www.dprd-salatigakota.go.id
Artikel : Kebhinnekaan adalah Keniscayaan Edisi II Tahun 2017
Kota MULTI ETNIS Tidak harus Menjadi Kota Metropolis
ISSN : 2502-4817
9 772502 481007
Diterbitkan oleh : Humas Sekretariat DPRD Kota Salatiga
LENSA
Masyarakat Salatiga Sangat Menjunjung Tinggi Pluralisme
Foto: dibyo
Ketua DPRD Salatiga bersama Pj.Walikota tampak menghadiri acara Paskah bersama di depan Masjid Raya Darul Amal atau tepatnya di Lapangan Pancasila Salatiga.
I
badah Paskah bersama tahun 2017 ini digelar di depan Masjid Raya Darul Amal atau tepatnya di lapangan Pancasila Kota Salatiga. Tak salah kiranya bila Setara Institute menobatkan Kota Salatiga sebagai kota paling toleran di Pulau Jawa. Terbukti, aktivitas ibadah yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Gereja Salatiga (BKGS) tahun ini terealisasi tanpa hambatan apa pun. Dan terlebih lagi Lapangan Pancasila yang mempunyai empat akses masuk itu tidak diblokir oleh jajaran kepolisian Salatiga. Dalam prosesi ibadah Paskah kali ini, panitia membalut acara dengan nuansa Jawa dan mengusung tema Durjana Kang Manggih Kamulyan (penjahat yang memperoleh kemuliaan), musik yang dimanfaatkan untuk mengiringi lagu pujian terdapat seperangkat gamelan. “Selain untuk mengiringi ibadah Paskah juga untuk kesenian ketoprak, nanti malam juga untuk mendukung pertunjukan wayang kulit,” kata panitia. Populasi penduduk beragama Islam di Salatiga mencapai 75 persen. Sedang sisanya merupakan pemeluk Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Kendati begitu, perbedaan beragama tak membuat kalangan minoritas tersingkir. Hal tersebut yang membuat Lembaga Setara Institute menobatkan Salatiga sebagai kota paling toleran kedua se-Indonesia.(lint/ss)
2
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Foto: dibyo
SURAT PEMBACA Jalan TOL Salatiga Jangan Jadi Masalah Baru
K
etika Salatiga diguyur hujan yang agak deras ada rasa khawatir akan terjadi banjir disekitar jembatan tol Kauman Kidul. Air meluber ke jalanan akibat selokan di sekitar jembatan tol yang tidak mampu menampung debit air. Dahulu sebelum di bangun jalan tol memang air hujan meluber ke jalan namun tidak sampai terjadi banjir,karena air akan segera surut ke sawah dan saluran yang ada. Kini setelah jalan tol jadi saluran air menjadi dangkal dan sempit, tidak ada lagi sawahan atau lahan untuk menerima limpasan air hujan. Daerah yang dahulunya tidak pernah terkena banjir saat ini mulai merasakan banjir, seperti daerah Plompongan, Pasar Anyar, Blambangan bahkan Perum Manunggal II yang masuk di wilayah Kelurahan Kauman Kidul Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Mohon instansi terkait bisa membantu mengatasi masalah kami, agar kami kembali terbebas dari masalah banjir. Pelebaran, pengerukan endapan dan material di saluran dan sungai harus segera dilakukan agar air hujan lancar mengalir.(an) Doni Warga Kauman Kidul - Salatiga
Salatiga Rawan Tindak Penjambretan
A
khir-akhir ini banyak tersiar kabar pembegalan dan penjambretan di Kota Salatiga. Tidak hanya malam bahkan siang hari bolong pun aksi para kriminal ini semakin menjadi. Para penjambret ini menyasar para wanita yang mengendarai kendaraan bermotor. Modus mereka dengan membuntuti korban lalu memepet korban di jalanan yang sepi, kemudian menjambret barang bawaan terutama tas dan kendaraan. Kawasan di Jalan Lingkar Salatiga, Tetep Randuacir, Blotongan dan area di pinggiran Kota Salatiga menjadi lokasi yang dipilih para begal untuk melaksanakan aksi jahat mereka. Bahkan kemarin ada maling yang berani beraksi di Kantor Pemkot Salatiga,sungguh ironi. Kita sebagai warga Salatiga memohon aparat yang terkait masalah ketertiban dan keamanan baik dari TNI, Polri bahkan Satpol PP untuk bisa mengatasi persoalan ini. Sekiranya dapat dilakukan patroli di waktu dan lokasi yang rawan tindak kriminal. Bagi warga masyarakat Salatiga mari kita tingkatkan kewaspadaan lingkungan, jangan biarkan begal, jambret, maling berkeliaran di kota tercinta ini.(an) Irsanti Warga Salatiga.
Karikatur ojo nyingkur pluralisme lan toleransi
Oleh : Gatot R
dagelan PUNOKAWAN
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
3
REDAKSI EDISI II Tahun 2017
Daftar Isi 4 6 10 12 14
26 28 33 34
Redaksi: Perbedaan adalah Kemestian Mimbar: Kota Multi Etnis tidak Harus Menjadi Kota Metropilis; Toleransi, Syarat Kerukunan Warga Salatiga; Penerapan Kawasan Wasbang harus Tepat. Artikel: Salatiga Kota Bhinneka Tunggal Ika, Kebhinnekaan adalah Keniscayaan. Opini: Indonesia Mini, Ragam Budaya dan Etnis ada di Satu Kota. Laporan Utama: RT. 1 Butuh Kawasan Wawasan Kebangsaan; Salatiga Terbuka dalam Konsep Lingkungan dan Perbedaan; Salatiga Kota Ramah untuk Para Pendatang; Indonesia Mini Predikat Kota Bhinneka Tunggal Ika; Salatiga dalam Bingkai Kebhinnekaan; Komisi A belum. Wacana: Toleransi Mulai dari Diri Sendiri. Warta: Seputar Kegiatan Kota Salatiga. Profil: Pendekar SMK 2 Salatiga Peroleh 5 Medali Pencak Silat Campionship. Rileks: Tebak Wajah Jiwaraga 35.
Perbedaan adalah Kemestian
P
erbedaan adalah khazanah yang membuat kehidupan manusia dinamis, kreatif dan indah apabila perbedaan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang saling bertentangan, tetapi dipandang juga sebagai sesuatu yang variatif. Masyarakat Salatiga terdiri dari banyak perbedaan yang dikenal sebagai masyarakat multietnis. Yaitu masyarakat yang majemuk. Dengan adanya semboyan dalam lambang negara Republik Indonesia ”Bhinneka Tunggal Ika” (berbeda-beda namun satu juga) menunjukan bahwa sejak dulu masyarakat kita umumnya Indonesia telah dikenal sebagai masyarakat majemuk, yang ditandai oleh adanya berbagai ciri perbedaan yang khas, baik yang bersifat horizontal maupun vertikal. Perbedaan yang bersifat vertikal menyangkut perbedaan lapisan atas bawah baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik. Sedangkan perbedaan horizontal meliputi kesatuan-kesatuan sosial yang melekat pada setiap etnis seperti budaya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat, dan khas kuliner, serta hukum adat, atau simbol-simbol lainnya yang melekat pada setiap etnis. Perbedaan itulah yang membuat masyarakat Salatiga menjadi dinamis, keberagaman masyarakat Salatiga yang tetap rukun bisa dijadikan contoh bagi kota-kota lain. Aparat pemerintah dari Wali Kota, Ketua DPRD, Danramil, Danrem, Kapolres, dan Petinggi Lembaga-lembaga Pendidikan di Salatiga selalu bersama-sama menjaga kerukunan. Ini menjadi sebuah kebanggan bagi Salatiga bisa dijadikan sebagai kota tertoleran ke dua se Indonesia.(ss/ss)
Jiwaraga
Redaksi
Jendela Informasi Wakil Rakyat Salatiga
Diterbitkan oleh : SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA. PENASEHAT : Ketua DPRD, M. Teddy Sulistio, SE; Wakil Ketua DPRD, M. Fathur Rahman, SE., MM; PEMBINA : Wakil Ketua DPRD, Ir. Hj. Diah Sunarsasi; PENGARAH : Plh. Sekretaris DPRD : Agung Susetyo, SH; PEMIMPIN REDAKSI : Kepala Bagian Umum, Dra. Siti Nur Sholikhah; REDAKTUR PELAKSANA : Kepala Sub Bagian Humas dan Rumah Tangga, Budi Susilo, S.Sos; KOORDINATOR LIPUTAN : Kepala Sub Bagian TU dan Kepegawaian, Ady Indiasari, S.Sos; PELIPUT/PENYUNTING : Andy Wijayanto, S.Kom; Lukman Fahmi, S.HI; Dwi Kadarsih; Devyna Kristiyani; Sudibyo Budi Susanto, A.Md; Fatih Ashthifani; Lintang Ayu Dian Pangarsi; SETTING & LAY OUT : Putra Karya Offset; DISTRIBUSI : Udiono, Kusno dan distributor Kelurahan se-Kota Salatiga; ALAMAT REDAKSI : SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SALATIGA, Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga 50731 Telp/Fax. (0298) 326674. Redaksi menerima sumbangan naskah, tulisan, karikatur. Redaksi berhak mengubah atau mengedit tanpa menghilangkan esensinya. Tulisan/naskah yang dilengkapi foto dialamatkan ke Humas Sekretariat DPRD Kota Salatiga Jl. Letjend. Sukowati 51 Salatiga, atau ke email:
[email protected]. Bagi yang dimuat, akan mendapat imbalan.
4
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
MIMBAR
Kota MULTI ETNIS Tidak harus menjadi Kota Metropolis Foto: dibyo
Ketua DPRD Salatiga bersama Forkopimda menghadiri Kirab Dewa Bumi di Klenteng Hok Tiek Bio
Menurut beliau, keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan beberapa perguruan tinggi lainnya yang ada di Kota Salatiga, membuat Kota Salatiga didiami oleh 23 suku. Kendati begitu, masyarakat kita tetap menyatu dan sangat menjunjung tinggi pluralisme. Apalagi Salatiga sejak dulu telah menasbihkan diri sebagai kota pendidikan, hal ini jelas konsekuensinya adalah ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru Tanah Air sejak puluhan tahun lalu telah berdatangan. Namun mereka merasa nyaman tinggal di Salatiga. Perlu diketahui bahwa puluhan suku bangsa ada di Salatiga. Menurut Ketua DPRD dua periode ini, hal tersebut perlu dipertahankan, karena selama ini terbukti terjalin kerukunan. “Dalam konsep pembangunan kawasan Indonesia mini nanti misalnya perlu dibangun rumah adat yang mencerminkan suku-suku di Indonesia. Selama ini keberagaman suku dan agama itu telah ditunjukkan melalui pentas kesenian yang menampilkan adat dari suku-suku yang ada. Begitu juga berbagai agama juga bisa membaur dan saling toleransi tanpa ada gesekan” kata politikus PDI Perjuangan yang biasa disapa Bung Teddy ini. Toleransi sangat dibutuhkan, apalagi adanya pengaruh globalisasi yang memasuki semua lini kehidupan masyarakat kita yang tidak terkecuali juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Jangan sampai masyarakat kita tidak memperhatikan symbol dan kedaulatan negara,
J
awa Tengah bukanlah Jawa Tengah tanpa jika tanpa Kota Salatiga. Kota yang awalnya hanya 1 kecamatan dan mekar menjadi 4 kecamatan ini, tidak bisa dikecilkan dalam peran kota multi etnik. Kota yang mempunyai 43 etnik ini juga merupakan kota tertoleran kedua seIndonesia. Sebutan sebagai kota Bhinneka Tunggal Ika sangat tepat, karena Salatiga memang city to unite the nation. Namun kewaspadaan kita semua sebagai warga Salatiga tetap diperlukan. Hal ini karena perkembangan politik, sosial, ekonomi dan budaya saat ydnA :otoFini sungguh dapat membuat merosot dan memudarnya rasa kebhinnekaan yang tunggal ika di kota ini. Jika tidak diwaspadai, hal ini akan berujung pada hilangnya makna dan hakekat dari kebhinnekaan kita yang akhirnya dapat mendorong kepada dis-orientasi dan perpecahan. Menurut Ketua DPRD Kota Salatiga, M. Teddy Sulistio, SE, hal tersebut cukup wajar dan tidak mengada-ada, karena perkembangan politik, sosial, ekonomi dan budaya yang tidak stabil akan berdampak pada makna dan hakekat dari kebhinnekaan kita. Salah satu strategi yang tepat adalah membentuk perda Wawasn Kebangsaan, dan jika nanti disahkan, maka Perda Wawasan Kebangsaan ini satu-satunya yang ada di Indonesia. Bisa jadi Perda ini menjadi percontohan bagi daerah lain. “Kondisi masyarakat yang beragam dari berbagai suku, bahasa, dan agama di Indonesia bisa hidup rukun di Salatiga,” kata Ketua DPRD.
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
5
Foto: boedy’s
Upacara bakar batu di halaman Satlantas Polres Salatiga.
