ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HUBUNGAN SEKS PRANIKAH REMAJA DI SMA NEGERI 6 KOTA PEKANBARU TAHUN 2014 Syafriani
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau, Indonesia
ABSTRAK Seks pranikah yang ada dikalangan remaja zaman sekarang telah menjadi problem serius. Seiring berkembangnya zaman, seks bukanlah hal yang tabu lagi bagi remaja seolah menjadi fenomena umum remaja modern. Mereka menjadi begitu terpengaruh untuk saling menyentuh, bergandengan, berpelukan, petting (bercumbu tanpa melakukan coitus) dan bahkan berhubungan seks dengan lawan jenis. Laporan penelitian di Indonesia juga memberikan gambaran bahwa remaja yang setuju dengan hubungan seks pranikah berada dalam angka yang memprihatinkan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahuai faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan denganhubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru pada tanggal 11-14 Februari 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel teknik stratified random sampling. Jumlah sampel 253 siswa. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner. Pengolahan data dengan cara editing, coding, entry, cleaning dan scoring, kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan uji ChiSquare, yang disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi. Dari hasil ChiSquare didapat bahwa faktor pengaruh media berhubungan dengan hubungan seks pranikah dengan nilai P value (0,038), pengaruh teman berhubungan dengan hubungan seks pranikah dengan nilai P value (0,016), lingkungan berhubungan dengan hubungan seks pranikah dengan nilai P value (0,017), ekonomi (uang jajan) berhubungan dengan hubungan seks pranikah dengan P value (0,004), aturan keluarga berhubungan dengan hubungan seks pranikah dengan nilai P value (0,011).
Kata kunci : pengaruh media, pengaruh teman,lingkungan, ekonomi (uang jajan) dan aturan keluarga Referensi : 33 Referensi (2001-2012)
11
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
PENDAHULUAN Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. MenurutWorld Health Organization (WHO), masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, peralihan biologis masa anak-anak dan masa dewasa antara usia 10-24 tahun. Pada tahun 1971 WHO mengeluarkan istilah Youth & Young People yang digunakan untuk penduduk kelompok umur 10-24 tahun. Selanjutnya WHO mendefinisikan kembali bahwa yang disebut remaja adalah mereka yang berusia 12-24 tahun. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan usia remaja adalah mereka yang berumur antara 10-21 tahun. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan (Depkes), yang termasuk dalam usia remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah. Jadi sekalipun mereka baru berusia 18 tahun, tetapi kalau sudah menikah berarti mereka tidak termasuk kategori tersebut(Sarwono, 2008). Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Ciri-cirinya adalah alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, mencapai puncakperkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Dengan masuknya remaja kedalam dunia hubungan sosial yang luas maka mereka tidak saja harus mulai adaptasi dengan norma perilaku sosial tetapi juga sekaligus dihadapkan dengan munculnya perasaan dan keinginan seksual (Ali, 2009). Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri.
Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali di bidang seks (Sarwono, 2008). Seks pranikah yang ada dikalangan remaja zaman sekarang telah menjadi problem serius. Seiring berkembangnya zaman, seks bukanlah hal yang tabu lagi bagi remaja seolah menjadi fenomena umum remaja modern. Mereka menjadi begitu terpengaruh untuk saling menyentuh, bergandengan, berpelukan, petting (bercumbu tanpa melakukan coitus) dan bahkan berhubungan seks dengan lawan jenis. Laporan penelitian di Indonesia juga memberikan gambaran bahwa remaja yang setuju dengan hubungan seks pranikah berada dalam angka yang memprihatinkan (Ekasari, 2003). Berdasarkan data (United Nations International Children’s Emergency Fund)UNICEF, remaja kini berani melakukan hubungan seks di usia dini yaitu pada usia 13-15 tahun.Remaja pada usia ini di dunia kasusnya diperkirakan mencarai 6 sampai 7 juta pertahun, sedangkan perkiraan menurut UNICEF, di indonesia remaja yang melakukan hubungan seks pranikah mencapai 40.000 remaja pertahunnya, dan pada tahun 2010 diperkirakan sudah mencapai 70.000 ramaja pertahunnya, sedangkan data yang ditemukan di Riautentang kehamilan diluar nikah sebanyak 79%, dan umumnya mereka masih menduduki bangku SMA 1 (Magdalena, 2010). Misalnya di beberapa daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, danLampung, angkanya berkisar 0,45%. Di daerah perkotaan Jawa Barat angkanya mencapai 1,3% dan
12
ISSN 97724DB915DD4
pedesaan 1,4%, serta perkotaan di Bali mencapai 4,4%. Namun, beberapa penelitian lain menunjukkan jumlah remaja yang melakukan seks pranikah jauh lebih fantastis. Di Yogyakarta dilakukan penelitian terhadap 1660 responden dari 16 perguruan tinggi sejak juli 1999 hingga juli 2002 ditemukan 97% mahasiswi pernah berhubungan badan dengan pacarnya dan 90% diantaranya telah melakukan aborsi. Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan-Pusat Pelatihan Bisnis Humaniora (LSC&KK-Pusbih) juga melakukan penelitian yang melibatkan 1.600 mahasiswi dari 16 perguruan tinggi (swasta dan negeri) sebagai responden yang berusia 1723 tahun. Hasil survei memperlihatkan 97,05% terbukti tidak perawan. Sedangkan lainnya, sebanyak 2,77% mengaku pernah bercumbu dengan sang pacar atau masturbasi. Sisanya, 0,18% tak pernah terlibat hubungan seks.Hal ini lebih parah dari 19 tahun silam yang dikabarkan 62% populasi mahasiswamahasiswi melakukan kumpul kebo(Kompas, 2007). Survey yang dilakukan pada beberapa negara maju menunjukkan bahwa Amerika Serikat mempunyai angka kehamilan remaja (usia 15 – 19 tahun) sebesar 95/1000, Perancis 44/1000 dengan aborsi 27/1000, Swedia 35/1000 dengan aborsi 15/1000, dan negeri Belanda 15/1000 dengan aborsi 10/1000. Angka yang relatif tinggi tersebut disebabkan karena hubungan seksual dilakukan dengan bebas dalam lingkungan masyarakat (William, 2007). Penelitian di negara berkembang melaporkan bahwa 20% sampai 60% kehamilan dan persalinan di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan dini dan tidak diinginkan. Pernyataan
