KORELASI RELIGIUSITAS REMAJA DENGAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT LINGKUNGAN PERINDUSTRIAN KELURAHAN NGEMPON, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh : DARMI NIM: 11108146
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
i
ii
SKRIPSI KORELASI RELIGIUSITAS REMAJA DENGAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT LINGKUNGAN PERINDUSTRIAN KELURAHAN NGEMPON, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 DISUSUN OLEH
DARMI NIM: 11108146 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 12 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
: Suwardi, M. Pd
________________
Sekretaris Penguji
: Drs. Djoko Sutopo
________________
Penguji I
: Miftachur Rif’ah, M. Ag
________________
Penguji II
: Benny Ridwan, M. Hum
________________
Penguji III
: Siti Rukhayati, M. Ag
________________
Salatiga, 12 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
iii
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah terbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang ada maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 7 Agustus 2012 Penulis
DARMI NIM: 11108146
iv
MOTTO
ﺍﺮﺴﺮِ ﻳﺴ ﺍﻟﹾﻌﻊﺇِﻥﹶّ ﻣ “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”(QS. Al-Insyiroh : 6) Kecerdikan orang berakal adalah beberapa kecerdasan orang yang lupa Do what you can, with what you have, where you are ! ( Lakukan apa yang kamu bisa, dengan apa yang kamu punya, dimanapun kamu berada).
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya
sehingga
berjudul”KORELASI SOSIAL
DI
penulis
dapat
RELIGIUSITAS
MASYARAKAT
menyelesaikan REMAJA
skripsi
DENGAN
LINGKUNGAN
ini
yang
PERILAKU
PERINDUSTRIAN
KELURAHAN NGEMPON, KEC. BERGAS, KAB. SEMARANG TAHUN 2012”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana Pendidikan Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kepada Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Kepada Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.si selaku ketua Progdi jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Kepada Ibu
Siti Rukhayati, M.Ag selaku dosen PA sekaligus dosen
pembimbing skripsi. 4. Kepada Bapak Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran yang luar biasa dan menjadi inspirasiku. 5. Kepada KH. Mahfud Ridwan, Lc selaku pengasuh Ponpes Edi Mancoro. 6. Kepada kedua orangtuaku yang telah memberikan curahan kasih sayang yang tiada tara dan motivasi hidup. vi
7. Kepada kakak dan adikku serta keponakanku yang lucu-lucu Fara, Maulita, Willa, Fayat. 8. Kepada teman-temanku seperjuangan di kelas PAI E (Anis,Mum,Anip, Arifah dll) dan teman-teman di TBI(Ratna, Nastiti, Fahmi, Ari W, Mazi,dll) don’t forget me dan teman-teman seperjuangan angkatan 2008. 9. Kepada teman-teman di Ponpes Edi Mancoro(Mbk Khoir, Mbak Bunga, Mbak Ima, Dik Risa, Dik Nurul, Dik Asha, Dik Icha, Dik Sani, Dik Ilham, Nahrudin, Dik Hasan, Mas Heri) 10. Kepada mas Dedy, mas Taufiq di UNY, Muhammad Ali mas’ud, Fitri Fauziah Ulfa, Okventia R. Lutan, Budhe Eko & Pakdhe Har. Demikian ucapan terima kasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdo’a semoga bantuan dan bimbingan serta do’a dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Salatiga, 7 Agustus 2012
Penulis
DARMI NIM 11108146
vii
ABSTRAK Darmi. 2012. Korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial di masyarakat Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Skripsi Jurusan Tarbiyah Program studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Siti Rukhayati, M. Ag. Kata Kunci : Religiusitas Remaja dan Perilaku Sosial Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon,Kec. Bergas, Kab. Semarang tahun 2012. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana religiusitas remaja lingkungan perindustrian di Kelurahan Ngempon? (2)Bagaimana perilaku sosial remaja di masyarakat lingkungan perindustrian di Kelurahan Ngempon? (3) Adakah korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon? Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, subyek penelitian dengan populasi sebanyak 120 orang dan sampel 50 orang, menggunakan teknik observasi, pengamatan dan pengumpulan data melalui kuesioner. Data penelitian yang telah terkumpul dengan menggunakan analisis statistik dengan rumus product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) religiusitas remaja di Kelurahan Ngempon masuk dalam kategori sedang, (2) perilaku sosial di kelurahan Ngempon masuk dalam kategori tinggi, (3) Ada korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian secara kuantitatif untuk Korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kec. Bergas, Kab. Semarang terbukti bahwa r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan (0,444) lebih besar dari nilai r table 5% (0,297) dan 1% (0,361) atau dapat dikatakan 0,297 <0,444> 0,361.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................
ii
PENGESAHAN............................................................................................
iii
DEKLARASI ..............................................................................................
iv
MOTTO .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................
8
C. Tujuan Penelitian ...............................................................
9
D. Hipotesis Penelitian ...........................................................
9
E. Kegunaan Penelitian ..........................................................
10
F. Definisi Operasional ...........................................................
l0
G. Metode Penelitian ..............................................................
19
H. Sistematika Penulisan Skripsi .............................................
24
LANDASAN TEORI A. Religiusitas Remaja ...........................................................
25
B. Perilaku Sosial ..................................................................
35
C. Korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial .........
51
ix
BAB III
BAB IV
BAB V
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Kelurahan Ngempon ..............................
54
B. Penyajian Data Penelitian ...................................................
58
ANALISIS DATA A. Religiusitas Remaja ...........................................................
56
B. Perilaku Sosial di masyarakat .............................................
57
C. Pembahasan .......................................................................
73
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
74
B. Saran ..................................................................................
75
C. Kata Penutup ......................................................................
76
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penduduk Kelurahan Ngempon dalam Kelompok Umur dan jenis Kelamin ........................................................................................................ 55 Tabel 3.2 Mata Pencaharian (bagi usia 17 tahun ke atas) .............................. 56 Tabel 3.3 Pemeluk Agama ............................................................................ 56 Tabel 3.4 Data nama-nama responden dari Religiusitas Remaja dan Perilaku Sosial. .......................................................................................................... 58 Tabel 3.5 Skor Religiusitas Remaja .............................................................. 60 Tabel 3.6 Skor Perilaku Sosial ...................................................................... 62 Tabel 4.1 Rekapitulasi Religiusitas Remaja .................................................. 56 Tabel 4.2 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial ........................................................................................................... 70
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk individual dan makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia memiliki tiga fungsi yaitu sebagai makluk Tuhan, individu dan sosial. Manusia sebagai makhluk individual karena adanya dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia dengan sekitarnya, adanya dorongan manusia untuk mengabdi pada masyarakat. Manusia dikatakan sebagai makluk sosial, dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk hidup berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS Al-hujurat: 13 yaitu
ﺎﺋِﻞﹶﻗﹶﺒﺎﻭﻮﺑﻌ ﺷﺎﻛﹸﻢﻠﹾﻨﻌﺟﺜﹶﻰ ﻭﺃﹸﻧ ﺫﹶﻛﹶﺮٍ ﻭ ﻣِﻦﺎﻛﹸﻢﻠﹶﻘﹾﻨّﺎ ﺧ ﺇِﻧّﺎﺱﺎ ﺍﻟﻨّﻬﺎ ﺃﹶﻳﻳ ِﺒﲑ ﺧﻠِﻴﻢ ﻋ ﺇِﻥﹶّ ﺍﻟﻠﹶّﻪﻘﹶﺎﻛﹸﻢ ﺍﻟﻠﹶّﻪِ ﺃﹶﺗﺪ ﻋِﻨﻜﹸﻢﻣﻓﹸﻮﺍ ﺇِﻥﹶّ ﺃﹶﻛﹾﺮﺎﺭﻌﻟِﺘ Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal(Al-Hujurat:13). Manusia dan masyarakat hidup dalam dua lingkungan yaitu lingkungan alam dan lingkungan masyarakat. Dalam kedua macam lingkungan ini manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. 1
2
Dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. Manusia juga mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan secara rohani sering disebut agama. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Muhammad Fauzi(2007: 3) Joachim Wach mengungkapkan tentang agama yaitu: Agama merupakan perbuatan manusia yang paling mulia dalam kaitannya dengan Tuhan Maha Pencipta, kepadaNyalah manusia memberikan kepercayaan dan membangun keterikatan yang sesungguhnya. Dan agama sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain tetapi, juga sesuatu yang dibenamkan dalam lubuk hati pribadi supaya bisa mengenalnya dengan pasti karena agama bersentuhan dengan halhak yang mutlak, dalam semua hal merupakan sesuatu yang utama. Agama akan selalu berkaitan dengan manusia, baik ia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Secara eksistensial-fitrati agama dipandang sebagai”homo religious”, agama merupakan dimensi kebutuhan hidup yang sangat penting. Mengutip pandangan Peter L. Berger, agama merupakan sesuatu hal yang sangat penting, sampai kapanpun. Sebab agama menurut Berger, adalah semesta simbolik yang dapat memberi makna kehidupan bagi manusia dan memberikan penjelasan paling komprehensif tentang realitas, seperti: kematian, penderitaan dan tragedi kehidupan manusia. Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berfikir dan pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut agama. Oleh karena itu agama bagian dari kehidupan manusia juga merupakan bagian dari sosial
3
masyarakat. Dalam hidup dan kehidupan manusia, agama berfungsi pula sebagai suatu sistem nilai dan norma-norma yang mempunyai daya ubah (transformabilitas) bagi komunitas pemeluknya. Disamping itu,
agama
dijadikan sebagai kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan tuntunan agama. Agama dalam hal ini diartikan pula sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang diwujudkan oleh individu, kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi respon terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai kebenaran. Sehingga apa yang diyakini mampu berimplikasi dan merefleksi dalam perilaku kehidupan sehari-hari atau perilaku agama pada diri seseorang. Begitu pula agama sering dikaitkan dengan hal ritualisasi yang dilakukan bagi penganutnya. Salah satunya adalah remaja.
Dalam
kehidupan
keberagamaan akan
remaja,
berpengaruh
khususnya
tingkat
pengetahuan
pada sikap ataupun tatanan perilaku
sosialnya. Agama sering pula dikaitkan tentang hal-hal yang berkenaan dengan religiusitas. Religiusitas sering dipahami dengan sikap keberagamaan atau sikap patuh terhadap agama. Dalam religiusitas terdapat dimensi-dimensi agama. Tetapi masyarakat tidak terlalu paham dengan dimensi-dimensi agama karena mereka beranggapan bahwa sikap religius sering dipahami dengan hanya melaksanakan perintah-perintah yang ada. Berbicara tentang religiusitas merupakan bagian dari penciptaan suasana religi dari kehidupan manusia.
Jadi
dalam
pengertian
ini,
religiusitas
adalah
aktivitas
4
keberagamaan ditinjau dari sudut nilai-nilai agama Islam yang harus diterapkan dalam kehidupan. Dari hal di atas dapat dikatakan bahwa seseorang yang sholat tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah seorang yang religius tetapi jauh dari itu seseorang yang religius adalah orang yang melaksanakan dimensi-dimensi dalam ajaran agama. Menurut Glock & Stark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu dimensi keyakinan ( ideologis), dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistic), dimensi penghayatan ( eksperiensial), dimensi pengalaman (konsekuensial), dimensi pengetahuan agama( intelektual) (Djamaluddin Ancok Fuat Nashori Suroso, 2005: 77 ). Dalam hal ini manusia melakukan hal-hal yang berkenaan dengan agama secara langsung maupun tidak langsung serta memberikan efek yang positif maupun pengaruh pada diri seseorang khususnya bagi para remaja. Baik bagi diri seseorang maupun lingkungan sekitarnya. Terlebih masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama. Hal ini menjadi sebab dikarenakan agama dapat di bandingkan dengan enjoyment, atau secara konkret dapat disamakan dengan rasa cinta seseorang. Suatu hal yang penting diketahui tentang agama ialah rasa pengabdian (dedication) atau contentment. Setiap pengikut agama merasa, bahwa ia harus cinta dan mengabdikan diri dengan seluruh kemampuannya kepada agama yang dipeluknya.
