INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau 26.012,7 ha
yang terdiri dari luas daratan 165,3 km2 atau 16,533,701 ha dan luas laut 94,79 km² atau 9.479 ha dan terdiri dari 6 kecamatan. Topografi daerah tertinggi di atas permukaan laut terletak di bagian selatan Kota Kupang dengan ketinggian100-350 meter, daerah terendah di atas permukaan laut di bagian utara dengan ketinggian 0-50 meter dengan tingkat kemiringan 15%. Iklim yang tidak menentu di Kota Kupang merupakan masalah yang cukup klasik, dalam setahun musim penghujan jauh lebih pendek daripada musim kemarau, dengan temperatur udara terendah 19,6°C yang terjadi pada bulan Juli sedangkan temperatur tertinggi adalah 33,9°C pada bulan Oktober. Curah hujan tertinggi adalah 509,2 mm pada bulan Januari (Kota Kupang dalam Angka, 2012). Batas wilayah Kota Kupang terdiri dari: a)
Sebelah Utara berbatasan dengan perairan Teluk Kupang yang merupakan Taman Wisata Alam Laut (TWAL).
b)
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat dan Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang.
c)
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah dan Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.
d) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang dan Selat Semau. Jumlah penduduk Kota Kupang adalah 349.344 orang yang tersebar di 6 kecamatan (Kecamatan Alak, Maulafa, Oebobo, Kota Raja, Kelapa Lima, dan Kota Lama) sesuai data hasil proyeksi 2011 (Kota Kupang dalam Angka 2012). Fasilitas pendidikan Dasar kurang lebih 125 buah, Pendidikan menengah Pertama 47 buah, Pendidikan Menengah Umum 30 buah, Pendidikan Menengah Kejuruan 19 buah, dan Pendidikan tinggi 20 buah (5 Universitas, 6 Sekolah Tinggi, 6 Akademi, dan 3 Politeknik).
Wilayah Kota Kupang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996, terdiri dari 4 Kecamatan dan 40 Kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Nomor 60 Tahun 1995 tentang Pengukuhan Desa dan Kelurahan Persiapan menjadi Desa/Kelurahan Defenitif di Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur, maka ditambah 5 Kelurahan hasil pemekaran sehingga
menjadi
45
Kelurahan,
selanjutnya
pada
tahun
2006
dengan
mempertimbangkan aspek jangkauan dan efektifitas layanan, maka Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran 2 wilayah Kelurahan menjadi 4 Kelurahan sehingga jumlahnya bertambah menjadi 49 Kelurahan. Pada Tahun 2010 dilihat dari aspek Jangkauan dan efektifitas layanan, maka Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran 2 wilayah Kecamatan menjadi 4 Kecamatan sehingga jumlahnya bertambah menjadi 6 Kecamatan dan pada tahun 2011 Pemerintah Kota Kupang melakukan pemekaran 2 wilayah Kelurahan menjadi 4 Kelurahan sehingga jumlahnya bertambah menjadi 51 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut : 1.
Kecamatan Kelapa Lima : 5 Kelurahan
2.
Kecamatan Kota Lama
: 10 Kelurahan
3.
Kecamatan Oebobo
: 7 Kelurahan
4.
Kecamatan Kota Raja
: 8 Kelurahan
5.
Kecamatan Maulafa
: 9 Kelurahan
6.