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan bahwa 6 dari 10 wanita yang belum menikah sudah tidak virgin. Kenyataan ini diperburuk lagi dengan temuan BKKBN bahwa diperkirakan sebesar 750.000 sampai 1.000.000 aborsi ilegal dengan usia di bawah 20 tahun di Indonesia pertahun (Supriatiningsih, 2003). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementrian Kesehatan melaporkan hasil survey kesehatan reproduksi remaja pada 33 provinsi yaitu pria yang pernah melakukan hubungan seksual lebih tinggi dari pada wanita (8%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 2009 terhadap 633 pelajar SMA di Bali, didapatkan bahwa 27% remaja laki-laki dan 18% remaja perempuan mempunyai pengalaman berhubungan seks pranikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitomorang tahun 2011 didapatkan 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan di medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks (SDKI, 2012). Sedangkan hasil penelitian Synovate Research pada 450 responden usia 15-24 tahun terdapar 39,65% remaja pernah melakukan hubungan seks di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan tentang faktor yang mempengaruhi hubungan seks sebelum menikah, faktor pengetahuan remaja menunjukkan tingginya angka tentang seks, dimana 65% remaja tahu tentang seks dari teman dan 35% dari film porno (Depkes, 2008). Hasil penelitian dari Synovate R mengungkapkan 44% remaja berusia 14 - 18 tahun melakukan hubungan badan, dan 16% remaja dengan
13
ISSN 97724DB915DD4
rentang usia 13 - 15 tahun pernah berhubungan badan dengan lawan jenis. Lalu sebanyak 40% pelaku hubungan badan ini mengaku melakukannya di rumah masingmasing, sementara hanya 26% melakukannya di hotel (Kompas, 2007). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seks sebelum menikah tersebut antara lain adalah tempat tinggal, keluarga, teman, ekonomi, lingkungan, media dan komunitas serta dari dalam individu (Salisa, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta terdapat 30-60% remaja yang pernah melakukan hubungan seksual dan tidak mengetahui tentang AIDS. Padahal hubungan seksual merupakan salah satu media penularan AIDS yang paling besar. Dari data di Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PPM & PLP) departemen kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 65% penderita AIDS yang ada di Indonesia tergolong remaja (15-19 tahun) (Salisa, 2010). Hasil survey BKKBN Provinsi Riau tahun 2012, prilaku seksual pada remaja khususnya di Kota Pekanbaru tercatat 72 kasus (7,6%) memiliki prilaku seksual tidak aman, sedangkan prilaku seksual yang aman dijumpai 874 kasus (92,4%). Sedangkan data ditahun 2013 sampai bulan Agustus dari 396 orang yang menikah didapatkan 32 orang (8,1%) yang hamil diluar nikah dan terdapat 36 orang (9,1%) yang mengalami kejadian prilaku seksual pranikah. Pada survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di puskesmas rawat inap tenayan raya, didapatkan data hasil wawancara bahwa terdapat
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
remaja usia 13-20 tahun yang hamil diluar nikah yaitu pada tahun 2011 terdapat 35 orang remaja, tahun 2012 terdapat 50 orangremaja, dan pada tahun 2013 yaitu mencapai 54 remaja yang hamil diluar nikah. Dari data tersebut didapatkan bahwa di SMAN 6 Pekanbaru didapatkan siswa yang hamil diluar nikah yaitu pada tahun 2011 terdapat 1 orang remaja (2%), dan pada tahun 2013 terdapat 2 orang remaja (4%). Terjadinya kehamilan diluar nikah tersebut didukung dengan tidak adanya informasi atau penyuluhan dari tenaga medis maupun dari puskesmas mengenai seks pada remaja. Beberapa data dan hasil penelitian diatas memberikan indikasi bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan reproduksi terjadi penyimpangan terhaap hubungan seksual, dalam hal ini seks pranikah di kota-kota besar di Indonesia cukup mengkhawatirkan para orang tua dan masyarakat. hubungan seksual pranikah yang semakin longgar di kalangan usia remaja merupakan fakta yang tidak dapat ditutup-tutupi lagi dan memperkuat asumsi bahwa seks pranikah sudah dianggap lumrah oleh sebagian besar masyarakat kita. Sehingga menurut latar belakang yang telah ada maka peneliti tertarik penelitian tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru tahun 2014. Tujuan Penelitian Untuk mengetahuai faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan denganhubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru tahun 2014. METODE PENELITIAN Desain Penelitian
14
ISSN 97724DB915DD4
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif yang bersifat analitik dengan rancangan cross sectional karena pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Adapun variabel dependen adalah hubungan seks pranikah remaja dan variabel independennya media, teman sebaya, lingkungan, ekonomi, dan keluarga. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru. 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11-14 Februari tahun 2014. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas X DAN XI SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru tahun 2014, yaitu sebanyak 695 siswa. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populai (Hidayat, 2012). Tehnik Sampel Penentuan responden dilakukan dengan teknik stratified random samplingyaitu teknik pengambilan sampel dari populasi secara berstrata atau memiliki tingkatan.
