INTISARI HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN ISTERI ABRI YANG DITINGGAL SUAMI KE DAERAH KONFLIK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik. Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian yang diteliti adalah isteri ABRI yang berada di Kodim 0735 Surakarta solo. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik”. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka kecemasan ditinggal suami ke daerah konflik semakin rendah, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas maka kecemasan ditinggal suami ke daerah konflik semakin tinggi. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang terdiri dari skala religiusitas dan skala kecemasan. Teori yang digunakan dalam penyusunanan skala religiusitas adalah teori Glock and Stark (Lindzey & Aroson 1975) yang di adaptasi dari penelitian Turmudhi (1991) dan teori yang digunakan dalam penyusunan skala kecemasan adalah teori Sue,dkk (1986). Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi. Dari analisis korelasi antara tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik adalah sebesar -0,464 dengan tingkat signifikan (P) 0,000 (P<0,01). Berdasarkan analisis korelasi yang telah dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang negatif yang sangat signifikan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik, dimana semakin tinggi tingkat religiusitas pada isteri ABRI maka semakin rendah kecemasan ditinggal suami ke daerah konflik dan sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas pada isteri ABRI maka semakin tinggi kecemasan ditinggal suami ke daerah konflik. Kata kunci : Tingkat Religiusitas, Kecemasan ditinggal suami ke daerah konflik.
1
HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN ISTERI ABRI YANG DI TINGGAL SUAMI KE DAERAH KONFLIK
Pengantar Latar Belakang Masalah Tugas di berbagai daerah yang harus diembannya, tidak jarang membuat ABRI harus pergi jauh meninggalkan keluarga. Isteri harus memahami suami ketika suami diharuskan bertugas keluar daerah. Ketidakpastian nasib suami yang dikirim ke daerah konflik menimbulkan kecemasan pada isteri ABRI yang berwujud pada ketegangan, rasa tidak aman, kekhawatiran, yang timbul karena dirasakan akan mengalami kejadian yang tidak menyenangkan (Maramis, 2004). Hidup keagamaan memberikan kekuatan jiwa bagi seseorang untuk menghadapi tantangan dan percobaan hidup, memberikan bantuan moril di dalam manghadapi krisis, serta menimbulkan sikap menerima kenyataan sebagaimana Tuhan
menakdirka-Nya. Hidup yang dilandasi nilai-nilai agama akan tumbuh
kepribadian sehat yang didalamnya terkandung unsur-unsur keagamaan dan keimanan yang cukup teguh. Tetapi sebaliknya orang yang jiwanya goncang dan jauh dari agama maka individu tersebut akan mudah marah, putus asa dan kecewa. Berdasarkan hal itu dapat dikatakan isteri yang ditinggal suami untuk tugas ke daerah konflik memiliki religiusitas yang tinggi maka kecemasan akan berkurang.
2
Berdasarkan di atas maka peneliti ingin membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami untuk tugas ke daerah konflik.
Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk membuktikan hubungan tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri yang ditinggal suami untuk tugas ke daerah konflik.
Tinjauan Pustaka Kecemasan Pengertian Kecemasan Kecemasan menurut pendapat Atkinson, dkk. (1993) merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan ditandai dengan rasa khawatir, prihatin, tegang dan takut yang dialami oleh semua manusia dengan derajat berbeda-beda. Sementara menurut Muchlas (1980) mengatakan kecemasan (1) merupakan perasaan khawatir akan bahaya yang mengancam dan bersifat menetap, (2) penyebabnya karena frustasi, ketidakpuasan dan perasaan tidak aman, (3) bersifat individual, (4) sumber penyebabnya tidak jelas, dan (5) terjadi ketegangan jiwa yang meninggi disertai rasa takut yang tidak dapat diuraikan. Berdasarkan definisi-definisi mengenai kecemasan yang dikemukakan para ahli dapat diambil kesimpulan bahwa kecemasan merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, ditandai oleh rasa khawatir, takut, tegang, gugup, lekas
3
terkejut dan perasaan-perasaan tidak menyenangkan lainnya terhadap sesuatu yang tidak jelas atau belum tentu terjadi terhadap apa yang dicemaskannya tersebut.