Kecamatan Alak
: 12 Kelurahan
1.2. Keadaan Geografi dan Kependudukan Kelurahan Nunbaun Sabu (NBS) terletak di wilayah Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi NTT dengan luas wilayah 61.441 Ha (510.000 M2). Secara administratif desa ini berbatasan dengan laut (Teluk Kupang) di sebelah Utara; Kelurahan Penkase Oeleta di sebelah Selatan; Kelurahan Nunbaun Delha di sebelah Timur dan Kelurahan Namosain di sebelah Barat. Kondisi daerah kelurahan Nunbaun Sabu adalah berbukit dan berbatu karang dengan kemiringan 6-25 % dibagian selatan serta dataran rendah di bagian pesisir pantai. Iklim di wilayah ini ialah iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 2500-3000 mm pertahun. Berbagai jenis tumbuhan
hidup diwilayah ini namun tumbuhan yang paling mendominasi adalah pohon lontar (Borassus flabellifer) yang tumbuh subur di wilayah pesisir. Kelurahan NBS terdiri dari 15 RT dan 4 RW yang tersebar di wilayah pesisir dan dataran tinggi (bukit). Sarana dan prasarana umum dibidang pendidikan seperti PAUD, TK, SD/MI, SMP?MTS, SMA/MA baik milik pemerintah maupun swasta ada di wilayah ini. Dibidang kesehatan terdapat sebuah Puskesmas Pembantu (Pustu). Bangunan/sarana publik berupa Pondok Informasi Nelayan, Tempat Pemakaman Umum, sarana olahraga berupa lapangan volly. Sarana ibadah berupa gereja sebanyak 6 (enam) buah, 1 (satu) buah Masjid dan 2 (dua) buah Musolah. selain itu, di wilayah ini terdapat tanah dan bangunan milik pemerintah seperti kantor beserta rumah dinan Perikanan dan Kelautan Propinsi, kantor Lurah NBS, kantor Timbang LLAJR, Puskesmas, dan lain-lain.
1.3. Kondisi Sosial Ekonomi Struktur penduduk Kelurahan Nunbaun Sabu terdiri dari beragam suku, etnis dan budaya yang terdiri dari etnis Sabu, Rote, Timor, Flores/Solor, Alor, Bugis, dan Buton. Jumlah penduduk Kelurahan Nunbaun Sabu dari tahun ke tahun selalu meningkat. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh dari kelurahan setempat bahwa pada tahun 2008 jumlah penduduk sebanyak 3.144 jiwa yang meningkat menjadi 3.745 jiwa pada akhir tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tahunnya angka pertambahan penduduk mencapai 120,2 pertahun (Profil Kelurahan NBD, 2013). Dari total jumlah penduduk di tahun 2013 tersebut maka tercatat total KK mencapai 88 KK. Penduduk di kelurahan NBS terdiri dari laki-laki 1934 jiwa dan perempuan 1830 jiwa, yang selengkapnya disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah Penduduk Kelompok Umur (Tahun) Laki – laki Perempuan Jumlah 0–5 321 293 614 6 – 10 199 204 403 11 – 16 193 194 387 17 – 20 159 143 302 21 – 25 119 119 238 26 – 30 221 209 430 31 – 35 151 148 299 36 – 40 107 105 212 41 – 45 128 112 240 46 – 50 130 118 248 51 – 55 45 48 93 56 – 60 71 74 145 60 ke atas 66 71 137 Jumlah 1.910 1.838 3.748 Sumber : Profil Kelurahan NBS, 2013.
Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Nunbaun Sabu adalah PNS, karyawan swasta, TNI, Polri, wiraswasta, buruh kasar, ibu rumah tangga, dosen, guru, petani/nelayan. Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani/nelayan yang berjumlah 627 orang, terdiri dari 354 orang laki-laki dan 273 orang perempuan. Hal ini berarti bahwa sebenar kelurahan NBS adalah salah satu wilayah sentra nelayan di kota Kupang. Agama Kristen merupakan agama yang paling banyak dianut masyarakat Kelurahan Nunbaun Sabu yakni 72% (2684 jiwa). Pemukiman penduduk tersebar dari pesisir pantai sampai dengan daerah yang berbukit dimana saat ini terjadi pengembangan pemukiman di wilayah tersebut. 1.4. Kondisi Lingkungan Pesisir Kelurahan NBS memiliki pantai yang berpasir namun tidak terlalu luas dan sangat terbatas oleh karena terhimpit dengan wilayah kelurahan Nunbaun Delha (NBD) dan kelurahan Namosain. Meski demikian, wilayah pesisir pantai memiliki potensi sumberdaya yang sangat potensial untuk di kembangkan. Hal ini terlihat dari adanya pembangunan pelabuhan rakyat yang dapat menunjang perekonomian masyarakat setempat, selain itu berdiri pula beberapa perusahan milik swasta, serta
terdapat sebuah SPBU di wilayah pesisir tersebut. Topografi pesisir landai dengan substrat pantai berpasir. Pada sisi timur yang berbatasan dengan kelurahan Nunbaun Delha terdapat sebuah sungai (kali) kecil musiman yang ada ketika memasuki musim hujan.
