HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Oleh : FEBRI RACHMAWATI 01320330
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
( Dr. Sukarti )
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN
Febri Rachmawati Dr. Sukarti
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen. Dugaan awal yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen. Semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecenderungan perilaku delikuen, demikian sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi kecenderungan perilaku delikuen. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja sekolah menengah atas. Jumlah populasi sebesar 75 orang. Skala religiusitas terdiri dari aspek-aspek religiusitas terdiri dari : (1) Iman (seberapa kokoh keyakinan), (2) Ihsan (seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianut), (3) Amal (sejauh mana perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari), (4) Ibadah (sejauh mana pelaksanaan ibadah seseorang), (5) Ilmu (seberapa jauh pengetahuan tentang agama), berdasarkan teori Ancok (1994), sedangkan kecenderungan perilaku delikuen dengan menggunakan alat ukur berupa skala kenakalan remaja yang disusun berdasarkan aspek-aspek kenakalan ramaja yang diambil dari teori Hurlock (1973) dan Jensen (dalam Sarwono, 2002) terdiri dari (1) Perilaku yang melanggar aturan dan status, (2) Perilaku yang mengakibatkan korban fisik, (3) Perilaku yang mengakibatkan korban materi, (4) Perilaku yang membahayakan orang lain, (5) Perilaku yang membahayakan diri sendiri. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis korelasi product moment dari Pearson. Data yang di dapat akan dianalisis menggunakan bantuan program SPSS 13,0 for windows, menunjukkan hubungan religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen memiliki angka korelasi sebesar r=-0,685 dengan p=0,000. Rxy -0,685, yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen atau semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah kecenderungan perilaku delikuen, demikian sebaliknya semakin rendah religiusitas semakin tinggi kecenderungan perilaku delikuen yang dilakukan. Jadi hipotesis penelitian terbukti. Kata Kunci: Religiusitas, Kecenderungan Perilaku Delikuen
Pengantar
Latar Belakang Masalah Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni, 1993). Kenakalan remaja atau yang disebut dengan juvenile deliquency merupakan perbuatan, kejahatan, pelanggaran yang dilakukan remaja remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila dan menyalahi norma-norma agama (Sudarsono, 1995). Fenomena-fenomena terjadinya kenakalan remaja seperti tawuran pelajar yang terjadi di Yogya. Aksi tawuran itu dilakukan para pelajar sebuah SMA swasta di simpang empat SGM jalan Kusumanegara Yogya yang menyerang salah satu SMA. Aksi tawuran tersebut berhasil digagalkan oleh petugas gabungan Buser Samapta Poltabes dan Reskrim Polsektabes Umbulharjo Yogya. Sekitar 20 pelajar diamankan dan dibawa ke Polsektabes Umbulharjo untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Petugas memeriksa beberapa senjata tajam dan pentungan yang dibawa para pelajar. Pihak sekolah tempat mereka menuntut ilmu dan para orang trua sudah diberitahu perihal ulah ke 20 pelajar
itu (Kedaulatan Rakyat, 3 November 2007). Contoh lain tiga pelajar SMA dan SMK digrebek polisi saat sedang pesta seks dikamar hotel favorit di jalan Veteran, Kota Pamanukan, Kabupaten Subang, Cirebon, pukul 17.30. Mereka dicurigai oleh warga sekitar karena saat memasuki hotel masih memakai seragam sekolah (Jawa Pos, 30 Maret 2008). Berdasarkan hasil beberapa penelitian ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak (Hawari, 1997). Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah pola asuh orang tua yang terlalu permisif termasuk diantaranya adalah religiusitas. Religiusitas menjadi nilai yang paling multi dimensi karena menyangkut banyak dimensi yang tidak hanya berkaitan dengan masalah hubungan manusia dengan Tuhan-Nya namun juga menyangkut masalah kehidupan sosial dan
