PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT MELALUI PEMBERDAYAAN KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN LEMBATA PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR COASTAL AND MARINE RESOURCES MANAGEMENT BY EMPOWERING THE COMMUNAL WISDOM IN LEMBATA REGENCY, EAST NUSA TENGGARA PROVINCE Stefanus Stanis1), Supriharyono2), Azis Nur Bambang2)
ABSTRAK Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami degradasi sebagai akibat dari perilaku pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifat destruktif dan merusak, serta tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutan sumberdaya. Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan berbasis pemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang mempunyai kaitan dan bermanfaat terhadap upaya pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive pada narasumber dan tokoh-tokoh kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lestari penangkapan 12.813 ton/thn dan rata-rata produksi penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56% dan ikan pelagis sebsar 40,92%, serta tingkat pemanfaatan baru mencapai 19,88%. Potensi dan luas areal budidaya sebesar 886 Ha, dengan tingkat pemanfaatan 180 Ha (20,32%). Nilai kearifan lokal yang mempunyai peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Ketaatan masyarakat terhadap nilai kearifan lokal sangat tinggi, karena mereka memiliki kesadaran dan persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak terlepas dengan eksistensi kehidupan makhluk lainnya dalam kebersamaan di bumi yang satu dan sama ini. Kata-kata Kunci: Pengelolaan, Pemberdayaan, Kearifan Lokal, dan Sumberdaya Pesisir
1) 2)
Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Katholik Widya Mandira, Kupang Staf Pengajar FPIK UNDIP Semarang 67
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
ABSTRACT The coastal and marine resources nowadays are degrading as the result of the behavior in exploiting them neglecting the essence of environmental aspects. The exploitation tends to be destructive without considering the conservation aspects and resources sustainability. The communities play important role, therefore, the management based on the communal wisdom is one of the essential things. Traditions, and traditional laws which relevant and potential for the efforts of coastal and marine resources in Lembata Regency, East Nusa Tenggara Province. The method used in this research is a descriptive method in which the technique of sampling taken conducted in purposive way towards the key persons. The results of this research shows that fishing potential catch is 12.813 tone/year and the average production catch during the last five years for pelagis fish 91,56% and demersal fish 40,92%, while the target of exploitation only reach 19,88%. The potential and width of marine culture area cover 886 ha, with the potential reaches only 180 ha (20,32%). The value of Communal Wisdom plays important role in managing the coastal resources include Badu, Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. The obedience of communities on the communal wisdom is very uprooted as they realize and think that their life existence can not be separated from the other living beings (creatures) that share the same world. Key Words: Management, Empowerment, Communal Wisdom and Coastal Resources.
68
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
I.
(stok) sumberdaya ikan pada beberapa
PENDAHULUAN
daerah penangkapan (fishing ground) di
1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam pesisir dan
Indonesia ternyata telah dimanfaatkan
laut, dewasa ini sudah semakin disadari
melebihi
banyak orang bahwa sumberdaya ini
kelestariannya terancam. Beberapa spesies
merupakan suatu potensi yang cukup
ikan
menjanjikan dalam mendukung tingkat
didapatkan bahkan nyaris hilang dari
perekonomian masyarakat terutama bagi
perairan Indonesia. Kondisi ini semakin
nelayan.
diperparah
Di sisi lain, konsekuensi logis
daya
bahkan
dukungnya
dilaporkan
oleh
sehingga
telah
peningkatan
sulit
jumlah
dari sumberdaya pesisir dan laut sebagai
armada penangkapan,
sumberdaya
dan teknik serta teknologi penangkapan
milik
bersama
(common
property) dan terbuka untuk umum (open acces) maka
penggunaan alat
yang tidak ramah lingkungan. Secara
pemanfaatan sumberdaya
ideal
pemanfaatan
alam pesisir dan laut dewasa ini semakin
sumberdaya ikan dan lingkungan hidupnya
meningkat di hampir semua wilayah.
harus mampu menjamin keberlangsungan
Pemanfaatan yang demikian cenderung
fungsi
melebih daya dukung sumberdaya (over
keberlanjutan usaha perikanan pantai yang
eksploitatiton).
ekonomis dan produkstif. Keberlanjutan
guna
mendukung
(2004),
mengatakan
fungsi ekologis akan menjamin eksistensi
perkembangan
eksploitasi
sumberdaya serta lingkungan hidup ikan
Ghofar bahwa
ekologis
sumberdaya alam laut dan pesisir dewasa
(Anggoro, 2000). Penerapan Undang-Undang No.