Jumlah Sampel JumlahSampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 253 responden. Alat Pengumpulan Data
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner oleh peneliti sendiri mengacu pada tinjauan teori yang ada. Kuesioner paling umum dipakai dalam metode penelitian survei, yang mana peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis pada sekelompok populasi. Kuesioner sebagai alat pengumpul data dirumuskan dengan kriteria tertentu. Kriteria ini sebenarnya merupakan media penghubung antara peneliti dengan responden karena data yang dikehendaki sejalan dengan tujuan atau hipotesis penelitian. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai berikut : 1. Setelah laporan hasil penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, peneliti meminta izin kepada ketua STIKes Tuanku Tambusai, Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan masyarakat serta kepada Kepala dinas pendidikan kota Pekanbaru. 2. Mendatangi responden sesuai kriteria penelitian untuk pengisian lembar kuesioner. 3. Menjelaskan bahwa data yang didapat dari responden dijamin kerahasiaannya. 4. Meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. 5. Memberikan lembar kuesioner sambil menjelaskan cara pengisiannya. 6. Setelah kuesioner diisi peneliti langsung mengecek atau memeriksa kelengkapannya. 7. Apabila belum lengkap dalam pengisian kuesioner responden
15
ISSN 97724DB915DD4
diminta untuk saat itu juga.
melengkapinya
Analisis data 1. Analisa Univariat Menurut Arikunto (2006) analisis ini digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel yang akan diteliti berdasarkan proporsinya. Data ini disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan dipersentasikan dalam tiap variabel dengan rumus : F = x 100% N Keterangan : P = Persentase F = Jumlah sekolah yang tidak memiliki salah satu faktor N = Jumlah sekolah seluruhnya 2. Analisa Bivariate Anlisa bivariate dilakukan untuk melihat dengan melakukan pengkajian secara statistik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungna antara variabel independen dan dependen yang menggunakan rumus Chi square dengan bantuan SPSS dan tingkat kepercayaan 95% dari hasil perhitungan statistik dengan nilai probabilitas (P) dan taraf nyatanya 0,05 (Sibagariang, 2010). Apabila : 1. Nilai p value ≤ dari nilai α maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 2. Nilai p value hitung > dari nilai α, maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan pengaruh media, pengaruh teman, lingkungan,
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
ekonomi (uang jajan), aturan keluarga dan hubungan seks pranikah di SMA Negeri 6 Pekanbaru tahun 2014. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa, dari 253 siswa SMA Negeri 6 terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan pengaruh media, pengaruh teman, lingkungan, Ekonomi (uang jajan), aturan keluarga serta Hubungan seks pranikah. Dari 253 siswa SMA Negeri 6, 165 siswa (65,2%) mendapatkan informasi mengenai hubungan seks dari media, pengaruh teman yang mendapat ajakan berjumlah 135 siswa (53,4%), lingkungan ynag termasuk lingkungan permisif berjumlah 154 siswa (60,9%), dan siswa yang memiliki ekonomi (uang jajan) kurang yaitu berjumlah 163 siswa (64,4%), serta siswa yang mendapat aturan norma loggar dalam keluarga yaitu berjumlah 130 siswa (51,4%). Sedangkan jika dilihat dari hubungan seks pranikah dari 253 siswa sebagian siswa pernah melakukan hubungan seks pranikah yaitu berjumlah 15 siswa (5,9%). B. Analisis Bivariat Tabel 4.2 Distribusi Hubungan Seks Pranikah Remaja Menurut Pengaruh Media di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Dari 165 responden yang mendapatkan informasi mengenai hubungan seks pranikah dari media terdapat 14 orang (5,5%) yang melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan 88 responden yang tidak mendapatkan informasi terdapat 1 orang (0,4%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square (5,56) bahwa terdapat hubungan antara pengaruh media dengan
16
ISSN 97724DB915DD4
hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,038. Tabel 4.3Distribusi Hubungan Seks Pranikah Remaja Menurut Pengaruh Teman di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Dari 135 responden yang mendapatkan ajakan dari taman untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 13 orang (5,1%) sedangkan 118 responden yang tidak mendapatkan ajakan dari taman untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 2 orang (0,8%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara ajakan teman dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,016. Tabel 4.4 Distribusi Hubungan Seks Pranikah Remaja Menurut Lingkungan di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Dari 154 responden yang berada dalam lingkungan permisif untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 14 orang (5,5%) sedangkan dari 99 responden yang berada dalam lingkungan tidak mendukung untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 1 orang (0,4%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,017. Tabel 4.5 Distribusi Hubungan Seks Pranikah Remaja Menurut Ekonomi (uang jajan) di SMA