Jenis Kecemasan Spielberg (Comer, 1992) membagi kecemasan ke dalam dua kategori, yaitu kecemasan bawaan (trait anxiety) dan kecemasan situasional (state anxiety). Tingkat kecemasan umum seseorang disebut kecemasan bawaan (trait anxiety) apabila kecemasan tersebut menjadi sifat atau karakteristik yang dibawa seseorang ke dalam setiap kehidupannya berhubungan dengan kepribadian yang dimilikinya. Beberapa psikolog percaya bahwa kecemasan bawaan mencerminkan pengalaman masa kanakkanak
awal
yaitu
perasaan-perasaan
seseorang
terhadap
keamanan
dan
ketidakamanan. Sedangkan kecemasan situasional (state anxiety) timbul sebagai suatu reaksi terhadap situasi tertentu maupun pada situasi yang mengancam. Gejala ini akan tetap tampak selama kondisi menyebabkan kecemasan masih ada. Jika penyebabnya hilang maka kecemasan akan hilang. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan yang terjadi pada isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik merupakan kecemasan situasional (state Anxiety) hal ini disebabkan ketidakpastian akan nasib suami.
Reaksi-reaksi Kecemasan Sue and Sue (1986) kecemasan mempunyai empat elemen untuk merespon, yaitu :
4
a. Kognitif yaitu respon terhadap kecemasan dalam pikiran manusia. misalnya ketidakmampuan berkonsentrasi atau membuat keputusan, sulit tidur. b. Somatik yaitu reaksi tubuh terhadap bahaya. Misalnya tangan dan kaki dingin, diare, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, keringat berlebihan, pernapasan dangkal, mulut kering, pingsan, tekanan darah tinggi, otot tegang, sakit tenggorokan. c. Emosi yaitu reaksi perasaan manusia, dimana individu secara terus menerus khawatir, merasa takut terhadap bahaya yang mengancam. d. Perilaku yaitu reaksi dalam bentuk perilaku manusia terhadap ancaman dengan menghindar atau menyerang. Misalnya gelisah, cemas, menggigit bibir.
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Isteri ABRI Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada individu ada 4 yaitu: a. Pengetahuan tentang objek kecemasan Menurut (Centi, 1993) semakin tinggi pengetahuan tentang objek kecemasan, maka kecemasan semakin dapat berkurang. b. Pengalaman Menurut (Philo, 2000) ada tidaknya pengalaman seseorang tentang sumber yang membuatnya menjadi cemas akan mempengaruhi tingkat kecemasan yang dirasakannya. c. Kepasrahan jiwa
5
Menurut (Mahsun, 2004) kondisi jiwa yang pasrah akan lebih mampu mengendalikan rasa cemas yang berlebihan daripada jiwa yang bergejolak dan penuh ketidaksabaran. d. Religiusitas Menurut (Mahsun, 2004) religiusitas yang tinggi akan membuat seseorang lebih tenang menghadapi obyek kecemasan.