ini (penangkapan, budidaya, dan ekstraksi bahan-bahan untuk keperluan medis) telah
32
Tahun
2004
tentang
menjadi suatu bidang
kegiatan ekonomi
Daerah, dan sejalan dengan otonomi
yang dikendalikan oleh pasar (market
daerah serta menguatnya demokratisasi
driven) terutama jenis-jenis yang bernilai
dan peningkatan peran serta masyarakat
ekonomis tinggi, sehingga mendorong
membawa konsekuensi pada kabupaten
eksploitasi sumberdaya alam laut dan
dan/atau kota sebagai basis penyelenggara
pesisir dalam skala dan intensitas yang
otonomi daerah
cukup besar.
mampu menjalankan roda pemerintahan
dituntut
Pemerintah
untuk
lebih
Purwanto
secara mandiri. Untuk itu pemerintah
(2003), mengatakan bahwa ketersediaan
daerah harus mampu menggali potensi
Sedangkan
menurut
lokal guna meningkatkan pendapatan asli 69
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
daerah.
Daerah
mendorong
mampu
Sedangkan
untuk
lebih
sebenarnya
berbagai
aspek
“empowerment ” yaitu sebagai upaya untuk
proses
mengaktualisasikan potensi yang sudah
juga,
harus
masyarakat
berpartisipasi
dalam
kehidupan. Oleh karena itu,
pemberdayaan
masyarakat
mengacu
dimiliki
hendaknya
bingkai
pemberdayaan masyarakat yang demikian
pendekatan integralistik yang sinergistik
tentunya diharapkan memberikan peranan
dan harmonis, dengan memperhatikan
kepada individu bukan sebagai obyek,
sistem nilai dan kelembagaan yang tumbuh
tetapi
dan berkembang dalam masyarakat serta
menentukan hidup mereka (Moebyarto,
sejalan dengan sumber-sumber potensi
1996) dalam Wahyono, 2001.
dalam
masyarakat.
kata
pengembangan kawasan pesisir dan laut disusun
oleh
pada
sebagai
pelaku
Pendekatan
lokal. Keraf (2002), mengatakan bahwa
Pendekatan
(aktor)
yang
pemberdayaan
masyarakat yang bepusat pada manusia
kearifan lokal/tradisional adalah semua
(people-centered
bentuk
kemudian melandasi wawasan pengelolaan
pengetahuan,
keyakinan,
development)
pemahaman, atau wawasan serta adat
sumberdaya
kebiasaan atau etika yanag menuntun
management), yang merupakan mekanisme
perilaku manusia dalam kehidupan di
perencanaan people-centered development
dalam komunitas ekologis. Dijelaskan pula
yang
bahwa
pembelajaran sosial (social learning) dan
kearifan
lokal/tradisional
lokal
ini
(community-based
menekankan
teknologi
merupakan bagian dari etika dan moralitas
strategi
yang membantu manusia untuk menjawab
tujuan yang ingin dicapai adalah untuk
pertanyaan
meningkatkan
dilakukan, khususnya
moral
apa
bagaimana di
yang
harus
harus bertindak
bidang
pengelolaan
dalam
perumusan
pada
program.
kemapuan
Adapun
masyarakat
mengaktualisasikan
dirinya
(empowerment). Pengelolaan berbasis masyarakat
lingkungan dan sumberdaya alam. Pengelolaan Sumberdaya alam
atau
biasa
disebut
Community-Based
pesisir pada hakekatnya adalah suatu
Management, menurut Nikijuluw (1994)
proses pengontrolan tindakan manusia atau
dalam
masyarakat di sekitar kawasan pesisir agar
pendekatan pengelolaan sumberdaya alam
pemanfaatan
yang
dilakukan
sumberdaya secara
mengindahkan lingkungan
alam
(Supriharyono,
meletakkan
(2002),
merupakan
pengetahuan
dan
dengan
kesadaran lingkungan masyarakat lokal
kelestarian
sebagai dasar pengelolaanya. Selain itu
2002).
mereka juga memiliki akar budaya yang
bijaksana kaidah
dapat
Latama
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
70
kuat
dan
biasanya
tergabung
dalam
1.2. Masalah Penelitian
kepercayaannya (religion). Carter (1996)
Berdasarkan uraian di atas maka
dalam Latama (2002) memberikan defenisi
masalah penelitian ini adalah potensi
pengelolaan berbasis masyarakat sebagai :
sumberdaya alam pesisir dan laut apa saja
“A strategy for achieving a people-
dan sejauhmana tingkat pemanfaatannya?
