh UPT. LLAJ, DISHUB dan LLAJ Propinsi Jawa Timur, kemudian materi mengenai peraturan tentang Jaminan Sosial oleh PT. (Persero) Jasa Raharja Cabang Surabaya. Selain itu juga akan disampaikan materi mengenai pengembangan jiwa kewirausahaan oleh LPMB Unair, dan ancaman Narkoba bagi awak anggota oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Kepala Bidang Angkutan Dishub
Surabaya Novelija berharap dengan diadakannya acara yang rutin setiap tahun dibiayai APBD tersebut nanti peserta dapat diseleksi dan dipersiapkan untuk calon Pembinaan dan Pemilihan Awak Kendaraan Umum Teladan Tingkat Propinsi, yang pada minggu ketiga bulan Mei harus sudah siap dikirim wakil dari tingkat Kota ke tingkat Propinsi. Semua peserta akan mengikuti pembinaan dan nantinya akan diseleksi untuk mengikuti psikotes oleh LP3T Fakultas Psikologi di Unair dan diambil 20 orang yang kemudian akan diperingkat, dari peringkat tersebut akan dipilih sesuai kebutuhan acara serupa di tingkat Propinsi. “Harapannya di tingkat Kota Surabaya juga bisa ikut berprestasi dalam hal SDM awak kendaraan umum dan bisa ikut mewakili di acara serupa di tingkat Propinsi”, tambah Novelija. “Program pembinaan dan pendidikan bagi awak kendaraan ini diharapkan agar para sopir ataupun pengemudi itu bisa lebih memahami dan cerdas dalam berkendara di jalan raya,” ujar Eddi Eddi menambahkan, nantinya setiap sopir maupun armadanya juga diharuskan untuk diuji karena dalam hal ini agar benar-benar para
pengemudi angkutan di Kota Surabaya lebih ready dan siap secara fisik, mental maupun kendaraannya. “Kita berharap jalur transportasi darat, laut dan udara bisa tambah maju lagi,” ungkapnya Sementara Untung Susanto (34),perwakilan dari Taxi BluebirdSurabaya, mengaku puas atas pelaksanaan yang disponsori Pemerintah Kota (Dinas Perhubungan). “Program Dishub ini sangat bagus, dengan acara bermaterikan tentang dasar pemahaman dan pelatihan dan dapat bermanfaat bagi para pengemudi angkutan transportasi di Kota Surabaya,” ujarnya. Dikatakan, semoga program ini nantinya bisa berkesinambungan dan pesertanya berbeda-beda. Dan terpenting, kita (sopir,red) jadi tahu cara mengendalikan emosi dan mental saat berada di jalan yg merupakan faktor utama dari penyebab kecelekaan, ungkapnya. “Semoga acara ini bisa dilanjutkan, mungkin dalam satu tahun bisa dihelat dua kali atau sekali, karena apa?, selain bisa menambah wawasan kita juga bisa menjalin keakraban yang baik sesama sopir, dan hal itu sangatlah bermanfaat sekali bagi kami para pengemudi,” pungkasnya. (rz)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
39
Kaderisasi Orientasi Kewaspadaan Nasional Siswa SMA Dalam upaya menangkal bahaya narkoba dan pergaulan bebas, Orientasi kewaspadaan nasional diselenggarakan. Kader - Kader muda dicetak untuk menyebarkan semangat positif kepada teman - temannya di sekolah.
40 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
O
rpadnas atau Orientasi Kewaspadaan Nasional adalah orientasi yang ditujukan untuk siswa SMA/SMK/MA sederajat baik negeri maupun swasta di Surabaya, dalam meningkatkan kewaspadaan nasional. Program ini termasuk dalam salah satu Program Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol & Linmas). Orientasi ini diwujudkan dalam bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap siswa di Trawas, Malang.
GAPURA
Pengurus Osis ditiap-tiap sekolah mengirimkan 2 orang wakilnya untuk mengikuti pembinaan selama 3 hari. Kegiatan ini dilaksanakan dua kali pada bulan April lalu, tanggal 13-15 April dan 17-19 April. Pada 13-15 April ada 40 sekolah yang mengikuti Orpadnas. Selanjutnya, pada 17-19 April sebanyak 30 sekolah. Kegiatan Orpadnas akan diladakan lagi Oktober mendatang, mengingat banyaknya jumlah SMA/SMK/MA di wilayah Surabaya yang belum mengikuti
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/DOK.
Program Kota
Program Kota
Orpadnas. Program Orpadnas dilakukan pada tiap tahun karena merupakan program dari Bakesbang pol & Linmas Pusat yang diadakan di tiap-tiap daerah dengan tema yang berbeda-beda, bergantung pada kondisi yang terjadi pada daerah masing-masing Namun, pada tahun ini tema yang diangkat adalah kewaspadaan terhadap narkoba, seks bebas, tawuran, dan HIV/AIDS. Tema ini diangkat karena maraknya kasus yang terjadi pada remaja terkait narkoba, seks bebas dan tawuran. Orang tua pun khawatir jika anak mereka terpengaruh atau mengikuti hal ini. Dalam acara hadir juga Sumarno Kepala Bakesbang Pol & Linmas yang mewakili walikota untuk membuka orpadnas. Di Trawas siswa hanya diperbolehkan memakai seragam sekolah dan baju olahraga untuk persiapan kegiatan outdoor. Para siswa diajak bermain sambil belajar di Trawas layaknya outbond. Henry, Kepala Bidang Strategis Bakesbangpol & Linmas mengatakan, ”Cara ini dilakukan agar peserta tidak bosan ketika menerima materi yang disampaikan,” katanya (23/04). Dalam Orpadnas ini, para siswa juga mendapatkan kesempatan mengetes urin mereka, untuk pengecekan kesehatan. Selama pelaksanaan Orpadnas, siswa berkelompok-kelompok. Hal itu
dimaksudkan untuk meningkatkan kebersamaan para siswa yang berasal dari berbagai etnis . Selain itu mereka disuguhkan dengan materi-materi mengenai bahaya narkoba, seks bebas yang mengancam para remaja di sekitar mereka. Siswa juga diajak untuk melihat film-film kekerasan yang menggambarkan realitas yang terjadi saat ini. Selanjutnya siswa diperlihatkan film tentang perjuangan orangtua dalam mencari nafkah. Acara ini dilaksanakan sebagai bentuk perenungan bagi siswa untuk tidak melakukan perbuatan yang mengarah kepada kenakalan remaja. Juga, dimaksudakan untuk membangun kesadaran para siswa untuk waspada terhadap kenakalan remaja yang berpotensi mereka lakukan. Narasumber materi narkoba, seks bebas, tawuran, dan HIV/AIDS ialah dari Badan Narkotika Surabaya dan Lembaga HIV/AIDS, yang menyajikan informasi berdasarkan kasus-kasus remaja saat ini. Tujuan penyelenggaraan orpadnas yaitu meningkatkan kewaspadaan generasi muda terhadap narkoba, seks bebas, tawuran, dan HIV/AIDS, karena remaja adalah masa dimana anak masih mencari identitas, sehingga mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya. Sebagai pelatihan pembentukan kesolidan tim, para siswa diajak merangkai beberapa bambu, yang
pada ujungnya terdapat bendera Merah Putih. Rangkaian bambu ini dibentuk oleh beberapa tim yang di situ telah memiliki bambu masingmasing. Setelah rangkaian bambu itu jadi mereka lantas menyanyikan lagu Bangun Pemuda Pemudi secara serentak. Di malam hari menjelang akhir Orpadnas, siswa diminta membuat catatan-catatan tentang kejahatan yang telah mereka lakukan. Kemudian mereka bersama-sama membakar di api unggun yang telah disediakan sebagai bentuk janji mereka untuk tidak mengulangi perbuatan kejahatan tersebut. Pada akhir Orpadnas, para siswa saling menukar tanda tangan. Beberapa siswa peserta Orpadnas, mengaku memiliki kesan tersendiri yaitu lahirnya pengetahuan baru dan pengalaman mendapatkan teman-teman baru. Hingga mereka berinisiatif untuk tetap memperjuangkan materi-materi yang disampaikan dengan membentuk komunitas, agar mereka tetap dapat menjalin hubungan antarsesama rekannya yang ikut Orpadnas. Henry berharap, lahirnya kader Orpadnas yang baru akan meminimalisir kasus narkoba, seks bebas, HIV/AIDS khususnya di Surabaya. Karenanya, seusai mengikuti Orpadnas, para siswa dianjurkan menularkan pengetahuannya kepada teman-teman yang lain. (rdy)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
41
Program Kota
Gugah Semangat Kartini dengan Wirausaha
“
Saat ini, sudah banyak sekali UKM yang dimotori oleh perempuan. Namun demikian, peran suami dan keluarga dibalik kesuksesan kaum hawa merintis usahanya tak bisa dikesampingkan,” ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kala membuka pameran tersebut, Kamis (19/4). Wali kota juga menyatakan, kerjasama yang dilakukan Dekranasda dengan sejumlah pusat perbelanjaan beberapa waktu terakhir terbukti mampu mendorong geliat UKM-UKM di Surabaya. Mereka memanfaatkan event-event semacam ini untuk mempromosikan produknya. Bahkan, imbuh wali kota, tak sedikit yang sudah mampu menembus pasar interna-
42 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
sional. “Meski sudah berhasil mengekspor produknya ke luar negeri, jangan pernah puas dan tetaplah belajar. Dengan begitu, anda akan terus berkembang,” pesan Risma. Ketua Dekranasda Surabaya Antiek Sugiharti menuturkan, pameran diselenggarakan hingga Minggu (22/4). Kesempatan tersebut akan dimanfaatkan para peserta untuk memamerkan beragam produknya seperti asesoris, hiasan dekorasi rumah, bunga kering, batik fashion, aroma terapi dan berbagai kerajinan lainnya. Di sela-sela kegiatan pameran akan diisi talkshow, yakni pada Jumat (20/4)
GAPURA
pukul 13.00 WIB dengan tema Say No To Trafficking. Keesokan harinya, Sabtu (21/4) pukul 11.00 WIB juga diadakan kegiatan serupa yang bertema Jadi Wanita Wirausaha, Semua Bisa!!! Dengan narasumber Roni Mustamu serta testimoni dari pemilik Coffee Toffee. “Semoga dengan adanya kegiatan ini dapat menggugah jiwa Kartini dan meningkatkan jiwa kewirausahaan pada generasi muda,” pungkas Antiek yang juga Kabapemas & KB Surabaya ini. (red)
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Untuk memperingati Hari Kartini, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Surabaya menggelar pameran kerajinan Supercraft Show 2012 di Atrium Supermal Pakuwon. Pameran kali ini diikuti oleh 35 UKM (usaha kecil menengah) anggota Dekranasda Surabaya.