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Dari 159 responden yang memiliki ekonomi (uang jajan) kurang terdapat 4 orang (1,6%) yang melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan dari 90 responden yang memiliki ekonomi (uang jajan) cukup terdapat 11 orang (4,3%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square (9,92) bahwa terdapat hubungan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,004. Tabel 4.6 Distribusi Hubungan Seks Pranikah Remaja Menurut Aturan Keluarga di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Dari 130 responden yang keluarganya memiliki aturan norma yang longgar terdapat 13 orang (5,1%) yang melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan dari 123 responden yang keluarganya memiliki aturan norma yang ketat terdapat 2 orang (0,8%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,011.
PEMBAHASAN A. Hubungan seks pranikah Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh hubungan seks pranikah dapat diketahui bahwa
17
ISSN 97724DB915DD4
dari 253responden terdapat komposisi yang tidak merata dalam hubungan seks pranikah berdasarkan, sehingga diadapat angka15 siswa (5,9%) yang pernah melakukan hubungan seks pranikah dan terdapat238 siswa (94,1%) yang tidak melakukan hubungan seks pranikah. Sedangkan menurut jenis kelamin siswa yang lebih banyak melakukan hubungan seks pranikah adalah laki-laki yaitu sebanyak 13 orang (5,14%) dibandingkan dengan siswa perempuan yaitu sebanyak 2 orang (0,79%). Hubungan seks pranikah dapat digolongkan sebagai prilaku menyimpang atau bisa juga disebut dari kenakalan remaja, sebagai akibat gagalnya sistem kontrol diri terhadap pengaruh dari luar yang kuat serta dorongan dari dalam diri remaja itu sendiri, atau bisa dibilang lemahnya pengendalian diri seseorang terhadap rangasangan-rangsangan disekitarnya sehingga mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang menyimpang, yang dianggapnya sebagai perbuatan yang mengandung “nilai lebih” oleh indifidu maupun kelompok remaja (Iryanti, 2011). Jika mengacu data dari BKKBN tentang survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia tahun 2003, remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai 34,7% untuk perempuan dan 30,9% untuk laki-laki (BKKBN, 2003). Sedangkan penelitian
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
yang dilakukan di Jakarta oleh Sudibyo (2008) angka yang menyebutkan remaja SMA tidak perawan lagi sebanyak 62,7% dari 4.726 responden. Pada saat ini remaja di hadapkan pada dunia eraglobalisasi yang makin canggih, sehingga semua jenis ilmu pengetahuan dapat diakses melalui berbagai media, misalnya seperti internet. Jika pada tahun 2008 angka hubungan seks pranikah sudah mencapai 62,7%, angka 5,9% dari siswa SMA Negeri 6 kota Pekanbaru yang melakukan hubungan seks pranikah sudah cukup besar. Sehingga pemerintah harus bertindak cepat karena budaya negara kita tidak bisa disamakan dengan budaya negara barat. B. Pengaruh media Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh media dapat diketahui bahwa dari 253responden terdapat komposisi yang tidak merata dalam hubungan seks pranikah berdasarkan pengeruh media, sehingga diadapat pengaruh media yang mendapat informasi berjumlah 165 siswa (65,2%) dan pengaruh media yang tidak 56 mendapat informasi berjumlah 88 siswa (34,8%). Media merupakan instrumen penting untuk memperluas keterbukaan. Suatu gaya hidup yang awalnya hanya berlangsung pada wilayah kecil, saat ditampilkan media menjadi lebih meluas ke wilayah lain. Penggunaan media masa seperti radio, televisi, koran, majalah, website, handpone dan lainnya, sebagai media dalam
18
ISSN 97724DB915DD4
menginformasikan berbagai program atau masalah kesehatan di Indonesia biasa digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2002) dengan hasil proporsi remaja yang berpengaruh media pornografi yang berhubungan seksual sekitar 53,6% sedangkan yang tidak terpengaruh sebesar 30,1%. C. Pengaruh teman Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 253responden terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan pengaruh teman terhadap hubungan seksual pranikah. Responden yang mendapat ajakan dari teman berjumlah 135 siswa (53,4%) dan responden yang tidak mendapat ajakan dari temanberjumlah 118siswa (46,6%). Menurut Susanto (2006) minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami remaja. Yang dimaksud di sini bukan sekedar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi geng ini remaja putra sering kali dengan rela hati mau melakukan dan mengorbankan apapun hanya karena sebuah kata-kata, yaitu solidaritas. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali membrikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar bahkan melakukan hubungan seks. Berdasarkan hasil penelitian Rusliana (2013) tentang faktorfaktor yang berhubunga dengan hubungan seksual pranikah pada remaja di didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden terpengaruh oleh teman yaitu berjumlah 44 orang (61,1%). D. Lingkungan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa, dari 253responden terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan lingkunganterhadap hubungan seksual pranikah, yaitu lingkungan yang permisif berjumlah 154 siswa (60,9%) dan lingkungan yangtidak mendukung berjumlah 99 siswa (39,1%). Faktor lingkungan akan mempengaruhi anak dalam mendapatkan pengetahuan. Dalam proses mendapatkan pengetahuan seseorang siswa harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan rangsangan yang bereaksi terhadapnya. Reaksi yang dilakukan merupakan usaha untuk menciptaan kegiatan belajar, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang serta pengetahuan dan wawasannya akan bertambah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan,
