HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Sebagai Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : EKA FAUQIYAH NIM: 106070002231
1
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M MOTTO:
Kebahagiaan adalah pengalaman spiritual dari menikmati setiap detik kehidupan kita dengan penuh rasa cinta, rasa syukur, serta pengabdian kepada Tuhan yang Menciptakan kita. ~ Denis Waitley ~
2
Ku persembahkan karya sederhana ini teruntuk… Kedua Orang Tuaku tercinta, Aba Drs. H. Maidan Fahmi, MM, MBA Mama Hj. Rabiatul Adawiyah, Sag
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS REMAJA PANTI ASUHAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Sidang Munaqasah
Dekan/ Ketua Merangkap Anggota, Anggota,
Pembantu Dekan/ Sekretaris Merangkap
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 19561223 198303 2001
3
Penguji I
Penguji II
Dra. Zahrotun Nihayah. M.Si NIP 196207241989
Dra. Netty Hartati. M.Si. NIP 1953100219832001
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Netty Hartati, M.Si Psi NIP. 1953100219832001
S. Evangeline.I. Suaidy. MS.i, NIP. 150411217
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B) September 2010 (C) Eka Fauqiyah (D) Hubungan religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan (E) Halaman : vii + 81 Halaman + Lampiran (F) Happiness merupakan perasaan positif yang didambakan oleh setiap orang tak terkecuali bagi remaja di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan bukan tidak mungkin mengalami berbagai masalah juga hal-hal yang tidak 4
menyenangkan di masa lalu dan masa sekarang serta kekhawatiran akan masa depan yang membuat mereka sedih atau unhappiness. Salah satu faktor yang dapat membantu untuk merasakan happiness adalah religiusitas. Religiusitas adalah suatu totalitas keberagamaa seseorang sebagai penganut agama yang memiliki lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalaman dan konsekuensi.
Adanya program dan kegiatan keagamaan yang dilakukan di panti asuhan, memungkinkan remaja meminimalisir perasaan negatif sehingga menimbulkan perasaan positif karena melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Happiness tidak ditentukan oleh apa yang terjadi dalam kehidupan, namun bagaimana seseorang menyikapi atas apa yang terjadi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan. Responden penelitian berjumlah 90 orang yang ditentukan dengan pengambilan sampel nonprobability dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri dari 2 bagian, yaitu remaja panti asuhan Islam Raudhatul Jannah di daerah Pasar Jumat Jakarta Selatan dengan jumlah 50 orang dan panti asuhan Kristen P-niel di daerah Bintaro Tangerang. dengan subjek penelitian sebanyak 40 orang dengan rentang usia pada tahap remaja yakni usia 13-18 tahun. Masing-masing diberikan kuesioner dengan 51 item skala religiusitas dan 29 item skala happiness.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi spearman, yang di ketahui dari hasil uji normalitas. Kemudian uji regresi dan uji perbedaan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,515. Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif yang signfikan antara religiusitas dengan happiness remaja panti asuhan. artinya, semakin tinggi tingkat religiusitas, maka semakin tinggi pula happiness.
5
Saran yang dapat diberikan adalah agar peneliti berikutnya dapat mengadaptasi lebih baik lagi dari skala religiusitas dan happiness, sehingga dapat meneliti secara mendalam dimensi dari masing-masing variabel.
(G) Daftar Pustaka : 25 buku + 4 jurnal + 1 pustaka online
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmaanirrohiim Segala puji hanya miliki Allah SWT. Zat yang menggenggam alam semesta ini, yang Kasih-Nya sangat luar biasa. Shalawat beriringan salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Peneliti menyadari bahwa keberhasialan dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang bersedia membimbing, membantu dan mendoakan kelancaran skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar Ph,D. 2. Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Liany Luzvinda, MS.i. 3. Ibu Dra. Netty Hartati, MS.i sebagai dosen pembimbing I dan Ibu S. Evangeline.I. Suaidy, MS.i, Psi sebagai dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
6
4. Bapak dan Ibu staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta atas kerjasamanya. 5. Kepada kedua orang tua penulis ayahanda Maidan Fahmi dan ibunda Rabiatul Adawiyah, terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, perhatian, pengertian, dukungan, serta do’a yang tak pernah putus untuk kesuksesan penulis. 6. Adik-adik penulis, Wilda Humaidah dan Marateen Shofwah, terima kasih atas dukungan kalian apapun bentuknya, yang menyenangkan maupun yang mengesalkan. 7. Kepada Ibu Ika selaku Pengajar di SMP PGRI II Ciputat, yang telah banyak membantu penulis dalam perijinan penelitian di Panti Asuhan kristen. 8. Kepada anak-anak di Yayasan Raudhatul Jannah Jakarta Selatan, terima kasih telah membantu penulis dalam penelitian. 9. Kepada anak-anak di Yayasan Kasih Orang Tua dan Peduli Anak P-niel Tangerang, terima kasih atas kesediaan waktunya yang telah membantu penulis dalam penelitian. 10. Terima kasih teruntuk
Widaad Rifqiana, Layla Hikmah dan Yuniar
Rachdianti atas keikhlasannya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik dukungan moril maupun materi. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian. 11. Untuk para sahabat Psikologi ’05 Reguler (Especially Iha, Ria, Tari, Juju, Dini, Hana, Indah, Via, Eva, Dala, Nala, Agung dkk) Psikologi ‘05 Non Reguler (Especially Retno, Nida, Dhe2, Dimas dkk) dan Psikologi ’06 Reguler (Rika, Dany, Fira, Adio dkk) terimakasih atas bantuan, semangat, do’a, saran, dan sharing dari kalian semua.
7
12. Untuk teman kosan (Especially Ina, Iyah, Sukma, Juli, Yuyu, Echi ) terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian. SUKSES UNTUK KALIAN!
Penulis memohon maaf atas semua kekurangan dalam penulisan karya ini, mudah
mudahan karya ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang
terutama bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
8
HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN MOTTO ABSTRAK ...........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR.........................................................................................
ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
v
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
1.2. Identifikasi Masalah .....................................................................
10
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...........................................
10
1.3.1. Pembatasan Masalah Penelitian .......................................
10
........................................................................................... 1.3.2. Perumusan Masalah Penelitian ........................................
11
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................
11
1.4.1. Tujuan Penelitian .............................................................
11
1.4.2. Manfaat Penelitian ...........................................................
11
1.5. Sistematika Penulisan ..................................................................
12
9
BAB 2 KAJIAN TEORI 2.1. Happiness .....................................................................................
13
2.1.1. Pengertian Happiness .......................................................
13
2.1.2. Aspek-aspek happiness......................................................
14
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Happiness .................
18
2.2. Religiusitas....................................................................................
20
2.2.1. Pengertian Religiusitas......................................................
20
2.2.2. Dimensi-dimensi Religiusitas ..........................................
22
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religusitas....................
23
2.3. Remaja...........................................................................................
25
2.3.1
Pengertian Remaja.............................................................
25
2.3.2
Batasan Remaja..................................................................
26
2.3.3
Tugas Perkembangan Remaja............................................
26
2.3.4
Religiusitas pada Remaja...................................................
2.3.5
Kebahagiaan dalam Masa Remaja.....................................
27
2.4. Panti Asuhan..................................................................................
28
2.4.1
Pengertian Panti Asuhan.................................................
28
2.4.2
Tujuan Panti Asuhan.......................................................
29
2.4.3
Fungsi Panti Asuhan.......................................................
29
2.4.4
Program Pengasuhan Anak Panti Asuhan.......................
31
2.5. Kerangka Berpikir ........................................................................
35
2.6. Hipotesis Penelitian ......................................................................
39 10
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian................................................................................ 40 3.1.1. Pendekatan
dan
metode
penelitian...................................
40 3.1.2
Variabel Penelitian...........................................................
41 3.1.2.1
Definisi
Konseptual..............................................
42 3.1.2.2
Definisi
Operasional............................................
43 3.2. Pengambilan Sampel ....................................................................
42
3.2.1. Populasi ............................................................................
42
........................................................................................... 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ............................................
43
........................................................................................... 3.2.3. Karakteristik Sampel......................................................... 43 3.3. Pengumpulan Data .......................................................................
44
.......................................................................................................
11
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
44
........................................................................................... 3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data ..........................................
45
........................................................................................... 3.4. Hasil Uji Instrumen Penelitian .....................................................
50
3.4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen...........................................
51
3.4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen .......................................
56
3.5. Metode Analisis Data ...................................................................
57
3.6. Prosedur Penelitian .......................................................................
57
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Responden Penelitian .....................................
59
....................................................................................................... 4.2
4.3
Presentasi Data...............................................................................
62
4.2.1 Uji Normalitas.......................................................................
62
Kategorisasi Penyebaran Skor Responden......................................
69 4.4
Pengujian Hipotesis..........................................................................
71 4.5
Uji Regresi.......................................................................................
73 12
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan ................................................................................
75
5.2.
Diskusi .......................................................................................
76
5.3.
Saran ..........................................................................................
