PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh : Inayah Mardiah 107070001499
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi
Di bawah bimbingan :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Netty Hartati, M.Si
Nia Tresniasari, M. Si
NIP: 19531002 198303 2001
NIP : 19841026 200912 2004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 9 Desember 2011 Sidang Munaqasyah Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga,M.Si
NIP: 130 885 522
NIP: 19561223 198303 2 001
Anggota:
Yufi Adriani, M. Psi
Dra. Netty Hartati, M.Si
NIP: 19820918 200901 2006
NIP: 19531002 198303 2001
Nia Tresniasari, M. Si NIP : 19841026 200912 2004
PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Inayah Mardiah NIM
: 107070001499
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 1 Desember 2011
Inayah Mardiah . NIM: 107070001499
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO :
Dalam hidup ini janganlah terpaku hanya dengan 1 hal saja, karena waktu terus bergulir. Jalanilah dan isilah hidup ini dengan hal-hal yang bermakna. LIFE GOES ON..
PERSEMBAHAN:
Skripsi ini ku persembahkan untuk Mama dan Papa serta adikku tersayang.. Yang tanpa pernah lelah selalu memberikan dukungan, nasehat, dan kebahagiaan tanpa henti. Kalianlah penyemangat dan penghiburku dalam menyelesaikan ini
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) November 2011 (C) Inayah Mardiah (D) xvi + 84 halaman + lampiran (E) Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness pada Lansia di Panti Werdha (F) Ketika orang berada pada periode akhir (lansia), terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis. Masalah-masalah psikologis pun dirasakan oleh para lansia pada periode ini yaitu tidak bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi disekitarnya. Di antaranya dikarenakan kurangnya perhatian atau ditinggalkan oleh keluarga dan kerabat terdekatnya, sehingga para lansia tersebut merasakan kesepian, stress, bahkan depresi yang pada akhirnya mereka tidak bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup mereka. Dalam hal ini, religiusitas dan family support mempunyai pengaruh untuk menumbuhkan atau meningkatkan happiness terutama pada lansia di panti werdha. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness lansia di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas dan PSTW Budi Mulia 4 Margaguna. Adapun variabel dalam penelitian ini berjumlah sebelas variabel yaitu sepuluh independent variable (keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan, konsekuensi, dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif, dukungan penghargaan, dan jenis kelamin) dan satu dependent variable (happiness). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini non-probability sampling dan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 110 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara religiusitas, family support, dan jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti werdha, dengan taraf signifikansi sebesar 0,000 atau sig < 0,05. Adapun R Square dari semua variabel yang diujikan sebesar 0,567 atau 56,7 %, yang berarti variasi dari happiness (DV) dijelaskan oleh 10 IV dalam penelitian ini sebesar 56,7 %, sisanya 43,3 % dipengaruhi oleh IV lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari kesepuluh IV yang diujikan hanya ada dua IV yang berpengaruh secara signifikan terhadap happiness yaitu variabel pengalaman dan konsekuensi dengan taraf signifikansi sebesar 0,015 (sig < 0,05). Dalam uji proporsi varians masing-masing IV, hanya enam IV yang berkontribusi secara signifikan yaitu variabel keyakinan (0,000), pengalaman (0,000), pengalaman (0,000), konsekuensi (0,010), dukungan konkrit (0,027), dan dukungan emosional (0,014). Hasil penelitian ini merupakan masukan yang positif bagi pihak panti werdha, agar dapat lebih meningkatkan kegiatan keberagamaan para lansia di panti. Selain itu, juga lebih mempererat ikatan kekeluargaan tidak hanya pihak
keluarga lansia dengan lansia tetapi juga melibatkan pihak panti (petugas dan perawat). (G) Daftar Bacaan: 28, 15 buku; 7 jurnal; 6 internet.
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi kita semua, Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabatnya. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam bentuk sumbangan pikiran, materi, tenaga, dan waktu yang tidak terukur dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Jahja Umar, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Netty Hartati, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas bimbingan, sumbangan pikiran, dan telah meluangkan waktunya untuk peneliti dalam penulisan, serta saran demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Nia Tresniasari, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas perhatiannya, bimbingan, saran, tempat berbagi cerita, dan telah meluangkan waktunya untuk memberikan materi setiap minggunya, serta motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Prof. Dr. Abdul Mujib, MA, selaku pembimbing seminar proposal. Terima kasih atas arahan dan bantuan bapak memberikan bahan-bahan materi hingga akhirnya peneliti bisa membawa judul seminar proposal ini menjadi skripsi hingga selesai sekarang ini. 5. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M. Si., Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingannya dan semangatnya selama peneliti menjalani perkuliahan. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada peneliti.
7. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu peneliti dalam menjalani perkuliahan. 8. Bapak Nuzul, pihak dari Dinas Sosial DKI Jakarta yang telah memberikan izin peneliti untuk mengambil data di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur 9. Ibu Farah, pihak dari PSTW Budi Mulia 4 Margaguna dan Ibu Ira, pihak dari PSTW Budi Mulia 3 Ciracas yang telah membantu dan memberikan arahan pada peneliti selama pengambilan data di panti. 10. Kedua orangtuaku tercinta, Masrul Huda dan Haniah Hanafie yang merupakan sumber inspirasi bagi peneliti dan senantiasa memberikan doa yang selalu menyertai peneliti, kasih sayang, cinta, motivasi, bantuan dan materi yang tidak akan pernah bisa terganti dan terbayar oleh apapun. 11. Adikku tersayang, Saifudin Nur terima kasih telah menjadi tempat berbagi cerita, penghibur, dan menjadi adik yang sabar dalam menghadapi kakakmu yang cerewet ini. 12. Fitra Maulana, terima kasih telah menjadi orang yang paling sabar mendengarkan keluhan-keluhan peneliti dan memberikan semangat di saat peneliti merasa jenuh. 13. Terima kasih untuk sahabatku Puri yang telah mandampingi peneliti selama kurang lebih 4 tahun, memberikan semangat, berbagi cerita dan canda terutama selama pengerjaan skripsi ini. 14. Sahabat-sahabatku tersayang lainnya, Nuran, Icha, Iki, Siro, Linda, Nyun, Risna, Rifah, Weni dan Kamel. Terima kasih untuk semua persahabatan kita selama ini, untuk berbagi cerita, gosip-gosip ria,dan saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah ataupun tugas kuliah. 15. Terima kasih kepada Kak Ndes yang telah memberikan saran-saran dan sebagai tempat konsultasi untuk judul skripsi ini. 16. Teman satu perjuangan Ami dan Kak Lukem, kita bertiga akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini tepat waktu dan bersama-sama pula. Serta Mala dan Tia yang telah membantu peneliti dalam mengolah data dan sebagai tempat bertanya.