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Penghargaan
Walikota Terima Penghargaan Sebagai Pembina K3 Walikota Surabaya, Tri Rismaharini terima penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang diserahkan oleh Gubernur Jatim, Soekarwo di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (17/04).
T
ak hanya Walikota Surabaya, masih ada delapan bupati/ walikota yang menerima penghargaan itu. Diantaranya, bupati Pasuruan, bupati Lumajang, bupati Blitar, bupati Lamongan, bupati Gresik, walikota Surabaya, bupati Sumenep, bupati Sidoarjo dan bupati Tuban. Selain 9 bupati/walikota, Gubernur Soekarwo juga menyerahkan penghargaan kepada Perusahaan penerima kecelakaan nihil (Zero Accident) dan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Ada 213 perusahaan yang menerima penghargaan Zero Accident dan 22 perusahaan menerima penghargaan SMK3.
Diantara perusahaan yang menerima penghargaan itu terdapat 147 perusahaan besar, 39 perusahaan menengah dan 27 perusahaan kecil. Diantara perusahaan besar itu terdapat PT Maspion, PT Semen Gresik, PT Petrokimia, PT Telkom, PT Pindad (Malang), PT Bentoel Prima (Malang) dan PT HM Sampoerna (Surabaya). “Untuk tahun 2012/2013 target penerima penghargaan Zero Accident diupayakan mencapai 250 perusahaan dan penghargaan Bupati pembina K3 diupayakan mencapai 12 kab/kota,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Jatim, Hari Soegiri.
Penghargaan Zero Accident tahun 2012 ini mengalami kenaikan 47,9 persen dibanding tahun 2011 yakni 213 perusahaan. Sedangkan jumlah penerima Zero Accident tahun 2011 sebanyak 144 perusahaan. Demikian pula perusahaan penerima penghargaan SMK3 tahun 2012 juga mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 sebanyak 10 perusahaan. Sementara tahun 2011 jumlah penerima penghargaan SMK3 sama dengan tahun 2012 yaitu 22 perusahaan. Di Jatim sendiri, terdapat 31.831 perusahaan dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2.592.812 orang. Sementara jumlah kepesertaan perusahaan yang mengikuti penilaian kecelakaan nihil lima tahun terakhir masih jauh dari harapan. Namun, tahun 2012 terjadi peningkatan perusahaan yang mengikuti penilaian kecelakaan. Bila tahun 2008 terdapat 148 perusahaan, 2009 sebanyak 170 perusahaan, 2010 ada 171 perusahaan dan 2011 menurun 144 perusahaan. “Kita bersyukur tahun 2012 meningkat 213 perusahaan,” tambah Gubernur Jatim, Soekarwo. (rz)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
43
Kesehatan
Kemeriahan pembukaan SHS di halaman Rumah Sakit Darmo
SHS Ajak Masyarakat Hidup Sehat Ribuan orang melakukan senam diabetes dipandu oleh seorang instruktur dari Persatuan Diabetes Indonesia (Persedia), Minggu (1/4) pagi, di halaman parkir RS Darmo. Suasana tersebut menandakan dibukanya Surabaya Health Season (SHS) tahun 2012.
44 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
A
cara festival kesehatan yang bertajuk Gaya Hidup Sehat tersebut dibuka oleh Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Dalam kesempatan itu, Risma mengatakan bahwa kota Surabaya punya peluang besar untuk menciptakan industri pariwisata kesehatan. Apa yang disampai-
Kesehatan
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
kan Tri Rismaharini bukannya tanpa alasan. Karena, menurutnya sudah banyak pasien dari luar negeri yang berobat ke Surabaya. “Informasi ini saya dapat dari beberapa direktur RS di Surabaya menyampaikan kepada saya kalau sudah banyak pasien dari luar negeri berobat ke Surabaya. Saya berpikiran kalau hal itu bisa dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi indutri pariwisata kesehatan,” angannya. Tak hanya itu, Risma juga mengajak masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan mereka. Karena, masih kata Risma, masyarakat yang peduli kesehatan pasti mereka akan merubah gaya hidup mereka dengan yang lebih sehat. “Diadakanya SHS ini diharapkan mampu menggugah masyarakat Surabaya supaya peduli terhadap kesehatan mereka sendiri,” pungkasnya. Hal senada disampaikan Esti
Martiana Rachmie, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya menambahkan dengan digelarnya SHS, diharapkan masyarakat memiliki perhatian yang lebih tinggi dalam kesehatan. Juga masyarakat lebih mengetahui kelebihan pelayanan kesehatan yang ada di Surabaya. “Tujuan diadakannya SHS ini yakni pembangunan kesehatan mayarakat secara optimal. Baik itu dari segi sarana dan prasarannya, dan mental masyarakat. Pemkot Surabaya akan terus melakukan pemerataan pelayanan kesehatan,” imbuh Esti. Esti menambahkan bahwa melalui SHS ini masyarakat Surabaya bisa menambah informasi tentang kesehatan. Sebab, menurutnya selama ini masyarakat masih kurang memiliki pengetahuan tentang informasi kesehatan. Sehingga, masyarakat banyak yang takut untuk pergi ke RS.
“Ketakutan tersebut dikarenakan mereka belum mengetahui fasilitas dan pelayanan yang diberikan RS dalama penanganan kesehatan mereka. Karena, minimnya informasi tersebut, mereka lebih memilih pengobatan alternative,” tambah perempuan berjilbab ini. Esti juga mengatakan melalui SHS ini banyak masayarakat di Indonesia yang mengetahui kelebihan pelayanan kesehatan di Surabaya. “Jadi, kalau sakit tidak perlu berobat ke luar negeri, cukup berobat di Surabaya kualitasnya juga tidak kalah dengan kota-kota lain,” katanya. Dalam acara tersebut masyarakat yang datang mendapatkan pelayanan kesehatan yang lain secara gratis. Misalnya, pemerikasaan gula darah dan tekanan darah oleh Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia Cabang Surabaya. (rz)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
45
Tamu Kita
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/DOK.
Kecintaannya pada lingkungan membuat wanita yang satu ini dipercaya menjadi fasilitator lingkungan sejak tahun 2006. Berawal saat ia menjadi kader lingkungan di Kelurahan Karah, kini wanita yang memiliki nama lengkap Prahmanariza Hariono ini menjadi salah satu tokoh fasilitator lingkungan di Surabaya.
46 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Tamu Kita
Prahmanariza Hariono:
Sempat Dijuluki Pemulung Kini malah Disanjung R
iza selalu membawa nama Kelurahan Karah melaju di ajang perlombaan kebersihan tingkat kota, misalnya Merdeka Dari Sampah dan Green and Clean. ”Kami dari Kelurahan Karah ini tidak pernah absen mengikuti dua lomba itu dan alhamdulilah selama ini selalu masuk nominasi sepuluh atau lima besar,” kata wanita kelahiran 10 Februari 1957 ini ketika ditemui di rumahnya, Jumat (27/04). Lingkungan bisa jadi merupakan magnet utamanya dalam melakukan semua itu. Betapa tidak? Bertahuntahun Riza tak pernah bosan mendenggungkan kepada para tetangganya untuk cinta dan peduli lingkungan. ”Awalnya memang sulit untuk menyadarkan masyarakat supaya cinta lingkungan. Tapi, saya tak hanya bicara, tapi terjun langsung dan terbukti membuat masyarakat kini banyak yang mengikuti jejak saya,” tambah Riza. Kesuksesan seperti yang dapat disaksikan sekarang, ternyata adalah juga buah dari kesabarannya. Bagaimana sukses bisa diraih jika ia surut di tengah jalan gara-gara dijuluki pemulung? Hobi Riza adalah mengumpulkan botol plastik dan melipat kerdus bekas jajan. Naluri Riza yang tidak bisa diam saat melihat sampah berserakan memang sempat menuai cibiran dari para tetangganya. Namun, karena kebiasaannya yang dianggap aneh oleh para tetangganya itu, malah akhirnya membuat mereka mengikuti jejak Riza.
