HUBUNGAN TINGKAT RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU
COPING STRES
Rr. Hartuti Pudji Rahayu Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat
INTISARI
Tujuan dari penelitJan ini adalah mengetahui tentang hubungan tingkat religiusitas dengan perilaku coPing sires. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan pasitif antara tingkat religiusitas
dengan perilaku coping
stres yaitu semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin baik pufa peri/aku coping stres. Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang berjumlah 100 orang. Analisis statistik yang dipergunakan adalah teknik korelasi parsial jenjang ketiga. Hasif analisis data
menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan positif dan tidak signifikan antara tingkat religiusitas dengan perilaku coping stres.
Kata kunci:
religiusilas, perilaku coping, pengalaman beragama
PENGANTAR
Rr. Hartuti Pudji Rahayu, lahirdi Salatiga 20 Mei 1970, adalah Stat peneliti pada Lem baga Penelitian dan Pengembangan Masya
erubahan-perubahan sosial yang begitu
P
cepat telah membawa perubahan dalam
cara berpikir dan pola kehidupan masyara
rakat (LPPM) Semarang. Alumnus Fakultas
kat. Perubahan
Psikolog1 Universitas Katolik Soegijapranata
puan manusia untuk menyesuaikan diri
Semarang tahun
menyebabkan sires di masyarakat.
1994 ini juga bekerja se
bagai Stat Recruitment and Training Corpo rate PT Metro Selular Nusantara Surabaya.
Banyak
itu, jika tidak dnkun kemam akan
orang terpukau dengan moder
nisasi dan menyangka modernisasi
serta
merta akan mengantarkan mereka kepada kesejahteraan. Padahal di balik modemisasi terdapat
gejata
-
gejala
yang
dinamakan
agony of modernization atau azab sengsara karena modemisasi. Contoh agony of mod
ernization adalah tidak adanya jaminan so sial, pengangguran, kriminalitas, penyalah
gunaan
narkotik.
kenakalan remaja.
PSIKOLOGIKA Nomcx 4 Tahun
II
1997
zat
adiktif
dan
alkohol,
kehamilan remaja, judi,
61
Ar. Hartutl PudJ1 Rahayu
prostrtusl.
perkosaan, gangguan jiwa, dan
Gejala-gejala di atas disebabkan oleh
sosral
di
rasaan dan
pe
p
meningkatnya intensitas cnsorqanisasi disintegrasi
nya mengungkap bagaimana
engalaman orang-orang secara individuil
sebagainya (ldries, 1993).
dan
masyarakat. Disorga
nlsast dan disintegrasi ini terjadi proses pe
terhadap
uhan.
T
dak selamanya
nimpanya, dan sil
tidak
selamanya pula orang
me
rongrongan terhadap agama, moral, budi pe
yang
tungkan sebelumnya.
Hal ini
o a
r
rencana, teratur, dan
elah diperhi
te
ng
ang me
y
ncapai tujuannya dengan usaha
berha
kerti, wansan budaya lama, dan tradisional. menimbulkan ketidakpastian funda
jauhkan
ka yang diakibatkan masyarakat kehilang
sini
t
idak selamanya
p
yang
hat-hat
dak diingininya.
Di
ti
epribadian sangat menentukan.
ika
k
manusia memilikr kepribadian yang
Unluk bisa memahaml rnanusra seutuh
ula
T
menghindarkan atau men
berhasu
mental di bidang norma, nilai moral, dan eti
an identitas diri.
orang
Ti
mampu menghadapi kesukaran
J
uh dan
ut
jiwa yang sehat, maka ia akan menghadapi emua masalah
dengan tenang.
a·
nya, baik dalam keadaan sehat maupun sa
s
kit, pendekatan yang digunakan mestmya
dian yang di dalamnya terkandung unsur
tidak
lag1
memandang
manusia
sebagai
uu
nsur agama dan keimanan yang
guh, maka masalah yang
91s, dan sosial) melainkan manusia sebagai
da
makhluk bio-psiko-sosio-spiritual (jasmani.
y
pinya dengan
ang
pstkoloqts, sosial, dan spiritual) (ldnes, 1993,
bo
Bastaman, 1995).
j
Dewasa lnl
las.