bagaimana mengatur dirinya sendiri. Religiusitas sendiri diartikan sebagai kadar kualitas keagamaan seseorang yang menyangkut dimensi pengetahuan, keyakinan, peribadatan, pengamalan dan penghayatan (Diana, 1999). Di dalam religiusitas mengenal adanya standar moral yang memberikan kejelasan konsep-konsep yang baik dan buruk. Oleh karenanya apabila orang tua tidak memberikan penghayatan dan pengamalan religiusitas maka remaja akan tumbuh dalam kondisi dimana tidak dapat mengenali hal mana yang baik dan hal mana yang buruk bagi dirinya maupun bagi orang lain. Pada anak yang tidak mengenal nilai-nilai religiusitas maka akan mempunyai sifat kurang bertanggung jawab, sulit dikendalikan. Perilaku yang sering melangar peraturan tersebut akan membentuk penolakan dari lingkungan dan akibatnya kepercayaan diri goyah dan membuat perkembangan moralnya terganggu. (Atmaka, 1984). Sebaliknya pada anak yang mengenal religiusitas maka akan mengembangkan sikap, keyakinan, cara berfikir dan berperilaku tertentu yang mereka rumuskan dalam bentuk kebiasaan yang sangat positif; kebiasaan untuk selalu berorientasi pada apa yang dapat dilakukan dan apa yang telah dilakukan, dan kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk peningkatan kualitas hidup mereka (Brech, 2001:6). Adanya nilai-nilai religiusitas, maka ketika remaja menjalani kehidupan bermasyarakat akan mampu mempertimbangkan dan memutuskan akibat dari tindakannya terhadap orang lain. Dengan kata lain, remaja tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial.
Diharapkan dengan mengenalkan remaja terhadap nilai-nilai religiusitas akan menghindarkan diri dari perilaku yang termasuk juvenile delinquency. Oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk mengangkat penelitian yang mengkaji hubungan antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delinkuen.
Metode Penelitian
Subjek Penelitian Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja sekolah menengah atas. Jumlah populasi sebesar 75 orang. Adapun karakteristik subjek yang digunakan sebagai berikut : a. Remaja Sekolah Menengah Atas yang berusia antara 14-17 tahun. b. Bertempat tinggal di wilayah Yogyakarta atau menempuh pendidikan di wilayah Yogaykarta
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala questionare tertutup. Dengan bentuk skala semacam ini subjek telah diberi beberapa alternatif jawaban dan subjek diminta untuk memilih salah satunya.
Alat Ukur Penelitian ini menggunakan dua alat ukur berupa skala religiusitas dan skala kenakalan remaja. Uji coba alat pengukuran skala religiusitas dan skala kenakalan remaja dilakukan secara acak kepada remaja sekolah menengah atas.
Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah korelasi product moment (r) dari Pearson. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi 13.0.
Deskripsi Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang berupa angka-angka dideskripsikan agar lebih memberikan manfaat dan gambaran mengenai subjek penelitian, dari data terkumpul dapat diketahui : Mean Hipotetik dan Mean Empirik Tabel 5 Deskripsi Data Penelitian
Variabel
Skor Empirik X Min
Religiusitas Kecenderungan perilaku delikuen
XMax Mean
Skor Hipotetik SD
X Min
Xmax Mean SD
109
188
145
18
50
200
100
2,0
43
99
70
15
50
200
100
2,0
Tujuan penelitian mean hipotetik dan mean empirik adalah untuk mengetahui tinggi rendahnya subjek penelitian mengenai Religiusitas dan Kecenderungan perilaku delikuen sehingga nantinya akan dikategorikan sebagai berikut: ?
Sangat tinggi (X>m + 1,5 SD )
?
Tinggi (m + 0,5 SD < X = m + 1,5 SD )
?
Sedang (m – 0,5 SD < X = m + 0,5 SD )
?
Rendah (m – 0,5 SD < X = - 0,5 SD )
?
Sangat Rendah (X = m-1.5 SD ) Azwar (1997) mengatakan bahwa Distribusi normal terbagi dalam enam
satuan standar yaitu tiga bagian berada di sebelah kiri dan tiga di sebelah kanan. Skala Religiusitas terdiri dari 50 pertanyaan, setiap item diberi skor 1 sampai 4. Rentangan skor adalah 50 x 1 (jumlah item dikali skor terendah) sampai 50 x 4 (jumlah item kali skor tertinggi) yaitu 50 sampai dengan 200 dengan jarak sebaran 200 – 50 = 150. Berdasar perhitungan data deskriptif penelitian Religiusitas termasuk dalam kategori sedang.