80
5.3.1 Saran Teoritis ....................................................................
80
5.3.2 Saran Praktis ....................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81 ............................................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 82
13
DAFTAR TABEL Tabel 2.2 : Kerangka Berfikir....................................................................................... 39 Tabel 3.1 : Skor Item Skala.......................................................................................... 46 Tabel 3.2 : Blue Print Skala Religusitas Try Out......................................................... 48 Tabel 3.3 : Blue Print Skala Happiness Try Out.......................................................... 51 Tabel 3.4 : Blue Print Skala Religiusitas Penelitian...................................................... 53
14
Tabel 3.5 : Blue Print Skala Happiness Penelitian........................................................ 54 Tabel 3.6 : Klasifikasi Koefisien Reliabilitas................................................................ 56 Tabel 4.1 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 59 Tabel 4.2 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia........................................ 60 Tabel 4.3 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama.................................... 61 Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Religiusitas................................................................ 63 Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas Happiness.................................................................. 65 Tabel 4.8 : Kategorisasi Religiusitas............................................................................... 69 Tabel 4.9 : Kategorisasi Happiness.................................................................................. 71 Tabel 4.10 : Hasil Uji Hipotesis........................................................................................ 72 Tabel 4.11 : Anova............................................................................................................ 73 15
Tabel 4.12 : Model Summary............................................................................................ 74
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Data mentah religiusitas dan happiness
Lampiran 2
Skala field test
Lampiran 3
Out put field test
16
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang dilakukan penelitian ini pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
17
Didalam hidup ini, setiap orang tidak akan pernah terlepas dari masalah, baik masalah pribadi maupun masalah sosial yang dapat mempengaruhi kebahagiaannya. Kebahagiaan (happiness) adalah suatu hal yang sangat penting, karena kebahagiaan merupakan kebutuhan naluriah setiap orang, tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak ingin meraihnya. Kebahagiaan bukanlah ditentukan oleh apa yang terjadi didalam kehidupan, melainkan sebuah penyikapan atas apa yang terjadi. Matthews (2004) mengatakan bahwa, kebahagiaan tidak ditentukan oleh apa yang terjadi didalam hidup, tetapi bagaimana cara seseorang bereaksi terhadap apa yang terjadi.
Menurut Waterman (1993, dalam Singh & Jha, 2008) happiness bisa diharapkan kapan saja menjadi perasaan senang serta mempengaruhi pemenuhan kebutuhan, baik secara fisik, intelektual, atau sosial. Sedangkan Aristoteles (1984 dalam Ryff, 1989) menyebut happiness sebagai eudaimonia, yaitu seberapa besar usaha manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup. Seligman (2002) sepakat dengan konsep Aristoteles yang mengatakan happiness adalah eudaimonia, Seligman menyebut eudaimonia
sebagai gratifikasi, yaitu suatu kegiatan yang disenangi
seseorang, dan tidak selalu disertai oleh perasaan dasar. Menurut Seligman, eudaimonia bukanlah suatu keadaan yang dapat diperoleh melalui jalan pintas, namun melalui proses dari usaha atau aktifitas dengan tujuan yang baik.
Seligman (2002), menggunakan istilah happiness sebagai emosi positif serta kegiatan positif yang terdiri dari tiga kategori yaitu : emosi positif yang di tujukan 18
pada masa lalu, masa depan dan masa sekarang. Emosi positif masa lalu adalah kepuasan, kesenangan, kebanggaan dan ketenangan. Emosi positif pada masa sekarang adalah kesenangan sesaat dan kenikmatan yang lebih lama. Sedangkan emosi positif pada masa depan adalah optimisme, harapan, kepercayaan diri, kepercayaan dan keyakinan
Berlawanan dengan perasaan bahagia (happiness), setiap individu juga merasakan
perasaan
tidak
bahagia
(unhappiness).
Menurut
Arief
(2008),
Unhappiness sebenarnya adalah warning agar seseorang berubah. Perubahan yang di maksud adalah perubahan cara berfikir, keyakinan, pilihan emosi, semangat spiritualitas atau mengubah keharmonisan diri dengan lingkungan sekitar. Jadi, menjadi bahagia adalah sebuah proses mengubah diri yang diperlukan tidak hanya oleh orang dewasa tetapi juga oleh remaja yang masih mencari jati diri. Hendrianti (2006) mengatakan bahwa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada setiap tahapan perkembangannya remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang menggambarkan perubahan-perubahan yang akan terjadi. Keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada periode usia tertentu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas perkembangan pada periode usia selanjutnya.
19
Perubahan tersebut adalah perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan minat, perubahan moral serta perubahan minat dan perilaku seks. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain. (Sarlito, 2005).
Pada tiap rentang kehidupan, masa remaja juga memiliki perkembangan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Hurlock (1980) mengatakan bahwa pada setiap tingkatan usia terdapat tiga ciri kebahagiaan, yaitu penerimaan orang lain, kasih sayang dan mendapatkan prestasi. Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh penerimaan diri yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang baik. Kasih sayang merupakan hasil dari sikap diterima orang lain. semakin diterima baik, maka semakin banyak kasih sayang yang didapatkan. Sedangkan prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan seseorang, jika tujuan realistisnya rendah, maka akan timbul kegagalan dan tidak merasa puas serta cenderung tidak bahagia. Untuk itu, dibutuhkan usaha yang keras demi mencapai prestasi yang diinginkan.
Berdasarkan hasil survey penelitian yang menggunakan kuesioner dengan beberapa pertanyaan dari peneliti panti asuhan di Jakarta, dengan sample 70 orang 20
remaja, terdapat kurang lebih 50 % remaja yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah suatu perasaan senang, ketenangan hati, serta kepuasan diri dalam mencapai suatu keinginan. kebahagiaan bagi mereka juga mencakup memiliki banyak teman, mendapatkan kasih sayang, memiliki keluarga utuh dan harmonis, menjadi manusia yang religius, serta mendapatkan prestasi yang baik.
Salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan akan nilai-nilai dan agama. Pada hakikatnya, semua itu ditimbulkan oleh norma-norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga yang didapat melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak. Zakiah (2005) mengatakan bahwa pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil. Seseorang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, baik pendidikan dari orang tua, lingkungan sosial dan sekolah yang menjalankan hidupnya dengan pendidikan agama. Maka mereka dengan sendirinya akan mempunyai kecenderungan hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, dan merasakan nikmatnya hidup beragama.
Remaja lebih merasa tertarik kepada agama dan keyakinan spiritual daripada anak-anak. Pemikiran abstrak mereka yang semakin meningkat dan pencarian identitas mereka lakukan membawa mereka kepada masalah-masalah agama dan spiritual. (Spilka, 1991 dalam Santrock, 2003)
21
Sebuah hasil survey nasional, diketahui bahwa lebih dari 90%
remaja
mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan. Hanya 1 dari 1000 yang tidak memiliki preferensi atau golongan keagamaan apapun (Santrock, 2003)
Menurut James, (dalam Jalaluddin, 2003) agama memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan.
Myers (dalam Khavari 2006) menjelaskan mengapa para pemeluk agama lebih bahagia daripada yang tidak beragama, ia mengatakan bahwa mereka lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, menuntun mereka menerima dan menghadapi beragam masalah dengan tenang, dan mengikat seseorang dalam satu umat yang saling memberikan dukungan. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Aghili dan Kumar (2008), di dalamnya disimpulkan bahwa sikap religiusitas ternyata sangat berkorelasi dengan kebahagiaan. Hasilnya adalah semakin Tinggi sikap religiusitas, maka semakin tinggi pula kebahagiaan seseorang.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Dafit (2007) juga mengatakan bahwa, terdapat korelasi yang positif antara religiusitas dengan kebahagiaan pada
22
Mahasiswa.
Sekitar
tahun 1996/1997, telah dilakukan penelitian tentang gambaran
kesadaran beragama di kalangan remaja siswa SMK di Jawa barat, yang respondennya berjumlah 652 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua siswa dan siswi
meyakini agama sebagai pedoman hidup yang akan
membawa kepada kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat. (Yusuf, 2004).
Kebahagiaan hidup dan pendidikan agama
tidak hanya dibutuhkan bagi
remaja yang memiliki keluarga utuh, namun juga di butuhkan bagi remaja yang kurang beruntung yaitu remaja yang tinggal dipanti asuhan. Karena mereka juga anak-anak generasi penerus bangsa yang harus di asuh dengan baik agar berkembang dengan optimal.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak pada Bab II pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan: bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh kembangnya secara wajar.
Pemerintah melalui Depsos RI telah melakukan langkah-langkah penanganan bagi remaja yang kurang mampu maupun terlantar yaitu dengan mendirikan lembaga 23
sosial seperti panti asuhan. Pendirian panti sebagai lembaga sosial dimaksudkan untuk menggantikan keluarga alami anak dengan keluarga atau pengasuhan yang berbeda, yang menekankan adanya pelimpahan tanggung jawab pengasuhan anak kepada orang tua asuh yang meliputi semua aspek peran orang tua. (Depsos, 2008).
Selain itu, bentuk panti asuhan lain diluar Dinas Sosial juga banyak didirikan, salah satunya panti asuhan yang berbasis agama dan dengan tujuan untuk mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak agar dapat berkembang sesuai dengan prinsip agama.
Tinggal di panti asuhan yang jauh dari cinta sanak keluarga memang sudah menjadi pilihan yang mereka ambil untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Namun kenyataannya, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anak-anak dipanti asuhan yang menginginkan kasih sayang serta perhatian yang besar dari orang-orang sekitar mereka. Suasana di panti asuhan juga tentu berbeda dibandingkan dengan suasana di dalam keluarga sendiri. Perbedaan ini disebabkan karena kondisi dan kemampuan panti yang beraneka ragam, baik dalam pelaksanaan maupun dalam program layanan.