5
Rasa pengabdian ini harus dihargai dan mendapatkan tempat yang suci. Bagi tiap-tiap penganut tertentu, agama timbul dari rasa pengabdian yang seksama termasuk di dalamnya pikiran, perkataan, dan tindakan. Pengabdian merupakan keyakinan dan kesediaan kepribadian yang telah menjadi”kepribadian”. Di sini agama berkaitan erat dengan hati. Kepribadian manusia sangat lembut, semakin lembut kepribadian seseorang, maka ia semakin sensitif. Sebaliknya orang yang tidak sensitif, berarti dia tanpa perasaan atau dalam bahasa agama disebut dengan hati yang mati. Oleh karenanya setiap orang yang beragama akan mengamalkan apa yang ada dalam ajaran agamanya. Meskipun setiap orang atau individu berbeda-beda tingkatannya. Dan tingkatan tersebut akan mempengaruhi kepribadian setiap masing-masing individu. Terlebih lingkungan yang banyak mempengaruhi perkembangan pada tiap-tiap personal. Manusia cenderung bersifat dinamis. Selalu ada perubahan yang terjadi pada diri manusia. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup sedangkan SDA yang tersedia semakin menipis dan lahan kerja yang tidak memadai, keterbatasan lahan perkotaan untuk migrasi, pemerataan pembangunan dan penghematan biaya produksi menyebabkan munculnya keinginan untuk menciptakan satu hal baru yang dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih baik dengan mengubah pola hidupnya. Perubahan paling sederhana yang tampak secara spasial adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan kawasan perumahan yang tentu berdampak pada
6
beralihnya profesi masyarakat petani ke profesi lain. Hal ini mempunyai pengaruh pada pola hidup, mata pencaharian, perilaku maupun cara berpikir. Industri memberikan input kepada masyarakat sehingga membentuk sikap dan tingkah laku yang mencerminkan cara bersikap dalam bekerja. Dengan berkembangnya aspek ekonomi yaitu industrialisasi jelas akan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat walaupun secara perlahan. Masyarakat secara bertahap menerima adanya zaman baru, yaitu modernisasi. Mereka mulai belajar menerima budaya yang ditularkan negara luar karena adanya kerjasama satu sama lain dan hal itu tidak bisa dihindarkan. Mereka harus bisa menyesuaikan diri, namun hal itu tidak lantas mengharuskan masyarakat meninggalkan budaya sendiri. Secara ekonomis kini masyarakat industrialis semakin bertambah kaya, baik secara kuantitas maupun kualitas. Namun kondisi yang membaik ini menurut Mercuse adalah keadaan yang terlihat hanya dari kulit luarnya saja. Sesuatu yang menipu karena pada kenyataanya peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan manusia hanya dirasakan secara lahiriah saja. Manusia pada masyarakat industri adalah manusia yang tidah utuh nilai-nilai kemanusiaannya. Mereka terjebak dalam budaya konsumeristik hedonisme yang dipacu oleh faktor-faktor produksi. Kemajuan dibidang material justru berbading terbalik dengan merosotnya nilai-nilai moral, kebudayaan dan agama. Kemajuan teknologi dengan sokongan kapitalilsme hadir untuk membantu manusia mengisi kekosongan dalam kehidupan pribadi manusia. Alih-alih melepas lelah setelah habis bekerja seharian, orang-orang kemudian
7
mengabiskan uang dari hasil kerjanya ditempat-tempat yang telah disiapkan untuk menghilangkan kepenatan, baik itu tempat rekreasi, game zone, shooping dengan aneka barang pilihan dan yang pasti gelaran itu akan sertamerta mendorong masyarakat pada posisi konsumen dari apa yang mereka produksi sendiri. Mereka terjebak dalam gaya hidup (life style) konsumtif dan hedonis, sehingga secara tidak sadar mereka menjadi obyek pasar (http://netsains.com/2012). Masyarakat dan kebudayaan memang saling mempengaruhi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tersebut dimungkinkan karena kebudayaan merupakan produk dari masyarakat. Pengaruh yang nantinya akan membuat perubahan umumnya terjadi karena adanya tuntutan situasi sekitar yang berkembang. Sehingga, masyarakat yang awalnya masyarakat pertanian lambat laun berubah menjadi masyarakat industri. Perubahan sosial terjadi karena adanya kondisi-kondisi sosial primer, misalnya kondisi ekonomi, teknologi, georafi dan biologi. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. Seperti halnya perindustrian di daerah Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang yang identik dengan banyaknya industri-industri yang berdiri. Yang pada awalnya banyaknya areal lahan pertanian berupa sawah yang sekarang menjadi lahan perindustrian. Dari hal ini memicu banyaknya pendatang dari berbagai wilayah seperti Yogyakarta, Klaten, Boyolali, Magelang, Temanggung, Demak, Pekalongan, Pemalang
8
dan lain-lain untuk bekerja. Dari berbagai daerah yang berdatangan selain bekerja juga menetap dan bertempat tinggal di Kelurahan Ngempon. Sehingga di wilayah perindustrian Kelurahan Ngempon memilki penduduk yang padat dan bercampurbaur penduduknya dengan berbagai sikap, budaya maupun agama. Tidak jarang antara penduduk asli dan pendatang saling berinteraksi. Dan dari interaksi ini pula banyak membawa pengaruh antar keduanya sehingga memungkinkan adanya bentuk pola maupun tingkah laku yang baru pada diri individu. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masyarakat di lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, mengenai korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosialnya. Dengan demikian penulis mengadakan penelitian dengan judul :”KORELASI
RELIGIUSITAS
REMAJA
DENGAN
PERILAKU
SOSIAL DI MASYARAKAT LINGKUNGAN PERINDUSTRIAN, KELURAHAN NGEMPON, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012”
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Religiusitas Remaja di Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon, Bergas, Kabupaten Semarang? 2. Bagaimana perilaku sosial di Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon,Kecamatan Bergas, Kabupaten semarang?
9
3. Adakah korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial masyarakat di Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon,Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan jawaban-jawaban yang ingin dicari dari masalah yang ada. Jadi tujuan penelitian berhubungan dengan aspek objektivitas yang akan didapatkan dari penelitian : 1. Untuk mengetahui religiusitas remaja di Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang 2. Untuk mengetahui perilaku sosial di Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang 3. Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat
Lingkungan Perindustrian Kelurahan
Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara (belum tentu teruji) terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul yang rumusannya dapat didasarkan pada observasi pendahuluan:
10
Ada korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan
perindustrian
Kelurahan
Ngempon,
Kecamatan
Bergas,
Kabupaten semarang tahun 2012.
E. Kegunaan Penelitian Adapun manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan dalam bidang khususnya Pendidikan Agama Islam. 2. Secara Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberikan wacana bagi masyarakat di daerah lingkungan perindustrian di Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kab. Semarang. b. Penelitian ini dilakukan dengan harapan hasilnya dapat dijadikan bahan kajian dan masukan tentang peran agama di kalangan masyarakat dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
F. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahfahaman terhadap penafsiran judul, perlu adanya penjelasan berkenaan dengan beberapa istilah pokok maupun katakata yang menjadi variabel dalam penelitian ini maka perlu di berikan batasan dan penegasan dari judul. Adapun batasan istilah tersebut adalah :
11
1. Korelasi Korelasi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hubungan yang diterimanya secara langsung maupun tidak langsung dengan daya yang ada akan timbul pembentukan kepercayaan dan perbuatan. (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 849) 2. Religiusitas Religiusitas atau religiositas adalah pengabdian terhadap agama, kesalehan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 944). Pada umumnya istilah religi mengandung arti kecenderungan batin (rohani) manusia untuk berhubungan dengan kekuatan dalam alam semesta, dalam mencari nilai dan makna dari sesuatu yang berbeda sama sekali dari apa yang dikenal dan dialami manusia. Kekuatan itu dianggap suci dan dikagumi karena luar biasa.
Manusia percaya bahwa yang kudus itu ada dan di luar
kemampuan dan kekuasaannya. Oleh karenanya manusia berusaha menghormatiNya, meminta perlindungan kepadaNya dan menjaga keseimbangan dengan berbagai cara atau ritualisasi. Religiusitas menurut penulis adalah sikap patuh maupun tunduk terhadap agama melalui dimensi ritualistik dalam agama. Keagamaan menurut G.W Allport adalah perasaan agama yang matang (matur) dalam pribadi seseorang adalah sebagai suatu sifat yang menanggapi dengan senang dan dengan cara yang sudah menjadi kebiasaan suatu objek dan prinsip-prinsip konseptual yang dipandang seseorang sebagai yang sangat penting dalam kehidupannya yang
12
berkaitan dengan apa yang dipandang sebagai yang tetap dan sentral dalam segala sesuatu hari-hari khususnya lingkungan sosial masyarakat. Seorang ahli fisika yang termasyhur yaitu Albert Eintein (Muhammad Fauzi 2007: 7) memberi pandangan mengenai agama dengan teori relativitasnya yaitu : Bahwa agama muncul sebagai akibat dari perasaan misterius yang mendasar terdiri dari seni dan ilmu,dan tidak dapat dijelajahi,secara menyeluruh sehingga menimbulkan kepatuhan karena Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang misterius,maka tidak dapat dipraktikkan mengenai tindakannya,dan oleh karena itulah pengetahuan manusia pada akhirnya memiliki keterbatasan.Dengan kata lain bahwa agama dipandang sebagai suatu norma yang mengatur kehidupan manusia yang diyakininya,dan dengan berdasarkan kepada keyakinan itu,manusia melakukan bentuk pengabdian dalam bentuk perilaku agama yang diyakini. 3. Remaja Remaja adalah etape usia mulai dewasa, sampai umur kawin (Depdiknas, 2005 : 704). Sedangkan menurut Zakiah Daradjat remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanakkanak menuju dewasa atau masa perpanjangan kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Daradjat, 1970 :60). Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat (http://netsains.com/2012). Adapun indikator dari religiusitas remaja :
13
a.
Melaksanakan sholat lima waktu
b.
Melaksanakan wiridan setelah sholat
c.
Melaksanakan sholat sunah sebelum ataupun sesudah sholat fardhu
d.
Melaksanakan sholat dhuha dan sholat tahajud
e.
Menjalankan puasa sunnah
f.
Menjalankan puasa Ramadhan
g.
Membaca ayat suci Al-qur’an
h.
Memakai kerudung/ jilbab bagi remaja perempuan dan mengenakan peci bagi laki-laki.
i.
Berdoa setiap melakukan sesuatu.
j.
Berkata sopan, baik, jujur, ramah.
4. Perilaku Perilaku adalah tindakan, perbuatan/reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tingkah laku atau ucapan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup keseharian (Zakiah Daradjat,1995 : 10).
Sedangkan menurut Hasan Langgulung, tingkah laku adalah segala aktifitas seseorang yang diamati. Sosial adalah suatu upaya untuk menghargai harkat manusia. Jadi perilaku sosial adalah tindakan, perbuatan dan tingkah laku individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran untuk menghargai harkat manusia.
14
5. Masyarakat Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu (Jalaluddin,1996: 230). Prof. M.M Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Jelasnya : Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungan (http://netsains.com/2012). Ciri-ciri masyarakat industri yaitu : a.
Secara Umum 1) Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar 2) Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi) 3) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor pabrik. 4) Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang pekerjaan yang lebih komplek 5) Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat industri. 6) Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum urban.
b.