19
ISSN 97724DB915DD4
peneliti berasumsi bahwa salah satu penyebab terjadinya hubungan seks pranikah ini adalah faktor lingkungan. Apalagi pada masa pubertas, keinginan untuk mencoba dan berbuat sesuatu baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan dianggap sebagai suatu yang wajar. Akibatnya para remaja putri sering merasa bersalah ketika sesuatu terjadi pada dirinya dikarenakan kecerobohan yang dilakukan. E. Ekonomi (uang jajan) Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 253 responden terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan ekonomi (uang jajan)terhadap hubungan seksual pranikah, yaitu yang kurang berjumlah 163siswa (64,4%), dan ekonomi (uang jajan) yang cukup berjumlah 90 siswa (35,6%). Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pergaulan diantara pelajar, adanya rasa gengsi yang tinggi dan bersaing dengan teman-teman membuat pelajar ingin memiliki barangbarang yang sifatnya update. Gaya hidup inilah yang terjadi pada pelajar masa kini terutama pelajar SMA, Mencari kesenangan adalah sesuatu yang penting dalam hidupnya keadaan yang kurang mampu memaksa para pelajar tersebut harus menawarkan jasanya kepada pria “hidung belang”. Semua dilakukan asal teman-temannya tidak menganggap dia adalah orang miskin. Demi uang pelajar rela melakukan apa saja demi sebuah kesenangan, agar bisa membeli apa saja yang mereka
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
mau. Seks bebas sebenarnya hal yang sangat bertentangan dengan norma agama maupun norma adat istiadat. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti di lapangan, sebagian besar siswa tinggal di kos-kosan atau di kontrakan sehingga banyak siswa yang tidak dapat mengontrol keuangan dan juga tergiur oleh kehidupan yang ada di kota besar, karena sebagian besar siswa berasal dari luar daerah. F. Aturan keluarga Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 253 responden terdapat komposisi yang tidak merata berdasarkan aturan keluargaterhadap hubungan seksual pranikah, yaitu yang menerapkan aturan norma longgar berjumlah 130siswa (51,4%) dan yang menerapkan aturan norma ketat berjumlah 123 siswa (48,6%). Peneliti beasumsi bahwa pola asuh orang tua dapat mempengeruhi prilaku seksual anaknya melalui komunikasi, bertindak sebagai contoh (role model) dan pengawasan. Orang tua yang seharusnya pertama kali memberikan pengetahuan seksual bagi anaknya. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh orang tua, merupakan suatu dinamika kehidupan dan hubungan antara anggota keluarga untuk memainkan peranan penting bagi seseorng di
20
ISSN 97724DB915DD4
sekitarnya yang dapat menentukan perbuatan yang baik dan yang buruk. G. Hubungan Pengaruh Media Dengan Hubungan Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 165 responden yang mendapatkan informasi mengenai hubungan seks pranikah dari media terdapat 14 siswa (5,5%) sedangkan 88 responden yang tidak mendapatkan informasi terdapat 1 siswa (0,4%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh media dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,038. Friedan (2000) dalam Resmiwaty (2006) mengatakan bahwa media, terutama televisi dan majalah telah dijadikan sarana menjual berbagai komoditas seks yang banyak dijumpai belakangan ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan perkembangan teknologi yang terlalu cepat dan kurangnya kesiapan dari mayarakat dalam menghadapi perubahan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan hal yang negatif yang besar, misal akses kepada informasi yang dianggap tabu semakin mudah diantaranya akses kepada hal-hal yang berbau pornografi. Hal ini memicu pemuasan atas rasa keingintahuan yang besar pada
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
remaja akan permasalahan tersebut. Dalam hal ini teknologi berperan sebagai penunjang terjadinya perubahan sosial yang cukup besar. Dengan teknologi membawa kita pada hal-hal yang sebelumnya sulit dicapai menjadi lebih mudah, bahkan menyadarkan pad nilai-nilai yang berbeda dengan kondisi yang ada, dalam hal ini terkait informasi seksualitas yang beredar dan dapat diakses melalui media elektronik. Sehingga keberadaan teknologi ini kemudian membawa masalah sosial baru dalam masyarakat, dimana masalah baru ini berpengaruh besar dan berkembang pada diri individuindividu. Disini teknologi menjadi saluran inovasi yang tepat untuk masyarakat, dan masyarakat sendiri mau ataupun tidak mau, menjadi konsumen pasif dari inovasi teknologi tanpa mampu memfilter pengaruhnya secara intensif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2002) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan hubungan seksual pranikah pada remaja di desa Wonosari,ada hubungan yang signifikan antara pengaruh media dengan hubungan seks pranika remajadi desa Wonosari, yaitu yang terpengaruh oleh media sebesar 53,6%, sedangkan yang tidak terpangaruh sebesar 46,4%. H. Hubungan Pengaruh Teman Dengan Hubungan Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014
21
ISSN 97724DB915DD4
