Buku ini akan menggerakkan Anda! Jika memang serius dengan percepatan rezeki, buku ini harus Anda miliki. Pastikan keluarga Anda juga membacanya! – Ippho Santosa, Pakar Otak Kanan & Penulis Mega-Bestseller Pepatah mengatakan, “Everybody needs motivation and secret strategy to gain success,” (Setiap orang membutuhkan motivasi dan kunci rahasia untuk meraih sukses). Subhaanallaah, Mas Reza membeberkan rahasia sukses itu dengan cara yang simpel, konkret, dan terbukti efektif. Buku ini wajib dimiliki oleh setiap insan yang ingin sukses secara finansial dan spiritual. – Dr. Muhammad Syafii Antonio, MEc, Chairman Group TAZKIA & Komite Ekonomi Nasional Banyak orang berpikir bahwa rezeki adalah obyek, namun buku karya Reza M. Syarief ini justru mengajak kita berpikir sebaliknya, yaitu bahwa rezeki adalah subyek. Jika kita menghargai dan memperlakukannya dengan baik maka Allah Yang Maha Memberi Rezeki akan melipatgandakannya. Sudah saatnya para bankers meluruskan angle of mind-nya tentang uang. – Dr. Halim Alamsyah, SE., SH., MA., Dewan Gubernur Bank Indonesia Buku ini sangat faktual dan memenuhi kebutuhan orang untuk mencari solusi paling dekat bagi permasalahan hidup. Mengkanalisasi masalah rezeki sebagai persoalan yang paling memusingkan umat hari ini, kemudian mencarikan saluransaluran jalan keluar yang paling tepat membuat buku ini layak untuk dibaca. – Muhammad Lukman Edy, Ketua FPKB MPR RI & Menteri PDT RI Kabinet Indonesia Bersatu I
ii
Buku ini sangat bermanfaat bagi mereka yang terkadang bingung dengan policy Allah SWT dalam mendistribusikan rezeki di muka bumi. Kebingungan yang berkepanjangan adalah sumber kekafiran. Insya Allah buku ini akan menghapus kebingungan tersebut. – Fuad Bawazier, Anggota DPR & Mantan Menteri Keuangan Two thumbs up! Buku yang sangat inspiratif. Bertutur tanpa menggurui dan menasihati tanpa mendikte. Memberi inspirasi, bukan sekadar memotivasi. A must read book. – Adiwarman Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting Buku ini adalah salah satu masterpiece Reza M. Syarief. Membaca judul bab-bab di dalamnya saja sudah membuat saya bersemangat mengaplikasikannya, apalagi membaca isinya yang penuh ilmu dan kearifan hidup. – Aidil Akbar Madjid, MBA, Perencana Keuangan Independen Senior & AFC Financial Check Up Adalah kesalahan besar jika kita berambisi dan terobsesi untuk memburu rezeki. Seharusnya rezeki itulah yang memburu kita. Untuk itu, kita harus menjadi magnet. Bagaimana caranya? Buku ini mengupas habis tentangnya. – Ratih Sanggarwati, Artis, Model, & Trainer Kepribadian Sebuah buku multi-dimensi yang mencerahkan batin, ringan dan mudah dicerna, menyejukkan jiwa di tengah gurun gersang emosi negatif, menggelitik akal dan nurani, dan merangkul kita untuk melihat ke dalam. Allah telah memberikan kunci untuk membuka pintu rezeki yang terpendam dalam hati setiap manusia. – Damien Dematra, Sutradara & Penulis
iii
Membaca judulnya...bikin penasaran Melihat penulisnya...sangat meyakinkan Membaca isinya...sungguh mencerahkan 3B untuk buku ini: Beli, Baca, Buktikan! – Ahmad Ghozaly, Perencana Keuangan & Penulis Setelah membaca buku ini, hati saya seakan dilumuri berbagai pesan dan kesan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini menjadi pelita bagi mereka yang merindukan lahirnya generasi rabbani yang cerdas, tangkas, dan penuh integritas. – Toto Tasmara, Dai Nasional & Pengusaha Saya bersyukur diberi kesempatan oleh Allah untuk berkiprah di dunia seni dan film. Setelah membaca buku Mas Reza ini, saya lebih bersyukur karena diberi kesempatan untuk belajar tentang seni menjemput rezeki. – Aditya Gumay, Sutradara & Pemimpin Sanggar Teater Ananda Subhaanallaah, buku ini memberikan motivasi sekaligus inspirasi dalam mencari rezeki tanpa perlu frustrasi. Membaca halaman demi halamannya serasa sedang ditemani oleh Sang Pemberi Rezeki. – Ustadz Sholeh Mahmoed Terkadang, kenaifan diri membuat kita merasa sudah maksimal dalam mengejar rezeki. Bacalah buku ini agar Anda semakin mengerti bagaimana membuka pintu-pintu rezeki yang telah Allah siapkan. – Ustadz Bobby Herwibowo, Dai
iv
Buku ini wajib dibaca semua anak muda Indonesia agar tidak pesimis menghadapi masa depan. Buku ini juga memprovokasi siapapun untuk menjadi pelopor dan bukan pengekor. Semakin banyak anak bangsa seperti Reza, semakin bangsa Indonesia akan disegani di dunia. Perpaduan antara wawasan yang luas, pengalaman yang dalam, bahasa yang mudah dicerna, dan acuan kitab suci membuat buku ini mampu menembus nurani dan menajamkan pikiran. – Dewi Motik, Ketua Umum Kowani Saya sangat menyukai buku ini karena enak dibaca, banyak nasihat, dan dilengkapi pengalaman nyata dari penulis. – Prof. Dr. Veni Hadju, MSc., Ph.D., Guru Besar Universitas Hasanuddin, Makassar Inspiring! Rangkaian kata dalam buku ini mengajak kita bukan sekadar berpikir namun juga merasakan langsung pengalaman hidup penulis yang senantiasa bertindak lugas, tegas, dan tuntas. – Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH. MSi., Dosen & Mantan Walikota Jakarta Pusat Ditulis oleh seorang motivator ternama dengan ayat-ayat AlQur’an sebagai referensinya serta disajikan dalam bahasa yang lugas dan sederhana menjadikan buku ini berdaya guna dan cocok untuk semua lapisan masyarakat. – Suharno Eliandy, SE., Ak., MSC, Dosen Program Vokasi Universitas Indonesia
v
Pembaca yang dirahmati Allah, syukran sudah membeli buku terbitan QultumMedia. Apabila setelah membeli buku ini ditemukan cacat produksi seperti halaman kosong, halaman terbalik atau tidak berurutan, silakan mengembalikan ke alamat di bawah ini untuk digantikan dengan buku baru yang tidak cacat. Jangan lupa menyertakan struk pembayarannya. Distributor AgroMedia Jl. Moh. Kahfi 2 No. 13-14, Cipedak-Jagakarsa Jakarta Selatan 12640 Redaksi QultumMedia Jl. H. Montong No. 57 Ciganjur-Jagakarta Jakarta Selatan 12630 Email:
[email protected] Atau, menukarkan buku ini ke toko buku tempat membeli. Dan, apabila terdapat kesalahan tulisan atau ajaran yang keliru, mohon diberitahukan kepada kami, baik via pos ke alamat redaksi maupun email. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat, wajazakumullah. Wassalam Redaksi QultumMedia
vi
13 top secrets pembuka pintu rezeki Penulis: Reza M. Syarief, PSK Penyunting: Firdaus Agung Desain Sampul & Tata Letak: Deff & N1h4l Penerbit: QultumMedia Redaksi: Jl. H. Montong No.57, Ciganjur, Jagakarsa Jakarta Selatan 12630 Telp. (021) 7888 3030, Ext. 213, 214, 216 Faks. (021) 727 0996 E-mail:
[email protected] Distributor Tunggal: PT AgroMedia Pustaka Jl. Moh. Kahfi II No.12A Rt.13 Rw. 09 Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan Telp. (021) 78881000 Faks. (021) 78882000 E-mail:
[email protected] Cetakan pertama, Februari 2012
Katalog Dalam Terbitan (KDT) Reza M. Syarief, PSK 13 Top Secrets Pembuka Pintu Rezeki/Reza M. Syarief, PSK; Penyunting, Firdaus Agung —Cet 1— Jakarta : QultumMedia, 2012 xvi+152 Hal : 15 x 23 cm ISBN : 979-017-211-7 1. 13 Top Secrets Pembuka Pintu Rezeki II. Reza M. Syarief, PSK 201
Hak cipta dilindungi undang-undang
viii
I. Judul III. Agung
kata PENGANTAR
P
ara insan sejati, kita mungkin telah membaca banyak artikel atau tulisan seputar rezeki, baik yang bersifat teoritis normativ maupun praktis empiris. Kali ini, secara khusus saya menghadirkan ke hadapan Anda sebuah buku yang bukan sekadar bisa menjadi media rekreasi intelektual atau sensasi spiritual namun juga sahabat setia di kala suka dan duka. Sahabat setia adalah mereka yang tidak pernah jenuh untuk senantiasa menyirami batin kita di tengah dahaga ruhani. Mereka tidak pernah bosan membangunkan kita dari selimut kemalasan, ketakutan, dan kekecewaan. Mereka juga tidak pernah jemu mengajak kita bangkit setelah berkali-kali mengalami keterpurukan dan kegagalan. Siapapun kita, betapapun kedudukan kita sebagai ciptaan Sang Khalik lebih sempurna ketimbang makhluk-Nya yang lain, tidaklah lepas dari kelemahan, keterbatasan, dan kesalahan. Namun demikian, perbaikan dan perubahan adalah sebuah harga yang tidak bisa ditawar-tawar. Ketika Anda sakit parah maka kesembuhan menjadi kebutuhan, saat Anda tersudut oleh beban utang yang menggunung maka pelunasan adalah sesuatu yang sangat dinanti, dan manakala Anda gagal dalam bisnis maka kesuksesan usaha adalah harapan yang dinantikan. Semua solusi yang Anda butuhkan untuk semua itu bermuara pada satu kata: REZEKI.
ix
Rezeki tak ubahnya dewa penyelamat atau dewi keberuntungan bagi siapapun yang telah kehilangan asa. Rezeki mampu mengisi seluruh ruang hidup kita. Namun, tidak semua orang bisa mengarahkan hati dan pikirannya untuk mendapatkan rezeki secara baik. Di ranah politik, maraknya budaya korupsi yang terang-terangan dan berjamaah didorong oleh keinginan buta untuk memburu rezeki. Dalam dunia bisnis yang ramai dengan white collar crime alias penjahat berkerah putih, tak pernah sepi dari orang-orang yang terobsesi untuk mengejar rezeki. Para profesional di berbagai perusahaan saling menjatuhkan demi mendapatkan jatah rezeki yang berlebih. Seorang ibu rela menghabisi nyawa bayinya yang masih merah karena khawatir tidak bisa memenuhi rezekinya. Tidak kalah ironis, seorang pelajar terjun bebas dari lantai atas sebuah pusat perbelanjaan lantaran malu karena orangtuanya tidak memiliki rezeki untuk tunggakan SPP-nya. Tidak ketinggalan fenomena meningkatnya jumlah pria dan wanita yang mengalami keterlambatan menikah lantaran tidak sanggup berkeluarga hanya dengan rezeki yang pas-pasan. Pertanyaan besar kita sekarang adalah: Apakah benar bahwa Allah SWT belum berkenan menganugerahkan rezeki kepada kita? Atau, Dia pilih kasih dalam mendistribusikan rezeki di antara manusia? Banyak pertanyaan lain yang bisa kita angkat untuk masalah ini. Salah satu harian pagi di ibukota pernah memuat artikel yang merupakan hasil wawancara seorang wartawan dengan pasangan suami-istri, sebut saja Bapak dan Ibu Zaini, yang telah dikaruniai Allah SWT keturunan sangat banyak. Tahukah Anda berapa anak mereka? 25! Subhaanallaah. Dengan mengandalkan pekerjaan sang suami sebagai penarik becak dan sesekali menjual sembako, pasangan itu mampu membesarkan
x
semua anaknya dengan sukses. Bagaimana dengan kita? Anak kita tidak sebanyak anak mereka, bukan? Lantas, mengapa kita yang memiliki anak lebih sedikit tidak memiliki keyakinan yang lebih kuat daripada pasangan tersebut? Memang, persoalannya bukan pada sedikit atau banyaknya anak, namun seberapa besar keyakinan kita dalam masalah rezeki. Masyarakat Betawi memegang kepercayaan yang sangat kuat untuk urusan ini, yaitu banyak anak banyak rezeki. Boleh jadi apa yang mereka percayai itu ada benarnya. Rezeki bukan masalah kecil dan main-main. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tangis kesedihan atau senyum kebahagiaan setiap insan. Rezeki adalah sesuatu yang tidak lekang oleh zaman. Untuk itu, sengaja saya menghadirkan buku kesembilan saya ini sebagai kado terindah bagi siapapun yang ingin hidupnya lebih ‘SIP’ (Sejahtera, Indah, dan Penuh Kedamaian). Buku ini bukan sekadar kumpulan data atau kata yang sarat dengan motivasi agama, juga bukan hasil salin-sadur berbagai literatur kerezekian, apalagi hanya sebuah reportase pengalaman sukses orang lain. Buku ini tersaji ke hadapan Anda sebagai hasil pergelutan kami dalam universitas kehidupan, di mana setiap cerita dan makna yang tertulis di dalamnya adalah kumpulan tetes air mata, cucuran keringat, bahkan goresan darah yang kami alami selama dua puluh tahun lebih. Doa kami, Anda tidak perlu mengalami hal yang sama. Ambil dan tangkap insight-nya dan jangan lupa menjalin hubungan dekat dengan Sang Pemberi Rezeki, Allah SWT. Semoga setiap episode keberhasilan Anda menjadi penggugur dosa-dosa kami, pemberat timbangan kebaikan kami, dan penggenap tabungan amal saleh kami. Ini bukan hanya buku saya, namun buku kami dan kita semua, karena segenap inspirasi yang lahir di dalamnya tidak lepas dari peran dan
xi
dukungan tulus sahabat-sahabat kehidupan saya. Tanpa mengurangi khidmah Anda dalam membaca buku ini nantinya, sudilah kiranya Anda turut mendoakan orang-orang yang telah digerakkan Allah SWT untuk membantu saya. Buku ini saya dedikasikan yang setinggi-tingginya untuk ayahanda tercinta, alm. Brigjenpol Sjarief Wondodihardjo, sosok polisi yang lurus, tulus dan selalu menjadi teladan kami sekeluarga; ibunda tercinta yang selalu sabar dengan segala perilaku yang kurang menyenangkan hati; orangtua kedua saya yang telah memberikan dukungan luar biasa, alm. Haji Nawawi bin Sholeh dan Hajjah Rasyidah; mereka yang senantiasa menjadikan rumah kami sebagai surga dunia: pasangan setiaku, dr. Hilmia, serta kelima mujahid-mujahidah penyejuk mata penenang hati: Farhata, Hanna, Fajar, Fia, dan Shakira; para guru sekolahku sejak TK hingga perguruan tinggi, terima kasih atas bimbingannya selama ini; para murabbiku sejak SMP hingga kini: Akhil Kiram Tasri, Ustadz Ruslani Effendi, alm. KH. Ishak Farid, pimpinan Pondok Pesantren Cintawana, Singaparna-Tasik, alm. KH. Rahmat Abdullah, dan Syaikh Abdullah At-Tamimy; teman-teman kecilku; mitra pendukung karirku; adik-adikku penggagas Leadership Center Club dan QAF; rekan pendamping Multi Utama Motivindo (MUC): Razikun, Sugianto, Afdal, dan Nasdi; orang-orang yang telah mengawal PT. RLC Indonesia sedari ‘bayi’ hingga kini yang tengah menuju kedewasaan; semua ikhwan di Majelis Annubuwwah; segenap tim Yayasan Semesta Nubuwwah Insani; para mentee di Republik Motivasi; adik-adik yatim-dhuafa yang tak kenal lelah mendoakan kami di bawah bimbingan saudaraku, Amin Sangadji; dan siapapun yang karena kelalaian
xii
saya belum tercantum. Semoga seluruh jerih payah mereka dilipatgandakan pahalanya oleh Allah, dicukupkan rezekinya, dan diberi keberkahan segala usahanya. Amin. Jakarta, Februari 2012 Penulis
xiii
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan jalan keluar baginya dan melimpahkan rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka olehnya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
xiv
daftar isi KATA PENGANTAR — ix DAFTAR ISI — xv FAITH Fanatik, Setia Saja Tidak Cukup — 1 FREEDOM Kemerdekaan Tanpa Tapi — 9 FOCUS Pikiran Total dan Radikal — 27 TELEPATHY Bicaralah dengan Langit! — 39 ENTHUSIASTIC Gerak Penuh Energi — 47 APPRECIATION Menghargai, Bukan Memberi Harga — 59 ABUNDANCE Berselancar dalam Keluasan — 67 MEANINGFULNESS Lebih dari Apa Adanya — 75
xv
PROVOCATIVE Bujuk, Rayu, dan Rangkul untuk Kebaikan — 85 RESPONSIVE Cepat dan Sigap, Tidak Kagetan — 95 INFLUENTIAL Mewarnai, Bukan Diwarnai — 103 MILDNESS Bantu, Bantu, dan Bantu! — 113 ELASTICITY Lentur Tapi Tidak Luntur — 121 UCAPAN TERIMAKASIH — 129 Tentang penulis — 143
xvi
FAITH
Fanatik, Setia Saja Tidak Cukup
F1
2
“Rezeki tidak akan berpihak kepada Anda selama tirai keragu-raguan masih menyelimuti hati Anda. Singkap tirainya dan tampakkan keyakinan agar rezeki segera berpihak kepada Anda!”
Allah SWT memberikan sebuah potensi istimewa kepada manusia sejak mereka dilahirkan. Potensi tersebut tidak diberikan kepada makhluk ciptaan Allah lainnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al-Isra’ ayat 70 yang artinya, “...dan telah Kami istimewakan manusia di antara sekian banyak makhluk ciptaan Allah lainnya.” Namun, seiring berjalannya waktu, potensi istimewa tersebut terkikis akibat virus-virus yang ada di lingkungan kita. Pada akhirnya, virus-virus itu melahirkan sebuah penyakit yang menggerogoti segenap potensi terbaik kita sehingga mengakibatkan diri kita menderita ‘impotensi’. Jangan pernah menyalahkan Allah atas ketidakberdayaan kita! Sebab, yang sesungguhnya terjadi adalah kita selalu membiarkan berbagai virus negatif (saya istilahkan dengan energi negatif atau ‘ENEG’) masuk dengan mudah ke dalam pikiran kita. Apabila virus tersebut telah menguasai pikiran seseorang maka alam bawah sadarnya akan menggiringnya pada ‘4 L’, yaitu letih, lesu, lemah, dan loyo. Entah berapa banyak sampah energi negatif yang sudah menumpuk di dalam pikiran kita. Dalam salah satu survey, dikatakan bahwa setiap hari setidaknya kita membiarkan hampir 300 energi negatif masuk ke dalam pikiran, sedangkan energi positif hanya seperlimanya. Salah satu dari sekian banyak energi negatif itu adalah perasaan gagal.
3
Tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran bawah sadar mem pengaruhi hampir 80% perilaku manusia, sementara sisanya yaitu 20% dipengaruhi pikiran sadarnya. Bisa Anda bayangkan, jika seseorang dikendalikan oleh pikiran bawah sadar yang buruk maka perilaku sehari-harinya pasti akan mengarah pada perilaku yang buruk (akhlaq mazhmumah), bukan perilaku yang baik (akhlaq mahmudah). Allah SWT mengkaruniakan tiga kecenderungan terhadap manusia, yaitu: 1. Nafsu Lawwaamah (perasan bersalah/guilty feeling), seperti diuraikan dalam QS. Al-Qiyamah ayat 2; 2. Nafsu Ammaarah bis Suu’ (dorongan untuk melakukan penyimpangan atau menerobos aturan), seperti disinggung dalam QS. Yusuf ayat 53; 3. Nafsu Muthmainnah (perasaan yang tenang), bisa kita baca dalam QS. Al-Fajr ayat 27. Nafsu Muthmainnah (perasaan yang tenang) seharusnya bisa menjadi kendali bagi dua nafsu yang lainnya. Dalam kenyataannya, Nafsu Ammaarah bis Suu’ lebih sering mengungguli Nafsu Muthmainnah dan Lawwaamah. Allah SWT melarang hamba-Nya bersikap putus asa atau merasa gagal sebelum melakukan suatu upaya. Sebab, niat untuk berbuat kebaikan saja sudah dibalas oleh Allah dengan satu kebaikan yang lain.
“Real success is determined by two factors. First is faith, and second is action.” (Kesuksesan sejati ditentukan oleh dua hal. Pertama adalah keyakinan, dan kedua adalah tindakan.)
4
Perasaan gagal akan membawa kita pada keburukan dan keburukan akan mengantarkan kita pada penyimpangan aturan Allah SWT. Islam mengajarkan kita untuk mengedepankan sikap optimis. Jangan sekali-kali kita kalah sebelum bertanding. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku.” Jika kita sudah merasa gagal sebelum menyelesaikan suatu upaya maka kemungkinan besar hasil yang kita peroleh adalah kegagalan. Lantas, bagaimana cara kita mengatasi perasaan takut gagal? Berikut beberapa tipsnya. 1. Melakukan perencanaan yang matang sebelum me lakukan suatu pekerjaan. Karena, perencanaan yang sempurna akan membawa hasil yang sempurna pula; 2. Miliki keyakinan tentang keberhasilan yang lebih kuat daripada bayangan tentang kegagalan. Karena, keyakinan bahwa diri kita akan berhasil memberikan sumbangan 50% terhadap keberhasilan itu sendiri; 3. Berikan stimulus berupa hadiah atau sesuatu yang menyenangkan sehingga kita seolah-olah mendapatkan suntikan kekuatan untuk mengejar keberhasilan; 4. Berikan pula konsekuensi hukuman berupa se suatu yang tidak menyenangkan sehingga kita berusaha keras untuk menghindari kegagalan; 5. Bernadzarlah dengan sesuatu yang baik agar Anda diberi kemudahan oleh Allah dalam meraih keberhasilan; 6. Jangan lupa berdoa agar Allah memudahkan Anda dalam memperoleh keberhasilan; 7. Setelah berikhtiar secara optimal dan berdoa sepenuh hati, serahkan hasilnya kepada Allah. Bertawakallah!