17. Seluruh teman-teman kelas D angkatan 2007 yang unik dan membuat peneliti rindu akan kegaduhan kalian semua. Terima kasih untuk semua kebersamaan kita selama 4 tahun ini, untuk semua cerita, dan pengalaman yang luar biasa serta diskusi-diskusi yang menegangkan dan seru dalam menyelesaikan masalah kelas. 18. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk segala doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Jakarta, 1 Desember 2011
Peneliti
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Pembimbing .............................................................
i
Lembar Pengesahan Panitia Ujian ............................................................. ii Lembar Orisinalitas ...................................................................................
iii
Motto dan Persembahan ............................................................................
iv
Abstrak ......................................................................................................
vi
Kata Pengantar ..........................................................................................
viii
Daftar Isi ...................................................................................................
xi
Daftar Tabel ..............................................................................................
xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. 1.2.
1.3. 1.4.
1.5.
Latar Belakang .............................................................................. Batasan dan Rumusan Masalah ..................................................... 1.2.1. Batasan Masalah ................................................................ 1.2.2. Rumusan Masalah ............................................................. Tujuan Penelitian ........................................................................... Manfaat Penelitian ......................................................................... 1.4.1. Manfaat Teoritis ................................................................. 1.4.2. Manfaat Praktis .................................................................. Sistematika Penulisan
1 8 8 10 11 11 11 12 12
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.
Lansia .............................................................................................. 15 2.1.1. Pengertian Lansia .................................................................. 15 2.1.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia .................... 16 2.1.3. Lansia di Panti Werdha ........................................................ 22
2.2.
Happiness ....................................................................................... 24 2.2.1. Pengertian Happiness ........................................................... 24 2.2.2. Aspek-aspek Happiness ........................................................ 25 2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Happiness ..................... 29 2.2.4. Pengukuran Happiness .......................................................... 32
2.3.
Religiusitas ...................................................................................... 33
2.3.1. Pengertian Religiusitas .......................................................... 33 2.3.2. Aspek-aspek Religiusitas ....................................................... 34 2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas .................... 36 2.3.4. Pengukuran Religuisitas ........................................................ 37 2.4.
Family Support ................................................................................ 38 2.4.1. Pengertian Family Support .................................................... 38 2.4.2. Jenis-jenis Family Support .................................................... 39 2.4.3. Kualitas Family Support ........................................................ 41 2.4.4. Pengukuran Family Support ................................................... 42
2.5.
Kerangka Berpikir ........................................................................... 43
2.6.
Hipotesis ......................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...................... 49 3.1.1. Populasi Penelitian ................................................................ 49 3.1.2. Sampel Penelitian ................................................................. 50 3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 50
3.2.
Variabel Penelitian .......................................................................... 50 3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian ............................................ 50 3.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................. 51
3.3.
Pengumpulan Data ......................................................................... 52 3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 52 3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 53
3.4.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 62 3.4.1. Teknik Pengolahan Data ...................................................... 62 3.4.2. Teknik Analisis Data ............................................................ 63 3.4.2.1. Uji Validitas ........................................................... 63 3.4.2.2. Uji Reliabilitas ........................................................ 64
3.5.
Prosedur Penelitian .......................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian .............................................. 66
4.2.
Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 67 4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian ..................................... 67 4.2.2. Uji Koefisien Masing-masing Independent Variable (IV) .... 68 4.2.3. Uji Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ..75
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1.
Kesimpulan ..................................................................................... 79
5.2.
Diskusi ............................................................................................ 80
5.3.
Saran ............................................................................................... 83 5.3.1. Saran Metodelogis ................................................................ 83 5.3.2. Saran Praktis ......................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 86 LAMPIRAN ............................................................................................... 90
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Skor Item Skala .................................................................
48
Tabel 3.2
Blue Print Skala Religiusitas (Try Out).............................. 49
Tabel 3.3
Blue Print Skala Religiusitas (Field Test) ......................... 50
Tabel 3.4
Blue Print Skala Family Support (Try Out)......................... 52
Tabel 3.5
Blue Print Skala Family Support (Field Test) .................... 53
Tabel 3.6
Blue Print Skala Happiness (Try Out) ................................ 54
Tabel 3.7
Blue Print Skala Happiness (Field Test) ............................ 56
Tabel 4.1
Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 61
Tabel 4.2
R Square Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness ............................................................. 62
Tabel 4.3
Signifikansi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) .................................................... 63
Tabel 4.4
Koefisien Regresi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) .................................................... 63
Tabel 4.5
Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable ..... 70
DAFTAR LAMPIRAN Surat Izin Penelitian Surat Persetujuan Penelitian dari Dinas Sosial DKI Jakarta Skala Penelitian Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Religiusitas Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Family Support Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Happiness Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin R Square Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness Signifikansi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) Koefisien Regresi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1.
Latar Belakang Masalah Proses menjadi tua merupakan suatu kejadian yang alami dan setiap orang
akan mengalaminya, karena hal ini merupakan tahap akhir dalam sebuah perjalanan hidup. Papalia (2008) membagi lanjut usia (lansia) menjadi tiga kelompok yaitu lansia muda (young old) usia antara 65 - 74 tahun, lansia tua (oldold) rentang usia 75 - 84 tahun, dan lansia tertua (oldest old) berusia 85 tahun ke atas. Di Indonesia batasan usia untuk lansia berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan usia lanjut adalah di atas 60 tahun (Depsos, 1999). Pada periode ini akan terjadi perubahan fisik dan psikologis maupun kondisi sosial yaitu dalam berhubungan dengan orang lain. Perubahan fisik merupakan perubahan yang dapat dilihat secara langsung, seperti adanya kerutan-kerutan di wajah, mulai terlihat bungkuk, sendi-sendi pergelangan terasa linu, otot tangan dan kaki mulai cepat terasa pegal, sehingga kemampuan untuk membawa barang-barang yang berat mulai berkurang, dan lain-lain. Papalia (2008) juga menjelaskan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi seperti kulit menjadi menua, memucat, kurang elastis, dan berkerut
dikarenakan mengkerutnya lemak dan otot. Selain itu perubahan fisik lainnya yaitu rambut menjadi putih dan semakin tipis, para lansia menjadi lebih pendek dikarenakan melemahnya tulang vertebrae dan postur bungkuk menjadikan mereka semakin kecil. (Papalia, 2008) Permasalahan lain yang dialami lansia yaitu permasalahan psikologis. Dimana para lansia tidak bisa menyesuaikan dirinya terhadap perubahanperubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya karena telah memasuki masa pensiun. Adanya persepsi negatif dari masyarakat bahwa orang yang berusia lanjut dianggap kurang berkontribusi, tidak produktif lagi, sakit-sakitan, dan lainlainnya. Menurut Kim dan Moen (dalam Papalia, 2008) orang-orang yang telah pensiun merasakan kehilangan peran pekerjaannnya sehingga berpengaruh pada identitas diri mereka. Hal tersebut menyebabkan kepercayaan dirinya menjadi rendah dan dapat terjadi peningkatan gejala depresi terutama pada pria (Papalia, 2008). Masalah lainnya yang terjadi pada lansia diantaranya kurang perhatian dari orang-orang terdekatnya (keluarga), ditinggal oleh orang-orang terdekat seperti suami, istri, orang tua, atau anak yang telah meninggal sebelumnya,bahkan sengaja ditinggalkan oleh keluarganya karena tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang sudah lansia. Akibatnya para lansia tersebut merasa kesepian karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol. Akhirnya banyak lansia merasa kurang nyaman, kesulitan dalam menjalani hidupnya, dan tidak bisa merasakan kebahagiaan yang seharusnya mereka bisa merasakannya seperti orang lain pada umumnya. Dikarenakan pada umumnya di Indonesia, orang yang sudah memasuki periode lansia semakin hari semakin membutuhkan keluarganya.