Mulai
terlihat kehidupan beraga
banyak
tampak
bermunculan
je
tempat
awai
g
ama semakin banyak
l
uga para
j
ang memanfaatkannya.
ada kaum
y
uda mulai
m
anyak
b
berdui
agamaan yang banyak
ula
p
pe
P
orqamsasl
ke
eminatnya.
e!igius adalah suatu keadaan di
na
merasakan dan mengakui adanya
Indwfdu
kekuatan tertinggi
atau
sasaran
memarahi
ang menaungi kehidupan
y
numpahan perasaan
ames
dan kekuasaan-Nya,
maka akan
tinggi tmgkat religiusitasnya
ama adalah
apa
ang
y
ang terpenhng bagi
978) mengemukakan
Daracjat (1
sadaran
gama
T
982).
1
entang ke·
t
gama (religious counsciousness)
a
yang merupakan aspek kognisi dari a
semakm
ster.
n pengalaman
da
experience)
ang
y
eknvitas
uhan
tu.
i
d
T
ames adalah
J
engan uhan.
enga
p
kepercayaan) itu pada
iwa
(
terhadap
ang
y
ang
y
J
menen
dianggapnya
ames tidak memastikan adanya
J
tertentu,
h suatu
ang meng
y
sebagai
ersangkutan dan
agama-agama la
rikut:
ubungan
berh
b
reaksi
uhan
978)
asaan dan pengalaman
dipandangnya
ruh keyakinan
1
be
per
Y
T
Daradjat,
agama sebagai
lnsan secara individual,
B
uhan
(Oi
defmist
Ag
ani
oleh
(
tukan
e
ekecewa
k
hati dan lain sebagai·
saklt
dikutip
J
mberikan
me
merasa bergantung serta berserah diri.
S
ang
y
seoaqar
nya.
orang yang
T
lain,
pe
an marah, atau
manusia, dan hanya kepada-Nya manusia
makin seseorang mengakui adanya
Ak
orang
angg
ma
an tetapi orang
te
anya goncang dan jauh dari agama
ap bahwa mereka
p
R
nang.
te
diha
leh Jadi ia akan ma rah tan pa sasaran
peribadatan pada tiap-tiap kantor yang se· maktn
i
cu
mbul akan
li
jw
elas
ma pada masyarakat semakin
kup
u
makhluk bio-psiko-sosiat (iasmani. psikolo-
Keprib
seperti
dalam
keyakinan
amawi. Maka agama ada
S
ang diambil seseorang
stkap y
hadap suatu
naran yang
kebe
datang dari perasaan
ter
badi itu yang
A
ang mendalam.
y
agama (rshgious
membawa
rasaan
pe
TELAAH PUSTAKA pada n
daka
keyakman yang dihasilkan oleh tin (
amaliah).
Daradjat
62
tambahkan
Oi
1978) bahwa llmu
(
iwa
J
pula
oleh
ama ha·
Ag
erubahan-perubahan sosial yang
P
sebaqar
konsekuensi modernisasi,
epat
c
emaju-
k
PSIKOLOGJKA Nomor 4 Tahun II
1997
Hubungan
Tu,gkat
Aehgius,tas
der,gan
Penlaku
Cop1ng
Sires
an teknologi dan industrialisasi, mempunyai
(1984) mengatakan bahwa coping adalah
dampak dalam
usaha untuk rnengurangi sires dan tekanan
kehidupan,
terutama
bagi
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri
perasaan. Tekanan perasaan ini bisa terjadi
dengan
karena adanya hal-hal atau masatah-masa
perubahan-perubahan
tersebut,
Perilaku cop
sehingga pada gilirannya dapat menimbut
lah yang tidak terpecahkan.