Wawasan Kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam perjalanan sejarah itulah terdapat gagasan, sikap, dan tekad yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat yang luhur. Maka, dengan disyahkannya perda Wawasan Kebangsaan diharapkan ke-Bhinnekaan yang Tunggal Ika di kota ini akan semakin terjaga. Banyak kehebatan di Salatiga yang perlu direalisasi. Impian Kota Salatiga untuk mensejahterakan masyarakatnya seperti tulisan Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam Prasasti Plumpungan, beliau seorang raja besar pada zamannya yang banyak memperhatikan nasib rakyatnya, termasuk Salatiga. “Pembangunan karakter National Building tak kan pernah hilang, termasuk membangun Salatiga sebagai Kota Kebhinekaan Tunggal Ika dan Wawasan Kebangsaan. Warisan kepada anak cucu yang sangat berharga adalah semangat kecintaan terhadap bangsa, toleransi, gotong royong, kepedulian, jiwa bersama bahwa kita hidup dalam satu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa sekat suku, agama dan ras” tandas Bung Teddy. Salatiga tidak harus menjadi kota metropolis, Salatiga tidak harus memiliki banyak Indomaret, dan Alfamart, namun Salatiga harus selalu memperhatikan dan mengembangkan Kebhinnekaan yang Tunggal Ika. “Hal itu perlu dikembangkan dan dipelihara, kebijakan pemerintah yang adil dan sehat, yang berpihak pada rakyat segala etnis dan golongan sangat ditunggu-tunggu masyarakat” tandas Bung Teddy.(ss/ss)
6
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
karena bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan merupakan sarana pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa kita” kata Bung Teddy. Membebaskan Diri Wawasan Kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum kolonial terus menggunakan politik “devide et impera”. “Kendati demikian, catatan sejarah perlawanan para pahlawan kita telah membuktikan tentang semangat perjuangan bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari tanah air”, Ujar Bung Teddy. Dalam perkembangannya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata. Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional. Kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan. Tekad perjuangan itu lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”.
Foto: boedys
Audiensi Ketua DPRD Salatiga dengan para penyandang difabilitas di Salatiga.
Ketua DPRD Perintahkan Bahas Draf Perda Difabel
K
etua DPRD Kota Salatiga, M. Teddy Sulistio, SE menegaskan bahwa ketidak adanya Perda Difabel di Kota Salatiga membuat sejumlah lembaga baik pemerintahan maupun swasta, tidak memberikan pelayanan maksimal kepada kaum difabel. Bahkan, beliau mengakui telah teledor dan akan segera membangun jalan khusus bagi kaum difabel di Gedung DPRD Kota Salatiga. ‘'Saya mengaku bersalah dan segera menutup kesalahan saya dengan membangun jalan khusus bagi warga difabel, agar dapat dengan mudah masuk ke rumah rakyat,'' tegas Ketua DPRD yang biasa disapa Bung Teddy. Selain itu, Bung Teddy juga memerintahkan agar draf Perda Difabel dibahas di tingkat fraksi dan komisi, sehingga Perda tersebut bisa segera diterapkan di Kota Salatiga. “Saya meminta agar draf Perda Difabel yang sampai saat ini belum selesai dan belum disahkan menjadi Perda segera dibahas di tingkat komisi dan fraksi, sehingga Perda tersebut bisa segera
diterapkan,'' kata Bung Teddy. Menurut beliau hal ini sangat mendesak, draf Peraturan Daerah (Perda) bagi penyandang difabel di Kota Salatiga harus segera dibahas kembali dan dapat disahkan tahun ini, karena Perda tersebut merupakan acuan seluruh kegiatan pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan yang sama kepada kaum difabel (berkebutuhan khusus), karena selama ini merasa masih dibedakan dengan warga lainnya. Koordinator Fokoes, M Rofii mengungkapkan bahwa Salatiga sebagai Kota Inklusif, harus bisa memberikan pelayanan yang sama kepada kaum difabel. Pelayanan tersebut berupa pelatihan, pemberdayaan kaum difabel, dan lainnya. Diakui, banyak lokasi kantor pemerintah dan swasta yang tidak dilengkapi fasilitas khusus difabel. Dia juga menyayangkan para orang tua yang merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus, sehingga tidak diberikan kesempatan yang sama dengan anak lainnya. “Kami meminta agar Perda tentang Pemenuhan Hak Kaum Difabel dapat direalisasikan, sehingga menjadi acuan semua pihak agar kaum difabel tidak disia-siakan,” kata Rofii yang mengalami cacat pada kedua kakinya.(lint/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
7
MIMBAR
TOLERANSI Syarat Kerukunan Warga Salatiga
Foto: dibyo
M. Fathur Rachman, SE. MM
S
udah menjadi realitas yang ada bahwa Kota Salatiga ini dihuni oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku. Maka sudah menjadi keharusan kita hidup di Salatiga ini rukun dan damai. Karena masyarakat yang berbeda tersebut, maka ditengah-tengahnya pasti ada perbedaan. Dan kita diharuskan untuk mewujudkan sikap toleransi dalam bermasyarakat. Dari keberagaman masyarakat yang ada ini, baik yang datang dari luar Salatiga atau pun yang asli penduduk Salatiga, mari kita ciptakan suasana yang nyaman untuk tinggal bersama-sama di sini. Kita dewan memiliki take line, melayani tanpa diskriminasi. Tentunya dengan slogan tersebut kita Andy upayakan dalam setiap pelayanan tidak Foto: akan membeda-bedakan asal masyarakat tersebut. Aksi kita dalam pelayanan tersebut, tentunya masyarakat harus sadar bahwa kita tidak bisa membeda-bedakan mereka dalam semua pelayanan. Demikian juga terkait dengan program Wawasan Kebangsaan yang digiatkan sebagai wujud penyeimbang perkembangan media informasi. Wujud dari peningkatan kembali pemahaman Wawasan Kebangsaan di tengah masyarakat kita ciptakan kebersamaan diantara mereka. Kalau pembinaan yang kita tujukan kepada masyarakat misalnya dalam wadah yang mewujudkan kerukunan antar umat beragama dan golongan sudah ada. Bentuk forum tersebut adalah adanya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Program lain yang ditempuh eksekutif dan sudah berjalan adalah penanaman Wawasan
8
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Kebangsaan melalui lembaga-lembaga formal yang ada, misalnya dimasukkan ke sekolah-sekolah. Di sekolah materi tersebut dimasukkan dalam materi pelajaran, ekstrakurikuler maupun bentuk kegiatan lain yang mendukung. Kegiatan semacam itu telah dilakukan sosialisasi kepada Ketua RT/RW, tokoh masyarakat, dan juga organisasi baik yang beranggotakan umum maupun khusus perempuan. Sedangkan di tingkat yang lebih tinggi seperti IAIN, UKSW, dan STIE AMA, instansi ini diisi oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai suku, maka program tersebut bisa dimasukkan ke dalam kegiatan yang bentuknya lebih efektif mengingat jenjangnya yang lebih tinggi. Bagi masyarakat umum yang tidak diwadahi dalam organisasi formal, maka penanaman semangat Wawasan Kebangsaan bisa dicari format yang mudah dan efektif pula. Misalnya saja dikumpulkan dan diberikan materi oleh para pakar, serta berikan simulasi atau permainan yang bernilai pemahaman akan Wawasan Kebangsaan itu sendiri. Jika hal tersebut dianggap target yang dicapai kurang maksimal karena masyarakat adalah warga yang tidak terwadahi dalam forum formal maka bisa saja sosialisasi dilakukan dengan media lainnya. Media tersebut bisa saja dengan tulisan-tulisan di majalah yang dibagikan secara gratis, pamflet dan lainnya. Bisa juga mengikutkan mereka dalam kegiatan yang telah ada di masyarakat, masukkan nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dalam kegiatan tersebut dengan materi yang gampang dicerna dan langsung bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa waktu yang lalu Setara Institute melakukan penelitian dan penilaian terhadap 94 kota di Indonesia untuk mempromosikan dan mempraktikkan toleransi beragama. Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka memperingati Hari Toleransi Internasional yang dirayakan tanggal 16 November 2015. Dari penelitian tersebut muncullah nama Kota Salatiga dalam urutan ke-dua kota toleransi beragama. Beberapa kota yang turut menduduki peringkat teratas adalah: Pematang Siantar, Salatiga, Singkawang, Manado, Tual, Sibolga, Ambon, Sorong, Pontianak, dan Palangkaraya. “Jadi baik dari segi agama, suku, etnis beragam yang menghuni Kota Salatiga, namun tidak ada masalah. Mereka mampu hidup rukun, tidak ada yang perlu ditakutkan akan pergolakan yang dimunculkan dengan menyebarkan isu SARA” Ujar Pak Maman.(lf/ss).
MIMBAR
PENERAPAN Kawasan Wasbang Harus Tepat
Foto: dibyo
Ir. Hj. Diah Sunarsasi
U
paya selama ini telah dilakukan baik pemuka agama, legislatif, eksekutif juga Forkopimda terkait dengan kerukunan antar umat beragama. Koordiansi antar pemuka, dan kegiatan lain yang berkenaan dengan kebhinekaan atau keragaman tersebut telah banyak dilakukan semua lapisan masyarakat Salatiga. Salatiga punya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang cukup aktif. Toleransi antar umat agama di Salatiga telah tercipta dan terkondisi dengan baik, juga antar ras. Namun hal tersebut perlu ditingkatkan, karena dalam perjalanan waktu pasti ada pergeseranpergeseran yang disebabkan adanya keterbukaan informasi, adanya perubahan perilaku, dan adanya perubahan pemahaman. Degan begitu kita harus selalu mengejar perkembangan dan perubahan yang ada secara terus menerus, apalagi Salatiga merupakan kota kecil yang penduduknya adalah kumpulan warga dari berbagai wilayah Nusantara maupun mancanegara. Masyarakat pasti menginginkan kedamaian, dan syarat kedamaian adalah kerukunan dalam kebersamaan. Kita tidak hidup dalam masyarakat yang sama akan tetapi didalam keragaman masyarakat atau heterogen. Bahkan dalam satu keluargapun juga berbeda pola pikirnya. Jika tidak ada kerukunan dan kebersamaan, bisa berakibat perpecahan dalam keluarga itu.
“Kita tidak bisa hidup sendiri, dalam kehidupan sehari-hari sangat memungkinkan terjadinya perbedaan, maka toleransi dan kebersamaan haruslah diutamakan” Kata Ir. Hj. Diah Sunarsai. Perlunya Wawasan Kebangsaan Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh dan menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional, meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi pemikiran politik bangsa. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual, geopolitik negara kita dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara dan politik luar negeri bebas aktif. Sedang geostrategi bangsa kita diwujudkan melalui konsep Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Guna memahami serta mempedomani secara baik ajaran yang terkandung di dalam konsepsi Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia agar dapat menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dari bagi setiap warga bangsa tentang posisi dan peran masing-masing ditengah-tengah masyarakat yang serba majemuk ini perlu adanya sosialisasi sampai lapisan masyarakat yang paling ydnA :otoF bawah. “Sistem yang digunakan dalam sosialisasi dan peningkatan pemahaman kepada masyarakat perlu kita sesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada. Jika sasaran sudah sesuai, maka target juga harus sampai ke masyarakat bawah, agar tidak terjadi ekstimisasi” tutur Ibu Diah Sunarsasi. Menurut beliau, dengan sosialisasi tersebut bisa menyisipkan ajakan dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat. Ditambahkan bahwa tujuan pemahaman terkait Wawasan Kebangsaan adalah guna membentengi masyarakat dari perubahan, dan perkembangan informasi. “Terkait dipilih kawasan Kebangsaan, kita harus benar-benar mencari kelurahan yang memang membutuhkan program tersebut”, tutup Ibu Diah Sunarsasi.(lf/ss).
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
9
ARTIKEL
SALATIGA Kota Bhinneka Tunggal Ika Kebhinnekaan adalah Keniscayaan *)
Oleh: Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
Kebhinnekaan adalah keniscayaan. Dalam perspektif dan keyakinan orang yang beriman, Kebhinnekaan memang merupakan kehendak Tuhan. Sekiranya Dia menghendaki tentu tidak sulit bagi-Nya untuk menciptakan umat manusia yang seragam, baik dari segi suku, agama, bahasa, dan sebagainya. Namun Tuhan dengan segala Kemahakuasaan dan Kemahabijaksanaan-Nya berkehendak menciptakan manusia di dunia ini bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, yang masing-masing memiliki bahasa, budaya dan karakteristik lainnya yang berbeda, termasuk dalam hal ini adalah juga agama dan keyakinan yang berbeda-beda.