Para lansia pun akhirnya tinggal di panti werdha dengan tujuan mereka bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dibandingkan kehidupan sebelum mereka masuk panti. Untuk itulah, peneliti ingin meneliti happiness pada lansia yang tinggal di panti werdha karena happiness yang dirasakan oleh lansia yang tinggal di panti berbeda dengan happiness yang dirasakan oleh lansia yang tidak tinggal di panti. Ditambah lagi dengan permasalahan, lansia yang tinggal di panti werdha jauh dari keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian O’Connor dan Vallerand (Papalia, 2008), sekitar 129 penghuni yang tinggal di panti werdha dengan tingkat perawatan cukup baik, merasa memiliki harga diri yang tinggi, tingkat depresi lebih rendah, dan lebih puas akan kebermaknaan dalam hidup. Sehingga mendapatkan motivasi yang berasal dari keluarga merupakan salah satu hal yang penting bagi para lansia untuk tetap bersemangat dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah walaupun mereka tidak tinggal bersama. Selain itu, cara lainnya yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan mengikuti pengajian, aktif mengikuti kegiatan sosial yang di lingkungan mereka dan mengembangkan hobi yang dimiliki seperti menjahit, merajut, berkebun, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan ini juga dapat mengurangi rasa kesepian atau kekosongan, putus asa, stress, dapat menambah harapan, tujuan hidup, kebermaknaan dan kepuasan hidup, sehingga para lansia dapat merasakan happiness. Happiness adalah suatu keadaan pikiran maupun perasaan yang ditandai dengan adanya kesenangan, kenikmatan, kebermakanaan, dan kepuasan dalam menjalani hidup. Menurut Seligman (2002) happiness ialah kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan,
dan sekarang. Bagian-bagian dari happiness itu sendiri adalah kepuasan masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang dan optimis masa depan. Menurut Seligman (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi happiness ialah uang, kehidupan sosial, emosi negatif, perkawinan, jenis kelamin, kesehatan, usia, dan agama. Happiness dapat mempengaruhi diri seseorang untuk ke arah yang positif, baik secara kognitif maupun tingkah laku. Sebagaimana Gloaguen dan kawankawan (dalam Lyubomirsky, 2005) menjelaskan bahwa manfaat dari happiness secara kognitif dan tingkah laku dapat mengatasi perasaan-perasaan negatif dan depresi. Selain itu, rasa optimis juga merupakan salah satu bagian terpenting bagi para lansia dalam menjalani hidup ini seperti bisa menerima dengan ikhlas dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang ada, sehingga dapat menjalani hidupnya dengan tenang dan merasakan kenyamanan dalam menjalani aktivitas sehari-harinya. Sebagaimana yang dijelaskan Charles dan kawan-kawan (dalam Lyubomirsky, 2005) bahwa orang tua yang memiliki rasa optimis akan lebih bahagia dalam menjalani hidupnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lansia untuk mendapatkan happiness serta mengatasi masalah-masalah psikologis dalam hidupnya melalui keberagamaan (religiusitas) yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu, religiusitas dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga akan pentingnya kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua (Daaleman, Perera, & Studenski, 2004; Fry, 1999; Koenig & Larson, 1998 dalam Santrock, 2006; dalam psikomedia.com)
Glock dan Stark (1968) mengartikan religiusitas yang berasal dari kata religi yaitu sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Aspek-aspek religiusitas menurut Glock dan Stark (1968) ialah keyakinan (the belief), peribadatan atau praktik agama (religious practice), pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the knowledge), konsekuensi (the consequences). Khalek (2006) menjelaskan bahwa tingkat religiusitas dan kebahagian yang dimiliki antara pria dan wanita berbeda. Dimana pria merasa lebih bahagia dan kesehatannya secara mental lebih baik dibandingkan wanita, sedangkan untuk tingkat religiusitas lebih tinggi wanita dibandingkan pria. Koenig (dalam Khalek, 2006) juga menyatakan bahwa seseorang yang beriman serta tulus dalam menjalankan ibadahnya sesuai dengan aturan agamanya maka ia akan lebih menikmati dan kesehatannnya secara fisik dan psikis lebih baik. Manfaat dari religiusitas secara psikologis bagi lansia adalah memberikan keyakinan dan pikiran positif. Contohnya yaitu para lansia bisa menentukan keputusan yang tepat bagi dirinya, mengontrol dirinya untuk berperilaku, mampu memilih dengan baik apa yang seharusnya dilakukan, dapat mengalihkan stress ke hal yang positif, dan lain-lain. Seperti yang dijelaskan David dan kawan-kawan (2009) bahwa seseorang yang percaya pada Tuhan dapat mengurangi tingkat keputusasaan, depresi, stress, kecemasan, serta bisa meningkatkan happiness, kepuasan hidup, dan kesejahteraan pada dirinya. Selain dengan agama, para lansia juga bisa mendapatkan happiness dengan mendapat dukunngan dari orang-orang terdekatnya (keluarga) dalam hal
ini melalui family support. Family support yang akan diteliti terdiri dari dari dua macam yaitu dukungan yang berasal dari keluarga dan dari orang-orang terdekat, dalam hal ini
orang-orang terdekat yang dimaksud adalah petugas, perawat,
dokter, dan sesama lansia yang berada di panti dan sudah sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh lansia tersebut. Pengertian family support itu sendiri menurut Thompson (2006) adalah pemberian bantuan yang merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah yang bersifat sukarela dan sosial. Jenis-jenis family support menurut Thompson (2006)
adalah dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional
(emotional
support),
dukungan
informatif
(advice
support),
dukungan
penghargaan (esteem support). Family support merupakan salah satu cara untuk menjaga hidup tetap sehat dan bahagia khususnya para lansia. Selain itu, dengan adanya family support bagi lansia membuat mereka lebih termotivasi dalam menjalani kehidupan sehariharinya, menghadapi suatu masalah, lebih optimis dan percaya diri dalam melakukan keluarganya.