”Saya memberikan pengertian kepada mereka jika sampah juga bisa bernilai ekonomi. Misalnya botol plastik yang dikumpulkan dan dijual bisa jadi uang,” urai Riza. Hobi yang ditekuninya sejak kecil itu masih terus berlanjut dan semakin menular ke para tetangga Riza. Beruntungnya beberapa tahun terakhir warga Kelurahan Karah sudah memiliki Bank Sampah yang makin membuat warganya semangat. Kesibukan sehari-hari Riza sebagai ibu empat orang anak tak membuatnya hanya berkutat di dalam rumah saja. Fasilitator dalam berbagai pelatihan lingkungan hingga menjadi narasumber di berbagai seminar lingkungan ia jalani di sela sela waktunya. ”Saya pernah memberikan pelatihan lingkungan di Bandung dan saya senang sekali karena para peserta sangat antusias sampai akhirnya tiap hari telepon di rumah saya nggak pernah berhenti berdering,” cerita Riza. Tak hanya peserta yang pernah mengikuti pelatih Riza di Bandung bahkan dibeberapa kota yang pernah ia singgahi mereka selalu tak puas hanya belajar sekali bersamanya. Oleh karena itu Riza sangat senang ketika salah satu peserta menelepon dan mengabarkan bahwa mereka sukses membawa kelurahannya menjadi juara 1 dalam event Green and Clean. ”Kalau sudah mendengar ada yang sukses seperti itu ada kepuasan batin, akhirnya ilmu saya bermanfaat untuk orang lain,” terang wanita yang kini
menjabat sebagai Humas Wilayah Surabaya Selatan di Paguyuban Fasilitator se-Surabaya. Dari beragam kegiatan yang telah ia lakukan, Riza mengaku mendapat banyak manfaat positif. Ia makin mengenal banyak pejabat hingga Bu Wali Kota Tri Rismaharini. ”Saya bersyukur sampai sekarang punya banyak teman dari berbagai kalangan,” cerita Riza. Namun nama Riza mungkin asing bagi para fasilitator lingkungan Surabaya. Karena memang Riza lebih akrab di sapa ’Nenek’ ketimbang nama aslinya. Hal tersebut karena Riza sering dimintai masukan, solusi dan dianggap sebagai orang yang dituakan di antara para fasilitator lingkungan lainnya. Berkat kerja keras Riza, Kelurahan Karah RT 04 RW 05 yang dulunya sering mengalami penyakit demam berdarah lambat laun mulai berkurang. ”Sebenarnya susah menyadarkan warga untuk cinta lingkungan, tapi memang harus dilakukan secara terusmenerus dan kuncinya adalah ikhlas,” ungkap peraih predikat Pejuang Lingkungan dalam ajang Merdeka dari Sampah tahun 2008 ini. Tugas Riza ke depan bukan makin ringan karena Surabaya sudah menjadi kota yang terbilang bersih sehingga tugas selanjutnya adalah membagikan ilmu kepada wilayah lain. ”Saya ingin selanjutnya ada Riza-Riza lain yang mau melakukan seperti apa yang saya lakukan,” harapnya. (din)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
47
SerPung
Budayakan Kebersihan dengan
Beternak Lele Menjaga kebersihan lingkungan bisa dilakukan dengan berbagai cara. Di Morokrembangan, warga menjaga kebersihan dengan cara produktif, budidaya lele.
B
oezem di daerah Morokrembangan telah dimanfaatkan sebagai lahan untuk urban farming oleh warga Kecamatan Morokrembangan. Warga memanfaatkan boezem untuk beternak lele. Panjang boezem ± 1,1 km, dari pompa air di bawah jembatan hingga mendekati pompa air di kawasan Asrama Morokrembangan. Warga Morokrembangan yang beternak lele bergabung dalam satu
48 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
kelompok tani dengan nama Kelompok Tani Cipta Bersama. Kelompok ini memiliki 101 orang anggota, yaitu warga yang memiliki lahan di areal boezem. Untuk membagi wilayah secara adil, Ketua Kelompok Tani, Slamet Riyadi, membatasi lahan yang dimiliki tiap individu. Warga hanya dapat memiliki 2 keramba dengan ukuran 2x4 meter, kerena lahan yang dimiliki hanya 10 meter dari pagar
GAPURA
yang menjadi pembatas antara rumah warga dengan boezem tersebut. Hampir di setiap RT di Kecamatan Morokrembangan, warganya memiliki lahan ternak lele. Sayangnya, lahan ternak tidak secara keseluruhan dimanfaatkan warga. Lahan berkapasitas sekitar 1.250 keramba tersebut hanya diisi 250 keramba. Warga dapat secara langsung memantau lahan mereka, karena lahan tersebut tepat di hadapan rumah mereka masing-masing. Pemanfaatan lahan ini bermula dari Program Green and Clean Surabaya. Saat itu Kecamatan Morokrembangan mengikuti lomba, dan menjadi Juara I kategori pemula. Ketua RW sendiri, Sulis, menginginkan keberlanjutan program tersebut agar kampung tetap bersih dan hijau seperti ketika mengikuti lomba. Kebersihan juga termasuk pada boezem mengitari Kecamatan Morokrembangan tersebut. Sebelumnya, boezem memang kotor. Sering terlihat sampah berserakan mengambang di serapan air tersebut.
SerPung
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Boezem jadi terlihat kumuh, kotor dan tidak sehat , padahal boezem bersebrangan dengan Akademi Angkatan Laut. Akademi ini biasanya juga menggunakan wilayah perairan tersebut untuk latihan. Warga kemudian memikirkan pemanfaatan lahan agar boezem tetap bersih. Lalu muncullah ide menjadikan boezem sebagai lahan untuk ternak lele. Ternak lele sempat dicoba untuk pemanfaatan lahan boezem sebelum adanya lomba, namun hanya dilakukan oleh 1-2 orang. Memanfaatkan lahan untuk beternak lele baru benar-benar terealisasi ketika lomba Green and Clean diikuti pada 2011, hingga saat ini. Upaya ini berhasil meningkatkan kesadaran warga untuk tetap menjaga kebersihan boezem. Setiap sore warga akan membersihkan boezem selagi memberi makan lele mereka. Karena lahan ternak lele merupakan lahan individu, warga pun mengurusi lahan secara individu. Setiap hari mereka harus membersihkan wilayah
sekitarnya dan memberi makan lele tiga kali sehari. Menurut Slamet Riyadi, biaya pengurusan lele yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pendapatan yang ia dapatkan. Karena dalam 1 keramba biasanya diberi pembibitan minimal 1.000 bibit. Namun 1.000 bibit tersebut belum tentu bisa jadi semua, biasanya mereka hanya panen sekitar 40-50 kg per kerambahnya. Tetapi, warga Morokrembangan ternyata selalu aktif untuk pengelolaan ternak lele di boezem ini. Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Surabaya, warga mencari inovasi baru untuk penjualan lele tersebut. Karena selama ini lele hanya dijual secara mentahan saja. Sempat mereka menciptakan inovasi dengan pengelolaan ikan lele, seperti mengelolanya menjadi krupuk, nugget, bakso dan pizza. Hasil pengelolaan tersebut sempat mereka pamerkan pada acara Panen Lele perdana pada 8 April lalu di Morokrembangan. Beberapa orang yang hadir pada acara Panen Lele, tertarik
dengan hasil pengelolaan tersebut, hingga ternak lele sempat dilirik untuk peluang bisnis mereka. Panen lele perdana ini merupakan hasil kerjasama antarwarga Morokrembangan. Warga sangat berantusias untuk mengembangkan ternak lele. Di sisi lain warga Morokrembangan juga berhasil menciptakan budaya bersih baik di bozem maupun di lingkungan daratan. Mereka berharap memiliki koperasi sendiri untuk bahan-bahan yang dibutuhkan dalam ternak lele dan juga untuk mengakomodasi kelompok tani mereka. Selain itu mereka berkeinginan untuk memiliki mesin pengolah pangan sendiri, agar memudahkan mereka untuk memberi makan lele. Mereka juga akan meningkatkan kerja mereka dengan memanajemen kelompok mereka. Besar harapan mereka untuk Walikota Surabaya, adalah membantu mereka dalam hal finansial, agar mereka dapat lebih mengembangkan ternak lele mereka. (rdy)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
49
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
Aktivitas anggota KIM Semanggi
Juara Lomba LCCK Kota Surabaya hanya bagian dari deretan prestasinya. Jauh sebelumnya mereka sudah meraih prestasi nyata dengan memberi manfaat pada masyarakat lewat program program sosial
K
im Semanggi adalah kepanjangan dari Kelompok Informasi Masyarakat Semanggi. Kelompok ini merupakan Kelompok Informasi yang dibentuk di Kelurahan Semolowaru. Awalnya kelompok ini dibentuk untuk mengikuti Lomba Cerdik Cermat Komunikasi yang diadakan Pemerintah Kota Surabaya pada 17 Maret lalu di Taman Bungkul. Kim Semanggi ini berhasil menjadi Juara I Tingkat Kota dan mendapatkan kepercayaan Walikota untuk mewakili Surabaya ke tingkat Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah) yang dilaksanakan di Pantai Nyamplong, Sampang, Madura. Mereka akan dapat bertemu
50 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