kan ketegangan, sires, dan lain-lain gang
ing adalah suatu usaha atau tindakan untuk
guan jiwa pada dirinya.
menghadapi situasi yang penuh dengan te
Sires dalam arti umum adalah perasaan
kanan atau masalah yang dianggap sebagai
lertekan, cemas dan tegang (Altman et al..
tantangan, ketidakaditan, merugikan atau
1985, h.130). Dalam bahasa sehari-hari st res
pun mengancam
dikenal sebagai stimulus atau respon yang
ternal maupun internal dengan cara mengen
menuntut individu untuk melakukan penye
dalikan, menguasai, menerima, maupun me
suaran (Bootzin et al.,
1983,
h. 481).
Biar
individu
baik secara eks
ngurangi dengan reaksi tertentu.
Penlaku
pun penyesuaian diri individu cukup baik te
coping yang dilakukan sangat bervarlasl.
tapi Wheaton (dikutip oleh Prawirohardjo.
seperti melakukan rasionalisasi, proyeksi,
1985, h.121 ). menyatakan bahwa sires yang datang berlangsung cepat. mendadak, sa
egresi. kompensasi, alih
r
egresi, melamun.
r
apatis, nostalgia, spesialisasi, pemecahan
ngat menonjo!, dan sering tak dapat dikon
i
trol, sehingga tidak bisa diramatkan atau di·
nation inilah yang akan menjadi
inginkan oleh indiv,du tersebut. Beg,tu pula
masalahan.
deologi, dan resignation.
apabila sires yang akan datang berulang d
berdaya
gangguan-gangguan
menghadapinya.
tndivufu
yang
dupan indrvrdu tersebut.
ok per
pok
Terdapat pula kenyataan adanya orang
ulang dan benubi-tubi, maka individu tidak
mengalami sires akan mengganggu kehi
ntuk hal resig
U
alam masa dewasa awal yang mengalami
al yang
H
sik dan
psikologis.
fi
i umumnya disebabkan
dermkian m
oleh semangat yang kuat untuk bekerja
Dalam teon st res, konsep copingmeru
hingga
seseorang
kerja
pakan hat yang penttng untuk dibicarakan.
yang berlebihan yang tidak
Konsep coping d1gunakan untuk menjelas
day a tahan
kan hubungan
sebut.
antara sires dengan
perila
dengan
be
sesuar
se
waktu
dengan
sik dan psikologis individu
fi
ter
Banyak di antara ciri penting pada
ku mdiviou dalam menghadapi sires. Cop
masa dewasa awal merupakan
mgberfungsi untuk menyeunoanqkan emosi
dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa re
individu
dalam
situasi yang penuh dengan
tekanan (Solomon, et.al, 1988). Suatu cara yang
drlakukan
untuk
mengatasi
situasi
atau problem yang dianggap sebagai tan
maja.
Beberapa di antaranya
nunjukkan penonjolan kan dengan
asa
rn
kelamutan
adalah me
ang membeda
ciri y
ehidupan yang lain,
m
k
pak dengan adanya
na
letakan dasar dalan
pe
langan, ketidakadilan atau merugikan mau
banyak aspek kehidupannya, melonjaknya
pun sebagai ancaman disebut dengan isti·
p
lah coping(Lazarus. 1976). Menurut Lazarus
dingkan dengan
dan Launier, copingadalah usaha yang ber
nya ketegangan emosi.
orientasi
pada
tmdakan
intrapsikis
ersoalan hidup yang dihadapinya
untuk
mengendalikan atau menguasai. menerima.
Dalam hat
ka
lingkungan. tuntutan internal dan konflik ter
po
(Garmezy
dan
kemampuan seseorang
Rutter,
1983).