5
Untuk memperlancar upaya kita dalam mengejar keberhasilan dalam hidup, mari kita amalkan sebuah doa yang diajarkan Allah SWT berikut. Hasbiyallaahu laa ilaaha illaa Huwa, ‘alaihi tawakkaltu wa Huwa Rabbul ‘arsyil ‘azhiim. “Cukuplah Engkau bagiku, tiada yang patut disembah selain Dia, kepada-Nya aku berpasrah diri, dan Dialah Yang Maha Memiliki ‘Arsy lagi Maha Agung.” (QS. At-Taubah ayat 129) JEJAK LANGKAH Alhamdu lillaah, selama hampir 21 tahun menikah, kami telah dikaruniai lima orang anak. Anak pertama sudah menjadi mahasiswi FISIP UI, anak kedua siswi kelas dua SMUN 109 Jakarta, anak ketiga siswa kelas dua SMPN 2 Depok, anak keempat siswi kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah Plus Al-Azhar Syarif, dan anak terakhir putri berusia dua tahun. Jadi, 2 anak perempuan di atas, 2 anak perempuan di bawah, dan 1 anak laki-laki di tengah-tengah. Sambil bergurau, saya sering mengistilahkannya dengan ‘Wiro Sableng’. Ada sedikit cerita tentang anak ke-3 saya yang laki-laki. Ketika itu ia masih duduk di kelas 6 SD. Saya bertanya, “Selepas SD, Abang mau pilih SMP mana?” “SMP yang punya standar internasional,” jawabnya. “Abang serius mau masuk SMP itu?” Saya menimpali. Dia mengangguk. Setelah itu, hari-hari saya dan istri tiada lain kecuali memotivasi si Abang. Saat ujian masuk SMP telah tiba, saya berpesan kepada istri agar lima menit sebelum ujian dimulai ia menyempatkan shalat Dhuha dan mendoakan putra kami. Saya meminta istri agar mengirim
6
keyakinan kepadanya bahwa ia bisa lulus dengan nilai terbaik. Di tengah kesibukan yang ada, saya mengantarkan putra kami satu-satunya itu ke sekolah. Beberapa saat sebelum ujian dimulai, saya mengajaknya melakukan telepati Ilahiyah. “Abang pejamkan mata, bayangkan di hadapan Abang ada lembar jawaban soal. Perhatikan di kotak nilai pojok kanan atas sudah tertulis angka 100. Bayangkan di majalah dinding sekolah terdapat pengumuman daftar siswa yang lulus ujian masuk dan ternyata nama Abang ada di kelompok 10 besar. Yakinlah bahwa soal-soal yang nanti dikerjakan semuanya mudah dan Abang sudah biasa mengerjakannya. Berapapun hasil ujian nanti, ayah dan ibu tetap bangga denganmu. Pasrahkan semuanya kepada Allah. Bismillaah. Setelah dia saya minta membuka mata, saya pun bergegas meninggalkan kelas sambil terus berdoa dari jauh. Beberapa hari kemudian, untuk kedua kalinya, saya kembali mengantarnya ke sekolah untuk melihat hasil ujian. Dengan sabar, kami lihat satu demi satu nama dan akhirnya saya menemukan nama putra saya tercatat sebagai siswa yang lulus. Alhamdu lillaah, keyakinan sukses adalah 50% keberhasilan. Adapun sisanya adalah berlatih dan pasrah. Mental yang siap juga merupakan kekuatan penarik rezeki. Sibaklah keragu-raguan dan sibuklah dengan keyakinan Anda!
7
“Jika saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi kepada mereka.” (QS. Al-A’raf: 96)
8
FREEDOM Kemerdekaan Tanpa Tapi
F1 F2
10
“Rezeki yang tidak terbatas dimulai dari keinginan kuat untuk menghancurkan pikiran-pikiran yang penuh keterbatasan.”
Mari membayangkan seekor katak dalam sebuah toples. Katak itu berusaha keluar dari toples tersebut. Namun, setiap kali melompat, ia selalu gagal karena mulut toples kita tutup. Dua-tiga kali katak itu melompat, ia tetap gagal. Ia tak putus asa dan terus berusaha keluar dari toples itu. Sampai hitungan ke300, ia tak juga berhasil. Menurut Anda, jika pada hitungan ke301 kita membuka tutup toplesnya, apakah katak itu berhasil melompat keluar? Tidak. Ia tidak mampu keluar. Seolah ada batas tak terlihat (invisible limit) yang menghalanginya. Katak dalam toples adalah gambaran diri kita dalam hal menjemput rezeki. Ketika berusaha sekuat tenaga mencari rezeki, seringkali kita terpaksa menelan kegagalan. Mengapa hal itu terjadi? Rezeki sebenarnya sudah disiapkan oleh Allah SWT. Kita pun sudah berusaha untuk menjemputnya. Masalahnya, kekuatan yang sudah kita himpun sedemikian rupa dibajak (hijacked) oleh batas yang kita ciptakan dalam pikiran kita sendiri. Dalam kasus di atas, yang sebenarnya terjadi adalah daya dorong kita, sebut saja ‘pedal gas’, sama kuatnya dengan daya tahan kita atau bisa kita sebut ‘pedal rem’. Artinya, jika kita mengeluarkan energi sebesar 100% maka pada saat yang sama kita juga menahannya dengan prosentase yang sama besar tanpa kita sadari. Apa yang menahan kekuatan itu? Pikiran terbatas (limited mind) kita sendiri. Oleh karena itu, agar energi yang kita kerahkan betul-betul efektif, kita harus memiliki kemampuan
11
mengendalikan pikiran terbatas tersebut dalam skala yang wajar tanpa menghalangi daya dorong kita dalam menjemput rezeki. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat Matriks Energi berikut. MATRIKS ENERGI© NO.
KONDISI
HASIL
1.
Daya Dorong (max)-Daya Tahan (max)
Mubadzir (M1)
2.
Daya Dorong (min)-Daya Tahan (max)
Malas (M2)
3.
Daya Dorong (min)-Daya Tahan (min)
Melamun (M3)
4.
Daya Dorong (max)-Daya Tahan (min)
Mantap (M4)
Setiap manusia memiliki harapan untuk meraih kehidupan yang lebih baik sebagai karunia dari Allah SWT. Tapi, mengapa ada sebagian orang yang gagal dalam hal rezeki sementara yang lainnya berhasil? Mari kita arahkan pembicaraan bukan pada soal bagaimana mengoptimalkan daya dorong tapi bagaimana menyisihkan keterbatasan pikiran yang seringkali menyusahkan kita. Sebelumnya, mari kita kenali batasan pikiran apa saja yang kerap membajak daya dorong kita. Setidaknya ada tujuh batasan pikiran yang dapat mengganggu daya dorong kita. Bayangkan tujuh batasan pikiran itu bak gembok-gembok yang membuat pintu ruangan di dalam rumah kepribadian kita tidak bisa dibuka. Tugas kita sekarang adalah menghancurkan gembok yang mengunci tujuh pintu tersebut agar setiap potensi rezeki dapat masuk ke dalam rumah kepribadian kita. Mari kita lihat gembok yang pertama: “I am so busy”. Pernahkah Anda merasa sibuk dengan berbagai aktivitas baik
12
di kantor maupun di rumah? Jika Anda seorang ibu rumah tangga, Anda mungkin sibuk mengurus anak dan rumah. Jika Anda pejabat, Anda mungkin sibuk mengurus instansi Anda. Jika Anda seorang presiden direktur di sebuah perusahaan, Anda sibuk mengurus direktur dan manajer perusahaan Anda. Atau, jika Anda seorang menteri, Anda pasti sibuk mengurus departemen Anda. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kesibukan yang berbeda-beda. Namun, Allah memberikan jatah waktu yang sama bagi mereka, baik pejabat maupun rakyat, pimpinan maupun anak buah, yaitu 24 jam sehari-semalam. Satu hal yang ingin saya tekankan di sini adalah jangan sampai kesibukan tersebut membuat kita lupa untuk merencanakan hal-hal yang jauh lebih penting dalam kehidupan kita. Ada satu ungkapan menarik berkenaan dengan hal ini, “Don’t work for money but money work for you, don’t work for the time but the time work for you” (Jangan bekerja untuk mengejar uang, tapi uang itulah yang semestinya bekerja untuk Anda. Jangan bekerja dengan dikendalikan waktu, tapi waktu itulah yang seharusnya Anda kendalikan.) Jadi, hal pertama yang bisa membatasi diri kita adalah “I am so busy”. Kita merasa terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk hal-hal yang lebih bermakna dalam kehidupan. Kita enggan berpikir, misalnya, sudahkah kita meluangkan waktu beberapa menit saja untuk berdialog dan berkomunikasi dengan Allah SWT? Sudahkah kita meluangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga? Sudahkah kita meluangkan waktu untuk kehidupan pribadi kita? Sudahkah kita membuat rencana-rencana untuk masa depan? Apa yang ingin kita capai dalam kehidupan ini? Tentu bukan sekadar penghasilan yang banyak atau jabatan yang bergengsi saja, namun apa yang membuat diri kita bermakna
13
bagi kehidupan. “I am so busy.” Ungkapan ini merupakan refleksi dari sikap mental yang bisa membuat pikiran kita terbatas. Jika suatu ketika Anda merasa pusing, apa yang ada dalam pikiran Anda saat itu? Anda pasti langsung terpikir dengan obat yang bisa menyembuhkan pusing tersebut. Atau, Anda langsung teringat dengan dokter. “Saya harus berobat ke dokter, saya harus minta resep obat untuk menyembuhkan rasa pusing saya.” Tapi, pernahkah Anda merasa sakit, bukan dalam arti fisik namun psikis, yang membuat Anda merasa kehilangan sesuatu dalam hidup atau miskin spiritual? Ketika kita merasa miskin secara spiritual, kita sebenarnya sedang mengidap penyakit. Tapi, pernahkah saat itu kita langsung teringat dengan Tuhan? Pernahkah kita terpikir untuk mengobati sakit mental kita dengan mendekat kepada-Nya? Kalau kita merasa bahwa kondisi fisik kita tidak fit, kita akan bergegas untuk mengobatinya. Tapi, mengapa ketika kondisi mental kita butuh perhatian kita kurang peka? Ini yang saya sebut dengan gembok pertama. “I am so busy”, saya terlalu sibuk untuk menemukan waktu khusus beraudiensi dengan Sang Pencipta. Padahal, manusia adalah makhluk yang lemah. Wa khuliqal insaanu dha’iifa. Dan manusia diciptakan Allah dengan sifat lemah. (QS. An-Nisa’: 76) Kita akan mempunyai kekuatan jika mau mendekatkan diri kepada Dzat yang merupakan sumber kekuatan (source of power), Allah SWT. Jika kita mau mendekat kepada Tuhan, Dia tak akan segan mentransfer kekuatan-Nya kepada kita. Tapi, jika kita menjauh dari-Nya, kita tak akan menerima transfer kekuatan dari-Nya. Insya Allah, dengan mendekat kepada Tuhan, kita akan semakin yakin dalam mengambil keputusan.
14
Gembok yang kedua: “I am not clever”, saya tidak pandai. Kita mungkin pernah menemui hambatan berupa keraguan yang melemahkan motivasi diri ketika sedang berupaya meraih harapan atau cita-cita. Keraguan merupakan salah satu wujud konkret dari apa yang saya sebut sebagai gembok pikiran yang kedua. “I am not clever” atau “Saya tidak pandai” adalah ungkapan yang biasa terlontar ketika seseorang dilanda keraguan. Dalam dunia pendidikan, istilah pandai sering diartikan dengan ranking satu atau indeks prestasi di atas rata-rata. Tentu yang saya maksud di sini bukan semata-mata kecerdasan akademik. Karena, seperti kita tahu, Tuhan menciptakan dua otak bagi kita, yaitu otak kiri (Intellectual Quotient [IQ] atau kecerdasan intelektual) dan otak kanan (Emotional Quotient [EQ] atau kecerdasan emosional). Yang perlu kita ingat, 80% keberhasilan orang bukan ditentukan oleh kecerdasan akademik tapi kecerdasan emosional. Jadi, ketika kita mengatakan I am not clever, itu patut kita pertanyakan kembali. Benarkah kita tidak pandai? Tony Buzan, seorang psikolog Inggris yang cukup terkenal, mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa ketika seorang bayi lahir, jumlah sel sarafnya sudah mencapai 1 trilyun. 1 trilyun sel saraf itu terbagi menjadi dua, 100 milyar sel saraf untuk berpikir, sedangkan 900 milyar sisanya bertugas memberi nutrisi atau suplai makanan kepadanya. Professor Ornstein, seorang psikolog yang lain, memaparkan bahwa jika satu dari 100 milyar sel saraf itu diambil, ia bisa menciptakan 20 ribu connection di dalam otak kita. Sekarang, mari kita berhitung. Kalau satu sel saraf saja bisa menciptakan 20 ribu connection atau 20 kilobyte, berapa kilobyte yang bisa diciptakan oleh memori otak kita yang berjumlah 100 milyar sel saraf itu? Jadi, pantaskah kita mengatakan bahwa diri kita tidak pintar
15
jika kenyataannya kita memiliki potensi kecerdasan yang sedemikian besar? Tuhan menciptakan manusia dengan jumlah neuron yang sama, yaitu 1 trilyun sel saraf dengan kemampuan 20 ribu connection dikali 100 milyar atau sekitar 10 pangkat 21 kilobyte. Siapa pun orang tua kita, baik berpendidikan maupun tidak, kita terlahir dengan jumlah neuron yang sama. Pernahkah Anda melihat sebuah komputer, yang paling canggih sekalipun, dengan kapasitas memori mencapai 10 pangkat 21 kilobyte? Saya yakin tidak ada. Kita sering lupa. Kita abai dengan fakta penciptaan yang luar biasa ini. Padahal, di dalam diri kita sendiri, di dalam diri anak dan bayi kita, terdapat apa yang disebut dengan biocomputer. Biocomputer itu adalah otak. Otak manusia memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa. Dalam suatu penelitan, Albert Einstein, orang yang dianggap paling jenius di dunia hingga abad ini, diketahui baru menggunakan tidak lebih dari 15% potensi otaknya. Padahal, ia mempunyai IQ di atas 220. Skor IQ itu menunjukkan bahwa Einstein superjenius, meski ia baru menggunakan 15% potensi otaknya. Bagaimana dengan orang lain? Menurut para pakar, kebanyakan orang baru menggunakan sekitar 0,5% potensi otak mereka (!). Ini tentu perlu kita renungkan. Sebab, Islam mengajarkan kita untuk bersyukur. Salah satu cara bersyukur adalah dengan memaksimalkan potensi yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Jadi, kita sebenarnya tidak punya alasan untuk mengatakan “I am not clever.” Ungkapan itu hanya akan membuat kita gagal meraih kesuksesan. Kecerdasan bukanlah alasan bagi siapapun untuk tidak sukses, sebab setiap orang dilahirkan dengan memori sebesar 10 pangkat 21 kilobyte.
16
Gembok yang ketiga adalah “I am not talented”, “Saya tidak berbakat.” Kita sering mendengar orang lain berkata, “Saya tidak berbakat, bagaimana mungkin saya bisa menjadi pengusaha?” “Bagaimana mungkin saya menjadi direktur atau seorang pimpinan di perusahaan besar jika saya tidak berbakat?” Oke, jika kita mengatakan demikian di dalam pikiran, kita juga akan mengatakan demikian di dalam hati. Mari kita buktikan! Coba lihat orang-orang sukses di sekeliling Anda, apakah mereka berbakat di bidangnya? Awalnya, mereka mungkin tidak mengetahui bahwa bakat mereka adalah di suatu bidang tertentu. Tapi, ternyata orang-orang itu sukses karena terus berkecimpung di bidang itu. Saya ingin mengutip ayat Al-Qur’an yang sangat menarik dan relevan dengan apa yang sedang kita bahas sekarang, yaitu Surat Al-Isra’ ayat 84, “Katakanlah (Muhammad), ‘Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.’ Maka, Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” Persoalan kita sekarang bukan kita belum sukses, tapi kita belum menemukan bakat kita sendiri sehingga mungkin kita berada di tempat yang salah atau tidak sesuai dengan bakat kita. Jadi, kita belum sukses bukan karena kita tidak punya bakat. Kita semua mempunyai bakat, hanya saja bakat yang kita miliki mungkin tidak tersalurkan dengan baik karena kita berada di tempat atau waktu yang salah. “I am not talented” atau “Saya tidak berbakat” bukan alasan bagi kita untuk tidak berhasil dalam kehidupan. Kita lihat gembok yang keempat, “I am not beautiful/ handsome”. “Saya ‘kan tidak cantik/tampan, Pak.” Pernahkah Anda mendengar sebuah rumusan dalam dunia bisnis, manajeman, marketing, atau pendidikan bahwa untuk meraih sukses kita harus cantik atau tampan? Tidak ada!
17
Kita justru sering menemukan orang-orang yang secara fisik tidak begitu menonjol, namun sukses dalam karir dan kehidupannya. Terlalu banyak contoh yang bisa saya sebutkan satu persatu. Bukankah kita harus percaya bahwa Tuhan melahirkan kita dalam bentuk yang terbaik? Anda masih ingat dengan Surat At-Tin ayat 4 di mana Allah berfirman, “Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik.” Kita semua diciptakan Tuhan dalam bentuk yang paling baik. Syukuri dan nikmati bentuk tubuh yang sudah diberikan Tuhan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Saya ingat, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saya mempunyai seorang kawan. Kebetulan kawan saya itu dilahirkan dengan hidung yang pesek. Dia tidak senang dengan bentuk hidungnya yang ‘minimalis’ itu, sehingga dia pun menjalani operasi plastik di Singapura. Sepulang dari luar negeri, hidungnya berubah mancung. Namun, apa yang terjadi setelah dia kembali masuk sekolah? Bukannya pujian, dia justru menjadi bahan tertawaan teman-temannya. Mengapa? Sebab, hidung mancungnya tidak proporsional alias tidak sesuai dengan tubuhnya. Tuhan menciptakan bentuk tubuh manusia dengan seimbang. Tidak ada yang tidak seimbang dalam kehidupan ini. Jadi, jangan pernah kita beranggapan bahwa sukses semata-mata ditentukan oleh kondisi fisik. Siapapun Anda, bagaimanapun wajah Anda, dan seperti apapun penampilan Anda, Anda tetap punya peluang sukses yang sama dengan orang lain. Ada seorang tokoh yang sangat menarik. Dia dilahirkan dalam keadaan tanpa tangan dan kaki. Namun, hari ini dia menjadi motivator kelas dunia. Dia adalah pemuda dari Jepang. Meski lahir dalam keadaan cacat, dia bisa membuktikan bahwa orang cacat pun bisa sukses. Nah, jika orang yang cacat saja bisa sukses, mengapa kita yang sempurna tidak bisa sukses? Ini
18
adalah pertanyaan penting untuk kita renungkan. Jadi, tidak ada alasan bahwa kondisi fisik adalah hambatan untuk meraih keberhasilan. Kita lihat gembok berikutnya, “I am not lucky”, “Saya tidak beruntung”. Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan “Belum nasib saya, Pak,” atau “Memang nasibnya baik, Pak. Kalau saya memang tidak beruntung.” Dalam Islam, kita mengenal istilah takdir. Takdir ada dua macam, yaitu takdir kauni dan takdir syar’i. Takdir kauni adalah takdir yang melibatkan kita dalam proses sebab-akibat, sedangkan takdir syar’i adalah takdir yang menarik kita dalam suatu aturan main, rule of the game. Orang yang ingin mendapatkan uang bisa melakukan dua cara, yang pertama dengan cara yang baik, sedang yang kedua dengan cara yang tidak baik. Kita bisa mendapatkan uang dengan menjual narkotika. Kita juga bisa mendapatkan uang dengan cara berdagang. Dua-duanya bisa mendatangkan uang, tapi cara yang pertama mendatangkan uang melalui jalur yang salah, sedangkan yang kedua melalui jalur yang benar. Cara yang pertama tidak mengikuti takdir syar’i, sedangkan cara yang kedua mengikuti takdir syar’i. Untuk meraih sukses, faktor keberuntungan tidak ada kaitannya. Semua itu adalah skenario Tuhan. Kita tidak pernah tahu tentang hal itu. It’s a mistery of life, itu adalah misteri kehidupan. Untuk mengungkap misteri itu, tidak ada cara lain kecuali just do it! Kerjakan saja! Ambil tindakan, yaitu amal saleh! Islam adalah agama iman dan amal saleh. Islam mengajarkan kepada kita agar selalu mengiringi iman dengan amal saleh. Islam bukan sekadar ‘agama teori’ namun ‘agama perbuatan’. Jadi, take the action! Ambil keputusan dan segeralah bertindak! Jangan sampai kita mengkambinghitamkan faktor keberuntungan sebagai hambatan untuk sukses! Jangan ada
19
lagi kalimat “Saya beruntung, sedangkan Anda tidak,” atau “Nasib saya buruk, sedangkan nasib Anda baik.” Tidak ada faktor nasib di sini. Bahkan, kalau kita bicara dalam konteks keyakinan atau akidah, mungkin ini adalah salah satu hal yang sangat bertentangan dengan akidah. Kita beranjak ke gembok berikutnya, “I am not rich”, “Saya tidak kaya”. “Bagaimana saya bisa sukses, Pak, orang saya tidak kaya.” “Jelas saja dia sukses, dia ‘kan orang kaya.” “Rumahnya besar, mobilnya bagus, punya koneksi di mana-mana pula. Jelas saja dia mudah mencari pekerjaan. Kenalannya ‘kan ada di mana-mana.” Apakah tidak kaya adalah alasan yang bisa diterima ketika seseorang tidak bisa sukses? Faktanya, banyak orang sukses yang memulai karirnya dalam keadaan tidak kaya. Sebelum bicara lebih jauh, mari kita lihat lebih dekat apa sesungguhnya kekayaan itu. Kaya tidak semata-mata urusan materi. Kaya pikiran, jiwa, dan hati juga merupakan kekayaan bagi kita. Gembok pikiran yang terakhir adalah “I am a common person”, “saya adalah orang biasa”. Kita sering mendengar orang berkata, “Saya orang yang biasa-biasa saja, Pak. Saya bukan keturunan ningrat.” Sukses tidak ada hubungannya dengan keturunan ningrat. Sukses tidak ditentukan oleh hal itu. Itulah yang saya sebut dengan tujuh gembok yang membuat pintu ruangan dalam pikiran kita tidak bisa dibuka sehingga potensi terbaiknya tidak bisa muncul. Sekarang, saya akan ajak Anda untuk menghancurkan gembok yang mengunci pintupintu ruang pikiran Anda. Kita akan melakukan sebuah latihan. Latihan ini membutuhkan fokus dan konsentrasi. Saya akan menghitung sampai tiga. Setelah saya mengucapkan angka tersebut, saya minta Anda menutup mata
20
dan kita akan memulai latihan ini. Latihan ini kita sebut Breaking The Limit Exercise. Anda sudah siap? Oke, kita mulai. Mulailah berkonsentrasi! Jika saya mengucapkan angka tiga, tutup mata Anda! 1, 2, 3, tutup mata Anda! Fokus dan konsentrasi, pusatkan kekuatan Anda! Bayangkan di depan Anda ada sebuah televisi yang sangat besar. Sekarang nyalakan TV anda. Ok, sekarang TV sudah menyala. Bayangkan sebuah gambar berukuran kecil di bagian tengah layar TV Anda. Itu adalah gambar diri Anda ketika Anda merasa kurang percaya diri, putus asa, pesimis, ragu-ragu dalam mengambil keputusan, dan minder. Lihat gambar kecil itu, lihat ekspresi wajah Anda! Anda terlihat tidak percaya diri, minder, kurang bangga dengan diri sendiri, dan kurang optimis dalam hidup. Pikirkan peristiwa yang Anda hadapi saat itu. Mungkin itu terjadi sehari, seminggu, sebulan, atau setahun yang lalu. Tampilkan gambarnya, letakkan ke bagian tengah televisi tersebut. Sekarang, saya akan menghitung. Setiap hitungan saya bertambah, saya ingin Anda membesarkan gambarnya. Dengan demikian, semakin lama gambar itu akan semakin besar. Jika saya sudah menghitung sampai angka sembilan, kumpulkan kekuatan anda. Ketika saya mengucapkan angka sepuluh, break the limit! Hancurkan gambar itu! Teriakkan kata-kata, “Yes, I can do it. Yes, I break my limit! Saya menghancurkan batasan saya!” Oke, kita mulai. Satu, gambarnya membesar. Dua, gambarnya semakin besar. Tiga, terus membesar. Empat, tambah besar. Lima, gambar diri Anda yang sedang pesimis dan putus asa semakin terlihat. Anda sangat benci dengan gambar itu, Anda tidak suka dengan gambar itu. Enam, gambar Anda semakin memenuhi layar televisi. Tujuh, semakin besar dan jelas. Delapan, semakin bertambah jelas. Sembilan, himpun kekuatan Anda! Ketika saya mengucapkan angka sepuluh,
21
Anda berteriak sekencang mungkin, “Yes, I can do it, saya dapat menghancurkan batasan itu!” Sepuluh, Yes, I can do it, I break my limit! Allaahu Akbar! Alhamdulillaah. Gambar itu hilang, gambar itu pecah berkeping-keping bagaikan kaca yang hancur dan serpihannya berserakan di sekeliling Anda. Gambar itu kini hilang dan digantikan gambar positif diri Anda. Dalam gambar itu, Anda terlihat sangat confidence dan optimis. Simpan gambar itu untuk kehidupan Anda yang lebih baik dan tempatkan di relung hati yang paling dalam. Satu, dua, tiga! Anda bisa membuka kembali mata Anda. Itulah yang saya sebut dengan Breaking The Limit Exercise. Mungkin sebagian dari Anda mendapatkan pencerahan dari kontemplasi ini. Namun, bagi yang belum, Anda bisa melakukannya berulang-ulang. Saya sendiri baru bisa mendapatkan makna dari apa yang kita mainkan barusan setelah melakukannya empat sampai lima kali. Sebagai penutup bagian pertama ini, saya akan sampaikan satu kalimat ajaib yang mungkin bisa menjadi bekal dan modal Anda dalam mengejar mimipi-mimpi dan harapan Anda.