Secara Khusus 1) Pertama Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan
15
hasil peternakan. Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya. 2) Kedua Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada manajemen
pemasaran,
akuntansi
untuk
kegiatan
administrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri. Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila bidangnya tidak
berhubungan
dengan
produksi,
misalkan
bidang
keagamaan, sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat
16
ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan. 3) Ketiga Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi. Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan psikis,
rasa
ketegangan,
persaingan,
ketakutan
terhadap
ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering
dijadikan
tempat
hiburan
untuk
menghilangkan
ketegangan. c.
Perilaku Masyarakat Industri 1) Masyarakat industri pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa tergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu.
17
2) Kesempatan kerja lebih banyak diperoleh warga kota karena sistem pembagian kerja yang tegas dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya (prfesionalisme) 3) Pola pemikiran yang raional, sistematis dan objektif yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan menyebabkan interaksiinteraksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi. 4) Faktor waktu lebih penting dan berharga, sehingga pembagian waktu yang sangat teliti sangat penting untuk mengejar kepentingan individu. 5) Para pengelola industri akan menciptakan aturan-aturan yang berlaku sesuai tuntutan dalam dunia industri yang jauh berbeda dengan aturan masyarakat agraris. 6) Aktivitas yang dilakukan masyarakat industri pun berbeda dengan masyarakat agraris. Mereka cenderung lebih menghargai waktu, hidup serba cepat, jam kerja mereka lebih jelas, kerja tersistematisasi, persaingan ketat di berbagai aspek, dan sebagainya. 7) Mereka juga cenderung lebih menggunakan rasio dalam memutuskan sesuatu ataupun bertindak. 8) Perubahan sosial sangat nampak dengan nyata, karena kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Masyarakat menurut Elizabeth K. Nottingham dalam bukunya Jalaluddin dibagi dalam tiga tipe. Pertama, masyarakat yang terkebelakang
18
dan memiliki nilai-nilai sakral yaitu setiap anggota masyarakat menganut agama yang sama, oleh karenanya keanggotaan dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Kedua masyarakat praindustri yang sedang berkembang yaitu masyarakat yang organisasi keagamaan sudah terpisah dari organisasi kemasyarakatan. Di masyarakat ini organisasi keagamaan merupakan organisasi formal yang mempunyai tenaga profesional tersendiri, walaupun agama masih memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam kehidupan masyarakat, namun pada saat yang sama lingkungan yang sakral dan yang sekuler masih dapat dibedakan. Agama sudah tidak sepenuhnya menyusup ke aktivitas kehidupan masyarakat, walaupun masih ada anggapan bahwa agama dapat diaplikasikan secara universal dan lebih tinggi dari norma-norma kehidupan sosial sehari-hari pada umumnya. Nilai-nilai keagamaan dalam masyarakat tipe ini menempatkan fokus utamanya pada pengintegrasian tingkah laku perorangan dan pembentukan citra pribadinya. Ketiga masyarakat industri sekuler yaitu organisasi keagamaan terpecah-pecah dan bersifat majemuk yaitu antar organisasi keagamaan dan pemerintahan duniawi tidak ada sama sekali karena agama cenderung dinilai sebagai bagian dari kehidupan manusia yang berkaitan dengan persoalan akhirat, sedangkan pemerintahan berhubungan dengan kehidupan duniawi. Menurut penulis perilaku sosial adalah perbuatan atau tingkah laku individu yang muncul dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat khususnya perindustrian.
19
Dalam tulisan ini penulis menfokuskan pada perilaku sosial remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju kedewasaan. Masa ini merupakan masa-masa rentan bagi seorang individu. Usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa adalah antara usia 13 sampai 21 tahun ( Daradjat, 1975: 11). Adapun yang menjadi indikator adanya dari perilaku sosial adalah : a. Saling menghormati antar warga sekitarnya. b. Saling menyapa saat bertemu dengan tetangga. c. Saling menghargai antar umat beragama di masyarakat. d. Membantu tetangga yang sedang mendirikan rumah/istilah jawa sambatan e. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan kerja bakti. f. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan menjaga keamanan bersama/ ronda malam. g. Menjenguk tetangga yang sedang sakit. h. Turut serta dalam ta’ziyah. i. Memenuhi undangan tetangga seperti : sinoman,kumpulan RT, syukuran atau selamatan. j. Membantu tetangga yang kesulitan (keuangan) G. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Rancangan Penelitian Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti dalam memahami subjek dan substansi atau obyek penelitian. Yaitu dengan menggunakan pendekatan correlation research ialah penelitian
20
yang bermaksud melihat hubungan antara 2 variabel atau lebih (Hadeli, 2006). Rancangan penelitian yang hendak dilaksanakan penulis adalah dengan melihat sifat dari penelitian ini adalah penelitian kausalitas (hubungan sebab akibat) maka tindakan yang dilakukan adalah mencari data-data dari masing-masing variabel dengan metode kuesioner, sehingga diperoleh data, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus statistika dan akhirnya ditemukan hasilnya. 2.
Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini difokuskan pada religiusitas remaja dan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, kabupaten Semarang. Penelitian ini diadakan dari tanggal 26 juni sampai dengan selesai yang terbagi menjadi beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.
3.
Populasi dan Sampel Dalam pembicaran metode ada beberapa hal yang dibahas yaitu a.
Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah remaja dan warga di daerah perindustrian Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Yang dimaksud remaja disini adalah warga sekitar lingkungan perindustrian di daerah Ngempon dengan jumlah populasi 120 orang.
21
b.
Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Karena pertimbangan terbatasnya tenaga, waktu, dan biaya maka dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling stratified random. Maksudnya penulis mengambil sejumlah dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau sifat- sifat tertentu sesuai dengan data yang diinginkan . Sebagian sampel dari penelitian ini yaitu remaja-remaja di daerah perindustrian Ngempon. Dalam menentukan sample apabila populasinya kurang dari 100 maka harus diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Namun jika jumlah lebih dari 100 maka dapat diambil 10%, 20% sampai 25% atau lebih. (Suharsimi Arikunto, 2002:112). Peneliti menggunakan sampel dengan jumlah 50.
4.
Metode Pengumpulan Data a.
Angket (kuesioner) Angket atau kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang berupa berupa serangkaian daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Angket disini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi tentang korelasi religiustas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat daerah perindustrian.
b.
Observasi atau pengamatan
22
Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan terhadap fenomena yang diteliti. Dalam
arti luas observasi berarti pengamatan
yang
dilaksanakan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam arti sempit observasi berarti pengamatansecara langsung terhadap fenomena
yang
diselidiki baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi buatan. Metode ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. c.
Dokumentasi Dokumentasi yaitu segala keterangan yang terdapat berupa laporan, catatan yang berkaitan dengan penelitian guna melengkapi data penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 23) sebagai cross checking terhadap data yang diperoleh melalui teknik observasi.
5.
Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Data yang terkumpul akan diolah dan dihitung dengan menggunakan statistik. Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut : a.
Analisis data religiusitas remaja Dalam menentukan tingkat religiusitas remaja dalam lingkungan perindustrian dilakukan dengan membuat distribusi frekuensi yaitu :
b.
Memprosentasikan besarnya frekuensi
23
Rumus : P
F x100% N
Keterangan : P : Persentase F : Frekuensi N : Jumlah Total Responden Untuk mengetahui adakah Korelasi Religiusitas Remaja dengan perilaku sosial di masyarakat Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kab.Semarang dilakukan dengan rumus product moment. Rumus Product Moment :
rxy
xy x
2 X
x y
2
N
N 2 y
y
2
N
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara X dan Y
XY
= Produk dari X kali Y
X
= Variabel skor 1
Y
= Variabel skor 2
N
= Jumlah responden Hasil
perhitungan
dari
rumus
product
moment
dibandingkan dengan r tabel untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
24
Skripsi ini di susun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian,
hipotesis,
kegunaan
penelitian,
definisi
operasional, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dipaparkan penjelasaan tentang pengertian dan landasan teori religiusitas remaja, perilaku sosial dan korelasi religiusitas
remaja
dengan
perilaku
sosial
di
masyarakat
lingkungan perindustrian. BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN Berisi gambaran umum Kelurahan Ngempon yang meliputi struktur pengurus Kelurahan Ngempon, jumlah kepala keluarga, fasilitas yang ada di Kelurahan Ngempon, dan nama-nama responden remaja kelurahan ngempon. BAB IV : ANALISIS Dalam bab ini akan dipaparkan analisa perama, analisa kedua, dan analisa ketiga. BAB V : PENUTUP Pada bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran dan kata penutup. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
25
BAB II LANDASAN TEORI
Pada landasan teori penulis mengemukakan kepada para pembaca agar mengetahui dasar teori yang meliputi religiusitas remaja, perilaku sosial, faktorfaktor yang mempengaruhinya, dan korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat. A. Religiusitas Remaja Dalam kamus besar Bahasa Indonesia Religiusitas berakar dari kata religiosity yang berarti pengabdian terhadap agama. Adapun pengertian Religiusitas berasal dari bahasa latin religio atau godsdienst ( Belanda) yang berakar kata religare yang berarti mengikat. Tidak mudah mendefinisikan agama, apalagi di dunia ini kita menemukan kenyataan bahwa agama ditentukan
oleh
pemahamannya
terhadap
agama,
ditentukan
oleh
pemahamannya terhadap ajaran itu sendiri (M. Quraish Shihab, 1999: 375). Senada dengan Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya perbedaan-perbedaan dalam memahami arti agama, di samping adanya perbedaan juga dalam cara memahami serta penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami agama (Abuddin Nata, 2010: 8). Sampai sekarang perdebatan tentang definisi agama masih belum selesai, hingga W. H. Clark, seorang ahli Ilmu Jiwa Agama, sebagaimana dikutip Zakiah Daradjat mengatakan, bahwa tidaj ada yang lebih sukar
25
26
daripada mencari kata-kata yang dapat digunakan untuk membuat definisi agama, karena pengalaman agama adalah subjektif, intern, dan individu, dan di mana setiap orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain (Abuddin Nata, 2010:8). Harun Nasution memberikan beberapa definisi tentang agama, diantaranya yaitu: 1)Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang menguasai manusia, 2)Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia, 3)mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia, 4)Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu, 5)Suatu sistem tingkah laku (Code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib, 6)Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib, 7)Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia, 8)Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul (Abuddin Nata, 2010: 13). Taib Thahir Abdul Mu’in mengemukakan definisi agama yaitu bahwa agama sebagai suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk dengan kehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat (Abuddin Nata,2010: 14).
27
Ada empat unsur yang menjadi karakteristik agama yang dijelaskan oleh Harun nasution (Abuddin nata,2010: 14 ) diantaranya yaitu: Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada bendabenda yang memiliki kekuatan misterius, dewa-dewa dan Tuhan. Kepercayaan apa adanya Tuhan adalah dasar yang utama sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap agama berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib dan cara hidup tiap-tiap manusia yang percaya pada agama percaya pada agama di dunia ini amat rapat hubungannya dengan kepercayaan tersebut. Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang dimaksud. Dengan hilangnya hubungan yang baik itu, ksejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk peribadatan, selalu mengingat
Nya,
melaksanakan
segala
perintahNya,
dan
menjauhi
larangan Nya. Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. Respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut dapat pula mengambil bentuk
28
penyembahan seperti yang terdapat pada agama-agama monoteisme dan pada akhirnya respon tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung ajaranajaran agama yang bersangkutan, tempat-tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitasaktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula, baik dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, yang harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, di mana dan dalam keadaan bagaimanapun. Jadi religiusitas merupakan intregasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan serta tindakan keagamaan dalam diri seseorang. Agama sendiri memilki dasar dalam memberikan nilai suatu ajaran, seperti halnya yang dijelaskan oleh Durkheim yaitu : 1.