langsung dengan Informasi Komunikasi (Infokom) untuk pengaduanpengaduan yang dapat diajukan. Kim inilah yang memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan segala informasi dari masyarakat kepada Pemerintah Kota maupun sebaliknya, dari Pemerintah Kota kepada masyarakat. Masyarakat dapat mengadukan permasalahannya melalui Kim, lalu akan ada program-program yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Kim menyampaikan informasi dari Pemerintah Kota secara bertahap. Awalnya Informasi akan disampaikan ke Kelurahan Semolowaru, dari Kelu-
GAPURA
rahan akan disampaikan kepada RW, RT dan warga. Terkadang informasi juga disampaikan melalui Ibu-Ibu PKK yang nantinya akan menyebar secara langsung. Kim Semanggi terdiri atas 15 orang Ibu-ibu yang terbagi pada beberapa bidang. Kim Semanggi berfungsi sebagai penghubung antara Pemerintah Kota dengan masyarakat, khususnya di daerah Semolowaru. Ada beberapa program yang telah dilaksanakan oleh Kim Semanggi, di antaranya pelayanan publik, kesehatan, pendidikan, lingkungan, lapangan pekerjaan, dan pengentasan kemiskinan. Mereka menjalankan program kesehatan dengan menyelamatkan 12 balita yang menderita kekurangan gizi di daerah Semolowaru. Para balita ini diberikan imunisasi, makanan, mainan, agar tidak takut pada waktu pemeriksaan. Sedangkan ibu para balita ini, diberi penyuluhan tentang gizi balita. Program ini dilaksana-
SerPung
KIM Semanggi
Menjembatani Warga dengan Pemkot
kan untuk mengurangi atau bahkan mencegah kejadian serupa pada waktu mendatang. Program-program Kim yang sudah terlaksana yaitu program pendidikan, dengan memberi bantuan biaya untuk siswa yang putus sekolah dan memberikan pengertian kepada orangtua untuk mengikutkan anaknya pada program Paket B. Program pelatihan untuk ibu-ibu dengan membuat tas yang terbuat semen. Hasilnya tas-tas tersebut laku dipasaran, bahkan sudah ada beberapa kota yang memesan tas tersebut. Pembuatan tas yang termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menangah (UMKM) bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas). Hasil dari pembuatan tas ini juga dipasarkan di Kaza, BG Junction dana beberapa tempat perbelanjaan lainnya. Selain tas yang terbuat dari semen, ibu-ibu yang tergabung dalam UMKM ini memanfaatkan koran bekas untuk bahan pembuat perangkat hantaran
penikahan. Selain itu ada beberapa UMKM yang dibentuk dan telah berjalan dengan baik. Perkembangan teknologi bahkan juga dimanfaatkan oleh kelompok ini untuk menjalin komunikasi dengan membuat blog Kim Semanggi. Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan blog ini untuk mendapatkan informasi yang mungkin tertinggal, karena semua kegiatan yang dilaksanakan akan diunggah ke dalam blog ini. Kim berusaha dengan keras untuk menyukseskan program ini dengan merangkul Dinas-dinas, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Badan-badan kemasyarakatan, Puskesmas dan lain sebagainya. Ketua Kim Semanggi, Catur Setyawati, mengatakan, ”Tanpa bantuan lembaga-lembaga terkait, program-program yang direncanakan tidak akan berjalan dengan lancar.” Setyawati menambahkan bahwa adanya kekompakan pada tim sangat diperlukan. Kim berusaha untuk tetap memperkuat informasi kepada warga
dan walikota agar tetap berjalan dengan baik. Selama ini warga juga antusias terhadap program-program yang diadakan Kim, karena sifatnya terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya sama sekali. Kecamatan Sukolilo pernah membangun model seperti ini dengan sebutan ”Pim” (Pusat Informasi Masyarakat) pada 2006-2007. Baru pada tahun 2011 akhir, lahir kembali dengan sebutan ”Kim” dengan mengambil orang secara acak dan berkompeten untuk persiapan mengikuti Lomba Cerdik Cermat komunikasi yang diadakan oleh Walikota Surabaya. Fikser Camat Kecamatan Sukolilo berharap dengan adanya Kim Semanggi ini warga dapat disejahterahkan, karena Kim yang selama ini bekerja menyampaikan komunikasi secara dua arah. Hal ini memperkuat jalinan komunikasi antara masyarakat dengan Pemerintah Kota dalam menciptakan kota yang baik. (rdy)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
51
InfoMas
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
P
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
erbadanan Pembangunan Pulau Pinang, Malaysia melakukan kunjungan kerja di Surabaya selama 4 hari, sejak 23 – 26 Maret 2012 yang bertujuan untuk mempelajari konsep eco-city di kota Surabaya. Acara kunjungan ini dibuka langsung oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya Plasa Hotel. Delegasi dari Malaysia diikuti 30 orang pegawai Perbadanan Pembangunan Pulau Pinang bersama Ketua Delegasi Dato’ Mansor bin Haji Osman, Timbalan Ketua Menteri Pulau Pinang. Dalam sambutannya, Dato’ Rosli Jaafar, sebagai pejabat Perbadanan Pembangunan Pulau Pinang, mengaku sangat bangga mendapatkan kesempatan mengunjungi sekaligus mempelajari beberapa program eco-city di Kota Surabaya. Masih dalam acara pembukaan, Walikota Surabaya mempresentasikan pencapaianpencapaian dalam beberapa tahun terakhir terkait program eco-city di Surabaya. Eco-city adalah sebuah konsep kota yang hijau, sehat, dan bersahabat dengan lingkungan. Konsep ini harus menjawab persoalan perkotaan seperti permukiman, sistem transportasi, suplai energi, suplai dan ketersediaan air, serta aspek sosiokultural.
52 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
InfoMas
Perbadanan Pembangunan Pulau Penang, Malaysia
Pelajari Sejarah Taman dan Pengelolaan Sampah Warga Surabaya dapat berbangga hati karena ternyata Surabaya telah menjadi role-model tidak hanya bagi kota-kota lain di Indonesia, tetapi juga telah menarik perhatian negara tetangga, Malaysia. Dewasa ini eco city merupakan hal terpenting sebagai salah satu upaya mencegah dan mengatasi global warming. Dan, unsur terpenting dalam mewujudkan eco-city adalah ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Walaupun ketersediaan RTH di kota Surabaya masih belum memenuhi standard untuk eco-city, tetapi dalam beberapa tahun terakhir mengalami perluasan yang cukup signifikan. Tahun 2002 RTH yang tersedia adalah 225,58 ha. Pada tahun 2003 RTH di Surabaya meningkat menjadi seluas 252,79 ha. Selanjutnya pada tahun 2004 sampai dengan bulan September telah menjadi seluas 260,43 ha. Perluasan lahan terbuka hijau tersebut diantaranya adalah media jalan dan taman. Sedangkan pada tahun 2006, Surabaya memiliki 269,13 ha RTH atau sekitar 0,8 persen dari luas Kota Surabaya. Masih dalam kegiatan penerimaan kunjungan Perbadanan Pembangunan Pulau Pinang, Risma juga menjelaskan arah pembangunan kota Surabaya. Ia menyatakan bahwa Surabaya mesti menjadi metropolitan yang maju dan harus tetap dalam konsep home. Jadi,
bukan rumah sebagai kata benda, melainkan tempat bagi penghuninya yang penuh kasih sayang, kenyamanan, dan keamanan. Delegasi dari Malaysia ini pun melanjutkan lawatannya dengan mengunjungi beberapa tempat yang menjadi proyek percontohan ecocity, antara lain kunjungan ke Taman Ekspresi Undaan, Taman Flora atau yang lebih populer dengan sebutan Kebun Bibit, dan yang terakhir adalah mengunjungi Dukuh Setro-Kenjeran yang pernah meraih predikat ”Kampung Terbersih” di Surabaya. Sejarah mencatat bahwa lokasi Taman Ekspresi menyimpan sejarah kota Surabaya sebagai kota pelabuhan. Dan, salah satu pemberhentian perahu-perahu tersebut adalah di Jalan Genteng Kali, dimana Pasar Genteng berada. Kini lokasi tersebut telah disulap menjadi taman yang hijau dan asri. Di taman ini disediakan tempat untuk bermain anak-anak, tempat bersantai, panggung-panggung di tepi sungai, fasilitas mini library dan toilet. Di beberapa tempat diberi semacam diorama. Patung-patung setinggi kurang lebih 30 cm yang menggambar-
kan kehidupan manusia purba, masa Kerajaan Jawa, hingga proklamasi kemerdekaan. Meninggalkan Taman Ekspresi, delegasi dari Malaysia ini menuju Taman Flora Bratang. Taman seluas 2,4 hektar ini memiliki koleksi pohon yang sangat beragam. Selain itu taman ini juga disebut Techno Park, karena difasilitasi teknologi internet, ruang pembelajaran IT dengan 6 line jaringan komputer, software berbagai games interaktif untuk sosialisasi tentang lingkungan dan masalah sampah. Taman ini merupakan salah satu tempat favorit warga Surabaya. Lawatan ditutup dengan mengunjungi Dukuh Setro yang terkenal dengan program pengelolaan sampah atau Bank Sampah. Di sana dijelaskan bagaimana sampah/limbah rumah tangga dapat diolah menjadi suatu yang bernilai ekonomis. Kreativitas pemanfaatan sampah ini pula lah yang kemudian mampu meningkatkan kesejahteraan warga Setro. Selain itu delegasi juga mempelajari mengenai metode daur ulang sampah dan metode penjernihan air dari air sungai/ got. (fit).