Beberapa masalah yang muncul pada remaja di panti asuhan adalah keluhankeluhan anak mengenai suasana lingkungan panti yang tidak sama dengan lingkungan keluarga, rindu akan sanak keluarga, bertengkar dengan teman, serta masalahmasalah kecil lainnya yang dapat mempengaruhi kebahagiaannya. 24
Hasil penelitian Save the Children and Unicef
bekerja sama dengan
Departemen Sosial RI (2008) yang merupakan laporan pertama mengenai kualitas pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia menemukan beberapa fakta penting mengenai kondisi pengasuhan anak di panti asuhan di Indonesia yang masih sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi sehari-hari, sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak kurang dipertimbangkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pengasuh panti asuhan di tempat penelitian, mereka memberikan berbagai program panti untuk membantu anak meningkatkan perilaku religiusitas seperti kegiatan keagamaan, membaca kitab suci, beribadah bersama, serta kegiatan keagamaan lain yang bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Kegiatan lainnya adalah seperti olah raga dan kesenian. Remaja di haruskan untuk mentaati peraturan yang telah di sediakan pihak panti asuhan, jika melanggar maka mereka akan di hukum. Jenis hukumannya adalah membersihkan lingkungan panti, hal ini diharapkan membuat anak patuh dan tidak melanggar peraturan.
Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan atau hal-hal yang 25
tidak bermanfaat serta masalah-masalah yang membuat anak sedih baik di masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi anak untuk mencapai kebahagiaan hidup.
Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas, peneliti menganggap bahwa penelitian ini perlu dilakukan mengingat penelitian yang membahas tentang kaitan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan masih belum banyak dilakukan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :“ HUBUNGAN
RELIGIUSITAS DENGAN
HAPPINESS PADA REMAJA
PANTI ASUHAN”
1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 1.2.1 Batasan Masalah Agar penelitian tidak meluas, maka peneliti perlu membatasi permasalahan yang ingin diteliti, yaitu: 1. Religiusitas adalah suatu totalitas keberagamaan seseorang penganut agama yang memiliki lima dimensi, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalaman dan konsekuensi.
26
2. Happiness adalah perasaan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang. 3. Remaja panti asuhan adalah remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 13 sampai 18 tahun. Batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal dipanti adalah 18 tahun.
1.2.2 Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan di teliti dapat di rumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara Religiusitas dengan Happiness pada Remaja Panti Asuhan? 2. Apakah ada perbedaan antara happiness pada remaja laki-laki dan perempuan? 3. Apakah ada perbedaan antara happiness berdasarkan usia remaja panti asuhan? 4. Apakah ada perbedaan antara happiness remaja panti asuhan Islam dan Kristen? 5. Seberapa besar sumbangan religiusitas terhadap happiness?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
27
1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan Islam dan remaja panti asuhan Kristen
1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis: 1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai wawasan keilmuan terutama dalam bidang Psikologi Positif. 2. Manfaat Praktis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah agar dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para pengelola panti asuhan dalam memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikis dalam meningkatkan pelayanan bagi anak-anak panti asuhan sehingga mendapatkan kesejahteraan, pendidikan , serta tempat tinggal yang layak.
1.4 Sistematika Penulisan Untuk memudahkan kerangka berfikir penulisan ini dibagi menjadi 5 bab yang disusun dalam sistematika sebagai berikut :
BAB I : Yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.
28
BAB II : Menguraikan tentang teori Happiness dan teori Religiusitas. Remaja dan Panti Sosial, Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian.
BAB III : Dalam bab ini diuraikan pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.
BAB IV : Mengemukakan tentang gambaran umum subjek penelitian presentasi data, uji persyaratan, deskripsi statistik, hasil uji hipotesis dan uraiannya.
BAB V : Mengemukakan tentang kesimpulan, diskusi dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang landasan teoritis penelitian ini, yang dibagi menjadi tiga subbab. Subbab pertama membahas tentang happiness, subbab kedua membahas tentang religiusitas, subbab ketiga membahas tentang kerangka berfikir.
29
2.1. Happiness 2.1.1. Pengertian Happiness Seligman (2002) mendefinisikan happiness
sebagai perasaan positif dan
kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan
dan masa
sekarang.
Diener (dalam Synder 2007) menyamakan happiness dengan subjective wellbeing serta sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup. Menurut Diener kebahagiaan adalah evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami. Lebih spesifiknya kebahagiaan meliputi pengalaman yang menyenangkan seseorang dan apresiasinya terhadap kehidupan.
Carr (2004) mengatakan bahwa happiness dan subjective well-being keduanya merujuk pada perasaan positif, yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun keadaan positif seperti ikut serta dalam kegiatan yang mengalir atau terlarut di dalamnya.
Carlson (1984, dalam Manz, 2003) mengatakan bahwa happiness adalah perasaan yang alami sebagai bagian dari pembawaan fungsi psikologis yang sehat.
30
Menurut Al-Qarni (2004), Kebahagiaan adalah keriangan hati karena kebenaran yang dihayatinya, kebahagiaan adalah kelapangan dada karena prinsip yang menjadi pedoman hidup, dan kebahagiaan adalah ketenangan hati karena kebaikan disekelilingnya.
Dari pengertian diatas mengenai happiness, maka definisi yang digunakan peneliti adalah definisi dari Seligman (2002) yang menyatakan bahwa happiness merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.
2.1.2. Aspek Happiness 2.1.2.1. Emosi Positif Seligman (2002) membagi emosi positif menjadi tiga kategori menurut waktu, yaitu: a. Emosi Positif Terhadap Kepuasan akan Masa Lalu Menurut Seligman (2002), emosi tentang masa lalu dimulai dari ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan. Semua emosi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pikiran seseorang tentang masa lalunya. Banyak sekali bukti tentang pandangan
31
ini. Salah satu contoh Ketika seseorang dilanda depresi, jauh lebih mudah baginya untuk menyimpan kenangan menyedihkan daripada kenangan membahagiakan.
Keterbatasan pemahaman dan penghayatan tentang peristiwa pada masa lalu jika menekankan peristiwa buruk maka dapat membuat seseorang sulit untuk mengalami ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan.
Seligman (2002) mengatakan bahwa ada dua cara untuk membawa perasaanperasaan tentang masa lalu ke arah kebahagiaan. Yaitu dengan bersyukur dan memaafkan. Ia mengatakan bahwa rasa syukur dapat menambah kepuasan hidup karena dapat menambah intensitas kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu. Sedangkan memaafkan dapat mengubah kepahitan menjadi kenangan yang positif, dan dengan demikian lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih besar. b. Emosi Positif Terhadap Optimistis akan Masa Depan Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan, percaya diri, harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi saat menghadapi musibah, dapat meningkatkan kinerja, dan kesehatan fisik yang lebih baik di masa depan.
Terdapat dua dimensi dalam konsep optimisme, yaitu Permanen dan Pervasif. Dimensi pertama menjelaskan tentang seberapa lama individu terpengaruh pada 32
setiap kejadian yang mereka alami. Dimensi permanen dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe permanen (pesimistis) dan tipe temporer (optimistis). Orang-orang dengan tipe permanen percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian yang mereka alami bersifat permanen, terus berlanjut mempengaruhi hidup mereka. Sebaliknya, orang dengan tipe temporer, percaya bahwa penyebab kejadian buruk itu hanya bersifat sementara.
Sedangkan pervasif menjelaskan tentang seberapa besar suatu kondisi mempengaruhi kehidupan individu. Dimensi pervasif dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu universal (pesimistis) dan spesifik (optimistis). Individu dengan tipe universal akan terpengaruh disegala aspek ketika suatu kejadian menimpa satu area kehidupan, sedangkan individu dengan tipe spesifik, hanya akan terpengaruh pada satu bagian kehidupan, dan tidak mempengaruhi bagian lain. c. Emosi Positif Terhadap Kebahagiaan Pada Masa Sekarang Kebahagiaan masa sekarang terdiri atas berbagai keadaan yang sangat berbeda dengan kebahagiaan akan masa lalu dan masa depan. kebahagiaan sendiri mencakup dua hal yang berbeda : yaitu kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut dengan perasaan-perasaan dasar (raw feels) seperti: rasa senang, riang, ceria, dan nyaman (Seligman,2002).
Semua ini bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran, atau malah tidak sama sekali. Kenikmatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan ragawi 33
(bodily pleasures) dan kenikmatan yang lebih tinggi (higher pleasures). Kenikmatan ragawi datang dengan cepat, melalui indera, dan bersifat sementara. Sama halnya dengan kenikmatan ragawi, kenikmatan yang lebih tinggi juga memiliki perasaanperasaan dasar yang positif, bersifat sementara, memudar dengan mudah dan dengan cepat menjadi terasa biasa. Namun tak hanya itu, kenikmatan yang lebih tinggi juga bersifat kognitif dan jauh lebih bervariasi daripada kenikmatan ragawi.
Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat kita sukai, tetapi sama sekali tidak mesti disertai oleh perasaan dasar. Contoh gratifikasi adalah : membaca novel yang bagus, bermain bola basket. Gratifikasi bertahan lebih lama daripada kenikmatan dan melibatkan lebih banyak pemikiran serta interpretasi.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness Menurut Seligman (2002) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi happiness, yaitu: 1. Uang Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya, lebih daripada uang itu sendiri. Orang yang menempatkan uang diatas tujuan lainnya kurang puas dengan penghasilan mereka dan dengan kehidupan mereka secara keseluruhan. 2. Perkawinan
34
Pusat riset Opini Nasional Amerika Serikat menyurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir, 40% dari orang yang menikah mengatakan mereka sangat bahagia, sedangkan hanya 24% dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya yang mengatakan mereka bahagia. 3. Kehidupan Sosial Orang-orang yang bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Berdasarkan penilaian sendiri atau orang lain, mereka dapat nilai tertinggi dalam berinteraksi. Khavari (2006) mengatakan bahwa meskipun kebahagiaan personal tumbuh dari dalam diri, berbagi kesenangan dengan orang lain dapat membangun perasaan yang positif. Rasa kebersamaan juga dapat tumbuh dari hubungan penuh kasih dengan Tuhan serta dengan tokoh-tokoh agama.