Bahwa yang menjadi sebab adanya dan berkembangnya kegiatan keagamaan pada manusia sejak ia berada di muka bumi adalah dikarenakan adanya suatu’getaran jiwa’ yang menimbulkan ‘emosi keagamaan’. Timbulnya getaran jiwa itu dikarenakan rasa sentimen kemasyarakatan, yaitu suatu keterikatan dalam perasaan kemasyarakatan
29
berupa rasa cinta, rasa bakti, dan lainnya di dalam kehidupan masyarakatnya. 2.
Rasa sentimen kemayarakatan itulah yang menyebabkan timbulnya emosi keagamaan, sebagai pangkal tiolak dari sikap tindak dan perilaku keagamaan. Sikap perilaku keagamaan itu tidak selamanya berkobar dalam hati nurani manusia, oleh karenanya ia harus dipelihara dan dikobarkan agar tidak menjadi lemah dan tanpa semangat. Salah satu cara
mengobarkan
sentimen
kemasyarakatan
itu
ialah
dengan
mengadakan pertemuan yang besar. 3.
Emosi keagamaan yang timbul karena rasa sentimen kemasyarakatan itu membutuhkan adanya maksud dan tujuan. Tujuan yang bagaimanakah sifatnya yang menyebabkan adanya daya tarik dari emosi keagamaan itu, bukanlah sifatnya yang luar biasa, aneh, megah, ajaib, menarik dan sebagainya, tetapi ialah adanya tanggapan umum dari masyarakat pendukungnya. Misalnya karena adanya peristiwa kebetulan yang dialami dalam sejarah kehidupan masyarakat di masa lampau menarik perhatian banyak orang dalam masyarakat itu. Tujuan yang menjadi objek emosi keagamaan itu juga mempunyai fungsi sebagai pemelihara emosi keagamaan, misalnya dianggap sakral dan bersif emosi keagamaan itu juga mempunyai fungsi sebagai pemelihara emosi keagamaan, misalnya dianggap sakral dan bersifat keramat yang berhadapan dan berlawanan dengan objek yang tidak’ritual value’, yang lain yang tidak bernilai keagamaan.
30
4.
Objek yang sakral biasanya merupakan lambang dari masyarakat misalnya totem atau lainnya ( Hilman Hadikusuma, 1993: 53) Dari penjelasan di atas tentang emosi keagamaan dan sentimen
kemasyarakatan, Durkheim mengemukakan tentang pengertian dasar yang merupakan inti dari sebuah ajaran dalam beragama. Religiusitas adalah sesuatu yang amat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini karena, manusia dalam berbagai aspek kehidupannya akan dipertanggungjawabkan atas apa yang telah diperbuat selama masa hidupnya. Dalam agama Islam sendiri menyuruh umatnya untuk beragama secara menyeluruh sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al Baqarah: 208 yaitu :
ﻟﹶﻜﹸﻢّﻪﻄﹶﺎﻥِ ﺇِﻧّﻴﺍﺕِ ﺍﻟﺸﻄﹸﻮﻮﺍ ﺧّﺒِﻌﺘﻻ ﺗﻠﹸﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﻠﹾﻢِ ﻛﹶﺎﻓﹶّﺔﹰ ﻭﺧﻮﺍ ﺍﺩﻨ ﺁﻣﺎ ﺍﻟﹶّﺬِﻳﻦّﻬﺎ ﺃﹶﻳﻳ ﺒِﲔّ ﻣﻭﺪﻋ Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkahlangkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”(Al- Baqarah:208). Menurut R. Stark dan C. Y. Glock dalam bukunya America Piety: The Nature of Religious Commitment-dikutip oleh Dadang Kahmad dalam bukunya Muhammad Fauzi (2007:65) religiusitas (religiosity) meliputi lima dimensi yaitu: ideologikal, ritual, mistikal, intelektual dan sosial. Pertama, dimensi ideologis(ideological dimension) atau populer dikenal sebagai keyakinan beragama(religious belief). Dimensi ini berkaitan dengan pengakuan dan penerimaan terhadap sesuatu zat yang sakral, yang Maha Besar, sebagai suatu kebenaran. Keyakinan beragama meliputi dua aspek, yaitu religius dan kosmologi. Nilai religius berkaitan dengan konsepsi
31
tentang apa yang dipersepsikan sebagai sesuatu yang baik atau buruk. Sesuatu yang dianggap pantas atu tidaj pantas, yang benar atau tidak benar, yang kosmologi berkaitan dengan penerimaan atau pengakuan tentang penjelasan megenai divinitas, alam ghaib, termasuk kehidupan, kematian, surga, neraka, dan lain-lain. Kedua, dimensi ritual (ritual involvement), setiap pemeluk agama harus menjalankan ritual yang dianjurkan sebagai bentuk ketaatan kepada agama yang dia yakini. Perilaku ini sebetulnya bersifat aktif dan dapat diamati misalnya sejauhmana orang mengerjakan kewajiban ritual dalam agama. Misalnya, seorang muslim diharuskan melaksanakan ritual shalat, puasa, zakat, pergi ke masjid dan berdo’a. Menurut Zakiah Darojat pengertian doa yaitu : Doa itu penting untuk membuat kesehatan mental, baik untuk penyembuhan, pencegahan maupun untuk pembinaan (Darojat,1996: 19). Dari beberapa pengertian berdo’a diatas maka penulis menyimpulkan berdoa adalah memohon, memuji, menyeru, dan merupakan aplikasi dari ketundukan umat manusia kepada Allah sebagai Zat Sang pencipta Ketiga, dimensi mistikal atau keterlibatan pengalaman(experimental involvement) yang meliputi perasaan dan persepsi tentang proses kontaknya dengan apa yang diyakini sebagai “the ultimate reality” serta penghayatan terhadap hal-hal yang religius. Ketika mendengar ayat-ayat Al-Qur’an, suara adzan, maka terjadi proses internalisasi sehingga membentuk stuktur psikis tertentu. Pengalaman keagamaan meliputi paling sedikit tiga aspek, yaitu kesadaran akan kehadiran Yang Maha Kuasa(cognition), keinginan untuk
32
mencari makna hidup (concern), serta tawakal dan takwa (trust and fear). Dimensi pengalaman juga berisikan tentang pengalaman yang unik dan spektakuler yang datang dari Tuhan. Misalnya, ketika seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan, ketika mendapat rizki yang tak terduga. Keempat,
dimensi intelektual
atau
disebut juga
keterlibatan
intelektual(intelectual involvement). Dimensi ini menunjukkan tingkat pemahaman seseorang terhadap doktrin dan dogma agama yang dipeluknya. Artinya orang beragama memiliki pengetahuan tentang keyakinan ritus, kitab suci, dan tradisi yang berkaitan dengan agama. Seberapa jauh aktivitasnya dalam menambah pengetahuan agamanya. Seperti mengikuti pengajian, membaca buku-buku untuk menambah wawasan dan pengetahuan agamanya. Kelima, keterlibatan konsekuensional (consequential involvement). Dimensi ini merupakan manifestasi ajaran agama dan kemudian sikap itu tercermin dalam kehidupan sehari-hari yaitu apakah seseorang menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Aspek ini berbeda dengan aspek ritual, Aspek ritual lebih pada perilaku keagamaan yang bersifat penyembahan, sedangkan aspek komitmen lebih mengarah pada hubungan manusia tersebut dengan sesamanya dalam kerangka agama yang dianut. Misalnya: menolong orang lain, jujur, mau berbagi, tidak mencuri, menjenguk tetangga atau teman yang sedang sakit, mendermakan sebagian hartanya untuk fakir miskin, membangun tempat ibadah menyantuni anak yatim piatu dan lain-lain. Perilaku seseoarang akan melahirkan berbagai
33
kreasi budaya dengan nilai yang dikandungnya. Manusia dan agama merupakan dua sisi yang saling berpengaruh. Sebagai unsur yang dibutuhkan manusia, agama memberikan layanan psikologi kepada manusia untuk menyajikan sesuatu yang dibutuhkannya. Sementara itu, manusia disisi lain memberikan pengaruh secara signifikan dalam proses perubahan nilai yang banyak dipengaruhi oleh agama dalam tatanan dalam masyarakat. Menurut Sayyid Hossein Nasr, agama itu sangat penting bagi manusia (M. Fauzi,2007: 25). Tanpa agama belum menjadi manusia yang utuh. Hanya turut sertanya dalam tradisi yang berupa petunjuk Tuhan tentang cara hidup dan berfikir yaitu dapat membawa manusia kepada kesadaran tentang arti dirinya
dan
hidupnya.
Sehingga
masing-masing
individu
memilki
pengalaman keagamaan yang berlainan. Berkaitan dengan hal ini, menurut Hendropuspito di dalam bukunya Muh. Fuad (2007:73), agama didefinisikan dengan suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya, dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya. Maka dari itu, agama meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Agama disebut jenis sistem sosial. Ini hendak menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu peristiwa kemasyarakatan. Suatu sistem sosial dapat dianalisis, karena terdiri atas kaidah yang kompleks dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu.
34
2. Agama berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris. Ungkapan ini menjelaskan bahwa agama itu khas berkaitan dengan kekuatan-kekuatan dari “dunia luar” yang di”huni”oleh kekuatan-kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan manusia dan dipercayai sebagai arwah, roh-roh dan roh tertinggi. 3. Manusia
mendayagunakan
kekuatan-kekuatan
di
atas
untuk
kepentingannya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Yang dimaksud dengan kepentingan (keselamatan) ialah keselamatan di dalam dunia sekarang ini dan keselamatan di”dunia lain” yang dimasuki manusia setelah kematian. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Bustanuddin Agus (2006: 60), ada lima aspek komponen religi dalam kehidupan beragama yaitu : 1. Emosi keagaman 2. Sistem keyakinan 3. Sitem ritus dan upacara 4. Peralatan ritus dan upacara 5. Umat beragama Beberapa pandangan di atas memberikan pemahaman bahwa agama merupakan sebuah sistem kepercayaan yang di dalamnya syarat dengan aturan-aturan yang harus ditaati dan doktrin-doktrin dalam sebuah agama sehingga manusia mengenal Tuhan, alam ghaib lainnya, dan dapat menghubungkannya dalam alam nyata.
35
Berlandaskan keyakinan ini manusia tergerak untuk memenuhi segala aturan agamanya yang diwujudkan dalam perilaku keberagamaannya. Semuanya dimaksudkan untuk mencapai keselamatan atau kebahagiaan hidup baik di dunia ataupun akhirat. Sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku keberagamaan merupakan aktualisasi atau perwujudan dari pemahaman dan keyakinan agama yang dianut oleh seorang pengikut suatu agama.
B. Perilaku Sosial Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perilaku adalah cara berbuat atau menjalankan sesuai dengan sifat yang layak bagi masyarakat. (Purwadarminta, 1997 : 436 ). Sosial adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan masyarakat. (Purwadarminta, 1997 :853) Dalam bukunya psikologi Bimo Walgito ( 1978 : 15 ) perilaku adalah aktivitas individu. Sedangkan pengertian perilaku dalam arti luas yaitu perilaku yang nampak (over behavior/behavior performance) dan perilaku yang tidak menampak (inert behavior/behavior tendency), sebagaimana diketahui perilaku yang ada pada individu/organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Dalam bukunya
Muhammad Fauzi (2007:63) Wasti Soemento
menerangkan, bahwa tingkah laku manusia secara umum terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu tingkah laku bersyarat dan tingkah laku tidak bersyarat atau dengan kata lain perilaku disengaja yang senantiasa bergantung kepada
36
stimulasi dan perilaku yang tidak disengaja dan tidak bergantung pada stimuli yang ada. Menurut Skinner ( 1976: 17) di buku psikologi sosial dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Perilaku yang alami ( innate behavior) yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting. 2. Perilaku operan ( operant behavior) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan. Bentuk-bentuk perilaku sosial : 1.