Gambar 1. Daerah pesisir pantai Kelurahan Nunbaun Sabu Di wilayah pesisir pantai saat ini telah dibangun banyak sekali bangunan baik tempat tinggal maupun tempat usaha, selain itu wilayah tersebut dimanfaatkan oleh nelayan maupun masyarakat setempat sebagai tempat berlabuh kapal/perahu, tempat dok perahu, dan lain sebagainya.
Gambar 2. Nelayan lampara Kelurahan Nunbaun Sabu
II. ISU-ISU SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR 2.1. Kerusakan Wilayah dan Ekosistem Pesisir Wilayah pesisir pantai kelurahan Nunbaun Sabu merupakan wilayah yang sempit dan sangat terbuka terhadap ancaman dari laut. Dengan begitu banyak bangunan yang ada serta tingkat pemanfaatan pesisir yang sangat tinggi menyebabkan wilayah tersebut rentan tehadap kerusakan. Hal ini diperparah dengan tidak terlihatnya ekosistem mangrove maupun tumbuhan di wilayah tersebut yang berfungsi sebagai penahan angin dan gelombang. Hasil survey juga menyebutkan bahwa di wilayah pesisir tersebut tidak ditemukan ekosistem terumbu karang maupun padang lamun. Kalaupun ada hanya berupa spot-spot kecil saja. Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah maka pemerintah telah membuat tembok penahan ombak. Hasil survey menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang dan padang lamun tidak ditemukan di pesisir pantai tersebut. Di samping itu wilayah laut yang dimanfaatkan oleh nelayan setempat sebagai tempat berlabuh, diduga juga tutur mempengaruhi keberadaan ekosistem padang lamun maupun terumbu karang. Abrasi Pantai Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh faktor alami, namun intervensi manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Posisi pantai yang sangat terbuka terhadap ancaman yang datang dari laut serta isu mengenai penambangan pasir secara liar di wilayah pesisir
Kelurahan
Nunbaun Sabu merupakan faktor pemicu terjadi abrasi pantai. Pada musim barat biasanya air laut dapat mencapai pemukiman masyarakat yang berada di daratan. Untuk itu pemerintah telah membangun tembok penahan gelombang sehingga dapat memperkecil dampak kerusakan pantai, namun saai ini sebagian besarnya telah rusak dihantam gelombang laut (Gambar 3).
Gambar 3. Degradasi daerah pantai di Kelurahan Nunbaun Sabu 2.2. Pemanfaatan Ruang Pesisir Umumnya wilayah pesisir dimanfaatkan oleh masyarakat setempat maupun nelayan sekitarnya sebagai tempat untuk berlabuh perahu. Selain itu beberapa nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai lokasi budidaya rumput laut, tempat untuk berjualan ikan hasil tangkapan di sisi jalan raya dan sebagian lokasi dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman. Pelabuhan perikanan rakyat belum dikelola dengan baik sehingga kondisinya kurang memadai untuk dimanfaatkan masyarakat.
Sarana dan prasarana yang kurang menunjang khususnya
bagi
pengguna pelabuhan perikanan rakyat sehingga mempengaruhi aktivitas kinerja perekonomian masyarakat.
Gambar 4. Nelayan lampara dan pemasaran ikan di Kelurahan Nunbaun Sabu
2.3. Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan Sesuai hasil survey diketahui bahwa di sepanjang pesisir kota kupang memiliki kerentanan yang cukup tinggi terhadap dampak buangan rumah tangga. Di setiap wilayah pesisir yang dihuni oleh penduduk memiliki tingkat kerusakan yang cukup tinggi. Hal yang sama juga terjadi di wilayah psisir kelurahan NBS, dimana wilayah pesisir yang padat dengan tempat usaha baik bengkel, penjualan ikan, tempat bongkar muat BBM dan lain sebagainya menyebabkan wilayah pantai tersebut sangat rentan dengan pencemaran. Selain itu dengan adanya SPBU yang bediri di wilayah pesisir diduga dapat memberikan dampak negatif bagi wilayah pesisir.