“Never put any limitation since you want to start something, but if you have done you know your limitation.” (Jangan sekali-kali membuat batasan ketika Anda baru memulai, sebab jika Anda sudah mengerjakan, Anda akan tahu sendiri sejauh mana batasan Anda!)
22
JEJAK LANGKAH Sejak kelas 6 SD, saya rutin mengikuti pengajian di kompleks POLRI di wilayah Ampere Kemang yang dipimpin oleh seorang ustadz yang akrab dipanggil Uda Usral atau disingkat Da Us. Suatu ketika selepas shalat Isya' di masjid, saya mengurungkan diri untuk cepat-cepat pulang ke rumah lantaran penasaran dengan majelis taklim yang disampaikan oleh penceramah muda dan menarik itu. Saya pun bergabung dengan jamaah yang lain dan mengikuti kajian hingga tuntas. Topik yang disampaikan oleh ustadz muda itu sangat menarik, yaitu tentang masalah tauhid. Walau saya adalah peserta terkecil dalam pengajian itu, saya memberanikan diri bertanya tentang sesuatu yang kerap menjadi ganjalan di hati saya. “Ustadz,” saya memulai, “bagaimana kita bisa meyakinkan orang yang tidak bertuhan atau atheis bahwa Allah benar-benar ada?” Beliau terlihat setengah kaget dengan pertanyaan saya. Sambil mendekat, beliau berbisik kepada saya, “Pertanyaan bagus! Kalau kamu serius mau tahu jawabannya, pekan depan ikut saya mengaji di Kampung Melayu.” Hati saya langsung berbunga. Ini yang namanya ‘pucuk dicinta ulam pun tiba’. Berbekal semangat belajar yang berkobar-kobar, pada hari yang ditentukan, saya pun bertolak ke rumah guru baru saya. Sesampai di sana, ternyata sudah banyak murid lain yang tengah serius menyimak uraian KH. R. Effendi, guru baru saya, seputar tauhid.
23
Seusai kajian, ustad saya mengenalkan diri saya kepada beliau sambil tak lupa menyampaikan pertanyaan saya minggu sebelumnya. Dengan ramah, semua pertanyaan saya dijawab satu persatu oleh beliau. Jawaban beliau benarbenar memuaskan dahaga spiritual saya. Tak terasa, hampir dua tahun kemudian, saya telah menamatkan kajian tauhid. Hari yang bersejarah dan merubah hampir seluruh perjalanan hidup saya pun terjadi. Begini ceritanya. Kyai Effendi suatu kali meminta saya untuk menggantikan ceramah beliau di suatu tempat karena beliau merasa kurang sehat. Saya tentu terkejut dengan permintaan beliau yang sangat mendadak. Tapi, seolah tak peduli dengan keterkejutan saya, beliau berkata bahwa materinya sudah biasa saya dengar dan pelajari. Benar memang. Kalau materinya seputar ma’rifatullah atau bagaimana manusia mengenal Allah, saya memang sudah sering mendengar. Saya pun akhirnya menyanggupi. Sesampai di lokasi, saya kaget bukan kepalang. Ternyata, peserta yang hadir kebanyakan para mahasiswa, sementara saya waktu itu baru kelas tiga SMP. Hati saya seketika ciut. Jangan-jangan baru mau ngomong pesertanya kabur. Di tengah keterkejutan itu, saya ingat kata-kata Pak Kyai, “Kamu ‘kan sudah sering mendengar dan mempelajari materinya. Kamu pasti bisa!” Akhirnya, sambil membaca ta’awwudz saya berusaha menepis keragu-raguan yang muncul. Ketakutan seperti “saya ‘kan masih terlalu muda,” “memangnya saya sudah
24
menguasai betul materi kajian itu?” “apa jadinya kalau nanti salah mengutip ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi?” “jangan-jangan mereka mangajukan pertanyaan yang sulit dijawab,” “saya ‘kan hanya murid SMP, sedangkan mereka sudah SMA bahkan ada yang sudah kuliah,” seketika luntur. Saya memulai dengan doa Nabi Musa tatkala ia akan menghadapi Firaun. Hasilnya? Subhaanallaah, saya lancar menyampaikan materi dan semua pertanyaan dapat saya jawab dengan tuntas. Tahukah Anda apa yang membuat saya bisa melewati tantangan itu dengan mudah? Ketenangan hati dan kelancaran lisan saya terjadi karena saya telah menghancurkan seluruh batasan yang dibentuk oleh pikiran saya sendiri. Berkat situasi kepepet itu, keberanian saya terdongkrak melebihi yang pernah saya bayangkan. Hal yang sama berlaku dalam masalah rezeki. Jika Anda mampu mengesampingkan segala hambatan atau batasan yang menutupi potensi diri kita dan keadaan tidak memberikan pilihan yang lain, saat itulah sebuah kekuatan raksasa akan muncul dan memberikan tarikan yang kuat terhadap peluang-peluang rezeki. Alhamdu lillaah, pengalaman tersebut akhirnya mengantarkan saya menjadi seorang pembicara publik dengan jam terbang mencapai 7.296 jam dan telah berhadapan dengan 725.140 peserta dari 756 perusahaan dan institusi nasional maupun internasional.
25
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi orang yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hambaNya dan menyempitkan bagi (orang yang dikehendakiNya).’ Barang apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba: 39)
26
FOCUS
Pikiran Total dan Radikal
F3
F1 F2
28
“Pusaran rezeki berpusat pada satu titik. Barangsiapa mampu menyatukan pikiran, perasaan, dan tindakan maka ia akan mendulang rezeki di kedalaman pusaran itu.”
Tahukah Anda sebuah kata yang dapat melejitkan potensi seseorang sehingga ia mampu mencapai hasil usaha di atas rata-rata? Kata itu adalah ‘fokus’. Ketika bicara tentang fokus, saya teringat dengan salah satu ritual yang juga merupakan rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Rasulullah SAW bersabda, “Islam dibangun di atas lima pilar, yaitu kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadan, dan berhaji jika mampu.” (HR. Muslim) Pada poin kelima dalam hadits tersebut, Rasulullah menyebut haji, sebuah ritual yang dilaksanakan oleh jutaan umat Islam di Makkah dan Madinah. Haji mengandung pelajaran yang luar biasa, salah satunya berkenaan dengan fokus. Apa hubungan antara fokus dan haji? Dalam ritual haji, kita mengenal istilah thawaf. Saat melakukan thawaf, kita bergerak mengelilingi sebuah bangunan yang menjadi pusat putaran dan kita sebut Kakbah. Kita mengelilingi Kakbah bersama-sama, bukan hanya satu atau dua orang, bukan pula ratusan atau ribuan orang, tapi jutaan. Bukan hanya satu putaran, tapi tujuh. Dalam thawaf, Kakbah menjadi center of the circle, pusat lingkaran berjutajuta manusia. Itu baru satu pelajaran dari haji. Pelajaran kedua, mengapa dalam berhaji kita harus menggunakan baju ihram, sebuah pakaian serba putih dan tanpa jahitan? Dalam rukun yang lain yaitu melempar jumrah, kita
29
melemparkan batu pada satu sasaran. Kita melempar jumrah sebanyak 21 kali. 21 lemparan batu itu kita lakukan dalam 3 periode, masing-masing periode sebanyak 7 lemparan. Apa yang kita lempar? Sebuah sasaran, satu titik. Jadi, saat itu kita berseragam dan sama-sama fokus pada satu sasaran. Apakah Anda tidak melihat ini sebagai FOKUS? Sebagaimana dalam permainan mematahkan sumpit dengan satu jari, ritual-ritual haji tidak sematamata berkaitan dengan dimensi fisik saja, namun juga dimensi pikiran yang bersifat non-fisik, yaitu fokus atau konsentrasi pada satu titik. Satu titik itu adalah Allah SWT. Jadi, ritual haji mengajarkan kepada kita betapa penting sebuah fokus dalam kehidupan. Mengapa kita harus berthawaf atau mengitari satu titik pusat? Mengapa kita harus menggunakan pakaian ihram yang warnanya seragam? Mengapa pula kita harus melempar jumrah pada satu titik sasaran? Rukun-rukun itu sebenarnya mengarahkan kesadaran kita terhadap pentingnya sebuah fokus. Setiap orang mempunyai kekuatan atau potensi untuk sukses. Tapi, mengapa sebagian orang belum bisa mencapai kesuksesan itu? Jawabannya adalah karena mereka tidak fokus. Pikirannya mengalami fragmentasi atau perpecahan. Semua tugas ingin dikerjakan. Akhirnya, semua tidak ada yang beres. Dalam ilmu fisika, kita mengenal istilah divergen dan konvergen. Divergen artinya menyebar, sedangkan konvergen artinya mengumpul. Menyebar berarti mengarah pada lebih dari satu titik, sedangkan mengumpul berarti menuju pada satu titik. Nah, berbicara tentang fokus sama saja dengan berbicara tentang konsep konvergen. Dalam konsep konvergen, benda yang jumlahnya banyak bergerak menuju satu titik. Titik itulah
30
yang disebut dengan fokus. Di dalam Al-Qur’an, kita bisa menemukan sebuah ayat yang sangat berkaitan dengan fokus. Ayat tersebut artinya, “Apabila dirimu telah menyelesaikan suatu pekerjaan maka bersiap-siaplah melakukan pekerjaan berikutnya.” Secara tersirat, ayat ini berbicara tentang fokus. Jangan pernah melakukan pekerjaan kedua sebelum kita menyelesaikan pekerjaan yang pertama. Artinya, fokuslah pada pekerjaan yang pertama lebih dulu. Step by step. Jangan melakukan dua pekerjaan atau lebih dalam satu waktu! Seringkali meski belum menyelesaikan suatu pekerjaan kita sudah mengerjakan pekerjaan yang lainnya. Akhirnya, dua-duanya tidak beres. Kita mengabaikan fokus, padahal haji mengajarkan kita untuk fokus. Thawaf, ihram, dan jumrah mengajarkan kita untuk fokus. Apa manfaat fokus dalam kehidupan? Bukankah fokus justru akan membatasi kehidupan kita karena ia menjadi tersegmentasi? Tidak. Dengan fokus, kita justru akan mendapatkan beberapa hal yang bernilai. Pertama, ketika seseorang fokus, dia akan mengalami apa yang disebut dengan quantum leap process. Quantum leap process adalah sebuah akselerasi proses hidup tingkat tinggi. Konkretnya, quantum leap process adalah sesuatu yang seharusnya dijalani oleh seseorang dalam tempo sepuluh tahun namun kemudian bisa dipersingkat menjadi dua tahun karena adanya fokus dalam hidupnya. Prestasi yang seharusnya dicapai dalam waktu tiga tahun bisa dicapai hanya dalam waktu satu tahun. Namun demikian, jangan kaburkan istilah quantum leap process dengan istilah karbitan. Quantum leap process bukan mengkarbit. Prosesnya alamiah, namun distimulasi dengan fokus. Hasil yang didapat dari adanya stimulasi ini adalah multiplier effect atau pelipatgandaan potensi yang luar biasa.
31
Kedua, Anda akan mendapatkan outstanding achievement atau prestasi di atas rata-rata. Jika selama ini Anda bekerja sebagai profesional, pengusaha, atau orang tua dan hasilnya pas-pasan maka bisa jadi itu disebabkan Anda tidak fokus dengan pekerjaan. Jika kita fokus, kita akan mendapatkan nilai atau hasil above the average, di atas rata-rata, atau saya sebut outstanding. Jika Anda adalah mahasiswa yang IP-nya 2,5, Anda harus bertanya berapa IP rata-rata di kelas Anda. Kalau IP rata-rata di kelas adalah 2,8, berarti IP Anda below the average. Dan, itu artinya Anda belum berprestasi. Apa yang saya sebut above the average atau outstanding adalah apabila IP rata-rata kelas 2,5 dan IP Anda mencapai 3. Itu baru outstanding.
“Keep going and don’t quit! The champion is never quit.” Terus maju dan jangan berhenti! Pemenang tak pernah berhenti. Seorang outstanding mother adalah jika ia mampu mendidik anaknya secara optimal di atas rata-rata orangtua yang lain. Kemampuan mendidik anak sedemikian rupa hanya bisa dilakukan jika kita fokus dengan pekerjaan kita sebagai ibu rumah tangga. Demikian pula jika Anda seorang pejabat atau presiden yang fokus dengan pekerjaan Anda. Anda akan mendapatkan hasil above the average. Anda akan meraih outstanding performance and achievement, performa dan prestasi di atas rata-rata. Ada pengalaman menarik ketika saya mengikuti bela diri. Olahraga tersebut merupakan campuran antara Kungfu Mandarin dan seni bela diri dari Mongolia, Thifan Pokhan.
32
Saya mengikuti olahraga itu sekitar dua atau tiga bulan dan, yang menarik, saya mendapat banyak pelajaran tentang fokus dalam waktu sesingkat itu. Para pegiat olahraga itu punya latihan-latihan yang disebut dengan ‘latihan fokus’. Saya akan berikan sedikit exercise untuk Anda dan bisa Anda coba di rumah. Saya akan tunjukkan kepada Anda bahwa fokus akan memberikan suatu kekuatan yang luar biasa. Anda siap? Silakan angkat tangan Anda ke atas, kencangkan perut dan mulai menghitung. Begitu saya sebutkan angka tiga, turunkan tangan dan pukul perut Anda sekencang-kencangnya. Lakukan dua atau tiga pukulan sekaligus. Tahan nafas saat Anda memukulkan tangan ke perut. Setalah itu, lepaskan tangan Anda dan embuskan nafas. Anda bisa lihat bagaimana latihan untuk fokus. Anda tahu ban mobil? Ban mobil sifatnya sangat lentur karena bahannya karet. Kalau Anda menendang ban, semakin kencang tendangan Anda maka semakin kencang pula tendangan tersebut berbalik. Mengapa? Karena ban itu bersifat fleksibel. Seperti halnya ban, perut kita pun bisa memiliki kelenturan melalui latihan-latihan seperti di atas. Mengapa bisa demikian? Karena perut kita telah terbiasa dengan pukulan tersebut. Bagaimana agar perut kita terbiasa dengan pukulanpukulan tersebut? Fokus. Supaya kita bisa fokus, berikut tiptipnya. 1. Find out your inner potential, temukan potensi Anda yang tersembunyi. Untuk itu, be yourself! Jadilah diri Anda sendiri, jangan menjadi orang lain; 2. Obey your deep heart feeling, taati suara hati nurani Anda;
33
3. Consentrate in one direction, konsentrasi satu arah (khusyu’ dan thumakninah). Bagaimana maksudnya? Kita seringkali berkonsentrasi pada banyak arah. Misalnya, mengerjakan shalat sambil mengingat pekerjaan atau keluarga; 4. Unity and uniformity, kesatuan dan keseragaman. Itu sebabnya, dalam haji, kita mengenal pakaian ihram atau pakaian serba putih. Ini menggambarkan keseragaman. Dengan adanya keseragaman, akan ada fokus. Islam memandang penganutnya sebagai umat yang egaliter atau setara. Orang Islam, karenanya, sering diibaratkan bak sebuah sisir. Semua sama tinggi dan rata, tidak ada perbedaan. Yang berbeda hanya satu, yaitu tingkat ketakwaan masing-masing. Allah berfirman, “Inna akramakum ‘indallaahi atqaakum” (Orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian); 5. Service minded. Fokus adalah service minded, mempunyai mentalitas melayani. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda? Konsep ini sebenarnya diambil dari makna filosofis Surat Al-Fatihah ayat 5, yaitu “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin” (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan). Dalam kehidupan sehari-hari, baik saat berada di rumah maupun di tempat kerja, janganlah kita mengharapkan fasilitas, sebab fasilitas akan diberikan secara otomatis jika kita telah memberikan pengabdian yang cukup. Banyak di antara kita yang menuntut hak tapi tidak cukup bertanggung jawab dengan kewajiban. Nah, fokus mengajarkan kita agar menunaikan kewajiban-kewajiban sebelum kita menuntut hak.
34
Kalau fokus diterapkan dalam kehidupan pribadi, kita akan menjadi pribadi yang unggul, pribadi yang mengalami percepatan-percepatan. Saya membayangkan jika fokus diterapkan dalam lingkungan keluarga maka keluarga itu akan menjadi keluarga yang unggul. Kalau fokus diterapkan di suatu perusahaan maka perusahaan itu akan menjadi perusahaan yang unggul. Dan, apabila fokus diterapkan di suatu bangsa maka bangsa itu akan menjadi bangsa yang unggul. Subhaanallaah! Terakhir, mari kita menyempurnakan ikhtiar dengan sebuah doa yang diajarkan Allah SWT dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw berikut. Yaa muqallibal quluub, tsabbit qalbii ‘alaa diinika. “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam menegakkan agama-Mu. JEJAK LANGKAH Pengalaman ini terjadi saat saya mendaftar sekolah di Pendidikan dan Latihan Penerbangan Curug pada tahun 1988. Tidak kurang lima tahapan seleksi yang ketat harus kami lalui agar bisa diterima sebagai taruna. Jumlah pendaftar yang tercatat dari seluruh Indonesia lebih dari 5.000 orang, sementara yang diterima kurang dari 200 orang untuk 7 jurusan. Itu artinya, 1 kursi diperebutkan 25 orang lebih. Perjuangan dimulai dengan seleksi administratif yang dilanjutkan kemudian dengan seleksi akademis yang mencakup empat mataujian, yaitu pengetahuan umum, matematika, fisika, dan bahasa Inggris. Seleksi berikutnya adalah wawancara disusul psikotes dan diakhiri dengan seleksi kesehatan dan pentukhir (penentuan akhir).
35
Seleksi terberat adalah psikotes bagian ketiga. Kami diminta meyelesaikan operasi matematika sebanyak satu halaman koran dengan instruksi yang cepat diiringi suara mesin pesawat dan sirene tanda bahaya yang meraung-raung. Jangankan diganggu dengan suara-suara bising itu, melihat ratusan operasi bilangan yang harus dihitung saja kami sudah cukup pusing. Dalam keadaan seperti itu, hanya satu kata yang terngiang di telinga saya, yaitu fokus. Seluruh pikiran, perhatian, dan konsentrasi saya pusatkan pada satu titik, yaitu instruksi yang diberikan penguji. Saya tidak peduli dengan suara-suara di sekeliling saya. Akhirnya, alhamdu lillaah, hampir seluruh soal bisa saya kerjakan dengan baik. Setelah keseluruhan seleksi kami jalani, kami diminta menunggu sekitar dua pekan. Sepekan sebelumnya, saya melihat pengumuman melalui surat kabar dan melihat nama saya tercantum sebagai calon mahasiswa Jurusan Perkapalan Institut Teknologi Surabaya. Bingung juga. Kalau saya ambil kesempatan di ITS, janganjangan tes di Curug lulus. Tapi, kalau kesempatan di ITS saya lepas, jangan-jangan tes di Curug tidak lulus. Saya tidak mendapatkan dua-duanya dong?! Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya mengambil keputusan yang cukup berat, yaitu melepas kesempatan kuliah di ITS dan menunggu hasil tes di Curug. Persis dua pekan setelah seleksi, saya menerima amplop berwarna putih. Dengan hati berdebar, saya buka surat tersebut. Setelah saya baca, ternyata isinya menyatakan bahwa saya TIDAK LULUS. Apa boleh buat, saya harus menerima kenyataan tersebut. Selama satu bulan setelah menerima surat pemberitahuan itu, saya mengikuti kursus komputer di bilangan Kebayoran Baru.
36
Suatu hari sepulang dari tempat kursus, saya mendapati sebuah amplop berwarna coklat tebal dengan kop PLP Curug di meja ruang tamu. Karena tak sabar, saya segera membuka amplop tersebut dan tahukah Anda bahwa surat tersebut menyatakan bahwa saya LULUS! Walaupun pengumuman pertama menyatakan saya tidak lulus, pikiran dan emosi saya tetap tertuju penuh pada PLP Curug. Dalam berbagai kesempatan, saya pun terus menyiapkan diri sebagai seorang calon taruna. Sikap semacam ini biasa saya sebut ‘manajemen as if’ atau ‘manajemen seolah-olah’. Boleh saja saya ikut kursus komputer, tapi mental dan perilaku saya sudah seperti seorang taruna. Fokuslah pada apa yang ingin Anda capai, Allah akan memudahkan kedatangan rezeki itu bagi Anda. Oleh karena itu, mulai saat ini, BERHATI-HATILAH terhadap fokus yang tidak benar, sebab bisa jadi Anda akan benar-benar merasakan hasilnya.
37
“Perumpamaan (harta yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkannya di jalan Allah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir yang masing-masing bulir terdiri dari seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi orang yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas (karunia-Nya) dan Maha Mengetahui..” (QS. Al-Baqarah: 261)
38
TELEPATHY Bicaralah dengan Langit!
T F3 F1 F2
40
“Rezeki memiliki frekuensi tertentu dalam mengunjungi manusia. Karenanya, samakan frekuensi diri Anda dengannya melalui telepati Ilahiyah.”
Seorang Ibu tiba-tiba merasa khawatir dengan keadaan anaknya yang sedang menempuh studi di luar negeri. Gelas yang dipegangnya bahkan sampai jatuh dan pecah berantakan. Saat itu juga sang ibu menelepon anaknya dan menanyakan keadaannya. “Benar, Bu. Aku hampir saja ditabrak mobil.” Coba Anda renungkan, apakah kejadian seperti itu hanya sebuah kebetulan? Tentu kita meyakini bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua telah direncanakan oleh Allah SWT. Namun, ada hal-hal tertentu yang memang ditakdirkan oleh-Nya sebagai pemicu. Salah satu di antaranya adalah firasat atau telepati Ilahiyah. Suatu kali saya pernah kedatangan tamu seorang ibu dan anaknya yang sudah beranjak dewasa. Dia menyampaikan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk meminta bantuan agar anaknya bisa kembali normal. “Maksud ibu?” tanya saya waktu itu. “Begini, Pak Reza. Sejak masih di sekolah dasar, anak saya sudah memakai ganja. Begitu SMP, dia mengonsumsi morfin. Puncaknya, ketika SMA, ia kecanduan putauw. Khusus yang terakhir ini, saya angkat tangan lantaran tidak tahu bagaimana anak saya bisa sembuh. Saya datang kemari dengan harapan Bapak bisa memberikan solusi yang terbaik,” ibu itu menjelaskan duduk perkaranya. Terang saja saya kaget. Bagaimana saya mau memberikan solusi jika pengetahuan saya tentang psikotropika atau
41
narkoba sangat minim? Tapi, ibu itu tetap memaksa saya untuk menyembuhkan anaknya. Saya tersudut. Jika saya terima dan melakukan penanganan terhadap anak itu namun ternyata malah membuatnya bertambah parah, bisa-bisa saya dituduh malpraktik. Ujung-ujungnya, bisa-bisa saya masuk hotel prodeo. Sementara kalau saya tolak mentah-mentah, janganjangan ini adalah cara Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk beramal saleh. Saya saat itu teringat pitutur para ulama yang mengatakan bahwa sebaik-baik amal saleh adalah amal yang sangat dibutuhkan oleh seseorang tatkala tidak ada pihak lain yang mau memberikannya. Saya akhirnya memutuskan untuk mengabulkan permohonan ibu itu dengan syarat dia dan anaknya menandatangani kesepakatan tertulis dan bermaterai bahwa jika terjadi kesalahan atau kerugian di pihak klien, mereka tidak boleh melakukan tuntutan apapun. Setelah kami sepakat, mula-mula saya melakukan wawancara mendalam terhadap sang ibu dan anaknya. Singkat cerita, saya menyimpulkan bahwa penyebab utama perilaku negatif anak tersebut bukan dirinya sendiri melainkan sang ibu. Lho, kok?! Ternyata, keadaan si anak yang tak kunjung sembuh distimulasi oleh keyakinan ibunya bahwa sampai kapanpun ia akan tetap seperti itu, betapapun secara lisan sang ibu mengatakan ia ingin anaknya sembuh seperti sediakala. Walhasil, saya terapi ibu tersebut selama hampir satu bulan untuk merekonstruksi ulang pola pikir dan keyakinannya melalui alam bawah sadarnya agar menjadi lebih positif. Setelah pikiran, perasaan, ucapan, dan tindakan si ibu menjadi sinkron, baru saya terapi anaknya. Alhamdu lillaah, tidak sampai sepekan, anak itu sembuh total dari ketergantungannya terhadap narkoba bahkan saat ini ia menjadi professional trainer bagi mantan pecandu narkoba.