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
53
InfoMas
Dukung Car-Free Day di Kawasan Balai Kota Surabaya
Walikota Hadiri Rapat dengan Ngonthel K
Car-Free Day (CFD) umumnya diadakan pada akhir pekan, Sabtu atau Minggu. Tetapi, CFD yang satu ini diterapkan pada hari Jumat.
54 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
awasan yang menjadi lokasi Car-Free Day tidak hanya di Taman Bungkul, Kertajaya, dan Tunjungan saja. Hari bebas kendaraan bermotor ini juga diberlakukan di sekitar lingkungan Balai Kota Surabaya. Segala aktivitas kendaraan bermotor dilarang ada di kawasan Jalan Jimerto, Sedap Malam, dan halaman Taman Surya. Ketiga jalan tersebut akan disterilkan dari segala jenis kendaraan bermotor mulai pukul 06.00 sampai 16.00 WIB. Pelaksanaan Car-Free Day dilakukan hari Jumat pada pekan terakhir setiap bulannya. Pelaksanaan Car-Free Day, wilayah sekitar Jl Sedap Malam dan Jimerto memang benar-benar steril dari kendaraan bermotor, baik roda dua dan roda empat. Untuk menertibkan jalannya kegiatan, di setiap sudut jalan dan perempatan Jalan terdapat beberapa petugas Satpol PP yang menjaga dan mengatur lalu lintas dan pengguna jalan. Terdapat pula pagar pembatas dan beberapa kendaraan yang sengaja diparkir untuk menutup akses masuk ke sepanjang Jalan Jimerto. Karena pelaksanaan Car-Free Day ini masih tergolong program baru, tidak heran jika banyak pengunjung dan tamu yang
InfoMas
Selesai rapat di DPRD Surabaya, Walikota Tri Rismaharini ngonthel kembali ke balai kota. FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
kaget dan terpaksa memarkir kendaraannya beberapa meter di luar kawasan Balai Kota. Tidak ketinggalan, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini pun harus mematuhi peraturan tersebut. Terlihat ketika beliau akan menghadiri rapat paripurna di kantor DPRD kota Surabaya, Ia memilih bersepeda onthel melawan arus bersama timnya (27/4). ”Ini sebagai langkah mendukung Car Free Day yang digelar,” ujarnya dengan santai Demi mentaati peraturan, tidak sedikit pejabat Pemkot yang berjalan kaki menuju kantor dewan dan memarkir kendaraan bermotornya menjauhi kawasan yang telah disterilisasi tersebut. Menurut Eddi, kepala Dinas Perhubungan kota Surabaya, kegiatan ini tidak lebih bertujuan untuk mengurangi polusi udara dan suara di sekitar kawasan Balai Kota. Walaupun banyak yang mendukung program ini, tidak sedikit pula yang masih belum bisa sependapat dan menerima sepenuhnya. Karena diterapkan hari Jumat, akibatnya tim-
bul kemacetan di Jalan Pacar, Kusuma Bangsa, dan sekitarnya. Banyak jamaah Salat Jumat yang memarkir kendaraannya di sana. Tidak heran jika keluhan yang paling banyak muncul adalah mengenai ketersediaan dan pengaturan lahan parkir yang masih belum rapi. Sehingga banyak pengguna jalan yang sedikit terganggu apalagi program tersebut masih belum tersosialisasi secara menyeluruh. Sebagai contoh seorang warga Surabaya yang hendak menuju ke Balai Lingkungan Hidup, terpaksa harus memarkir kendaraanya di areal SMA kompleks (SMA 2), dan berjalan kaki ratusan meter karena kendaraan bermotornya dilarang melintas di Jalan Jimerto. Menyikapi keberatan yang mucul, terutama yang berkaitan dengan fasilitas parkir, Eddi telah mempersiapkan beberapa alternatif solusi. Bagi warga yang terlanjur membawa kendaraan bermotor disediakan lokasi parkir di luar area CFD, tepatnya di Jl. Wijayakusuma. Khusus bagi masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan puskesmas parkir kend-
araan roda dua berada di Jl. Jaksa Agung Suprapto. Sedangkan seluruh mobil operasional Pemkot akan diparkir di belakang Gedung Balai Kota. ”Untuk parkir, kami siapkan di Jl Wijaya Kusuma, Jl Pacar dan Jl Jaksa Agung Surabaya. Kita bersyukur, pada pelaksanaan pertama ini berjalan lancar,” ujarnya. Kedepannya program ini akan terus dievaluasi dan dibenahi, seiring dengan terus dilakukan sosialisasi kepada warga sekitar. Sehingga program ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. Tidak menutup kemungkinan juga akan menular kepada SKPD-SKPD yang lainnya. Program Car-Free Day ini ternyata mendatangkan banyak berkah bagi beberapa penyedia jasa parkir di sekitar Balai kota. Salah satu juru parkir yang selalu mangkal di sepanjang Jalan Jimerto mengaku senang karena pendapatannya bertambah berkali-kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. ”Lumayan, bisa nambah rejeki,” ujar laki-laki paruh baya tersebut yang terpaksa menggunakan bahu jalan sebagai lahan parkirnya. (fit).
GAPURA GAPURA Vol. Vol. XLIV XLIV No. No. 6161 MEI MEI 2012 20125555
Parlementaria
Komisi B DPRD Surabaya melihat produk daging olahan
Komisi B (anggaran) DPRD Kota Surabaya, melakukan kunjungan, di RPH Jl Pegirian, Kamis (26/4). Dalam sidak tersebut anggota DPRD Surabaya ini ditemui langsung oleh Direktur Utama Rumah Potong Hewan (RPH), Nur Wahono.
D FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/RATNO
alam kesempatan tersebut Nur Wahono menyampaikan permasalahan serta kendala yang dihadapi RPH dalam memenuhi kebutuhan daging warga Surabaya. Kendala tersebut dialami seiring dengan larangan Gubernur Jawa Timur melarang masuknya sapi import ke Jatim. Nur Wahono menyampaikan RPH kekurangan stok sapi jantan yang akan disembelih. Sehingga dalam sehari, sapi yang dipotong sebanyak 315 ekor, yang 50 ekor adalah betina. Di sisi lain, tidak ada larangan dari pemerintah agar sapi dari Jatim hanya boleh dipotong di Jatim . Akibatnya, sapi pejantan banyak dibawa ke Jakarta.
56 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Parlementaria
Komisi B DPRD Kota
Surabaya Kunjungi RPH “Selama ini kami memasok kebutuhan daging sapi di Surabaya sekitar 90%. Kalau sapinya tidak ada maka akan terjadi kelangkaan daging. Namun, tidak semua sapi betina produktif. Sebagian besar adalah sapi betina yang majer atau sudah tidak bisa berproduksi lagi dan ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan dari dinas terkait,” ujarnya. Menanggapi kondisi tersebut, Tri Setijo Puruwito, wakil ketua Komisi B berharap, agar RRPH mematuhi larangan dari Gubernur Jatim. Sebab sapi betina terutama yang produktif, bisa dijadikan indukan dan juga penghasil susu. “Bila larangan Gubernur diberlakukan, Pemprov juga harus siap untuk menjaga ketersediaan stok sapi jantan di Jatim, khususnya di Surabaya. Tujuannya agar tidak sampai terjadi kekurangan stok sapi, sehingga dampaknya sapi betina pun disembelih guna memenuhi kebutuhan daging sapi di masyarakat,” ujar politisi PKS ini. Nur Wahono, menambahkan RPH terus berupaya melakukan ekspansi usaha. Sejak dulu RPH bisnis utamanya adalah tempat pemotongan hewan, kini beberapa usaha sudah dirambah,
di antaranya membuat rumah daging. Ini bertujuan menambah pendapatan yang selama ini hanya ditopang dari sektor retribusi pemotongan hewan dan sewa kandang. Bisnis rumah daging ini bentuknya semacam membuka frenchcise, yakni semua orang boleh membuka rumah daging. Sedangkan penyedia produk adalah PD RPH. Sasaran yang dibidik adalah kawasan perumahan. PD RPH memberikan syarat minimal ada ruang usaha berukuran 4 kali 5 meter, listrik minimal 2.200 watt dan tersedia freezer minimal 3.000 liter. Nur Wahono mengatakan secara umum bisnis daging yang dikelola RPH ini berpotensi menghasilkan keun-
tungan Rp 400-Rp 500 juta per bulan. Produk yang akan dipasarkan misalnya abon, daging atau bakso. Target dividen PD RPH saat ini mencapai Rp 467.500.000, atau meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu yakni Rp 370.000.000. Sedangkan pendapatan yang ditargetkan Rp 5.895.328.800, mengalami kenaikkan dari tahun 2011 Rp 5.887.026.480. Kenaikan ini karena PD RPH melakukan ekspansi usaha. Keuntungan itu nanti sebagai tambahan pendapatan menyetorkan dividen kepada Pemkot Surabaya sebagai owner PD RPH. “Kalau tidak di-support bisnis lain ya berat. Ini saja kita harus kerja keras,” katanya. (rz)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
57
Wisata Kota
Surabaya Tourism Destination Award Jelang Hari Jadi Kota Surabaya yang jatuh bulan Mei 2012 ini, Pemerintah Kota Surabaya menyiapkan beragam sajian acara. Tentu saja rangkaian acara yang dipersembahkan khusus untuk masyarakat Surabaya ini bertujuan memeriahkan Hari Jadi Kota Surabaya yang memasuki tahun usia ke-719.