centered development where the focus of
Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang
decision making with regard to the
terdapat pada mansyarakat
pesisir di
sustainable use of natural resources in an
Kabupaten Lembata yang
mempunyai
area
keterkaitan
pengelolaan
lies
with
the
people
communities of that area” suatu
strategi
in
the
dengan
atau sebagai
sumberdaya pesisir dan laut? Usaha apa
mencapai
saja yang dilakukan oleh pemerintah dan
untuk
pembangunan yang berpusat pada manusia,
masyarakat
di mana pusat pengambilan keputusan
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut?,
mengenai pemanfaatan sumberdaya secara
Bagaimana
berkelanjutan di suatu daerah berada di
masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan
tangan
lokal, ketaatan terhadap tradisi/hukum
organisasi-organisasi
dalam
dalam
persepsi
adapt?,serta
masyarakat di daerah tersebut.
pemanfaatan
dan
sejauhmana
dan
aspirasi
peluang
No.31 Tahun
pemberdayaan nilai kearifan lokal dan
2004 tentang Perikanan sebagai pengganti
hukum adat dapat dipertahankan dan
UU No. 09 Tahun 1985 yang ditelah
dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
disahkan
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan
Undang-Undang
oleh
DPR
RI
tanggal
14
September 2004 dalam pasal 6 ayat (2)
laut?
berbunyi : Pengelolaan perikanan untuk kepentingan
penangkapan
ikan
dan
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
pembudidayaan harus mempertimbangkan hukum adat dan/atau kearifan lokal serta memperhatikan peran-serta masyarakat. Dengan demikian
penelitian tentang
“Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur” menjadi esensial untuk
dilakukan
untuk
pengelolaan yang akan datang.
71
kepentingan
untuk
menganalisis
potensi
dan
pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut,
nilai-nilai kearifan lokal yang
memiliki keterkaitan dengan penegelolaan sumberdaya alam laut dan pesisir, program dan kegiatan serta usaha-usaha yang dilakukan
oleh
pemerintah
dalam
pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut, persepsi dan aspirasi
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
kearifan
mempertimbangkan tentang orang, latar-
lokal dan ketaatan terhadap taradisi/hukum
latar peristiwa dan proses-proses sosio-
adat
cultural sesuai dengan informasi yang
masyarakat terhadap nilai-nilai
yang
berlaku, dan menganalisis
sejauhmana peluang pemberdayaan nilai
hendak dibutuhkan. Sumber data berupa data primer
kearifan lokal dapat dipertahankan dan dimanfaatkan dalam perumusan kebijakan
yang
diperoleh
pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan
pengamatan
laut.
langsung dengan responden baik secara individu
II.
Sedangkan
MATERI DAN METODE
langsung
dari
(obesrvasi),
hasil
wawancara
maupun
secara
kelompok.
data
sekunder
diperoleh
Penelitian ini mengambil lokasi
melalui studi dokumentasi dari instansi
di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
terkait dan hasil-hasil penelitian. Teknik
Tenggara
analisis yang digunakan adalah kuantitatif
Timur
pengumpulan Kecamatan
data
dengan kearifan
lokasi
Wulandoni,
lokal
Ile
Ape
di dan
Omesuri. Responden penelitian ini adalah
time series komparatif untuk melihat kecenderungan
dan
analisis
kualitatif
komparatif.
semua stakeholders yang memiliki peranan dalam
upaya
pengelolaan
sumberdya
pesisir dan laut yakni Pemerintah mulai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Potensi Wilayah
dari tingkat kabupaten, kecamatan dan desa serta LSM (Care International dan Yayasan
Pemberdayaan
Masayarakat
Pesisir).
Kabupaten Lembata merupakan satu kabupaten yang seluruh wilayah daratannya dikelilingi oleh laut, karena kabupaten
Penentuan
sampling
lokasi
kecamatan dan desa dilakukan dengan menggunakan
pulau
tersendiri yaitu Pulau Lemabta (Lomblen). Secara
geografis
Kabupaten
Lembata
terletak pada 080 040 – 080 45’ Lintang
sampling yakni mengambil wakil dari
Selatan dan 1230 15’ –1240 38’ Bujur
populasi
wilayah
wilayah.