Religiusitas Pengertian Religiusitas Majid (Faridi 2002) menyatakan kata “religi” berasal dari bahasa latin yang berarti mengumpulkan, membaca, dan mengikat. Maksudnya disini adalah ikatan manusia dengan tenaga gaib yang kudus. Mangunwijaya (1971) membedakan istilah religi atau agama dengan istilah religiusitas. Agama menunjuk pada aspek yang formal dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban sedangkan religius menunjukkan pada aspek yang telah dihayati oleh individu Nashori (1997) mengatakan bahwa orang-orang religius akan selalu mencoba patuh terhadap ajaran-ajaran agama, menjalankan ritual agama, menyakini dokrindokrin agama, beramal dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Sikap religius adalah keadaan dalam diri seseorang dalam merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai dengan kemampuan dan meninggalkan seluruh larangan-Nya
6
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalankan ibadah keagamaan. Semakin tinggi tingkat kepatuhan yang dimiliki seseorang, maka akan semakin baik ia melaksanakan ibadah sesuai dengan tuntunan agama yang diyakininya, dan semakin baik pula tingkat ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Aspek - aspek Religiusitas Pembagian aspek religiusitas Glock and Stark (Lindzey & Aroson, 1975) terdiri dari lima aspek/dimensi yaitu : a. Dimensi ideologis (religious belief) Tingkatan sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam agamanya, misalnya kepercayaan adanya Tuhan, malaikat, surga, neraka dan sebagainya b. Dimensi ritualistik (religious pratice) Berkaitan dengan kegiatan-kegiatan peribadatan yang ada dalam suatu agama, misalnya shalat, puasa, haji. c. Dimensi konsekuensional (religious effect) Berhubungan dengan sampai seberapa jauh ajaran-ajaran agama yang dianut diterapkan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. d. Dimensi eksperiensial (religious feeling) Dimensi menunjukkan pada adanya perasaan-perasaan tertentu yang dirasakan oleh individu dalam kehidupan religiusnya, misalnya merasa dekat dengan
7
Tuhan, merasa takut berbuat dosa, merasa doanya dikabulkan dan diselamatkan Tuhan. e. Dimensi intelektual (religious knowledge) Menggambarkan sampai sejauhmana pengetahuan seseorang mengenai ajaran-ajaran agamanya.
Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia Menurut Yunus (Faridi, 2002) dan O’dea (1987) fungsi agama bagi manusia yaitu : a. Mensucikan hati manusia agar berakhlakul karimah, sehingga ia hidup dalam ketenangan. b. Menjadi obat bagi penyakit sosial yang berkembang di masyarakat. c. Agama memberikan suatu dukungan moral di saat manusia menghadapi ketidakpastian, pelipur lara di saat menghadapi kekecewaan dan rekonsiliasi dengan masyarakat dari tujuan norma - normanya d. Agama membantu pertumbuhan pendewasaan individu dan perjalanan hidupnya.
Hubungan Tingkat Religiusitas dan Kecemasan Kepergian suami dikarenakan bertugas ke daerah konflik mengakibatkan kecemasan pada isteri yang ditinggalkan. Beberapa bentuk penyesuaian untuk mengahadapi kecemasan dengan pendekatan religi/agama. Daradjat (1990) menyatakan
bahwa
unsur
terpenting
yang
membantu
pertumbuhan
dan
8
perkembangan jiwa manusia adalah iman yang direalisasikan dalam bentuk ajaran agama. James (Shihab, 1996) mengungkapkan bahwa selama manusia masih memiliki naluri cemas dan mengharap, selama itu pula ia beragama (berhubungan dengan Tuhan). Perasaan takut merupakan salah satu pendorong individu untuk beragama. Meichati (1983) juga menyatakan bahwa hidup keagamaan yang dijalani dan dihayati individu akan memberikan kekuatan jiwa bagi dirinya dalam menghadapi cobaan dan tantangan hidup, memberikan bantuan moral dalam menghadapi krisis serta menumbuhkan sikap rela menerima kenyataan hidup sebagaimana yang telah ditakdirkan Tuhan, sehingga ia mendapatkan keseimbangan mental. Agama juga mampu memberikan rasa aman, rasa tidak takut dan cemas menghadapi persoalan hidup. Pemecahan masalah kehidupan melalui keagaman akan meningkatkan kehidupan itu sendiri menuju nilai-nilai spiritual, sehingga individu akan memperoleh keseimbangan mental (Daradjat, 1978). Dister (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi agama adalah untuk mengatasi frustasi (emosional-afektif). Frustasi di sini dapat berupa frustasi karena takut kehilangan orang yang dicintai. Untuk mengatasinya manusia harus bertindak religius. Untuk mengatasinya manusia harus bertindak religius. Dalam hal ini agama diabadikan untuk tujuan mengatasi frustasi. Oleh karena itu, dengan pemahaman keagamaan yang baik seorang isteri yang dihadapkan pada dilema kecemasan yang disebabkan perasaan bahaya yang tidak tampak dan tidak jelas akan keberadaan suaminya dimedan perang. Keimanan memperkuat kesadaran diri menemukan pusat
9
kekuatan dalam diri yang memungkinkan seorang isteri tetap tegak berdiri meskipun dilanda kekacauan dan kegelisahan.
Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suami untuk tugas ke daerah konflik. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah tingkat kecemasan dan sebaliknya.
Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diukur dan digunakan sebagai bahan analisis adalah sebagai berikut : Variabel independen
: Religiusitas
Variabel dependen
: Kecemasan
Definisi Operasional 1. Kecemasan Kecemasan adalah bentuk perasaan yang kurang menyenangkan, ditandai oleh rasa khawatir, takut, tegang, gugup, lekas terkejut dan perasaan-perasaan tidak menyenangkan lainnya terhadap kondisi suami di daerah konflik.
10
Tinggi rendahnya tingkat kecemasan ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh individu dari skala kecemasan menurut Sue and Sue (1986), yang terdiri dari aspek kognitif, somatik, emosi, dan perilaku. Semakin tinggi skor total yang diperoleh semakin tinggi kondisi kecemasan individu dan sebaliknya.
2. Religiusitas Religiusitas adalah tingkat kepatuhan subjek menjalankan perintah agama. Tinggi rendahnya tingkat religiusitas ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh individu dari skala religiusitas menurut Glock and Stark (Lindzey & Aroson, 1975), yang terdiri dari dimensi ideologis, ritualistis, konsekuensional, dan eksperensial. Semakin tinggi skor total yang diperoleh semakin tinggi tingkat religiusitas individu dan sebaliknya.
Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah isteri ABRI yang berada di Kodim 0735 Surakarta Solo. Dengan karakteristik isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik.
Metode Pengumpulan Data Data penelitian dikumpulkan melalui metode skala sikap (Suryabrata, 2004). Sikap religiusitas dan kecemasan yang dirasakan isteri ABRI yang ditinggal suaminya ke daerah konflik merupakan hal yang bersifat kualitatif. Menurut
11
Sugiyono (2005) agar dapat diukur maka data yang bersifat kualitatif itu dikuantitatifkan dengan menggunakan skala Likert dan pilihan jawaban. Nilai yang diberikan pada tiap aitem favorable bergerak dari 4 sampai 1 pada aitem yang favorable, nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS), nilai 3 untuk jawaban sesuai (S), nilai 2 untuk tidak sesuai (TS), nilai 1 untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Untuk aitem unfavorable nilai bergerak dari 1 sampai 4 dimana nilai 1 untuk jawaban sangat setuju (SS), nilai 2 untuk jawaban setuju (S), nilai 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 4 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS).
Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas Dalam penelitian ini, validitas alat ukur dengan validitas isi. Fokus validitas isi adalah sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2003). Uji Reliabilitas Azwar (1986) mengemukakan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila hasil yang didapat relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subjek yang sama. Pendekatan yang dipakai untuk mengukur reliabilitas dalam penelitian ini adalah single trial administration, yaitu dengan jalan melakukan pengukuran terhadap sekelompok subjek dengan menggunakan satu macam alat ukur atau satu kali pengukuran saja.
12
Metode Analisis Data Metode analisis data teknik analisis korelasi product moment dari Karl Pearson. Komputasi data dilakukan melalui fasilitas komputer program SPSS/11.5 for windows
Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Persiapan Penelitian Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kodim 0735 Surakarta Solo. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah karena dari Kodim 0735 Surakarta ini banyak ABRI yang dikirim ke daerah konflik, khususnya ke Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Selain itu alasan lainnya karena mudahnya perizinan penelitian di tempat ini. Subjek penelitian ini adalah para isteri yang ditinggal suaminya ke daerah konflik, baik yang sudah sering ditinggal maupun yang baru pertama kali ditinggal. Dalam penelitian ini, diteliti 100 orang isteri ABRI
Perijinan Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kodim 0735 Surakarta Solo dengan cara menunjukkan surat pengantar pengantar permohonan ijin penelitian dari Fakultas Psikologi Universitas
13
Islam Indonesia Yogyakarta dan memberikan contoh angket yang akan diisi. Perizinan penelitian di Kodim 0735, Surakarta Solo dilakukan pada tanggal 12 – 13 Januari 2006.