K
ebhinnekaan itu paling tidak memiliki tiga tujuan atau manfaat sebagai berikut. Pertama, agar satu dengan yang lain saling mengenal, saling memahami, dan dengan pemahaman itu kemudian dapat bersikap bijak terhadap perbedaan yang ada. Kedua, agar saling mengambil manfaat antara satu dengan yang lain. Dengan keunggulan dan capaian masingmasing baik dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam bidang-bidang pengembangan peradaban lainnya, antara satu bangsa dengan bangsa lain dapat saling belajar, sehingga saling melengkapi dalam upaya melaksanakan tugas kemanusiaan yang paling utama, yaitu mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh penduduk di muka bumi ini. Ketiga, dengan kebhinnekaan itu diharapkan terjadi kompetisi atau perlombaan dalam melakukan dan mewujudkan kebaikan antara satu golongan
dengan golongan yang lain. Hal ini tentunya juga bermuara pada pencapaian tugas kemanusiaan yang hakiki, yaitu menciptakan kedamaian, kemakmuran dan kesejahteraan di muka bumi. Berdasarkan tiga hal tersebut, maka kebhinnekaan itu sejatinya memang diperlukan dalam kehidupan. Pada masa awal peradaban manusia, kebhinnekaan atau keragaman itu memang merupakan potensi perpecahan dan permusuhan. Terlebih lagi bila sudah dihadapkan pada perebutan sumber-sumber penghidupan yang terbatas. Pada era ini pengaruh hukum rimba mungkin masih kuat, di mana yang besar atau kuat, akan mengalahkan dan menindas yang kecil dan lemah. Namun seiring dengan perkembangan peradaban, di mana umat manusia sampai pada titik tertentu yang dapat mengakui adanya keberagaman itu dan berusaha untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni. Titik penting tersebut adalah berupa
Foto: Andy
10
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Bhinneka Tunggal Ika
kesadaran untuk mengakui dan menghargai eksistensi kelompok lain, sebagai sesama ciptaan Tuhan dengan segala hak azasinya. Dalam konteks kesalatigaan, kebhinnekaan itu telah berlangsung cukup lama. Sebagai kota kecil yang sejuk dan nyaman, sejak zaman pemerintah kolonial Belanda, kota Salatiga telah terbangun dan berkembang dalam kemajemukan. Hingga saat ini kebhinnekaan itu tetap terawat dengan baik, sehingga harmoni dan kedamaian masih bisa dirasakan. Relatif tidak pernah ada gejolak berarti yang dipicu semata-mata oleh perbedaan. Paling tidak ada tiga faktor yang mendukung persatuan dan harmoni dalam kebhinnekaan di Salatiga, yang harus dipertahankan. Pertama, masyarakat Salatiga relative berpendidikan tinggi, sehingga memiliki wawasan yang luas tentang hak azasi manusia serta bagaimana seharusnya hidup bersama dalam damai dan harmoni sesuai dengan konstitusi negara. Dalam hal ini lembaga pendidikan keagamaan juga memiliki andil, yaitu dengan mengajarkan pendidikan keagamaan yang moderat dan mengedepankan konsep rahmatanlilalamin. Hal ini penting untuk dipertahankan sekaligus untuk menangkal berkembangnya ideologi transnasional yang membawa bibit radikalisme dan intoleransi. Kedua, masih kentalnya nilai-niai budaya Jawa, terutama dalam kehidupan sosial. Nilai-nilai yang secara ringkas termuat dalam saloka (ungkapan
pendek yang sarat nilai sebagai rujukan dalam bersikap dan bertindak), antara lain: guyub-rukun, tepa-slira, rukun agawesantosa, dan menang tanpa ngasorake. Nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam ungkapan tersebut bila dihayati dapat menghilangkan potensi konflik karena perbedaan. Kedepan bisa saja nilai-nilai ini semakin luntur karena tidak diwarisi oleh generasi muda. Oleh karenanya diperlukan upaya dan langkah-langkah untuk melestarikan nilai-nilai tersebut pada generasi penerus. Ketiga, keteladanan para tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam merajut kebersamaan dan menciptakan kerukunan. Perilaku para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang menampilkan kebersamaan dan kesejukan kiranya menjadi contoh dan panutan masyarakat. Hal ini perlu dipertahankan, tidak hanya lintas agama, namun juga pada golongan atau aliran dalam suatu agama, sehingga kerukunan dan harmoni itu benarbenar tercipta pada semua lini. Demikian, semoga Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan kedamaian, kesejahteraan dan keberkahan kepada masyarakat Salatiga khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.(sy) ydnA :otoF
*)
Penulis adalah Rektor IAIN Salatiga
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
11
OPINI
Indonesia Mini Ragam Budaya dan Etnis Ada di Satu Kota Oleh: Ir. Hj. Andriana Susi Yudhawati, M.Pd.*) Salatiga memiliki keragaman budaya, etnis, ras, dan kepercayaan yang hidup dalam satu kota, sehingga Salatiga sering disebut sebagi “Indonesia Mini”. Keberadaan kampus UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) yang berdiri pada tahun 1956 juga menjadi salah satu pelengkap keberagaman yang hidup di Kota Salatiga, karena mahasiswa UKSW berasal dari berbagai macam daerah di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Ribuan Warga Sholat Iedul Fitri di Lapangan Pancasila Salatiga
S
alatiga adalah salah satu kota kecil dapat dijaga keharmonisannya oleh masyarakat kota Foto: Andy berada di tengah-tengah Kabupaten Salatiga hingga saat ini. Persoalan antar agama memang sangat rentan Semarang, Kota Semarang dan Kota Surakarta yang juga memiliki keragaman budaya, jika dibicarakan, di Indonesia pun perbedaan agama etnis, ras, dan kepercayaan yang hidup dalam satu masih terlihat sangat jelas. Namun sebagai kota kecil kota, sehingga Salatiga sering juga disebut sebagi yang berada di Jawa Tengah ini, Salatiga menunjukkan bagaimana sebuah kota bisa “Indonesia Mini”. Keberadaan kampus UKSW (Universitas harmonis dengan budaya dan agama yang berbedaKristen Satya Wacana) yang berdiri pada tahun 1956 beda. Adanya keseimbangan komunitas agama di juga menjadi salah satu pelengkap keberagaman Salatiga, membuat hampir tidak pernah terjadi yang hidup di Kota Salatiga, karena mahasiswa gesekan agama di kota kecil yang sejuk dan tenang UKSW berasal dari berbagai macam daerah di ini. Salah satu bentuk toleransi yang jelas terlihat di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke kota yang terkenal dengan enting-enting gepuk ini membuat Salatiga berkembang menjadi kota adalah penggunaan lapangan Pancasila sebagai pendidikan. lokasi kegiatan keagamaan. Keberadaan Universitas Kristen Satya Wacana Pada bulan Desember lapangan Pancasila ini (UKSW), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dan menjadi tempat ibadah merayakan Natal bagi umat beberapa perguruan tinggi lainnya, membuat kota kristiani se-Kota Salatiga, pada hari Raya Idul Fitri kecil ini didiami oleh lebih 23 suku. Keberagaman ini lapangan Pancasila juga digunakan sebagai tempat
12
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Foto: https://rosari0902.files.wordpress.com
Paskah Bersama di Lapangan Pancasila Salatiga.
untuk melaksanakan sholat Ied secara massal bagi umat Islam di Salatiga. Uniknya pada saat merayakan Natal, para pemuda Masjid Agung Darul Amal yang berdekatan dengan lapangan pun turut membantu kelancaran ibadah Natal dengan mengatur masuknya kendaraan dan mengatur para warga yang akan mengikuti ibadah. Setelah itu para pemuda masjid akan menyalami dan mengucapkan hari Natal kepada para umat Kristiani. Fenomena ini sangat berbanding terbalik dengan realita yang dihadapi Indonesia dimana umat Muslim haram mengucapkan hari raya Natal kepada umat Kristiani. Tidak hanya hari Natal, perayaan Paskah pun diadakan di lapangan Pancasila dan Masjid Agung Darul Amal tidak pernah merasa terganggu kendati mereka juga menggunakan lapangan tersebut saat Idul Adha. Prosesi memperingati Paskah dan Natal yang berlangsung di lapangan Pancasila, sebenarnya sudah berlangsung berpuluh–puluh tahun. Di lapangan yang sama, umat Muslim selama setahun memanfaatkannya untuk sholat Idul Fitri serta Idul Adha. Tak ada gesekan, tidak ada pula benturan. Semua berjalan normal seperti biasa karena masingmasing sangat menghargai pluralisme beragama. Kota Salatiga populasi penduduknya yang
beragama Islam mencapai 75 %, sedangkan sisanya merupakan pemeluk Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha dan Konghucu. Meskipun demikian perbedaan beragama tak menjadi kalangan minoritas tersingkir, hal inilah yang membuat Lembaga Setara Institute memberikan predikat Kota Salatiga menjadi Kota Paling Toleran kedua seIndonesia. Keberadaan Forum Keberagaman Umat Beragama (FKUB) di Salatiga juga menjadi salah satu ydnA :otoF kunci sukses dalam merawat keberagaman. Pertemuan antar pemuka agama maupun komunitas-komunitas pemuda juga sering dilakukan untuk memberikan kesadaran akan pentingnya toleransi antar-umat beragama, sehingga gesekan-gesekan dan konflik agama tidak pernah ada. Masyarakat sudah sedemikian menyadari ikut menjaga iklim sejuk di Kota Salatiga, ditengah keberagaman dan kebhinekaan masyarakat Kota Salatiga. Sehingga dengan slogan Kota Salatiga Hati Beriman, kota ini benar-benar menunjukkan bahwa toleransi agama dan pluralisme yang tinggi memang terbukti ada.(lint) *)
Penulis adalah Anggota DPRD Salatiga dari Fraksi PDI Perjuangan.
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
13
LAPORAN UTAMA
RW. 01 BUTUH Kawasan Wawasan Kebangsaan Saat kita melintasi di jalan Taman Pahlawan Kota Salatiga tepat di sebelah Kantor Kelurahan Kutowinangun Lor - Kecamatan Tingkir Salatiga terdapat Gapura yang bertuliskan “Wawasan Kebangsaan Butuh”, gapura tersebut bukannya tanpa maksud, akan tetapi gapura tersebut adalah akses jalan menuju kampung Butuh dimana kampung tersebut akan diproyeksikan sebagai percontohan kawasan Wawasan Kebangsaan bagi Salatiga.
Foto: sudibyo
K
ampung Butuh yang tepatnya melewati Jalan Taman Pahlawan Salatiga, dalam waktu dekat akan diproyeksikan sebagai kampung percontohan kawasan Wawasan Kebangsaan bagi Kota Salatiga. Kini disebelah Kantor kelurahan Kutowinangun Lor - Tingkir Salatiga telah ada gapura yang bertuliskan “Wawasan Kebangsaan Butuh”, gapura tersebut adalah akses jalan menuju kampung Butuh. Susilowanto tak pernah menyangka tempat dimana dia tinggal bersama warganya dikenal sebagai kampung berwawasan kebangsaan. Ditemui dirumahnya, Susilowanto selaku Ketua RW. 01 Butuh menceritakan awal mula kampungnya tersebut dikenal sebagai kampung berwawasan kebangsaan, hal tersebut tak lepas dari peran para tokoh diantaranya adalah Sajuri. SE, Bambang Sanyoto, Hadi Mulyono, Muhamand Muslih, Pdt. Paulus, ST Suwandi, Sigit Sundoro, Supriyanto,
14
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Sutrimo, serta seluruh Ketua RT, RW, PKK di kampung Butuh. Bermula dari beberapa tokoh agama. Tokoh tersebut mengajak rembugan Susilowanto membahas kondisi wilayah Butuh dimana terdapat beragam suku, agama dan budaya. Melihat kondisi yang ada serta masyarakat yang beragam, untuk mewujudkan sebuah kerukunan serta menumbuh-kembangkan sikap toleransi kehidupan bermasyarakatnya, di kampung Butuh, terdapat tempat-tempat peribadatan seperti Masjid, Kapel, Gereja dan Wihara dalam satu wilayah. Akhirnya para tokoh tersebut berinisiatif untuk menggagas wilayah dimana mereka tinggal untuk bisa dikukuhkan menjadi kawasan berwawasan kebangsaan. Lebih jauh dijelaskan oleh Susilowanto, menindaklanjuti gagasan para tokoh tersebut akhirnya pada bulan Oktober 2013 diselenggarakanlah sosialisasi terkait Wawasan
Foto: boedys
Susilowanto, Ketua RW. 01 Butuh Salatiga.