A
cara pertama yang akan digelar sepanjang bulan Mei adalah Surabaya Shopping Festival. Lalu dilanjutkan dengan Surabaya Fashion Parade, Parade Budaya dan Pawai Bunga, Festival Rujak Uleg, Pemilihan Duta Wisata Cak dan Ning Surabaya, Pasar Malem Tjap Toenjoengan dan yang terakhir adalah Surabaya
58 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
Tourism Destination Award. Dari seluruh rangkaian acara yang akan diselenggarakan ternyata ada yang cukup istimewa. Kenapa istimewa? Berbeda dengan tahun lalu, pada perayaan Hari Jadi Kota Surabaya tahun ini diselenggarakan Surabaya Tourism Destination Award 2012 yang merupakan sebuah bentuk
GAPURA
penghargaan kepada para pengelola obyek wisata. Para pengelola obyek wisata secara langsung maupun tidak langsung sangat berperan dalam kepariwisataan Kota Surabaya. Surabaya Tourism Destination Award diselenggarakan atas kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Universitas Ciputra surabaya. ”Sebelumnya kami sudah pernah melaksanakan kegiatan yang sama, namun sasarannya adalah toilet toilet saja. Oleh karena itu kali ini kami memilih tempat tempat pariwisata di Surabaya,” kata Sri Nur Hayati, Kasi Pembangunan dan Pengembangan Bidang Promosi Dinas Pariwisata Surabaya saat ditemui Jumat (27/04).
Sebanyak 37 obyek wisata yang ada di Surabaya telah dikunjungi dan dinilai oleh dewan juri yang akhirnya menyisihkan 12 nominator obyek wisata. Uniknya dewan juri ini berwujud Mystery Guest atau tamu misterius yang berjumlah tiga hingga lima orang. ”Ke-12 obyek wisata tersebut akan memperebutkan tujuh kategori lomba, dan yang paling banyak memenangkan kategori lomba akan mendapatkan predikat Best of The Best dan Piala Walikota,” terang Sri. Ketujuh kategori lomba tersebut adalah Clean dan Comfort, Excellence Service, Communication Information, Creative and innovative, Entrepreneur Impact, The Most Favorite Destination, dan Best of the Best. Pemenang kategori lomba dari kedua belas obyek wisata tersebut dipilih berdasarkan vote atau SMS oleh masyarakat. Dengan mengirim SMS ke nomor: 081333000737 atau mengakses http://suarasurabaya.net/adv/ stda/index.php?first=1 masyarakat bisa secara langsung memberikan suara dengan meng-klik nama tujuan
wisata yang dimaksud. Selain itu setiap nominator juga akan menyelenggarakan acara yang berkaitan dengan obyek wisata dan akan dinilai langsung oleh juri. Semakin banyak vote yang didapat, maka peluang obyek wisata tersebut untuk menang semakin besar. Dua belas obyek wisata yang masuk dalam nominasi Surabaya Tourism Destination Award adalah: - - - - - - - - - - -
Ciputra Waterpark G-Walk Ciputra House Of Sampoerna Kampung Wisata Jambangan Kapal Wisata Artama 3 Pelindo Mangrove Wonorejo Kec. Rungkut Masjid Al-Akbar Masjid Muhammad Cheng Hoo Museum Kapal selam Museum Kesehatan Tugu Pahlawan & Museum 10 November.
Sri menjelaskan bahwa ide awal diselenggarakannya Surabaya Tourism Destination Award ini adalah dalam
rangka berbenah dan menggerakkan obyek wisata yang ada di Surabaya. ”Selama ini Surabaya memiliki banyak tempat wisata namun tak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaannya, jadi lewat Surabaya Tourism Destination Award ini nantinya lambat laun masyarakat mulai bisa mengenal,” urai Sri. Oleh karena itu diharapkan masyarakat bisa turut mengapresiasi tempat tempat wisata di Surabaya. Pengumuman pemenang Surabaya Tourism Destination Award akan diadakan pada tanggal 22 Mei 2012 yang sekaligus memperingati Hari Jadi Kota Surabaya. Ke depan, menurut Sri, ajang seperti ini akan terus dijalankan dengan tema berbeda tiap tahun, misalnya kuliner atau tema menarik lainnya. ”Oleh karena itu kami berharap yang menang nantinya bisa mempertahankan prestasinya dan berusaha untuk bisa menampilkan diri sebagai ikon wisata di surabaya sehingga bisa menarik pengunjung,” harap Sri. (din)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/DOK. & IST.
Wisata Kota
59
PKK
HUT Kesatuan Gerak PKK ke-40
Kilas Balik Pelaksanaan Program PKK Tahun 2011 T ”Keberhasilan ini dapat dicapai berkat adanya kerjasama yang baik antara pengurus dengan penanggungjawab kelompok yang ada di kelurahan. Sebagai reward, secara berkala ketua-ketua kelompok koperasi ini diberi tambahan pengetahuan dan keterampilan melalui sejumlah pelatihan”
60 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
P PKK Kota Surabaya baru saja menggelar peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK yang ke 40. Kegiatan yang dihadiri Walikota Surabaya selaku Ketua Dewan Penyantun TP PKK Kota Surabaya, Ketua PKK Jatim, dan para kader PKK itu selain dimeriahkan sejumlah lomba juga ada evaluasi kilas balik kegiatan TP PKK Kota Surabaya sepanjang tahun 2011. Wakil Ketua PKK, Mardi Juretta Mursyam didapuk menyampaikan kilas
balik tersebut. Selama tahun 2011, PKK yang terbagi dalam empat pokja dan satu bidang umum ini sudah menyelenggarakan sejumlah kegiatan. Laporan dari Bidang Umum misalnya, sejak bulan Maret hingga November 2011, TP PKK Kota Surabaya sudah berhasil melatih 1.398 ketua PKK RW, 1.398 Ketua PKK RT, dan 1.398 Ketua Dasa Wisma agar bisa melakukan pendataan dan pencatatan serta melakukan pembinaan dan penggerakan warga. Selama tahun 2011, PKK Kota Surabaya juga sering menjadi rujukan kunjungan dari sejumlah tamu dari luar daerah di antaranya dari Kota Malang yang ingin meninjau peran PKK dalam menunjang kegiatan kebersihan dan lingkungan. Selain itu juga ada dari Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalteng dan Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung menyaksikan aktivitas Pos Paud Terpadu, Pos Curhat dan Koperasi. ”Berbagai kegiatan SUPER juga su-
dah kami lakukan, di antaranya adalah SUPERBASS yaitu seribu perempuan membuat desain batik bersama, SUPERSCARF atau Seribu Perempuan Menghias Scarf Bersama, dan SUPERKISSAS Seribu Perempuan Melukis Sandal Bersama. Alhamdulillah semua kegiatan tersebut berhasil meraih rekor MURI,” jelas Bu Mursyam. Pokja I yang membidangi hukum, juga telah berhasil mengoptimalkan Pos Curhat untuk para ibu yang ingin berbagi permasalahan terkait KDRT atau pendampingan hukum. Sosialisasi perkawinan, perceraian dan konsekuensi hukumnya, sosialisasi identitas anak dan keadilan serta kesetaraan gender menjadi fokus perhatian dari Pokja ini. Bahkan, kader Pos Curhat di beberapa kecamatan sudah berhasil mendampingi korban KDRT hingga ke tingkat pengadilan, tak jarang pula para kader tersebut juga mampu mendamaikan perselisihan rumah tangga secara kekeluargaan. Sedangkan Pojka II yang membi-
dangi pendidikan, selain sukses dengan capaian bunda PAUD dan PPT nya, di bidang Pengembangan Kehidupan Berkoperasi, melalui Koperasi Surya Ibu Makarti yang didirikan mampu membukukan omzet lebih dari Rp 5 milyar dan aset sebesar Rp 2,2 milyar dengan jumlah anggota 1.338 orang yang terbagi dalam 124 kelompok. ”Keberhasilan ini dapat dicapai berkat adanya kerjasama yang baik antara pengurus dengan penanggungjawab kelompok yang ada di kelurahan. Sebagai reward, secara berkala ketua-ketua kelompok koperasi ini diberi tambahan pengetahuan dan keterampilan melalui sejumlah pelatihan,” tuturnya. Ada banyak pelatihan yang bisa diikuti oleh para kader PKK. Tahun 2011 lalu, para kader ini melalui pokja III, sudah pernah mengikuti sejumlah pelatihan di antaranya adalah pelatihan pemanfaatan sampah daun-daun kering dan juga pelatihan merias wajah, jilbab, dan sanggul. Semua pelatihan itu diadakan secara gratis. Mereka juga pernah memperoleh pelatihan Penguatan Usaha Batik Semanggi di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo. Bahkan, pada tahun 2011 lalu, PKK berhasil meraih juara Pakarti Madya II dalam Lomba Hatinya PKK (Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman) di tingkat Nasional yang diwakili oleh Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Dukuh Pakis. Selain menjadi juara Pakarti Madya II, TP PKK Kota Surabaya juga pernah menjadi juara I Lomba Posyandu Tingkat Provinsi Jawa Timur Kategori Kota, yang diwakili oleh Posyandu Melati, RW VIII Kelurahan Tambakrejo Kecamatan Simokaerto. Posyandu Melati ini sekaligus masuk dalam nominasi 6 besar tingkat nasional. (wnd)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
61
FOTO-FOTO: HUMAS KOTA SURABAYA/IST.