Persiapan Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Religiusitas Isteri dan Skala Kecemasan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan try out (uji coba kuesioner) terlebih dahulu. Try out penelitian diberikan kepada 35 orang isteri ABRI. Dalam try out penelitian ini tidak ada kuesioner yang tidak dikembalikan. Skala Religiusitas terdiri dari 48 aitem pertanyaan. Demikian juga Skala Kecemasan juga terdiri dari 48 aitem pertanyaan. Uji coba alat ukur dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reliabilitas (keandalan) dan validitas (kesahihan) aitemaitem yang ada di dalam alat ukur tersebut, sebelum digunakan dalam penelitian sebenarnya. Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem-total dengan batasan koefisien korelasi 0,30. Hal ini didasarkan pada pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan. Dari hasil pengolahan data diperoleh koefisien reliabilitas alpha untuk Skala Religiusitas try out sebesar 0,8270 dan koefisien reliabilitas alpha untuk Skala Kecemasan try out sebesar 0, 9384.
14
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 - 14 Januari 2006. Subjek pada penelitian ini adalah para isteri ABRI yang ditinggal suami ke daerah konflik di Kodim 0735 Surakarta Solo. Pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan karakteristik subyek yang dipilih adalah isteri yang ditinggal suami ke daerah konflik. Deskripsi subyek penelitian Deskripsi subyek penelitian memberikan gambaran mengenai keadaan subjek penelitian maka dilakukan deskripsi data penelitian. Selain itu para pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian dapat lebih mudah memanfaatkan hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh dideskripsikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1 Deskripsi Data Penelitian Variabel Religiusitas Kecemasan Ditinggal Suami
Min 25 30
Hipotetik Maks Rerata 100 62.5 120 75
Min 26 34
Empirik Maks 102 144
Rerata 65.66 91.66
Keterangan: Data hipotetik = Skor yang diperoleh oleh subjek Data empiris = Skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian Berdasarkan data hasil penelitian, skor religiusitas akan diklasifikasikan untuk mengetahui tinggi rendahnya skor subjek. Klasifikasi yang dilakukan adalah dengan
15
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek mempunyai distribusi normal, sehingga dapat dibuat skor hipotetik yang terdistribusi menurut model normal (Azwar, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan maka religiusitas dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2 Klasifikasi Evaluatif Skala Religiusitas Kategori Nilai Frekuensi Persentase (%) Tinggi X > 75 29 X > M + 1? Sedang 51 M - 1? < X ? M + 1? 50 < X ? 75 Rendah 20 X ? M - 1? X ? 50 Catatan: M = Rerata hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi Berdasarkan hasil klasifikasi sebagaimana dimuat dalam tabel 2, diketahui bahwa subjek yang memiliki religiusitas rendah sebanyak 20 yang memiliki religiusitas sedang sebanyak 50, dan yang memiliki religiusitas tinggi sebanyak 30. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa tingkat religiusitas yang dimiliki subjek penelitian tergolong sedang karena jumlah subyek yang mempunyai tingkat religiusitas sedang menempati jumlah terbesar. Pengklasifikasian juga dilakukan pada skala kecemasan ditinggal suami. Skala kecemasan ditinggal suami juga diklasifikasikan dengan dasar asumsi bahwa skor populasi terdistribusi secara normal. Berdasarkan hasil perhitungan kecemasan ditinggal suami dapat diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi, yaitu rendah, sedang, tinggi. Klasifikasi dan distribusi skor skala kecemasan ditinggal suami dapat dilihat pada tabel berikut ini.