Kebangsaan dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat Butuh terkait pentingya Wawasan Kebangsaan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bertempat di balai RW Butuh sosialisasi tersebut diselenggarakan mengundang narasumber dari Rektor UKSW, Komandan Kodim, Kapolres. Bermula dari kegiatan tersebut akhirnya masyarakat sepakat wilayah mereka tinggal dicanangkan sebagai kawasan berwawasan kebangsaan. Sementara itu dukungan dari masyarakat terkait hal tersebut juga direspon baik, sejalan dengan pemikiran para tokoh diwilayah tersebut, sehingga kegiatan bermasyarakat bernuansakan Wawasan Kebangsaan berjalan dengan baik. Hal tersebut tercemin pada kegiatan yang diselenggarakan di wilayah tersebut. Pada event-event tertentu warga dalam melaksanaakan kegiatan bermasyarakat membiasakan menanamkan nilai-nilai yang mangandung cinta tanah air, tujuannya untuk menumbuhkan cinta tanah air, sikap toleransi, kerukunan kepada warga. Kegiatan tersebut diwujudkan diantaranya saat menghadiri acara pertemuan ditingkat RW diawal acara pertemuan tersebut diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan, selain itu kehidupan bermasyarakat kebudayaan bergotong-royang masih terpelihara di wilayah tersebut. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pada tahun 2016 masyarakat Butuh menyelenggarakan parade karnawal Wawasan Kebangsaan di tingkat RW, diikuti peserta perwakilan masing-masing RT di Wilayah RW. 01 kampung Butuh. Perwakilan masing-masing RT mengenakan kostum dan atribut
yang khas sebagai representasi keberagaman suku bangsa yang ada di Indonesia. Susilowanto mengaku senang atas terselenggaranya kegiatan tersebut, dia tidak menyangka meski dengan segala keterbatasan anggaran dan sarana prasaran namun warga tetap semangat dalam rangka mempersiapkan dan mensukseskan Parade Wawasan Kebangsaan. Usai menjelaskan kondisi kampungnya Ketua RW tersebut menunjukkan kepada kami keberadaan rumah peribadatan dari masing-masing agama di lingkungan RW Butuh. Memang benar adanya, kami melihat sendiri keberadaan Masjid, Kapel, Gereja dan Wihara yang berlokasi tidak jauh dengan rumahnya. Terdapat pula gapura di wilayah tersebut yang dibangun oleh warga namun gapura tersebut tidak seperti gapura pada umumnya, gapura tersbut dibangun dengan relief bernuansakan pura. ydnA :otoF Susilowanto berharap potensi yang ada diwilayah RW Butuh dapat diolah oleh pemerintah sehingga potensi yang sudah ada tersebut dapat memiliki nilai lebih. Dukungan sarana dan prasarana semoga bisa dikembangkan agar dapat menunjang potensi keberaraman yang ada. Sehingga dapat menguatkan Kota Salatiga dengan sebutan Kota Bhinneka Tunggal Ika. Semetara itu dukungan dari DPRD Salatiga terkait potensi yang ada di Salatiga tersebut, DPRD sedang menggagas pembentukan Perda Wawasan Kebangsaan, harapanya melalui Perda tersebut Pemkot memiliki dasar hukum yang kuat dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tujuannya untuk menanamkan nilai-nilai Wawasan Kebangsaan dalam kehiduapan bermasyarakat khususnya di Kota Salatiga. (sy/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
15
LAPORAN UTAMA
SALATIGA Terbuka dalam Konsep Lingkungan dan Perbedaan di Kota Salatiga, hampir semua suku yang ada di Indonesia bahkan warga ekspartiat hidup nyaman di kota yang terkenal sejuk dan ramah ini. Sehingga tidak terlalu mengada-ada jika Salatiga membranding dirinya sebagai Kota Bhinneka Tunggal Ika, Kota Indonesia Mini dan bahkan dijuluki dengan Kota Multi Etnis.
Foto: andy
J
ika diruntut ini bisa dijadikan acuan untuk Salatiga menjadi Kota Inklusi. Apa itu inklusi, inklusi adalah sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka, mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka dalam konsep lingkungan inklusi, berarti semua orang yang tinggal, berada, dan beraktivitas dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat merasa aman dan nyaman mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya. Terlebih bagi penyandang difabel. difabel (different ability, seseorang yang keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda dengan orang lain pada umumnya) sebagai salah satu komunitas masyarakat kadangkala tidak mendapatkan hakhaknya dan cenderung terpinggirkan. Beberapa waktu yang lalu DPRD Kota Salatiga melakukan audiensi dengan Forum Komunitas Difabel Salatiga (FOKOES). FOKOES hadir dan
dibentuk oleh beberapa komunitas difabel di Salatiga serta diprakarsai oleh Sahabat difabel Salatiga. Dari Rumah Rakyat, tanggapan serius langsung direspon oleh Ketua DPRD M. Teddy Sulistio,SE dengan mengusung pembentukan Peraturan Daerah (Perda) Difabel. “Perda ini akan menjelaskan tentang hak dan kewajiban penyandang disabilitas dengan para stakeholder.” Kata Bung Teddy Hal senada juga dikatakan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Salatiga, M. Fathur Rahman, SE. MM. “Kita akan libatkan penyandang disabilitas dalam penyusunan Perda Difabel ini sehingga ruh dari Perda ini akan sesuai dengan keinginan mereka.” Ungkap Pak Maman. Menurut Muh Rofi'i Ketua FOKOES, permasalahan difabel tidak hanya di ranah pendidikan, trotoar , penyediaan fasilitas umum bagi Difabel. Namun lebih luas lagi untuk mendapat hak yang sama dalam mengakses publik, pendidikan, Kesehatan bahkan ekonomi sekalipun. Penanganan difabel membutuhkan kerjasama banyak lintas sektoral yang di kerjakan secara simultan.
Foto: Andy
16
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
“Kami ingin terbukanya akses publik akan bisa meningkatan taraf hidup dan kemandirian bagi penyandang difabel di Salatiga.” Kata pria dari Tingkir ini. Selain itu misi dari pendirian FOKOES adalah untuk memberikan advokasi dan pendampingan kepada orang tua dan wali penyandang difabel serta menyelenggaraakan pembinaan dan pelatihan bagi penyandang difabel. Tidak heran jika kemudian paradigma masyarakat terlanjur memberi label negatif yang berdampak buruk bagi perkembangan sosial panyandang difabel. Implikasi sosial dari difabilitas dapat dilihat dari berbagai perlakuan dan kebijakan masyarakat tentang difabel. Tanpa disadari masyarakat cenderung memandang difabel dari segi negatif sehingga kebutuhan sosial penyandang difabel yang menyangkut partisipasi dan penerimaan sosial menjadi tidak terpenuhi. Ana Eviyanti, seorang ibu dari Foto: andy ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)ini, dahulu merasakan perlakukan yang diskriminatif , tindakan bullying, Drs. Sarmin, saat berjabat tangan tamu difabel di Gedung Dewan. keterbatasan akses dan minimnya bantuan bagi berkebutuhan khusus. Kedepan semua fasilitas ABK. Hal ini yang mendasari perempuan berhijab ini pemerintah dan fasilitas umum akan kita bangun untuk mendirikan Sekolah Terpadu "Rumah Pintar" agar ramah bagi penyandang disabilitas.” Kata Pak yang memberikan bimbingan plus terapi dan tempat Tedjo. belajar bagi ABK. Namun peran serta masyarakat sangat “Saya ingin perlakukan yang dulu anak saya diperlukan, karena lingkungan inklusi adalah terima tidak dirasakan lagi oleh ABK saat ini, Caca lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, putri saya telah mengajarkan banyak hal kepada meniadakan hambatan dan menyenangkan karena saya. Dia adalah guru yang paling pintar yang saya setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling punya.” Ungkap perempuan ini penuh haru. menghargai dan merangkul setiap perbedaan. Sekolah Terpadu "Rumah Pintar" menyediakan Seperti kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi layanan konsentrasi belajar, super / hiperaktif keluarga penyandang disabilitas, pelatihan trainer ydnA :otoF (ADHD), kesulitan menulis, mengeja, dan membaca bagi para therapist disabilitas yang diadakan oleh (dyslexia), terapi bicara (speech theraphy), ratardasi Sahabat Difabel Salatiga dan relawan SiGN Salatiga mental, down syndrome dan autis. beberapa waktu yang lalu, merupakan wujud nyata Sekolah Terpadu "Rumah Pintar" beralamat peran masyarakat dalam menciptakan lingkungan Jl. Suropati, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga, inklusi. Jawa Tengah 50721, Indonesia telepon +62 896Wakis, seorang penyandang disabilitas 7497-2646. mengungkapkan bahwa akses pelatihan dan Aspirasi penyandang difabel ini di tanggapi permodalan mutlak diperlukan untuk membuat serius oleh Pemerintah Kota Salatiga, melalui Kepala penyandang disabilitas bisa mandiri secara ekonomi. Bapelitbangda (Badan Penelitian dan Pengembangan Karena tidak dipungkiri bahwa peluang di dunia Daerah) Kota Salatiga, Drs. Tedjo Supriyanto,MM. kerja bagi penyandang disabilitas sangatlah Beliau mengatakan Pemerintah Kota Salatiga terbatas. akan mengalokasikan kegiatan dan bantuan yang “Kami mohon pemerintah Kota Salatiga bisa dibutuhkan bagi penyandang difabel melalui OPD memberikan kami pelatihan dan permodalan serta (Organisasi Perangkat Daerah) terkait serta memberikan kami peluang yang bisa kami ambil. berkerjasama dengan pemprov dan kementrian. Kami bisa jika kami beri kesempatan.” Kata pria “Setiap tahun kita memberikan bantuan alat berkursi roda yang mempunyai usaha kemoceng bantu dan santuan bagi warga Salatiga yang ini.(an/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
17
LAPORAN UTAMA
SALATIGA Kota Ramah untuk para Pendatang
Foto: iin
Ketenangan dan kesejukan Kota Salatiga menjadi kota pilihan bagi pendatang baik warga lokal maupun asing, walau hanya sekedar mampir, kuliner, istirahat, tinggal sementara/homestay bahkan berbagai aktivitas lainnya seperti bekerja dan sekolah tampaknya kota ini sangat representatif. Itulah mengapa ada Mountainview International Christian School salah satu sekolah berstandar internasional yang memilih Kota Salatiga sebagai tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan dari tingkat TK sampai SMA. Pelajar sekolah ini berasal dari berbagai negara seperti Amerika, Australia, Canada, Korea, Meksiko, Belanda, Singapore, Filipina Jerman, Inggris Jepang bahkan dari Indonesia.
B
erdiri sejak 1981, sekolah yang terletak di JL. Nakula Sadewa Raya No. 55 Dukuh, Sidomukti, Salatiga Jawa Tengah ini berkembang maju dan menjadi referensi bagi warga asing yang bekerja di Indonesia untuk menyekolahkan anaknya atau bahkan orang Indonesia untuk mempersiapkan anaknya sekolah lanjutan ke luar negeri. Adalah Scoot Martin pria berkebangsaan Amerika Serikat selaku Secondary Principal (Pemimpin Sekolah) ini mengisahkan bahwa sebelum memilih kota ini untuk mendirikan sekolah memang melakukan study dan survey untuk kelayakan bagi warga asing yang tinggal dan bersekolah di Indonesia. Akhirnya Salatiga yang menjadi pilihan karena kota kecil yang tidak terlalu bising, tidak ada kendala macet, berhawa sejuk, memiliki posisi yang strategis di sekitar kota besar seperti Semarang, Solo dan Yogyakarta, dan yang terpenting situasi sosial budaya yang tenang, nyaman dan ramah. Salatiga begitu plural, rumah bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya, agama,
suku yang berbeda-beda namun hidup berdampingan dengan harmonis. Kondisi lingkungan seperti ini sangat mendukung proses belajar dan mengajar di sekolah internasional ini, karena sangat memberi andil bagi kemajuan sekolah. Pelajar sekolah Mountainview International Christian School yang berasal dari berbagai negara ini memiliki latar belakang budaya yang tentu juga berbeda, namun di Kota Salatiga mereka bisa membaur dengan pelajar-pelajar dari sekolah lokal misalnya dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti event pertunjukan, pertandingan olahraga, dan hubungan pertemanan ini terus berlanjut, sampai kelulusan dan kembali ke negara masingmasing, mereka masih menjalin komunikasi dengan teman-teman di Indonesia lewat sosial media internet. Di sekolah ini ada sekitar 15 persen pelajar dari Indonesia bahkan ada juga warga Salatiga yang menyekolahkan anaknya di tempat ini. Mr. Scoot Martin yang tinggal di wilayah Kembang Arum dan sudah tinggal di Salatiga selama
Foto: Andy
18
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Foto: iin
Scoot Martin, Pemimpin Sekolah Mountainview International Christian School Salatiga.
7 tahun ini menceritakan kisah bagaimana awal mula dia mendengar tentang Indonesia melalui media, ada banyak berita yang dibaca mengenai kondisi sosial, politik, budaya dan keamanan di negara ini, saat itu memang ada perasaan berkecampuk karena memang belum pernah ke Indonesia, namun dia tidak mengambil kesimpulan dari satu sisi saja dan terus berfikir secara luas bahwa pasti ada sisi yang pasti baik dan menarik dari Indonesia. Saat tiba pertama kali di Indonesia, dan menuju ke Kota Salatiga dia sama sekali tidak memahami tentang budaya dan bahasa di kota ini, sehingga dia harus berusaha keras untuk berdaptasi di lingkungan sekitar, walau tidak mudah namun dia tetap senang dan berharap bisa diterima dilingkungan baru nya dengan baik. Ada kisah menarik ketika itu, dia mengendari kendaraan dan bertabrakan dengan warga sekitar, dalam benaknya ia akan mengalami masalah besar, karena berurusan dengan warga setempat, namun diluar dugaan membuat hatinya tersentuh, karena warga sekitar berduyun-duyun membantu, menolong dan memberi pengobatan, bahkan orang yang tadi terlibat kecelakaan, meminta maaf. Sejak saat itu, dia sangat bersimpati dengan warga sekitar. Bahkan untuk sekedar jajan ke warungpun dia sudah tidak canggung lagi, bahkan anaknya pun yang telah di Amerika, ketika ke Salatiga yang dituju adalah warung-warung sekitar.