Cara membentuk perilaku sesuai dengan kebiasaan atau kondisioning.
2.
Pembentukan perilaku dengan pengertian ( insting ).
3.
Pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Ada pula pendapat dari Abin Syamsudin tentang aliran yang mengenai
munculnya
sebuah
perilaku
seseorang
yaitu
paham
holisme
dan
behaviorisme. Yang pertama paham holisme yaitu menekankan bahwa tingkah laku
atau perilaku itu bertujuan (purposive), yaitu intrinsik (niat, tekad,
azam) dari dalam diri individu, semua itu merupakan faktor penentu yang penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipun tanpa adanya perangsang (stimulus) yang datang dari lingkungan. Sedangkan paham kedua(behavioristik) yaitu bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk
37
melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengondisikan stimulus dalam lingkungan. Dengan demikian perubahan perilaku sangat mungkin terjadi. Seperti halnya dengan lingkungan fisik atau tempat tinggal akan berpengaruh terhadap tingkah laku setiap manusia. Begitu pula dengan pengaruh lingkungan sosial-psikologis budaya, perilaku manusia akan dipengaruhi orang lain
yang berada di sekitarnya seperti
norma, nilai agama, dan moral masyarakat. Sedangkan perilaku menurut Zakiah Daradjat ( 2005 : 97) perilaku sering juga disebut dengan moral. Membahas perilaku atau moral tidak bisa mengatakan seorang anak yang baru lahir bermoral atau tidak bermoral. Karena moral itu tumbuh dan berkembang dari pengalaman- pengalaman yang dilalui anak sejak lahir. Pembinaan moral atau perilaku terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ditanam sejak kecil oleh orangtua. Yang dimulai dengan pembiasaan hidup sesuai dengan nilainilai moral yang ditiru anak dari orangtua ataupun orang disekitarnya. Dalam pembinaan moral, agama mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datang dari agama tetap tidak berubahubah oleh waktu dan tempat. Masa remaja merupakan masa rentan bagi seorang individu. Masa ini adalah dimana seorang anak mempunyai rasa penasaran yang tinggi dan adanya keinginan yang besar untuk mencoba hal-hal baru yang belum mereka temukan sebeluumnya. Masa remaja mempunyai banyak ciri-ciri yaitu:
38
1.
Rasa ingin tahu yang besar Hal ini terbukti dengan adanya dorongan untuk selalu mengetahui lebih banyak tentang informasi tertentu, selalu bertanya tentang hal-hal yang dirasa belum mereka pahami, selalu memperhatikan orang, objek dan situasi, peka dalam pengamatan dan ingin mengetahuinya.
2.
Bersikap Imajinatif. Remaja akan selalu mempunayi khayalan-khayalan tentang sesuatu yang tidak akan belum pernah terjadi.
3.
Merasa tertantang oleh kemajemukan Kondisi masyarakat yang majemuk akan mendorong seorang remaja untuk mencoba-coba hal baru meski kadang itu berdampak buruk pada dirinya.
4.
Sikap berani mengambil resiko Sikap remaja yang selalu penasaran dan ingin mencoba-coba akan membuat mereka berani mengambil resiko yang paling buruk sekalipun asalkan keinginanya dapat terpenuhi.
5.
Selalu ingin menjadi perhatian dari orang sekitar Remaja selalu mempunyai keinginan untuk bisa menjadi pusat perhatian dalam lingkungannya. Oleh karena itu, mereka kadang melakukan tindakan-tindakan diluar batas agar mendapat perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
39
Demikianlah para remaja, mereka akan melakukan apapun demi memperoleh apa yang diinginkan. Termasuk melakukan tindakan yang tidak sesuai norma dan berperilaku buruk dalam kehidupan. Mereka tidak mempedulikan akibat yang timbul dari perilaku buruk yang mereka lakukan. Dalam hidup dan kehidupan manusia, agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai dan norma-norma yang mempunyai daya ubah bagi komunitas pemeluknya. Secara umum, norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan tuntunan agamanya. Oleh karenanya refleksi agama pada diri seseorang akan berimplikasi pada pola tingkah laku seseorang. Mengenai perilaku seseorang di lingkungan masyarakat tidak lepas dari agama. Agama sendiri merupakan faktor terpenting dalam membentuk kelompok dengan identitasnya sendiri. Agama sesuai dengan kodratnya hanya bisa dimaknai dan dihayati secara bersama yaitu memiliki pengaruh dalam berbagai sektor kehidupan. Sehingga bukan semata merupakan persoalan keyakinan pribadi dalam diri individu, melainkan juga memiliki dampak sosial bagi masyarakat secara keseluruhan. Sebagai sistem nilai, agama memiliki arti khusus dalam kehidupan individu. Sistem nilai ini dibentuk melalui proses belajar dan proses sosialisasi. Perangkat sistem nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi pendidikan dan masyarakat luas. Selanjutnya, berdasarkan seperangkat informasi yang diperoleh seseorang dari hasil belajar dan sosialisai tadi meresap dalam dirinya sebagai salah satu
40
wujud dari perilaku agama yang dipahaminya. Dengan kata lain, cara pandang hidup seseorang sesuai apa yang dipahaminya. Bentuk perilaku yang berkenaan dengan agama yaitu : 1. Ibadah a. Mahdhoh Ibadah mahdhoh adalah ibadah dalam arti sempit yaitu aktifitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Adapun ibadah mahdhoh yang penulis cantumkan diantaranya adalah: 1) Melaksanakan Shalat Shalat adalah berhadap hati kepada Allah sebagai ibadah, dalam bentuk beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta menurut syaratsyarat yang telah ditentukan syariat. Sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut :45
yang berbunyi sebagai
berikut::
ﻮﻥﹶﻌﻨﺼﺎ ﺗ ﻣﻠﹶﻢﻌ ﻳﺍﻟﻠﹶّﻪ ﻭﺮ ﺍﻟﻠﹶّﻪِ ﺃﹶﻛﹾﺒﻟﹶﺬِﻛﹾﺮﻜﹶﺮِ ﻭﻨﺍﻟﹾﻤﺎﺀِ ﻭﺸﻦِ ﺍﻟﹾﻔﹶﺤﻰ ﻋﻬﻨّﻼﺓﹶ ﺗﺇِﻥﹶّ ﺍﻟﺼ “.... Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Ankabut : 45). Jadi perintah Shalat itu sudah ada sejak masa rasulullah, sampai sekarang dan sampai hari akhir nanti, sejak kita kecil, baligh dan sampai akhir hayat kita dituntut untuk menjalankan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Selain itu shalat merupakan tiang agama, barang siapa yang mendirikan shatat maka
41
dia mendirikan agama dan barang siapa meninggalkan shalat maka dia telah merusak agama. 2) Menjalankan Puasa Puasa adalah menahan diri dari makanan, minuman, dan bersenggama mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Hal ini menunjukan bentuk perintah Allah kepada para hambanya untuk bisa menahan diri dari makan minum ketika sedang menjalankan ibadah puasa, sebagaimana Allah SWT telah berfirman yang berbunyi:
ّﺮِ ﺛﹸﻢ ﺍﻟﹾﻔﹶﺠﺩِ ﻣِﻦﻮﻂِ ﺍﻷﺳﻴ ﺍﻟﹾﺨ ﻣِﻦﺾﻴﻂﹸ ﺍﻷﺑﻴ ﺍﻟﹾﺨ ﻟﹶﻜﹸﻢّﻦﻴﺒﺘّﻰ ﻳﺘﻮﺍ ﺣﺑﺮﺍﺷﻛﹸﻠﹸﻮﺍ ﻭﻭ ِﻞ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﻠﹶّﻴﺎﻡّﻮﺍ ﺍﻟﺼِّﻴﺃﹶﺗِﻤ “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam...” ( Al-Baqoroh : 187). Dengan berpuasa maka kita akan terlatih untuk selalu menghindari dari perbuatan yang dapat membatalkan puasa, serta melatih seseorang agar dapat merasakan penderitaan yang tidak mampu dan merasakan kenikmatan ketika berbuka puasa. b. Ibadah ghoiru mahdhoh Ibadah ghoiru mahdhoh adalah ibadah yang didalamnya tidak hanya hubungan kita dengan Allah saja, tetapi juga hubungan kita dengan sesama manusia. Seperti halnya jual beli, akad ijaroh dan zakat karena zakat didalamnya mengatur hubungan antara orang yang punya dan orang yang tidak punya.
42
Ibadah ghoiru mahdhoh disebut juga dengan muamalah karena ada hubungan yang erat sesama manusia dalam rangka mencari ridho Allah semata. Adapun contoh ibadah ghoiru mahdhoh diantaranya adalah: 1) Mengikuti Pengajian Mendatangi dan mendengarkan pengajian adalah sebagian dari bentuk perilaku sosial, dengan mendengarkan pengajian maka hati seseorang akan mudah terbuka untuk melakukan perbuatan yang baik. Orang yang mengikuti dan mendengarkan pengajian dengan hikmat serta ikhlas dan mengharap pahala dari Allah selain itu juga akan menambah pengetahuan tentang nilai-nilai ajaran agama islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Seperti halnya remaja untuk ikut mendatangi pengajian agar tertanam keinginan serata ghirah yang tinggi untuk mendatangi tiap ada pengajian dengan kemauan sendiri. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
ّ ﺇِﻥﹶﻦﺴ ﺃﹶﺣ ﺑِﺎﻟﹶّﺘِﻲ ﻫِﻲﻢﺎﺩِﻟﹾﻬﺟﺔِ ﻭﻨﺴﻋِﻈﹶﺔِ ﺍﻟﹾﺤﻮﺍﻟﹾﻤﺔِ ﻭ ﺑِﺎﻟﹾﺤِﻜﹾﻤﺑِّﻚﺒِﻴﻞِ ﺭ ﺇِﻟﹶﻰ ﺳﻉﺍﺩ ﺪِﻳﻦﺘﻬ ﺑِﺎﻟﹾﻤﻠﹶﻢ ﺃﹶﻋﻮﻫﺒِﻴﻠِﻪِ ﻭ ﺳﻦﻞﹶّ ﻋ ﺿﻦ ﺑِﻤﻠﹶﻢ ﺃﹶﻋﻮ ﻫّﻚﺑﺭ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125).
43
2) Membaca Al-Qur’an Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sewtbagai petunjuk bagi umatnya di dunia dan juga di akhirat kelak. Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya. Dan dengan membaca Al-Qur’an maka hati akan menjadi tenang dan tentram, karena orang yang selalu membaca Al-Qur’an oleh Allah akan selalu dilindungi dari hal-hal yang buruk, maka bacalah Al-Qur’an karena Allah akan memberi petunjuk bagimu. Sebagaimana firman Allah SWT:
ﻠِﻤِﲔﺴﻯ ﻟِﻠﹾﻤﺮﺸﺑﺔﹰ ﻭﻤﺣﺭﻯ ﻭﺪﻫﺀٍ ﻭﻲﺎ ﻟِﻜﹸﻞِّ ﺷﺎﻧﻴ ﺗِﺒﺎﺏ ﺍﻟﹾﻜِﺘﻚﻠﹶﻴﺎ ﻋّﻟﹾﻨﺰﻧﻭ “... Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl: 89). Dalam
suatu
kehidupan
masyarakat,
individu
atau
seseorang (terutama remaja) akan saling melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya ataupun sesama anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sebayanya menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam serta sesuai dengan syariat islam yang selalu mengajarkan untuk berakhlak baik maka remajapun akan cenderung mengikuti perbuatan yang baik pula, namun apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik maka anak juga cenderung untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena pengaruh religiusitas
44
seseorang terutama remaja sangat berpengaruh pada dirinya sendiri. Perilaku sosial sebagai realitas sosial ditandai sedikitnya oleh
tiga
corak
pengungkapan
yang
universal.