16
Tabel 3 Klasifikasi Evaluatif Skala Kecemasan ditinggal suami Kategori Nilai Frekuensi Persentase (%) Tinggi X > 90 44 X > M + 1? Sedang 45 M - 1? < X ? M + 1? 60 < X ? 90 Rendah 11 X ? M - 1? X ? 60 Catatan: M = Rerata hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi Berdasarkan hasil klasifikasi sebagaimana dimuat pada tabel 3, diketahui bahwa subjek yang mempunyai sikap kecemasan ditinggal suami rendah sebesar 11%, dan sedang sebesar 45%, sedangkan yang memiliki tingkat kecemasan tinggi 44%. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan yang dimiliki subjek penelitian tergolong sedang karena jumlah subyek yang mempunyai tingkat kecemasan sedang menempati jumlah terbesar. Analisis Data Hasil Uji Asumsi Normalitas Uji asumsi normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan data penelitian. Tabel 4 Hasil Uji Normalitas VARIABEL Religiusitas Kecemasan
SKOR KS-Z
p
KETERANGAN
1.276
0.077
Normal
1.346
0.053
Normal
ditinggal suami Hasil uji normalitas variabel religiusitas dan variabel kecemasan ditinggal suami dilakukan dengan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov Test; menunjukkan
17
bahwa Skala Religiusitas dan Skala Kecemasan ditinggal suami yang digunakan mengikuti distribusi normal (K-SZ = 1,276 ; dan K-SZ = 1,346 ; dengan p > 0,01).
Hasil Uji Asumsi Linieritas Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara variabel religiusitas dengan variabel kecemasan ditinggal suami dengan nilai F sebesar 28,583 dan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,01). Karena nilai yang menunjukkan hubungan antar variabel yang ditunjukkan oleh F hitung (28,583) > F tabel (6,85), maka data dikatakan linier.
Hasil Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan metode korelasi product moment dari Karl Pearson. Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dengan kecemasan ditinggal suami adalah sebesar -0,464 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecemasan ditinggal suami (hipotesis terbukti). Jika dilihat dari nilai R2 (koefisien determinasi) yang dihasilkan dalam penelitian ini, maka dapat diketahui sumbangan efektif tingkat religiusitas terhadap kecemasan isteri ABRI yang ditinggal suaminya ke daerah konflik adalah 0,216. Karena tingkat religiusitas mempunyai hubungan negatif dengan kecemasan isteri ABRI ditinggal suaminya ke daerah konflik, maka itu berarti tingkat religiusitas yang
18
dimiliki isteri ABRI yang ditinggal suaminya ke daerah konflik dapat menurunkan kecemasannya sebesar 21,6%.
Pembahasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan ditinggal suami. Hal ini diketahui dari nilai korelasi yang mendapatkan nilai -0,464. Artinya semakin tinggi religiusitas seseorang akan semakin mampu mengatasi kecemasan ditinggal suaminya ke daerah konflik. Dalam hal ini dilihat dari nilai R2 penelitian, maka diketahui tingkat religiusitas dapat mengurangi kecemasan yang dirasakan isteri ABRI yang ditinggal suaminya ke daerah konflik sebesar 21,6%. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori Dister (1982) yang menyatakan bahwa salah satu fungsi agama adalah untuk mengatasi frustasi (emosional-afektif). Frustasi di sini dapat berupa frustasi karena takut kehilangan orang yang dicintai. Dalam hal ini orang yang dicintai yang dimaksud adaah suami yang sedang bertugas ke daerah konflik. Untuk mengatasi rasa takut kehilangan itu manusia harus bertindak religius. Manusia merupakan makhluk yang tidak hanya terdiri dari raga saja, tetapi juga jiwa. Agama memberi kekuatan kepada jiwa manusia untuk tabah menghadapi kenyataan apapun yang dialaminya. Hal ini dikarenakan melalui agama manusia diajarkan bahwa segala yang terjadi di dunia ini adalah kehendak-Nya yang tidak dapat ditentang manusia. Di lain pihak, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada
19
manusia yang ia tidak kuat untuk menanggungnya. Selain itu ada keyakinan bahwa peristiwa apapun yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia ditujukan untuk meningkatkan derajat manusia itu sendiri, asalkan ia tabah dan tidak putus asa menghadapinya. Berdasarkan uraian tersebut apabila dikaitkan dengan keadaan seorang isteri harus ditinggal suaminya untuk bertugas ke daerah konflik, maka apabila ia mengembalikannya sebagai bagian dari cobaan Tuhan yang ditujukan untuk meningkatkan derajatnya, maka isteri yang ditinggal tersebut tidak akan merasakan cemas yang terlalu berlebihan. Namun juga dapat dilihat bahwa hubungan yang tercipta hanya rendah, yaitu sebesar -0,464. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya kelemahan-kelemahan penelitian sebagai berikut: 1. Pengambilan data sebagian dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan sebagian yang lain dititipkan ke Kantor Kodim 0735 Surakarta. Ada kemungkinan angket yang dititipkan ke Kantor Kodim 0735 Surakarta tidak diberikan kepada subyek yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu isteri ABRI yang ditinggal suaminya ke daerah konflik. 2. Identitas subjek penelitian kurang lengkap. Dalam penelitian ini hanya diminta identitas nama dan usia, tidak disebutkan jumlah anak, atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan subyek. Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa isteri ABRI yang dijadikan subyek dalam penelitian ini kurang tepat.