“Memang makanan Indonesia itu unik terutama sate, soto dan nasi gorengnya, warungwarung makan Indonesia itu enaknya karena ada keramahan penjualnya”, guraunya. Namun diakuinya bahwa proses beradaptasi dengan lingkungan itu tidak mudah karena membutuhkan proses waktu dan pemahaman yang sama, karena adat dan kebiasaan masyarakat setempat harus diterima sebagai bagian dari kehidupan yang wajib dihargai, serta senantiasa menjaga tata tertib lingkungan bersama. Sebagai orang asing yang tinggal di kota kecil ydnA :otoF Salatiga ini, Mr Scoot Martin berpendapat seperti bahwa kendala pasti ada, namun itu bisa diselesaikan dengan baik. Keberadaan sekolah ini juga ikut membawa dampak kemajuan ekonomi dan kesejahteraan di sekitar, seperti berdirinya tempat usaha pertokoan, rumah makan, cafe dan usaha jasa seperti laundry, travel, tempat kontrakan rumah dan seterusnya. Bahkan ada beberapa warga yang diterima bekerja di sekolah ini sebagai pegawai, tenaga kebersihan dan satpam. Kemajuan kota ini sangat terasa, semua kebutuhan orang asing sampai bahan baku untuk memasak pun sudah ada toko yang menyediakan. “Hanya saja kalau saya ingin melihat bioskop harus ke luar kota dulu” candanya. Namun hal ini tidak menjadikan hal yang prinsip, karena Salatiga sudah menjadi tempat yang sangat nyaman untuk tinggal dan belajar. Indahnya
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
19
LAPORAN UTAMA
Indonesia Mini Predikat Kota Bhinneka Tunggal Ika Kota Salatiga terletak ditengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, ibaratnya seperti kuning telor ditengah putih telor saat diceplok. Salatiga dihuni masyarakat dari berbagai suku, agama, ras dan golongan. Maka julukan Indonesia Mini layak disandang Kota Salatiga.
Foto: KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Atraksi liong atau naga di Wihara Dhanagun
S
alatiga, sebuah kota kecil namun banyak, dan terkenal dengan sebutan Indonesia Mini karena adanya keanekaragaman suku bangsa, agama dan ras berikut adat istiadatnya. Semenjak dahulu Salatiga menjadi jujugan para ekspaktriat saat penjajahan Belanda. Hawa yang sejuk, kota yang nyaman dan tersedianya infrastruktur yang lengkap saat itu menjadikan Salatiga nyaman sebagai tempat hunian. Keberadaan Universitas Satya Wacana (UKSW) yang dulunya bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI) pada tahun 1956. Diawal pendiriannya 5 (lima) jurusan yang dimiliki UKSW diampu oleh 23 orang dosen yang berasal dari Amerika Serikat, New Zealand, negeri Belanda dan Indonesia, dengan 107 orang mahasiswa yang berasal Pulau Jawa, Batak (Sumatera Utara), Kalimantan,Toraja (Sulawesi Selatan), Manado (Sulawesi Utara), Ambon (Maluku), Timor Sumba
20
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
(NTT) dan etnis Tionghoa menjadi cikal bakal Perguruan Tinggi ini memiliki identitas Indonesia Mini. Kini setelah memasuki usia 60 tahun UKSW memiliki 56 program studi (progdi) yang tergabung dalam 14 fakultas, 3 progdi Diploma III, 1 progdi Diploma IV, 39 progdi S1, 10 progdi S2, 3 progdi S3 dan mengampu 16.322 orang mahasiswa dari 34 suku bangsa yang ada di Indonesia serta 52 mahasiswa asing. Keberadaan mahasiswa yang menempuh studi di Kota Salatiga, dengan membawa budaya masingmasing daerah menjadi proses alkulturasi budaya. Tidak sedikit mereka akhirnya setelah menyelesaikan pendidikannya memutuskan untuk menetap dan menjadi tokoh di Kota Hatti Beriman ini.Salah satunya John M Manoppo mantan walikota Salatiga yang berasal dari Sulawesi Utara adalah lulusan UKSW, dan masih banyak tokoh nasional bahkan internasional yang dilahirkan Pun demikian dengan IAIN Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang menampung mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Perguruan Tinggi yang awal berdirinya merupakan cabang dari IAIN Walisongo Semarang.Diawal berdirinya IAIN Salatiga hanya terdiri dari satu Fakultas Tarbiyah dengan sekitar 300 orang mahasiswa, namun saat ini mempunyai sekitar 5100 orang mahasiswa yang dengan 5 fakultas, 19 progdi S1, 1 progdi D3 dan 1 progdi S2. Salah satu lulusan dari IAIN Salatiga adalah Nono Rohana,S.Ag, anggota Komisi A Bidang Hukum dan Pemerintahan Kota Salatiga. Dan yang menarik beliau adalah putra Sunda yang telah nyaman berada di Salatiga. “Salatiga adalah kota multi etnis, untuk itu kebhinnekaan ini harus tetap kita jaga jangan sampai tercerai berai dengan masalah yang ditimbulkan oleh kepentingan kelompok. “ kata Politisi PKS ini. Pak Nono Rochana mengatakan keberadaan hampir semua suku yang ada di Indonesia di Salatiga dengan berbagai agama dan kepercayaan masing masing yang hidup rukun ini semakin menasbihkan Salatiga sebagai miniatur Indonesia.
Foto: http://www.ardiannugroho.com
Komisi A DPRD Kota Salatiga
“Toleransi antar umat beragama sangat kental terasa, Masjid Pandawa berdiri berhadapan dengan Gereja Bethany.Saat perayaan Natal di Lapangan Pancasila tetap berjalan khidmad meskipun bersamaan dengan kumandang Adzan Subuh dari Masjid Darul Amal, ini sungguh sangat indah dan mungkin hanya terjadi di Kota Salatiga.” Ungkap pria religius ini. Bahkan saat Kota Salatiga berlangsung Pemilihan Kepala Daerah PILKADA tahun ini dimana isu SARA yang berkembang di DKI Jakarta dikhawatirkan berimbas ke Salatiga, namun kekhawatiran itu tidak terbukti. Salatiga kembali menunjukkan bahwa toleransi dan kerukunan beragama telah mendarah daging bagi warga Salatiga. Sudiyono, anggota Komisi A dari Partai Golkar mengamati fenomena keberagaman dan kemajemukan ini adalah berkah dan menjadi kekuatan bagi Salatiga. Karakteristik masyarakat Salatiga berbeda dengan daerah lain, sehingga isu SARA tidak akan berpengaruh. “Hingga saat ini tidak pernah terjadi gesekan dan konflik terkait SARA, ini yang harus tetap kita jaga oleh para stakeholder. Jika pun ada gangguan ketertiban yang ditimbulkan karena perbedaan budaya masih dalam batas kewajaran. Kita harus buktikan bahwa Salatiga adalah kota paling toleran se-Jawa ” Kata Pak Dion. Upaya menjaga kondusif Kota Salatiga dilakukan oleh banyak pihak. Baik instansi pemerintah, militer akademisi bahkan kalangan
pemuka agama dengan sekuat tenaga berupaya melestarikan nilai toleransi di Salatiga. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Salatiga misalnya, secara periodik melakukan sosialisasi terkait masalah Wawasan Kebangsaan ini. Dengan mengarah ke audiensi dikalangan anak muda mulai dari tingkat menengah pertama, menengah atas hingga tingkat perguruan tinggi. Drs. Susanto, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Salatiga mengatakan perlu tindakan untuk meningkatkan pemahaman pengamalan nilai-nilai solidaritas dan gotong royong di era saat ini terutama dikalangan muda Indonesia. ydnA :otoF“Energi dari para kaum muda ini bisa dimanfaatkan dari potensi juang menjadi daya juang, sehingga kedepannya para generasi muda ini bisa merawat dan mempertahankan nilai nilai Wawasan Kebangsaan terutama semangat solidaritas dan toleransi.” Kata pak Santo. Di zaman yang serba digital hingga dapat dikatakan tidak ada batas antar negara dan budaya. Perkembangan ini selain menjadi berkah namun bisa menjadi musibah. Berkembangnya paham-paham radikalisme yang mengarah ke disintergrasi bangsa dan anti pluralisme harus dicegah secara dini. Di Salatiga telah dirintis sekolah ber-Wawasan Kebangsaan, sekolah yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan , cinta tanah air serta menghargai keBhinnekaan dalam ke-Tunggal Ika-an. Karena di tangan generasi muda inilah tongkat estafet bangsa ini akan diserahkan.(an/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
21
LAPORAN UTAMA
SALATIGA dalam Bingkai Kebhinnekaan adalah Potret Kota Berwawasan Kebangsaan Dalam kehidupan bermasyarakat Kota Salatiga telah banyak belajar arti pentingnya nilai kebersamaan dalam perbedaan. Menyadari betul bawah Negara ini lahir dari keberagaman, maka kita harus menghargai sejarah sebagai semangat Kebangsaan, dimana sebagai generasi penerus kita harus memahami arti Wawasan Kebangsaan yang merupakan cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap bangsa Indonesia dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Foto: boedys
Ketua Komisi C DPRD Salatiga H. Kemat S.Sos (kanan) bersama pemimpin Salatiga.
M
engapa Wawasan Kebangsaan harus ada? Wawasan Kebangsaan adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam. Serta dapat mengembangkan perilaku batiniah ( jiwa, semangat, mentalitas ) dan lahiriah ( tindakan dan perilaku ) sebagai mencerminkan identitas jati diri/kepribadian bangsa berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan rasa nasionalisme yang
22
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
tinggi dalam semua aspek kehidupan nasional. Salatiga sebagai kota kecil yang merupakan bagian dari NKRI ini juga harus ikut serta mengambil bagian untuk menjaga keutuhan, kedamaian dan persatuan sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan. Kita menyadari bahwa tantangan kedepan memang tidak mudah karena situasi dan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan berbangsa. Sehingga diharapkan dengan pemahaman Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia dengan baik dan benar akan memberi konstribusi bagi kita untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan jaman. Wacana ini mendorong DPRD Kota Salatiga untuk mengawal kebijakan Wawasan Kebangsaan
Foto: boedys
H. Kemat, S.Sos
melalui Perda Inisiatif DPRD Kota Salatiga dalam rangka mempertahankan kebhinekaan di Salatiga, menurut Ketua Komisi C ( Bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat ) M. Kemat, S. Sos. “Regulasi ini telah dirancang dan diupayakan masuk dalam Rancangan Peraturan Daerah (Raperda), dan telah diajukan ke DPR RI, ungkap pak Kemat. Menurut M. Kemat dalam rangka mengawal Raperda tersebut walau masih dalam proses disahkan atau belum, DPRD akan tetap berjuang keras menuju mempertahankan dan bahkan meningkatkan kesejukan iklim toleransi di Kota ini. Meskipun Salatiga sebagai kota kecil namun latar belakang masyarakatnya sangat majemuk berasal dari berbagai daerah, yang terdiri dari suku, ras dan agama berbeda-beda yang telah hidup menetap dan berdampingan secara harmonis, saling toleransi, hormat menghormati sehingga terwujud kenyamanan hidup bermasyarakat dan bernegara. Dan yang perlu disyukuri adalah Salatiga sangat kondusif, belum ada catatan sejarah mengenai terjadinya gejolak dengan alasan perbedaan tersebut. Menurut M. Kemat kenyamanan Salatiga ini adalah nilai lebih yang patut kita banggakan, namun kita jangan lengah karena tantangan ke depan tidak mudah, kita harus siap menghadapi perubahan zaman melalui adanya modernisasi dan globalisasi yang juga ikut mempengaruhi atau mungkin mengubah berbagai unsur kehidupan. Dalam menyingkapi perubahan kita harus bijaksana karena tidak selamanya membawa dampak buruk, bahkan ada beberapa faktor yang memberi manfaat dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga keutuhan bangsa ini seiring dengan kemajuan zaman, dengan waspada terjadinya beberapa hal seperti dekadensi moral yaitu melemahnya atau terkikisnya nilai-nilai
kemanusiaan, kasih sayang dan kebersamaan didalam diri manusia yang melahirkan karakter mementingkan diri sendiri dan tidak mempedulikan nasib sesamanya. Intoleransi adalah suatu kondisi jika suatu kelompok tertentu secara spesifik menolak atau menerima adanya perbedaan, yang saat ini marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Permasalahan ini dapat kita hadapi bersama apabila kita memiliki komitmen untuk menjaga NKRI dengan meneruskan warisan leluhur diantaranya adalah kekeluargaan, musyawarah untuk mencapai mufakat dan gotong royong, sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia. Salatiga sebagai contoh kota yang menjaga kedamaian dan toleransi ini harus terus melestarikan dan mempertahankan, dengan berbagai upaya seperti memberikan pendidikan karakter untuk saling menghargai dan pemahaman kebhinekaan yang ditanamkan sejak dini dari PAUD sampai Perguruan Tinggi, melaksanakan sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat dari lintas lembaga, oragnisasi kelembagaan, keagamaan yang diharapkan turut serta menjunjung tinggi adanya keberagaman. “Di Salatiga juga direncanakan akan ada program pembangunan fisik bernuansa kebhinekaan yang melibatkan masyarakat seperti membangun gapura di kampung, balai pertemuan di RW dan kelurahan.” demikian di tegaskan M Kemat. Demi keutuhan nusantara/nasional setiap warga bangsa dan aparatur negara harus berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dengan berlandaskan asas kepentingan/tujuan yang sama, keadilan, kejujuran, solidaritas, kerjasama dan kesetiaan terhadap kesepakatan Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan harus berusaha untuk mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan demi tercapainya tujuan nasional. Dan menjamin kepentingan nasional ydnA :otoF dunia yang serba berubah dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman (pendapat,kepercayaan,dsb) memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan dapat bersatu guna memelihara keutuhan negaranya. Suatu bangsa dalam menyelengarakan kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, yang didasarkan atas hubungan timbal balik antara filosofi bangsa, idiologi, aspirasi, dan cita-cita yang dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat, budaya dan tradisi, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman sejarah. Upaya pemerintah dan rakyat menyelengarakan kehidupannya, memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang dimaksudkan untuk menjamin kelangsungan hidup, keutuhan wilayah serta jati diri. (in/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
23
LAPORAN UTAMA
dari MULTI ETNIS Menjadi Peluang Bisnis Kerakyatan Kota Salatiga adalah kota pendidikan, banyak pelajar mahasiswa dari luar daerah yang menuntut ilmu di kota ini. Para penuntut ilmu ini semakin mewarnai Kota Salatiga sehingga menjadi Kota Multi Etnis tidak terlalu mengada-ada jika Salatiga menasbihkan diri menjadi Kota Bhinneka Tunggal Ika.