Menurut
Hendropuspito (1983), tiga corak pengungkapan tersebut meliputi: pengungkapan teoritik berwujudkan sistem kepercayaan (belief sistem), pengungkapan praktiknya sebagai sistem persembahan (belief of workship), serta pengungkapan sosiologiknya sebagai suatu sistem hubungan masyarakat (sistem if social relation), yang pada kenyataannya merupakan suatu sistem yang memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat. Beberapa peran atau fungsi secara sosiologis dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, fungsi edukatif, yang terkait dengan upaya pemindahan dan pengalihan (transfer) nilai norma keagamaan. Dalam hal ini, fungsi yang paling mendasar dan paling universal dari apa yang diperankan agama, adalah memberti orientasi dan motivasi serta membantu untuk mengenal dan memahami sesuatu hal yang dianggap”sakral”. Lewat pengalaman beragama, yakni penghayatan terhadap apa yang diyakini, manusia menjadi memiliki kesanggupan, kemampuan dan kepekaan untuk mengenal dan memahami eksistensi Tuhan. Melalui pengalaman agama secara kognitif, efektif, maupun motorik, manusia menjadi sanggup memecahkan berbagai problem yang dihadapkaninya yaitu
45
problem yang berkaitan dengan alam transendental terutama ang berkaitan dengan alam ghaib. Kedua, agama berfungsi sebagai penyelamat. Hal ini dipandang, ketika agama memberikan rasa kedamaian, ketika agama
memberikan
rasa
ketenangan,
dan
ketika
agama
memberikan rasa ketabahan dalam menghadapi berbagai persoalan sulit yang dihadapi oleh manusia, maka ketika itu agama berfungsi membimbing, dan mengarahkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan. Agama juga memberikan harapan ketika menusia berada dalam situasi ketidakpastian, ketika manusia berada dalam kekecewaan. Dapat dikatakan juga, agama dalam situasi tertentu memberikan hiburan bagi kaum tertindas. Ketiga, adalah fungsi agama sebagai kontrol sosial. Kontrol sosial yang dimaksud adalah seluruh pengaruh kekuatan-kekuatan yang yang menjaga terbinanya pola-pola kelakuan dan kaidahkaidah sosial milik masyarakat. Dalam hal ini, agama memberikan pembatasan (limitasi) dan pengkondisian (conditioning) terhadap tindakan atau perilaku individu atau masyarakat itu sendiri. Agama diperankan untuk bertanggungjawab atas adanya norma-norma religius yang diberlakukannya atas masyarakat manusia pada umumnya. Agama, dengan demikian mampu menyelesaikan kaidah-kaidah susila yang baik dan mengukuhkannya sebagai kaidah yang harus dipatuhi oleh pemeluknya. Sebaliknya,
46
agamamenolak kaidah susila yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau tabu. Agama dalam hal ini, juga memberikan sangsi-sangsi yang harus dijatuhkan kepada pelanggar sekaligus melakukan mengawasan ketat trhadap proses implementasinya. Bentuk pengawasan sosial agama terhadap masyarakat pada tingkat lebih ketat atau tajam adalah fungsi propetik atu fungsi agama itu sendiri. Agama di sini berusaha melakukan kritik evaluasi terhadap pemegang kekuasaan (pemerintah) tentang sejauh mana penguasa menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kaidahkaidah susila atau agama yang berlaku di masyarakat. Agama berupaya mejaga terciptanya dan tegaknya aturan dan keadilan sosial. Keempat, agama berfungsi sebagai sistem relasi sosial, yang berfungsi intregatif. Dalam konteks ini, agam menjadi necessary ingredient of will integrated society, agamamenjadisumber utama terbentuknya intregasi masyarakat yang baik. Agama bahkan dipandang memiliki kemampuan membangun tatanan sosial (social order) yang mapan dan kuat. Atas dasar persamaan dan kesepakatan serta ikatan psiko-religius, kredo, dogma, kultus, simbol, tata nilai, dan norma serta cara-cara spiritualitas tertentu yang diyakini, ara pengant agama cenderung berupaya sebaik mungkin yang dianutnya. Dalam hal ini bahwa agama memiliki
47
fungsi utama tang necessary bagi terbentuknya integritas sosial masyarakat. Kelima, agama berfungsi sebagai transformatif dalam perubahan sosial. Transformasi merupakan kata sifat berasal dari kata kerja latin tranformare yang berarti mengubah bentuk. Jadi, fungsi transformatif adalah fungsi yang berkaitan dengan sejauh mana atau sebagaimana sustu agama memiliki daya ubah tatanan kehidupan dalam masyarakat. Dalam bermasyarakat pada diri seseorang secara tidak langsung akan berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, terutama
lingkungan
sosialnya
sehingga
lingkungan
akan
berpengaruh terhadap individu. Akan tetapi individu juga mempunyai pengaruh terhadap lingkungan sehingga adanya hubungan timbal balik antara keduanya. Oleh karenanya hubungan antara individu dengan lingkungan sebagai berikut : a) Individu menolak lingkungan, yaitu bila individu tidak sesuai dengan
keadaan lingkungannya. Dalam keadaan yang
demikian ini, individu dapat memberikan bentuk pada lingkungan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu yang bersangkutan. Misal : b) Individu menerima lingkungan, yaitu bila keadaan linhkungan sesuai atau cocok dengan keadaan individu. Dengan demikian individu akan menerima keadaan lingkungan tersebut. Misal:
48
c) Individu bersikap netral atu statuskuo, yaitu bila individu tidak cocok dengan keadaan lingkungan, tetapi individu tidak mengambil langkah-langkah bagaimana sebaiknya. Individu bersikap diam saja, dengan suatu pendapat biarlah lingkungan dalam keadaan demikian. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sosial : Perilaku ada dua jenis yaitu perilaku yang alami atau refleksif dan perilaku operan atu bentukan. Perilaku yang alamu yaitu perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara spontan terhadap rangsangan yang mengenai organisme yang bersangkutan. Perilaku ini merupakan perilaku yang dibawa sejak manusia lahir. Sedangkan perilaku operan atau bentukan yaitu dibentuk melalui proses belajar, latihan, pembentukan dan kebiasaan. Perilaku operan atau bentukan ini dapat berubah-ubah sesuai dengan bagaimana latihan dan pembiasaan
yang dilakukan. Perilaku sosial manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut : a) Faktor dari dalam ( internal) Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam diri seseorang. Faktor-faktor tersebut dapat berupa insting, motif dari dalam dirinya, sikap, serta nafsu. Faktor internal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis bisa berupa faktor genetik atau bawaan dan motif
biologis seperti kebutuhan makan dan
49
minum, kebutuhan seksual serta kebutuhan melindungi diri dari bahaya. Untuk faktor sosiopsikologi berupa kemampuan afektif yang berhubungan dengan emosional manusia, kemampuan kognitif yang merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Begitu banyak faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Ketika faktor dalam diri baik, maka akan menimbulkan bentuk perilaku yang baik pula. Faktor internal yang bermacam-macam yang berada dalam diri seseorang akan menimbulkan bentuk perilaku sosial yang bermacam-macam. b) Faktor dari luar (eksternal) Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang atau individu. Faktor yang timbul dari keluarga, sekolah dan masyarakat akan mempengaruhi perilaku sosial seorang individu. Faktor eksternal ini dapat berupa pengaruh lingkungan sekitar dimana individu tersebut hidup dan ditambah dengan adanya reinforcement( hukuman dan hadiah) yang ada dalam komunitas tersebut. Pengaruh lingkungan terhadap perilaku individu dapat berupa kondisi masyarakat, perubahan iklim dan cuaca serta faktor ekonomi individu. Kondisi masyarakat yang baik dan stabil akan berdampak baik pada perilaku seseorang, begitu juga kondisi masyarakat yang tidak kondusif akan menimbulkan perilaku yang buruk sebagai
50
bentuk perwujudan dari persaan dan emosional. Perubahan iklim dan cuaca juga mempengaruhi perilaku seseorang. Disini perilaku timbul sebagai wujud penyesuaian diri terhadap cuaca yang sedang berlangsung. Selanjutnya adalah faktor ekonomi dari individu. Faktor ini merupakan faktor penting dalam perilaku seseorang. Keadaan ekonomi yang kurang dan sulit akan menjadikan seseorang berbuat nekat dan semaunya tanpa mempedulikan orang lain. Seseorang akan melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhannya meski dengan melakukan pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku. Tidak ada lagi rasa malu dan sungkan melakukan kegiatan yang melanggar aturan. Semua dilakukan demi memenuhi kebutuhan yang terus mendesak. Faktor eksternal yang selanjutnya yaitu adanya hadiah dan hukuman.. Hukuman ataupun hadiah akan menjadi pendorong yang sangat kuat dalam perilaku manusia. Seseorang akan selalu berperilaku baik dengan harapan akan mendapatkan hadiah. Adanya hukuman juga akan menjadi kendali serta kontrol terhadap perilaku sosial manusia. Dengan adanya hukuman dan hadiah maka seseorang akan selalu berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi bentuk perilaku manusia dalam kehidupannya.
51
Begitu
banyak
dan
begitu
kompleks
faktor
yang
mempengaruhi perilaku sosial manusia. Baik faktor lingkungan atau dengan adanya reinforcement (hadiah dan hukuman) mempunyai pengaruh yang sangat erat terhadap perilaku sosial. Perilaku yang timbul juga bermacam-macam sesuai dengan faktor mana yang menyebabkan dan mempengaruhinya.
C. Korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial Menurut Sudirgo Wibowo (1995: 122) Intensitas adalah suatu dorongan, kebiasaan, dan perbuatan untuk menggambarkan perbedaan hasil dari suatu perbuatan. Bagi diri remaja bahwa perilaku sosialnya dipengaruhi oleh faktor lingkungannya sendiri baik lingkungan keluarga, teman pergaulan ataupun
lingkungan masyarakat sekitarnya. Sehingga seseorang akan
berperilaku dengan baik atau positif apabila lingkungannya memberikan pengaruh yang positif pula. Keluarga merupakan lingkungan yang mendominasi dan paling utama dimana seorang anak atau remaja memperoleh pendidikan atupun ilmu. Di dalam keluarga seorang anak akan mendapatkan bimbingan meskipun tidak seperti pendidikan di sekolah atau formal pada umumnya. Akan tetapi seorang anak akan mendapatkan ilmu sesuai apa yang diajarkan oleh kedua orang tuanya. Sehingga keluarga merupakan tempat pertama dalam sosialisasi anak. Dalam keluarga seseorang akan meniru dan mencontoh apa yang dilihat dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam keluarga
52
seorang anak atau remaja akan mendapatkan juga pengalaman-pengalaman baru yang akan membekas kuat dalam ingatannya. Pengalaman itu akan berpengaruh pada pola fikir maupun perilaku seorang anak. Selain keluarga pada diri seorang remaja juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitarnya. Apabila masyarakat di sekelilingnya religius dalam agama akan memberikan pengaruh pula kepada diri seorang remaja. Di dalam mencapai kebaikan perilaku ataupun akhlak
pada diri
remaja, menurut Al- Ghozali ada empat hal pokok yang mendasarinya, yaitu hikmah(kebijaksanaan), keberanian, penahanan hawa nafsu (iffah), dan keadilan atau keseimbangan. Dalam ketiga hal pokok tersebut, hikmah adalah keadaan jiwa yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah dalam setiap perbuatan. Kemudian yang dimaksud dengan keberanian adalah dipatuhinya akal oleh kekuatan nafsu dan amarah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan iffah(penahan hawa nafsu) adalah terdidiknya kekuatan ambisi syahwat oleh akal dan syariat. Selanjutnya, keadilan atau keseimbangan yaitu keadaan jiwa yang mampu mengatasi gerak kedua kekuatan( nafsu dan amarah), serta mengendalikan agar sejalan dengan nilai-nilai hikmah sehingga akal, nafsu, dan amarah dijaga dalam kewajarannya dan dipenuhi haknya masing-masing, di bawah kendali akal dan syariat manusia. Oleh karenanya dengan adanya implikasi dari agama akan memberikan dampak dari hubungan yang harmonis. Sehingga adanya bentuk pencerminan kesejahteraan pada sosial masyarakat yang tercermin melalui
53
tingkah laku masyarakat yaitu adanya sebuah tatanan dalam lapisan masyarakat yang bekerja sama dalam sebuah hubungan melalui agama untuk menciptakan lingkungan yang serasi antara orang yang satu dengan yang lain. Dan di dalamnya terdapat sebuah keterikatan pada setiap diri individu seperti berikut : 1. Adanya
kesadaran untuk disiplin terhadap peraturan sosialnya
(kesediaan menundukkan diri kepada peraturan yang ada). 2. Keterlibatan
sosial
(kesediaan
berpartisipasi
mengembangkan
masyarakatnya, meningkatkan kehidupan). 3.