Gambar 5. Perbengkelan rakyat di Kelurahan Nunbaun Sabu 2.4. Tingkat Pendidikan Penduduk Data tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 47% yakni 1766 jiwa merupakan penduduk produktif dari usia 21-55 tahun dan secara umum tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan NBS menyebar dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi (Tabel 2). Berdasarkan tingkat pendidikan, penduduk Kelurahan Nunbaun Sabu yang berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) sebanyak 1741 atau 46% merupakan jumlah yang tertinggi, sedangkan masyarakat dengan pendidikan tinggi hanya 4% (163 jiwa)
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan TINGKAT PENDIDIKAN
L Belum Sekolah 231 TK 145 SD 470 SLTP 499 SLTA 372 D3 31 S1 52 S2 4 S3 Buta huruf 81 Sumber : Profil Kelurahan NBS, 2013
JUMLAH PENDUDUK P 199 133 472 474 396 30 44 2 81
JUMLAH 430 278 942 973 768 61 96 6 162
Dari data di Tabel 2, terlihat masih adanya penduduk yang buta huruf sebanyak 4% (162 jiwa) menandakan perlunya upaya pengentasan buta aksara yang ditunjang dengan perlu adanya lembaga pendidikan formal yang ada di Kota Kupang yang bisa dijangkau oleh warga di Kelurahan Nunbaun Sabu yang pada akhirnya akan berimbas pada perubahan kesadaran memelihara kelestarian lingkungan hidup, terutama daerah pesisir dan laut yang adalah lahan bagi sumber mata pencaharian 71% penduduk yang berprofesi sebagai nelayan. Perbedaan tingkat pendidikan di kalangan penduduk di Kelurahan Nunbaun Sabu membutuhkan usaha yang tepat bagi pihak yang memberikan penyadaran akan pentingnya memelihara lingkungan hidup terutama pantai dan laut, sehingga dapat diterima semua kalangan.terlihat 2.5. Konflik Daerah Penangkapan Meskipun jumlah nelayan banyak sejauh ini belum pernah terjadi konflik mengenai daerah penangkapan. Lokasi penangkapan ikan nelayan-nelayan tersebut umumnya berada di luar kawasan kelurahan Nunbaun Sabu yakni di sekitar perairan Teluk Kupang dan Barate, Tablolong (Kabupaten Kupang), Kabupaten Rote. Penangkapan akan dilakukan sesuai dengan musim, dimana pada musim barat daerah
penangkapan di perairan Teluk Kupang (bersaing dengan alat tangkap lain seperti bagan apung, bagan tancap, dan lain-lain) dan perairan Tablolong. Sementara musim timur daerah operasi penangkapan di Barate (Kabupaten Kupang) dan Kabupaten Rote (berdasarkan hasil wawancara). Permaslahan utama yang dialami oleh masyarakat setempat adalah kemiskinan. Berdasarkan data laporan bulanan Kelurahan Nunbaun Sabu (Oktober 2013) terdapat 270 kepala keluarga dikategorikan miskin dengan perincian 249 kepala keluarga masuk pada kategori penerima beras miskin (nasional) dan 21 kepala keluarga masuk pada kategori penerima beras miskin (daerah). Relatif banyaknya keluarga miskin di Kelurahan Nunbaun Sabu dimana hampir 50% adalah keluarga nelayan/petani menjadi gambaran perlunya perhatian dari berbagai kalangan untuk mengentaskan kemiskinan dengan mencari penyebab dan solusi yang tepat.
BAB III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Berdasarkan data yang disampaikan maka diketahui bahwa di Kelurahan Nunbaun Sabu terjadi kerusakan lingkungan yakni erosi pantai akibat abrasi secara alami, pelabuhan perikanan rakyat yang tidak tertata, relatif banyak penduduk yang buta aksara dan tergolong keluarga miskin, serta kurangnya prasarana bagi permukiman penduduk. 3.2. Rekomendasi Berdasarkan kondisi di Kelurahan Nunbaun Sabu, maka direkomendasikan untuk : 1.
Meminimalisasi erosi pantai dengan reklamasi pantai, penanaman bakau dan pembuatan tanggul penahan gelombang.
2.
Perlu penataan ulang pelabuhan perikanan rakyat dengan perbaikan dermaga dan penambahan fasilitas yang menunjang perekonomian nelayan.
3.
Pengentasan buta aksara dan kemiskinan melalui keterlibatan pemerintah dan swasta.