kegiatan Menurut
sehari-hari Taylor
karena (dalam
adanya Sharma,
perhatian 2010),
dari
anggota
seseorang
yang
mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-temannya lebih berani untuk mengatasi stress yang mereka alami. Bagi para lansia yang tinggal di panti werdha, family support
yang
dibutuhkan adalah dukungan yang berasal dari orang-orang terdekatnya (perawat, petugas sosial, dokter, dan antar lansia) terutama yang berada di panti. Dimana mereka saling memberikan saran, nasehat, dan berbagi cerita satu sama lain. Dukungan dari anggota keluarga juga dibutuhkan, walaupun keluarga mereka jauh
dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk menjenguk para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan bentuk perhatian yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para lansia. Family support dapat menciptakan suatu komunikasi yang lebih baik antara satu sama lain, saling membantu dalam memmecahkan masalah
dan
berbagi cerita antara satu sama lain. Menurut Boyles (2008), seseorang merasa bahagia dikarenakan adanya family support dibandingkan dengan pendapatan yang mereka dapatkan tiap tahunnya, karena dengan adanya family support dapat membuat kualitas hubungan keluarga menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian di panti werdha karena banyak lansia yang tinggal di sana dengan permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan baik sehingga menjadi stress, putus asa, depresi, dan lain-lain. Selain itu, para lansia yang tinggal di panti jauh dari keluarganya, karena mereka tidak sanggup mengurus, dan keadaan di panti jauh berbeda dengan keadaan tempat tinggal mereka sebelumnya. Berdasarkan fenomena-fenomena dan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti ingin melihat lebih jauh bagaimana religiusitas dan family support dapat berpengaruh terhadap happiness khususnya pada lansia di panti werdha. Untuk itu, peneliti tertarik melakukan suatu penelitian yang berjudul ”Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness pada Lansia di Panti Werdha.”
1.2.
Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan persepsi dan lebih terarahnya pembahasan, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 1. Happiness (kebahagiaan) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi
dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang. Aspek dari happiness itu sendiri kepuasan masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis masa depan. Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness ialah uang, kehidupan sosial, emosi negatif, perkawinan, jenis kelamin, kesehatan, usia, dan agama. (Seligman, 2002). 2. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Aspek-aspeknya ialah keyakinan (the belief), peribadatan atau praktik agama (religious practice), pengalaman (the experience),
pengetahuan
agama
(the
knowledge),
konsekuensi
(the
consequences) (Glock & Stark, 1968). 3. Family support yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang berasal dari orang-orang terdekatnya (perawat, petugas sosial, dokter, dan antar lansia di panti)
terutama yang berada di panti. Dimana mereka saling
memberikan saran, nasehat, dan berbagi cerita satu sama lain. Dukungan dari anggota keluarga juga dibutuhkan oleh para lansia walaupun keluarga mereka jauh dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk
menjenguk para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan bentuk perhatian yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para lansia. Jenis-jenis dukungan yang dapat diberikan berupa dukungan konkrit (concrete support) yaitu menjaganya dan merawat para lansia ketika sakit, memberikan bantuan materi berupa uang atau barang untuk kebutuhan seharihari, menemaninya jika ingin pergi, dan lain-lain. Dukungan emosional (emotional support) berupa empati maupun simpati ketika para lansia menghadapi masalah, dukungan informatif (advice support) berupa saran atau nasehat yang diberikan sebagai solusi dari suatu permasalahan. Dukungan penghargaan (esteem support) dapat berupa rasa hormat atau menghargai atas kemampuan atau jasa yang dilakukan oleh para lansia, melalui pujian maupun tingkah laku. (Thompson, 2006). 4. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang sehat berumur 60-75 tahun (sesuai Undang-Undang No. 13 tahun 1998 mengenai kesejahteraan usia lanjut bahwa batasan usia lansia di atas 60 tahun) baik pria maupun wanita (Khalek, 2006) yang tinggal di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
1.2.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah ada pengaruh keyakinan (the belief) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 2. Apakah ada pengaruh peribadatan atau praktik agama (religious practice) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 3.
Apakah ada pengaruh pengalaman (the experience) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
4. Apakah ada pengaruh pengetahuan agama (the knowledge) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 5. Apakah ada pengaruh konsekuensi (the consequences) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 6. Apakah ada pengaruh dukungan konkrit (concrete support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 7. Apakah ada pengaruh dukungan emosional (emotional support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 8. Apakah ada pengaruh dukungan informatif (advice support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ? 9. Apakah ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
10. Apakah ada pengaruh jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia yang ada di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti untuk pengembangan ilmu psikologi terutama dalam bidang Psikologi Klinis dan Psikologi Perkembangan. Dalam penelitian ini juga terdapat nuansa keagamaan yaitu religiusitas yang ada pada lansia di panti werdha sehingga dapat mengetahui seberapa jauh perkembangan keagamaan pada lansia khususnya di panti werdha.
1.4.2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk perencanaan program sosial seperti pendirian yayasan atau lembaga-lembaga sosial,
penyuluhan, seminar, dan informasi lainnya. Selain itu, menambah informasi mengenai pentingnya religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia, serta dapat memberikan saran bagi orang-orang yang memerlukan bantuan terhadap keluarganya yang telah memasuki periode dewasa akhir (lansia).
1.5.
Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dari penelitian ini, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II : Kajian Teori Menguraikan dan menjelaskan beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya ialah penjelasan mengenai lansia, penjelasan mengenai pengertian, aspek-aspek, serta faktor-faktor yang mempengaruhi happiness. Pengertian, jenis-jenis, dan kualitas dari family support itu sendiri. Pengertian, aspek-aspek serta faktor-faktor religiusitas, kerangka berpikir, dan gambar bagannya serta hipotesis dari penelitian ini. Bab III : Metode Penelitian Pada bab ini berisi mengenai penguraian mengenai variabel-variabel penelitian, pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, definisi operasional dari variabel
penelitian, pengumpulan data, instrument pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data. Bab IV : Analisa Data Pada bab ini menguraikan mengenai pengolahan data yang terkumpul dari penelitian ini. Data yang terkumpul meliputi gambaran umum subyek penelitian, pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness. Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran Pada bagian kesimpulan berisi jawaban dari permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi akan dibahas hasil penelitian, selain itu juga akan diberikan pembahasan mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima, serta keterbatasan-keterbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan penelitian dan saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.
Lansia
2.1.2. Pengertian Lansia Lansia merupakan masa dewasa akhir yang dimulai pada usia 60-an hingga 120-an, memiliki rentang kehidupan yang paling panjang dalam periode perkembangan (Santrock, 2002). Menurut Papalia (2008) pada masa ini terjadi penuaan primer yaitu proses kemunduran tubuh yang bersifat gradual dan tidak terhindarkan sepanjang rentang usia. Selain itu juga terjadi penuaan sekunder yaitu proses penuaan yang terjadi akibat penyakit atau tidak menjaga tubuh dengan baik, yang sebenarnya dapat dicegah sebelum terjadi. (Busse, 1987; dalam Papalia, 2008) Di Indonesia batasan usia lansia menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah 60 tahun ke atas. Sedangkan Santrock (2002) membagi masa dewasa akhir dibagi menjadi 2 sub-periode yaitu orang tua muda (usia tua) dari 65-74 tahun dan orang tua yang tua (usia tua akhir) 75 tahun ke atas. Papalia (2008) membagi kelompok lansia menjadi 3 kelompok yaitu lansia muda (young old) antara 65-74 tahun, lansia tua (old-old) berusia antara 75-84 tahun, sedangkan lansia tertua (oldest old) berusia 85 tahun ke atas. Akan tetapi dilihat secara usia fungsional Papalia (2008) membedakannya menjadi 2 yaitu lansia muda (young old) adalah lansia yang masih aktif, sehat, dan bugar.