4. Emosi Negatif Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti pula seseorang terlindungi dari kesedihan. 5. Usia Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen : kepuasan hidup, afek 35
menyenangkan dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah. Yang berubah saat seseorang menua adalah intensitas emosinya. 6. Kesehatan Orang-orang yang masuk rumah sakit dengan hanya satu masalah kesehatan yang kronis, seperti penyakit jantung, mereka menunjukkan peningkatan kebahagiaan yang berarti pada tahun berikutnya. Namun mereka yang memiliki lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. Jadi, masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas menyebabkan ketidakbahagiaan, namun sebabnya adalah sakit yang parah.
7. Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati. Tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda, yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih daripada laki-laki. 8. Agama Data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Myers (1992 dalam Khavari 2006) menyatakan bahwa orang-orang yang 36
beragama lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, mengajak mereka menerima dan menghadapi aneka masalah dengan tenang, dan mempersatukan mereka dalam satu umat yang saling memberi dukungan.
2.2 Religiusitas 2.2.1. Pengertian Religiusitas Sebelum membahas religiusitas, perlu adanya pembahasan mengenai agama sebagai dasar dari perilaku religiusitas ini.
Di dunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama, yaitu : religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian; perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang di lakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. (Moh.Syafaat, 1965 dalam Yusuf, 2004).
Menurut Martineau ( dalam Jalaluddin, 2003 ) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa, dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.
37
Sedangkan menurut Glock & Stark ( dalam Anchok, 2004 ), agama adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi ( ultimate meaning).
Istilah religiusitas merupakan terjemahan dari kata religiosity dalam bahasa inggris. Menurut Smith (dalam Trimulyaningsih & Rachmana, 2008) religiusitas adalah sesuatu yang dilakukan atau yang dirasakan secara mendalam oleh seseorang atau sesuatu yang mempengaruhi keinginan dan harapan dan mengikat seseorang dalam sebuah komunitas.
Menurut Trimulyaningsih & Rachmana (2008) religiusitas adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan agama.
Dari pengertian di atas, maka peneliti menggunakan definisi dari Glock & Stark (dalam Anchok, 2004 ) religiusitas adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.
2.2.2. Dimensi Religiusitas Menurut Glock & Stark (1974), ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu :
38
1). Dimensi Keyakinan. Dimensi ini terdiri dari pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran ajaran-ajaran agama. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan untuk taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga terdapat tradisi-tradisi dalam agama yang sama. 2). Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting yaitu ritual dan ketaatan. Ritual seperti : menghadiri pengajian agama. Sedangkan ketaatan seperti: mengerjakan shalat. 3). Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan memperhatikan fakta bahwa semua agama memiliki pengharapan-pengharapan yang pasti, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan bahwa seseorang akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural. 4). Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orangorang yang beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab suci dan tradisi-tradisi. 5). Dimensi konsekuensi. Dimensi mengacu pada identifikasi komitmen terhadap agama dari
keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan 39
seseorang dari hari ke hari. Dan konsekuensi ini di tiap komitmen agama berlainan. Maka dari itu, kita perlu suatu ketegasan secara komunal yang dapat diambil dari salah satu hukum agama yang tertulis yang terdapat di dalam kitab agama masing-masing, untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat menjerumuskan kehidupan bermasyarakat.
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Thouless (1992) mengemukakan ada 3 faktor yang mempengaruhi religiusitas, diantaranya yaitu: 1) Faktor Sosial Faktor sosial berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan, mulai dari pendidikan yang kita terima pada masa kanak-kanak, berbagai pendapat dan sikap orang-orang di sekitar kita dari apa yang mereka katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan kita, dan berbagai tradisi yang kita terima dari masa lampau. Karena tidak seorang pun diantara kita yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan dalam keadaan yang terisolasi dari saudara-saudara kita dalam masyarakat. 2) Faktor Emosional Setiap pemeluk agama memiliki pengalaman emosional dalam kadar tertentu yang berkaitan dengan agamanya. Namun ada sejumlah orang, terjadi pengalamanpengalaman keagamaan yang memiliki kekuatan dan komitmen agama yang luar biasa sehingga berbeda dengan pengalaman-pengalaman orang lain. Karena beberapa 40
orang menilai dirinya sendiri hanya terpengaruh oleh persepsi seremonial yang bersifat visual dan ada sebagian menganggapnya sekedar kesibukan saja. Pendapat orang-orang beragama pada umumnya bahwa akibat penting dari kesadaran beragama adalah dorongan untuk taat kepada ajaran agama yang dipeluknya dan berperilaku yang baik dengan sesama manusia, dan nilai emosi keagamaan itu harus dinilai dari keberhasilannya dalam membantu tercapainya tujuan-tujuan itu. 3) Faktor Intelektual Kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya sebagai alat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah merupakan keberhasilan manusia yang bisa diharapkan pengaruhnya terhadap perkembangan sikap keberagamaan. Beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan sosial seseorang dan emosi, keduanya meskipun tidak diverbalisasikan pada umumnya sebagai bagian yang mempengaruhi sikap keagamaan, akan tetapi keduanya akan lebih kuat dengan diiringi menggunakan intelektual atau secara rasional.
2.3. Remaja 2.3.1. Pengertian Remaja Menurut Hurlock (1980) Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang
41
dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja, dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika: 1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual; 2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa; 3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada kedaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980: 9 dalam Sarwono: 2005)
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang di tandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. 2.3.2. Batasan Remaja Hurlock (1980) membagi remaja menjadi dua periode yaitu: masa remaja awal dan masa remaja akhir, yaitu dari usia 13 sampai 18 tahun.
42
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun.
Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan dari Hurlock (1980) yaitu usia 13-18 tahun. Batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal di panti adalah 18 tahun.
2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Menurut Pikunas 1976 (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu: 1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya. 2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas. 3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar menerima relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun kelompok. 4. Menemukan model untuk identifikasi. 5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampun dan sumber-sumber yang ada dirinya. 43
6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. 7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.
2.3.4 Religiusitas pada Remaja Religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal–hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. (Sarwono, 2005)
Santrock (2003) mengatakan bahwa remaja yang berada pada tahap formal operasional, memiliki cara berfikir yang berbeda mengenai konsep religius daripada anak-anak yang berada pada tahap konkrit operasional. Karena remaja yang berada pada tahap formal operasional lebih reflektif daripada anak-anak. Remaja tidak lagi melihat perwujudan identitas keagamaan dalam tingkah laku individu namun lebih memperhatikan bukti keberadaan keyakinan dan pendirian dalam diri seseorang. Fowler ( 1976 dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa individuatingreflexive faith adalah tahap yang dikemukakan fowler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Selama masa remaja akhir, individu menghadapi keputusan-keputusan pribadi serta mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran mereka seputar agama. 44
2.3.5. Kebahagiaan dalam masa remaja Menurut Hurlock (1980) remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak berbahagia sepanjang awal masa remaja. Ketidakbahagiaan remaja lebihlebih karena masalah-masalah pribadi daripada masalah-masalah lingkungan. Ia mempunyai tingkat aspirasi tinggi, yang tidak realistic bagi dirinya sendiri, dan bila prestasinya tidak memenuhi harapan, akan timbul rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bersikap menolak diri sendiri.
Bilamana remaja cukup berhasil mengatasi masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang dewasa semakin meningkat, maka periode tidak bahagia lambat laun berkurang. Pada saat mereka duduk di kelas terakhir sekolah menengah atas dan pandangan serta perbuaannya lebih seperti orang dewasa, maka berangsur-angsur rasa bahagia timbul menggantikan rasa tidak bahagia. Kebahagiaan yang lebih besar merupakan ciri dari akhir masa remaja, sebagian disebabkan karena remaja yang lebih tua diberi status yang lebih banyak dalam usaha mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika pada awal masa remaja. Misalnya: remaja lebih diberi kebebasan, oleh karenanya tidak banyak mengalami kekecewaan. Ia juga menjadi lebih realistic akan kemampuannya dan memiliki tujuan yang sesuai dan bisa dicapai, ia terus menerus berusaha dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuannya, serta menambah kepercayaan diri 45
berdasarkan pada pengetahuan mengenai keberhasilan di masa-masa lalu yang melawan perasaan-perasaan tidak mampu yang mengganggu.
2.4. Panti Asuhan 2.4.1. Pengertian Panti Asuhan Panti asuhan adalah sistem pelayanan kesejahteraan sosial anak yang di selenggarakan melalui basis panti yang terbuka, berupa kelembagaan dari masyarakat yang bertugas memberikan perlindungan, bimbingan, pembinaan fisik, mental spiritual kepada anak agar dapat hidup secara wajar. (Depsos, 2005)
2.4.2. Tujuan Panti Asuhan Tujuan panti asuhan anak adalah memberikan pelayanan pengganti/perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya dan menjadi tempat utama untuk penyelenggaraan pelayanan kepada anak-anak dan keluarga di tingkat masyarakat (Depsos, 2008).