Foto: boedys
Ketua bersama beberapa anggota Komisi B DPRD Kota Salatiga.
K
ota Salatiga adalah kota pendidikan, banyak pelajar mahasiswa dari luar daerah yang menuntut ilmu di kota ini. Para penuntut ilmu ini yang semakin mewarnai Salatiga menjadi Kota Multi Etnis sehingga menasbihkan menjadi Kota Bhinneka Tunggal Ika. Berkumpulnya berbagai suku, agama dan ras dengan latar belakang karakter dalam suatu wilayah tidak membuat Salatiga menjadi intoleransi. Pemberitaan nasional dan internasional yang menyorot masalah yang terkait dengan isu di DKI Jakarta seakan tidak berpengaruh di kota ini. Sekarang ini tercatat banyak mahasiswa, siswa bahkan santri yang menempuh ilmu di kota ini. UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana), IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga, STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) AMA Salatiga, Sekolah Tinggi Theologi Salatiga, Akademi Kebidanan Ar-Rum dan masih banyak lagi perguruan tinggi yang ada di Salatiga.
Keberadaan para pelajar dan mahasiswa ini selain mewarnai kehidupan sosial dan budaya juga berdampak pada kehidupan ekonomi kota Salatiga. Ribuan para penuntut ilmu ini secara tidak langsung ikut menggerakan perekonomian Salatiga. Geliat kegiatan ekonomi kerakyatan ini terlihat di sekitaran kampus pada khususnya dan Salatiga pada umumnya. Karena sebagian besar mereka berasal dari luat daerah maka kebutuhan makan, tempat tinggal, pakaian, alat tulis, buku dan bermacam kebutuhan mereka harus beli di Salatiga. Ini yang menjadi peluang bisnis bagi sebagian warga Salatiga. Usaha kost-kostan, pengetikan, fotocopy, warung makan, warung kelontong, rental motor , mobil dan sebagainya tumbuh subur . Kawasan sekitar Kemiri, Pulutan, Kembangarum, stadion telah menjelma menjadi pusat kegiatan ekonomi kerakyatan. Setyo, salah seorang wiraswasta muda yang
Foto: Andy
24
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
Foto: andy
Anggota Komisi B DPRD Kota Salatiga saat dialog dengan warga di Ruang Nusantara.
menjalankan usaha pengetikan, fotocopy dan penyediaan alat tulis. Bapak satu anak ini telah merintis usaha sejak tahun 2011, semula dia menyewa satu unit kios di kawasan Kemiri, saat ini usahanya telah berkembang dengan menambah lagi satu unit kios di tempat yang sama dan memperkerjakan 4 orang karyawan. “ Kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) sangat terasa bagi kami, belum lagi kenaikan harga seperti kertas dan bahan lainnya, disamping itu juga persaingan di bisnis ini sangat ketat sehingga sangat memberatkan bagi pelaku usaha kecil seperti kami.” Kata pria warga Kauman Kidul ini. Ketua Komisi B Bidang Ekonomi dan Keuangan DPRD Kota Salatiga, H. Budi Santoso,SE.MM mengatakan Segala perbedaan suku, agama, ras, parpol, madhzab maupun jenis perbedaan lainnya itu sebuah anugerah bagi Salatiga.Iklim kondusif, sejuk, nyaman, aman dan toleransi antar warga adalah modal yang penting untuk meningkatkan perekonomian bagi Salatiga. Kalau kita meyakini itu sebuah perbedaan adalah anugerah bukan sebuah musibah maka suasana akan menjadi lebih kondusif. “Perbedaan adalah keniscayaan,kita diciptakan memang sudah berbeda-beda, untuk itu kita harus saling menghormati satu dengan yang lain, karena tidak mungkin kita harus sama dalam perbedaan ini.Dengan tidak memasuki area kepercayaan dan keyakinan mereka sehingga tidak terjadi gesekan antar umat beragama.” Kata Politisi PKS ini. Menurut Pak Budi, walaupun Islam di
Indonesia dan di Salatiga adalah mayoritas namun selama ini kerukunan antar umat beragama sangat terasa. Karena selama ini umat Islam sangat menghormati dan menghargai umat agama dan kepercayaan yang lain. Bahkan kerukunan ini terjalian jauh sebelum negara Indonesia ini berdiri,dan dibuktikan dengan sikap para founding father bangsa Indonesia. “ Saat Panitia 9 BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menyiapkan Pembukaan UUD 1945, 8 orang yang beragama Islam dengan legowo menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta untuk bisa mengakomodir anak bangsa yang berkeyakinan selain Islam.” Ungkap Legislator dari Dapil ydnA :otoF Argomulyo ini. Lebih lanjut Pak Budi mengatakan dengan rasa saling menghormati ini akan menciptakan suasana yang nyaman dan aman untuk berinvestasi, sehingga perekonomian Salatiga akan lebih berkembang. Saat ini Salatiga dilirik sebagai tempat hunian sehingga harga jual tanah dan rumah di Salatiga setiap tahunnya naik secara signifikan. Ini harus segera dapat di tangkap oleh Pemerintah Kota Salatiga untuk dapat menarik para investor, dengan menyediakan sarana dan prasarana serta peraturan untuk dasar hukumnya. “ Khusus untuk pelaku usaha kuliner , saya menghimbau agar jujur terkait kehalalan dalam penyajian makanan mereka , kita hargai selera mereka yang berbeda dengan kita namun harus dengan jelas disebutkan jika memang itu halal atau non halal.” Ungkap pria yang juga berprofesi sebagai
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
25
WACANA
TOLERANSI
Mulai dari Diri Sendiri Oleh: E. Cahya Tri Astarka, S.Pd*) oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, di mana penganut mayoritas dalam suatu m a s y a r a k a t m e n g h o r m a t i keberadaan agama atau kepercayaan lainnya yang berbeda. Menurut sebuah penelitian lembaga studi Center of Strategic and International Studies menunjukkan toleransi beragama orang Indonesia tergolong rendah. Sementara Foto: http://www.kompasiana.com untuk tingkat nasional, dari hasil penelitan Setara Institute, kesepuluh kota yang dipilih paling Membiarkan orang lain berpendapat lain, toleran adalah Pematang Siantar (1,47), Salatiga melakukan hal yang tidak sependapat dengan kita, (1,47), Singkawang (1,47), Manado (1,47), Tual tanpa kita ganggu ataupun intimidasi (1,47), Sibolga (1,58), Ambon (1,58), Sorong (1,58), merupakan toleransi. Pontianak (1,58), dan Palangkaraya (1,58). Cukup Istilah dalam konteks sosial, budaya, bagus untuk Salatiga menjadi kota terloren kedua di dan agama berarti sikap dan perbuatan Indonesia. Sebenarnya masyarakat menerima fakta yang melarang adanya diskriminasi bahwa mereka hidup di tengah keberagaman. Tapi, terhadap kelompok-kelompok yang berbeda mereka ragu-ragu menoleransi keberagaman. atau tidak dapat diterima Dengan demikian menjadi ironis bahwa secara oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Foto: Andy prinsip orang mengakui keberagaman tetapi sangat berat untuk melaksanakan rasa toleransi. alatiga merupakan kota yang berbhineka. Banyak keberagaman yang Mengapa perlu toleransi di kota ini? ada, seperti ratusan suku, ratusan 1. Dapat terhindar dari adanya perpecahan bahasa, dan perbedaan agama. Hal ini merupakan antar umat beragama kekhasan kota ini, sehingga perlu dijaga dengan Setiap orang sudah sepatutnya untuk sepenuh hati dan kita harus memahami makna menanamkan di dalam dirinya sifat toleransi, serta kebhinekaan ini sehingga tidak terjadi lagi menerapkannya di dalam kehidupan bersosial perpecahan antar saudara di kota tercinta ini. Dan masyarakat, terutama di daerah yang di dalamnya satu kata yang dapat menjaga kebhinekaan ini yaitu terdapat berbagai jenis kepercayaan atau agama. perlunya toleransi. Sikap toleransi antar umat beragama merupakan Toleransi adalah membiarkan orang lain salah satu solusi untuk mengatasi terjadinya berpendapat lain,melakukan hal yang tidak perpecahan di antara umat dalam mengamalkan sependapat dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun agamanya. intimidasi. Istilah dalam konteks sosial, budaya, dan 2. Dapat mempererat tali silaturahmi agama yang berarti sikap dan perbuatan yang Manfaat toleransi antar umat beragama melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok- berikutnya adalah terjalinnya tali silaturahmi. Pada kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima umumnya, adanya suatu perbedaan selalu menjadi
S
26
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
alasan terjadinya pertentangan antara orang (golongan) yang satu dengan lainnya, khususnya bagi mereka yang tidak bisa menerima adanya perbedaan tersebut. Salah satu contoh adalah adanya perbedaan agama yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya berbagai konflik serta pertikaian di antara sesama manusia, seperti tindakan terorisme, pembantaian pemuka agama, dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkan dampak timbulnya kesengsaraan bagi manusia lainnya. Lalu bagaimanakah solusi agar itu semua dapat dihindari? Solusinya adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri masing-masing orang tentang pentingnya rasa saling menghormati dan menghargai guna merajut hubungan damai antar penganut agama. Dan jika hubungan damai telah terwujud maka tali silaturahmi antar pemeluk agama pun dapat terjalin dengan baik, bahkan lebih erat. Jika sudah begitu maka cita-cita bangsa untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di tengahtengah banyaknya perbedaan akan dapat terwujud, dan itu akan menjadikan sebuah negara yang lebih kuat dan kokoh dalam menghadapi ancaman apapun. 3.Pembangunan negara/ koya akan lebih terjamin dalam pelaksanaannya Faktor keamanan, ketertiban, persatuan dan kesatuan dari sebuah negara merupakan salah satu kunci sukses menuju keberhasilan programprogram pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintahan di negara tersebut. Terjadinya kerusuhan, pertikaian, dan segala bentuk bencana baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Kejadiankejadian tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap jalannya program pembangunan yang dicanangkan oleh negara. 4.Terciptanya ketentraman dalam hidup bermasyarakat Kehidupan masyarakat yang meskipun di dalamnya terdapat berbagai perbedaan seperti perbedaan beragama akan tetapi ada sikap saling toleransi yang tertanam di dalam hati warga masyarakat tersebut, maka tentunya hal itu akan menciptakan suasana yang aman, tentram, dan damai di dalam lingkungan tersebut. Tidak akan ada sikap saling mengejek, mengolok, menghina, serta merendahkan di antara para pemeluk agama, meskipun keyakinan yang mereka miliki sangat jauh berbeda. 5.Lebih mempertebal keimanan Setiap agama tentu mengajarkan perihal kebaikan kepada umatnya. Tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk hidup bermusuhan dengan sesama manusia. Karena dengan adanya
toleransi kita dapat menhargai orang lain sehingga tidak timbul perpecahan Bagaimana cara mewujudkan sikap toleran dalam kehidupan sehari hari? 1.Memang terkadang kita sulit bersikap toleran terhadap aksi atau perkataan orang lain, tapi coba pahami perspektif masing-masing orang dan hindari menyerang pribadi masing-masing pihak. Kita dapat mengembangkan jalan pikir yang lebih toleran dengan belajar mengenai berbagai macam manusia dan mengapresiasi keberagaman. 2.Tekankan empati. Langkah pertama bertenggang rasa terhadap orang lain dalam situasi sulit adalah berusaha untuk berempati dengan orang tersebut dan mencoba memandang berbagai hal dari sudut pandangnya. Kita mungkin punya latar belakang dan pengalaman yang berbeda, sehingga apa yang menurut kita benar barangkali terlihat sangat aneh bagi orang lain. 3.Minta penjelasan. Ketika kita berbicara dengan seseorang dan mereka mengatakan sesuatu yang sulit diterima, tanyakan perspektif orang tersebut tanpa harus bersikap agresif. Bangunlah pemahaman sejelas jelasnya mengenai pandangan orang itu dengan cara minta penjelasan darinya. 4.Hargai perbedaan. Untuk memiliki jalan pikir toleran, kita perlu memahami dan menghargai perbedaan. Orang yang menghargai perbedaan dan keberagaman pasti akan lebih toleran terhadap orang lain, dan akan dapat lebih mudah memaklumi ketidakpastian. Sedangkan intoleransi dapat menyempitkan pandangan dan membuat dunia yang selalu berubah ubah ini menjadi sangat sepele. Intoleransi membuat dunia yang rumit ini jadi digampangkan dengan cara menolak keberagaman dan kedinamisan yang ada. Kita dapat menjadi orang yang lebih toleran dengan membuka pikiran dan melihat berbagai sudut pandang dan budaya yang berbeda-beda. 5.Pelajarilah mengenai masyarakat dan budaya yang lain. Salah satu jalan terbaik untuk menjadi orang yang lebih toleran adalah dengan mendidik diri sendiri mengenai masyarakat dan ydnA :otoF budaya lain. Ketika orang menunjukkan intoleransi terhadap orang lain, itu biasanya karena mereka merasa terasingkan atau tidak mengerti mengenai cara orang lain melakukan suatu hal. Mari kita budayakan toleransi antar warga negara Indonesia pada umumnya dan warga Salatiga pada khususnya sehingga tercipta iklim kekeluargaan yang menjadikan kedamaian. Kalau kita tidak memulainya dari diri kita sendiri tak akan terjadi toleransi antar manusia di dunia ini.(ss) *)
Penulis adalah Pendidik SMP Stella Matutina Salatiga.