Sedangkan lansia tua (old-old) dan lansia tertua (oldest old) adalah lansia yang cenderung lemah, tidak bugar serta memiliki kesulitan dalam mengelola aktivitas sehari-hari. Dari penjelasan di atas, batasan usia lansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah lansia yang sehat berumur 60-75 tahun (sesuai UndangUndang No. 13 tahun 1998 mengenai kesejahteraan usia lanjut bahwa batasan usia lansia di atas 60 tahun) baik pria maupun wanita, yang tinggal di panti werdha binaan Kementerian Sosial wilayah Jakarta Selatan. 2.1.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia Menurut Papalia (2008) perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia diantaranya ialah : 1. Perubahan Fisik Perubahan fisik yang bisa dapat dilihat secara langsung adalah bagian luar tubuh. Salah satunya kulit yang sudah menua terlihat memucat dan kurang elastis, seiring dengan mengkerutnya lemak dan otot kulit tersebut dapat menjadi mengkerut. Selain itu, rambut menjadi putih dan semakin tipis disertai dengan rambut-rambut pada bagian tubuh lainnya makin jarang. Banyak juga para lansia yang menjadi semakin kecil dan bungkuk dikarenakan melemahnya tulang vertebrae. Perubahan yang tidak terlalu tampak secara kasat mata yang terjadi pada organ dalam sistem tubuh adalah :
Otak dan Sistem Saraf Setelah usia 30 tahun, otak akan kehilangan beratnya secara sedikit demi sedikit, kemudian menjadi cepat. Pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10 persen dari beratnya karena mengecilnya neuron (sel saraf) di cerebral cortex. Ukuran neuron yang mengecil karena seiring bertambahnya usia paling cepat terjadi pada frontal cortex, yang merupakan bagian penting dari fungsi kognitif dan ingatan. Hal ini merupakan penyebab menurunnya daya ingat pada lansia.
Fungsi Sensoris dan Psikomotoris Kerusakan pada fungsi ini dan cenderung lebih parah terjadi pada kelompok lansia tua (old-old). Kerusakan-kerusakan yang terjadinya diantaranya adalah: o Penglihatan menjadi terganggu dikarenakan hilangnya sensitivitas penglihatanan sehingga menyebabkan kesulitan dalam membaca sesuatu yang halus atau melihat cetakan yang amat halus. Selain itu, dikarenakan berkurangnya cahaya yang masuk ke mata, lebih sensitif terhadap kilauan, pemrosesan visual yang lambat sehingga reaksi dalam melihat sesuatu menjadi lambat. o Kerusakan lainnya terjadi pada pendengaran yang disebabkan oleh presbycusis yaitu menurunnya kemampuan mendengar suara bernada tinggi yang berkaitan dengan usia (O’Neil, 1999; dalam Papalia, 2008). Hal ini berakibat lansia menjadi sulit untuk mendengar perkataan orang
lain terutama jika ada suara lain yang berasal dari radio, televisi, atau beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain menurunnya fungsi pendengaran dikarenakan merokok, sebelumnya pernah terkena infeksi telinga, keracunan bahan kimia dalam jangka waktu cukup lama, dan lain-lain (Desai, 2001; dalam Papalia, 2008). Berkurangnya fungsi pendengaran memberikan pengaruh secara psikologis pada lansia yaitu adanya kesalahan persepsi sehingga mereka menjadi cepat marah, mudah terganggu, absentminded (pelupa, linglung, melamun). Dalam hal ini, pria lebih berpeluang besar menderita masalah pendengaran dibandingkan wanita. o Rasa dan bau, kehilangan kedua indra ini merupakan bagian normal dari proses penuaan. Hal-hal lain yang dapat menyebabkan hilangnya rasa dan bau adalah berbagai macam penyakit yang diderita, obatobatan, operasi bedah, atau keracunan materi-materi yang berada di lingkungan sekitar. Ketika para lansia mengeluh mengenai makanan mereka yang tidak terasa enak lagi biasanya terjadi karena ujung perasa di lidah menjadi lebih sedikit atau penerima rasa di lidah tidak bekerja dengan benar. Hal tersebut juga bisa disebabkan rusaknya struktur otak di bagian olfactory bulb yaitu organ otak yang bertanggung jawab terhadap penciuman dan bau (Schiffman, 1997; dalam Papalia, 2008). Dalam hal ini, wanita lebih baik dalam mempertahankan indra perasa dan pembaunya dibandingkan pria (Ship & Weiffenbach, 1993; dalam Papalia, 2008).
o Kekuatan, daya tahan, dan keseimbangan. Kekuatan yang dimiliki lansia sudah banyak jauh berkurang dibandingkan ketika mereka masih muda. Sehingga kemampuannya terbatas dalam menjalani aktivitas yang berkaitan dengan daya tahan tubuh dan untuk membawa beban berat. Biasanya ketika mencapai usia 70 tahun, 10-20 % kekuatan akan berkurang terutama pada otot tubuh bagian bawah. Hal tersebut membuat para lansia cenderung lebih besar untuk jatuh dan patah tulang. Selain itu, alasan lain mengapa lansia lebih rapuh dan mudah jatuh, karena adanya penurunan sel reseptor yang memberikan informasi kepada otak mengenai posisi tubuh dalam ruangan yang dibutuhkan guna mempertahankan keseimbangan.
Fungsi Seksual Perubahan seksual lebih terlihat pada pria, dimana pria membutuhkan waktu lebih lama untuk ereksi dan ejakulasi serta membutuhkan stimulasi manual yang lebih banyak. Bagi wanita sendiri, ketika memasuki usia lanjut gairah seksual menjadi berkurang.
2. Kesehatan Fisik dan Mental Ketika seseorang semakin tua, mereka cenderung atau berpotensi mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan ketidakberfungsian. Dalam kasus lansia kondisi kronis (ketidakberdayaan fisik) dan kehilangan kemampuan untuk menyembuhkan diri, sehingga penyakit atau cedera ringan dapat memberikan dampak yang serius. Ada beberapa penyakit
yang mempengaruhi kesehatan fisik dan mental pada lansia, diantaranya ialah : Arthritis (Radang Sendi) Arthritis atau paling sering disebut dengan radang sendi adalah kondisi kesehatan kronis yang paling umum dialami oleh para lansia. Gangguan ini menyebabkan rasa sakit dan ketidakmampuan untuk bergerak, seringkali disertai dengan peradangan sendi. Bagian yang terparah dari arthritis ini disebut dengan osteoarthritis atau penyakit degenaratif sambungan
sendi.
