HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DAN BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRESS PERAWAT PELAKSANA DI RUANG ICU RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Deden Iwan Setiawan INTISARI Latar Belakang : Stress adalah suatu respon dari dalam tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh perbedaan individu, proses psikologis dan juga ditimbulkan oleh banyaknya pekerjaan serta lingkungan kerja yang menjadi stressor (Hawari, 2001). Kondisi kerja merupakan tanggapan individu terhadap lingkungan pekerjaan yang meliputi lingkungan fisik maupun hubungan kerja antar tim (Nursalam, 2008). Beban kerja sebagai sumber stress disebabkan karena kelebihan beban kerja baik beban kerja langsung maupun beban kerja tidak langsung (Ilyas, 2000). Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kondisi kerja dan beban kerja dengan tingkat stress perawat di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah Cross Sectional dengan subyek penelitiannya adalah perawat pelaksana di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, yang diambil secara Total Sampling (n=15). Metode pengumpulan data menggunakan Kuesioner dan Daily Log. Uji validitas dan rehabilitas tidak dilakukan, karena instrumen yang digunakan diadopsi langsung dan sudah di bakukan oleh Nursalam, (2008) dan Ilyas, (2002). Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, di dapatkan bahwa, sebagian besar perawat memiliki kondisi kerja pada tingkat ringan, beban kerja pada tingkat sedang dan stress perawat pada tingkat ringan. Dari hasil uji statistik Korelasi Kendall Tau didapatkan hubungan antara kondisi kerja dengan tingkat stress diperoleh hasil -value sebesar 0,050 dengan sebesar -0,509, dan hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress diperoleh hasil -value sebesar 0,023 dengan sebesar 0,607. Kesimpulan : Hasil penelitian di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU dengan arah hubungan yang negatif, dan terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU dengan arah hubungan yang positif.
Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.
Pendahuluan Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi social dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (4). Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI No. 983 / Menkes / SK / XII / 1992, menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik, serta memberikan pelayanan yang bermutu dan terjangkau masyarakat, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu pelayanan sentral di rumah sakit adalah bagian Intensive Care Unit (ICU). Bagian pelayanan ICU membutuhkan sumber daya tenaga dokter dan perawat terlatih yang sangat spesifik dan jumlahnya saat ini di Indonesia sangat terbatas(10). Pekerja kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis maupun sifatnya. Dalam melaksanakan tugasnya, pekerja rumag sakit banyak terpapar sengan berbagai factor yang dapat menimbulkan dampak negative dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka. Mereka selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, dimana bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat mempengaruhi kesehatan mereka (5). Sumber daya yang paling penting dalam pengelolaan ruangan adalah perawat,
dimana perawat yang selalu ada di ruang dan merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di sebuah rumah sakit. Keberadaan perawat sebagai ujung tombak pelayanan harus benar - benar diperhatikan dan dikelola secara professional, sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat dan juga untuk kemajuan rumah sakit itu sendiri RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah Rumah Sakit rujukan yang ada di kota Klaten. Berdasarkan hasil studi pendahuluan oleh peneliti 17-19 Januari 2011 terhadap 10 perawat yang ada di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, jumlah perawat di ruang Intensiv Care Unit (ICU) RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah sebanyak 17 orang perawat tetap termasuk kepala ruang. Dengan pembagian shift 5 orang shift pagi, 3 orang shift sore, 3 orang shift malam dan sisanya libur, data tempat tidur sebanyak 8 (delapan) buah dengan BOR 60%. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara kondisi kerja dan beban kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian Penelitian ini merupkan penelitian Deskriptif Analitik yaitu mencari hubungan antara satu keadaan dengan keadaan lain yang terdapat dalam satu populasi yang sama, dengan rancangan Cross Sectional. Cross Sectional merupakan salah satu bentuk studi observasional (Non Eksperimental) yang paling sering dilakukan mencangkup semua jenis penelitian yang pengukuran variabelnya dilakukan dalam waktu yang bersamaan (3). Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi hubungan antara kondisi kerja dan beban kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana
di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten melalui observasi menggunakan lembar Daily Log dan Kuesioner, kemudian dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara kondisi kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana dan hubungan antara beban kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kondisi kerja perawat pelaksana di ruang ICU yaitu dengan menggunakan: 1.Kuesioner A Kuesioner A terdiri dari 16 item pernyataan dengan menggunakan skala likert 1–4, dengan parameter pengkategoriannya yaitu : a. Skor 1 – 16= Kondisi kerja tingkat berat b. Skor 17 – 33= Kondisi kerja tingkat sedang c. Skor 34 – 50= Kondisi kerja tingkat ringan d. Skor > 50= Kondisi kerja menyenangkan (16). 2.Lembar Chek List Daily Log Pengukuran beban kerja menggunakan metode lembar Chek List Daily Log yang diisi oleh responden, dengan menjumlahkan waktu yang digunakan untuk kegiatan langsung (kegiatan keperawatan yang langsung berhubungan dengan pasien) dan kegiatan tidak langsung (kegiatan keperawatan yang tidak langsung berhubungan dengan pasien) pada setiap shift jaga. Kegiatan ditulis tiap 10 menit selama 24 jam yang di bagi menjadi 3 Shift. Pada saat pengisian Daily Log perawat dibantu oleh asisten, asisten yang dimaksud disini adalah mahasiswa yang sedang melakukan KOMUDA di ruang ICU pada saat
penelitian berlangsung dan kepala ruang yang juga ikut membantu untuk mengarahkan dalam pengisian. Parameter pengkategoriannya yaitu: a. > 80% dari jam kerja= Beban kerja tingkat berat b. 60% dari jam kerja = Beban kerja tingkat sedang c. < 60 % dari jam kerja= Beban kerja tingkat ringan Nilai ini menggunakan waktu kerja optimal seperti yang dinyatakan(7), bahwa memang tidak mungkin mengharapkan tenaga menggunakan 100% waktu kerjanya untuk kegiatan produktif, karena adanya faktor kelelahan dan kejenuhan, sehingga penggunaan waktu kerja yang optimal sebesar 80%. 3.Kuesioner B Kuesioner B terdiri dari 35 item pertanyaan dengan menggunakan sekala likert 1 – 4 dengan parameter pengkategoriannya yaitu: a. Skor 1 – 35= Stress tingkat ringan b. Skor 36– 50= Stress tingkat sedang c. Skor 51–100=Stress tingkat berat(16). Hasil dan Pembahasan Responden pada penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bertugas di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, (n = 15). Karakteristik responden yang diambil dalam penelitian ini antara lain usia, masa kerja dan pendidikan. Berikut adalah karakteristik usia, masa kerja dan pendidikan perawat di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten yaitu: Tabel 4.5. Tabulasi Silang antara Kondisi Kerja dengan Stress Kerja Perawat di Ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Tahun 2012
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, menunjukkan persentase terbesar responden dengan kondisi kerja tingkat sedang memiliki stress kerja tingkat sedang sebesar (6,7%), sedangkan persentase terbesar responden dengan kondisi kerja tingkat ringan memiliki tingkat stress kerja tingkat sedang sebesar (33,3%) dan presentase terbesar responden dengan kondisi kerja menyenangkan memiliki stress kerja tingkat ringan sebesar (33,3%). Hasil uji statistik Korelasi Kendall Tau diperoleh nilai -value sebesar 0,050 dengan
sebesar -0,509, yang mana -value = 0.05. Ketentuan yang berlaku adalah jika value >0.05 maka Ho diterima dan apabila - value 0,05 maka Ho ditolak. Karena 0,050 = 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. 2. Hubungan antara Beban Kerja dengan Tingkat Stress Berdasarkan data penelitian yang diperoleh di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten tentang beban kerja perawat dengan tingkat stress perawat pelaksana. Berikut ini adalah hasil olah analisa bivariat antara kedua variabel:
PEMBAHASAN 1. Kondisi Kerja Kondisi kerja perawat di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar responden sebanyak (53,3%) menyatakan bahwa kondisi kerja tingkat ringan. Kondisi kerja akan mempengaruhi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan stres karena perubahan lingkungan akan merangsang sikap pekerja untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja (24). Kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan
lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja di tempat tersebut, yang dimaksud disini adalah kondisi tempat kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik. Meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi stress (20). Kondisi kerja yang lingkungannya tidak baik sangat potensial menimbulkan stress kerja. Stress di lingkungan kerja tidak dapat