PSIKOLOGIKA Nomor 4 Tahun
JI
Shin
1997
dkk
an
cker
Be
Mappiare,
(
983)
1
menyatakan bahwa dewasa awat merupa
melemahkan serta memperkecil pengaruh
sebut melampaur
ni,
i
i
d b
maja akhirdan terdapat
re
n suatu masa penyesuaian terhadap la kehidupnn yang baru. dan
rapan
sosial yang baru.
a
pol
harepan-ha
Manusia dewasa
awal diharapkan memainkan peranan-pe·
63
Ar. HartUII PudJi Rahayu
ran an baru dalam hal-haJ sebagai suami atau
kan suatu masa penyesuaian terhadap pola
rsteri.
pemimpin
pola kehidupan yang baru, sehingga pada
mengembangkan sr
usia ini banyak diketemukan mdivrou yang
orang
rumah
tua
tangga,
dan
serta
sebagai
kap-sikap, minat-minat dan nilai-nilai dalam
menga!ami stres.
memehhara peranan-peranannya yang baru tersebut.
· HIPOTESIS
Sebagai kelanjutan masa remaja, masa dewasa awal memiliki ciri-ciri sebagai ber ikut· 1. 2.
Usia produktif atau "reproduct,ve age" Usra
memantapkan
letak
kedudukan
Usia
banyak
masalah
atau
"problem
lupotesis yang diajukan adalah ada hubung an
posit if antara tmgkat
reuqursitas dengan tinggi
tmq
kat religiusitas seseorang semakin tinggi pu
Usra tegang dalam hal emosr atau "emo
tional tension".
METODE
Kepuasan atau ketenangan akan dapat dicapal dalam tahun-tahun pertama dewasa awal ini oleh beberapa individu. Tetapi keba nyakan di antaranya tetap mengalam1 kete gangan emosi sampai mendekati pertengah an masa dewasa awal. Havighurst (dikutip oleh Mappiare, 1983) mengemukakan bahwa seseorang dalam usra awal atau pertengah
Sampel
persoalan-persoalan
serta
cukup
dapat
mengendapkan ketegangan emosmya. se hingga seseorang dapat mencapai emosi yang
stabil
atau
kalem.
Menurut
Becker,
harapan-harapan untuk memperoleh status sosial atau jabatan yang terlalu tinggi (tidak sesuar dengan kemampuan) merupakan pe luang untuk mendapatkan sires. patah
hati
yang setanjutnya dapal menimbu1kan keka cauan-kekacauan ps1kolog1s atau masalah masalah psixosomatis.
srtas Islam Sultan Agung berusaha antara 21
tas pada tncnvidu cukup berperanan dalam perilaku manya
coping sires,
orang
mampu
karena
tidak
menghadapi
sela kesu
karan yang menimpanya, dan tidak selama nya pula orang berhasil mencapal nquen ser ta berhasil menghindarkan sesuatu yang ti dak diingininya. Usia dewasa awal merupa-
mahasiswa
Semarang yang
- 35 tahun, beragama
Islam dan minima! duduk di semester VIII serta masrh akuf kullah. Adapun pengam bilan sampel menggunakan teknik Random Samplmg. Dalam penelitian tru metooe yang d.per gunakan adalah melode angket yang d1pakai untuk mengungkap atau
engukur
m
bas yaitu tingkat religiusitas,
be
anabe!
v
ariabel ter
v
gantung yaitu perilaku copmgstres dan sertaan
nabe!
ang
y
mengukur
pe
ti
a
v
keprt
badian. Selain metode angket. metode lain ang digunakan
y
dalah metode dokumentasi
a
untuk mengetahui usia k
et amin,
yang kal
Melihal hal ltu semua, tingkat relig!usi
penelilian adalah
dan mahasiswi Fakultas Ekonomi Univer
an tiga puluhan akan dapat memecahkan
64
pustaka, lelaah
la perilaku copingstres.
age" 4.
tuuauan
penlaku copingstres. Semakm
atau "settling-downagfi' 3.