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
27
WARTA SKB-SKB Salatiga Pengelolaannya perlu Diaktifkan Lagi
Foto: intan
Wakil Ketua DPRD bersama para atlet
P
ara atlet sepak bola junior dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Salatiga berpamitan dengan DPRD Salatiga di ruang Garuda. Para atlet yang didampingi oleh pelatih dan orang tua diterima oleh M. Fathurahman selaku Wakil Ketua DPRD. Atlet tersebut rencananya akan melaksanakan pertandingan sepak bola pada festival sepak bola di tingkat provinsi. Festival yang diselenggarakan oleh Aqua Danone Cup tersebut dilaksanakan di stadion Manahan-Surakarta.
“Mohon doa restunya Bapak Fathurahman kami bisa berangkat ke Solo nanti sore hingga sampai bertanding besok diberikan kekuatan, kesehatan Insyaallah kemenangan dan sampai puncak prestasi yang terbaik” ungkap Nurhadi selaku pimpinan rombongan yang bertugas di SKB Ngebul. Dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPRD mengungkapkan keprihatinannya terkait pengelolaan olahraga khususnya sepak bola di Kota Salatiga, melihat kondisi yang ada dimana SSB di Salatiga yang aktif tinggal beberapa saja, bahkan mungkin hanya tinggal 1 SKB saja yang aktif yaitu SKB Ngebul. “Saya merasa cukup prihatin dengan kondisi sepak bola di Salatiga, secara kelembagaan sebetulnya kepengurusan PSSI di Salatiga dinilai A oleh ASPROV karena kompetisi Divisi I, II berjalan dengan baik sejak kita pegang, namun untuk pengelolaan SKB saat ini hanya tinggal 1 saja yang masih aktif”, ungkap M. Fathurahman. “Kepengurusan SSB kedepan diharapakan dikelola secara aktif, merekrut para pemain sepak bola” tambah Pak Maman.(sy/ss).
Paskah Bersama untuk Pegawai PNS, TNI, POLRI, Guru dan Karyawan Kristiani
B
ertempat di Gereja Khatolik GKRSA (Gereja Kristus Raja Semesta Alam) Tegalrejo Salatiga, pada Rabu, 19 April 2017 Pemerintah Kota Salatiga menyelenggarakan kegiatan Paskah bersama untuk Pegawai PNS, TNI, Foto: Andy POLRI, Guru dan karyawan Kristiani. Acara berlangsung meriah dan khidmat yang dihadiri lebih dari 600 pegawai dari berbagai instansi. Mereka sambil melaksanakan Ibadah bersama dengan mengambil tema “Kebangkitan Kristus memberi Kehidupan yang penuh Pengharapan”. Ibadah bersama dipimpin oleh Pdt. Endang Ayu Purwaningtyas, M.Si. Foto: dibyo Selanjutnya kemeriahan dipersembahkan oleh Paduan Suara dari GKRSA dan Trigosti serta penampilan Vokal Group dari SMA Kristen 2 Pdt. Enfang Ayu Purwaningtyas. M.Si saat memimpin Salatiga dan tak ketinggalan anak-anak dari TK kegiatan Paskah Bersama di Gereja Tegalrejo. Kanisius Gendongan menunjukkan kebolehannya dengan menyumbangkan tarian Nusantara. sesama, melalui turut serta mengambil bagian Hadir pada kesempatan itu Drs. Joko membangun kebersamaan antar umat beragama, Haryono Kabag. Kesra Setda Kota Salatiga yang masyarakat dan pemerintah. Ibadah dan perayaan mewakili Pj. Walikota Salatiga. Paskah ini janganlah hanya menjadi rutinitas Tujuan kegiatan Paskah ini adalah semata, melainkan menjadi sarana mempererat memotivasi umat Kristiani untuk bersama-sama hubungan antar sesama umat beragama dalam dapat memiliki kehidupan yang bermakna bagi satu agama dan agama lainnya.(in/ss)
28
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
WARTA Kesbangpol Adakan Kegiatan Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai Kebangsaan
Foto: andy
Kegiatan Kesbangpol Salatiga di SMA Negeri 3.
B
adan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Salatiga mengadakan kegiatan Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Kebangsaan Bagi Generasi Muda Tahun 2017 di Aula SMA Negeri 3. Kegiatan diadakan untuk siswa-siswi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3, SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3, SMA, SMK Muhammadiyah, serta SMA dan SMK Kristen Salatiga. Adapun narasumber dalam acara tersebut Achmad Istajib dari Kwarda (Kwartir
Daerah) Jawa Tengah, Achmad Taufik dosen FISIP ( Fakultas Ilmu Sosial dan Politik) Universitas Diponegoro Semarang, Kapt (Kav) Sudarto dari KODIM 0714 Salatiga dan M.Fauzy Arkhan,M.Ag dari KNPI ( Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kota Salatiga. Wahyudi Sumanto, S.Pd Kabid Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaaan Kesbangpol Kota Salatiga, mengatakan bahwa agenda ini rutin diadakan oleh Badan Kesbangpol yang dilaksanakan mulai dari tingkat SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan organisasi kepemudaan. M.Fauzy Arkhan,M.Ag selaku pembicara, mengatakan bahwa jumlah pemuda usia produktif di Indonesia yang berkisar 26,23% dari penduduk Indonesia bisa menjadi berkah, namun juga bisa menjadi musibah jika kita tidak bisa mengelolanya dengan baik. “Manusia itu rusak karena 3 perkara yakni masalah terkait mulut, karena masalah perut dan perkara yang berkaitan dengan urusan bawah perut.Untuk itu pembekalan akhlak dan kepribadian sedari dini” Kata tokoh muda Salatiga yang juga berprofesi sebagai ustadz ini.(an/ss)
Seleksi Paskibra Tingkat Kota Salatiga diikuti 240 Siswa
J
elang Peringatan HUT Ke-62 RI, Pemerintah Kota Salatiga mempersiapkan calon Paskibra baru. Seleksi diikuti 240 siswa terbaik dari SMA/SMK dan MA se Kota Salatiga tersebut dilaksanakan di kompleks Kridanggo. Kegiatan yang berlangsung 22-24 Mei akan mengambil 80 siswa-siswi terbaik untuk bertugas sebagai pasukan pengibar bendera. Dalam penyeleksian dibagi menjadi tiga tahapan. Hari pertama, seleksi dilakukan Dinas Pendidikan meliputi tes kesehatan dan administratif. Peserta yang ikut dibatasi kelas satu SMA/K/MA atau kelas 10 saja. Tinggi badan, untuk putra dibatasi 165-175 cm dan 160- 170 cm untuk putri. Berat dan postur tubuh pun harus ideal. Hari kedua diadakan Peraturan BarisBerbaris (PBB) oleh Kodim 0714 Salatiga guna melihat kemampuan baris-berbaris peserta. Setelah melalui seleksi tersebut, peserta yang lolos akan mengikuti tes akhir yaitu tes akhlak dan kepribadian, dimana pada tes ini akan diambil 80 siswa siswi terbaik yang akan menjadi Paskibra baru. Dari 80 siswa terbaik itu, nantinya akan
ydnA :otoF
Foto: dibyo
Suasana pelaksanaan Paskibra se Kota Salatiga .
diambil empat siswa lagi untuk mengikuti seleksi Paskibra di tingkat provinsi. Selama latihan peserta mendapat fasilitas dari pemerintah kota berupa seragam, sepatu, topi serta emblem. Mereka nanti akan dibagi menjadi pasukan 17 , pasukan 8 dan pasukan 45 . Khusus pasukan delapan pembawa bendera, dibagi menjadi dua shift untuk tugas pagi dan sore. Selain itu, ada 10 siswa cadangan sebagai pengganti.(lint/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
29
WARTA Kampung KB untuk Menggaungkan Kembali Program KB
Foto: Andy
Camat Sidomukti, Yayat Nurhayat saat menggunting pita saat pencanangan kampung KB RW. IV Sawahan
P
encanangan RW. IV Sawahan Kelurahan Kecandran sebagai Kampung KB Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga dilaksanakan di Halaman Masjid Nurul Ihsan Sawahan . Hadir dalam acara tersebut Sekretaris BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Tengah Dra. Erna Sulistyowati, MM. Kepala DKK (Dinas kesehatan Kota) dr. Sovie Harjantie, M.Kes, Kepala Dinas Pendidikan Niken Lidisatuti, SH, MH, Plt. Dinas Pengendali Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk dan KB) Sri Silvia Safitri, SH, Sekretaris
Dinas Lingkungan Hidup R. Prasetiyo Ichtarto, M.Si, Camat Sidomukti Yayat Nurhayat, AP, M.Si, jajaran Muspika Sidomukti, Lurah Kecandran berserta staf dan tokoh masyarakat. Kabid. Pengendalian Penduduk, Advokasi dan komunikasi, informasi dan edukasi Disdalduk dan KB Kota Salatiga, Budi Cahyono, SH mengatakan bahwa kampung KB adalah Satuan wilayah setingkat RW, dusun dimana terdapat keterpaduan program kependudukan, KB dan pembangunan keluarga secara sektor terkait. Tujuannya untuk lebih mendekatkan pelayanan KB untuk warga setempat serta meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan warga dengan cara mengintegrasikan program lintas sektoral. “Dalam program Kampung KB diharapkan adanya kerjasama lintas sektoral dari OPD terkait sehingga tdk ada kesan bahwa Kampung KB itu hanya mengurusi kontrasepsi, namun juga perlu dipikirkan tingkat ekonominya (adanya UPPKS) pendidikan, kesehatan, lingkungan. OPD lintas sektoral diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Koperasi dan UMKM, Dinas Perkim dan Dinas Pertanian.” Kata Budi Cahyono.(an/ss)
Tim Penggerak PKK Adakan Lomba Paduan Suara dan Lomba Mendongeng
K
etua Periswara (Persatuan Istri Wakil Rakyat dan Anggota) Kota Salatiga Ny. Rias Teddy Sulistio menjadi juri dalam Lomba Paduan Suara guna memperingati Hari Foto: Andy Kesatuan Gerak (HKG) PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) Tingkat Kota Salatiga Tahun 2017. Lomba yang dilaksanakan di Pendopo Rumah Dinas Walikota Jl. Diponegoro No. 1 Salatiga ini diantaranya ada lomba paduan suara dan lomba mendongeng. Lomba tersebut diikuti oleh Tim Penggerak PKK tingkat Kelurahan se-Kota Salatiga. Adapun untuk lomba paduan suara lagu yang Foto: Andy diperlombakan yakni Mars PKK dan lagu Daerah sebagai lagu pilihan. Untuk lomba mendongeng mengambil tema Ketua Periswara Ny. Rias Teddy Sulistio bersama Dewan Juri Lomba Paduan Suara lainnya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih Sehat) tentang Ketua Tim Penggerak PKK tingkat Kota, Puji pencegahan diare dengan mensosialisasikan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun). Karena banyak kasus Astuti Rofa'i dalam sambutannya mengatakan diare yang disebabkan kurangnya kesadaran bahwa kegiatan tersebut dimaksud untuk masyarakat untuk mencucu tangan tertutama mengasah kreativitas para ibu-ibu PKK yang terkandung dalam 10 Program Pokok PKK.(an/ss) sebelum makan.