Pada
umumnya
osteoarthritis
mempengaruhi
sambungan weight bearing pada bagian pinggul dan lutut. Selain itu, juga mempengaruhi rheumatoid arthritis yang berakibat kesulitan bergerak dan secara progresif menghancurkan jaringan sambungan. Penyakit Alzheimer Penyakit ini merupakan penyakit paling umum dan paling ditakuti di kalangan lansia terutama di negara maju. Penyakit ini secara perlahan merampas
kecerdasan,
kesadaran,
bahkan
kemampuan
untuk
menggerakkan fungsi tubuh dan akhirnya membunuh si penderita. Penyakit Alzheimer biasanya mulai pada usia 60-an dan risikonya meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya usia. Gejala awal yang menonjol adalah ketidakmampuan mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau menyerap informasi baru. Setelah itu, muncul simtomsimtom seperti mudah marah, gelisah, depresi, delusi, delirium (gangguan mental akut), dan melamun.
Akibatnya, memori jangka panjang, konsentrasi penilaian, orientasi, dan kemampuan berbicara menjadi rusak. Selain itu, keterampilan yang dimiliki hilang, tidak mengenali anggota keluarga, tidak dapat makan kecuali dengan bantuan, tidak dapat mengontrol usus besar dan kandung kemih, dan kehilangan kemampuan berjalan, duduk, serta menelan makanan padat. Biasanya kematian akan muncul dalam delapan hingga sepuluh tahun, setelah gejala penyakit tersebut muncul. Depresi Depresi yang maksud di sini adalah gangguan otak yang disebabkan karena lansia merasa tertekan dan adanya penurunan baik secara fisik maupun emosional. Depresi ini seringkali dianggap remeh karena dianggap sebagai hal yang wajar dalam proses penuaan. Hal-hal lain yang dapat memicu depresi yaitu kurangnya olahraga, terjadi peristiwa yang membuat lansia menjadi tertekan, kesendirian, dan penggunaan obatobatan tertentu. Beberapa cara untuk mengatasi depresi ini dengan dukungan yang kuat dari keluarga dan teman, psikoterapi perilaku kognitif, terapi interpersonal, obat antiderpressant dapat mengembalikan keseimbangan kimia dalam otak, dan terapi electroconvulsive (ECT) untuk kasus yang berat.
2.1.3. Lansia di Panti Werdha Hampir di seluruh negara, para lansia yang tinggal di panti werdha (nursing home) dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Para lansia yang biasanya tinggal di panti werdha dikarenakan mereka hidup sendirian, kurang berpartisipasi di lingkungan sosialnya, ketidakmampuan fisik sehingga tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari, dan lain-lainnya. Banyak juga para lansia yang tinggal di panti werdha memiliki kehidupan yang lebih baik dibandingkan sebelum tinggal di panti. Berdasarkan hasil penelitian O’Connor dan Vallerand (dalam Papalia 2008), sekitar 129 penghuni yang tinggal di panti werdha dengan tingkat perawatan cukup baik,
merasa
memiliki harga diri yang tinggi, tingkat depresi lebih rendah, dan lebih puas akan kebermaknaan dalam hidup . Santrock (2002) membagi 3 jenis pelayanan yang disediakan oleh panti werdha, yang pertama fasilitas perawatan yang terampil (skilled) merupakan perawatan yang diperiksa dan diawasi oleh pemerintah. Kedua, perawatan menengah (intermediate) atau biasa (ordinary) yaitu perawatan fasilitasnya di bawah perawatan yang terampil (skilled). Ketiga, perawatan di rumah (residential) yaitu perawatan yang standar-standar kualifikasinya kurang ketat dan biayanya pun lebih murah dibandingkan perawatan yang terampil dan perawatan menengah. Panti werdha yang baik adalah panti yang memiliki staf professional yang berpengalaman,
memiliki
program
asuransi
pemerintah
yang
memadai,
strukturnya terkoordinasi dengan baik dan dapat memberikan berbagai macam
pelayanan. Selain itu, pihak panti juga menawarkan aktivitas yang bisa merangsang para lansia untuk melakukannya secara bersama-sama baik pria maupun wanita semua usia. Panti werdha yang baik juga menyediakan ruangan tersendiri bagi para penghuninya jika mereka sedang dikunjungi oleh keluarganya, serta menyediakan juga pelayanan sosial, terapi, dan rehabilitasi. (Papalia, 2008) Panti werdha yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah panti yang memiliki fasilitas perawatan yang terampil (skilled) (Santrock, 2002). Dimana fasilitas, perawatan-perawatan yang dilakukan hingga petugasnya berasal dari pemerintah yaitu melalui Dinas Sosial DKI Jakarta. Fasilitas-fasilitas yang ada di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta cukup lengkap. Sarana fisik yang ada di panti ini diantaranya ada poliklinik, dapur umum, mushola, aula terbuka, sarana olahraga, ruangan keterampilan, ruangan isolasi, dan lain-lain. Sedangkan untuk program kegiatan yang ada pun cukup bervariasi diantaranya bimbingan rohani bagi agama Islam dan Kristen, olahraga dan senam lansia, bimbingan keterampilan, pelayanan kesehatan, kesenian, rekreasi, dan lainlain. Selain itu, petugas-petugas yang ada di panti ini dibantu oleh perawatperawat yang merupakan mahasiswa dari perguruan tinggi baik swasta maupun negri yang sedang praktek di panti tersebut. Sarana-sarana yang ada di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tempat tinggal para lansia sebelumnya. Selain itu, di panti ini setiap harinya ada petugas dan para perawat yang mengontrol para lansia setiap saat, melayani mereka ketika makan, mengajak mereka untuk mengobrol satu sama lain sehingga para lansia tidak merasa
kesepian, mengadakan kegiatan-kegiatan seperti keterampilan atau olahraga agar mereka bersemangat dan tidak bosan menjalani kehidupannya setiap hari karena ada kegiatan yang mereka kerjakan. Hal-hal ini yang dapat membuat para lansia menjadi betah, nyaman, dan merasa bahagia sehingga dapat mengurangi stress atau depresi yang mereka rasakan.
2.2. Happiness 2.2.1. Pengertian Happiness Menurut Seligman (2002) happiness ialah kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang. Sedangkan menurut Diener dan kawan-kawan (dalam Carr, 2004) happiness dan subjective well-being sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup. Menurut Diener dan kawan-kawan (dalam Carr, 2004) kebahagiaan merupakan evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami, lebih spesifik lagi kebahagiaan
meliputi
pengalaman
yang
menyenangkan
seseorang
dan
apresiasinya terhadap kehidupan. Carr (2004) mengartikan happiness dan subjective well-being mengarah pada perasaan positif yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun keadaan positif. Carlson (1984, dalam Manz, 2003) mendefinisikan happiness adalah perasaan yang dialami sebagai bagian dari pembawaan fungsi psikologis yang sehat.
Dari pengertian di atas mengenai definisi happiness, maka penulis memilih pengertian happiness menurut Seligman (2002) yang mengartikan happiness sebagai kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan, dan sekarang 2.2.2. Aspek-aspek Happiness Seligman (2002) membagi aspek-aspek happiness menjadi tiga aspek yaitu: 1.