Berdasarkan
teorltik serta permasalahan yang dihadapi,
ngkat
ti
drmiiikr
embangan.
perk
pendidikan
dan
subjek penelitian.
ngkel ting
A
eligiusitas disusun sebanyak
r
yang
terom
can
trna
R1tuaf Involvement,
aspek,
aspek
enis
j
agama
76
ailu
y
butir
aspek
Ideological
In
volvement, aspek lntelfectual lnvolvement, aspex
Experiential Involvement, dan aspek
Consequential Involvement yang reiiaburtasnya
se be sar 0 , 91 2.
oefisien
k
ntuk angket
U
perilaku coping sires disusun sebanyak 40 butir terdiri
ari
d
IUJUh
aspek.
yauu
aspek
PSIKOLOGIKA Nomor 4 Tahun II
1997
Hubungan
Tnigkat
A1lig,us,1as
dangan
Penlaku
Coping S11es
aspek resigna
Dengan demikian dapat dikemukakan bah
tion, aspek pelarian diri dari masalah. aspek
wa hipotesa penelitian ditolak, sehingga ti
pengurangan beban masalah, aspek penya
dak ada hubungan yang
lahan diri dan aspek pencarian artl dengan
signifikan antara tingkat rehgiusitas dengan
denial, aspek penerimaan,
koefisien
reliabilitas sebesar 0,910.
Pada
positif dan tidak
perilaku coping sires.
angket tipe kepribadian disusun sebanyak
47 butir yang terdiri dari empat faktor, yaitu
OISKUSI faktor orientasi terhadap lingkungan,
faktor
kemampuan menghadapi resiko, faktor pe
Berdasark.an
hasil
uji hipotesis, diper
nyesuaian diri dan faktor pengambilan ke
oleh
putusan yang memiliki koefisien reliabilitas
ditolak. yaitu tidak ada hubungan yang positif
0,930.
hasit bahwa
hipotesis yang
diajukan
antara tingkat religiusitas dengan perilaku
Pemyataan dari angket tingkat religiusi
copingstres. Dengan demikian tidak terbukti
tas terdiri dari pernyataan positif dan per
ada
nyataan negatif serta memiliki liga kemung
religiusitas dengan perilaku coping stres ya
kinan jawaban dengan sekor bergerak dari
1 sampai 3 untuk negatif dan 3 sampai 1
ilu
hubungan
yang
positif antara tingkat
semakin ttnggi tingkat religiusitas maka
belum tentu pula semakin baik perilaku cop
untuk positrt. Pada angket perilaku coping
ing sires yang dilakukannya. Dengan kata
sires memiliki empat kemungkinan jawab
lain faktor religiusilas
an, yaitu sangat sering. sering, kadang-ka
peranan
kurang
mempunyai
datam peri!aku coping stres. Ke
dang, dan tidak pernah, sedang sekor ber
mungkinan masih ada faktor-laktor lainnya
gerak dari 4 sampai
yang lebih berpengaruh pada perilaku cop
1 untuk positif dan 1
sampai 4 untuk negatif. Untuk kepribadian terdapat waban,
yaitu
ragu-ragu,
sangat
lidak
angket
tipe
ing st res.
lima kemungkinan Ja !idak
setuju,
seluju,
dan
setuju,
sangat
tidak
Faktor-laktor yang kiranya berpengaruh lebih besar pada perilaku coping sires selain tingkat religiusitas adalah sebagai berikut:
setuju, sedang sekor bergerak 1 sampai 5 untuk negatif dan 5 sampai 1 untuk posilif.