42
Itulah kekuatan hebat telepati Ilahiyah sang ibu bagi kesembuhan anaknya. Kalaulah setiap ibu memiliki telepati Ilahiyah yang positif maka proses mendidik anak akan menjadi lebih sederhana. Kalaulah para istri mempunyai telepati Ilahiyah, tentu tidak banyak suami yang berselingkuh. Dan, jika saja para pengusaha mempunyai telepati Ilahiyah yang positif, insya Allah banyak orang yang bersedia menjadi rekan bisnis mereka.
“Good communication comes from people to people, but great communication comes from people to Allah.” (Komunikasi yang baik bermula dari seseorang kepada orang lain, tapi komunikasi yang hebat bermula dari seseorang kepada Allah.) Untuk memiliki kemampuan telepati yang tajam, kita harus melewati tiga tingkatan berikut. 1. Antipati, yaitu suatu keadaan di mana telepati Ilahiyah kita minus sehingga tidak memiliki efek sama sekali; 2. Simpati, yaitu suatu keadaan di mana telepati Ilahiyah kita pada posisi nol, artinya kita memiliki perhatian tapi tidak melakukan suatu penyelesaian secara kongkrit; 3. Empati, yaitu suatu keadaan di mana telepati Ilahiyah kita berada pada posisi plus. Artinya, kita memiliki perhatian yang kuat dan solusi yang nyata, namun vibrasinya belum maksimal. Jika empati di-back up dengan kekuatan ruhaniyah maka telepati Ilahiyah akan mencapai posisi plus-plus.
43
TELEPATI ILAHIYAH© TINGKATAN
SKOR
POSISI
Antipati
Minus
Lemah
Simpati
Nihil/nol
Sedang
Empati
Plus
Kuat
Telepati
Plus-plus
Sangat kuat
Bagaimana caranya agar telepati Ilahiyah bisa sampai pada posisi sangat kuat? Berikut beberapa tipsnya. 1. Kurangi campur tangan akal, perbanyak sentuhan nurani; 2. Jalani hidup dengan alamiah dan mengalir tanpa banyak rekayasa; 3. Jadilah diri sendiri, jangan memakai topeng orang lain; 4. Jangan banyak berasumsi; 5. Jangan ragu-ragu atau mudah berubah pikiran dalam memutuskan sesuatu. Jika kita mampu meningkatkan telepati Ilahiyah sampai meraih skor plus-plus, akan terjadi koneksi yang kuat antara makhluk dan Khalik sehingga pintu rezeki akan lebih mudah terbuka. JEJAK LANGKAH Ketika masih menjadi manajer penjualan, saya mendidik para sales executive dan supervisor bagaimana strategi meningkatkan penjualan tanpa harus membuat calon konsumen merasa bersalah atau kalah. Ungkapan bahasa
44
Jawanya, menang ora ngasorake atau menang tanpa merendahkan. Nah, suatu kali, saya membawa salah seorang anggota tim penjualan untuk praktik di lapangan. Saya meyakini bahwa satu contoh yang dialami langsung oleh orang yang bersangkutan lebih bermakna ketimbang ratusan ceramah di dalam kelas. Selama satu jam menyusuri sejumlah kompleks perumahan, akhirnya saya berhenti di salah satu rumah yang tampak cukup bersahabat. Setelah ‘warming up’ dan sedikit melakukan wawancara, saya memperagakan segenap kemampuan terbaik saya untuk mempresentasikan produk andalan kami. Tiga puluh menit kemudian, saya melakukan closing technique. Anggota tim saya sepertinya sangat puas dalam menerima pelajaran di lapangan kali ini. Tapi, tahukah Anda bahwa ternyata si empunya rumah tidak tertarik untuk membeli produk kami? “Rasanya, tidak mungkin kalau bapak itu tidak jadi membeli produk kita,” komentar mentee saya. “Kenapa?” saya menimpali. “Karena Pak Reza sudah menerangkan segalanya dengan prima. Tapi, kenapa dia tidak membeli ya?” “Sudahlah, tidak perlu kita bahas. Lebih baik kita pulang dan bersiap-siap untuk calon konsumen lain besok. Yang perlu kamu ketahui, meski orang tersebut menolak, tapi kita meninggalkan rumahnya dengan kesan yang baik,” ujar saya menghibur dirinya.
45
Sesampai di rumah, saya merenungkan kembali kejadian siang tadi. Apa yang salah? Belum tuntas otak saya berputarputar mencari pelajaran di balik itu semua, suara adzan Isya’ membuyarkan pikiran saya. Setelah shalat Isya’ berjamaah di masjid dekat rumah, dalam perjalanan pulang, saya menemukan jawabannya. Memang presentasi saya sangat bagus. Tapi, saat itu saya berpikiran bahwa bapak tersebut kurang potensial untuk membeli produk yang kami tawarkan. Artinya, saat saya menjelaskan dengan ucapan, pikiran dan hati saya tidak selaras (uncongruent) dengan frekuensi komunikasi bapak itu. Jika saya mampu menyelaraskan apa yang saya ucapkan, pikirkan, dan rasakan dengan apa yang dia ucapkan, pikirkan, dan rasakan maka saya pasti akan berhasil. Untuk menjawab rasa penasaran, saya menelepon beliau dan membuat janji yang kedua kalinya dengan alasan ada informasi terbaru dan menarik yang perlu beliau ketahui. Hal lain yang juga saya tambahkan untuk keberhasilan transaksi nanti adalah saya mendoakan beliau agar dibukakan hatinya untuk menerima apa yang saya sampaikan dan dimudahkan dalam mengambil keputusan. Saya pun mengulangi presentasi kepada beliau dengan beberapa informasi terbaru dan tentu saja dengan pendekatan yang berbeda. Hasilnya? Subhaanallaah, beliau membeli dua paket produk kami secara kredit. Janganlah kita terlalu mengandalkan kemampuan diri. Berdoalah untuk orang-orang yang Anda harapkan tertarik dengan produk Anda. Keputusan transaksi bukan sekadar inisiatif dan prakarsa otak semata, tapi juga INISIATIF dan PRAKARSA HATI.
46
ENTHUSIASTIC Gerak Penuh Energi
T F3 F1 E F2
48
“Saat Anda antusias menjemput rezeki maka rezeki akan datang kepada Anda dengan antusias pula. Dan, rezeki kurang bersahabat dengan kemalasan.”
Kokok ayam selalu identik dengan dimulainya hari baru. Datangnya hari baru menunjukkan kita sudah beranjak dari hari kemarin. Kemarin adalah pengalaman, sedangkan hari ini adalah kenyataan. Kesuksesan adalah jika pada hari ini kita lebih baik daripada kemarin. Jika esok lebih baik daripada hari ini maka itu disebut bahagia. Sejak dilahirkan, ayam mempunyai dua ciri yang sangat menonjol. Pertama, tidak pernah bangun kesiangan. Kedua, tidak pernah malas menjemput makanan. Itu ayam. Tapi, mengapa makhluk Allah yang bernama manusia kok kadang bisa malas? Apakah karena bekerja hingga larut malam atau karena perasaan bosan terhadap pekerjaan yang itu-itu saja? Atau, jangan-jangan kita belum mengetahui sepenuhnya tentang keutamaan waktu subuh. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 78 yang artinya, “Sesungguhnya (waktu shalat) subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” Senada dengan ayat tersebut, Nabi Muhammad juga pernah bersabda, “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan Subuh. Seandainya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya niscaya mereka akan mendatangi keduanya (dengan berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim) Shalat Subuh adalah shalat wajib yang paling sedikit jumlah rakaatnya, hanya dua rakaat. Namun, ia menjadi standar keimanan dan ujian kejujuran setiap orang karena
49
waktunya sangat sempit, yaitu dari terbit fajar sampai matahari terbit di ufuk timur. Mengapa ia menjadi standar keimanan dan ujian kejujuran setiap orang? Sebab, mengerjakan shalat Subuh ternyata tidak seperti mengerjakan shalat wajib yang lain. Apa yang membedakan? Godaan setan! Nabi Muhammad saw bersabda, “Setan melilitkan tali di leher salah seorang kalian dengan tiga lilitan ketika ia tidur. Pada setiap lilitan, setan berbisik, ‘Nikmatilah malam panjang ini!’ Apabila orang tersebut bangun dari tidurnya dan mengingat Allah, terlepaslah satu lilitan. Apabila ia berwudhu, lepaslah lilitan yang kedua. Kemudian, apabila ia mengerjakan shalat, lepaslah lilitan yang ketiga sehingga ia menjadi bersemangat. Tetapi, kalau tidak (bangun dan mengerjakan shalat), ia akan cenderung lamban dan malas.” Dalam hadits yang lain, Nabi saw juga bersabda, “Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sering berjalan dalam kegelapan (saat isya’ dan subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang kelak pada hari kiamat!” (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi, dan Ibnu Majah) Dalam hadits tersebut, Rasulullah mengabarkan bahwa pada hari kiamat nanti, Allah akan memberikan cahaya yang sangat terang kepada mereka yang senantiasa menjalankan shalat Subuh secara berjamaah. Cahaya itu selalu menyertai mereka hingga mereka menapakkan kakinya di surga, tidak hanya saat melewati Ash-Shiraath Al-Mustaqiim. Masih banyak hadits-hadits lain yang membicarakan keutamaan shalat Subuh, di antaranya hadits berikut. “Malaikat penjaga malam dan siang berkumpul pada waktu subuh. Kemudian, naiklah mereka yang menyertaimu pada malam hari (untuk menghadap kepada Allah). Lalu, Tuhan mereka bertanya –meski Dia lebih mengetahui keadaan mereka, ‘Bagaimana
50
keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami jumpai mereka dalam keadaan shalat juga’.” (HR. Bukhari) “Barang siapa menunaikan shalat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Shalat Subuh menjadikan semua umat berada dalam jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah sepanjang hari. Barangsiapa membunuh orang yang sedang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Dia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah) Di samping rahmat dan anugerah yang diterima oleh hamba Allah yang taat, banyak juga petaka yang menimpa kaum durhaka yang terjadi pada waktu subuh. Allah berfirman, “Sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka adalah pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?” (QS. Hud: 81) Rutinitas harian kita bergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia menyesuaikan waktu shalat, bukan sebaliknya, waktu shalat yang mengikuti urusan dunia. “Jika kamu menolong (agama) Allah maka Ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu,” demikian firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 7. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman, “Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agama-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 40) Jadi, kemalasan harus dilawan sejak kita bangun tidur pada pagi hari. Karena, bangun tidur pada pagi hari adalah awal dari seluruh aktivitas kita. Jika kita mengawali hari dengan malas-malasan maka itu akan berpengaruh terhadap seluruh pekerjaan.
51
“Good start will lead you to great end.” (Permulaan yang baik akan membimbingmu kepada akhir yang jauh lebih baik.) Dengan memahami keutamaan shalat Subuh, kita akan terbebas dari rasa malas. Jika kita renungkan ayat-ayat AlQur’an dan hadits Nabi berkenaan dengan shalat Subuh, kita akan mengetahui setidaknya empat keutamaan yang terkandung di dalamnya, yaitu: 1. Mendapatkan kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT (maqaaman mahmuuda); 2. Dijauhkan dari kemunafikan dan kemalasan; 3. Memperoleh jaminan, penjagaan, dan perlindungan Allah SWT sepanjang hari; 4. Dikaruniai cahaya terang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Tindakan kita sangat dipengaruhi oleh perilaku dan karakter diri kita. Karakter dipengaruhi oleh kebiasaan, sedangkan kebiasaan berasal dari pola pikir. Jika pagi hari kita mulai dengan pola pikir yang malas maka kita akan terbiasa kesiangan sehingga melakukan segala sesuatu dengan terlambat dan menyelesaikan pekerjaan dengan terburu-buru. Akumulasi dari kebiasaan ini adalah karakter indisipliner. Akibatnya, dalam bertindak kita sering sembrono, asal-asalan, dan kurang greget karena miskin antusiasme. Ambisi untuk melakukan kerja terbaik berasal dari gairah yang menggebu-gebu. Gairah didukung oleh antusiasme, sementara antusiasme sendiri berasal dari keinginan kuat untuk berperang melawan hawa nafsu atau ego diri yang di antaranya adalah rasa malas. Antusiasme memancarkan gelombang
52
energi positif. Di antara ciri-ciri orang yang memiliki energi positif adalah: 1. cepat dalam merespon; 2. sigap dalam bergerak; 3. energik dalam berbicara; 4. bersemangat dalam menerima hal-hal baru; 5. dinamis dalam pergaulan. Nah, pribadi yang seperti inilah yang akan lebih mudah connect dengan rezeki. Karena, pada dasarnya, rezeki yang barakah bukan berada pada gelombang energi negatif. Mari perhatikan orang-orang yang sukses menjemput rezeki. Mereka adalah orang-orang yang selalu antusias dengan setiap peluang yang ada. Dari sinilah sebenarnya kita harus menyadari betapa hebat Allah membuat sebuah mekanisme bagi kepribadian kita melalui shalat Shubuh yang diawali dengan berwudhu untuk memberikan kesegaran bagi tubuh dan pikiran, disusul dengan shalat Fajar, dan dikunci dengan shalat Subuh berjamaah. Jika kita mengawali shalat Shubuh dengan antusias maka hal itu akan jauh lebih mudah untuk mendongkrak semangat kerja, melejitkan prestasi, dan mengakselerasikan hadirnya rezeki. Setelah mengetahui beberapa keutamaan ini, masih adakah kemalasan yang tersimpan dalam diri Anda? Kalau ya, lantas bagaimana mengatasi rasa malas? Berikut beberapa tipsnya. 1. Ikhlaskan niat karena Allah dan berikan hak-hak anggota tubuh kita, seperti hak mata untuk tidak dibiarkan terlalu sering begadang, hak telinga untuk tidak mendengarkan suara-suara yang buruk, hak mulut untuk tidak berbicara kotor, hak tangan untuk tidak menjamah sesuatu yang haram atau mengambil barang-barang orang lain, dan hak kaki untuk tidak
53
melangkah ke tempat-tempat yang tidak diridhai Allah SWT; 2. Bertekad kuat dan nyatakan dengan yakin dan mantap. Lakukan muhaasabah atau perenungan sebelum tidur pada malam hari; 3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi; 4 Perbanyaklah membaca doa, terutama doa akan tidur, agar Allah kembali memberi kesempatan kepada kita untuk mengerjakan shalat Subuh seperti biasanya; 5. Carilah kawan yang baik (shalih) dan lingkungan yang baik (bii-ah hasanah) pula; 6. Berlatihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw, yaitu tidur lebih awal, berwudhu saat hendak tidur, tidur dengan posisi tubuh miring ke kanan, dan maafkan orang-orang yang Anda benci; 7. Kurangi makan sebelum tidur serta jangan minum teh dan kopi pada malam hari; 8. Selalu ingat keutamaan dan hikmah shalat Subuh. Tulis dan letakkan di tempat yang mudah Anda lihat, seperti di dinding kamar atau ruang santai keluarga; 9. Gunakan tiga alat bantu berupa alarm, yaitu jam weker, handphone, dan jam ruangan; 10. Ajaklah orang lain mengerjakan shalat Subuh bersama dan mulailah dari keluarga Anda; 11. Saat bangun tidur, bayangkan hari itu adalah ke sempatan terakhir yang diberikan oleh Allah SWT. Karenanya, gunakan waktu seproduktif dan seefektif mungkin;
54
12. Buatlah tanda khusus untuk acara yang menjadi prioritas, misalnya dengan kalimat ‘segera’ atau ‘mendesak!’; 13. Buatlah hukuman jika Anda masih bersikap malas. Sebaliknya, berikan hadiah jika Anda bersikap rajin. Demi kesuksesan dan kebahagiaan Anda, mari kita mulai dengan mengucapkan sebuah do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Doa ini bisa kita baca setiap pagi dan petang. Allaahumma innii a’uudzu bika minal ‘ajzi wal kasali. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.” (HR. Muslim)
JEJAK LANGKAH Pada pertengahan tahun 1996 selepas menyelesaikan masa ikatan dinas mengajar di Pendidikan dan Latihan Penerbangan Curug, saya menjajal bidang bisnis yang belum pernah saya masuki sebelumnya, yaitu marketing. Aktivitas penjualan apapun yang sedang marak saat itu saya lakoni. Agak riskan juga sebenarnya, karena dalam keadaan sudah menikah dan dikaruniai dua anak serta istri yang masih menjalankan dokter co-ast di RSCM, saya memutuskan memulai karir sebagai sales di mana penghasilannya fluktuatif, kadang dapat komisi besar, tapi tak jarang nihil. Mula-mula saya mencoba menjadi sales mata uang atau Forex Broker. Tidak sampai dua bulan, saya pindah ke bidang properti. Setelah melompat-lompat di dua perusahaan dalam tempo tiga bulan, saya banting stir menjadi agen penjual asuransi. Setelah sempat satu bulan menjadi unit
55
manager, saya putuskan untuk keluar karena pemilik perusahaan tersebut terlibat kasus penggelapan dana dan korupsi hingga trilyunan rupiah. Dalam kondisi luang karena tidak mempunyai pekerjaan harian, saya berburu lowongan kerja melalui surat kabar. Akhirnya, saya tertarik untuk mencoba bergabung di sebuah perusahaan direct selling yang menjual bukubuku pendidikan anak dan keluarga berbahasa Inggris. Lamaran pun saya layangkan ke personel manager. Sepekan kemudian, saya menerima panggilan wawancara dengan manajer penjualan. Begitu berhadapan, ternyata manajer tersebut seorang wanita. Hampir setengah jam saya diwawancara oleh beliau. Secara pribadi, hal paling mengesankan dalam wawancara itu adalah saat beliau bertanya tentang berapa target penjualan yang ingin saya capai bulan depan. Saya tidak langsung menjawab namun balik bertanya, “Berapa rekor penjualan tertinggi yang pernah dicapai di perusahaan ini?” Beliau tertegun sejenak, lalu menjawab, “Rekor itu saya buat beberapa tahun yang lalu dan sampai saat ini belum terpecahkan.” Saya tersenyum mendengar jawabannya, lalu berkata bahwa rekor beliau tak lama lagi akan saya pecahkan. Beliau hanya membalas senyum saya. Ketika saya menjalani masa-masa awal bekerja di perusahaan tersebut, saat itu berlangsung tahap kualifikasi International
56
Achievement Conference yang telah memasuki periode empat bulan. Itu artinya, jika saya ingin terpilih dalam konferensi yang berlangsung di Swiss itu, saya harus melampaui poin penjualan selama setahun yang telah ditetapkan perusahaan pusat yang berdomisili di Chicago, Amerika Serikat. Padahal, waktu yang tersisa bagi saya tinggal delapan bulan. Pada bulan Desember di mana kualifikasi penilaian akan berakhir satu hari lagi, sementara pencapaian poin saya baru 80%, saya sudah menguatkan hati dan tidak terlalu berharap banyak untuk bisa mengikuti konferensi tersebut. Kemungkinan saya untuk bisa lolos sangat kecil. Ini yang dinamakan mission impossible. Dengan langkah gontai, setelah seharian berjibaku di lapangan, saya menyempatkan diri mampir ke kantor. Seperti biasa, saya langsung bergerak menuju ruang pemasaran. Aneh. Tidak biasanya kantor sepi. Saya lalu bergegas membuka pintu ruang utama pemasaran, tempat para sales dan manajer berkumpul. Baru tiga langkah, seisi ruangan tiba-tiba riuh rendah. Beberapa di antaranya bertepuk tangan dan manajer-manajer senior menyalami saya sambil mengucapkan selamat. Mereka bilang, saya menjadi bagian dari peserta yang berangkat ke konferensi di Zurich, Swiss. Saya tentu tidak percaya. “Ada yang nggak beres nih,” gumam saya dalam hati. Setahu saya, pencapaian poin saya baru mencapai 80%, kenapa semua orang mengucapkan selamat? Tapi, sebentar kemudian saya langsung mengerti. Teman-teman yakin saya akan mampu menyelesaikan sisa 20% poin saya karena ada perpanjangan tiga hari dari batas yang ditentukan. Itu
57
artinya, dari hari Jumat sampai Senin, saya harus bekerja ekstra keras untuk meraih kesempatan emas itu. Entah mengapa sejak kehebohan di kantor hari itu, saya seperti mendapat tambahan energi untuk mewujudkan impian saya berkeliling Eropa. Jadwal hari Jumat sampai Senin saya padatkan untuk mengunjungi para calon konsumen potensial. Pada hari Senin menjelang maghrib, saya kembali ke kantor untuk melaporkan seluruh hasil penjualan dan menunggu perhitungan pencapaian poin saya. Antara percaya dan tidak, ternyata dalam injury time itu saya lolos untuk berangkat ke Swiss bersama empat rekan terbaik lainnya. Saya tidak mengira akan berhasil karena dalam hitungan saya, jumlah pencapaian poin saya masih kurang sekitar 30 poin lagi. Tapi, itulah rahasia antusiasme yang berpadu dengan kesabaran sehingga membuahkan pertolongan Allah SWT. Pada menit-menit terakhir, seorang konsumen lama saya memesan paket buku terbaru dan jumlah keseluruhan poinnya melampaui 30 poin. Subhaanallaah, ternyata antusiasme yang tulus dari rekan sejawat menular tidak saja kepada saya namun juga konsumen saya. Maha benar Allah. Jika kita antusias, rezeki pun akan datang dengan antusias pula.
58
APPRECIATION
Menghargai, Bukan Memberi Harga
T F3 F1 E F2 A
60
“Hargai setiap rezeki yang datang, bagaimanapun keadaannya, karena rezeki itu akan mengundang ‘teman-temannya’ yang lain untuk datang kepada Anda.”
“Tiada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahuiNya, tiada biji yang berada di kegelapan bumi, dan tidak pula sesuatu yang basah atau kering melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-An’am: 59) Subhaanallaah. Gugurnya daun adalah karena perintah Allah. Karena ketundukannya terhadap Allah maka daun pun rela menjatuhkan dirinya ke bumi sehingga regenerasi tumbuhan bisa berlangsung. Demi keberlangsungan rezekinya, manusia perlu meneladani perilaku daun yang senantiasa tunduk terhadap perintah-Nya. Ketika Anda berdzikir kepada Allah sebagaimana daun yang juga berdzikir dengan menjatuhkan dirinya ke tanah maka pintu-pintu rezeki akan segera terbuka. Orang yang berdzikir kepada Allah adalah orang yang pandai berterima kasih dan tidak melupakan nikmat dari-Nya. Sebaliknya, orang yang enggan berdzikir kepada Allah adalah orang yang tidak pandai berterima kasih dan melupakan nikmat dari-Nya. Jika kita mengikuti sikap yang terakhir, bagaimana mungkin Allah akan membukakan pintu rezeki bagi kita?