2.4.3. Fungsi Panti Sosial Menurut Depsos (2005) terdapat tiga fungsi panti, yaitu: 1. Subsitutif
46
Bagi anak-anak yang tidak lagi memiliki orang tua atau keluarga yang memungkinkan melakukan perawatan dan pengasuhan anak, maka Panti Sosial bisa berfungsi sebagai lembaga pengganti peran orang tua atau keluarga. Fungsi ini juga dapat berlaku bagi anak-anak yang masih memiliki orang tua akan tetapi mereka dianggap tidak cakap dalam melaksanakan fungsi mereka untuk mengasuh dan merawat anak ssuai dengan ketentuan yang berlaku. Fungsi pengganti bagi pengasuhan dan perawatan anak dalam kategori ini bisa bersifat menetap atau sementara sampai orang tua atau keluarganya dinyatakan kembali mampu dan mau melakukan perawatan dan pengasuhan anak mereka. 2. Suplementer Beberapa fungsi suplementer antara lain: a. Panti
bisa
merumuskan
rencana
kerja
penanganan
yang
sifatnya
mengupayakan penyembuhan terhadap penyakit sosial yang dialami khususnya anak terlantar atau lainnya, bukan hanya sekedar melakukan bimbingan atau pembinaan penanganan saja. b. Anak-anak binaan panti bisa melaksanakan bakti sosial di lingkungannya. Kegiatan bakti sosial dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan ikatan yang kuat terhadap anak terlantar sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Bakti sosial baik dalam bentuk menggalang kerja bakti, membersihkan lingkungan, melaksanakan kerja bersama memperbaiki mesjid atau acara-acara keagaman lainnya.
47
c. Panti menyediakan sistem akses terbuka bagi anak. Sehingga keinginan atau kebutuhan anak dapat tersalurkan. Misalkan penyediaan sarana atau media sebagai bentuk pengembangan diri dalam bentuk majalah dinding atau akses memperoleh informasi penanganannya. 3. Supportif Melakukan perawatan dan pengasuhan anak melalui berbagai kegiatan seperti: a. Menyediakan sistem data dan informasi kesejahteraan anak yang dilakukan melalui proses kajian/penelitian dan pemetaan. Penyebaran informasi melalui promosi, publikasi, kampanye sosial tentang pengasuhan anak yang baik. b. Melakukan penelitian dan pengembangan model pelayanan atau pengasuhan sosial yang relevan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat luas serta kondisi kearifan lokal yang berkembang.
2.4.4. Program Pengasuhan Anak Panti Menurut Depsos (2005) Program ini meliputi tiga jenis program, yaitu: 1. Perlindungan Yang dimaksud dengan perlindungan dalam pedoman ini adalah berbagai tindakan dan upaya yang diarahkan untuk menjamin agar semua anak mendapatkan hak-haknya serta terlindungi dari berbagai kemungkinan tindak kekerasan, 48
penyalahgunaan anak dan eksploitasi, seperti yang disepakati dalam konvensi hak anak dan Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, yang meliputi hak hidup, mempertahankan kehidupan, mempertahankan identitas diri, keluarga dan budayanya, hak akan pelayanan kesehatan, pendidikan, pengisian waktu luang dan partisipasi. 2. Program Pengasuhan Program pengasuhan anak panti asuhan dapat meliputi tiga jenis pengasuhan, yaitu: a. Asrama Menyadari kelemahan sistem pengasuhan di asrama anak yang cenderung bersifat klasikal dan kurang memperhatikan karakteristik individual anak, maka perlu diupayakan agar asrama anak yang di desain dalam kelompok kecil yang masih mungkin terjadinya hubungan antar pribadi yang bersifat kekeluargaan. b. Keluarga Asuh Apabila memungkinkan penyelenggaraan keluarga asuh dalam panti akan sangat membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih sehat peran seorang ibu, ayah dan saudara pengganti akan memberikan suasana nyaman yang dapat lebih memberikan kemudahan pada anak untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya yang di besarkan dalam keluarga biologisnya. c. Kelompok Asuhan Anak Untuk anak-anak tertentu yang memiliki kebutuhan khusus, yang tidak memungkinkan untuk diasuh di asrama atau keluarga asuh, maka kelompok anak 49
sejenis dapat di asuh oleh seorang pengasuh khusus yang terlatih dalam kelompok asuhan anak. Pengasuhan berperan sebagai orang tua yang melakukan asuhan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan tumbuh kembangnya, dengan dukungan para ahli terapi lainnya yang berada diluar panti. d. Penitipan Anak Anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun yang memerlukan asuhan, rawatan dan pembinaan pada waktu tetentu karena karena orang tuanya bekerja atau ada keperluan lainnya. e. Kelompok Bermain Anak berusia 2,5 tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar, program ini ditujukan terhadap orang tua yang memasukkan anaknya ke Kelompok Bermain (KB) dan kurang mempunyai waktu yang cukup memberikan asuhan. f. Perwalian Panti mendorong masyarakat untuk ikut serta membantu melalui program perwalian. Dimana anak dimungkinkan mendapatkan orang tua atau keluarga pengganti atau diluar panti yang turut membantu dan menyokong kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya. 3. Program Pelayanan Program pelayanan panti asuhan mencakup antara lain: a. Pelayanan sosial 1. Penyediaan sarana rekreasi 2. Bimbingan sosial individu 50
3. Bimbingan sosial kelompok 4. Konsultasi psiko sosial 5. Resosialisasi 6. Latihan keterampilan sosial 7. Pelayanan rujukan b. Pelayanan Fisik 1. Kegiatan Olah Raga 2. Kesehatan 3. Pemberi makanan, sandang dan tempat tinggal 4. Sarana belajar, persinggahan, bermaian dan lain-lain c. Pelayanan Mental Spiritual 1. Kegiatan keagamaan 2. Membentuk kelompok mengaji 3. Diskusi keagamaan 4. Bimbingan atau konsultasi keaagamaan 5. Pembinaan mental untuk hidup mandiri dan percaya diri d. Penunjang 1. Pendidikan (formal/informal) 2. Pelatihan keterampilan sebagai bekal pengembang kemandirian anak secara ekonomi 3. Pelayanan konsultasi keluarga anak
51
4. Bantuan sosial bagi keluarga anak yang miskin 5. Menyediakan informasi/asuhan e. Pelayanan bagi anak-anak dalam situasi krisis, darurat dan kerusuhan sosial. Baik dalam bentuk trauma center, konseling, penyediaan kebutuhan pokok, dan kebutuhan tumbuh kembang anak.
2.5. Kerangka Berpikir Dalam menjalani hidup, setiap individu baik disadari atau tidak disadari akan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap seluruh pengalaman hidupnya, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan.
Tinggal di panti asuhan adalah salah satu pengalaman dari sekian banyak pengalaman yang dapat terjadi pada anak panti asuhan. Pengalaman ini pada akhirnya juga dapat mempengaruhi dan membentuk kebahagiaan seseorang, melalui evaluasi dan penghayatan terhadap kehidupannya dipanti asuhan. Sebagai seorang remaja yang merupakan bagian dari masa depan bangsa, dan remaja panti asuhan juga memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki kebahagiaan hidup. Menurut Seligman (2002), happiness adalah perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.
52
Carlson (1984, dalam Manz,2003) kebahagiaan lebih mengarah pada meniadakan ketidakbahagiaan daripada berusaha untuk bahagia. Seligman (2002) mengatakan bahwa, Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti pula seseorang terlindungi dari kesedihan.
Salah satu faktor yang menentukan happiness seseorang adalah religiusitas atau agama. Karena agama adalah penuntun jalan hidup individu agar selalu berada pada jalan yang benar. Orang yang religius akan lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan.
Glock & Stark ( dalam Anchok, 2004 ) mengatakan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi ( ultimate meaning). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pengasuh panti asuhan, mereka memberikan berbagai program panti untuk membantu anak meningkatkan perilaku religiusitas pada remaja. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak 53
secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan yang tidak bermanfaat, atau masalah-masalah yang membuat anak sedih baik masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi anak untuk mencapai kebahagiaan hidup. Berdasarkan fenomena dan teori yang telah diuraikan diatas, maka kerangka berfikirnya:
RELIGIUSITAS 1. Keyakinan 2. Praktek Agama
HAPPINESS 1. Emosi Positif : (masa lalu, masa depan, dan
3. Pengetahuan 4. Pengalaman
masa sekarang)
5. Konsekuensi
2.6. HIPOTESIS Berdasarkan tema penelitian yang diambil maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H1
: Ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan
H0
: Tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness pada remaja.
54
55
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur penelitian.
3.1 Jenis Penelitian 3.1.1
Pendekatan dan metode penelitian Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu
suatu pengolahan data penelitian yang didapat dengan menggunakan perhitungan statistik dengan tujuan untuk memperoleh hasil dari hubungan antar variabel yang diteliti. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993). Pada metode korelasional, hubungan antar variabel diteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari
56
ini desebut sebagai korelasi, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. (Iqbal, 2002)
3.1.2 Variabel Penelitian Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu : variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variable). Sugiyono (2007) mendefinisikan variabel bebas (independent variable) sebagai variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat, sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
Independent Variabel : Religiusitas Dependent Variabel : Happiness
3.1.2.1 Definisi Konseptual 1. Religiusitas adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. (Glock & Stark dalam Anchok, 2004 ) 2. Happiness adalah perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang. (Seligman, 2002).