Kebersamaan sosialnya (kesediaan menolong antar sesama). Dari penjelasan di atas
disimpulkan bahwa adanya tuntutan atau
upaya dalam membentuk masyarakat yang sejahtera sehingga masyarakat akan terhindar dari berbagai rasa seperti takut terhadap penindasan, kelaparan, penyakit, kebodohan dan masa depan yang tidak menentu. Sehingga terlahir kesejahteraan yang dituntut oleh agama yaitu kesejahteraan jasmani dan rabbani. Dan adanya sebuah pola keseimbangan yang menjadi tuntunan agama yaitu keselarasan hubungan antara manusia dengan Allah SWT, keselarasan hubungan manusia dengan manusia, serta keselarasan manusia dengan lingkungan alam.
54
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Ngempon Sebelum penulis membahas laporan hasil penelitian ini, maka terlebih dahulu akan kami sajikan beberapa data-data penting hasil observasi di daerah perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang diantaranya sebagai berikut: 1. Letak Geografis a. Batas sebelah utara
: Desa Dhendeng, Desa Congol dan Wringin
Putih. b. Batas sebelah selatan
: Desa Diwak dan Desa Kalisori.
c. Batas sebelah timur
: Desa Klepu.
d. Batas sebelah barat
: Kelurahan Bergas dan Tegalsari.
2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngempon. Lurah Drs. Suryandaru
Seklur Dra. Rahayu Wiji Astuti
Kasi tata Pemerintahan dan Ketertiban Masyarakat
Kasi Pembangunan & Kesejahteraan Rakyat
1. Ganggolfus Laku 2. Sugeng 54
1. R. Gatot Sancono, SE 2. H. Subadi (Modin & P3N) 3. Siti Lestari (Kebrsihan)
55
3. Keadaan Desa Ngempon (jumlah penduduk, mata pencaharian dan kondisi agama) Kelurahan Ngempon merupakan salah satu kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Bergas, kabupaten Semarang. Terletak di antara Karangjati dan Klepu. Dari jalan raya Semarang Jogja / Solo masuk sekitar 1 km. Terdiri dari lahan seluas kurang lebih 150.685 Ha, terdiri dari 5 RW dan 27 RT. Berdasarkan hasil survey pada tahun 2010, penduduk asli di wilayah Kelurahan Ngempon berjumlah 4.732 orang dengan perincian laki-laki 2.233 orang sedangkan perempuan 2.501 orang dengan jumlah 983 KK. Perbandingan antara penduduk asli Kelurahan Ngempon dengan penduduk pendatang adalah 1 : 1. Data-data penduduk dapat dikelompokkan dalam tabel di bawah ini : Tabel 3.1 Penduduk Kelurahan Ngempon dalam Kelompok Umur dan jenis Kelamin
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-4
185
196
381
5-9
205
199
404
10-14
208
177
385
15-19
197
227
424
20-24
237
527
764
25-29
254
273
427
30-39
418
421
839
40-49
321
286
607
50-59
102
90
192
56
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
60+
113
115
226
Jumlah
2240
2011
4751
Sumber : Monografi Kelurahan Ngempon
Tabel 3.2 Mata Pencaharian (bagi usia 17 tahun ke atas) No
Mata Pencaharian
Jumlah
1
Petani
±50
2
Buruh Tani
±5
3
Nelayan
_
4
Pengusaha
±25
5
Buruh Industri
±630
6
Buruh Bangunan
±90
7
Pedagang
±50
8
Pensiunan
±90
9
Pegawai Negeri
±26
10
Lain-Lain
Keterangan
±2860
Jumlah
±3860
Sumber : Monografi Kelurahan Ngempon
Tabel 3.3 Pemeluk Agama No
Agama
Jumlah (Orang)
1
Islam
± 4398
2
Kristen Katolik
± 125
3
Kristen Protestan
± 30
4
Hindu
± 15
5
Budha
±7
57
4. Fasilitas yang ada di Kelurahan Ngempon: a. Masjid
:3
b. Gereja
:1
c. TPA
: 10
d. Sekolah Dasar
:2
e. Lapangan sepak bola
:2
f. Tempat Ronda/ Poskampling
: 27
5. Aktifitas masyarakat Kelurahan Ngempon: a. Aktivitas Umum masyarakat Kelurahan Ngempon 1. Kerja bakti 2. Rapat : RT, RW dan Remaja 3. Posyandu 4. Ronda malam 5. Simpan pinjam 6. Penarikan Jimpitan b. Aktivitas Keagamaan masyarakat Kelurahan Ngempon 1. Pengajian Pengadaan kegiatan pengajian di lakukan pada tiap-tiap masjid dan beberapa rumah warga. Pengajian yang dilakukan berupa mengaji kitab Al-Qur’an dan tahlilan atau yasinan. 2. Berjanjen Kegiatan berjanjen dilakukan pada tiap minggunya di masjid.
58
B. Penyajian Data Penelitian 1. Data nama-nama responden dari Religiusitas Remaja dan Perilaku Sosial. Tabel 3.4 No
Nama Responden
1
Muhammad Rosyid U
2
Sulistiyaningrum
3
Agil Muhammad Yani
4
Bunga Rina
5
Usman Andriyanto
6
Usman Indrayanto
7
Rixfes Prasetyo P
8
Dhimas S
9
Andi Pragoya
10
Fajar R
11
Handika Nova N
12
Handika
13
Afinda Fajar F
14
Andi Setyawan
15
Mega Apsari
16
Arif Nurul Muhaimin
17
Aditya Nugraha
18
Andika Kusuma Astuti
19
Devi Paramita
20
Eldyansah Rinanda Dewi
21
Bagus Sulistiyo
22
Adhi Satyo P
23
Ruby Arfiyanto
24
Dion Saputro
25
Ika Marta S
59
No
Nama Responden
26
Arda Febry Andhany
27
Kurnia Evi A
28
Puji Wahyu Astuti
29
Ricki D. S
30
Catur Kholiq Nur Fadil
31
Adi Kurniawan
32
Novian Galih w
33
Fandi P. W
34
M. Arif
35
Dwi Angga Kurniawan
36
Priyo Wibisono
37
Adeo Soekamti
38
Raka Vio S
39
M. Faisal Najib
40
Susanto
41
Binsar Siahaan
42
Rico Praja
43
Affan Setioaji
44
Anggre Septa R
45
Aditya Setiyawan
46
Rizky Dian P
47
Ichsan Pradana
48
Arijal Khoirul Amri
49
Nanda Nugroho
50
Abdurrifai Arsyad
Untuk mengetahui Religiusitas Remaja penulis menggunakan instrument dalam bentuk pertanyaan. Adapun alternatif jawaban sebagai berikut :
60
a. Jawaban selalu mempunyai total nilai 4. b. Jawaban sering mempunyai total nilai 3. c. Jawaban kadang-kadang mempunyai total nilai 2. d. Jawaban jarang mempunyai total nilai 1. e. Jawaban tidak pernah mempunyai total nilai 0.
Tabel 3.5 Skor Religiusitas Remaja No Responden
Sekor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
1
4
4
3
4
1
4
2
2
3
3
30
2
4
3
3
4
3
4
4
4
3
4
36
3
4
3
2
2
2
4
2
2
4
4
29
4
4
2
2
2
2
4
4
2
2
4
28
5
4
4
3
3
1
4
3
3
4
4
33
6
4
3
3
4
1
4
3
4
3
4
33
7
4
3
2
4
2
4
2
4
4
4
33
8
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
38
9
4
2
2
3
1
4
1
4
4
4
29
10
4
2
3
2
2
4
3
3
4
4
31
11
4
1
3
4
1
4
3
2
3
4
29
12
4
4
3
3
2
4
3
3
4
4
34
13
4
1
3
2
4
4
3
2
4
4
31
14
4
1
1
3
1
4
1
1
3
3
22
15
3
3
2
4
2
4
4
2
4
4
32
16
2
2
2
2
2
4
2
4
4
4
28
17
4
3
3
4
2
4
3
4
4
4
35
18
2
2
2
2
2
4
3
2
3
4
26
19
3
2
2
2
2
4
2
2
3
3
25
61
No Responden
Sekor 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
20
4
1
3
4
1
4
2
2
4
4
29
21
3
1
1
1
1
4
2
4
4
3
24
22
3
3
2
3
2
4
2
2
4
4
29
23
4
2
2
2
2
4
2
3
3
4
28
24
3
3
3
3
3
4
3
2
3
4
31
25
4
3
2
4
3
4
3
3
4
4
34
26
3
2
2
3
3
4
3
2
3
4
29
27
3
2
2
2
1
4
2
2
3
3
24
28
2
2
2
2
2
4
2
2
2
2
22
29
4
3
1
4
4
4
2
2
3
4
31
30
4
4
2
4
1
4
2
1
4
4
30
31
4
3
2
2
1
4
2
4
4
4
30
32
4
3
1
2
1
4
3
2
4
3
27
33
3
1
1
1
1
4
3
3
2
2
21
34
3
1
1
1
1
4
3
3
2
2
21
35
3
2
2
2
2
2
2
2
2
3
22
36
4
2
2
2
3
3
3
3
3
4
29
37
4
3
2
2
2
3
2
2
2
2
24
38
3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
30
39
4
3
4
2
1
4
4
4
3
3
32
40
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
34
41
4
2
1
2
1
4
3
1
4
2
24
42
4
3
2
1
1
4
4
4
4
4
31
43
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
31
44
2
2
2
2
2
4
2
2
2
2
22
45
4
2
4
1
2
4
3
4
2
4
30
46
3
2
2
2
2
4
3
4
4
4
30
47
3
1
1
1
1
4
1
2
3
4
21
62
No
Sekor
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
48
4
3
2
2
1
4
3
3
3
3
28
49
4
3
2
2
2
4
3
3
4
3
30
50
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
37
JUMLAH
Untuk
mengetahui
1447
Perilaku
Sosial
penulis
menggunakan
instrument dalam bentuk pertanyaan. Adapun alternatif jawaban sebagai berikut : a. Jawaban selalu mempunyai total nilai 4. b. Jawaban sering mempunyai total nilai 3. c. Jawaban kadang-kadang mempunyai total nilai 2. d. Jawaban jarang mempunyai total nilai 1. e. Jawaban tidak pernah mempunyai total nilai 0. Tabel 3.6 Skor Perilaku Sosial Sekor
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
1
4
4
2
4
4
3
3
4
2
2
32
2
4
3
1
1
4
4
4
4
4
4
33
3
4
3
4
4
4
2
4
4
4
2
35
4
4
4
4
4
1
2
3
4
3
3
32
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
3
37
6
4
4
3
4
4
4
4
4
1
1
33
7
4
4
1
4
4
1
3
4
3
2
30
8
4
4
4
4
4
4
4
2
4
1
35
9
4
4
4
4
3
3
4
2
2
4
34
63
Sekor
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
10
2
4
4
2
3
4
4
2
3
4
32
11
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
38
12
3
4
4
2
2
4
4
4
3
4
34
13
4
4
1
2
1
4
4
4
4
4
32
14
4
4
1
1
1
1
3
3
3
3
24
15
4
4
1
1
1
3
4
4
2
4
28
16
4
4
2
2
4
1
1
4
1
1
24
17
4
4
2
2
1
4
2
4
2
3
28
18
4
4
3
2
2
4
4
4
3
3
33
19
4
3
2
4
1
4
3
4
1
3
29
20
4
4
4
4
1
4
4
4
3
4
36
21
3
4
3
4
2
4
4
4
1
1
30
22
4
4
4
4
3
4
4
4
2
3
36
23
4
4
4
4
2
3
4
4
2
2
33
24
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
25
4
3
2
3
2
4
2
4
3
4
31
26
4
3
4
3
1
3
3
4
2
2
29
27
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
28
2
2
2
2
2
2
2
2
2
3
21
29
4
3
2
2
2
3
2
2
1
1
22
30
4
4
2
2
2
4
3
3
1
1
26
31
4
3
3
2
3
3
3
2
2
2
27
32
4
4
3
3
1
4
4
4
3
3
33
33
4
4
2
4
1
1
3
2
2
4
27
34
4
4
3
2
3
3
4
2
2
2
29
35
4
2
2
2
4
2
4
3
2
2
27
36
4
3
2
3
4
4
3
4
2
4
33
37
4
4
3
2
2
2
4
3
1
4
29
64
Sekor
No Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
38
4
4
3
4
2
2
4
3
3
3
32
39
4
4
2
4
2
4
3
4
2
3
32
40
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
38
41
1
3
2
1
1
1
4
4
4
4
25
42
4
4
2
1
1
3
2
2
4
4
27
43
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
24
44
3
4
2
2
2
2
2
2
2
2
23
45
4
4
4
2
2
3
2
4
4
2
31
46
4
4
2
3
3
4
2
4
3
3
32
47
4
4
2
2
3
4
2
3
2
4
30
48
3
4
3
3
4
4
2
4
4
4
35
49
4
3
2
3
3
4
3
4
1
4
31
50
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
34
JUMLAH
1526
Kemudian dari kedua tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tertingggi adalah 38 dan nilai terendah adalah 21, selanjutnya mencari intervalnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R
= Nilai tertinggi – Nilai terendah + 1 =38-21 +1 =17 +1 =18
i=
=
=3,6 =4 Data-data di atas adalah data hasil dari Korelasi Religiusitas
Remaja dengan Perilaku Sosial di masyarakat. Data tersebut akan penulis analisa dalam Bab IV.