Berdasarkan hasil penelitian dari 135 responden yang mendapatkan ajakan dari taman untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 13 orang (5,1%) sedangkan 118 responden yang tidak mendapatkan ajakan dari taman untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 2 orang (0,8%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ajakan teman dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,016. Menurut Susanto (2006) minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang dialami remaja. Yang dimaksud di sini bukan sekedar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi geng ini remaja putra sering kali dengan rela hati mau melakukan dan mengorbankan apapun hanya karena sebuah kata-kata, yaitu solidaritas. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali membrikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
I.
menggunakan narkoba, mencium pacar bahkan melakukan hubungan seks. Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2011) 8.941 pelajar dari 119 SMA di jakarta telah melakukan hubungan seksual pranikah disebabkan oleh karena adanya pengaruh teman yang negatif. Hubungan Lingkungan Dengan Hubungan Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 154 responden yang berada dalam lingkungan permisif untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 14 orang (5,5%) sedangkan dari 99 responden yang berada dalam lingkungan tidak mendukung untuk melakukan hubungan seks pranikah terdapat 1 orang (0,4%). Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,017. Tokoh masyarakat juga berperan dalam seks pranikah sehingga masyarakat yang melakukan hubungan seks bebas yang kemudian menjadi media kampanye dan propaganda seks bebas yang selanjutnya menjadi trend anak muda. Remaja saat melihat masyarakat yang mereka anggap lebih tinggi derajatnya akan berusaha meniru, baik secara sadar maupun tidak, dari perbuatan masyarakat tersebut.
22
ISSN 97724DB915DD4
J.
Misalkan adanya kaum selebritis yang hamil di luar nikah ataupun artis telah terkenal dengan aksi seksualnya, akan menjadi semacam daya tarik dari masyarakat awam untuk beranggapan bahwa hal itu pantas dan menjadi legal, apalagi yang melakukan hal tersebut adalah tokoh agama ataupun keluarga dari tokoh agama itu sendiri. Seperti yang pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, saat seorang anak dari Ustadz terkenal mencium pacarnya yang sedang sakit dan diliput dalam media massa, mengakibatkan timbulnya pengabsahan perbuatan tersebut dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kurangnnya pemahaman agama secara tekstual, dan lebih taqlid terhadap seorang figur secara membabi buta. Hubungan Ekonomi (uang jajan) Dengan Hubungan Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 163 responden yang memiliki ekonomi (uang jajan) kurang terdapat 4 orang (1,6%) yang melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan dari 90 responden yang memiliki ekonomi (uang jajan) cukup terdapat 11 orang (4,3%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji ChiSquare diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,004. Pergeseran dan perubahan sosial akhirnya menggerus adat sedikit demi sedikit, yang akhirnya virginitas harusnya dipertahankan sekarang menjadi hal yang biasa saja bahkan bisa dibeli. Lingkungan tempat tinggal dimana pelajar itu tinggal dan teman sepermainan menjadi faktor pendukung pembentukan karakter dan sifat pelajar. Selain itu media, misalnya penggunaan telepon seluler, kebanyakan pelajar SMA ini menggunakan HP yang rata-rata sudah memiliki aplikasi kamera dan memori card. Terkadang aplikasi tersebut disalahgunakan, begitu juga dengan penggunaan internet, selain sebagai tempat mencari informasi untuk kebutuhan pelajaran, internet juga bisa menjadi teman yang bisa menjebak pelajar, misalnya dengan bermain game sampai lupa waktu sampai dengan mendownload film dewasa. Penggunaan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih terkadang membantu proses pembelajaran, tetapi ketika tidak diawasi penggunaannya maka akan memberikan dampak yang tidak baik untuk perkembangan dan perilaku pelajar. Selain itu teknologi komunikasi dan faktor ekonomi sangat berkaitan erat dalam hal ini, pelaku seks bebas yang kehidupannya dengan ekonomi kelas bawah tetapi ingin memiliki handphone terbaru yang pasti harganya cukup mahal, sehingga untuk mendapatkan handphone terbaru itu akhirnya pelajar menawarkan jasanya
23
ISSN 97724DB915DD4
kepada yang memerlukan(Shasya, 2013). K. Hubungan Aturan Keluarga Dengan Hubungan Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Tahun 2014 Berdasarkan hasil penelitian dari 130 responden yang keluarganya memiliki aturan norma yang longgar terdapat 13 orang (5,1%) yang melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan dari 123 responden yang keluarganya memiliki aturan norma yang ketat terdapat 2 orang (0,8%) yang melakukan hubungan seks pranikah. Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan hubungan seks pranikah remaja di SMA Negeri 6 kota Pekanbaru tahun 2014. Hal ini dibuktikan dengan P value0,011. Menurut Nugroho (2011), orang tua dapat mempengeruhi prilaku seksual anaknya melalui komunikasi, bertindak sebagai contoh (role model) dan pengawasan. Orang tua yang seharusnya pertama kali memberikan pengetahuan seksual bagi anaknya. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh, dinamika dan hubungan antara anggota keluarga memainkan peranan penting (Suharsa, 2006).