57
3.1.2.2 Definisi Operasional 1. Religiusitas yang dimaksud dari penelitian ini adalah skor yang diperoleh
dari
pengukuran berdasarkan teori Glock dan Stark yang mempunyai lima dimensi, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalaman dan konsekuensi. 2. Happiness adalah skor yang diperoleh dari pengukuran berdasarkan teori Seligman yang mempunyai tiga aspek yaitu: emosi positif kepuasan pada masa lalu, optimis akan masa depan dan kebahagiaan masa sekarang.
3.2 Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau element populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media dan sebagainya (Iqbal, 2002).
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu remaja panti asuhan islam Raudhatul Hikmah dan panti asuhan kristen P-niel. dimana jumlah populasi panti asuhan islam berjumlah 110 orang. Sedangkan populasi remaja panti asuhan kristen P-niel berjumlah 48 orang.
3.2.2 Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi
58
(Iqbal, 2002). Di dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 150 remaja yang tinggal di panti asuhan yang akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu terdiri dari : 1. Jumlah sampel untuk try out sebanyak 60 orang. Terdiri dari 30 orang remaja islam dan 30 orang remaja kristen. 2. Sedangkan jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 90 orang. Yaitu remaja islam sebanyak 50 orang dan remaja kristen 40 orang.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2007). Teknik tersebut termasuk dari jenis non probability sampling, dimana setiap individu dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian karena peneliti memilih sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun karakteristik dari sampel penelitian ini adalah: 1. Berusia 13-18 tahun. Hal ini merajuk pada teori Hurlock (1980) dan batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal di panti adalah 18 tahun. 2. Remaja yang tinggal dipanti asuhan.
3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2007). Sejumlah pernyataan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang merupakan laporan tentang pribadinya, sikapnya terhadap sesuatu atau hal yang diketahui.
59
Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala model likert, dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen (Hasan, 2002). Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Jawaban setiap instrumen ini memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu item dengan empat skala jawaban, sebagai berikut: Tabel 3.1 Skor item skala Item favorable
Skor
Item unfavorable
Skor
SS (Sangat Setuju)
4
SS (Sangat Setuju)
1
S (Setuju)
3
S (Setuju)
2
TS (Tidak Setuju)
2
TS (Tidak Setuju)
3
STS (Sangat Tidak Setuju)
1
STS (Sangat Tidak Setuju)
4
3.3.2 Instrument Pengumpulan Data Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang akan dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala Religiusitas dan skala Happiness. 1. Skala religiusitas dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert. Dan untuk mengukur religiusitas peneliti mengadaptasi skala baku yang telah di modifikasi dari konsep Glock & Stark (1974).
Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas
60
No
1
Dimensi
Keyakinan
Indikator
Item
Item
Total
Favorable
Unfavorable
Keyakinan terhadap Tuhan
1
2, 33
3
Mukjizat
3
34
2
Kehidupan setelah kematian
35
4
2
Syarat-syarat untuk
36
5
2
37
6
2
7
38
2
Kepercayaan yang salah
39
40
2
Pelanggaran terhadap ritual
41
8
2
42
9
2
10
43
2
11
44
2
12
45
2
46
13
2
keselamatan (kepercayaan) Syarat-syarat untuk keselamatan (aktifitas ritual) Syarat-syarat untuk keselamatan (pekerjaan)
yang benar Tindakan-tindakan yang salah Kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan 2
Praktek agama
Menghadiri kegiatan keagamaan Mengikuti siraman rohani dari media elektronik Keikutsertaan dalam organisasi agama
61
Ibadah malam hari
14
47
2
Pentingnya mengikuti
15
48
2
Membaca kitab suci
16
49
2
Frekuensi ibadah
17
50
2
Frekuensi berdoa
18
51
2
Sebab-sebab berdoa
19, 53
52
3
Berdoa untuk keberkahan
20
54
2
Kemampuan dalam berdoa
22
21
2
Memperkuat pengalaman
23
55
2
Pengalaman responsive
56
24
2
Pengalaman godaan
57
25
2
Pengetahuan tentang ajaran
58
59
2
26, 60
61, 62
4
Sabar
27
28
2
Jujur
63
29
2
Ikhlas
30, 64
65
3
Bekerja sama
31, 66
32
3
kegiatan keagamaan
3
4
Pengalaman
Pengetahuan
agama Pengetahuan terhadap isi dari kitab suci 5
Konsekuensi
2. Skala happiness dalam penelitian ini disusun peneliti dengan membuat pernyataanpernyataan berdasarkan aspek-aspek dari konsep Seligman (2002). Happiness terdiri dari 50 butir pernyataan berikut: Tabel 3.3
62
Blue Print Skala Happiness Dimensi
Sub-Dimensi
Indikator
Emosi
Kepuasan akan
Merasa puas
Positif
masa lalu
terhadap suatu
Item
Item
Total
favorable
unfavorable
3, 42
10, 32
4
1, 40
25, 33
4
5, 9
35, 37
4
8, 19
2
3
23, 27
4, 13
4
6
7, 39
3
24, 29
17, 20
4
pencapaian Merasakan ketenangan dalam diri Mempunyai penilaian diri yang positif Memaafkan kesalahan di masa lalu Mensyukuri apa yang telah didapat Optimisme
Percaya bahwa
akan masa
harapan akan
depan
tercapai Yakin bahwa setiap masalah besar atau kecil
63
dapat terselesaikan Mempunyai
12, 36
18
3
14, 34
16
3
21, 30
28, 31
4
22, 38
41
3
15, 26
11
3
keyakinan bahwa hidup akan menjadi lebih baik Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki Kebahagiaan
Menikmati
masa kini
kegiatankegiatan yang di sukai Merasakan kenikmatan inderawi Merasakan kenikmatan yang bersifat kognitif
3.4 Hasil Uji Instrument Penelitian 64
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen (try out) dengan 108 item dari dua skala yaitu skala religiusitas 66 item dan happiness 42 item. Uji instrumen diberikan pada 30 orang remaja panti asuhan islam dan 30 orang remaja panti asuhan kristen. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan maksud : 1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. 2. Mengetahui tingkat realibilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
3.4.1 Uji Validitas Menurut Sevilla (1993) validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat dari hasil output SPSS versi 16 menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pernyataan. Tabel 3.4 Blue Print Skala Religiusitas setelah try out No
Dimensi
Indikator
Item
Item
Total
Favorable Unfavorable 1
Keyakinan
Keyakinan terhadap Tuhan
1*
2, 33*
2
Mukjizat
3
34*
1
Kehidupan setelah kematian
35*
4*
2
Syarat-syarat untuk
36
5*
1
37
6*
1
7*
38*
1
keselamatan (kepercayaan) Syarat-syarat untuk keselamatan (aktifitas ritual) Syarat-syarat untuk
65
keselamatan (pekerjaan) Kepercayaan yang salah
39*
40*
2
Pelanggaran terhadap ritual
41*
8*
2
42
9*
1
10
43*
1
11*
44
1
12*
45*
2
46*
13*
2
Ibadah malam hari
14*
47*
2
Pentingnya mengikuti
15*
48*
2
Membaca kitab suci
16*
49*
2
Frekuensi ibadah
17*
50*
2
Frekuensi berdoa
18*
51*
2
Sebab-sebab berdoa
19, 53*
52*
2
Berdoa untuk keberkahan
20*
54
1
Kemampuan dalam berdoa
22*
21
1
Memperkuat pengalaman
23*
55*
2
yang benar Tindakan-tindakan yang salah Kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan 2
Praktek agama
Menghadiri kegiatan keagamaan Mengikuti siraman rohani dari media elektronik Keikutsertaan dalam organisasi agama
kegiatan keagamaan
3
Pengalaman
66
4
Pengetahuan
Pengalaman responsive
56
24*
1
Pengalaman godaan
57*
25
1
Pengetahuan tentang ajaran
58*
59*
2
26*, 60*
61*, 62*
4
Sabar
27*
28*
2
Jujur
63*
29
1
Ikhlas
30*, 64*
65*
3
Bekerja sama
31*, 66
32
1
agama Pengetahuan terhadap isi dari kitab suci 5
Konsekuensi
Tabel 3.5 Blue Print Skala Happiness setelah try out Dimensi
Sub-Dimensi
Indikator
Emosi
Kepuasan akan
Merasa puas
Positif
masa lalu
terhadap suatu
Item
Item
Total
favorable
unfavorable
3*, 42
10, 32*
4
1*, 40*
25, 33
4
5*, 9
35, 37
4
8*, 19*
2
3
pencapaian Merasakan ketenangan dalam diri Mempunyai penilaian diri yang positif Memaafkan
67
kesalahan di masa lalu Mensyukuri apa
23*, 27
4*, 13*
4
6*
7*, 39
3
24*, 29*
17*, 20
4
12*, 36*
18*
3
14*, 34*
16*
3
21*, 30
28*, 31*
4
yang telah didapat Optimisme
Percaya bahwa
akan masa
harapan akan
depan
tercapai Yakin bahwa setiap masalah besar atau kecil dapat terselesaikan Mempunyai keyakinan bahwa hidup akan menjadi lebih baik Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki
Kebahagiaan
Menikmati
masa kini
kegiatan-
68
kegiatan yang di sukai Merasakan
22*, 38*
41
3
15*, 26*
11*
3
kenikmatan inderawi Merasakan kenikmatan yang bersifat kognitif 3.5.2
Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang di tunjukkan
oleh instrumen pengukuran (dalam Sevilla,1993). Dalam perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Croncbach dan menggunakan SPSS versi 16.