Kepuasan Masa Lalu Macam-macam emosi dari masa lalu seperti kelegaan, kedamaian,
kebanggaan, kepuasan, rasa kesal yang tak pernah hilang atau rasa marah yang penuh dendam pada seseorang semuanya dipendam dalam memori. Emosi yang selalu timbul pada diri seseorang faktor pemicunya adalah kenangan masa lalu yang tersimpan pada memori masing-masing. Suatu interpretasi, kenangan, atau pemikiran dapat mengintervensi dan mengendalikan apa yang dihasilkan emosi. Hal ini merupakan suatu kunci untuk memahami perasaan kita sendiri mengenai masa lalu. Bagaimana individu membuang kenangan masa lalu yang menyakitkan dan emosi negatif pada dirinya menurut Seligman (2002) dengan cara bersyukur, memaafkan, melupakan atau menekan kenangan buruk. Akan tetapi, hingga saat ini belum ditemukan cara untuk meningkatkan secara langsung proses melupakan dan menekan kenangan (memori) buruk tersebut. Jika seseorang melakukan suatu upaya untuk melupakan pikiran atau kenangan masa lalu yang buruk
dengan cara yang salah, kemungkinan kenangan buruk tersebut tidak hilang malah sebaliknya akan selalu terbayang-bayang dalam pikirannya. Jadi upaya yang efektif agar seseorang bisa terbebas dari masa lalu yang kelam yaitu dengan cara memaafkan dan bersyukur. Memaafkan menurut Seligman adalah suatu strategi membiarkan memori-memori itu tetap utuh dan menghilangkan rasa kepedihan yang ada pada memori tersebut. Sedangkan bersyukur dapat menambah kepuasan hidup karena dapat menambah intensitas kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu. 2.
Kebahagiaan pada Masa Sekarang Kebahagiaan masa sekarang terdiri dari dua hal yang sangat berbeda yaitu
kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Pertama, kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut oleh para filosof sebagai “perasaan-perasaan dasar” (raw feels) seperti : ekstase, gairah, orgasme, rasa senang, riang, ceria, dan nyaman. Semua perasaan ini bersifat sementara dan sedikit yang melibatkan dengan pikiran atau bahkan tidak melibatkan pikiran sama sekali. Kenikmatan (pleasure) dibagi menjadi dua, yang pertama kenikmatan ragawi (bodily pleasure). Kesenangan jenis ini datang segera, melalui indera, dan bersifat sementara. Kesenangan ini tidak membutuhkan atau hanya butuh sedikit interpretasi, disebabkan oleh evolusi, organ-organ pengindra menjadi terkait langsung dengan emosi positif, seperti : meraba, mengecap, membaui, menggerakkan tubuh, melihat, dan mendengar secara langsung yang dapat menimbulkan kenikmatan. Contoh yang ada pada kehidupan sehari-hari adalah
air susu ibu bagi seorang anak bayi dimana ia merasakan sensasinya. Sama seperti anak kecil yang menyukai es krim, rasa es krim vanilanya yang membuat ia merasakan sensasi dan si anak tersebut merasakan kesenangan pada saat memakannya. Kenikmatan ragawi ini dapat memudar dengan cepat karena rangsangan eksternalnya menghilang (air susu dan es krim vanila) dan setelah itu kita dengan cepat dapat merasa terbiasa terhadap rangsangan tersebut. Kedua, kenikmatan yang lebih tinggi (high pleasures). Kenikmatan ini memiliki banyak persamaan dengan kenikmatan ragawi yaitu memiliki “perasaan dasar” yang positif, bersifat sementara, cepat memudar, dan mudah terbiasa. Namun, pada kenikmatan ini memerlukan rangsangan eksternal yang lebih besar dan cukup rumit. Kenikmatan ini juga bersifat kognitif dan lebih banyak variasinya dibandingkan kenikmatan ragawi. Faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan pada masa sekarang selain kenikmatan adalah gratifikasi. Gratifikasi berasal dari kegiatan-kegiatan yang sangat disukai, tetapi tidak disertai oleh “perasaan dasar”. Gratifikasi lebih bertahan lama dibandingkan kenikmatan dan lebih banyak berhubungan dengan pemikiran serta interpretasi. 3.
Optimisme akan Masa Depan Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan (faith),
kepastian (confidence), harapan dan optimisme. Menurut Seligman, optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi ketika masalah melanda seseorang, kinerja akan menjadi lebih tinggi di tempat
kerja terutama pada tugas-tugas yang menantang, dan kesehatan fisik dapat menjadi lebih baik dengan adanya kedua hal ini. Dalam konsep optimisme terdapat 2 aspek, yaitu permanen dan pervasif. Pertama, permanen menjelaskan berapa lama seseorang terpengaruh terhadap setiap kejadian yang mereka alami (masalah waktu). Pada aspek ini dibagi menjadi dua bagian lagi yaitu tipe permanen (pesimistis) dan tipe temporer (optimistis). Orang-orang yang termasuk ke dalam tipe permanen adalah orangorang yang percaya bahwa setiap kejadian yang mereka alami bersifat permanen dan akan terus mempengaruhi sepanjang kehidupan mereka. Sedang orang-orang dengan tipe temporer percaya bahwa setiap kejadian buruk yang terjadi baik sebab akibatnya hanya bersifat sementara. Kedua, pervasif yaitu mengenai masalah ruang, ruang disini maksudnya ialah
seberapa besar kondisi yang dialami oleh seseorang mempengaruhi
kehidupannya. Pada aspek ini sama seperti permanen dibagi menjadi dua bagian pula yaitu universal dan spesifik. Seseorang dengan tipe universal ketika mengalami suatu kejadian dalam hidupnya, hal tersebut akan mempengaruhinya di segala aspek kehidupannya. Sedangkan seseorang dengan tipe spesifik pada saat suatu masalah atau kejadian menimpa dirinya, hanya aspek tertentu saja yang terpengaruh tidak keseluruhannya. 2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Happiness Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002) ialah : 1.
Uang
Banyak data tentang pengaruh kekayaan dan kemiskinan terhadap kebahagiaan.
Pada
tingkatan
yang
paling
umum,
terlihat
uang
mempengaruhi kesejahteraan subjektif rata-rata orang yang tinggal di negara kaya dengan orang-orang yang tinggal di negara miskin. Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaan dibandingkan uang itu sendiri. 2.
Perkawinan Pusat Riset Opini Nasional Amerika Serikat mensurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir. Hasilnya, 40 % dari orang-orang yang menikah mengatakan mereka “sangat bahagia” sedangkan hanya 24 % dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya yang mengatakan mereka bahagia. Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjangnya usia dan besarnya penghasilan, ini berlaku baik pada pria maupun wanita.
3.
Kehidupan Sosial Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata dan orang yang tidak bahagia, yaitu mereka menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan. Orang-orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Kemampuan bersosialisasi meningkat pada orang yang sedang bahagia kemungkinan sebenarnya merupakan temuan positif dari penyebab mengapa orang ingin menikah.
4.