20
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara tingkat religiusitas dengan kecemasan isteri yang ditinggal suami bertugas di daerah konflik adalah sebesar -0,464 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kecemasan isteri yang ditinggal suami bertugas di daerah konflik, dimana semakin tinggi tingkat religiusitas isteri maka semakin rendah tingkat kecemasan isteri dan sebaliknya Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas, dapat diberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis agar melakukan perluasan topik penelitian. Selain itu disarankan agar peneliti juga menambah variabel penelitian yang lain, misalnya isteri bekerja atau tidak, jumlah anak yang dimiliki, usia perkawinan yang telah ditempuh, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendekati kenyataan yang sebenarnya kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk tidak mengulangi kelemahan-kelemahan yang telah dikemukakan dalam penelitian ini. Selain saran kepada peneliti selanjutnya, saran juga diberikan kepada subyek penelitian yang mengalami kecemasan karena ditinggal suami ke daerah konflik.
21
Saran yang diberikan adalah untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan, maka isteri ABRI tersebut disarankan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, mendoakan suaminya yang sedang pergi bertugas, dan mengikuti pengajian rutin yang diadakan oleh ibu-ibu PERSIT sehingga sekaligus bisa sharing.
22
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R.L., Atkinson, R.E., Smit, EE., Bem, D.J. 1993. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa: Widjaya Kusuma. Jilid II. Batam: Interaksa. ______. 2003. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Centi, P.J. 1993. Mengapa Cemas?. Diterjemahkan oleh A.M. Hardjana. Yogyakarta: Kanisius. Comer, R.J. 1992. Abnormal Psychology. New York: W.H Freeman and Company. Daradjat, Z 1978. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang. _________. 1990. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: CV.Haji Masagung. Dister,
N.S.1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leppenas).
Faridi. 2002. Agama Jalan Kedamaian. Jakarta: Ghalia Indonesia & UMM Press. Lindzey, G & Aroson E. 1975. The Hand Book of Social Psychology, Vol 5. New Delhi: Addison Wesley Publishing Company. Mahsun. 2004. Cara Mengatasi Kecemasan. Yogyakarta: Prisma Media. Mangunwijaya, Y.B. 1971. Sastra dan religius. Jakarta: Sinar Harapan. Maramis W.F. 1995. Emosi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya Paramita. Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Muchlas, M. 1980. Gangguan Emosi. Jakarta: Bulan Bintang. Nashori, F. 1997. Manusia Sebagai Homo Religiosus. Journal Psikologika II. 3,3 O’dea, T.F. 1992. Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta: Yayasan Solidaritas Gadjah Mada & Rajawali Press.
23
Philo, J. 2000. Teknik Menghadapi Kecemasan yang Berlebihan. Diterjemahkan oleh Andi andara. Yogyakarta: Liberty. Shihab, M.Q. 1996. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’I Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Penerbit Mizan. Sue, Davis Sue, Derald Sue, Stanley. 1986. Understanding Abnormal Behavior. Baston: Houghton Mifflin Company. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta. Sulaeman, 1995. Masalah-masalah Seputar Emosi. Jakarta: Armico. Suryabrata, S. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi.
24