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Menurut Marheni dalam Soetjiningsih (2010) pola asuh otoriter yang menetapkan disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturan-aturannya membuat remaja menjadi frustasi. Pola asuh demokratis yang mengutamakan adanya dialog antara remaja dan orang tua akan lebih menguntungkan bagi remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusliana (2013) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan hubungan seksual pranikah pada remaja yang didapat hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara aturan keluarga dengan hubungan seks pranika remaja,yaitu sebanyak 50,6% yang mendapat aturan norma yang longgar dalam keluarga. Keterbatasan Penelitian Selama proses kegiatan penelitian berlangsung, keterbatasan yang dialami oleh peneliti adalah : 1. Penelitian ini dilakukan hanya satu tempat saja yaitu SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru, Belum tentu hasil ini mencerminkan untuk kota Pekanbaru. 2. Pengambilan sampel yang dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru hanya mengambil sebagian dari siswa kelas X dan XI saja karena padatnya jadwal bagi siswa kelas XII, sehingga angka yang didapat juga kecil. Akan lebih baik lagi jika seluruh siswa menjadi responden yaitu berjumlah 1048 siswa termasu kelas XII. 3. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, yaitu dengan menbagikan lembaran
24
ISSN 97724DB915DD4
4.
yang berisikan beberapa soal sehingga mungkin terdapat bias. Dalam hasil penelitian ini (mungkin mengecilkan hasil). Akan lebih baik lagi jika penelitiannya menggunakan teknik wawancara, sehingga kita bisa menggali lebih dalam lagi untuk dapat mengecilkan bias. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang memiliki beberapa kekurangan dibandingkan dengan desain penelitian lain. Kelebihannya bias dalam memprediksikan faktor penyebab (bias urutan waktu).
PENUTUP Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian faktor pengaruh media berhubungan dengan hubungan seks pranikah. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,038). 2. Berdasarkan hasil penelitian faktor pengaruh teman berhubungan dengan hubungan seks pranikah. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,016). 3. Berdasarkan hasil penelitian faktor lingkungan berhubungan dengan hubungan seks pranikah. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,017). 4. Berdasarkan hasil penelitian ekonomi (uang jajan) berhubungan dengan hubungan seks pranikah. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,004). 5. Berdasarkan hasil penelitian aturan keluarga berhubungan dengan hubungan seks pranikah.
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Hal ini dibuktikan dengan perhitungan Chi-Square bahwa nilai P value (0,011). A. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti yaitu : 1. Bagi tempat penelitian Bagi lokasi penelitian di SMA Negeri 6 Kota Pekanbaru Riau diharapkansekripsi ini dapat menjadi bahan masukan dan informasi bagi sekolah untuk dapat lebih meningkatkan penyuluhan tentang seks pranikah sehingga angka kejadian seks pranikah pada remaja menurun. 2. Bagi STIKes Tuanku Tambusai Riau Diharapkan kepada institusi pendidikan agar dapat memfasilitasi buku – buku yang lengkap tentang kesehatan dengan edesi terbaru khususnya kesehatan reproduksi dan buku-buku yang berkenaan dengan seks pranikah, agar dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan untuk menambah wawasan baru bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan sebagai referensi penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan peneliti selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan hubungan seks pranikah remaja dengan
25
ISSN 97724DB915DD4
4.
5.