yang
yang
pertimbangan
area
merupakan satu
probability
setiap
teknik
ini
ciri
terdapat
didasarkan atau
dalam pada
karakteristik
Untuk responden tokoh-tokoh
kunci/pemangku adat dilakukan secara
Timur
dengan
batas-batas:
Utara
berbatasan dengan Laut Flores, Selatan dengan Laut Sawu, Timur berbatasan dengan Selat Mrica (Kabupaten Alor) dan Barat berbatasan dengan Selat Lamakera
purposive atau sampel bertujuan dengan
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
72
dan Selat
Boleng (Kabupaten Flores
sumberdaya alam perairan yang cukup besar yakni memilki luas wilayah lautan
Timur). Luas wilayah daratan 1.266,38
3.353,995 km2 dengan panjang garis
km2 (27,17%) dan luas wilayah perairan
pantainya mencapai 493 km dan tersebar di
laut 3.393,995 km2 (72,83%). Secara
semua kecamatan. Potensi lestari perikanan
administratif Kabupaten Lembata terdiri
tangkap sampai pada tahun 2004 sebesar
dari
12.813 ton/tahun, masing-masing untuk
8
(delapan) kecamatan dengan 5
(lima) kelurahan dan 118 desa. Jumlah
jenis
ikan
pelagis
penduduk di Kabupaten Lembata 97.655
ton/tahun (64,93%) dan ikan demersal
jiwa (data tahun 2003) terdiri dari laki-laki
sebesar
44.435 jiwa (45,50%) dan perempuan
Produksi penangkapan selama lima tahun
53.220 jiwa (54,50%) dengan jumlah
menunjukkan peningkatan dengan rata-rata
penduduk miskin sebanyak 66.969 jiwa
kenaikan
(69,32%) dari total penduduk Kabupaten
91,95% dan ikan demersal kenaikan baru
Lembata. Jumlah desa pesisir sebanyak 77
mencapai 40,92% (lihat grafik 1). Tingkat
(65,25%) dan desa bukan pesisir 41
pemanfaatan relatif masih kecil dengan
(34,75%), dengan jumlah penduduk pesisir
perkembangan
sebanyak 63.595 jiwa (65,12%).
pemanfaatan selama lima tahun dapat
4.484,64
untuk
sebesar
ton/tahun
ikan
8.832,64
(35,07%).
pelagis
persentase
sebesar
tingkat
dilihat pada grafik 2. 3.2. Potensi Perikanan Dalam Kabupaten
sektor Lembata
perikanan mempunyai
Potensi dan Produksi Perikanan Kabupaten Lembata Tahun 2000-2004 9,000.00 8,500.00 8,000.00 7,500.00 7,000.00 6,500.00 6,000.00 Jumlah 5,500.00 (Ton) 5,000.00 4,500.00 4,000.00 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00 1,500.00 1,000.00 500.00 -
Potenisi Pelagis Potensi Demersal Produksi Pelagis Produksi Demersal
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Grafik 1. Potensi lestari dan produksi penangkapan ikan pelagis dan demersal Tahun 2000 – 2004
73
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Persentase Tingkat Pemanfaatan
Persentase (%)
50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 -
Tingkat Pemanfaatan
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Grafik 2. Persentase Tingkat Pemanfaatan Perikanan Tangkap Tahun 2000-2004
Perkembangan
armada
620, motor tempel = 254, motor ketinting
penangkapan juga mengalami peningkatan
= 78 dan kapal motor 0-5 GT = 96. (Grafik
sampai
3).
tahun
2004,
untuk
jenis
sampan/jukun = 1.268, perahu papan =
Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Tahun 2000 -2004 1400 1300 1200
Jumlah
1100 1000 900 800
Sampan/Jukung Perahu Papan
700
Motor Ketinting
600 500
Motor Tempel Kapal Motor 0-5 GT
400 300 200 100 0 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Grafik 3. Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Penangkapan Tahun 2000 -2004
masih
sedangkan jumlah nelayan sampai dengan
didominasi oleh peralatan yang sederhana
tahun 2004 dengan rincian RTP = 2.228,
yakni gill net = 2.789, pancing = 2.928,
nelayan penuh = 1.107, nelayan sambilan
bubu = 679, puse siene dan rumpon
utama = 1.537 dan nelayan sambilan
masing-masing 86 dan bagan sebanyak 31,
tambahan = 2.154 orang (4, dan 5).
Alat
tangkap
juga
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
74
Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap Tahun 2000-2004
3200 3000 2800 2600
J u m l a h
2400 2200
Purse Siene
2000
Gill Net
1800
Bagan
1600 1400 1200
Pancing
1000
Rumpon
Bubu
800 600 400 200 0 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Grafik 4. Perkembangan Jumlah dan Jenis Alat Tangkap
Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000-2004 1,800 1,600 1,400 J 1,200 u m 1,000 l 800 a 600 h
Penuh Sambilan Utama Sambilan Tambahan
400 200 2000
2001
2002
2003
2004
Tahun
Grafik 5. Perkembangan Jumlah Nelayan Tahun 2000 -2004
Kondisi
penangkapan
Potensi budidaya perikanan laut
yang masih didominasi oleh jenis armada
masih sangat tinggi dengan luas areal
sampan/jukung dan perahu papan serta alat
budidaya laut sebesar 886 ha dan tingkat
tangkap yang relatif masih tradisonal yang
pemanfaatan
didominasi oleh gill net dan pancing,
mencapai 180 ha (20,32%). Komoditas
ditambah lagi dengan jumlah nelayan yang
budidaya laut yang dapat dikembangkan
lebih didominasi oleh nelayan sambilan
adalah ikan dengan tingkat pemanfaatan
tambahan maka upaya untuk meningkatkan
baru mencapai 10 ha, teripang 15 ha,
produksi penangkapan masih sangat sedikit
rumput laut 20 ha dan kerang mutiara 135
dan bergerak sangat lamban.
ha (lihat grafik 6).