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Kriteria
Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel
>0,9
Reliabel
0,7-0,9
Cukup Reliabel
0,4-0,7
Kurang Reliabel
0,2-0,4
Tidak Reliabel
<0,2
3.5 Metode Analisis Data
69
Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi antara religiusitas dengan happiness pada remaja Panti Asuhan, yang ditentukan pada taraf signifikansi sebesar 0,05 pada one tailed test. Pengolahan data ini menggunakan analisis statistik, yaitu: Pengujian hipotesis: Ho
: Tidak terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan
Hi
: Ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan
3.6 Prosuder Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut sebagai berikut : 1. Persiapan Penelitian -
Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah
-
Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Kedua variabel itu yaitu religiusitas dan happiness.
-
Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang tepat.
-
Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala religiusitas dan happiness yang dirancang berupa skala Likert.
2. Tahap Uji Coba
70
Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada remaja panti asuhan. 3. Tahap Pengambilan Data -
Menentukan jumlah sampel penelitian.
-
Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala penelitian.
-
Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.
4. Tahap Pengolahan Data -
Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden.
-
Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian.
-
Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA
71
Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum responden penelitian, uji persyaratan, kategorisasi, dan pengujian hipotesis.
4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci yang berupa gambaran umum frekuensi dan persentase dari jenis kelamin dan usia. Pada penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 90 orang.
4.1.1 Gambaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Happiness Jenis Frekuensi
Persentase
Kelamin
µ t∑ test
Laki-laki
40
44,44%
1,1580
Perempuan
50
55,56%
1,1636
Total
90
100%
0,700
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja perempuan yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja laki-laki berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.
72
Untuk nilai rata-rata Happiness
pada laki-laki (1,1580) lebih kecil daripada
perempuan (1,1636) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0056. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,700> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja laki-laki dan perempuan.
4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan Usia Happiness Usia
Frekuensi
Persentase
µ t∑ test
13-15 tahun
41
45,56%
1,1622
16-18 tahun
49
54,44%
1,1602
Total
90
100%
0,888
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja usia 13-15 tahun yaitu 41 orang dengan persentase 45,56%, sedangkan responden remaja usia 16-18 tahun berjumlah 49 orang dengan persentase 54,44%.
Berdasarkan usia, subyek dalam penelitian ini berada dalam masa remaja awal yaitu dalam rentang usia 13 - 16 tahun sedangkan Masa remaja akhir yaitu dalam rentang usia 16 – 18 tahun. Untuk nilai rata-rata Happiness pada usia 13-15 tahun (1,1622) lebih besar daripada usia 16-18 tahun (1,1602) dengan perbedaan nilai sebesar 0,002. Dapat dilihat di
73
tabel 4.2 untuk signifikansi t-test 0,888> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja usia 13-15 sampai usia 16-18 tahun.
4.1.3 Gambaran Umum Berdasarkan Agama Tabel 4.3 Gambaran umum responden berdasarkan Agama Happiness Agama
Frekuensi
Persentase
µ t∑ test
Islam
50
55,56%
1,1588
Kristen
40
44,44%
1,1640
Total
90
100%
0,720
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja islam yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja kristen berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.
Untuk nilai rata-rata Happiness pada remaja islam (1,1588) lebih kecil daripada remaja kristen (1,1640) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0052. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,720> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja islam dan kristen.
4.2 Presentasi Data 4.2.1 Uji Normalitas
74
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena pengujian dengan Shapiro-Wilk digunakan apabila responden pengujian kurang dari 100 (Kuncono, 2004). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil uji normalitas skala Religiusitas Tests of Normality religiusitas Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df
Sig.
Statistic Df
Sig.
.133
.000
.948
.001
VAR0000 90
90
1 a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 16.00 untuk skala religiusitas didapat Sig. Shapiro-wilk 0,01 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skala religiusitas
tidak normal. Dan berikut ini adalah gambar diagram
Scatterplot hasil SPSS 16.00 for windows. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
75
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel Religiusitas pada remaja panti asuhan tidak normal yang ditandai dengan penyebaran data sebagian besar tidak berada di garis normal. Ada beberapa item berada pada garis normal, namun sebagian besar item tidak berada pada garis normal. Jadi data Religiusitas pada remaja panti asuhan dapat dikatakan tidak normal.
Tabel 4.5 Uji normalitas Happiness Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df
Sig.
Statistic Df
Sig.
.098
.033
.980
.192
VAR0000 90
90
1
76
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic Df
Sig.
Statistic Df
Sig.
.098
.033
.980
.192
VAR0000 90
90
1 a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel nilai uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa happiness pada remaja panti asuhan memiliki probabilitas dengan nilai signifikansi 0,192 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dari skala tersebut bahwa Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal.
Normalitas data berdasarkan skala happiness pada remaja panti asuhan dapat dilihat berdasarkan gambar diagram Q-Q plot keluaran SPSS 16 berikut ini :
77
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran data happiness pada remaja panti asuhan disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data happiness pada remaja panti asuhan dapat dikatakan normal.
4.3 Kategorisasi Penyebaran Skor Responden 4.3.1
Kategorisasi Religiusitas
Atribut yang diukur dalam penelitian ini adalah : Nilai skala
1–4
Nilai terendah
51x 1 = 51
Nilai tertinggi
51x 4 = 204
Standar Deviasi (SD)
162,8
Mean (µ)
10,30
Untuk mengetahui religiusitas pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun tingkat religiusitas pada responden, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.8 Kategori Religiusitas
Kategori
Angka
Frekuensi %
Tinggi
≥ 173
17
19%
78
Sedang
154-172
61
68%
Rendah
≤ 153
12
13%
90
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 61 orang (68%) memiliki nilai dengan ketegori sedang, 17 orang (19%) memiliki nilai dengan kategori tinggi, dan sisanya 12 orang (13%) memiliki nilai dengan kategori rendah.
4.3.2
Kategorisasi Happiness
Atribut yang diukur dalam penelitian ini adalah : Nilai skala
1-4
Nilai terendah
29 x 1 = 29
Nilai tertinggi
29x 4 = 116
Standar Deviasi (SD)
96,48
Mean (µ)
6,64
Untuk mengetahui happiness pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun tingkat happiness, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.9 Kategori Happiness
Kategori
Angka
Frekuensi %
79
Tinggi
≥ 103
13
14%
Sedang
91-102
62
69%
Rendah
≤ 90
15
17%
90
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang (69%) memiliki nilai dengan ketegori sedang, 15 orang (17%) memiliki nilai dengan kategori rendah, dan sisanya 13 orang (14%) memiliki nilai dengan kategori tinggi.
4.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi dari Spearman, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel religiusitas dengan happiness. Rumus korelasi Spearman ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel. Rumus ini digunakan karena data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan statistik non parametrik. Berdasarkan hasil uji hipotesa yang menggunakan program SPSS versi 16 dengan teknik Korelasi Spearman, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
80
Correlations VAR0000 VAR0000 1
2
1.000
.515**
Sig. (2-tailed)
.
.000
N
90
90
.515**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
90
90
Spearman's rho VAR0000 Correlation 1
Coefficient
VAR0000 Correlation 2
Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai korelasi (rhitung) antara religiusitas dengan happiness menunjukkan angka sebesar 0.515. Dengan demikian nilai (rhitung) > (rtabel) pada taraf signifikansi 5% (0,207). Hal tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan.
4.5 Uji Regresi Selain menggunakan uji korelasi, peneliti juga melakukan uji analisis regresi untuk mengetahui besarnya sumbangan tiap variabel.
81
Pada penelitian ini, uji analisis regresi dilakukan untuk mengetahui sumbangan variabel religiusitas terhadap variabel happiness. Uji analisis regresi ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0.
Tabel 4.11 ANOVA Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square F
Sig.
Regression 634.604
1
634.604
.000a
Residual
3291.851
88
37.407
Total
3926.456
89
16.965
Tabel di atas menunjukkan Fhitung sebesar 16.965 dengan Ftabel sebesar 3.96. Dengan demikian nilai Fhitung > Ftabel. Hal ini menunjukkan ada sumbangan variabel religiusitas terhadap variabel happiness.
Untuk mengetahui besarnya sumbangan religiusitas terhadap happiness dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Model Summary Std. Error of the Model
R
R Square
1
.402a .162
Adjusted R Square .152
Estimate
6.11616
82
Std. Error of the Model
R
R Square
1
.402a .162
Adjusted R Square .152
Estimate
6.11616
Predictors: (Constant), VAR00001
Berdasarkan tabel di atas diketahui R square sebesar 0.162, ini berarti bahwa religiusitas memiliki peranan sebesar 16.2 % terhadap happiness. Selebihnya, yakni sebesar 83.8 % adalah kemungkinan variabel lain yang memiliki peranan terhadap perubahan happiness.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab terakhir ini peneliti mencoba menyimpulkan dari semua hasil penelitian serta mendiskusikan hasil penelitian ini yang berkaitan dan juga dengan saran untuk penelitian yang sejenis dengan apa yang penulis teliti agar lebih berkembang dan tentu saja lebih baik dari penelitian yang sudah ada.
83
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah: a. Dari 90 responden pada penelitian ini diketahui bahwa responden dengan religiusitas dalam kategori sedang adalah yang paling banyak, yakni sebanyak 61 orang (68 %) remaja. b. Berdasarkan kategorisasi happiness, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden yakni 62 orang (69 %) remaja memiliki happiness dengan kategori sedang. c. Hasil uji hipotesis dengan melakukan uji korelasi Spearman menggunakan program SPSS 16.0 menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan dengan koefisien sebesar 0.515 . Arah hubungan kedua variabel itu positif. Semakin tinggi religiusitas seseorang maka semakin tinggi pula happinessnya, sebaliknya semakin rendah religiusitas seseorang maka semakin rendah pula happinessnya. Dengan besar sumbangan religiusitas terhadap happiness sebesar 16,2%.