Perda
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2012
Tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
D
alam upaya meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang perparkiran serta untuk mewujudkan ketertiban, keamanan dan kelancaran lalu lintas, telah diatur ketentuan mengenai Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir. Salah satu penyelenggaraan perparkiran yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Daerah
62 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir adalah parkir di tepi jalan umum. Tempat parkir di tepi jalan umum merupakan fasilitas parkir kendaraan di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 huruf e Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum merupakan jenis retribusi jasa umum yang dapat dipungut oleh Pemerintah Daerah pada saat memberikan
GAPURA
pelayanan penyediaan parkir di tepi jalan umum kepada orang pribadi atau badan. Bahwa dalam rangka penyesuaian ketentuan mengenai retribusi daerah sehubungan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta dalam rangka pelaksanaan pemungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum di wilayah kota Surabaya, maka dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Perda di tepi jalan umum ditetapkan sebagai berikut : Untuk 1 (satu) kali parkir : 1. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah); b) kendaraan mobil sedan, pick up atau kendaraan lain yang sejenis dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.500,00 (seribu lima ratus rupiah).
dan Retribusi Daerah, perlu mengatur ketentuan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dalam Peraturan Daerah. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dengan mencabut ketentuan retribusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir. Objek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa parkir di tepi jalan umum dihitung berdasarkan jenis kendaraan dan jangka waktu pemanfaatan jasa pelayanan parkir. Struktur dan besarnya tarif parkir
2. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck dengan gandengan, trailer atau kendaraan yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah); b) kendaraan truck, bus atau alat besar/ berat yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah). 3. Kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah). Untuk 1 (satu) kali parkir di tempat parkir insidentil : 1. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah); b) kendaraan mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah). 2. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diper-
bolehkan (JBB) lebih dari 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck dengan gandengannya, trailer atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah); b) kendaraan truck, bus atau alat besar/ berat lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah). 3. Kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.500,00 (seribu lima ratus rupiah). Untuk 1 (satu) kali parkir di tempat parkir zona : 1. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari atau sama dengan 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah); b) kendaraan mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah). 2. Mobil penumpang dan mobil barang dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 3.500 kg (tiga ribu lima ratus kilogram), meliputi : a) kendaraan truck dengan gandengannya, trailer atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah); b) kendaraan truck, bus atau alat besar/berat lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah). 3. Kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah); 4. Kendaraan sepeda, dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah). (Sumber : Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Bagian Hukum Kota Surabaya)
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
63
Embun
(Lanjutan dari Edisi Sebelumnya)
MENGENANG UMUR MANUSIA (H. BEY ARIFIN, DARI BUKU MENGENAL TUHAN) 5.MASA DEWASA SEMPURNA yaitu umur 27 sampai 35 tahun. masa dimana pertumbuhan jasmani menccapai tingkat tersempurna dan terkuat dan begitu juga pertumbuhan rohani tiba di puncak kegiatannya. Akal dan pikiran seakan-akan terbuka dari segala tutup.sehingga dia menjadi terang dan jelas,tegas dan tidak ragu. Dia menetapkan rencana bagi diri dan keluarga,begitu juga terhadap bangsa dan tanah air nya.Untuk itu orang tak jemu-jemu nya membaca,mendengarkan segala hal yang menabah pengetahuan nya dan pengalaman hidupnya. 6.MASA PERTENGAHAN UMUR. yaitu umur 36 tahun sampai 40 tahun.Dimasa inilah manusia menjadi tetap.Dimasa inilah kebanyakan Nabi dan Rasul-rasul di angkat Allah menjadi Nabi.Dimasa inilah seorang sarjana menjadi ahli dan menciptakan pendapat baru.Disaat ini manusia ingin menjadi orang terkemuka,ingin menjadi orang yang berjasa terhadap masyarakat dan negara.Dimasa ini orang banyak berkorban untuk manusia,bangsa,negara dan tanah air,jadi mulai tidak mementingkan diri sendiri. 7.MASA SETENGAH TUA. yaitu umur 41 tahun sampai 50 tahun,dimana orang biasanya tidak mau lagi menyebutkan dirinya pemuda,sekali pun masih segan disebut sebagai orang tua.Tetapi ditinjau bahwa kebanyakan umur manusia adalah antara 60 tahun dan70 tahun,maka umur ini boleh kita namakan manusia tua, yaitu lebih dari setengah umur. Dimasa ini orang seakan-akan su-
64 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
dah bosan terhadap benda, tak begitu lagi doyan membicarakan benda.Orang mulai tak menyukai beberapa makanan dan minuman yang biasa nya sangat dia sukai.Mulai tak suka menonton bioskop sekalipun sebelumnya adalah menjadi kesukaan hidupnya . Pengalaman hidup selama 40tahun lebih, pengetahuan – pengetahuan yang telah dapat dikumpulkan selama 40 tahun lebih, menjadikan orang ini mulai mengarahkan akal dan fikirannya ke alam di luar alam benda. Perhatiannya terhadap soal mati, hidup sesudah mati, terhadap Allah dan agama mulai timbul. Kalau dimasa dewasa banyak orang berubah dari seorang anak yang baik, menjadi anak tidak baik, maka di masa sekarang ini, banyak orang yang tak baik berubah menjadi orang yang baik. Dulunya anti Allah dan agama, sekarng cinta Allah dan agama. Sebabitu di pandang dari segi keagamaan,adalah sangat beruntung manusia, yang dapat mencapai umur masa tua ini dalam hidupnya. Kalau sesudah umur 40 tahun manusia masih ugal-ugalan , masih berkecimpung dalam samudera maksiat (dosa), ini tanda nya bahwa orang itu akan menjadi ISI NERAKA, Kata IMAM GAZALI r.a. Inilah masa dimana manusia menjadi tenang tenang, kalm, sabar dan tabah. Orang -orang yang tak ada dasar pengetahuan agama , banyak di masa ini terperosok kepada aliran kebatinan yang mistik, yang membawa kearah kesesatan dan syirik. Ini masa keinsyafan dan kesadaran, Orang menginsyafi akan kesalahan
GAPURA
yang dilakukan nya sebelum masa ini . Dan orang mulai merasa menyesali semua perbuatanya yang jahat. Dimasa ini orang banyak bertobat dan minta ampun kepada Allah atas segala dosa yang di perbuatnya .Di saat ini orang mulai mendekatan diri kepada Allah dan mencoba hidup suci. Orang Islam secara Islam dan orang agama lain secara agama lain, begitu juga aliran kebatinan menurut alirannya masing-masing. 8 MASA MENURUN. Yaitu masa umur 51 tahun sampai 65 tahun.Masa segala kekuatan mulai menurun. Rambut menjadi putih , gigi berguguran , tulang belulang menjadi lemas, nafas dan paru sering sesak, darah atau jantung sering terganggu .Terasa oleh setiap orang yang mencapai umur ini, yang dia sudah mendekati liang kubur.Pikirannya hampir seratus peresen di tujukan ke arah persiapan untuk mati itu. Orang yang kosong dari kepercayaan agama dalam hidupnya, akan mengalami kegelisahan hidup yang tak terkirakan hebatnya . Gelisah menghadapi maut karena tidak ada pengertian tentang maut dan apa yang terjadi sesudah maut itu. Tetapi orang yang ada kepercayaan agama dalam hidupnya, dia tampaknya tenang dan ayem saja menghadapi el maut itu, sebab dia yakin akan ada hidup lagi sesudah mati itu. Orang yang Iman sungguhsungguh,malah tidak takut menghadapi mati itu. Sebab mati hanya perpisahan sementara dengan anak istri dan semua orang yang dia cintai dan kasihi