Tabel 6 Kategori Skor Variabel Religiusitas
Skor X > 172.28
Kategori Sangat Tinggi
Jumlah Prosentase 4.00
5.33%
154.05< X = 172.28
Tinggi
21.00
28.00%
135.82< X = 154.05
Sedang
24.00
32.00%
117.59< X = 135.82
Rendah
20.00
26.67%
6.00
8.00%
X = 117.59
Sangat Rendah
Sedangkan skala kecenderungan perilaku delikuen terdiri dari 50 pertanyaan, setiap item diberi skor 1 sampai 4. Rentangan skor adalah 50 x 1 (jumlah item dikali skor terendah) sampai
50 x 4 (jumlah item kali skor
tertinggi) yaitu 50 sampai dengan 200 dengan jarak sebaran 200 – 50 = 150. Berdasar perhitungan data deskriptif penelitian Kecenderungan perilaku delikuen termasuk dalam kategori rendah. Tabel 7 Kategori Skor Variabel Kecenderungan perilaku delikuen
Skor X > 125,40
Kategori Sangat Tinggi
Jumlah
Prosentase
5,00
6,67%
106,33< X = 125,40
Tinggi
21,00
28,00%
87,26 < X = 106,33
Sedang
22,00
29,33%
68,2< X = 87,26
Rendah
24,00
32,00%
3,00
4,00%
X = 68,2
Sangat Rendah
Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa mean Religiusitas sebesar 145 berada dalam kategori sedang, sedangkan mean Kecenderung an perilaku delikuen sebesar 70 berada dalam kategori rendah.
Hasil Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan dengan teknik korelasi product moment, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dan uji linearitas ini merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. (Hadi,2000) Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan teknik one sample kolmogorov smirnov tes dari program SPSS 13,0 for windows diperoleh hasil sebaran skor variabel religiusitas dalam normal (K.S.Z) = 0,865 (p= 0,443 atau p> 0,05). Hasil sebaran skor variabel kecenderungan perilaku delikuen adalah normal (K.S.Z) = 0,669 (p = 0,763 atau p > 0,05) Uji Linearitas Uji linearitas dengan menggunakan fasilitas dari program SPSS 13,0 For windows terhadap variabel religiusitas dan kecenderungan perilaku delikuen menunjukan hasil linear (F = 82,056 p = 0,000) dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan variabel religiusitas dan variabel kecenderungan
perilaku delikuen mengikuti garis linear (membentuk garis lurus). dan kecenderungan menyimpang dari garis linearnya sebesar p = 0,106 atau p > 0,05. Uji Korelasi Analisis data untuk korelasi antara variabel penerimaan diri variabel religiusitas menggunakan korelasi product moment Pearson melalui prosedur bivariate correlation dari program SPSS 13,0 for windows. Dari hasil analisis diperoleh besarnya koefisien korelasi antara variabel religiusitas dan kecenderungan perilaku delikuen diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 8 Uji Product Moment Pearson Antara Religiusitas dan Kecenderungan perilaku delikuen
Religiusitas Religiusitas
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N
Kecenderungan
Pearson Correlation
perilaku delikuen
Sig. (2-tailed) N
Kecenderungan perilaku delikuen -.685(**) .000
75
75
-.685(**)
1
.000 75
75
Hasil analisis Uji product moment Pearson antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen menunjukkan bahwa nilai Rxy -0,685. . Dengan kata lain terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen, dengan demikian
hipotesis penelitian diterima. Dalam hubungan ini maka apabila tingkat religiusitas tinggi maka kecenderungan perilaku delikuen rendah, demikian sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi kecenderungan perilaku delikuen diterima . Sedangkan hasil uji korelasi product moment Pearson untuk tiap aspek dari perilaku delikuen dan religiusitas hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 9 Uji Product Moment Pearson untuk tiap aspek Antara Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Delikuen
Iman Perilaku yang Merusak Aturan dan Status Perilaku yang Membawa Korban Fisik Perilaku yang Membawa Korban Materi Perilaku Membahayakan Orang Lain Perilaku Membahayakan Diri Sendiri
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed) Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
-,495(**) ,000
Ihsan
Amal
Ilmu
-,283(*) -,476(**) -,416(**) -,437(**) ,014
,000
-,398(**) -,321(**) -,304(**) ,000
Ibadah
,005
,008
,000
,000
-,290(*) -,364(**) ,012
,001
-,503(**) -,296(**) -,556(**) -,477(**) -,538(**) ,000 -,678(**) ,000