“Whoever remember the last, will get the next.” “Barangsiapa ingat dengan yang telah lalu, akan mendapatkan yang akan datang.”
61
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an, “Ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepada kalian. Bersyukurlah kalian kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari nikmat.” Berdzikir akan menenangkan pikiran dan menenteramkan hati. Dalam keadaan dzikir, otak kita mengeluarkan gelombang alpha dan bahkan theta, sehingga kita akan memperoleh ideide cemerlang dan brilian. Inilah yang akan memudahkan kita menjemput rezeki. Sebaliknya, kekalutan pikiran dan kegelisahan hati akan membuat orang mengalami kebuntuan atau stagnasi. Bagaimana caranya agar kita terhindar dari kebuntuan hidup dan tidak berada di persimpangan jalan yang penuh kebingungan? Berikut beberapa tipsnya. 1. Membawa sesuatu yang bisa mengingatkan kita dengan cepat kepada Allah, seperti Al-Qur’an, tasbih, atau buku saku doa; 2. Menyetel alarm pada setiap waktu-waktu shalat atau mengaktifkan ringtone yang bernuansa dzikir; 3. Menghiasi dinding di kantor atau rumah dan wallpaper di laptop atau I-Pad dengan kalimat yang bernafaskan Islam; 4. Melatih spontanitas terhadap setiap kejadian dengan dzikir. Saat memperoleh nikmat kita spontan mengucapkan alhamdu lillaah, saat melihat sesuatu yang menakjubkan kita spontan mengucapkan subhaanallaah, saat melakukan kekeliruan kita spontan mengucapkan astaghfirullaah, dan saat mendapatkan cobaan kita spontan mengucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun; 5. Menghibur hati dengan senandung lagu-lagu Islami, seperti shalawat yang meneduhkan hati.
62
Agar kita bisa selalu berdzikir dalam kondisi bagaimanapun dan di manapun, bacalah doa ini. Allaahumma a’iinii ‘ala dzikrika wa husni ‘ibaadatik. “Ya Allah, tolonglah aku agar selalu bisa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan memperindah ibadah kepadaMu.” JEJAK LANGKAH Empat tahun silam, saya diminta untuk memimpin rombongan haji plus di salah satu biro travel haji di Jakarta. Entah kenapa, saat disodori kontrak kesepakatan kerja di mana terdapat dua butir penawaran yang akan mereka berikan kepada saya, saya setuju saja. Butir pertama menyatakan bahwa saya berangkat haji dengan fasilitas plus tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun, karena pihak travel yang bersangkutan bersedia menanggung seluruh biaya keberangkatan haji hingga kepulangannya. Butir kedua menyatakan saya mendapatkan fee sebesar US$ 1.000 sebagai tanda penghargaan atas bimbingan yang nanti akan saya berikan selama proses ibadah haji. Alhamdu lillaah, akhirnya kami berangkat bersama rombongan yang berasal dari berbagai daerah termasuk Jakarta. Sebisa mungkin, semua yang menjadi keperluan para jamaah baik yang bersifat peribadatan maupun curhatan mereka tentang rumahtangga dan bisnis saya dengar dan saya tanggapi. Tidak jarang mereka meminta waktu-waktu istirahat kami untuk menjelaskan bagaimana berhaji yang baik dan benar. Saya pikir, memang begitulah seharusnya seorang pembimbing menjalankan peran, meski tak jarang risikonya harus kehilangan waktu pribadi, termasuk
63
untuk bermunajat kepada Allah. Sejak keberangkatan dari Tanah Air, saya sudah memposisikan diri benar-benar sebagai pelayan tetamu Allah. Bahkan, sampai pada hal-hal teknis, tanpa banyak pertimbangan, kami selalu ada untuk mereka. Ritual demi ritual telah kami jalani, mulai dari miqat, ihram, mabit, wuquf, jumrah, thawaf, sa’i, sampai tahalul tak ada beban sedikit pun. “Yang penting enjoy aja,” gumam saya waktu itu. Semua pekerjaan mengalir bagai air, meski kadang ada riakriak kecil. Suatu ketika saat tengah malam, pintu kamar kami digedor oleh salah seorang muslimah rombongan jamaah. Saya terbangun dan tercenung sesaat memandang raut wajah sang ibu yang tampak sangat bersedih. “Ustadz,” ujarnya, “antarkan saya untuk thawaf dan mencium hajar aswad.” Tanpa banyak tanya, saya menjawab, “Baik, saya bersiapsiap dulu. Dalam lima menit saya akan menyusul ke lobby hotel.” Saya bertanya-tanya ada apa gerangan dengan ibu ini. Namun, saya tidak mau terbawa praduga macam-macam. Begitu melangkah menuju Masjidil Haram melalui pintu satu, kerumunan orang begitu padat, tidak seperti biasanya. Biasanya, pada jam-jam tersebut situasi Masjidil Haram agak lengang. Kucuran keringat yang membasahi tubuh tidak mengurangi niat saya untuk menemani ibu itu. Pada putaran kelima, saya berbisik kepada beliau bahwa meski sekeliling Kakbah sudah penuh sesak dengan puluhan ribu manusia,
64
terus saja ber-thawaf. Siapa tahu Allah memudahkan dirinya di dua putaran terakhir sehingga ia mendapat kesempatan mencium hajar aswad. Saya lalu mengajak beliau merapat ke pintu Kakbah dan mengajaknya untuk tidak berhenti berdzikir dan berdoa serta memasrahkan diri kepada-Nya. Subhaanallaah, entah bagaimana mulanya, terbuka jalan yang begitu lapang seperti rongga sebuah pipa besar di depan kami. Saya meminta beliau segera maju hingga mendekati posisi hajar aswad. Akhirnya, kekinginan beliau untuk mencium hajar aswad terpenuhi. Usai thawaf, saya ajak beliau mencari tempat yang agak lapang sejajar dengan multazam. Saya bimbing beliau dengan doa. Beliau pun mengikuti kata-kata saya dengan isak tangis yang semakin lama semakin kencang. “Apa yang Ibu rasakan saat ini?” saya mulai bertanya. “Alhamdu lillaah, Ustadz. Semua beban yang berat sekarang rasanya sudah lepas. Niat saya untuk membubarkan pernikahan digantikan oleh bayangan keluarga surgawi,” jawab ibu itu. Alhamdu lillaah, sepulang dari Tanah Suci, saya melihat perubahan yang luar biasa pada diri beliau. Beliau terlihat jauh berbeda dari sosok yang saya lihat sebelumnya. Beliau berjanji sepenuh hati untuk lebih banyak menghabiskan sisa hidupnya bersama kami dalam mengembangkan Pondok Pesantren GAYA (Griya Asri Yatim) di bilangan Jonggol, Cibubur. Lahan seluas 16 hektar beliau percayakan agar dikembangkan bagi kemanfaatan umat. Ya Allah, semoga sedekah dan niat tulus beliau Engkau balas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin.
65
“Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu berfirman, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami pasti akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
66
ABUNDANCE Berselancar dalam Keluasan
T F3 F1 A
E F2 A
68
“Kesempitan rezeki berawal dari kesempitan hati. Maka, lapangkanlah hati agar pintu rezeki juga semakin lapang.”
Adakalanya rezeki menjauh karena kita membuat situasi yang tidak nyaman bagi rezeki tersebut. Situasi yang tidak nyaman itu bisa kita sebut dengan 5 C, yaitu: 1. C1 : Curiga, yaitu curiga atas perbuatan orang lain namun tidak bisa membuktikannya secara obyektif; 2. C2 : Cemburu, yaitu cemburu jika melihat orang lain berhasil; 3. C3 : Cela, selalu mencela kekurangan atau kelemahan orang lain; 4. C4 : Campur tangan, atau usil dan senang merecoki kewenangan orang lain; 5. C5 : Curang, curang dalam melakukan muamalah atau transaksi ekonomi. Seorang murid bertandang ke rumah gurunya untuk mengadukan persoalannya. Harapannya, ia akan mendapatkan pemecahan yang bijaksana darinya. Ketika ia sampai di kediaman beliau, ia menceritakan uneg-uneg di dalam hatinya. Tanpa terasa, murid itu sudah menghabiskan waktu satu jam untuk berbicara. Setelah ia terdiam, sang guru bertanya, “Apa masih ada lagi yang ingin disampaikan?” “Masih ada, Guru,” jawab murid itu. “Izinkan saya mengutarakan problem rumah tangga saya yang sudah ada di ambang perceraian,” lanjutnya.
69
Satu jam kedua pun berakhir. Untuk kedua kalinya, sang guru menanyakan hal yang sama kepada si murid, “Apakah masih ada yang ingin dikeluhkan?” “Mmm... Izinkan saya menyampaikan problem usaha saya. Apapun usaha yang saya lakukan, Guru, selalu menemui jalan buntu. Utang saya pun semakin menggunung. Hidup saya tidak nyaman karena terus dikejar para penagih utang.” Lagi-lagi, sang guru bertanya, “Masih ada lagi yang mau disampaikan?” “Sudah, Guru, sudah cukup. Semuanya sudah saya kemukakan. Saatnya saya menantikan jawaban Guru,” jawab si murid. Sang guru tidak menjawab. Ia malah masuk ke dalam kamar. Beberapa saat kemudian, ia keluar sambil membawa mangkuk kecil berisi garam di tangan kirinya dan gelas berisi air putih di tangan kanannya. Ia lalu meminta muridnya memasukkan satu sendok garam ke dalam gelas dan mengaduknya. Setelah garam itu larut, murid itu diminta mencicipi air dalam gelas itu. Beberapa saat kemudian, sang guru meminta murid itu untuk memanggul sekarung garam dari gudang untuk ditumpahkan ke kolam yang ada di samping rumah sang guru. “Ambil segelas air kolam yang sudah bercampur dengan garam itu! Bagaimana rasanya?” tanya sang guru. Tanpa menunggu jawaban si murid, ia lantas me merintahkannya untuk pulang. Apa sebenarnya maksud sang guru? Garam ibarat masalah, sedangkan gelas adalah hati manusia. Jika sesendok garam dimasukkan ke dalam segelas air maka air tersebut akan terasa asin. Perumpamaan ini berarti
70
masalah kecil yang masuk ke dalam hati yang sempit akan terasa sangat besar. Sebaliknya, sekarung garam yang dimasukkan ke dalam kolam yang besar tidak akan cukup untuk membuat air di dalamnya asin. Artinya, sebesar apapun masalah jika ia masuk ke dalam hati yang lapang maka masalah itu akan terasa kecil. Jadi, fokus kita bukan lagi pada besar atau kecilnya suatu masalah namun lapang atau sempitnya hati kita.
“Think big, feel strong, and pray hard for deep heart.” (Berpikirlah yang besar, merasalah [bahwa diri Anda] kuat, dan berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk perasaan yang dalam.) Allah tidak pernah menyempitkan rezeki manusia. Yang ada adalah manusia yang menyempitkan hatinya sendiri. Diperlukan beberapa cara agar hati kita menjadi lapang, di antaranya: 1. Dalam situasi sesulit apapun, jangan bergeming untuk meyakini bahwa Allah Maha Besar. Dengan begitu, kita tidak akan khawatir terhadap sebesar apapun masalah yang datang; 2. Upayakan membuang rasa benci, dendam, atau sikap permusuhan terhadap orang lain. Ganti kebencian dengan bibit-bibit cinta (mahabbah). Buatlah daftar orang yang pernah Anda musuhi atau benci. Baca satu persatu dan katakan pada setiap nama itu, “Aku sudah memaafkan Anda.” Setelah selesai semua, robek daftar itu dan buang ke tempat sampah! Anda merasakan akibatnya? Hati terasa lebih lapang, bukan?
71
3. Kembangkan sikap 2 I 2 L dalam berinteraksi dengan siapapun, baik pada skala mikro maupun makro. 2 I 2 L yang dimaksud adalah: I 1 : INGATLAH selalu kebaikan orang lain terhadap Anda; I 2 : INGATLAH kesalahan Anda terhadap orang lain; L 1 : LUPAKAN kebaikan Anda terhadap orang lain; L 2 : LUPAKAN kesalahan orang lain terhadap Anda. ABUNDANCE BOX© AKTIVITAS
KESALAHAN
KEBAIKAN
KETERANGAN
Ingat diri
+
-
Riya’
Ingat orang
-
+
Ghil
Lupa diri
-
+
Ghurur
Lupa orang
+
-
Takabur
Jadi, ketika kita berlapang dada, yang terjadi adalah lapangnya rezeki dan mengecilnya masalah. Sekali lagi, mari jadikan Allah Maha Besar bukan hanya dalam ucapan tapi juga dalam pikiran, hati, dan tindakan kita. JEJAK LANGKAH Adalah manusiawi jika seseorang yang telah memperoleh kesuksesan tidak ingin ada orang lain yang menandinginya. Hatinya akan terasa sempit jika mengetahui ada orang lain yang jauh lebih sukses dari dirinya. Sebaliknya, ia akan bahagia kalau ada pesaing yang jatuh usahanya. ‘SMS’ kata orang, “senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang”.
72
Awal berkarir di bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), perasaan ego dalam diri mendorong saya selalu ingin menjadi orang nomor satu. Tidak boleh ada yang lebih baik dari diri saya. Dalam bergaul, seringkali yang mencuat adalah perasaan curiga, “Jangan-jangan dia mencuri gagasanku, jangan-jangan dia meniru metodeku,” dan seterusnya. Akibatnya, suasana yang tidak sehat merebak dan rezeki pun menjauh. Lama-lama saya berpikir, sampai kapan kita bisa mempertahankan kesuksesan diri? Sebab, tidak ada orang yang memiliki kesuksesan abadi. Setelah melalui proses perenungan yang cukup mendalam, akhirnya saya menemukan sebuah pencerahan. Kalau kita ingin kesuksesan sejati, bersiaplah untuk suksesi. Maknanya, kalau pikiran kita selalu dipenuhi dengan ambisi menjadi yang terdepan, terbesar, dan terbanyak maka pada saat yang sama kita telah mempersempit ruang bagi rezeki karena boleh jadi banyak orang akan merasa tidak nyaman dengan keangkuhan pribadi kita. Saya sempat tiga tahun berkutat dalam diskusi yang tak pernah putus tentang bagaimana mengorbitkan diri sendiri, bagaimana melejitkan citra diri, dan bagaimana mempopulerkan diri sendiri sampai akhirnya pikiran saya lelah. Selanjutnya, bersama sahabat-sahabat yang mempunyai kesamaan visi saya menggagas sebuah komunitas yang kami namakan ‘Republik Motivasi Indonesia’. Republik Motivasi Indonesia adalah sebuah wadah berkumpulnya orang-orang muda yang mempunyai potensi besar dan komitmen untuk menjadi agen revolusi dan siap memprovokasi seluruh masyarakat Indonesia
73
menuju revolusi Indonesia babak kedua. Mereka adalah para motivator terbaik di bidang dan segmen masingmasing. Saat itu, kebahagiaan yang saya rasakan bukanlah bagaimana membuat diri saya bertambah sukses namun bagaimana membuat mereka menjadi lebih sukses dari diri saya. Atas perkenan Yang Maha Kuasa, bermunculanlah para motivator masa depan bangsa yang siap meluncurkan proyek nasional, yaitu MOTIVASI UNTUK NEGERI. Sungguh, saya sangat bangga dengan mereka karena Allah. Kang Enha, teruslah membuat revolusi keluarga Indonesia sakinah; Bang Derby, sebarkan ‘abrakadabra’-mu untuk menyihir para pendidik agar lebih termotivasi dalam membimbing anak bangsa, Pendekar Archan, jangan bosan berkampanye mengenai pendidikan berkarakter untuk paramuda; Mas Adji ‘Goldwing’, pancarkan kemilau revolusi emasmu untuk para peretas karir; Very, sosok cergasmu dinantikan oleh mereka yang gagap komunikasi; Bunda Asma, terus kibarkan pesan Indonesia sehat bersama holistik; Kang Nanang, ajak para pesimismania untuk lebih berani menatap ke depan dengan HOPE manajemenmu; Bunda Anna, sentuhan lembut dan tutur kata jernihmu dirindukan para wanita yang hilang asa; Aryo, jangan bosan membisikkan kata asyik pada remaja yang sedang mencari identitas dirinya. Alhamdu lillaah, Ya Allah, Engkau kirimkan mereka padaku untuk semakin membesarkan kebahagiaanku yang nantinya akan kubagi untuk siapapun yang ingin berlapang hati menerima kebaikan darimanapun asalnya. Marilah kita berlapang hati agar Allah juga melapangkan rezeki bagi kita.
74
MEANINGFULNESS Lebih dari Apa Adanya
M
T F3 F1
A
E F2 A
76
“Agar rezeki menantikan kehadiran Anda dan selalu merindukan keberadaan Anda, jadilah orang yang gemar menabung manfaat.”
“Sungguh beruntung orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyu’ shalatnya, yang meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat atau sia-sia.” (QS. AlMukminun: 1-3) Salah satu karakteristik orang mukmin yang sukses adalah senantiasa membuat dirinya produktif dan bermanfaat. Seekor lebah tidak pernah mengambil sesuatu selain yang baik-baik dan menghasilkan sesuatu yang baik-baik pula: madu. Begitulah manusia seharusnya bersikap, tidak mencari rezeki kecuali yang halal dan baik serta tidak menghasilkan sesuatu selain yang bermanfaat. Nabi Muhammad saw bersabda: “Manusia yang paling baik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi sesamanya.” Tentu saja menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama adalah sebuah pilihan, namun kita harus ingat bahwa manusia yang menghadap Allah dengan meninggalkan jejakjejak kebaikan tidak saja akan mengharumkan nama besar keluarganya di dunia namun juga membuka pintu surga. Dalam kehidupan sehari-hari, kita setidaknya akan menemukan empat model manusia berkenaan dengan manfaatnya terhadap sesama, yaitu: 1. Manusia yang seadanya, yaitu manusia yang hanya bisa pasrah tanpa usaha dan meratapi nasibnya. Sekolah yang penting lulus atau bekerja asal dapat gaji;
77
2. Manusia yang mengada-ada, yaitu manusia yang hari-harinya diisi dengan segudang mimpi yang tidak jelas. Pikirannya dipenuhi dengan khayalan kosong. Ia berandai-andai memiliki rumah megah, mobil mewah, atau harta berlimpah; 3. Manusia yang ada-ada saja, yaitu manusia yang ‘asbed’ alias asal beda. Ia selalu berusaha membuat sensasi. Kelemahan pribadinya ditutupi dengan penampilan yang aneh-aneh, karena merasa dengan cara itu ia bisa lebih percaya diri; 4. Manusia yang lebih dari apa adanya, yaitu manusia yang kedatangannya selalu dinanti dan kepergiannya membuat orang lain merasa kehilangan. Jika Anda adalah seorang suami dan sedang ada keperluan di luar kota selama beberapa hari, coba tanyakan kepada istri atau anak-anak Anda apa yang mereka rasakan saat Anda jauh dari mereka? Masih adakah kerinduan di hati mereka? Jika Anda seorang ibu dan sedang melakukan perjalanan jauh, coba renungkan apa yang kira-kira anak-anak Anda rasakan ketika ibu mereka tidak ada di rumah? Masihkah mereka merasakan kerinduan yang kuat terhadap Anda? Jika Anda seorang pimpinan di sebuah perusahaan dan tengah berada di luar negeri untuk keperluan dinas, apakah para bawahan Anda merindukan? Jika jawabannya ya, alhamdu lillaah. Bersyukurlah karena Anda telah menjadi manusia yang lebih dari apa adanya.
“Make a history in your life, not just a story.” (Buatlah sejarah dalam hidup Anda, bukan sekadar sebaris kisah.”
78
Pribadi yang lebih dari apa adanya adalah seorang ahli syukur. Rasa syukurnya tidak terbatas pada ucapan hamdalah saja, namun direfleksikan dalam lima 5 aktivitas, yaitu: 1. Mengapresiasi nikmat melalui perbuatan di manapun, apapun, dan kapanpun. Ia tidak sungkan atau bosan untuk senantiasa tahadduts bini’matillaah (menceritakan nikmat Allah seraya mengagungkan nama-Nya); 2. Memanfaatkan fungsi setiap nikmat yang diberikan oleh-Nya secara optimal. Otak difungsikan untuk berpikir secara optimal, mata difungsikan untuk mengobservasi setiap fenomena secara optimal, telinga difungsikan untuk mendeteksi setiap suara secara optimal, dan mulut difungsikan untuk berbicara yang baik secara optimal; 3. Berkontribusi penuh terhadap setiap kesempatan beramal saleh melalui nikmat-Nya. Jika kondisinya cukup sejahtera maka kontribusi sedekahnya cukup banyak; 4. Mendistribusikan setiap nikmat yang diterima kepada lebih banyak orang; 5. Melakukan regenerasi atas nikmat dengan menerapkan manajemen hidup yang lebih produktif dan efektif. Kelima aktivitas syukur di atas pada akhirnya akan membuat diri kita menjelma menjadi sosok pribadi yang naafi’un li ghairih (bermanfaat bagi orang lain). Jika Anda menyampaikan dan menebarkan manfaat maka Anda tidak akan kesulitan dalam masalah rezeki, sebagaimana dalam hukum bisnis, more benefit more gain.