65
BAB IV ANALISIS DATA
Melalui angket yang telah disebar kepada responden. Maka telah terkumpul data penelitian tentang religiusitas remaja dan perilaku sosial di Kelurahan Ngempon. Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya penulis menganalisis data. Hal ini dimaksudkan memperoleh jawaban-jawaban dari pokok permasalahan, sebagaimana yang telah termuat pada Bab I. Untuk memudahkan dalam menganisis, maka ada tahap-tahap dalam menganalisis data ini agar berjalan dengan benar sesuai jenis data yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui religiusitas remaja di Kelurahan Ngempon 2. Untuk mengetahui perilaku sosial remaja di masyarakat Kelurahan Ngempon 3. Untuk mengetahui korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat Kelurahan Ngempon Oleh karena itu, untuk mengetahui dari ketiga poin dari tujuan penelitian tersebut, penulis menggunakan analisis statistik. Adapun untuk analisis poin pertama dan kedua, maka penulis menggunakan rumus prosentase sebagai berikut:
Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi N = Jumlah responden
65
66
A. Religiusitas Remaja Berdasarkan data dari hasil penelitian pada bab III tentang religiusitas remaja adalah sebagai berikut : 1. Untuk kategori sangat tinggi tentang religiusitas remaja ada 4 responden : P P P
8%
2. Untuk kategori tinggi tentang religiusitas remaja ada 14 responden: P P P
%
3. Untuk kategori sedang tentang religiusitas remaja ada 19 responden: P P P = 38 % 4. Untuk kategori rendah tentang religiusitas remaja ada 6 responden: P P P
12%
67
5. Untuk kategori sangat rendah tentang religiusitas remaja ada 7 responden: P P P
14%
Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi tentang religiusitas remaja sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Religiusitas Remaja
NO
KATEGORI
INTERVAL
FREKUENSI
PROSENTASE
1
Sangat tinggi
35-38
4
8%
2
Tinggi
31-34
14
28%
3
Sedang
27-30
19
38%
4
Rendah
23-26
6
12%
5
Sangat Rendah
19-22
7
14%
50
100%
Jumlah
B. Perilaku Sosial di masyarakat Berdasarkan data dari hasil penelitian pada bab III tentang perilaku sosial remaja diketahui rekapitulasi adalah sebagai berikut :
68
1) Untuk kategori
sangat tinggi tentang perilaku sosial remaja ada 8
responden : P P P
16 %
2) Untuk kategori tinggi tentang perilaku sosial ada 19 responden: P P P
%
3) Untuk kategori sedang tentang perilaku sosial ada 15 responden: P P P 4) Untuk kategori rendah tentang perilaku sosial ada 6 responden: P P P
12%
5) Untuk kategori sangat rendah tentang perilaku sosial ada 2 responden: P
69
P P
4% Untuk lebih jelas penulis sampaikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi tentang perilaku sosial sebagai berikut :
Rekapitulasi Perilaku Sosial NO
KATEGORI
INTERVAL
FREKUENSI
PROSENTASE
1
Sangat tinggi
35-38
8
16%
2
Tinggi
31-34
18
36%
3
Sedang
27-30
16
32%
4
Rendah
23-26
6
12%
5
Sangat Rendah
19-22
2
4%
50
100%
Jumlah
Selanjutnya untuk analisis poin ketiga, yaitu untuk mengetahui apakah ada korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon dan sekaligus menguji hipotesis yang telah diajukan, digunakan teknik analisis product moment dengan rumus sebagai berikut :
rxy
xy x
2 X
x y
2
N
N
y 2 2 y N
70
Berikut tabel persiapan untuk mencapai adakah korelasi religiusitas remaja (variabel X) dengan perilaku sosial (variabel Y). Tabel 4.2 Tabel Kerja Koefisien Korelasi Religiusitas Remaja dengan Perilaku Sosial No
X
Y
X²
Y²
XY
1
30
32
900
1024
960
2
36
33
1296
1089
1188
3
29
35
841
1225
1015
4
28
32
784
1024
896
5
33
37
1089
1369
1221
6
33
33
1089
1089
1089
7
33
30
1089
900
990
8
38
35
1444
1225
1330
9
29
34
841
1156
986
10
31
32
961
1024
992
11
29
38
841
1444
1102
12
34
34
1156
1156
1156
13
31
32
961
1024
992
14
22
24
484
576
528
15
32
28
1024
784
896
16
28
24
784
576
672
17
35
28
1225
784
980
18
26
33
676
1089
858
19
25
29
625
841
725
20
29
36
841
1296
1044
21
24
30
576
900
720
22
29
36
841
1296
1044
23
28
33
784
1089
924
71
No
X
Y
X²
Y²
XY
24
31
30
961
900
930
25
34
31
1156
961
1054
26
29
29
841
841
841
27
24
24
576
900
720
28
22
21
484
441
462
29
31
22
961
484
682
30
30
26
900
676
780
31
30
27
900
729
810
32
27
33
729
1089
891
33
21
27
441
729
567
34
21
29
441
841
609
35
22
27
484
729
594
36
29
33
841
1089
957
37
24
29
576
841
696
38
30
32
900
1024
960
39
32
32
1024
1024
1024
40
34
38
1156
1444
1292
41
24
25
576
625
600
42
31
27
961
729
837
43
31
24
961
576
744
44
22
23
484
529
506
45
30
31
900
961
930
46
30
32
900
1024
960
47
21
30
441
900
630
48
28
35
784
1225
980
49
30
31
900
961
930
50
37
34
1369
729
1258
Jumlah
1447
1526
42799
47408
44552
72
Dari tabel tersebut dapat diketahui : N
= 50
∑X
= 1447
∑Y
= 1526
∑X2
= 42799
∑Y2
= 47408
∑XY
= 44552 Setelah diketahui data yang diperlukan, kemudian data dimasukkan
dalam rumus product moment sebagai berikut:
rxy
rxy
2 X
x y xy N Nx y Ny 2
2
2
44552
1447 1526 50
2 1447 1526 42799 47408 50 50 2
rxy
rxy
rxy
rxy
389,56
42799 41876,1847408 46573,52 389,56
922,82834,48 389,56 77074,8336
389,56 877,5390781
rxy 0,444024448
73
C. Pembahasan Setelah data berhasil di uji dengan menggunakan teknik product moment diperoleh rxy sebesar 0,444024448, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel dengan jumlah 50 responden dengan taraf signifikasi 5% diperoleh nilai = 0,297% dan pada taraf signifikasi 1% diperoleh nilai = 0,361%. Maka jika dibandingkan dengan nilai rxy hitung (0,444) lebih besar dari nilai r table = (0,297) dan (0,361) atau dapat dikatakan 0,297 <0,444> 0,361. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas remaja dengan perilaku sosial di mayarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2012. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima.
74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menguraikan tentang hubungan religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2012
maka,
penulis dapat mengambil kesimpulan dari uraian yang telah disusun mulai dari Bab I sampai Bab IV, hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Religiusitas remaja di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2012 berada pada kategori sedang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada kategori sangat tinggi mencapai 8%, kategori tinggi mencapai 28%, kategori sedang mencapai 38%, kategori rendah mencapai 12% dan kategori sangat rendah mencapai mencapai 14 %. 2. Perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2012 berada pada kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada kategori sangat tinggi mencapai 16% kategori tinggi mencapai 38%, kategori sedang mencapai 30%, kategori rendah mencapai 12% dan kategori sangat rendah mencapai mencapai 4 %. 3. Dari penelitian yang dianalisis secara statistik diperoleh hasil yang menjadi kesimpulan bahwa ada korelasi antara religiusitas remaja dengan 74
75
perilaku sosial di masyarakat. Hal ini terbukti dengan koefisien korelasi product moment dari hasil rxy 0,444 hitung sebesar dan selanjutnya dikonsultasikan dengan r table product moment dengan N=50, pada taraf signifikasi 1% diperoleh nilai = 0,361%.dan pada taraf signifikasi 5% diperoleh nilai =0,297%. Setelah data dianalisis dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment diperoleh nilai rxy lebih besar daripada nilai r tabel atau ( 0,297 <0,444> 0,361).Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan dapat diterima, berarti ada korelasi atau hubungan religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2012.
B. Saran Demi perbaikan dan kesempurnaan Religiusitas remaja dengan Perilaku sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, maka pada kesempatan ini penulis sampaikan beberapa saran atau sumbangan pikiran yaitu sebagai berikut: 1. Untuk remaja: penambahan kegiatan-kegiatan baik keagamaan ataupun kegiatan yang berkenaan dengan sosial agar masyarakat lebih aktif dalam masyarakat terutama bagi para remaja yang tinggal di lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon.
76
2. Untuk Kepala Kelurahan: penambahan fasilitas-fasilitas ataupun sarana dan prasarana di Kelurahan Ngempon seperti tempat ibadah, TPA, lapangan olah raga yang lainnya.
C. Kata Penutup Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan inayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Amin. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi semua umat. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa manusia tidak lepas dari kesalahan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.