Perrama, tingkat pendidikan Sesuai dengan hipotesis yang drajukan dan berdasarkan 1dentitas variabet peneliti an, jenrs
data, dan
tujuan
penelitian yaitu
Pendidikan yang tinggi akan
mempe
ngaruhi perilaku coping sires indiv1du. Hal
untuk mengetahui hubungan antara tingkat
lru disebabkan karena pendidikan memung
religiusitas dengan peritaku copingstres de
kinkan individu untuk mampu memandang
ngan mengenda1ikan tipe kepribadian, usia
suatu masalah secara lebih realistis dan s1s
dan
tem pemecahannya lebih elektif. Keyakinan
jenis
digunakan
kelamin. adalah
maka
teknik
statistik
korelasi
yang
Parsial
Jenjang Ketiga.
diri, pemikiran rasional, dan dap suatu masalah
penilaian terha
merupakan
hasil
dari
kognisi yang diperoleh selama seseorang meng1kuti proses pendidikan.
Hal
ini sesuai
HASIL dengan teori yang dikemukakan ofeh Bill Perhrtungan analisis menggunakan tek
ings
dan
Moos
(1984) yang menyebutkan
nik korelasi Parsial Jenjang Ketiga, Program
bahwa tingkat pendidikan yang
SPSS ( Statistical Program tor Social Sci
dimiliki oleh individu akan mengakibatkan
ence). Dari oleh
tinggi
yang
diper
perkembangan kognitif yang lebih komplek
hasil r,,.u, = 0, 1338 dengan p > 0,05.
dan tinggi. Pada penelitian ini, subjek pene-
hasil
analisis
tersebut
PSlKOLOGIKA Nomor 4 Tahuo ll
1997
65
Rr. Hartuti Pudj1 Rahayu
litian
adalah
katakan
tampak
srtas
ruh
adalah
yang
bahwa
mahasiswa,
bahwa
dalam
wajar
tinggi.
tingkat
sehingga
coping
perilaku
dengan
Jadi
tmgkat
dapat
pendidikan
dapat
stres
di
yang
religiu
disrmpulkan
sangat
berpenga
copingstres.
perilaku
i
ng
menuh
j
a p a y a
kesadaran
kan (Mulder, bersikap
1
i
985). Kemudian
nelaah
rn,
ri
s
kat
Jawa,
termasu
has l
akhir
jalan
1
i
pada
k
yang
dan
dengan
nu
ubjek
i
di
rani (Hardjowirogo,
hati
kemudian tampak
ini
cenderung
mulut
melaku
de
drtetap
telah
. berdiamdiri,
tutup
ngan
bag annya
semuanya
kan mawas
n y a
i
men ad
bahwa
me
989). Hal
penelitian
dalam
masyara
Kedua, pengalaman
Pengalaman
atau
dapr
bila
merupakan
peroandmqan
suatu
individu
kejadtan
pengalaman
yang
itu
bahan
dalam
hampir
acuan
mengha
sama.
mengesankan
dengan
ikap
s
kukan perilaku coping
l
me a
,
kan cenderung
wajar
tuk
bah
-olah tldak
seolah
s t
res
un
ber
tres.
mengalami
s
Apa
atau
se
Keempat, usia suai
dengan
akan
individu,
menggunakan
menghadapi
tap1
srtuasr
apabila
tidak
dept
situasi
pengalaman
subjek
yang
mempunyai
bangan
sires
sebelumnya.
Thorndike
Hal
ubungan
h
bungan
(Soemanto,
ulus
stim
awal
on,
mi,
telah
melakukan
perkem
dengan
dikemukakan
1990),
resp
in,
sesuai
atau
akan
penehtian
yang
cnpraktek
atau
mengha
masa
tni
T e
membuang
dalam
pada
kan
banyak
atau
yaitu
ma
igunakannya
d
kin
ma
hu
kuat
Ketiga, kebudayaan setempat
Kebudayaan rilaku
i
il
d amb
dapat
sia.
manu
ri
da
21
Pada
i
penelitian
kat
itu
ya
,
Jawa
lam
ruh
nga
pada
dalam
dan
ndividu
l
se alu
1
977).
ada
P
t
s
sehingga
cara
dingkan
,
sebelumnya
enyerap rular-nltai iri (Biren
d
sa
masadewa
rnlai
penyesuaian
dengan
-nila, .