,010
,000
,000
,000
-,237(*) -,428(**) -,454(**) -,464(**) ,041
,000
,000
,000
-,573(**) -,342(**) -,523(**) -,534(**) -,546(**) ,000
,003
,000
,000
,000
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa : a. Perilaku yang Merusak Aturan dan Status berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,495 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ihsan (Rxy=-0,283 , p=0,014), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Amal (Rxy=-0,476 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ibadah (Rxy=-0,416 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ilmu (Rxy=-0,437 , p=0,000). b. Perilaku yang Membawa Korban Fisik berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,398 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ihsan (Rxy=-0,321 , p=0,005), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Amal (Rxy=-0,304 , p=0,008), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ibadah (Rxy=-0,290 , p=0,012), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ilmu (Rxy=-0,364 , p=0,001). c. Perilaku yang Membawa Korban Materi berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,503 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ihsan (Rxy=-0,296, p=0,010), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Amal (Rxy=-0,556 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ibadah (Rxy=-0,477 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ilmu (Rxy=0,538, p=0,000).
d. Perilaku Membahayakan Orang Lain berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,678 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ihsan (Rxy=-0,237 , p=0,041), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Amal (Rxy=-0,428 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ibadah (Rxy=-0,454 , p=0,00), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ilmu (Rxy=-0,464 , p=0,000). e. Perilaku Membahayakan Diri Sendiri berkorelasi negatif dan signifikan dengan Iman (Rxy=-0,573 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ihsan (Rxy=-0,342 , p=0,003), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Amal (Rxy=-0,523 , p=0,000), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ibadah (Rxy=-0,534 , p=0,00), berkorelasi negatif dan signifikan dengan Ilmu (Rxy=-0,546 , p=0,000).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kecenderungan perilaku delikuen. Semakin tinggi religiusitas yang dimiliki remaja pelajar SMA, maka semakin rendah kecenderungan perilaku delikuen, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas yang dimiliki pelajar SMA, maka semakin tinggi kecenderungan perilaku delikuen.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka penulis mengajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pelajar SMA Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan bagi
pelajar SMA untuk
memperhatikan bahwa kenakalan remaja tidak hanya disebabkan dari faktor religiusitas saja namun juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain religiusitas, misalkan: pengaruh teman sebaya, kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, serta khususnya peran orangtua, krisis identitas dan sebagainya. 2. Bagi Sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan bagi sekolah agar aparat sekolah seperti kepala sekolah, guru, pengawas sekolah dan guru BP agar lebih menerapkan disiplin dan kegiatan yang positif yang dapat meningkatkan kualitas remaja yang posotif dan lebih produktif nantinya. Adanya pengawasan yang ketat dilingkungan sekolah untuk menghindarkan dari siswa yang bolos pada saat jam pelajaran sekolah. Lebih meningkatkan komunikasi antara siswa dan guru sehingga dapat di capai hubungan yang baik antara keduanya. 3. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti lain yang memiliki minat untuk melakukan penelitian terhadap kecenderungan perilaku delikuen remaja SMA, penulis menyarankan untuk lebih
memperhatikan faktor-faktor diluar religiusitas. Faktor-faktor tersebut antara lain pola asuh, faktor lingkungan terutama teman sebaya, dan lain-lain. Dengan demikian diharapkan akan menghasilkan penelitian-penelitian lain yang berkesinambungan dan dapat memberi manfaat yang lebih luas bagi dunia psikologi.