dihindari, yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stress kerja tersebut, sehingga tidak mengganggu pekerjaan (17). 2. Beban Kerja Beban kerja perawat di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar (53,3%), menyatakan beban kerja tingkat sedang. Beban kerja ini tidak terlepas dari masing-masing individu perawat karena setiap individu memiliki daerah kerja dimana beban kerja yang tidak sesuai dapat menimbulkan stres kerja, bila teberat akan menimbulkan kelelahan dan bila beban kerja terlalu ringan dapat menimbulkan kebosanan, tidak tertarik dan kelelahan kerja (7). Beban kerja dapat mempengaruhi prestasi kerja atau performan, maka unit-unit keperawatan perlu mengkaji tingkat beban kerjanya, dikaitkan dengan perbedaan waktu. Perawat di ruang ICU juga melaksanakan asuhan keperawatan selama 24 jam dan bekerja secara bergiliran atau shift jaga. Dalam shift jaga, perbandingan jumlah perawat dalam satu shift jaga sering tidak seimbang dengan jumlah pasien, terutama pada saat shift malam yang dianggap beban kerjanya lebih sedikit di bandingkan shift siang atau shift sore. Akibatnya perawat sering bekerja melebihi kapasitasnya (13). 3. Stress Kerja Stress kerja perawat di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sebagian besar responden (53,3%) menyatakan stress kerja tingkat ringan. Pada fase resistensi perawat mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi untuk mengatasi stresor. Tubuh berusaha mengimbangi proses fisiologis yang telah dipengaruhi selama reaksi waspada untuk sedapat mungkin kembali kekeadaan normal dan pada waktu yang sama tubuh mengatasi
faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress akan menurun tetapi bila tidak stressor akan berjalan terus dan ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan habis karena ketahanan tubuh ada batasnya dalam beradaptasi. Bila ketahanan tubuh habis maka akan berpengaruh terhadap kognitif dan emosi ini memacu terjadinya perubahan perilaku terutama bila stres terjadi berkepanjangan. Perubahan ini meliputi penurunan minat dan aktivitas penurunan energi, tidak masuk atau terlambat, cenderung mengekspreksikan pandangan sinis pada pasien atau teman kerja cenderung melemahkan tanggung jawab terhadap kekurangan pada orang lain, serta mengalami gangguan tidur (16). Selama stress berlangsung, akan menimbulkan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia (Neurotransmitter) yang mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain meningkatnya tekanan darah, metabolisme meningkat. Reaksi kimia tersebut padadasarnya merupakan senjata yang diperlukan manusia untuk menghadapi dan menyesuaikan terhadap gangguan-gangguan diatas. Masalahnya terletak pada karakteristik sosio kultural masyarakat sekarang yang semakin tidak toleran dengan penggunaan ”senjata” tersebut diatas, sehingga reaksi kimia yang tidak tersalurkan justru meninbulkan reaksi balik yang menjadi bumerang bagi yang bersangkutan (25). Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Pengertian dari tingkat stress adalah muncul dari adanya kondisi–kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh
Kesimpulan dan Saran Setelah dilakukan langkah–langkah penelitian mulai dari pengumpulan data, pengolahan dan penyajian hasil dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik responden terbesar berumur antara 36 – 40 tahun. dengan lama kerja < 5 tahun dan 5-10 tahun. Sebagian besar responden masih didominasi oleh perawat berpendidikan D III. 2. Sebagian besar perawat menyatakan kondisi kerja berada pada tingkat ringan, sedangkan beban kerja berada pada tingkat sedang dan stress berada pada tingkat ringan. 3. Ada hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan arah hubungan yang negatif, yang berarti bahwa semakin menyenangkan kondisi kerja perawat maka stress kerja perawat akan semakin ringan. 4. Ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat stress perawat pelaksana di ruang ICU RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan arah hubungan yang positif, yang berarti bahwa semakin berat beban kerja perawat maka stress kerja perawat juga akan semakin berat Daftar Pustaka 1. Arwani dan Heru Supriyatno. (2004). Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakrta: Kedokteran EGC 2. Anoraga, Panji. (2004). Psikologi kerja. Rineka cipta. Jakarta 3. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta:Jakarta 4. Departemen Kesehatan RI, (2002). Pedoman Umum Pengenalan Masalah Psikososial Bagi Petugas Kesehatan/Puskesmas. Direktorat
5.
Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2003). Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta