ABSTRAK Iksan Lasima, 2014. “Hubungan antara Beban Kerja dengan Stres pada Perawat di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yususf, M.Kes dan Pembimbing II Iqbal D. Husain, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB. Jumlah pasien yang terus meningkat dan dirawat dirumah sakit menyebabkan semakin berat beban kerja petugas kesehatan, salah satunya adalah perawat. Semakin berat beban kerja yang ditanggung maka semakin besar resiko parawat yang bekerja ditempat tersebut untuk terkena stres. Desain penilitian menggunakan metode Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional.. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat dari Rumah Sakit Toto Kabila yang terdiri dari ruangan Interna 17 orang, ruangan Bedah 16 orang, ruangan Anak 11 orang, dan ruangan IGD 16 orang jumlah 60 orang.Sampel menggunakan cara Proposive Sampling yaitu sebanyak 44 responden. Hasil uji statistik menggunakan uji Korelasi Gamma dan Sommer’d diperoleh bahwa nilai Sommer’d sebesar 0,088 yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat kemudian nilai Gamma sebesar 1,000. Dari hasil penilitian menunjukan bahwa 41 perawat mengalami beban kerja dengan kategori tidak lelah yakni 1-8 dan 33 perawat sebagian besar merasakan stres kerja dengan kategori berat yakni 24-30. Sehingga penelitian menunjukan terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres perawat. Saran agar perawat mampu mengatur waktu dalam menanggulangi beban kerja yang dihadapinya demi mengantisipasi terjadinya stres dalam bekerja. Kata Kunci : beban kerja, stres kerja, perawat Daftar Pustaka : 24 (Tahun 1996 – 2011)
I.
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi mempunyai pengaruh besar bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi tidak hanya menyangkut struktur sosial, tetapi juga menyangkut perubahan lingkungan hidup, tempat kerja, keluarga dan diri manusia. Dan dampak dari prosoes pembangunan tersebut akan mempengaruhui terhadap beban kerja diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan. Menurut survey nasional difrancis (Frasser, 1997) ditemukan bahwa presentase kejadian stres sekitar 74% dialami oleh perawat (NIOSH, 2008) Menurut hasil survei dari PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat provinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu. Stres kerja pada perawat merupakan salah satu permasalahan dalam manajemen sumber daya manusia di Rumah Sakit. Stres kerja adalah suatu tekanan yang tidak dapat ditoleransi oleh individu baik yang bersumber dari dirinya sendiri mapun dari luar dirinya. Penyebab stres bersumber dari biologis, psikologik, sosial, dan spritual. Stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Tinggi rendahnya tingkat stres kerja tergantung dari manajemen stres yang dilakukan oleh individu dalam menghadapi stresor pekerjaan tersebut (Selye, dalam Waluyo, 2009). Selain faktor penyebab stres yang bersumber dari tekanan psikologis tersebut, rentannya kondisi perawat terhadap stress kerja dapat juga disebabkan oleh beberapa factor seperti factor yang bersumber pada pekerjaan itu sendiri, factor yang bersumber dari organisasi tempat bekerja dan factor elsternal diluar pekerjaannya seperti factor lingkungan, keluarga, peristiwa krisis dalam kehidupan (Greenberg,2002). Menurut penelitian, beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja. Beban kerja yang berlebihan (overload) dapat menyebabkan pekerja kelelahan (fatique), kelelahan ini jika tidak diistirahatkan dapat menyebabkan pekerja sakit (Mardiani, 2010). Adanya perubahan fisik, emosi,kognitif dan perilaku juga merupakan gejala terjadinya stres kerja (Greenberg, 2002). Selain menimbulkan gejala fisik dan psikologis, stres kerja juga menimbulkan perilaku absenteisme, turnover dan kesalahan dalam melakukan pengobatan atau perawatan (NIOSH, 2008). Stres telah terbukti dapat mengurangi motivasi serta energi fisik pekerja untuk melakukan tugas dengan baik. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kualitas kerja serta meningkatkan eror dan kecelakaan (Handayani, 2003). Adanya laporan insiden kejadian tidak cedera, insiden kejadian potensial cedera dan insiden kejadian tidak diharapkan dapat berakibat buruk bagi pasien ataupun perawat itu sendiri.
Berdasarkan laporan tahun 2011 terdapat 70 laporan insiden kejadian yang dilaporkan (baik insiden kejadian tidak menimbulkan cedera, potensial cedera ataupun kejadian nyaris cedera). Terdapat 25,71 % laporan angka insiden kejadian tidak cedera dan 27, 14% laporan angka insiden potensial cedera dan 47,14 % kejadian yang tidak diharapkan. Laporan kejadian tersebut sebagian besar disebabkan oleh adanya komunikasi yang tidak efektif dalam melakukan tindakan keperawatan, ketidaksesuaian intruksi dokter dengan pelaksanaan perawatan ataupun kondisi alat penunjang kesehatan yang tidak tersedia atau dalam kondisi tidak dapat dipakai (rusak) di ruangan ICU PJT RSCM. Sesuai dengan kondisi tersebut terjadinya komunikasi yang kurang efektif akibat hubungan interpersonal yang kurang baik serta suasana lingkungan kerja yang kurang menunjang dapat menjadi faktor penyebab terjadinya stres kerja (NIOSH, 2008; Hudak & Gallo, 2010). Dari data yang diperoleh peneliti, jumlah perawat di Rumah Sakit Toto kabila yang terdiri dari beberapa ruangan yaitu ruangan Interna 17 orang, ruangan Bedah 16 orang, ruangan Anak 11 orang, dan ruangan IGD sebanyak 16 orang dengan jumlah 60 orang. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada perawat berinisial Z di Rumah sakit Toto Kabila, maka didapatkan gejala-gejala beban kerja yang dialami oleh perawat yaitu antara lain : ada beberapa perawat yang memiliki kepekaan yang rendah terhadap pasien, mereka juga menjadi mudah marah dan tersinggung, mereka mengalami konflik antar rekan kerjanya, mereka menjadi kurang perhatian dan kurang menghargai pasien yang sedang ditanganinya. Oleh karena itu beban kerja dalam penelitian ini dihubungkan dengan stres kerja pada perawat II. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian 26 Juni samapi 11 Juli Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah beban kerja. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah stress kerja perawat. Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengumpulan data cara purposive sampling. Purposive sampling meliputi data primer dan data sekunder. Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunkana kuisioner. Pertanyaan tentang beban kerja perawat dalam bentuk jawaban pertanyaan ya dan tidak, jumlah pertanyaan sebanyak 18 pernyataan dengan menggunakan skala gudman dan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu lelah < 8 dan tidak lelah 1-8. Jika responden menjawab ya = 0 dan jawaban tidak =1 dengan menggunakan skala ordinal dan pertanyaan tentang stres kerja dengan menggunakan skala likert dengan jumlah pertanyaan sebanyak 16 penyataan. Pertanyaan tersebut berupa 4 pilihan jawaban dengan bentuk jawaban tidak pernah, kadang,sering, dan selalu dan
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu ringan < 17,sedang 17-24, dan berat 24-30. Jika responden menjawab TP =1, KD =2, SR =3, dan SL =4 dengan menggunakan skala ordinal. Hasil uji analisa secara statistik hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Toto Kabila menggunakan uji Korelasi Gamma dan Sommer’d. III. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 3.1 Hasil Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Kabila. Subjek penelitian terdiri dari 44 perawat dengan kriteria sebagai berikut : 1. Usia 20 – 40 tahun 2. Tingkat pendidikan minimal D3 3. Perawat yang bekerja > 1 tahun. Berdasarkan hasil sebaran kuisioner yang diberikan kepada Perawat, diperoleh dua data kelompok yakni data beban kerja dengan data stres kerja. Selengkapnya uraian deskripsi data tersebut dapat disajikan sebagai beriku : 3.1.1 Analisis Univariat Data yang diperoleh dari hasil penelitian dideskripsikan atau digambarkan adanya tanpa perlu menarik kesimpulan. Oleh karena itu pada analisis ini hanya sebatas menghasilkan data dalam bentuk distribusi frekuensi atau presentase dari tiaptiap variabel. 1. Beban Kerja Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Beban Kerja Perawat Beban Kerja Frekuensi % 3 7% Lelah 41 93% Tidak Lelah 44 100% Jumlah Sumber: Data Primer, Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 44 perawat di Rumah Sakit Toto Kabila, diperoleh bahwa responden yang merasakan beban kerja dengan katagori lelah sebanyak 3 orang atau 7% sementara merasakan beban kerja dengan katagori tidak lelah sebanyak 41 orang atau 97%. 2. Stress Kerja Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Stress Kerja Perawat Stress Kerja Ringan Sedang Berat Jumlah
Frekuensi 1 10 33 44
% 2% 23% 75% 100%
Sumber: Data Primer, Tahun 2014 Berdasarkan Tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari 44 perawat di Rumah Sakit Toto Kabila, diperoleh bahwa responden yang merasakan stress kerja ringan sebanyak 1 orang atau 7%, stress kerja sedang sebanyak 10 orang atau 23%, dan stress kerja berat sebanyak 33 orang atau 75%. Sebaran data-data tersebut disajikan dalam Tabel 3.2. 3.1.2 Analisis Bivariat Tabel 3.3 Distribusi Korelasi Antara Beban kerja dengan Stres Kerja Perawat Variabel Beban Kerja
Lelah Tidak Lelah Total
Stres Kerja Ringan
Sedang
0
0
1 (2.3%) 1 (2.3 %)
Total
Berat 3 (6,8 %)
3 (6,8%)
10 (22,7%)
30 (68,2%)
41 (93,2%)
10 (22,7%)
33 (75%)
44 (100%
Sumber: Data Primer, Tahun 2014 Berdasarkan tabel 3.3 menunjukan bahwa terhadap 44 responden di Sakit Toto Kabila, diketahui bahwa 1 perawat merasakan beban kerja dengan katagori tidak lelah dan merasakan stress kerja ringan, 10 perawat merasakan beban kerja dengan katagori tidak lelah dan merasakan stress kerja sedang, 30 perawat merasakan beban kerja dengan katagori tidak lelah dan merasakan stress kerja berat, dan 3 perawat merasakan beban kerja dengan katagori lelah dan merasakan stress kerja berat. Berdasarkan tabel 3.3 juga dijelaskan bahwa hasil uji analisa secara statistik hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Toto Kabila menggunakan uji Korelasi Gamma dan Sommer’d diperoleh bahwa nilai Sommer’d sebesar 0,088 yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat kemudian nilai Gamma sebesar 1,000 yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat. maka dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat di Rumah Sakit Toto Kabila. 3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan hasil penelitian mengacu pada tujuan penelitian yaitu mengetahui tingkat beban kerja tenaga perawat di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, mengetahui tingkat stress kerja tenaga perawat di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, dan mengetahui hubungan beban kerja dengan stes kerja perawat Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Berikut ini diuraikan tingkat beban kerja tenaga perawat, tingkat stress kerja tenaga perawat, dan hubungan beban kerja dengan stes kerja perawat di Rumah Sakit Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango.
3.2.1 Tingkat Beban Kerja Tenaga Perawat Dari analisis univariat diperoleh data dari 44 perawat di Rumah Sakit Toto Kabila, diperoleh bahwa responden yang merasakan beban kerja berat sebanyak 3 orang atau 7% sementara merasakan beban kerja ringan sebanyak 41 orang atau 97%. Menurut Munandar (2001), yang menyatakan bahwa beban kerja dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi adanya tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik maupun mental, organisasi kerja dan lingkungan kerja, sedangkan faktor internal meliputi umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munandar diatas, dimana responden yang mengalami beban kerja disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah umur, 70% umur responden dalam penelitian ini berada pada rentang usia 21-25 tahun, dimana pada rentang usia tersebut terjadi perubahan yang bersifat fisik baik efisiensi kesehatan dan kekuatan tenaga fisik yang mencapai puncaknya dan secara psikis muncul keinginan dan usaha pemantapan serta sering mengalami ketegangan emosi karena kompleksitas persoalan yang dihadapi, sedangkan faktor yang lain adalah lama kerja perawat, semakin lama perawat bekerja maka akan lebih terampil dan mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari pada tenaga perawat yang baru saja masuk bekerja, selain faktor internal, beban kerja disebabkan juga faktor eksternal yang meliputi tugas-tugas keperawatan yang tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya, hal ini dikarenakan perawat selain menjalankan tugas pokoknya memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal bisa menjadi beban kerja yang berbeda bagi setiap responden, sehingga bisa menjadi beban kerja ringan maupun beban kerja sedang. Hal ini dapat dikarenakan oleh kemampuan fisik, kognitif serta keterbatasan setiap responden yang berbeda dalam menerima beban tersebut. 3.2.2 Tingkat Stress Kerja Tenaga Perawat Dari analisis univariat diperoleh data dari 44 perawat di Rumah Sakit Toto Kabila, diperoleh bahwa responden yang merasakan stress kerja ringan sebanyak 1 orang atau 7%, stress kerja sedang sebanyak 10 orang atau 23%, dan stress kerja berat sebanyak 33 orang atau 75%. Menurut Munandar (2001), yang menyatakan bahwa stres pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, diantaranya overload dan deprivational stres. Pertama overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload kuantitatif bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya pekerja mudah lelah dan berada pada ketegangan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi. Kedua deprivational stres, dimana pekerjaan yang dijalani tidak lagi menantang atau menarik bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dalam bekerja.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Munandar (2001) diatas, dimana responden yang mengalami stres kerja ini disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang tidak segera diatasi serta tuntutan peran (tugas) yang lain yaitu tugas non keperawatan. Akibatnya timbul berbagai keluhan yang meliputi 36% perawat merasa berat kepala sebelah saat bekerja, 52% tidak bisa memusatkan perhatian terhadap sesuatu, 45% merasa gemetar/tremor pada saat bekerja. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan yang tidak segera diatasi maka akan menjadi sumber yang potensial munculnya stres kerja pada perawat. Stres kerja yang dialami oleh setiap responden berbeda-beda, bisa menjadi stres kerja ringan maupun sedang. Hal ini dikarenakan setiap responden memiliki mekanisme atau strategi koping terhadap stres yang berbeda-beda, sehingga stres yang sama mempunyai dampak dan reaksi yang berbeda pula. Koping itu sendiri diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi. Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang berakhir dengan perilaku konstruktif (upaya menyelesaikan masalah secara asertif), sehingga responden mengalami stres kerja ringan dan sebaliknya, mekanisme koping yang tidak efektif berakhir dengan perilaku menyimpang (maladaptif atau destruktif) dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan, sehingga responden mengalami stres kerja sedang. 