6.
metode atau cara pengambilan data yang lebih baik, misalnya seperti wawancara. Bagi orang tua Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan bagi orang tua untuk lebih meningkatkan pengawasan kepada anaknya dan bimbingan dari segi agama yang berkenaan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan hubungan seks pranikah remaja, sehingga angka kejadian hubunga seks remaja akan berkurang. Bagi pemerintah Diharapkan bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan intropeksi bahwa angka kejadian hubungan seks remaja usia dini sangatlah tinggi sehingga harapan masyarakat ada tindakan yang dapat merubah angka tersebut menjadi lebih kecil atau bahkan tidak ada lagi seks pranikah remaja di indonesia. Bagi tokoh masyarakat Diharapkan bagi tokoh masayarakat hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu cambuk untuk dapat lebih meningkatkan keamanan berupa siskamling. Disamping untuk keamanan warga, juga sebagai tindakan pengawasan bagi remaja yang ingin melakukan halhal yang tidak seharusnya dilakukan oleh remaja seperti seks pranikah.
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
DAFTAR PUSTAKA Andri.
(2012). Hubungan seks pranikah remaja kini.Wordpress. http://andrigundar.wordpress .com/2012/12/04/Hubunganseks-pranikah-remaja-kini/. Diakses tanggal 7 Februari 2014 Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta BKKBN Provinsi Riau. (2006). Direktorat Remaja Dan Perlindungan Hak Reproduksi. Jakarta.http://kepri.bkkbn.go. id/Lists/Artikel/DispForm. aspx?ID=130&ContentTypeI d=0x01003DCABABC04B7 084595DA364423DE7897. Diakses tanggal 4 Desember 2013 BKKBN Provinsi Riau. (2012). Problematika Kesehatan Reproduksi Remaja. Pekanbaru Chia, S. (2006). How Peers Mediate Influence on Adolescents ‘ Sexual Attitudes and Sexual Behavior. Jurnal of Communication. 3 (2). 585604 Damayanti. (2006). Aku Sudah Gede (Ngobrolin Pubertas Buat Remaja Islam). Jakarta: Samudera Departemen Kesehatan. (2002). Pedonam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas.Yogyakarta: Departemen Kesehatan. . (2008). Pedonam Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di
26
ISSN 97724DB915DD4
Puskesmas.Yogyakarta: Departemen Kesehatan . (2010). Hubungan Seks dan Prilaku Seks Yang Mntimpang. Jakarta: Departemen Kesehatan. http://www.depkes.go.id/do wnloads/PROFIL_ DATA_KESEHATAN_IND ONESIA_TAHUN_2010.pdf Diakses tanggal 8 Desember 2013 Dianawati, A. (2011). Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta Efendi, F. & Makhfudli. (2004). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam Kererawatan. Jakarta: SalembaMedika. Ginting, Perana. (2008). Persepsi Remaja Terhadap Perilaku Seksual Pranikah. Available : http : //www.indoskripsi.com.Diak ses tanggal 21 Desember 2013 Hidayat, A. A. (2012).MetodePenelitianKeb idanandanTeknikAnalisis Data. Jakarta: SalembaMedika Nurhayati. (2009). Pembelajaran seks untuk remaja. http://www.google.co.id/ Pembelajaran_seks_untuk_re maja/pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2013 Indrijati. (2001). Pengetahuan seks pada remaja. Chapter http://repository.usu.ac.id/bit stream/123456789/29728/4/ Chapter%2001.pdf. Diakses tanggal 8 Desember 2013 Irawati, I. (1999). Modul Perkembangan Seksualitas Remaja. Bandung : PKBI – UNFPA
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Iryanti,
N. (2011). Pengeruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Metode Pendidikan Teman Sebaya Terhadap Sikap Dan Pengetahuan Remaja Dalam Pencegahan KTD Di SMKN 15 Bandung. Diakses tanggal 12 Desember 2013 Kompas. (2007). Prilaku Seksual Remaja. Terbitan bulan 10 aguatus 2007 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pertumbuhan dan Perkembangan Reproduksi Remaja Kumalasari, I. & Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika Magdalena, M. (2010). Melindungi anak dari seks bebas. Jakarta : Grasindo MCR-PKBI. (2009).Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hubungan Seksual Pranikah.Jawa Barat Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku.Jakarta: RinekaCipta . (2010). Ilmu Prilaku Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta . (2010). MetodePenelitianKesehatan. Jakarta: RinekaCipta Saehardjo. (2003). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Santrock, JW. (2010). Aolescence (Perkembangan Remaja), (Adelar, SB, dkk, Penerjemah) edisi 6. Jakarta: Erlangga
27
ISSN 97724DB915DD4
VOLUME 1, AGUSTUS 2014
Sarwono, S.W. (2008). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Press . (2011). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajagrafindo Persada SDKI. (2012). Hasil Penelitian Laporan Pendahuluan Remaja. SDKI http://www.google.co.id/Has il_Penelitian_Laporan_Pend ahuluan_Remaja _2012/SDKI.pdf. Diakses tanggal 4 Desember 2013 Sibagariang, E. E. (2010). MetodologiPenelitianUntuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: CV Trans Info Media Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Widyastuti, E.S.A. (2009). Personal Dan Sosial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap Hubungan Seks Pranikah. Jakarta : Korespondensi Wahit, I. M. 2009. Ilmu Pengantar Komunitas 1 Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika Wahyuni. T, 2005, Menggalakkan Kembali Usaha Kesehatan Sekolah, download from http://www.suarakaryaonline .com
28