5.2. Diskusi Religiusitas yang merupakan sistem berdimensi yang berpusat pada persoalanpersoalan yang dihayati seseorang sebagai suatu hal yang paling maknawi ternyata mempengaruhi dan berhubungan dengan happiness yaitu perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.
84
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Seligman (2002) yang menyatakan bahwa individu yang religius merasa lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupannya dibandingkan dengan individu yang tidak religius. Sejalan pula dengan hasil penelitian Dafit dan Fuad (2007), yaitu terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UII. Sejalan pula dengan hasil penelitian Aghili dan Kumar (2008), yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara sikap religiusitas dengan kebahagiaan pada pekerja Profesional. Dari hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan happiness antara remaja laki-laki dan remaja perempuan wlaupun secara rata–rata nilai happiness remaja putri lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Seligman (2002) bahwa tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan anak perempuan memperoleh kepuasan yang lebih tinggi dari hubungan interpersonal. Sedangkan anak laki-laki kepuasan tertinggi diperoleh dari prestasi.
Walaupun tidak berbeda secara signifikan, hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata happiness remaja usia 13-15 tahun lebih bahagia dibandingkan remaja usai !6 – 18 tahun. Hal ini disebabkan remaja usia 16 – 18 tahun sudah mulai beranjak dewasa dengan permasalahan yang lebih banyak, tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan remaja usia 13 – 15 tahun yang masih lebih senang dengan teman sebayanya. Hasil ini bertolak belakang dengan Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak berbahagia sepanjang awal masa remaja.
Nilai rata-rata happiness remaja Islam dan remaja Kristen pada penelitian ini menunjukkan remaja Kristen lebih bahagia dibandingkan remaja Islam, walaupun perbedaannya tidak
85
signifikan. Hasil ini disebabkan karena kewajiban dan tanggung jawab remaja muslim dalam menjalani perintah agama dan menjauhi larangan agama. Remaja adalah masa transisi, masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas , usia yang menakutkan serta masa tidak realistik dan ambang dewasa (Hurlock, 1980). Di dalam Islam, Apabila anak telah menginjak usia baligh, secara syar’i dirinya sudah dianggap sebagai seorang mukallaf. Dimana anak sudah bertanggung jawab sendiri terhadap apa yang diperbuatnya sebagaimana yang disyariatkan agama. Rasulullah SAW bersabda : “Suruhlah anak-anak kalian berlatih shalat sejak mereka berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat pada usia
10
tahun
dan
pisahkanlah
tempat
tidur
mereka”.
(HR.
Abu
Dawud).
(www.muslimah.or.id)
Jumlah responden yang memiliki tingkat religiusitas tinggi sebanyak 17 orang ( 19%%), jumlah responden yang memilki tingkat religiusitas sedang sebanyak 61 orang ( 68%% ) dan tingkat religiusitas rendah sebanyak 12 orang (13%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat happiness tinggi sebanyak
13 orang ( 14%%) yang memilki tingkat
happiness sedang sebanyak 62 orang (69%) dan yang memilki tingkat happiness rendah sebanyak 15 orang (17%). Jadi, dalam kategorisasi religiusitas dan happiness pada sebagian responden, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah.
Salah satu Faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang adalah agama. Individu yang memiliki tingkat religiusitas tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna, terhindar dari stres dan depresi. Orang Amerika yang religius lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat penyalahgunaan obatobatanan, melakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri (Selligman, 2005).
86
Agama merupakan salah satu kebutuhan manusia yang merupakan makhluk religius, yang akan bertingkah laku sesuai dengan agamanya. Individu beragama yang memiliki suatu penghayatan subjektif serta bertingkah laku sesuai ajaran agamanya ternyata berhubungan positif dengan happiness seseorang dalam menghadapi kesulitan serta permasalahanpermasalahan yang ada di panti asuhan.
Kebahagiaan tidak hanya dibutuhkan bagi orang dewasa, namun juga bagi remaja yang masih mencari jati diri. Secara psikologis, emosi remaja sudah mulai stabil dan pemikirannya mulai matang. Dalam kehidupan beragama, remaja sudah melibatkan diri ke dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. (Yusuf, 2004).
Kegiatan keagamaan yang ada dipanti asuhan dibuat melalui jadwal harian. Pembimbing menyampaikan materi keagamaan kepada anak asuh, juga diberikan dalam bentuk penanaman pelaksanaan ibadah-ibadah lain yang harus dilakukan anak asuh setiap hari. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan atau hal-hal yang tidak bermanfaat serta masalah-masalah yang membuat anak sedih baik di masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang lebih banyak mengenang peristiwa-peristiwa yang menyenangkan daripada yang sebenarnya terjadi. Khavari (2006) mengatakan bahwa kebahagiaan seseorang bergantung pada empat hal, yaitu material, intelektual, emosional dan spiritual.
5.3 Saran
87
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya dikarenakan adanya beberapa hambatan dan rintangan yang dialami. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis. 5.3.1
Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya, antara lain adalah : 1. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik ingin meneliti masalah happiness diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang belum terungkap dalam penelitian ini seperti: faktor kehidupan sosial, faktor perkawinan, faktor kesehatan, faktor pekerjaan, serta faktor-faktor lain yang bersifat positif, menyenangkan dan memberikan kepuasan. 2. Pada penelitian lanjutan, diharapkan dapat mengadaptasi dengan lebih baik lagi dari skala religiusitas dan happiness, sehingga dapat meneliti secara mendalam dimensi dari masing-masing variabel. 5.3.2 Saran Praktis 1. Diharapkan bagi pengasuh anak-anak di panti hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh seorang anak tidak hanya kebutuhan materi, namun juga kebutuhan emosional anak yaitu dengan mendekatkan diri dengan anak sebagai pengganti peran orang tua. Agar anak tidak merasa kesepian, sehingga anak berfikir bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dan menyayangi mereka. 2. Agar tingkat religiusitas dan happiness pada remaja panti asuhan menjadi lebih besar, maka yang harus lebih ditekankan adalah pelayanan serta kegiatan keagamaan atau kegiatan-kegiatan positif lainnya di lingkungan dipanti serta menerapkan nilai-nilai
88
dari ajaran-ajaran agama. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan meminimalisir remaja untuk merasa sedih terhadap permasalahan atau kesulitan dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku Alamsyah N, Arief. 2008. The way to happiness. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Al-Qarni, Aidh (2007). La Tahzan: Jangan Bersedih, terj. Samson Rahman, Jakarta; Qisthi Press Ancok, Djamaludin (2004). Psikologi islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar Agustiani, Hendrianti. Dr. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya denga Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. Carr, Alan.(2004) Positive psychology. Brunner-Routledge Daradjat, Zakiyah. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang Depsos RI. (2008). Seseorang yang berguna , kualitas pengasuhan di panti sosial asuhan anak di indonesia. Jakarta Depsos RI. (2005). Pedoman pelayanan sosial anak terlantar melalui panti sosial asuhan anak. Jakarta Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga Hasan, Iqbal M (2002). Metodologi Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia. J. Lopes, Shane & Synder, C. R. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Exploration of Human Strengths, New Delhi: SAGE Publication Khavari Khalil A. (2006). The art of happiness. Jakarta : Serambi
89
Kuncono (2004). Aplikasi komputer psikologi. Manz, Charles C. (2003). Emotional Disipline: The Power To Choose How You Feel, BerrettKoehler Publisher, Inc. San Francisco Matthews, Andrew. (2004). Being happy: Kiat hidup tenteram dan bahagia. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama Peraturan pemerintah pengangkatan anak. (2008) PP RI nomor 54 tahun 2007. Jakarta: Asa mandiri . Rakhmat, Jalaluddin (2003). Psikologi Agama sebuah pengantar. Bandung: Mizan Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Seligman, Martin (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif . Bandung: Mizan Stark, Rodney and Glock, Charles Y. American Piety: The nature of religious commitment. Barkeley, Los Angeles, London. University Of California Press Sevilla, C.G, (et.al). (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia. Sugiyono (2008) metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta Santrock, John W (2003) adolescence :perkembangan remaja. Jakarta. Erlangga
Thouless Robert H (1995) Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : RajaGrafindo Persada Yusuf, Syamsu LN, M.Pd. (2004). Psikologi Belajar Agama. Pustaka bani quraisy. . Sumber Jurnal Aghili, Mojtaba and Kumar, G. Venkatesh. 2008. Relationship between religion attitude and happiness among professional employees. Journal of the Indian academy of applied psychology, Vol 34, Special issue, 66-69.
90
Ryff, C. D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Sosial Psychology, Vol 57, No. 6, Hal 1069-1081 Sing and Jha (2008). Positive and negative affect, and grit as predictors of happiness and life satisfaction. Indian institute of technology, Delhi. Trimulyaningsih, Nita dan Syifa’a Rachmahana, Ratna. Positif Religious Coping style dan Penerimaan Diri pada Survivor Gempa Jogyakarta. Jurnal Psikologi Volume 1, Nomor 1, juni 2008 / ISSN : 1978-5720 Muhammad Muslim, Dafit dan Nashori, Fuad. Yogyakarta. Hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik (Authentic Happiness) pada mahasiswa.
Sumber pustaka online www.muslimah.or.id
91
92
93