75
armada
sampai
saat
ini
baru
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Luas Areal Budidaya Laut dan Pemanfaatan 300
250
200 Luas (Ha)
Potensi Luas
150
Pemanfaatan
100
50
0 Ikan
Rumput Laut
Teripang
Kerang Mutiara
Jenis Budidaya
Grafik 6. Potensi Luas Areal Budidaya Perikanan dan Tingkat Pemanfaatan
Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh masih
secepatnya mendaratkan ikan di sepanjang
kurangnya
pantai
ilmu
pengetahuan
dan
terdekat
dengan
pemukiman
keterampilan sumberdaya manusia dalam
penduduk atau desa tempat tinggal mereka.
mengakses teknologi budidaya, dukungan
Hasil tangkapan umumnya dijual dalam
dana yang memadai serta mekanisme pasar
bentuk
yang berpihak pada masyarakat nelayan
(Lewoleba, Balawuring, dan pasar desa).
segar
di pasar-pasar
terdekat
Proses pengolahan yang umum
budidaya.
dilakukan yakni dengan cara pengeringan 3.3. Pengolahan Pascapanen Infrastruktur Perikanan
dan
yang sangat bergantung pada ada tidak adanya matahari. Pengeringan ikan hasil
Aspek lain yang juga menjadi
tangkapan ditempatkan di atas pasir atau
perhatian adalah mengenai penanganan
terpal, sehingga kualitasnya masih jauh
pasca panen dan infrastruktur perikanan.
dari yang diharapkan. Infrastruktur lainnya
Umumnya kapal-kapal dan perahu yang
seperti fasilitas TPI/PPI, pasar perikanan,
beroperasi di wilayah perairan Lembata
pabrik es juga belum tersedia sehingga
adalah jenis kapal yang masih tradisional.
dalam
Kapal jenis ini belum memiliki palka
perikanan
penyimpanan dan persediaan es sehingga
kesulitan. Disampin itu lembaga penjamin
waktu operasi only one day fishing yakni
mutu produk pengolahan perikanan juga
berangkat sore dan pulang pagi hari. Hasil
belum dimiliki oleh Dinas Perikanan dan
tangkapan tidak disortir baik menurut
Kelautan, sehingga hasil pengolahan yang
ukuran maupun jenis dan disimpan tanpa
dijual di pasar-pasar tanpa melewati
diberi es sehingga nelayan berusaha untuk
pemantauan kualitas terlebih dahulu.
hal
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
pengolahan masih
pasca
mengalami
panen banyak
76
3.4. Program dan Pembangunan Dalam perikanan
aspek
dan
pemberdayaan
pembangunan pembangunan
lokal,
itu
alokasi
dana
perikanan dan kelautan
selama lima tahun relatif sangat kecil (
dengan
01,49% - 02,21%) jika dibandingkan
tampak
dengan total pembelajaan pembangunan
kelautan
kearifan
Selain
Kegiatan
belum begitu berjalan secara sinergis.
daerah
Banyak
kegiatan
dibandingkan dengan dana pengembangan
pembangunan yang melibatkan masyarakat
ekonomi rakyat (Catur program ke 2)
pesisir dan nelayan umumnya masih
adopsi dana sektor perikanan dan kelautan
didesain dari atas (top down). Kearifan
relatif cukup besar (10,24% - 29,51%).
lokal dan tradisi serta aturan-aturan adat
Namun demikian, kondisi ini belum dapat
belum dilirik sebagai suatu yang dapat
mempengaruhi
menjembatani suksesnya program kegiatan
pembangunan perikanan dan kelautan.
program
dan
seluruhnya.
Sebaliknya,
kecepatan
jika
pertumbuhan
pembangunan. Orientasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan masih bersifat
3.5. Potensi Kearifan Lokal
proyek, belum terlalu menyentuh pada
Masyarakat Kabupaten Lembata
aspek-aspek pemberdayaan dan belum
memiliki cukup banyak potensi kearifan
mengakomodasi sumberdaya lokal berserta
lolal
capital
pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut
culture
yang
dimiliki
oleh
yang
berhubungan
(pemanfaatan
adanya pemberdayaan kerarifan lokal dan
inventarisasi kearifan lokal pada lokasi
pelibatan masyarakat dalam keseluruhan
penelitian adalah Badu, Muro, Kolo Umen
proses dapat membangkitkan kesadaran,
Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang,
motivasi, keiklasan dan kesungguhan hati
Toto, Bito Berue, Lepa Nua Dewe, Bruhu
sehingga mereka ikut bertanggung jawab
Bito dan Leffa Nuang. Penjelasan manfaat
secara penuh terhadap suksesnya suatu
dan makna dari masing-masing keraifan
program. Lebih
lokal adalah sebagai berikut:
perilaku
yang
positip yang berkaitan dengan pengelolaan
•
konservasi).
dengan
masyarakat setempat. Pada hal di sisi lain,
lanjut
dan
erat
Hasil
Badu; merupakan suatu tradisi adat
sumberdaya peisir akan mampu bertahan
masyarakat Watodiri dan Dulitukan
dan
yang
menjadi
dasar
filosofi
dalam
bersifat
larangan
untuk
membangun kehidupan bersama dengan
mengambil/menangkap hasil-hasil laut
makhluk lain secara serasi, selaras, dan
pada suatu wilayah perairan selama
harmonis dengan lingkungan dalam satu
periode waktu tertentu. Masyarakat
komunitas ekologis.
dapat
77
menangkap atau
mengambil
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
•
•
setelah mendapat restu dari penguasa
kebersamaan, keselamatan nelayan dan
ulayat dan melalui upacara ritual.
alat tangkap itu sendiri.
Muro; merupakan suatu kesepakatan
yang
kepada masyarakat dan nelayan di
nelayan sebelum melepas sampan/juku
Lamatokan untuk tidak menangkap
baru.
ikan di wilayah perairan tertentu.
tangkapan, keselamatan nelayan dan
Kolo umen bale lamaq;
alat tangkap itu sendiri.
makan
kepada
merupakan
melakukan
budidaya
atau
•
dilakukan
oleh
Bermakna
masyarakat
terhadap
hasil
Lepa Nua Dewe; merupakan tradisi
laut
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
panangkapan,
masyarakat nelayan sebelum melepas
penguasa
sebelum
di
bakau.
pukat baru yang berukuran kecil (noro)
Bermakna dalam hasil penangkapan,
khusus untuk menangkap ikan serdin
keselamatan dan juga dapat bermakna
dan tembang yang biasanya muncul
larangan.
pada musim-musim tertentu. Bermakna
Poan kemer puru larang merupakan
terhadap hasil tangkapan, keselamatan
suatu
nelayan dan alat tangkap itu sendiri.
tradisi
larangan
penanaman
adat
untuk
yang
bersifat
tidak
boleh
•
Bruhu
Bito;
merupakan
tradisi
mengambil/menangkap
teripang
adat/acara ritual yang dilakukan oleh
selama
tertentu.
masyarakat nelayan sebelum melepas
dapat
pukat baru untuk menangkap jenis
setelah
ikan-ikan yang lebih besar, selain ikan
periode
Masyarakat
waktu hanya
menangkap/mengambil
mendapat restu dari Ata Molang dan
serdin
didahului dengan upacara ritual. Juga
terhadap hasil tangkapan, keselamatan
larangan untuk tidak boleh merusak
nelayan dan alat tangkap itu sendiri.
sumberdaya lainnya seperti mangrove •
Bito Berue; tradisi adat/acara ritual
dan tradisi adat yang bersifat larangan
tradisi/upacara adat dalam memberi
•
•
•
dan
tembang.
Bermakna
Tulalou Wate; merupakan tradisi adat
dan terumbu karang.
dalam
Toto; merupakan tradisi adat/acara
arwah/roh leluhur yang meninggal di
ritual yang dilakukan oleh masyarakat
laut dengan makna agar ikan-ikan
nelayan sebelum melepas sampan/juku
berkumpul pada suatu tempat sehingga
baru
mudah ditangkap.
dan
terhadap
pukat hasil
baru.
Bermakna tangkapan,
•
Leffa
memberi
Nuang;
makan
merupakan
kepada
budaya
perburuan ikan paus yang dimiliki oleh
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
78
masyarakat nelayan Lamalera pada
bersaing yang tidak sehat
setiap bulan Mei sampai Oktober dan
merusak
dilaksanakan dengan melalui berbagai
nelayan tidak pernah terjadi. Dengan
acara ritual baik secara adat maupun
demikkian
dalam
memanfaatkan
secara
sumberdaya tidaklah
bersifat serakah.
religius.