diri
-masa
masa
sehingga
copingyang
ividu
m
mempengaruhi
menyera
ka de
ind
pe
p
cara
res
rtai
rkembangan
mengalam
baik
be
dise
cara penyesuaian
i
i
tam
da
1ni,
dapa t
awal,
kognis1
cara ber
kehidupan,
apabila
dtban
perkembangan
pengaruhi
mem
dilakukannya.
yang
j
rkan
Berdasa
hasil
penelilian
y a n g
telah
sub ek dilakukan
dengan
kin
1
tingg
rsikap "sabar; nrima.
dapat
disimpulkan
ltngkat
retiqiusttas
sema
bahwa
dimilik
yang
1
be
Yang Memberi H1dup,
itu
be
Schale,
dan
rilaku coping
usia
da
rpe
sangat
berpe
rpikir, cara
lam cara
ang
Usia
rtambahnya kemampuan
kehidupan,
pixir,
l
adalah
terkategori
be
da
y
yang
awa .
pe
ngan
dan
semua
ang
mem
indivrdu
yang
pe r
lum
bahwa
caya
d
rtambahan
rena
d a n
tahun,
ewasa
masa
oleh
sumeleh
35
PENUTUP
berpengaruh
masyara
ya,
kekhasann
jek pada penelitian ini
sub
sampa
perilaku
itu.
pe
Usia
saat
indrvidu
apabila
Da!am
pengalaman
d i
kurang
dewasa
Law of Exercise
teon
km
tersebut.
coping
perilaku
lagi
sama,
berusia
itu
maka
baru
yang
tersebut
hampir sama.
penga!aman
bentuk
individu
pengalaman
yang
mengesankan,
mencari
oleh
ma k a
rus dr
tentu
ha
kannya
perilaku
pun
bersangkutan,
copingstres
semaktn
maka
yang
be
dilaku
baik.
kerjakan". Menurut Hardjowirogo (1989), ku Adapun
rang
benar
j1ka
orang
terus
saja
nya kalau
i
nas bnya
lebih
coping endiri, berarti
s
i
nas b
66
Tuhan
yang
erhadap
kira
perilaku
s
endiri
dan
stres
vidu
indi
dalam
penehtian
ini
Tingkat
pendidikan,
galaman,
pen
rtenma kasih
be
kebudayaan
kepada
!ainnya
t
perca
adalah: pada
berpengaruh
tidak baik. Menerima {nnma)
berarti tahu tempatnya y a
tor
faktor·fak
geluh
men
karena kepuasan
dalam
setempat.
usra.
-
me
PSIKOLOGIKA Nomor 4 Tahun
II
1997
Hubuogan
Saran yang dapat dikemukakan oleh pe
T1ogka1
Aehg1Js11as
ing, A.G.
an Moos,
Bill
cl
neliti sehubungan dengan hasi1 penelitian
Si
adalah sebagai berikut:
Adult with
Pertama, penelitian
ini
res.
dapal menjadi
and
Pen/aku
R
Social
.H.
Copinr; Sues
.
oping,
1984
C
esources
Among
R
epression. Journal
nipolar
U
D
of Personality and Social Psychology. ume 46.
acuan pada penentlan-peneiinan yang mern bahas perilaku
deogao
Vol
coping stres, yailu bahwa
J.E. and Scha e
ren,
Bi
l
K.W.
,
edit).
.
(
1977
masih ada faktor-faktor yang lebih berpe
Handbook o The Psychology of Agmg. f
ngaruh pad a perilaku coping sires apabila ew
rk:
N
on
Yo
ducational
Litt
sh·
E
Publi
dibandingkan dengan faktor tingkat religiusi ing
nc.
I
oenor
tas seperti: faktor usia, faktor tingkat
dikan, laktor pengalaman, dan faktor kebu
tzin,
.
Boo
R
R
oftus, E.F. and
.,
ajonc,
L
Z
. Psychology Today An Intro
dayaan setempat. Dari keempat faktor ter
R. B.
sebut dapat drccba dicari hubungannya de
duction.