79
Bagaimana cara kita agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain? Berikut beberapa tipsnya. 1. Berusahalah untuk menabung kebaikan sebanyakbanyaknya kepada orang di sekeliling Anda; 2. Jadilah orang yang bermental melayani, bukan dilayani. Tawarkan bantuan Anda sebelum diminta; 3. Buatlah suasana nyaman dan berkesan ketika Anda berhubungan dengan orang lain;
“People do not care how much you know until they know how much you care.” (Orang tidak peduli berapa banyak pengetahuan Anda sampai mereka tahu seberapa peduli diri Anda terhadap mereka.) Agar kita selalu berusaha memberikan manfaat kepada siapapun, bacalah doa ini. Allaahumma innaa na’uudzubika min ‘ilmin laa yunfa’, wa min quluubin laa takhsya’, wa min nufuusin laa tusyba’, wa min da’watin laa yustajaaba lah. “Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung dari ilmu yang tak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, nafsu yang tak pernah kenyang, dan doa yang tak terkabulkan.” JEJAK LANGKAH Sejak kemunculan saya di salah satu stasiun televisi pada tahun 2002, animo masyarakat terhadap kebutuhan motivasi sangat tinggi. Konsekuensinya, jadwal kegiatan saya sebagai motivator cukup padat. Karena itu, bendera Republik Motivasi pun saya kibarkan sebagai wadah
80
untuk memasyarakatkan motivasi dan memotivasikan masyarakat, mencetak para motivator masa depan yang dapat membangkitkan revolusi kedua bangsa Indonesia, sekaligus menjadi fasilitator bagi semua pihak yang dapat menjalankan gerbong perubahan. Saya juga berpikir tentang cara agar motivasi bisa menjadi kebutuhan primer sebagaimana sandang, pangan, dan papan. Karena, sebuah potensi tanpa motivasi dapat menjadi impotensi. Bangsa kita adalah bangsa yang kaya dalam banyak hal: sumber daya alam, sumber daya manusia, potendi nabati dan hewani, budaya, dan lain-lain. Akhirnya, tercetuslah sebuah gagasan untuk membuat rekor MURI di mana saya berbicara 24 jam nonstop tanpa istirahat di hadapan para peserta yang berganti-ganti. Terus terang saat itu saya juga agak ragu apakah mampu berbicara sepanjang itu? Tapi, niat sebesar apapun tidak akan bermakna besar jika tidak dibuktikan dengan tindakan. Maka, kami pun mengontak sekretariat MURI dan menanyakan apakah sudah ada rekor yang seperti itu. Setelah beberapa hari, tibalah jawaban dari pihak MURI. Mereka menyambut baik niat kami bahkan mereka mengatakan bahwa rekor berbicara untuk acara motivasi selama 24 jam belum pernah tercatat di Guinness Book of World Record. Artinya, jika saya berhasil melakukan hal tersebut maka saya berpeluang menjadi pembicara pertama di dunia yang sanggup meyampaikan motivasi selama 24 jam tanpa istirahat. Tentu kami sangat bahagia dengan berita itu, namun di balik semua itu, saya harus berpikir keras bagaimana mendapatkan
81
biaya sebesar 150 juta rupiah untuk perhelatan akbar tersebut. Peluang emas yang sama tidak akan datang untuk yang kedua kalinya. Maka, tidak ada pilihan lain kecuali terus maju dan pantang mundur. Tiba-tiba, saya teringat salah seorang teman yang tergabung dalam IPERKAHRI (Ikatan Pegawai Restoran dan Hotel Republik Indonesia) yang bernama Bu Nuraini, seorang Manajer Humas di Hotel Mercure Ancol. Saya coba mengontak beliau dan membuat janji untuk bertemu. Setelah berhasil saya kontak, Alhamdu lillaah, Bu Nuraini bersedia untuk bertemu. Sesampai di lobby hotel, kami menuju ruang pertemuan untuk berdiskusi. Saat itu, saya berkata, “Bu Nuraini, apa yang bisa saya bantu agar Hotel Mercure bisa ramai dengan kunjungan para tamu yang menginap atau menyewa ruang pertemuannya?” Gayung pun bersambut. Bu Nuraini berkata bahwa Hotel Mercure bermaksud melakukan re-branding dari hotel yang bersifat hiburan menjadi hotel pertemuan dan rekreasi keluarga. Saya lantas menimpali dengan sebuah ide, “Bagaimana kalau kita berkolaborasi? Saya akan membuat rekor dunia berbicara untuk acara motivasi selama 24 jam non-stop dan menghadirkan tidak kurang 3.000 peserta yang potensial menjadi promoter Hotel Mercure, namun untuk biaya gedung, konsumsi, dan kepanitiaan menjadi beban hotel yang bisa diambil dari anggaran re-branding.” “Saya akan bicarakan hal ini dengan Mr. Marc Raissinger, General Manager Hotel Mercure. Dalam beberapa hari ke depan, akan saya informasikan perkembangannya kepada Bapak,” kata Bu Nur.
82
Sepekan kemudian, saya menerima telepon dari Bu Nur. Beliau menyampaikan bahwa Mr. Marc berkenan mendengarkan langsung presentasi program kerjasama dari saya. Dalam diskusi yang cukup dinamis dan memakan waktu hanya satu jam itu, alhamdu lillaah, Allah membuka pintu hati mereka untuk menyambut program yang saya tawarkan. Satu hal yang membuat mereka mudah dan lancar menyetujui proposal program yang saya tawarkan adalah kesungguhan hati dan keinginan kuat kami untuk membantu Hotel Mercure agar berhasil dalam re-branding melebihi apa yang mereka perkirakan. Saya tidak mau hanya sekadar memanfaatkan mereka sebagai fasilitator kesuksesan acara saya, tapi juga berpikir bagaimana caranya agar mereka juga dapat mengambil manfaat besar dari kegiatan bersama ini. Alhamdu lillaah, kami akhirnya berhasil meyakinkan MURI untuk memberikan dua buah sertifikat, yaitu sertifikat sebagai pembicara motivasi selama 24 jam non-stop dan sertifikat bagi Hotel Mercure sebagai tempat pertama di dunia yang menjadi even seminar motivasi 24 jam nonstop. Keinginan kita untuk membantu dan berbuat lebih banyak bagi orang lain, insya Allah akan mendatangkan peluang rezeki yang juga lebih besar bagi kita. Setelah perhelatan yang dilangsungkan pada tahun 2006 tersebut, saya diwawancarai secara maraton oleh Cek & Ricek, salah satu program infotainmen yang sudah banyak dikenal masyarakat, seputar rekor MURI tersebut. Subhaanallaah, tak tanggung-tanggung, Bapak Ilham Bintang sendiri yang
83
langsung menjadi pengarah program sekaligus pengawas produksinya. Sambil bercanda, beliau berkata bahwa liputan tentang saya di Cek & Ricek akan menjadi liputan selebritis terlama yang pernah ada. Setelah saya saksikan tayangannya yang berdurasi lebih dari 10 menit, saya pun percaya dengan kata-kata Pak Ilham. Jazaakallaah, Pak Ilham. Semoga Allah melipatgandakan segenap ketulusan dan kebaikan Bapak dengan pahala yang terbaik dari sisi-Nya. Berkat adanya liputan itu, sejak tahun 2006 hingga kini, masyarakat semakin mengenal saya sebagai Grandmaster Motivasi Indonesia. Sambil berseloroh, Pak Hermawan Kertajaya, salah satu mentor marketing saya, berujar, “Reza memang suhu motivator di Indonesia. Untuk belajar kepadanya, Anda sampai harus mengikuti tiga kali penampilannya: pertama, untuk Mendengarkannya; kedua, untuk memahaminya, dan ketiga, untuk melaksanakannya. Terima kasih, Pak Hermawan. Wah, berarti saya bisa bersanding dengan Grandmaster Indonesia lain yang saya banggakan yaitu Mas Utut Adianto. Betul ‘kan, Mas Utut? Dua istilah untuk ‘jurusan’ yang berbeda, beliau ‘jurusan catur’, sementara saya ‘jurusan motivasi’.
84
PROVOCATIVE
Bujuk, Rayu, dan Rangkul untuk Kebaikan
P M
T F3 F1
A
E F2 A
86
“Secepat apa Anda melakukan kebaikan atau kemanfaatan maka secepat itu pula rezeki menghampiri Anda. Secepat apa Anda melakukan keburukan maka secepat itu pula rezeki menjauhi Anda.”
Waktu adalah salah satu nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Waktu yang sudah terlewat tidak bisa dikembalikan lagi. Bahkan, waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik akan berubah menjadi penyesalan. Itu sebabnya, Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa waktu ibarat pedang. Jika kita bisa mengendalikannya maka ia akan mendatangkan manfaat, namun jika tidak maka ia bisa membunuh kita. Apa yang terjadi pada hari esok, tak ada satu pun manusia yang mengetahuinya. Apakah kita tetap sehat atau terbaring di rumah sakit? Apakah kita dalam keadaan berjaya atau terpuruk? Apakah kita masih bisa bernafas atau telah wafat? Semua itu merupakan misteri bagi kita. Karenanya, wajar jika Allah SWT memberikan penegasan dalam Al-Qur’an soal pentingnya waktu dengan menggunakan sumpah, di antaranya dalam Surat Al-‘Ashr ayat 1-2, “Demi masa! Sesungguhnya semua manusia berada dalam kerugian.” Islam adalah agama yang menganjurkan umatnya agar bergegas melakukan kebaikan, bukan sebaliknya, memperlambat apa yang seharusnya dikerjakan. Dalam AlQur’an Surat Al-Baqarah ayat 148, Allah SWT berfirman, “Bagi setiap umat ada tempat menghadapnya. Maka, berlombalombalah kalian dalam berbuat kebaikan.” Mengapa untuk hal-hal buruk dan berbau kejahatan manusia cenderung cepat bertindak, sementara untuk hal-hal baik dan beraroma
87
kebenaran, mereka cenderung menunda-nunda? Sebab, itu memang proses menuju keberhasilan. Kebahagiaan di dunia dan akhirat dipagari oleh hal-hal yang membuat diri kita merasa tidak nyaman, sedangkan kesengsaraan di dunia dan akhirat dihiasi oleh hal-hal yang membuat kita merasa nyaman.
“Life is struggle, there’s no life without struggle.” (Hidup adalah perjuangan, tiada hidup tanpa perjuangan.) Siapa sebenarnya yang paling berkepentingan dengan sikap menunda-nunda itu? Tentu saja setan, karena ia tidak senang jika manusia bergegas melakukan kebaikan dan gembira jika mereka menunda-nundanya. Di antara sebab tertutupnya pintu rezeki adalah menunda-nunda taubat atau permohonan ampun atas penyimpangan yang dilakukan dan enggan memaafkan orang yang menyakiti kita. Dalam sebuah hadits qudsi, disebutkan bahwa Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Aku tidak pernah bosan mengampuni dosadosa hamba-Ku hingga ia sendiri yang bosan meminta ampunan kepada-Ku.” (HR. At-Tirmidzi) Jika kita terbiasa menunda-nunda kebaikan maka kebiasaan itu akan menular pada pekerjaan. Kita pun kemudian cenderung menunda-nunda pekerjaan. Lantas, bagaimana cara agar kita terhindar dari kebiasaan menunda-nunda pekerjaan? Berikut beberapa tips yang dapat membuat diri kita lebih bersemangat dan bergairah untuk segera melakukan kebaikan atau pekerjaan. 1. Lakukan pekerjaan seolah-olah itu merupakan pekerjaan terakhir Anda sehingga Anda semakin terpacu untuk segera menyelesaikannya;
88
2. Sadarilah bahwa setiap detik yang kita lalui akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT; 3. Dalam setiap gerak dan langkah, sadarilah bahwa Allah bersama kita. Dia senantiasa mengawasi di manapun kita berada; 4. Ingatlah bahwa hidup di dunia hanya satu kali, sementara yang kekal dan abadi adalah kehidupan di akhirat; 5. Sadarilah bahwa hidup di dunia hanya sebentar. Kita bagai seorang musafir yang tengah mampir di sebuah perhentian. Adapun kota tujuan belum kita capai; 6. Orang yang melakukan kebaikan dan diteladani oleh orang lain akan mendapatkan pahala sebagai tabungan untuk kehidupan di akhirat nanti; 7. Yakinlah dengan janji Allah bahwa barangsiapa bergegas melakukan kebaikan, Dia akan segera membuka pintu rezeki baginya; 8. Sering-seringlah mengingat kematian, karena dengan mengingat kematian kita akan lebih menghargai kehidupan; 9. Yakinlah bahwa rahmat Allah jauh lebih besar di bandingkan keputusasaan manusia. Untuk kesuksesan dan kebahagiaan Anda, saya ingin mengajak Anda membaca dan menghayati doa berikut. Rabbii a’uudzu bika min hamazaatis syayaathiini wa a’uudzubika rabbi an yahdhuruun “Ya Rabbi, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan setansetan, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang dihadirkannya.”
89
JEJAK LANGKAH Selepas makan siang bersama beberapa orang sahabat, saya kembali ke kantor. Belum lama duduk, staf saya mengantarkan sebuah faks yang berasal dari sebuah Perusahaan Pertambangan Batubara dari Australia yang berkantor di kawasan TB. Simatupang. Saya segera mempelajari faks tersebut yang ternyata berisi permohonan dari Board of Management perusahaan itu agar saya berkenan memberikan motivational training dan business inspirational bagi para manajer dan karyawannya. Untuk memastikan kesesuaian materi dan anggaran, saya dan tim bertandang ke tempat mereka untuk mendiskusikan waktu, materi, dan anggaran. Karena konsep yang mereka pandang sudah sesuai, mereka pun tidak menawar biaya training yang kami ajukan, yaitu sebesar US$ 5.000 untuk dua jam. Setelah jadwal tersebut dikoordinasikan dengan jadwal tahunan yang sudah tercatat, staf saya menyampaikan bahwa ada jadwal yang berbarengan. “Jadwal apa?” tanya saya. “Jadwal kajian bulanan majelis taklim ibu-ibu di Kemang Pratama Bekasi, Pak,” jawab staf saya. “Baik, kalau begitu coba di-approach lagi apakah pihak perusahaan mau merubah jadwalnya karena jadwal kajian sudah masuk lebih dahulu.” Saya sebenarnya berpikir alangkah baiknya kalau kedua acara itu bisa terlaksana tanpa ada yang harus dikalahkan. Keesokan harinya, saya mendapat berita bahwa pihak perusahaan pertambangan tidak mungkin merubah
90
jadwal yang telah disepakati. Pilihannya hanya satu: saya membatalkan kesepakatan dengan perusahaan tersebut sehingga mereka mencari pembicara lain atau saya mengatur ulang jadwal kajian bulanan saya. Entah mengapa, secara spontan saya meminta staf saya untuk membatalkan saja. “Batalkan yang mana, Pak?” tanya staf saya. “Yang perusahaan.” “Lho, apa tidak sayang, Pak, training fee sebesar US$ 5.000 melayang?” Sejujurnya, saat itu saya merasa tidak ada ganjalan dalam hati untuk memutuskan. Akhirnya, hari itu saya menyampaikan kajian keagamaan di masjid kompleks perumahan Kemang Pratama Bekasi. Alhamdu lillaah, saya sangat menikmati gairah mereka dalam mendengarkan materi saya. Sepekan setelah acara tersebut, salah satu santri kami di Majelis An-Nubuwwah yang tinggal cukup jauh dari Jakarta tepatnya di daerah dekat Pantai Mauk Tangerang meminta izin untuk bertemu karena ada hal penting yang ingin dibicarakan. Setelah membuka percakapan, ia menyampaikan maksudnya, “Ustadz, beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang sahabat lama. Dalam kesempatan itu, ia mengajak saya menemui ayahnya.” Dalam pertemuan dengan ayah si sahabat, santri tersebut ditanya siapa ustadznya. Ia pun kemudian menyebut nama saya.
91
“Tanpa banyak tanya lagi, ayah sahabat saya langsung mengeluarkan gulungan kertas dari sebuah ransel dan menyerahkannya kepada saya,” santri itu melanjutkan. Saya terkejut. “Apa ini?!” “Bukankah dulu ustadz pernah bercerita bahwa ustadz sedang membutuhkan lahan seluas 10 hektar untuk pendirian pondok pesantren kepemimpinan An-Nubuwwah ?” jawab santri itu. “Betul, lantas?” “Silakan ustadz buka gulungan kertas itu,” jawan santri itu kalem. Saya lalu menyingkapnya perlahan. Subhaanallaah, ternyata itu adalah gambar sebuah lahan di daerah strategis dan alami di Banten. Tahukah Anda berapa luasnya? Ya. 10 hektar. Dari penduduk setempat, saya mengetahui bahwa harga 1 meter persegi di daerah tersebut sekitar 50 ribu. Artinya, lahan itu bernilai hampir 5 Milyar! Santri itu lalu melanjutkan pembicaraannya, “Ayah sahabat saya ikhlas mewakafkan lahan tersebut kepada ustadz. Beliau mengenal ustadz dari program acara keagamaan di salah satu stasiun televisi dan pernah membaca buku karangan ustadz. Beliau meyakini bahwa ustadz adalah orang yang tepat untuk menerima amanah itu.” Tangan saya seketika bergetar, perasaan mengharu biru. Tanpa disadari, bulir air mata jatuh di atas meja kerja saya. Ya Allah, Engkau Maha Benar dengan janji-Mu. Siapapun
92
yang bergegas dalam melakukan kebaikan, Kaupun akan bersegera mengirimkan rezeki kepada dirinya. Pembatalan kontrak senilai US$ 5.000 dengan sebuah perusahaan pertambangan batubara tergantikan dengan lahan yang nilainya ratusan ribu kali lipat lewat majelis taklim para ibu di Kemang Pratama. Jangan pernah menunda kebaikan. Percepat, atau rezeki Anda akan tertunda!
93
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sejati niscaya Dia akan menurunkan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia melimpahkan rezeki kepada burung-burung. Mereka berangkat di pagi hari dalam keadaan lapar dan pulang saat sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad)
94
RESPONSIVE
Cepat dan Sigap, Tidak Kagetan
P M
T F3 F1
A
E F2 A
96
R
“Peluang rezeki Allah tebarkan di mana-mana. Namun, yang dapat menemukannya adalah mereka yang memiliki kepekaan cukup tajam terhadapnya.”
“Wahai Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia.” (QS. Ali Imran: 191). Ada sedikitnya dua makna tersirat dari ayat di atas. Pertama, semua ciptaan Allah SWT, baik yang besar maupun yang kecil, baik yang jauh maupun yang dekat, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, mempunyai manfaat tersendiri. Kedua, di balik penciptaan-Nya, selalu terdapat ‘ibrah atau pelajaran berharga sehingga bisa menjadi inspirasi bagi kehidupan manusia. Salah satu pelajaran itu bisa kita dapatkan dari tanaman Putri Malu (Mimosa pudica). Tanaman ini memiliki tingkat kepekaan yang sangat tinggi sehingga jika kita sentuh akan segera menguncup. Dalam bahasa Tongo, tanaman Putri Malu disebut dengan istilah mateloi yang artinya ‘pura-pura mati’. Kepekaan yang sedemikian rupa ternyata jarang dimiliki oleh manusia. Banyak peluang yang telah Allah tebarkan di sekililing kita namun lewat begitu saja tanpa bisa kita tangkap dan kita manfaatkan. Mengapa? Boleh jadi karena kepekaan kita dalam merasakan adanya peluang sangat lemah. Sensitivitas atau dalam bahasa Arab disebut hasaasiyah merupakan buah dari ketajaman perasaan dan kejernihan hati. Kepekaan yang tinggi dapat melahirkan intuisi, dan intuisi yang kuat mampu menggerakkan seseorang untuk bertindak cepat dan tepat. Di zaman yang serba kompetitif di mana persaingan meraih peluang sangat ketat seperti sekarang, kepekaan adalah suatu
97
hal yang sangat penting. Peluang yang saya maksud bukan saja peluang dalam bidang bisnis yang sarat dengan dimensi duniawi, namun juga peluang melakukan kebaikan yang kental dengan nuansa ukhrawi. Dalam Al-Qura’an Surat Al-Qashash ayat 77, Allah berfirman, “Dan raihlah apa-apa yang telah diberikan oleh Allah kepadamu dari kampung akhirat, namun jangan lupa dengan nasibmu di dunia!” Suatu saat, seorang sahabat mendengarkan nasihat Rasulullah saw tentang kenikmatan surga, yang mana untuk meraihnya salah satunya dengan berperang di jalan Allah (jihad). Sahabat itu, yang kebetulan sedang memakan buah kurma, segera membuang butir-butir kurma yang ada di tangannya dan bergegas membantu kawan-kawannya sesama muslim yang sedang berjuang di medan perang. Kurma bisa diibaratkan sebagai dunia, sedang kenikmatan surga ibarat akhirat. Kepekaan sahabat tersebut dengan kenikmatan yang lebih besar ketimbang sekadar menikmati buah kurma membuatnya berpikir jauh ke depan. Demikianlah para sahabat dididik oleh Nabi Muhammad saw untuk selalu mengasah ketajaman perasaan dan kejernihan hatinya. Bagaimana dengan kita? Salah satu hal yang membedakan antara orang sukses dan orang gagal adalah kemampuan diri untuk peka dalam melihat peluang dan mengkonversinya menjadi hasil yang bermanfaat melalui pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Bagaimana cara untuk meningkatkan kepekaan kita? Berikut beberapa tipsnya. 1. Membiasakan diri selalu dalam keadaan suci dengan berwudhu, karena dengan membasuh air pada wajah dan beberapa anggota tubuh lainnya akan membuat Anda merasa segar;
98
2. Memandang setiap kejadian atau fenomena dengan sudut pandang yang berbeda. Nabi Muhammad saw menyebutkan dalam sebuah hadits, “Islam datang pertama kali sebagai sesuatu yang asing, dan kelak akan kembali juga sebagai sesuatu yang asing. Beruntunglah para ghurabaa’ (orang-orang yang diasingkan).”; 3. Memperhatikan pemandangan alam dengan berbagai keunikan dan keindahannya agar kita bisa lebih peka; 4. Hindari perbuatan yang bisa mendorong diri kita melakukan penyimpangan terhadap perintah Allah SWT agar perasaan kita tidak tumpul dan hati kita tidak kotor; 5 Tidak terlalu sering melihat ke atas tapi ke bawah. Lebih sering melihat orang miskin daripada orang kaya akan membuat diri kita menghargai rezeki yang telah Allah berikan.
“Life is beautiful and brings many of opportunities if we see with the right perspective.” (Hidup itu indah dan membawa banyak peluang jika kita melihatnya dengan perspektif yang benar.) Agar pikiran selalu dalam keadaan bersih dan hati dalam keadaan jernih maka biasakan membaca doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw berikut. “Ya Allah, sehatkanlah badanku, jernihkanlah pandangan mataku, dan perjelaslah pendengaranku.”
99
JEJAK LANGKAH Sejak tahun 2000, saya memberi berbagai pelatihan seputar motivasi dan manajemen diri utamanya bagi para mahasiswa, tidak terkecuali para mahasiswa di kampus kedinasan dengan bendera LCC (Leadership Center Club). Suatu ketika, saya mendapat undangan dari rohis Unit Kegiatan Mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Administrasi Negara) sebagai salah satu pembicara dalam seminar tentang narkoba dalam perspektif Islam bersama Mbak Shahnaz Haque. Yang menarik, acara tersebut turut menghadirkan salah seorang mantan pengguna narkoba. Alhamdu lillaah, jamaah yang datang hampir memenuhi seluruh ruangan yang ada di masjid yang terletak di daerah Jurangmangu itu. Respon dari peserta sungguh luar biasa, bahkan meski telah disediakan sesi tanya jawab, banyak yang masih belum puas. Setelah acara ditutup, salah seorang jamaah berjalan mendekati saya sambil menggamit tangan untuk bersalaman. Belakangan, saya ketahui lelaki itu bernama Nana Supriyatna. Beliau bertanya beberapa hal seputar materi yang telah disampaikan. Selama perbincangan tersebut, saya melihat hal yang istimewa pada diri beliau. Untuk menyalurkan keingintahuan, saya pun bertanya, “Mohon maaf, Pak Nana. Ngomong-ngomong, aktivitas sehari-hari apa? Beliau menjawab bahwa dirinya adalah seorang produser eksekutif sebuah acara keislaman di salah satu stasiun
100
televisi nasional. Dengan bersemangat, beliau mengajak saya untuk ikut berpartisipasi mengisi acara taushiyah di televisi selepas shubuh. Saya tentu merasa terhormat mendapat tawaran tersebut. Saya sampaikan beberapa usulan yang mungkin bisa memberi manfaat lebih besar pada acara itu dan beliau pun mengiyakan. Beliau bahkan berpesan agar saya menganggap studio televisi tersebut milik saya sendiri. Program acara bertajuk Life Excellence tanpa terasa sudah berjalan kutang lebih satu bulan. Subhaanallaah, saya tidak pernah membayangkan program acara tersebut menyedot perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Akibatnya, kertas fax di kantor harus diganti baru setiap pekan karena banyaknya permintaan atau undangan ceramah. Jika saat itu Allah tidak mengkaruniakan kepekaan kepada diri saya, boleh jadi pengalaman berdakwah melalui media televisi tidak pernah terjadi dalam hidup saya. Alhamdu lillaah, saya sangat berterimakasih kepada Bapak Nana yang telah memfasilitasi peluang dakwah yang lebih baik. Mari kita mengasah kepekaan diri setajam mungkin, insya Allah kita akan bisa melihat peluang-peluang rezeki yang Allah tebarkan di sekeliling kita.
101
“Barangsiapa bahagia jika rezekinya lapang dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. Bukhari)
102
INFLUENTIal Mewarnai, Bukan Diwarnai
P M
T F3 F1
A
E F2 A I
104
R
“Allah SWT menitipkan rezeki kepada hambahamba-Nya. Maka, bagi mereka yang bersedia meluaskan pergaulan, pintu-pintu rezeki akan terbuka untuknya. Dan, tiadalah yang menghalangi terbukanya pintu-pintu itu melainkan sikap rendah diri.”