Leffa
Nuang
dan saling
perlengkapan
penangkapan
dilaksanakan melalui tahapan-tahapan:
Semacam ada pesan moral bagi mereka
Tobu Nama Fatta, Misa Arwah, Misa
bahwa mereka hanya boleh menangkap
Leffa dan Tena Fulle.
untuk
macam
kepentingan
hidup
mereka
Hal yang menarik dari macam-
(konsumsi), atau dijual untuk keperluan
kearifan
yang lain. Penangkapan dalam jumlah
lokal
yang
dimiliki
masyarakat pesisir adalah bahwa mereka
yang banyak dan
begitu menyadari akan betapa pentingnya
terjadi.
besar-besaran tidak
dalam
Mereka mempersepsikan kearifan
menopang kehidupan mereka. Tindakan
lokal sebagai suatu yang dapat menata
yang bersifat destruktif terhadap kekayaan
kehidupan baik antar mereka sebagai
sumberdaya alam pesisir
komintas sosial maupun dengan alam
sumberdaya
pesisir
dan
laut
dan sistem
penangkapan yang tidak ramah lingkungan
sebagai
hampir tidak pernah terjadi. Semacam ada
menyadari
rasa takut, mereka percaya jika tindakan
kehidupan mereka tidak terlepas dari
mereka tidak sesuai dengan kehendak
eksistensi kehidupan makhluk lain dalam
alam, bersifat merusak, lambat laun cepat
bumi yang satu sama ini. Oleh karena itu
atau lambat mereka akan mengalami
bagi nelayan lokal, ketaatan dan kepatuhan
resiko. Resiko yang dihadapi dapat berupa
terhadap aturan adat, kearifan dan tradisi
sakit yang tidak dapat diobati, jatuh dari
yang ada sangat dijunjung tinggi. Di lain
pohon, tenggelam di laut, digigit ular atau
pihak,
masyarakat
pesisir
ikan besar (hiu, paus).
respons
yang
pesimistis
Makna lain yang dapat disimak dari
kearifan
lokal/tradisional
yang
komunitas pula
implementasi
ekologis. bahwa
dan
Mereka eksistensi
mempunyai
penegakan
terhadap hukum-
hukum formal yang berlaku sekarang.
dimiliki oleh masyarakat pesisir di lokasi
Banyak
penelitian yakni selalu tercipta suasana
penegakan
kekerabatan dan kegotong royongan di
pengrusakan lingkungan penyelesaiannya
antara masyarakat nelayan. Selalu tercipta
tidak
hubungan sosial yang harmonis, saling
terhadap pelaku.
membantu,
79
karena
itu
perilaku
kenyataan hukum
penerapan terhadap
jelas dan tidak
dan pelaku
membuat
jera
curi,
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
(stakeholders) belum secara
IV. KESIMPULAN
Kabupaten Lembata memiliki
secara
eksplisit
dalam
dijabarkan
program
dan
potensi yang cukup besar dengan luas
kegiatan pembangunan. Disamping itu
wilayah perairan laut 3.353,995 km2
alokasi dan
(72,83%) dan memiliki panjang garis
menunjang kegitan sektor perikanan dan
pantai 493 km. Potensi lestari perikanan
kelautan relatif masih sangat sedikit.
tangkap
baik
dermersal
ikan
masih
penangkapan
pelagis tinggi.
selama
dukungan dana untuk
maupun
Potensi kearifan lokal yang
Produksi
ditemukan pada lokasi penelitian dan
lima
tahun
berkaiatan
dengan
aspek
pengelolaan
rata-rata
sumberdaya pesisir dan laut adalah Badu,
kenaikan untuk ikan pelagis 91,95% dan
Muro, Kolo Umen Bale Lamaq, Poan
ikan demersal 40,92%, dengan rata-rata
Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue,
tingkat pemanfaatannya baru mencapai
Lepa Nua Dewe, Bruhu Bito dan Leffa
19,88%. Selain itu juga, potensi budidaya
Nuang. Masyarakat sangat menjunjung
perikanan laut masih sangat besar dengan
tinggi nilai-nilai keraifan lokal, tradisi,
luas areal budidaya 886 ha, namun
aturan-ataran adat, karena itu kepatuhan
dimanfaatkan 189 ha (20,32 %).
dan ketaatan terhadap sangat tinggi pula.
mengalami
kenaikan
dengan
dan
Mereka menyadari dan memiliki persepsi
kelautan yang belum memadai bahkan
bahwa kearifan lokal merupakan suatu
belum tersedia seperti TPI/PPI, pabrik es,
pranata, norma yang dapat mengatur
lemmbaga pemantauan dan penjamin mutu
eksistensi kehidupan manausia dengan
produk pengolahan pasca panen dan
eksistensi kehidupan makhluk lain di alam
sebagainya
ini. Dengan demikian itu kearifan lokal
Infrastruktur
pasca
perikanan
menyebabkan
panen
perikan
pengolahan
masih
bersifat
mempunyai
peluang
peluang
dalam
tradisional sehingga produk pengolahan
pemberdyaan masyarakat pesisir terhadap
kurang berkualitas dan hygenis.
berbagai program pengelolaan sumberdaya
Program pembangunan relatif
masih
dan
kegiatan
pesisir dan laut.
perikanan dan kelautan berkutat
pada
upaya
Untuk
lebih
meningkatkan
baik
kegitan
penangkapan
produksi
penigkatan produksi penangkapan dan
maupun budidaya, pengolahan pasca panen
mekanisme perencanaan dan implementasi
perikanan maka diperlukan mekanisme
program masih bersifat top down. Aspek
perencanaan komprehensif dan intergral
pemberdayaan dan pelibatan masyarakat
serta identifikasi kebutuhan secara cermat, dengan melibatkan masyarakat berserta
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
80
sumberdaya lokal dan berorientasi pada
Diperlukan sistem pengaturan
upaya pemberdayaan masyarakat terutama
tentang jenis-jenis maupun ukuran yang
dalam
dapat
peningkatan
pengetahuan,
ditangkap terutama
jenis yang
pengalaman dan keterampilan masyarakat
dilindungi dan yang sementara matang
nelayan.
telur dan jenis alat tangkap apa saja yang Diperlukan program revitalisasi
dan
refungsionalisasi
kearifan
lokal
melalui kegiatan pengkajian, seminar dan
bole dipergunakan pada saat kegiatan pembukaan badu, sehingga tidak semua jenis maupun ukuran dapat ditangkap.
lokakarya kearifan lokal dalam rangka merumuskan secara bersama aturan-aturan
UCAPAN TERIMA KASIH
hukum dank sanksi-sanksi pelanggaran serta sosialisasi kepada publik sehingga diketahui bersama dan lebih lanjut untuk menumbuhkan kesadaran bersama secara luas.
Untuk
kegiatan
ini
hendaknya
pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi menjadi mediator dan fasilitator, dengan mendapat dukungan dan komitmen dari
pengelolaan,
itu
mendapat bantuan dan perhatian berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis
dengan
ikhlas
menyampaikan
terima kasih kepada : 1. Pimpinan
Yayasan
Pendidikan
Katholik Arnoldus Kupang. 2. Rektor Universitas Katholik Widya
Pemerintah dan DPRD. Untuk
Dalam penelitian ini, penulis banyak
dalam
pengawasan
strategi
sumberdaya
pesisir dan pemberdayaan masyarakat diharapkan sedapat mungkin nilai kearifan lokal, tradisi/hukum adat beserta sistem
Mandira Kupang. 3. Bupati Kabupaten Lembata. 4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Magister
Manajemen
Sumberdaya
Pantai UNDIP.
kelembagaan baik kelembagaan dalam bentuk fisik struktur masyarakat adat, organisasi formal maupun kelembagaan non fisik dalam bentuk perangkat aturan secara hirarkis Perda, Keputusan Bupati, Keputusan Camat, sampai Keputusan Desa hendaknya
dapat
mengakomodir
dan
memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal yang hidup, bertumbuh dan berkembang di
DAFTAR PUSTAKA Anggoro, S,. 2004, Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah, MSDP, UNDIP, Semarang. Badan Pusat Statistik, 2004, Lembata Dalam Angka 2003, Kerjasama Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lembata.
dalam masyarakat.
81
Jurnal Pasir Laut, Vol.2, No.2, Januari 2007 : 67-82
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, Strategi Nasional Implementasi (Code of Conduct for Responsible Fisheries), Direktorat Jendral Kelembagaan Internasional, Direktorat Jendral Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Jakarta. Ghofar,
A., 2004, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Secara Terpadu dan Berkelanjutan, Cipayung-Bogor.
Keraf, S. A., 2002, Etika Lingkungan, Pn. Buku Kompas, Jakarta. Latama, Gunarto, dkk., 2002, Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat,http://rudyct.tripod. com/sem1_023/group2_123.htm.
Nababan, 2003, Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat Adat, Tantangan dan Peluang, http://dte.gn.org.../makalah_ttg_p sda_ berb-ma_di_pplh ipb.htm. Purwanto, 2003, Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Supriharyono, 2000, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, Pn. Djambatan, Jakarta. Wahyono, A., 2001, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, Media Pressindo, Yogjakarta. Undang-uandang Negara RI, Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Stefanus Stanis, Supriharyono, Azis Nur Bambang, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir …
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
82