3.2.3 Hubungan Bebab Kerja dengan Stress Kerja Tenaga Perawat Berdasarkan uji hipotesis mengunakan uji uji Korelasi Gamma dan Sommer’d diperoleh bahwa nilai Sommer’d sebesar 0,088 yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat kemudian nilai Gamma sebesar 1,000 yang enunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat, dengan demikian Hipotesa diterima. Menurut Munandar (2001), yang menyatakan bahwa stres pada hakekatnya merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor, diantaranya overload dan deprivational stres. Pertama overload dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload kuantitatif bila target kerja melebihi kemampuan pekerja yang bersangkutan, akibatnya pekerja mudah lelah dan berada pada ketegangan tinggi. Overload kualitatif, bila pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi. Kedua deprivational stres, dimana pekerjaan yang dijalani tidak lagi menantang atau menarik bagi pekerja, akibatnya timbul berbagai keluhan seperti kebosanan, ketidakpuasan dalam bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Munandar (2001), dan dengan mempertimbangkan berbagai informasi yang sudah diterima serta dengan beban kerja ringan pada perawat, seharusnya stress kerja ringan yang dialami oleh perawat. Namun dari hasil penelitian ini, didapatkan bahwa ternyata 1 perawat merasakan beban kerja ringan dan merasakan stress kerja ringan, 10 perawat merasakan beban kerja ringan dan merasakan stress kerja sedang, 30 perawat merasakan beban kerja ringan dan merasakan stress kerja berat, dan 3 perawat merasakan beban kerja berat
dan merasakan stress kerja berat. Hal ini dikarenakan setiap responden memiliki mekanisme atau strategi koping dengan sumber dan kemampuan yang berbeda-beda dalam mengatasi stres, sehingga stres yang sama akan mempunyai dampak dan reaksi yang berbeda pada setiap individunya. Mekanisme koping yang efektif pada responden akan menghasilkan adaptasi yang berakhir dengan perilaku konstruktif (upaya menyelesaikan masalah secara asertif), sehingga responden mengalami stres kerja ringan dan sebaliknya, mekanisme koping yang tidak efektif berakhir dengan perilaku menyimpang (maladaptif atau destruktif) dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain serta lingkungan, sehingga responden mengalami stres kerja sedang. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa beban kerja yang berlebihan (overload) akan menjadi sumber munculnya stres kerja pada perawat, baik pada tingkat yang ringan maupun sedang, hal ini tergantung dari mekanisme koping yang dimiliki setiap individunya. 3.3 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain di sebabkan oleh: Keterbatasan instrumen penelitian, disadari peneliti karena terbatasnya sumber yang berhasil diperoleh peneliti dalam penyusunan teori. Keterbatasan teori secara langsung menyebabkan keterbatasan instrumen, terutama dalam hal indikatorindikator dari beban kerja dan stres kerja. Artinya, bila diperoleh sumber-sumber rujukan teori yang lebih banyak, akan lebih dapat mengungkap variabel-variabel penelitian dengan baik. Data stres kerja diperoleh melalui kuesioner dengan menggunakan skala penilaian berbentuk skala empat. Instrumen ini bukan merupakan satu-satunya instrumen yang mampu mengungkap keseluruhan aspek yang diteliti. Salah satu hal yang tidak dapat dikontrol peneliti adalah kemauan perawat untuk mengungkap keadaan diri mereka yang sebenarnya meskipun peneliti telah memberitahukan bahwa informasi yang diberikan perawat dalam kuesioner itu akan bermanfaat bagi menejemen rumah sakit dalam merencanakan, mengembangkan, dan melaksanakan pekerjaan. IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagi berikut: 1. 41 perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango mengalami beban kerja dengan kategori tidak lelah yakni 1-8. 2. 33 perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango sebagian besar merasakan stress kerja dengan kategori berat yakni 17-24. 3. Terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada tenaga perawat di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango, dengan Kabila menggunakan uji Korelasi Gamma dan Sommer’d diperoleh bahwa nilai Sommer’d sebesar 0,088
yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat kemudian nilai Gamma sebesar 1,000 yang menunjukkan bahwa korelasinya sangat kuat. 4.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut. 4.2.1 Institusi Rumah Sakit Rumah sakit perlu adanya pengolahan stresor di Rumah sakit dengan mengadakan pelatihan manajemen stres, dan juga perlu adanya pertemuan berkala kepada perawat untuk memudahkan indentifikasi sumber – sumber berbahaya ditempat kerja, sehingga semua keluhan – keluhan dan permasalahan dapat terakomodasi. 4.2.2 Tenaga Keperawatan Dalam proses pekerjaan, sebaiknya perawat mampu mengatur waktu dalam menanggulangi beban kerja yang dihadapinya demi mengantisipasi terjadinya stres dalam bekerja dan juga meningkatkan gaya hidup sehat seperti olahraga. 4.2.3 Peneliti Selanjutnya Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh peneliti baik pada hasil penelitian maupun pada pengkajian teori, maka variabel beban kerja dan stres kerja masih membutuhkan beberapa pengkajian dan penelitian khusus terutama menyangkut batasan-batasan indikator beban kerja dan stres kerja
DAFTAR PUSTAKA Adisamito W. 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. AM Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: Badan penerbit UNDIP. Andriani, R. dan Subekti, A. 2004. Pengaruh Persepsi Mengenai Kondisi Lingkungan Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat Burnout pada Perawat IRD RSUD dr. Soetomo Surabaya. Insan. Vol. 6. No. 1 (49 – 67). Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Dian Mayasari, (2007). Burn Out pada perawat ICU Rumjah Sakit Telogorejo Semarang ditinjau dari persepsi terhadap lingkungan kerja. Dwijayanti, W. (2010). Stres kerja pada perawat pelaksana di ruang rawat inap RS Krakatau Medika tahun 2010. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Greenberg, J. S. (2002). Comprehensive Sress Management (8th Ed.). New York: Handayani, F. A. (2003). Sumber-sumber stres kerja pada anggota SAT1/Gegana. Skripsi. Jakarta: Fakulas Psikologi Universitas Indonesias. Hudak, C. M. & Gallo, B. M. (2010). Keperawatan kritis: pendekatan holistic volume 1 (Ed. 6). (M. Ester, Editor) (Asih, Penerjemah). Jakarta: EGC. Hilda (2008). Faktor – factor pemicu stress. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hastono, 2007. Analisis Data, Jakarta : FKM Universitas Indonesia. Indriyani, A. (2009). Pengaruh konflik peran ganda & stres kerja terhadap kinerja perawat wanita di rumah sakit. Tesis. Fakultas Manajemen Universitas Dipenogoro. Munandar, A. S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI-Press. Mardiani, N. A. (2010). Gambaran distribusi absen sakit pada pekerja Departemen Keperawatan Rumah Sakit Pondok Indah periode Juli 2009 – Juni 2010. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakulas Ksehatan Masyarakat Univesitas Indonesia. National Safety Council. (2004). Manajemen stres national safety council. Jakarta: EGC. Nursalam, 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta. NIOSH. (2008). Exposure to Stress Occupational Hazards in Hospital. NIOSH. Potter, P. A. & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Vol.1). (Y. Asih, M. Sumarwati, D. Efriyani, & dkk., Penerjemah). Jakarta:EGC. Prihatini, L. D. (2007). Analisis hubungan beben kerja dengan stres kerja perawat di
setiap ruang rawat inap RSUD Sidikalang. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Diambil pada 28 Februari 2012 dari http://repository.usu.ac.id. Rosyid, H. F. 1996. Burnout Penghambat Produktivitas yang Perlu Dicermati, Buletin Psikologi. Agustus. Tahun VI. No. 1(19 – 25). Setiadi, 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta : Graha Ilmu. Suma’mur, 2009. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung. Waluyo, M. (2009). Psikolog Teknik Industri (Ed.1). Yogyakarta: Graha Ilmu. Waluyo, M. (2009). Psikologi teknik industri. Jakarta: Graha Ilmu. Rekapukasi Laporan jumlah perawat di Rumah Sakit Toto Kabila di Ruangan Interna, Bedah, Anak, IGD.