Sukses adalah hak setiap manusia yang mau berikhtiar dan berdoa, begitu juga mereka yang tidak diuntungkan oleh keadaan. Keterbatasan ekonomi, tempat tinggal, dan pendidikan bukanlah halangan untuk memiliki cita-cita yang tinggi. Persoalan harta, gelar, atau keturunan bukanlah faktor seseorang bisa atau tidak bisa sukses. Perasaan rendah diri (inferiority of complex) atau minder berawal dari sikap selalu mencari-cari alasan atau banyak berkilah atas suatu kegagalan. “Oh, jelas saja dia sukses. Orangtuanya ‘kan kaya raya.” “Mereka ‘kan sekolahnya tinggi, terang saja bisa sukses.” “Bagaimana dia tidak sukses, wong orangtuanya punya kedudukan tinggi.” Alasan apapun yang kita kemukakan untuk menutupi sebuah kegagalan sebenarnya merupakan cikal bakal tumbuhnya sifat minder. Allah SWT berfirman dalam Surat AlKahfi ayat 54 yang artinya, “Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.” Saat kita banyak membantah atau beralasan, kita sebenarnya sedang mencari pembelaan atas kegagalan kita. Padahal, kita seharusnya berusaha menemukan kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah: 1. Apa hakikat kesuksesan itu? 2. Apa hal istimewa yang menjadi kelebihan Anda?
105
3. Bagaimana kita menakar hambatan menuju sukses? 4. Apa posisi yang tepat untuk menyalurkan kelebihan Anda?
“Success does not depend on your aptitude or your altitude. It depends on your attitude.” (Sukses tidak bergantung pada bakat atau kedudukan Anda. Ia bergantung pada perilaku Anda.) Minder akan muncul saat kita mengidentikkan kesuksesan dengan harta berlimpah, rumah megah, mobil mewah, atau gelar-gelar yang wah. Minder akan muncul saat kita lebih banyak memperhatikan kekurangan diri sendiri: saya pendek, saya kurang cantik, saya terlalu gemuk, atau saya tidak cerdas. Minder juga akan muncul saat kita membayangkan hambatan bak gunung yang menjulang, karang yang kokoh, atau laut yang dalam. Minder terjadi saat kita memaksakan diri berada di posisi yang tidak nyaman karena pertimbangan gengsi. Bagaimana mungkin Anda menjadi pesepakbola handal jika saat ini berlatih di klub bola basket? Nabi Muhammad saw bersabda, “Jika suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Muslim). Hadits tersebut maknanya adalah jika suatu urusan, termasuk di dalamnya urusan pergaulan sosial, diserahkan kepada ahlinya atau orang yang memiliki communication mastery cukup tinggi karena didukung oleh self-confidence yang juga tinggi maka tunggulah lompatan keberhasilannya (success leverage).
106
Potensi rezeki dapat dimanfaatkan secara lebih baik oleh orang-orang yang luas pergaulannya karena mereka memiliki kepercayaan diri yang besar sehingga tidak pernah ada handicap dalam bersilaturahmi dengan siapapun, mulai dari pengusaha, pejabat, perwira militer, bahkan presiden. Dan, akan jauh lebih kuat jika level kepercayaan (trust) dinaikkan satu tingkat menjadi level keyakinan (belief). Caranya adalah dengan membalut trust dengan pakaian ketakwaan sehingga berubah menjadi strong belief. Ingat, pakaian terbaik adalah pakaian ketakwaan. Pergaulan seperti apakah yang harus kita bangun? Ada tiga jenis pergaulan yang perlu kita tahu. Saya mengistilahkannya dengan pola pergaulan tiga dimensi, yaitu: 1. Dimensi Longitudinal atau pergaulan lintas generasi; 2. Dimensi Lateral atau pergaulan lintas teritori; 3. Dimensi Vertikal atau pergaulan lintas posisi. Untuk lebih jelas, mari kita perhatikan skema berikut. 3-DIMENSIONAL RELATIONSHIP© VERTICAL DIMENSION Cross Position (Lintas golongan ekonomi, status sosial, jabatan, dan pangkat) LONGITUDINAL DIMENSION Cross Generation (Lintas usia,
LATERAL DIMENSION Cross territory (Lintas desa, kota, daerah, negara, benua, dan dunia)
107
Jadi, jelaslah bahwa KUNCI SUKSES terletak pada sikap ANDA SENDIRI, yaitu sikap tidak mencari pembenaran untuk kesalahan yang kita lakukan. Bagaimana cara kita membangun kepercayaan diri (self confidence) di tengah kepungan persaingan yang semakin ketat? Berikut beberapa tipsnya. 1. Mintalah perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang selalu berupaya membuat manusia was-was; 2. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak akan memberikan beban kepada hamba-Nya kecuali menurut kadar kesanggupan atau kapasitasnya; 3. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah SWT terhadap kejadian apapun yang dialami; 4. Jangan menganggap setiap kendala sebagai ancaman, namun lihatlah sebagai peluang yang menantang; 5. Berusahalah menjadi diri sendiri, karena meniru-niru orang lain akan membuat diri Anda merasa tidak nyaman; 6. Jangan pernah berada dalam bayang-bayang kesuksesan orang lain, karena sampai kapan pun bayangan tidak akan lebih baik daripada benda aslinya; 7. Ingatlah berbagai prestasi Anda di masa lalu dan jangan dihantui oleh mimpi buruk tentang masa depan; 8. Terus tanamkan sikap penuh pengharapan (raja’) terhadap kebaikan-kebaikan Allah SWT dalam hati kita; 9. Hindari sejauh mungkin perasaan takut (khauf) yang berlebihan terhadap orang-orang dan lingkungan di sekitar Anda, seperti takut tidak diterima dalam pergaulan atau takut dilecehkan oleh lingkungan baru.
108
Kepercayaan diri akan mengantarkan seseorang sukses dalam bergaul, bekerja, dan berbisnis. Akan tetapi, apa yang dihasilkan oleh kepercayaan diri baru merupakan keuntungan atau (profit) semata. Maka, untuk bahagia dalam pergaulan, bekerja, dan berbisnis, kepercayaan diri yang telah Anda bangun perlu dikaitkan dengan iman. Kepercayaan diri plus iman akan mengantarkan Anda tidak saja pada keuntungan semata namun juga berkah (prosperity). Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 139 yang artinya, “Dan janganlah kalian berduka dan bersedih hati, karena sesungguhnya kalianlah yang paling tinggi derajatnya jika kalian beriman kepada Allah SWT.” Agar kita lebih mudah bahagia maka jangan pernah berpikir bagaimana kedudukan Anda di mata manusia, tapi berpikirlah bagaimana kedudukan Anda di hadapan Allah SWT. Jika Anda rendah di mata manusia, kehinaan yang Anda tanggung hanyalah kehinaan di dunia. Tetapi sebaliknya, jika Anda beriman kepada Allah SWT, Anda akan mendapatkan kehormatan di dunia dan akhirat. Boleh jadi seseorang memiliki ketenaran di bumi, namun ia tidak pernah dikenal sedikit pun di langit. Sebaliknya, boleh jadi seseorang tidak dikenal di bumi, namun namanya sangat masyhur di langit. Nabi Muhammad saw bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kondisi fisikmu, tidak pula Dia melihat rupamu, akan tetapi Allah melihat iman yang ada di dalam dadamu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini dipertegas oleh Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Hujurat ayat 13, “Sesungguhnya orang yang paling mulia kedudukannya di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian.”
109
Semoga kita bisa menjalani hidup dan menunaikan pekerjaan dengan penuh percaya diri dan dalam bingkai keimanan, bebas dari rasa hina, minder, dan pesimis.
JEJAK LANGKAH Saya melihat rezeki bak sebuah puzzle. Walaupun kita sudah mempunyai potongan-potongannya dan menyelesaikan hampir semua sambungannya, puzzle itu tetap tidak berarti apa-apa jika masih ada satu potongan yang belum tersambung dengan tepat. Potongan-potongan puzzle itu ibarat rezeki, sedangkan sambungannya adalah silaturahmi atau pergaulan. Silaturahmi dengan siapapun dan di manapun akan menghasilkan sebuah ‘sambungan’ yang saling berhubungan dan membentuk puzzle (baca: rezeki) yang lengkap. Boleh jadi terjalinnya silaturahmi dengan seseorang yang tidak kita rencanakan dan tidak pernah kita kenal menjadi jalan terselesaikannya puzzle rezeki kita. Saya ingin berbagi pengalaman tentang masalah ini. Sejak tahun 2003 hingga kini, saya diminta untuk sesekali memberikan kajian tentang motivasi keislaman di Masjid Al-Hakim, Menteng, yang dibangun oleh alm. Bapak Datuk Hakim Tanthawi. Sepadat apapun jadwal saya, selalu saya upayakan untuk menjadikan Masjid Al-Hakim sebagai prioritas (ini saya sebut potongan puzzle pertama). Sementara itu, sejak awal 2004, saya diminta menjadi khatib shalat Jum’at di gedung Granadi (potongan puzzle kedua), di mana mayoritas jama’ahnya berasal dari kedutaan besar asing, para ekspatriat, pejabat departemen luar negeri,
110
atau muallaf. Karena para jamaahnya berasal dari berbagai bangsa maka khutbah Jum’at harus disampaikan dalam bahasa Inggris. Seingat saya, pada tahun itu hanya ada dua tempat pelaksanaan shalat Jum’at di mana khutbahnya disampaikan dalam bahasa Inggris, yaitu di gedung GKBI dan Granadi. Pada bulan Oktober 2004, saya mendapat laporan dari staf kantor bahwa sebuah faks masuk dari Kedubes Indonesia di Madrid, Spanyol. Saya terheran-heran membaca faks itu, yang isinya adalah undangan agar saya bertandang ke Spanyol selama dua pekan untuk memberikan motivasi keislaman kepada warganegara Indonesia di Spanyol dan beberapa komunitas muallaf sekaligus kunjungan ke beberapa tempat bersejarah, termasuk peninggalan umat Islam di Cordova, Alhambra. Dari mana mereka tahu nomor faks kantor saya? Beberapa hari kemudian, kebingungan saya terjawab setelah Bunda Hakim, istri alm. Bapak Datuk Hakim Tanthawi, menelepon saya dan bertanya apakah saya bersedia memenuhi undangan duta besar Indonesia di Spanyol yang tidak lain adalah sahabat kental alm. Bapak Datuk dan Bunda Hakim. Beliau juga menambahkan bahwa saat profil saya dikonfirmasi ke Departemen Luar Negeri RI, ada salah satu pejabat deplu yang juga mengenal saya karena ikut mendengarkan khutbah saya dalam bahasa Inggris di Gedung Granadi. Ini rupanya jawaban teka-teki puzzle-nya. Dua potongan puzzle yang terpisah ternyata bersambung menjadi
111
puzzle yang memberikan hasil konkret dan, tentu, sangat membahagiakan. Akhirnya, pada bulan November tahun itu juga saya berangkat ke Spanyol. Subhaanallaah, memperluas silaturahmi di masjid diikuti kepercayaan diri yang besar dalam menerima tawaran khutbah berbahasa Inggris ternyata berbuah pengalaman yang tak terlupakan, yaitu merayakan Hari Raya Idul Fitri di negeri orang bersama sahabat-sahabat muslim.
112
MILDNESS
Bantu, Bantu, dan Bantu!
P M
T F3 F1
M
A
E F2 A I
114
R
“Pemilik segala rezeki adalah Allah SWT. “Barangsiapa dekat dengan orang yang takut kepadaNya niscaya dirinya tak akan pernah takut dengan kesempitan rezeki.”
Ulama adalah pewaris para nabi, waratsatul anbiyaa’. Salah satu sifat ulama yang paling utama adalah takut kepada Allah SWT sebagaimana dinyatakan dalam Surat Al-Fathir ayat 28, “Sesungguhnya hamba-hamba yang paling takut kepada Allah adalah ulama.” Rasa takut kepada Allah mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang bertakwa. Karena ketakwaan tersebut, Allah kemudian memberikan keistimewaan berupa karunia rezeki yang tak disangka-sangka. Tidak mengherankan jika kita sering mendengar kehidupan para ulama dulu yang sibuk dengan dakwah agama namun kebutuhan duniawinya tidak pernah berkekurangan.
“If you want to get the best, follow the best person.” (Jika Anda ingin mendapatkan yang terbaik, ikutilah orang yang terbaik.) Jika kita ingin dibukakan pintu rezeki, mendekatlah kepada orang-orang yang telah dijamin limpahan rezeki tak terduga oleh Allah. Dalam suatu kisah yang ditulis oleh Syaikh Mundziri dalam kitab At-Targhib wat Tarhib, disebutkan bahwa suatu ketika terjadi dialog antara malaikat dan iblis. Malaikat bertanya kepada iblis, “Siapakah yang akan kau goda, para ahli ibadah namun bodoh atau orang-orang yang ibadahnya biasa-biasa saja namun ilmunya mendalam?”
115
“Aku akan menggoda ahli ibadah yang bodoh,” jawab iblis mantab. Mengapa iblis memilih para ahli ibadah yang bodoh? Sebab, biarpun mereka rajin mengerjakan ibadah namun kebodohan mereka membuat iblis lebih leluasa dalam memperdaya dan menipu mereka. Dengan mendekat kepada para ulama, Allah akan menjauhkan kita dari iblis dan memudahkan kita memperoleh rezeki yang tak disangka-sangka datangnya. Lantas, bagaimana cara kita berkhidmah kepada para ulama sehingga dapat mengantarkan kita pada terbukanya pintu-pintu rezeki? Berikut tips-tipsnya. 1. Hormati mereka dengan perilaku yang terpuji dan tutur kata yang santun; 2. Membantu memudahkan urusan mereka; 3. Membantu melayani kebutuhan mereka; 4. Menuntut ilmu dari nyebarluaskannya;
mereka
dan
turut
me
5. Mendoakan kesehatan dan keberkahan hidupnya.
“How can people appreciate with you before you appreciate with yourself?” (Bagaimana orang lain bisa menghargai Anda jika Anda tidak menghargai diri Anda sendiri?) Agar kita sanggup berkhidmah kepada para ulama, kita dianjurkan membaca doa berikut. Rabbanagh fir lanaa wa li ikhwaaninaa wali ‘ulamaa-inaa alladziina sabaquuna bil iimaan walaa taj’al fii quluubinaa ghillal lilladziina aamanuu rabbanaa innaka rauufur rahiim.
116
Mari kita luangkan waktu di antara kesibukan kita untuk berkhidmah kepada para ulama. Hadiri majelisnya, dengar nasihatnya, dan sambut seruannya. Insya Allah, Allah akan menurunkan rezeki yang tak terduga-duga kepada kita. JEJAK LANGKAH Beberapa bulan setelah kembali dari Singapore Expo pada tahun 2002 untuk mengikuti Seminar Motivasi Internasional, saya memantapkan diri untuk berkecimpung di bidang motivasi. Kata orang, kalau sudah basah, ya sekalian saja masuk ke kolam. Bismillaah, saya pun mulai menuangkan gagasan-gagasan baru di bidang motivasi melalui sebuah buku yang berjudul Real Battle for Success. Cukup berat juga perjuangan saya untuk menerjemahkan apa yang ada di dalam pikiran hingga menjadi rangkaian kata-kata yang enak dibaca namun mudah dipahami. Tapi, alhamdu lillaah, dengan sedikit memaksakan diri, akhirnya buku perdana saya itu rampung dalam waktu satu bulan. Saat launching, sungguh di luar perkiraan saya. Ternyata, tamu-tamu kehormatan dan para tokoh nasional yang saya undang turut hadir. Mereka antara lain alm. Bang Imad (Dr. Imaduddin), Dr. Hidayat Nurwahid (tokoh nasional), Hermawan Kertajaya (Pakar Marketing), Jenderal Purnawirawan Wiranto (mantan Menkopolkam/Pangab), Yessy Gusman (artis), alm. Ibu Titie Said (pimpinan LSF), dan Krisna Purwana (komedian). Dari pertemuan di acara launching buku itu, terjalin komunikasi yang cukup baik di antara kami. Karena hubungan yang terus intens, datanglah kerjasama dari tokoh-tokoh tersebut.
117
Saya diminta oleh Bapak Wiranto untuk bergabung menjadi konsultan public relation dan branding sehubungan dengan hajat beliau menjadi salah satu kandidat Presiden RI. Kisah lengkapnya dimulai saat saya berkunjung ke Kuala Lumpur untuk menemui salah satu pemimpin spiritual yang paling berpengaruh di Malaysia saat itu, yaitu Syaikh At-Tamimy, mursyid Thariqah Suhaimiyyah, dalam rangka memohon kesediaan beliau untuk turut mendoakan kemudahan dan kelancaran niat Bapak Wiranto untuk maju mencalonkan diri menjadi pemimpin nasional. Selama lima hari, saya berinteraksi dengan Syaikh AtTamimy baik dalam kegiatan majelis taklim, ibadah, bisnis, rumah tangga, bahkan sampai makan. Subhaanallaah, aura spiritual yang sangat kuat yang terpancar dari diri beliau memberi kesan mendalam pada diri saya. Sebisa mungkin selama berada di kediaman beliau, saya berkhidmah apapun yang saya mampu. Tidak sedikit kejadian luar biasa yang saya lihat secara langsung sebagai bagian dari rahmat Allah yang dianugerahkan kepada beliau, di antaranya kesibukan beliau dalam berdakwah, bermunajat, dan berkiprah di masyarakat, tidak mengurangi karunia rezeki yang Allah berikan. Bahkan, beliau mempunyai kebiasaan jika masuk ke sebuah rumah makan, beliau membayar tagihan semua orang yang mengunjungi rumah makan itu. Maha benar Allah. Barangsiapa menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya, meneguhkan kedudukannya, dan mencukupi segala kebutuhannya. Sekembali ke Tanah Air, Allah memberikan banyak kemudahan kepada kami dalam
118
menjemput rezeki, di antaranya mendapat kemudahan untuk memperoleh akses dakwah melalui media televisi, dimudahkan untuk memecahkan rekor MURI, dan dimudahkan niat dalam merintis perusahaan yang melayani kebutuhan diklat motivasi bagi para penyedia produk dan jasa. Semenjak saat itu, saya meyakini bahwa barangsiapa berkhidmah kepada ulama yang saleh maka Allah akan memudahkan segala hajat dan keperluannya. Kini, terjawab sudah teka-teki dalam hati saya tentang para ulama salaf yang meski banyak waktunya dihabiskan untuk kegiatan dakwah namun senantiasa tercukupi kebutuhan hidupnya.
119
“Jika Allah menolongmu maka tak akan ada orang yang dapat mengalahkan dirimu. Jika Allah membiarkanmu maka siapakah orang yang dapat menolongmu sesudah itu? Karena itu, hendaklah orang-orang yang beriman bertawakal kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 160)
120
ELASTICITY Lentur Tapi Tidak Luntur
E
P M
T F3 F1
M
A
E F2 A I
122
R
“Rezeki lebih banyak diturunkan pada waktu-waktu tertentu. Jika kita menjemputnya pada waktu yang tepat maka kita akan mendapatkan rezeki yang berlimpah.”
“Demi waktu dhuha, dan demi malam yang menyelimutinya.” (QS. Ad-Dhuha ayat 1-2). Ada apa dengan waktu dhuha sampai-sampai Allah SWT bersumpah dengannya? Di balik waktu dhuha, pasti ada keistimewaan tersendiri. Nabi Muhammad saw bersabda, “Tuhanmu Yang Maha Tinggi berseru, ‘Hai anak Adam! Shalatlah empat rakaat untukku di awal siang, Aku akan mencukupi (rezekimu) di akhir siang itu’.” (HR. Ahmad dan Abu Daud) Nabi Muhammad menambahkan dalam sebuah hadits, “Pada setiap pagi, masing-masing kalian dianjurkan untuk bersedekah. Tiap-tiap bacaan tasbih adalah sedekah dan tiaptiap bacaan tahmid juga merupakan sedekah. Setiap bacaan tahlil adalah sedekah, setiap ajakan kepada kebaikan adalah sedekah, dan upaya mencegah kemungkaran juga merupakan sedekah. Namun, semua itu cukup diganti dengan hanya mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha.” (HR. Muslim dan Abu Dzar) Ketika seorang bayi lahir, saat itulah rezekinya dijamin oleh Allah. Rezeki yang dijamin Allah sejak manusia dilahirkan ke dunia dinamakan rezeki mutlak (rizqul muthlaqah). Selain rezeki mutlak, Allah juga memberikan rezeki pilihan (rizqul mukhtaarah) atau rezeki yang untuk mendapatkannya harus melalui ikhtiar atau proses sebabakibat. Kita tidak akan bisa mendapatkan akibat berupa hasil yang memuaskan sebelum melakukan sebab terlebih dahulu.
123
Untuk rezeki jenis ini, siapapun bisa mendapatkannya asal mau kerja cerdas, kerja keras, dan kerja tuntas. Siapapun yang ingin mendapatkan rezeki tanpa batas, ia harus menggunakan waktu dan tempat-tempat khusus untuk meminta kepada Allah agar dikaruniai rezeki tersebut. Di antara tempat-tempat khusus yang dimaksud adalah multazam, yaitu suatu tempat di antara pintu Kakbah dan Hajar Aswad di Masjidil Haram, Maqam Ibrahim, bukit Shafa dan Marwah, Mina, Arafah, Raudhah, dan tempat penampungan anak-anak yatim. Sementara itu, waktu-waktu khusus yang memudahkan doa kita dikabulkan Allah antara lain saat sujud dalam shalat, waktu antara adzan dan iqamah, saat orang yang berpuasa sedang berbuka, saat kita terzhalimi, serta saat mengerjakan shalat Tahajud dan shalat Dhuha. Selain dua macam rezeki di atas, ada juga rezeki yang tidak diberikan kepada semua manusia namun terbatas pada orangorang yang terpilih. Orang-orang terpilih itu adalah mereka yang rajin mengerjakan shalat Dhuha.
“Life is like a wheel, sometimes you'll be on the top, sometimes you'll be at the bottom. It isn't important when we become on the top or at the bottom, but the most important is syukur when success and shabar when fail.” (Hidup ibarat roda, kadang dirimu ada di atas, kadang di bawah. Bukan masalah kita berada di atas atau bawah, yang terpenting adalah bersyukur saat berhasil dan bersabar saat gagal.)
124
Bagaimana caranya agar kita terbiasa mengerjakan shalat Dhuha? Berikut tips-tipsnya. 1. Bacalah artikel atau buku-buku yang menjelaskan keutamaan shalat Dhuha; 2. Galilah pelajaran dari pengalaman orang-orang yang rajin mengerjakan shalat Dhuha; 3. Biasakan memulai aktivitas dengan berwudhu dan sempatkan untuk singgah di musholla atau masjid sebelum melanjutkan pekerjaan. Untuk memudahkan usaha kita, lantunkanlah doa berikut setiap selesai mengerjakan shalat Dhuha. “Ya Allah, ya Rabbi, waktu dhuha adalah milik-Mu dan kebajikan juga milik-Mu. Keindahan adalah milik-Mu dan kekuatan juga milik-Mu. Kekuasaan adalah milik-Mu dan pemeliharaan juga milik-Mu. Ya Allah, ya Rabbi, jika rezekiku berada di langit, turunkanlah! Jika ia berada di dalam bumi, keluarkanlah! Jika ia di dalam air atau di laut, keluarkanlah! Jika ia datang dengan lambat, percepatlah! Jika ia sulit datang, mudahkanlah! Jika ia haram, sucikanlah! Jika ia jauh, dekatkanlah! Jika ia sedikit, perbanyaklah! Jika ia banyak, berkahilah ia untukku dan sampaikanlah ia kepadaku di manapun aku berada. Janganlah Kau pindahkan aku dari tempat itu dan jadikanlah tanganku berada di atas sebagai pemberi dan jangan Kau menjadikannya berada di bawah sebagai tukang meminta. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu. Berikanlah kepadaku apa yang Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh. Sampaikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad saw dan keluarganya.”
125
JEJAK LANGKAH Orang bijak berkata, “Biarkan buah matang di pohonnya!” Saya belajar banyak dari ungkapan tersebut, utamanya dalam meniti sebuah karir yang, tentunya, rezeki akan mengikuti pergerakan karir tersebut. Lebih dari lima tahun menjadi instruktur di kampus Pendidikan Latihan Penerbangan Curug cukup untuk membuat zona nyaman bagi Saya. Maka, saya pun mencoba untuk berkarir di dunia yang sama sekali berbeda dengan tantangan-tantangan baru yang bisa memancing ide-ide baru. Kalau dulu di lingkup instansi pemerintah karir seseorang didasarkan pada masa kerja atau senioritas, untuk orang muda seperti saya waktu itu sulit melejitkan karir sebelum memiliki masa kerja yang lama. Mestinya, suatu pekerjaan tidak memperhitungkan masa kerja tapi prestasi. Siapapun yang berprestasi bagus, berhak atas penghasilan dan posisi yang lebih baik. Tahukah Anda bidang apa yang saya maksud? Tentu saja bidang penjualan. Dalam bidang itu, ukuran yang dijadikan patokan sangat objektif. Siapapun yang penjualannya paling tinggi maka ia akan mendapatkan komisi terbanyak dan peluang untuk naik jabatan lebih cepat. Petualangan saya di bidang penjualan cukup mengasyikkan walaupun bukan berarti saya tidak pernah merasakan bumbubumbu pedas. Pengalaman pertama, saya masuk di bidang penjualan valuta asing. Namun, baru tiga bulan, uang investor jebol. Selanjutnya, saya pindah ke bidang penjualan properti di dua perusahaan yang berbeda. Setelah beberapa bulan di bidang
126
tersebut, saya tidak melihat hasil yang signifikan, padahal setiap kali memasuki pekerjaan baru, saya berusaha all out. Setelah bergumul di dunia properti, saya banting stir ke bidang penjualan asuransi. Di bidang ini, kondisi saya lebih baik. Saya sempat menjadi unit manager dan mempunyai beberapa anak buah. Namun, saat angka premi penjualan sedang naik, pemilik grup usaha tersebut masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) Mabes Polri karena terlibat korupsi senilai 1,3 trilyun. Bertahan di perusahaan yang sudah tidak kredibel, sama saja bunuh diri karir. Saya pun meninggalkan jabatan manager asuransi dan memulai kembali karir sebagai staf penjualan di perusahaan yang baru. Tugas saya di tempat kerja baru itu adalah menjual ensiklopedia berbahasa Inggris yang harganya cukup mahal. Boleh jadi ini adalah pekerjaan penjualan terberat yang pernah saya lakoni. Bayangkan, menjual ensiklopedia! Padahal, kita tahu mayoritas masyarakat kita lebih terbiasa menonton televisi ketimbang membaca. Apalagi, ensiklopedia tersebut berbahasa Inggris, yang artinya segmen pasar semakin sempit. Belum lagi soal harga yang mencapai angka jutaan. Meyakinkan konsumen untuk membeli produk seperti ini tidak semudah menawarkan produk valas, properti, atau asuransi. Tapi, hal tersebut tidak menciutkan nyali saya untuk ‘bertempur’ di medan ‘penjualan’. Dua bulan berselang, saya meraih penghargaan sebagai sales terbaik dengan penjualan tertinggi (Rookies of The Year award). Sebulan kemudian, saya diangkat menjadi area manager. Pada tahun
127
yang sama, saya terpilih sebagai kandidat untuk hadir pada International Achievement Conference di Zurich, Swiss, yang merupakan ajang kompetisi para sales terbaik dari banyak negara. Alhamdu lillaah, saya terpilih sebagai TOP Winner Sales karena berhasil mengalahkan kandidat kuat dari Canada dan Australia dan 35 negara lainnya. Sekembali dari konferensi itu, saya diangkat menjadi district manager dan pada tahun yang sama, saya ditunjuk sebagai National Sales Manager oleh Business Holding Group untuk memimpin anak perusahaan baru. Dalam pertandingan tinju, jika kita dihujani pukulan bertubi-tubi, kita pasti babak belur dengan rasa yang sangat tidak nyaman. Tapi, yang saya alami adalah dihujani posisi dan penghargaan bertubi-tubi sehingga saya babak belur namun terasa nikmat. Alhamdu lillaah, ternyata sebuah kesabaran dan kegigihan untuk terus mencoba berbuah kemudahan rezeki. Maka, yakinlah bahwa setiap aliran rezeki ada waktunya. Anda tidak perlu ngotot untuk mempercepatnya atau berlehaleha menantinya tanpa perjuangan. Boleh jadi, itulah sebab mengapa Allah SWT mengkaitkan antara shalat Subuh dan kedudukan dan Rasulullah SAW mengkaitkan antara shalat Dhuha dan rezeki.
128
UCAPAN TERIMAKASIH
130
Alhamdu lillaah, sejak tahun 2006 sampai akhir 2011, tidak kurang dari 800 klien telah mempercayakan pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia)-nya kepada kami, baik melalui program seminar, training, coaching, atau mentoring seputar masalah motivation, marketing, selling, management, dan leadership. Adalah suatu kebahagiaan tersendiri jika institusi, lembaga, atau perusahaan ANDA turut menggenapkan komitmen pelayanan kami atas klien ke-1000 di akhir tahun 2012. Berikut beberapa klien yang telah menjalin kerjasama dengan kami. Tanpa mengurangi rasa hormat, kami tidak dapat menampilkan seluruhnya. Namun, kami tetap merasa bangga menjadi bagian dari kemajuan dan keberhasilan mereka. A. Banking - Bank Artha Graha - Bank DKI - Bank BNI 46 - Bank BNI Syariah - Bank BRI - Bank Mandiri - Bank Muamalat - Bank Niaga - Bank OCBC NISP - Bank Permata - Bank Syariah Mandiri - Bank Tabungan Negara
131
- Citibank - Commenwealth Bank B. Campus - Akademi Usaha Perikanan - Akademi Kehakiman dan Ilmu Pemasyarakatan - Bina Sarana Informatika (BSI) - Entrepreneurship University - Institut Kesenian Jakarta - Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat - Pendidikan dan Latihan Penerbangan Curug - President University, Jababeka - Sekolah Tinggi Administrasi Negara - Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti - Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti - Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat - Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur - Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur - Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah - Universitas Gajah Mada, Jogjakarta - Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat - Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan - Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah - Universitas Lampung - Universitas Mercubuana - Universitas Negeri Jakarta, Ramawangun - Universitas Negeri Semarang, Semarang, Jawa Tengah
132
- Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang - Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat - Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatra Selatan - Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah C. Consumer Goods & Distributor - Kementerian Pertanian - Hero Supermarket - Nestle - Protractor & Gambler (P&G) - Surya Lintas Nusantara - Tiga Raksa Satria - Tiptop Supermarket - Unilever D. Education - Kementerian Agama RI - Kementrian Pendidikan Nasional - Sekolah Avicenna - Global Islamic School - Global Jaya - High Scope - International Civil Aviation Academy, ICAO, Oklahoma - Internal Al-Kautsar, Sukabumi - IWAPI - John Robert Powers - Labschool
133
- LPIA - Sekolah Alam E. Energy - British Petroleum - Badak Natural Gas Liquid, Bontang, Kaltim - Chevron Petroleum Indonesia - Elnusa - Exxon Mobil Oil Indonesia - Indonesia Power - Medco - Minamas Plantation, Malaysia - Pertamina - Perusahaan Gas Negara - PLN - PAM Jaya - Patrajasa - Petrocina - Total Finaelf - VICO F. Finance & investment, Consultant - Kementrian Keuangan - Bank Indonesia - Dirjen Bea Cukai - Dirjen Pajak - Ernst & Young - Lembaga Penjamin Simpanan - Para Group
134
- Perum Pegadaian - Price Waterhouse Cooper - Sucofindo - Surveyor - TASPEN G. Government - Arsip Nasional - Bapeten Nuklir - BATAN - BPMigas - DPRD Kota Tangerang - Pemda Aceh - Pemda DKI - Pemkab, Batusangkar, Sumbar - Pemkab Bogor - Pemprov Gorontalo - Kedubes RI di Hongkong - Kedubes RI di Spanyol - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) - LIPI - Perpustakaan Nasional - Seskoal H. Hotel, Mall & Trade Center - Ambhara - Bidakara - Dharmawangsa
135
- Grand Hyatt - ITC Cempaka Mas - ITC Depok - JCC, Hotel Sultan - Margocity Mall - Mercure Convention Center - Mitra Adhi Perkasa (MIP) - Nikko - Pacific Place - Seibu Food Hall - Sofyan Syariah - Sogo - The Acacia - The Park Lane - Zamrud, Cirebon I. Insurance - AIG - Allianz - Asbisindo (Asosiasi Asuransi & Bank Syariah Indonesia) - Astra CMG - Bumi Putra - Ikatan Agen Asuransi Indonesia - Jamsostek - Jasa Raharja - Jasindo - Manulife
136
- Mubarakah - Takaful J. IT & Telecomunication - Anugrah Teknologi Indonesia - Astra Graphia - AXIS - BTS - Cyber Indonesia - Esia - Icon + - Indosat - Infomedia - Insan Teknologi Semesta - Lintas Artha - Massada Komunikasi - Natrindo Telepon Selular - Nokia Siemens Network - Telkom - Telkomsel - XL K. Manufacturing & Industry - Bakrie Brothers - Federal Izumi - German Center - Holcim - ICI Paints - Indocement
137
- Indomobil - Jababeka - Jembo Cable Company - KAO Indonesia - LG Electronic - Mercedes Benz - Muara Agung Perkasa - Nasmoco - Pama Persada - Pupuk Kaltim - Pusaka Tradisi Ibu - Rekayasa Industry - Siemens Industry - Toyota Astra Motor Automotive Industry - Zhong San Medical Industry, China L. Media Network & Entertainment - Barbados Café, Kemang - Cek & Ricek - Dakta - Hugo’s Café, Malang - Indopos - Indosiar Visual Mandiri - JakTv - Jimbani Café - MetroTV - Ramako - RCTI
138
- Republika - Screenplay Production - SCTV - SmartFM - Time Break Café, semanggi - Trans7 - Trijaya - TVOne - X2 Café, Senayan M. Medical & Health - Kementrian Kesehatan - Ananda Hospital, Bekasi - Aventis - Bayer - Bethesda Hospital, Jogjakarta - Bumi Sarana Primajaya - Combhipar - Fortune Star Global - Indofarma - Katalisindo - Kimia Farma - Merck - Nayaka Eka Husada - Novell Pharmeutical - Permata Cibubur Hospital - RSUD Cengkareng - Rumah Sakit Haji Pondok Gede
139
- Rumah Sakit Harapan Kita - Rumah Sakit Hermina - RSUD Pasar Rebo - RSUD Tarakan - Schering - N. Multilevel Marketing - Ahadnet - CNI - EXER Syariah - Herbalife - K-Link - Perfect International - Synergy - Tasly World Indonesia - Tupperware - Unicity O. Property & Contractor - Kementerian Perumahan Rakyat - Adhi Karya - Agung Podomoro Group - Brantas Abipraya - Damai Indah Golf, Pantai Indah Kapuk - Graha Cipta hadiprana - Graha Inti Fauzi - Graha Pratama - IKPT - Jasa Marga
140
- Kota Baru Parahyangan - Lippoland - Menara Graha Sarana Duta - Pembangunan Perumahan (PP) - Perumnas - Trakindo - Truba Jaya Engineering - Wijaya Karya - Wisma Nusantara P. Transportation - Kementrian Perhubungan - Garuda Indonesia - Garuda Maintenance Facility - Humpuss Intermoda Transportation - JIC (Jakarta International Cargo) - Lions Air - Merpati - Pelabuhan Utama, Tanjung Priok - Pelindo 2 - Pelita Air Service - Pusdiklat Kosambi - Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma
141
“Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya tanpa hitungan.” (QS. Ali Imran: 37)
142
Tentang penulis
Grandmaster Reza M. Syarief, PSK (Pembicara-SenimanKonsultan) adalah motivator muslim yang mengkhususkan diri pada transformasi SDM dan perusahaan berbasis MAHA Model Quality (MMQ) sekaligus Pemegang 2 Rekor MURI, yaitu sebagai Pembicara Motivasi Terlama 24 Jam Non-Stop (MURI 2006) dan Pembicara Pertama di Indonesia yang Menerima dan Menjawab Pertanyaan Terbanyak (1.639) tentang Wirausaha (MURI 2010). Ia telah tampil dalam berbagai forum nasional maupun internasional baik di dalam maupun di luar negeri, seperti dalam acara Leadership Forum Conference di Cina (diikuti oleh 12 negara, 2009), Mindset Transformation Seminar di Hongkong (2009), Cross Culture Management Forum di Spanyol (2008) serta International Business Forum di Hotel Novotel Mangga Dua Square (diikuti oleh 30 negara, (2007). Beliau merupakan penggagas Maha Linguistic Program (MLP)© yang berbasis pada optimalisasi alam supersadar yang merupakan penyempurnaan dari SLP (Science Linguistic Program) yang berbasis alam sadar dan NLP (Neuro Linguistic Program) yang berbasis alam bawah sadar. Juara Dunia Penjualan dalam International Achievement Conference 1997 Zurich, Swiss ini pernah menjadi profesional di salah satu perusahaan go public multinasional sebagai National Sales Manager dengan prestasi pertumbuhan bisnis (Business Growth) 300% dalam 1 tahun.
144
Aktif sebagai public speaker yang inspiratif di berbagai perusahaan dan instansi baik swasta maupun pemerintah seperti Adhi Karya, Bank Indonesia, Bank Mandiri Prioritas, Citibank, Jamsostek, Jasa Raharja, AIG Life, Indonesia Power, Telkom, AXIS, Mercure Convention Center Hotel, Garuda Indonesia, BAYER Indonesia, Unilever Indonesia, Chevron, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pemprov & DPRD Gorontalo, PT Indosiar Visual Mandiri, dan lain-lain. Kini, selain sebagai Chairman PT. RLC Indonesia dan Presiden Republik Motivasi Indonesia, beliau juga sangat produktif dalam menggulirkan paradigma dan terobosan baru dalam “Pencapaian SDM dan Perusahaan Unggul” melalui sembilan karya tulis yang telah dihasilkannya, di antaranya buku National Best Seller Life Excellence, Smart Heart Smart Business, Real Battle for Success, Born to Fight, dan karya unggulan lainnya. Inspirasi-inspirasi beliau telah tersebar di berbagai media baik cetak maupun elektronik, di antaranya Trans 7 melalui program Pintu Rezeki, Jak TV melalui program Insert Motivasi, Metro TV sebagai narasumber motivasi kebangsaan dalam program DemoCrazy, Radio Ramako FM dalam program Motivation Corner, serta Radio Trijaya FM dalam program Motivaction. Sebagai public speaker, dalam tiga tahun terakhir beliau telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 667.940 peserta dengan total 6.928 jam di lebih dari 736 perusahaan lokal dan nasional.
145
Banyak hotel yang melewatkan angka 13 dan hanya sedikit yang berani memasang angka tersebut di salah satu kamarnya. Sungguh kesalahapahaman tingkat tinggi. Untung Reza M. Syarief mengembalikan ‘martabat’ angka ini. Ia bahkan menjadikannya sebagai rahasia pembuka pintu rezeki. Temukan rahasianya di sini! – Prie GS, tukang nulis, tukang ngomong, tinggal di Semarang. Melalui buku ini, paradigma berpikir kita tentang rezeki yang selama ini hanya berkutat pada persoalan uang dibedah dengan apik dan menarik oleh Reza. Jika Anda ingin mendapatkan paradigma yang tepat tentang rezeki, buku 13 Top Secrets Pembuka Pintu Rezeki ini adalah jawabannya. – Sukhdev Singh, Presiden Director Screen Play Production Buku ini memotivasi kita agar mau menggunakan ‘kunci’ yang sejatinya ada pada diri kita untuk membuka pintu rezeki. – Manyus Pagar Alam, Executive Producer Trans 7 Buku yang sangat inspiratif dan motivatif sehingga layak menjadi referensi kita semua. Reza M. Syarief meramu kiat membuka pintu rezeki dengan berdasarkan kitab suci dan rasionalitas. – Arief H. Thamrin, General Manager Sales Metro TV Buku yang penuh gairah ini semakin menyadarkan kita akan tugas manusia dalam menciptakan sebab bagi turunnya keberkahan. – Tommy Soetomo, Presiden Direktur Angkasa Pura 1
146
Buku ini menjadi semacam SWOT Analysis (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, & Threats) untuk menentukan tujuan spesifik dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung serta menghambat terbukanya pintu rezeki. Reza M. Syarief mampu menyajikan tulisan yang sangat aplikatif dan relevan untuk diterapkan guna meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga dapat ‘landing’ di tempat tujuan dengan selamat dan penuh keberkahan. – Kolonel Penerbang Ir. Tri Bowo Budi Santoso, MM., Komandan Wing I Lanud Halim Perdanakusuma Kejujuran merupakan fondasi bagi karakter manusia yang berintegritas tinggi dan konon membuat Nabi Muhammad saw mendapat gelar Al-Amin pada masa mudanya. Meski di negeri kita banyak praktik yang kurang terpuji, insya Allah, bila kita biasakan bekerja dengan jujur dan selalu mengikuti aturan yang berlaku, kita akan memperoleh rezeki yang halal dan, yang lebih penting, selamat dunia-akhirat. – Abdul Hamid Batubara, Presiden Direktur Chevron Pacific Indonesia (CPI) Reza menyatukan pemikiran untuk mencapai hal-hal duniawi dengan nilai-nilai spiritual sekaligus memberikan contohcontoh nyata bagaimana berpikir, berkata, dan bertindak secara positif dan beretika. – Dr. AB. Susanto, Chairman The Jakarta Consulting Group Buku ini sangat inspiratif dan motivatif bagi semua orang yang sedang bergumul dengan kerasnya kehidupan. – Dr. Adjat Sudradjat, Pimpinan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
147
Saya yakin buku ini dapat membangkitkan semangat para pembacanya untuk menjadi enterpreneur sejati. – Purwanto, General Manager Keong Mas TMII Tidak salah kalau saya katakan buku ini sebagai karya tulis tiga dimensi: dimensi masa lalu yaitu pengalaman pribadi penulis, dimensi masa kini yaitu kecermatan penulis dalam mengamati fenomena sosial, dan dimensi masa depan yaitu ajakan penulis agar kita memiliki visi akhirat dalam mengejar rezeki. – H.E. Afrizal Sinaro, Ketua Ikapi DKI Jakarta Gus Reza secara gamblang menuliskan buku yang sangat inspiratif ini. Contoh-contoh nyata yang beliau tuturkan semakin menambah nilai manfaat buku ini bagi kita semua. – Afdal Fuad, Direktur Utama Federal Izumi Semoga hasil karya Ustadz Reza ini mendapatkan limpahan cahaya Ilahi sehingga bisa menerangi hati umat. Sukses selalu, Ustadz! – Jihan Fahira, Artis Sinetron Setiap insan di dunia berharap pintu rezekinya selalu terbuka. Semoga buku ini bisa menghadirkan cakrawala baru tentang bagaimana mewujudkan harapan itu. – Erwin Parengkuan, MC-Presenter & Pemilik Sekolah Talkinc Simple but something, gak ribet bacanya dan tidak menggurui. – Krisnamukti, Artis & Penyanyi Buku ini secara gamblang membedah bagaimana kita bertahan dalam perubahan dan menjadi manusia yang unggul. – Agus Kuncoro, Artis & Pesinetron
148
Rezeki memang sudah diatur, tapi kita harus tetap kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas untuk mengundang kehadirannya. Saya merekomendasikan buku ini kepada para mahasiswa di kampus manapun, termasuk STMT yang saya pimpin. – DR. Husni Hasan A. Mtr.U, S.Sos, MM., Rektor STMT Trisakti & Komisaris PT Hantoya Perkasa Mandiri Kebanyakan orang tidak menyadari kemampuan yang ada pada diri mereka sehingga dalam mencari rezeki mereka kerap menggunakan cara-cara yang tidak benar. Buku ini mengajak pembaca untuk menggali potensi yang ada pada diri masing-masing sekaligus mengaktifkan seluruh energi positif di dalamnya untuk menjemput rezeki yang terbentang luas. – Drs. Rizqullah, MBA, Direktur Utama BNI Syariah Buku Reza M. Syarief ini membuka wawasan kita tentang bagaimana mengakses dan mengelola rezeki yang menghasilkan bukan saja keuntungan tapi juga keberkahan, hasil investasi tertinggi yang bisa kita raih. – Riko Tasmaya, Director Citibank Indonesia & Ketua Muslim Citibank Kita terlalu asyik menggali harta karun dan menambang sumber energi di dasar bumi. Kita lupa dengan kekayaan sejati yang ada di dasar hati kita yang paling dalam. – Bimantoro, Direktur Adaro Business Group Sebagai profesional muda, saya menyarankan kepada kalangan profesional muda Indonesia meluangkan waktu untuk membaca buku ini dan menyimak rahasia demi rahasia pembuka pintu rezeki. – Ir. Nyoman Rai Pering, MT, Maintenance & Engineering Director Lion Mentari Airlines
149
Tutur bahasanya mengalir sehingga mudah dipahami. Insya Allah buku ini menjadi salah satu rujukan kita dalam mengungkap rahasia pintu rezeki. – Bagoes Krisnamoerti, Direktur Utama Humpuss Intermoda Transportation Buku ini akan merubah paradigma Anda dengan cara yang sangat memikat. Anda akan mempercayai hal-hal yang tidak Anda percayai sebelumnya sehingga Anda akan tertarik untuk melakukannya. – Mira Hadiprana, Presiden Direktur Graha Cipta 13 Top Secrets Pembuka Pintu Rezeki merupakan karya luar biasa yang patut dibaca oleh siapa saja yang mendambakan kesuksesan dalam menjemput rezeki, sebagaimana Bapak Reza M. Syarief telah membuktikan. – Bambang T. Waluyo, Presiden Direktur PT Fortune Star Global Luar biasa! Buku yang sangat menarik karena disampaikan dengan bahasa populer dan logis serta merujuk pada firman Allah SWT. – Arief Safari, Direktur Utama Sucofindo Buku yang sangat inspiratif ini memberikan pemahaman baru tentang betapa luas hamparan karunia Allah SWT dan mengajak kita untuk membuka pintu rezeki dengan rasa syukur dan prasangka baik kepada Yang Maha Kasih dan Maha Sayang. – HM. Alwi Rasyid, Direktur 95.5 RASfm-Radio Alaikassalam Jakarta
150
Setelah membaca buku ini, Anda akan semakin sadar bahwa rezeki bukan dicari tapi dijemput. Buku ini adalah satu dari sedikit buku motivasi yang enak dibaca dan mampu menggiring kita menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. – Fachry Mohamad, CEO SmartFM Network Buku full motivation ini mendorong orang agar selalu bersemangat dalam bekerja dan cerdas dalam bertindak. – Iyan Rubiyanto, KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok Semoga dengan membaca buku ini kita semakin termotivasi untuk giat berusaha. Di samping itu, semoga kita juga termotivasi untuk senantiasa bertawakal kepada Allah. Berapapun rezeki yang kita terima, itu adalah hak Allah. Yang paling penting, semoga kita mendapatkan rezeki terbesar dan hakiki, yaitu keselamatan di akhirat dan kesempatan untuk berjumpa dengan Allah SWT. – dr. Gina Puspita, Pimpinan Klub TAAT Suami
151
152