. Hanya yang paling banyak kesedihan hatinya , kalau dia masih banyak membawa dosa dalam menghadapi elmaut itu . Ya, amatlah beruntung manusia yang dapat mencapai umur ini,bila ditingkatkan ini dia benar sadar dan tobat. yang paling celaka , ialah manusia yang mencapai ini tetapi tak ada kesadaran dan tobat ini , malah dia berlagak dalam hidup seperti anak-anak muda belaka. Sabda Rasulullah.saw.: ” Sebaikbaik manusia , ialah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya , sejelekjelek manusia ialah orang panjang umurnya tetapi jelek amalannya .” 9. MASA TUA . yaitu umur 65 sampai 75 tahun. yaitu umur yang penuh dengan penderitaan dan keluhan, sebab seluruh bahagia badan sudah lemah dan berasa sakit.Orang yang kurang tabah, akan lebih menderita batin dalam masa ini. yang paling beruntung ialah orang yang mencapai umur ini,mempunyai anak cucu yang pandai membalas guna. 10. MASA TUA BANGKA. yaitu umur 75 tahun ke atas,yang lebuh hebat penderitaannya. Bukan saja semua anggota badan lemah dan sakit,tetepi mata tak dapat meliha dan telinga tak mendengar lagi.Badan terhampar di tempat tidur menunggu belas kasihan anak dan cucu. tak dapat dibayang kan penderitaan seorang yang mencapai umur ini,tetapi tidak mempunyai anak atau cucu yang akan megurusinya.Rasulullah saw,sering berdo’a agar beliau jangan sampai mencapai umur tua bangka itu. Untungnya,bila perasaan dan akal atau pikiran dapat bekerja baik,maka orang itu masih dapat merasakan enaknya hidup di dunia ini.Dan untung nya pula,orang yang mencapai umur ini biasanya,tidaklah takut menghadapi maut,bahkan saban saat dia bersiap menghadapi mati itu dengan segala
ketenangan dan keberanian. Sebagai penutup kita cantumkan beberapa Hadis Rasulullah saw. Telah bersabda Rasulullah saw: “Barang siap yang kami panjangkan umurnya dapat mencapai 40 tahun di dalam agama islam,akan di jauhkan Allah dari pada berbagai bala, yaitu gila,kusta dan sopak.Dan apa bila dia mencapai umur 50 tahun, Allah akan mengenteng kan perhisaban baginya,dan apa bila dia mencapai 60 tahun,Alaah akan memberi rezeki yang berupakan pendekatan diri pada Allah,dan apabila dia mencapai 70 tahun,diampuni Allah dosa nya yang dahilu dan yang sekarang,dan diberi gelar”ASIRULLAH”yaitu,”TAWANAN ALLAH”,dan akan mencintainya seluruh penduduk langit(Malaikat)”. Firman Allah Surah an-Nahl 70: ”Allah-lah yang telah menciptakan kamu, kemudian ia mewafatkan kamu. Diantara kamu ada yang di panjangkan umur nya sampai tua bangka , sehingga menjadi tak tahu apa-apa sesudah dia mengetahui segala-galanya .sesungguh nya Allah Maha Mengetahui dan Kuasa.” Firman Allah Surat Yasien ayat 68: “Dan siapa- siapa yang kami panjangkan umurnya , Kami kembalikan kejadiannnya ( sebagai anak kecil kembali), apakah kamu tidak pikirkan ?.” Begitulah kekuasaan Allah, karena Allah lah yang memendekan umur dan Allah pulalahyang memanjangkan umur seseorang .Manusia tidak dapat campur tangan sedikit juga dalam hal ini, sekalipun bagaimana juga tinggi pengetahuan di kuasainya. D a n cobalah pikirkan, bila
seorang y a n g bagaimana juga tinggi pengetahuan nya, bila di panjangkan Allah umurnya sampai menjadi Tua bangka , orang ahli itu kembali seperti anak kecil perangainya, dan tak tahu apaapa (pikun). Semua ini harus kita pikirkan dan renungkan , untuk melihat kebesaran Allah dan kelemahan diri kita manusia , agar kita sudi dan sanggup menyembah Allah . jangan membusungkan dada selalu terhadap Allah yang menciptakan diri kita dan alam seluruhnya . sejahat-jahat manusia ialah sombong dalam hidupnya , sombong terhadap sesama manusia, dan sombong terhadap Allah.[]
GAPURA
Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
65
Cangkru’an
Njegur ndik Kolam
Kopi Kucing
Onok kolam sing jare wong-wong ajaib ndik cedake ndesone Romlah. Dino minggu kapanane, Bores, Mukari karo Munakim mrono pingin mbuktino. “Sik aku disik sing njegur” jari Munakim karo umik-umik. “Kim, ojok umik-umik ae sing banter nek njaluk ben gak podho karo sing tak pingini” jare Mukari. “Ojok kuwatir, aku njaluk awakku koyok Binaragawan Ade Rai” jare Munakim buanter. Byuuurrr…. Munakim njegur ndik kolam. Bareng mentas temenan, arek iku awake duempal metutung koyo Ade Rai. Nontok Munakim isok duempal ngono, Mukari gak gelem kalah. Arek iku ket mbiyen ngefans karo Ahmad Dani. “Aku pingin koyok Ahmad Dani ..!” Mukari mbengok banter. Byuuuuurrr…. Gak let suwi arek iku langsung plontos, tapi jenggote Ahmad Dani pindah ndik gundule. Munakim murang muring “Lha aku kok koyok jin kartubi ngene” Bareng ndelok wong-wong isok malih, Bores mikir suwi, arek iku gak nyemplung-nyemplung, Jane pingin koyok Tukul tapi nek dijaluki tandatangan wong kampung dekne bingung. Bores mikir maneh, opo koyok Sule ae? Walah bingung. “Mbah awakmu ndang njegur, cik suwine se…. sopo ngerti jadi kinclong gak burek maneh” jare Munakim. Wis milih koyok Sule ae batine. Bores ancang-ancang arep njegur. Arek iku gak nontok onok boto ndik ngarepe, Bores kesandung. “ Juangggkriiikk….” Byuuuurr… Bores kejegur. Bareng metu…???
Sore-sore, Bores dolan ndik omahe Mukari, terus disuguhi kopi. Sawange kopine enak, Mukari cerito nek kopi iki akeh khasiate. “Iki kopi opo Ri, kok rodok kecut?” takok Bores, masi jarene kecut tapi nyruput bolak balik “Kopi istimewa. Iku aku nggawe dewe, isok ngilango pegel-pegel nek awakmu mari mbecak” “Kopi opo? Onok campurane empon-empon ta?” “Iku kopi kucing” Jare Mukari “Jenenge kok medeni, ojok-ojok sing ngombe nggarai nggereng” jare Bores karo nyruput maneh. “Koyok kupi luwak, tapi iki soko kucing” “Kucing mosok doyan kopi?” “yo nggak to. Kopi mentah iku digerus dicampur karo iwak asin, terus dipangan kucing” Mukari njelasno. Bores wis kroso gak enak. “Nek wis mari dipangan kucing, terus pas dekne nelek dipepe nganti garing, dideplok sampek lembut, terus diayak. Piye rasane? Enak to… iki awakmu sing pertama ngombe” PYUUUHHH…. Bores nyemburno kopine “Wedhuuussss” “Lha kok wedhus, iki kucing mbah…!” jare Mukari karo mlayo mergo Bores nyawat asbak, gelas, lepek nang Mukari.
Calon Ning Suroboyo Romlah arep melu lomba Ning Suroboyo. Arek iku njaluk Bores ngeterno mubengi Suroboyo ngapalno tempattempat wisata karo budaya Suroboyo, nggawe dokar. Mulai tekan monumen kapal selam, kenjeran, sampek bambu runcing. “Iki kapal selam opo Mbah? Kok gak onok banyune?” takok Romlah pas tekan monumen Kapal Selam. “Oalaaa Ning, wong kapal selam kok yo gak weruh, ojok ngisin-ngisini opo’o, mesti ae gak katik banyu wong iku monumen” jare Bores mecucu. “Iki kenjeran yo mbah? Cik apike akeh hisan kerang pating grandul” jare Romlah pas nontok Kenjeran. “Sesuk aku nggawe kalung soko kerang iki ae Mbah nek melu Ning Suroboyo”
66 Vol. XLIV No. 61
MEI 2012
GAPURA
Pas tekan bambu runcing, Romlah takok maneh. “Iki opo mbah?” takok Romlah karo ngelus-elus bambu runcing. “Iku bambu runcing Ning, tandane nek Suroboyo iki kota pahlawan. Arek-arek Suroboyo mbiyen nglawan penjajah karo bambu runcing” Bores njelasno karo rodok bludrek. “Oaalaa Mbaaah… ndik Suroboyo iki tibak’e onok wit pring sing guedhe koyok ngene iki to..?” jare Romlah. Bores gak nyauri arek iku tambah mumet nontok Romlah. Kok model ngene arep dadi Ning Suroboyo. “Wis Ning, gak usah melu ning-ning’an, ayo bali ae” jare Bores ngajak Romlah mulih. Pas munggah ndik dokar, ndadak jarane ngentut buanter. Romlah nutupi irunge. “Wah iki isok digawe bukti mbah, nek wong Suroboyo iku pancen hebat-hebat. Duwe wit pring guedhee, entute yo buanter koyok bom. Tepak wis…”
Wakil Walikota Drs.Bambang DH,MPd membuka superponis di grand city bersama ketua Tim Penggerak PKK Kota Surabaya Ny. Dyah Katar (1 Mei 2012)
Wakil walikota Drs.Bambang DH,MPd memberikan penghargaan kepada para kader PKK dalam acara HUT Kesatuan Gerak PKK ke-40 (23 Maret 2012)
Wakil walikota Drs.Bambang DH,MPd setelah meresmikan woscamall.com meninjau stand UKM di Ciputra World Surabaya. (5 Mei 2012)
Wakil walikota Drs.Bambang DH,MPd memberikan materi pada mahasiswa IKIP PGRI Adibuana pada acara seminar matematika. (5 Mei 2012)
Orpadnas Surabaya 2012