30
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
WARTA POSYANDU Pilar Kesehatan Balita
Foto: intan
Kegiatan Posyandu Desa Isep-isep Salatiga
S
alah satu kegiatan yang rutin dilakukan di Desa Isep-Isep Kota Salatiga adalah Posyandu. Kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Keluarga Berencana – Kesehatan Terpadu) diselanggarakan oleh masyarakat yang dibantu petugas kesehatan dari Puskesmas. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Posyandu dibagi menjadi dua kategori, untuk balita
dan untuk lansia. Untuk balita, Posyandu memfasilitasi para balita untuk melakukan timbang berat badan, dan pemberian vitamin. Sedangkan untuk lansia, fasilitas yang disediakan adalah pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami. Tujuan dari semua kegiatan Posyandu adalah untuk pemantau pertumbuhan kembang anak dan lansia, memantau keadaan gizi. Setiap kali akan mengunjungi Posyandu, masyarakat wajib membawa Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS ini merupakan kartu yang memuat data pertumbuhan, perkembangan, imunisasi, dan informasi penting lainnya, sehingga kita dapat melihat keberhasilan program (kesehatan dan pertumbuhan) melalui grafik pada kartu KMS. Dengan adanya Posyandu ini, diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan untuk membantu meningkatkan kesehatan dan membantu memonitoring pertumbuhan dan perkembangan balita. (is/ss)
Lomba Tartil Qur’an Warnai Tahun Baru Islam PHBI Salatiga
D
alam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1438 Hijriah, Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Salatiga menggelar berbagai lomba. Lomba yang sudah ditetapkan sebagai agenda rutin PHBI tersebut yaitu lomba mewarnai, lomba Tartil Qur'an dan lomba Busana Muslim Syar'i. Tak hanya lomba saja namun terdapat juga Bazar UMKM Muslim, performance, kegiatan sosial dan sarasehan pengusaha dan UMKM Muslim tingkat Kota Salatiga. "Hari ini dimulai kegiatan dengan lomba mewarnai," kata salah satu pendamping peserta, Fadhulil Jannah saat itu sedang mendampingi adiknya mengikuti lomba mewarnai, Minggu (23/04/2017) sore. Di sampaikan Ketua PHBI bahwa ke depan, ia berharap agar kemeriahan Tahun Baru Islam bisa diteruskan dan dijadikan agenda rutin. Muharram ini merupakan pergantian tahun yang mesti menjadi momentum introspeksi umat Islam untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
ydnA :otoF
Foto: @rudin_choirudin
Seorang anak usai mengikuti lomba Tartil Qur’an.
SWT sehingga ke depan diharapkan umat Islam akan semakin baik dalam kualitas maupun kuantitas. (is/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
31
WARTA Ibadah Paskah Bersama Oleh Badan Kerjasama Gereja Salatiga
Foto: dibyo
Suasana Ibadah Paskah bersama di Lapangan Pancasila Kota Salatiga.
U
mat Kristiani berdatangan ke Lapangan Pancasila untuk mengikuti Ibadah Paskah yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Gereja Salatiga (BKGS), Minggu, 27 Maret 2017. Acara dihadiri Walikota, Ketua DPRD beserta anggota, Kapolres, serta ratusan umat Kristiani se Kota Salatiga dengan mengambil tema “JANGAN TAKUT SEBAB AKU MENYERTAIMU”. Panitia
sengaja membalut acara dengan nuansa Jawa dengan sub tema Durjana Kang Manggih Kamulyan (penjahat yang memperoleh kemuliaan), Adapun renungan Paskah disampaikan oleh Bp. Elfriend Sitompol, S.Si-Teol dari GKMI Siloam Salatiga. Dalam kesempatan ini juga Bp. Pdt.Urip Yudono, MA,CE,M.Th selaku Ketua Panitia Paskah Tahun 2016 dan Pdt. Prasetyawan Koesworo, M.Si selaku Ketua Umum BKGS Salatiga menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat Kota Salatiga, kepada tokoh-tokoh masyarakat serta perusahaan-perusahaan yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan ibadah Paskah bersama tahun ini. Meskipun mereka berasal dari agama yang berbeda tapi tang mengurangi keinginan mereka untuk dapat ikut membantu. Ini merupakan wujud nyata kehidupan toleransi di Kota Salatiga. Acara perayaan Ibadah Paskah tersebut berlangsung sampai pukul 17.00 WIB dan ditutup dengan pelepasan burung merpati yang diiikuti oleh seluruh jajaran Forkompinda. Dan malam harinya dilanjutkan dengan pertunjukan wayang kulit bersama dalang Ki Gedeon.(pr/ss)
Audiensi FOKOES di Halaman Rumah Rakyat DPRD Salatiga
D
PRD Kota Salatiga menggelar acara audiensi dengan Forum Komunitas Difabel Salatiga (FOKOES) di Halaman Gedung DPRD bersama Wakil Ketua Foto: Andy DPRD dan anggota DPRD, Kepala Bapelitbangda (Badan Perencanaan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah) Kota Salatiga, Kepala Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Perwakilan Dinas Sosial Prov Jawa Tengah, Perwakilan Forkompinda Kota Salatiga, relawan dan Anggota FOKOES. Wakil Ketua DPRD M. Fathurrahman, SE. MM dalam kesempatan tersebut menyampaikan Foto: dibyo bahwa beliau sangat menyambut baik audensi tersebut. “Semoga acara ini merupakan langkah awal M. Fathurrahman, saat memberi sambutan audiensi bagi kita untuk mengupayakan penyandang difabel DPRD dengan komunitas Difabel Salatiga. Beliau bersama seluruh anggota DPRD akan khususnya di Kota Salatiga agar bisa ikut berperan dalam membangun Kota Salatiga menjadi lebih menjalin kerjasama dengan instansi terkait maju. Kami segenap anggota DPRD akan berusaha terutama dengan Dinas Sosial Provinsi Jawa s e k u a t t e n a g a m e m b a n t u m e m f a s i l i t a s i Tengah serta akan mendukung dibentuknya penyandang difabel sesuai dengan kebutuhan Peraturan Daerah (PERDA) yang terkait dengan disabilitas tersebut” Ungkap Pak Maman. (pr/ss) mereka”. kata Pak Maman.
32
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
SOSOK
Kerukunan Umat Harus dijaga dari masa ke masa Salatiga. Ada kegiatan rutin tahunan yang
Warga Tiong Hoa tinggal di Salatiga
S
alatiga salah satu kota kecil yang memiliki keragaman budaya, etnis, ras, dan kepercayaan yang hidup rukun dalam satu kota, sehingga Salatiga sering juga disebut “Indonesia Kecil”. Keberadaan kampus UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) yang berdiri pada tahun 1956 juga menjadi salah satu pelengkap keberagaman masyarakat yang hidup di kota ini, karena mahasiswa UKSW berasal dari berbagai macam daerah di seluruh Indonesia. Keberagaman ini dapat dijaga keharmonisannya oleh masyarakat kita hingga saat ini. Keharmonisan itu pun terwujud dengan beberapa kegiatan yang telah menjadi adat di Kota
digelar oleh umat Muslim dan Nasrani. Di mana, setiap Hari Raya Idul Fitri serta Hari Raya Idul Adha, warga yang beragama Islam menggelar sholat Ied di lapangan Pancasila. Sebaliknya, di hari Paskah mau pun Natal, gantian pemeluk agama Nasrani melaksanakan kebaktian bersama di lapangan yang sama juga, yaitu Lapangan Pancasila. Kebaktian yang sudah dimulai sejak tahun 1970 tersebut, praktis belum pernah menimbulkan persoalan. Padahal, kebaktian berlangsung di depan Masjid Raya Darul Amal yang satu kompleks dengan IAIN. Tak hanya yang beragama Muslim dan Kristen saja yang merasakan toleransi beragama yang sangat erat, warga Salatiga keturunan Tionghoa yang tinggal di Salatiga pun ikut merasakan kenyaman tinggal di Salatiga karna kerukunan umat beragamanya. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Weilen yang merupakan warga Salatiga keturunan Tionghoa, bahwa kerukunan beragama di Kota Salatiga ini sangat baik. Beliau adalah Wakil Ketua di Klenteng Hok Tiek Bio Salatiga sangat nyaman dan senang tinggal di Salatiga. “Selama ini tidak ada diskriminasi Foto: intan terhadap warga kami Tionghoa”, ungkap Bapak yang berusia 49 ini. ydnA :otoF Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh klenteng pun selalu berjalan hikmat serta tidak ada diskrimasi pada etnis mereka yang tinggal di Salatiga, seperti Kirab Ruwat Bumi dan lain-lain. “Hanya saja pada kegiatan ruwat bumi tahun 2016 lalu kami tidak diberikan ijin untuk kirab sepanjang 7 km hanya dapat ijin 3 km”, ungkapnya. Harapnya kedepan supaya kerukunan beragama dan toleransi beragama di Kota Salatiga ini tetap terjaga hingga kota ini menjadi percontohan terhadap kota-kota lainnya. “Saya berharap agar kerukunan umat beragama di Kota Salatiga selalu terjaga dari masa ke masa, dengan begitu semoga Salatiga bisa menjadi kota tertoleran se-Indonesia” tambah Weilen saat ditemui wartawan Majalah Jiwaraga.(is/ss).
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
33
TEBAK WAJAH
TEBAK WAJAH JIWARAGA 35 KETENTUAN MENEBAK : 1. Susunlah penggalan foto ini dikartu pos sehingga membentuk foto aslinya secara utuh. 2. Sebutkan identitas namanya. 3. Cantumkan Kupon Tebak Wajah Jiwaraga yang telah disediakan. 4. Jawaban dikirim ke kantor Redaksi Majalah Jiwaraga, dengan alamat Sekretariat DPRD Kota Salatiga, Jl. Letjend. Sukowati No. 51 Salatiga. 5. Tulis nama dan alamat lengkap pengirim serta Nomor Telepon. 6. Jawaban diterima Redaksi Majalah Jiwaraga paling lambat tanggal 30 Juni 2017. 7. Akan diundi 5(lima) orang pemenang masing-masing berhak mendapat hadiah senilai Rp. 100.000. 8. Pemenang akan diumumkan pada Majalah Jiwaraga Edisi II Tahun 2017. 9. Pemenang dapat mengambil hadiah di Kantor Redaksi Majalah Jiwaraga dengan menyertai fotocopy identitas diri.(ss/ss)
PEMENANG TEBAK WAJAH JIWARAGA 34
M. FATHUR RAHMAN, SE, MM 34
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
1. C. Resa Intan P. Sari Perum Manunggal II K 44 RT. 04/RW. 07 Kauman Kidul Salatiga. 2. Haryadi B Perum Dliko Indah V RT. 02 RW. II Blotongan - Salatiga. 3. Hery Setiawan Rowosari RT. 02 RW. 1 Tuntang Kab. Semarang. 4. Yayuk Yustiana, S.Pd SMK PGRI 3 Salatiga Jl. Yudistira No. 25 Dukuh Sidomukti Salatiga. 5. Enggar Septarini Jl. Karang Taruna No. 520 Turusan RT. 05 RW. 07 Salatiga
LENSA
Ruwat Bumi dan Tolak Balak Y.M Kongcoo Hok Tek Tjing Sien
Foto: dibyo
Ketua DPRD bersama Dandim, Kapolres dan Kajari Salatiga saat menghadiri Kirab ruwat bumi.
R
Foto: dibyo
ibuan warga Tionghoa Kota Salatiga, Senin (27/2) siang menggelar ritual kirap budaya ruwat bumi dan tolak balak keselamatan, kedamaian serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam hajatan yang berlangsung di Kota Salatiga tersebut, turut dihadiri oleh Pj. Walikota Salatiga Drs. Achmad Rofa'i M.Si, Ketua DPRD Kota Salatiga M. Teddy Sulistio, SE, jajaran Forkompinda Kota Salatiga. Tujuan hajatan ini merupakan wujud rasa syukur terhadap Dewa Bumi karena telah memberikan banyak kenikmatan, rejeki, kesehatan terhadap umat di bumi. Harapannya, ke depan kesejahteraan selalu melingkupi seluruh umat, tak hanya di Kota Salatiga saja, namun juga di seluruh Republik Indonesia. Ruwatan bumi di kota paling toleran se Jawa versi Setara Institute tersebut, diawali barisan pengebar bendera merah putih, disambung barisan pembawa panji, Liong , Barongsai, rombongan pengusung dewa dewi, drum band TNI, reog hingga drum blek. Adapun rute kirab yang ditempuh adalah dari depan Kelenteng Hok Tek Bio di jalan Let Jend Sukowati menuju lapangan PancaSila, Jalan Adi Sucipto, Jalan Moh Yamin, Jalan Diponegoro, Jalan Jendral Sudirman dan kembali ke lokasi start untuk meneruskan ritual lainnya. (dk/ss)
Jiwaraga, Edisi II Tahun 2017
35
Kapolres Salatiga, AKBP Happy Perdana Yudianto saat membuka acara kirab ruwat bumi dan tolak-balak
Jiwaraga Jendela Informasi Wakil Rakyat Salatiga