1983
ew
ork:
N
andsun
Y
R
use.
Ho
ngan petilaku copingstres individu. Misatnya aradjat.
D
dengan menelitr perbedaan antara masa
Penerbrt maja aw al dengan
remaja
I/mu Jiwa Agama.
1978.
akarta:
J
re ulan
ntang.
B
Bi
akhir, perbedaan
antara tingkat pendidikan SMA dengan ting
Dister,
. Pengalaman
. S.
N
vasi Beragama.
kebudayaan yang satu dengan yang lain·
Agama.
nya, dengan perilaku copingstres yang dita
P
kukan individu tersebut. Sedangkan
dan
1982
kat pendidikan SD atau perbedaan antara
J
akarta:
embangunan
Moti
Pengantar Psiko/ogi embaga
enunjang
L
asional
P
eppmas).
N
(L
faktor armezy.
and
N.
G
uttler, M.
A
1983.
Strees,
tingkat religiusitas individu tersebut dapat
Coping, and Development In Children. diabaikan. ew
N
Kedua, sedangkan untuk proses seting,
laktor
tingkat
religiusitas individu
tersebut juga dapat diabaikan.
ori<: Mc.
w-Hill
Y
Gra
k
Boo
ompany.
C
kon
begitu konselor dapat menyarankan pada
. Manusia Jawa.
ardjowirogo, M.
H
karta:
Walaupun
Id es. ti
klien bahwa religiusitas yang dimilikinya itu
V.
C
1989
a
J
aji Masagung.
H
Obat Penyembuh Jiwa.
. Agama
1993
akarta: Tabloid
umat.
J
J
dapat membantu klien dalam hal kelenang an psikis, tanpa mempengaruhi klien terse
azarus,
L
R.
S.
1976
Tokyo: Mc.
but dalam melakukan copingstres.
Mappiare,
A.
. Pattern of Adjusment.
raw-Hill Kogaluska,
G
D.
LT
Psikologi Orang De
1983.
wasa. Surabaya
:
aha
asional.
Us
N
DAFTAR PUSTAKA Mulder, Altman, S., Valwnsy.
E
&
odgets,
H
Organizational Behavior:
.
wa.
.
A
1985
. Pribadi dan Masyarakat d i Ja
1985
akarta:
rawirohardjo.
ew
N
ork:
Y
S
arapan.
H
Theory and P
Practice.
inar
J
Academic
. Stres Tinjauan Dan Se
1985
ress.
P
gi Fisik dan Sosio Budaya. Semarang
:
I
nc. ayasan
Y
astaman,
B
H
.O.
.
1995
hin, M.,
takan Kedua.
Ce
Kedua.
ditor:
E
uad
F
ashori.
N
osano,
R
1984.
oping With
C
H.,
hest
C
ut,
N
ob Strees and
J
yakar
Yog
urnout
n The
B
ayasan lnsan
Y
.,Morch,
M
etakan
C
D.E.
ta:
harma.
O
lntegrasi Psikologi S
dengan Islam.
dya
Wi
il& Penerbit
Kam
I
uman
H
ervice. Jour
S
us
P
nal of Personality and Social Psycho taka
elajar.
P
logy. Vo
me 46.
lu
PSIKOLOGIKA Nomor 4 Tahun II
1997
omor
N
.
4
67
Ar.
Hartutr
PudJt Rahayu
Soemanto,
1990.
Psiko/ogi Pendidikan.
Jakarta: Renika Cipta.
Support, and combat related Post trau matic Stres
Disorder:
A Prospective
Study. Joumal of Personality and So Solomon,
Z.,
Mario,
M.
and Avit Zur,
E.
cial Psychology. Volume 55. Nomor 2. 1988. Coping, Locus of control. Social
• • •
68
PSIKOLOGIKA Nomor 4 Tahun ti
1997