Emosi Negatif
Kegembiraan tertinggi terkadang datang setelah seseorang bebas dari ketakutan terburuknya. Menurut Bradburn (dalam Seligman, 2002) orang yang memiliki emosi negatif bukan berarti tidak memiliki kehidupan yang bahagia. Sama halnya dengan seseorang yang memiliki emosi positif belum tentu ia terhindar dari kesedihan. Wanita mengalami depresi dua kali lipat dibandingkan pria dan umumnya mereka lebih banyak memiliki emosi negatif. Tetapi, wanita juga cenderung lebih bahagia dan banyak mengalami hal-hal yang bahagia dibandingkan pria. Hal ini menunjukkan bahwa emosi negatif mempunyai kaitan dengan emosi positif, dalam hal ini adalah kebahagiaan. 5.
Usia Kebahagiaan pada orang dewasa biasanya terdiri dari kepuasan hidup, perasaan menyenangkan, dan perasaan tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, perasaan menyenangkan sedikit meningkat, dan perasaan negatif tidak berubah, yang berubah ketika seseorang bertambah tua adalah intensitas emosinya. Perasaan “mencapai puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
6.
Kesehatan Banyak orang yang mengira dengan kesehatan yang baik adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan karena kesehatan merupakan salah satu bagian terpenting. Tetapi sebenarnya kesehatan yang objektif tidak terlalu berkaitan dengan kebahagiaan. Bagaimana kesehatan dapat membawa diri kita kepada
kebahagiaan tergantung persepsi subjektif individu sendiri seberapa baik (sehat) dirinya. Walaupun individu sedang mengalami sakit yang parah atau kronis, tetapi jika persepsinya terhadap penyakit tersebut positif maka kebahagiaan yang dirasakan tidak akan berkurang, mungkin sebaliknya akan semakin bertingkat karena adanya penyakit tersebut. 7.
Jenis Kelamin Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan berkaitan dengan suasana hati. Tingkat emosi pria dan wanita rata-rata tidak banyak berbeda, yang membedakannya ialah wanita cenderung lebih bahagia, cepat merasa sedih, dan lebih mudah terkena depresi dibandingkan dengan pria.
8.
Agama Menurut Seligman (2002), orang yang religius jelas lebih kecil kemungkinannya untuk terlibat obat-obatan terlarang, melakukan kejahatan, bercerai, dan bunuh diri. Mereka juga secara fisik lebih sehat dan berumur panjang. Sebaliknya orang yang memiliki tingkat religiusitasnya rendah takut terhadap perceraian, pengangguran, penyakit, dan kematian. Relevansi langsung yang paling terlihat pada fakta bahwa data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan dibandingkan orang-orang yang tidak religius. Hubungan yang kausal antara agama dan kebahagiaan yang lebih besar terlihat dengan tingkat depresi yang rendah, dan kelenturan menghadapi tragedi tidak seperti garis lurus. Menurut Seligman (2002), agama mengisi
manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup. 2.2.4. Pengukuran Happiness Pengukuran happiness pada penelitian ini menggunakan teori Seligman (2002) yang berdasarkan buku Autentic Happiness. Aspek-aspek happiness yang diukur pada penelitian ini adalah kepuasan masa lalu, kebahagiaan masa sekarang, dan optimis akan masa depan. Indikator yang digunakan berdasarkan aspek-aspek happiness yaitu :
Kepuasan masa lalu mencakup merasa puas terhadap suatu pencapaian, merasakan ketenangan dalam diri, mempunyai penilaian diri yang positif, memaafkan kesalahan di masa lalu, dan mensyukuri apa yang telah didapat.
Kebahagiaan masa sekarang mencakup menikmati kegiatan-kegiatan yang disukai dan merasakan kenikmatan inderawi.
Optimis akan masa depan mencakup percaya bahwa harapan akan tercapai, yakin bahwa setiap masalah baik masalah besar maupun kecil dapat terselesaikan, mempunyai keyakinan bahwa hidup akan menjado lebih baik, dan percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.
2.3. Religiusitas 2.3.1. Pengertian Religiusitas
Anshori (1980) mengartikan religiusitas adalah aspek religi yang telah dihayati seseorang dalam hati. Pengertian religiusitas menurut Nashori (2002) adalah seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Glock dan Stark (1968, dalam Nashori, 2002) mengartikan religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi. Menurut Thouless (1995, dalam Jalaluddin, 2000)
religius adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang
mencakup acuan yang menunjukan lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terkait ruang dan waktu. Dari pengertian di atas, peneliti memilih pengertian religiusitas menurut Glock dan Stark (1968, dalam Nashori, 2002) yang mengartikan religiusitas adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai sesuatu yang paling maknawi.
2.3.2. Aspek-aspek Religiusitas
Aspek-aspek religiusitas yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu menurut Glock dan Stark (1968).
Aspek-aspek tersebut dibagi menjadi lima
aspek yaitu : 1.
Keyakinan (the belief) Keyakinan (the belief) adalah tingkatan sejauh mana seseorang berpegang teguh, menerima, dan mengakui ajaran-ajaran dalam agamanya. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan untuk taat.
2.
Peribadatan atau praktik agama (religious belief) Pada aspek ini melihat sejauh mana tingkatan seseorang dalam menunaikan kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Aspek ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dalam menjalani kewajiban agama, dan hal-hal yang menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Peribadatan atau praktik agama terdiri dari dua hal yaitu ritual dan ketaatan. Ritual mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan agama, seperti menghadiri pengajian bagi umat Muslim, mengadakan baptis dan sekolah minggu bagi umat Kristiani.
Sedangkan ketaatan
mencakup hal-hal utama dan merupakan suatu kewajiban untuk menjalankannya, seperti shalat, membaca Al-Qur’an atau alkitab, menyanyikan puji-pujian, dan lain-lain. 3.
Pengalaman (the experience)
Pengalaman (the experience) adalah perasaan keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan, tenteram saat berdoa, tersentuh mendengar atau membaca ayat-ayat kitab, merasa senang doanya dikabulkan, dan lain-lain. Setiap agama memiliki penilaian yang berbeda-beda dan biasanya bersifat subyektif dalam menilai feeling atau penghayatan yang pernah dirasakan oleh tiap orang. 4.
Pengetahuan agama (the knowledge) Aspek ini melihat seberapa jauh seseorang mengetahui dan memahami ajaran-ajaran agamanya yang terdiri dari dasar-dasar keyakinan, ritual atau tradisi terutama yang ada dalam kitab suci, hadis, paritta, dan lain-lain.
5.
Konsekuensi (the consequence) Konsekuensi (the consequence) mengenai implikasi ajaran agama mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan sosial. Selain itu, mengacu pada identifikasi komitmen terhadap agama dari keyakinan agama, praktik, pengalaman, dan pengetahuan yang dimiliki.
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas Thouless (1995) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi religiusitas, diantaranya adalah : 1.
Faktor Sosial Faktor sosial berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan, mulai dari pendidikan yang diterima sejak kecil pada masa anak-anak,
berbagai macam pendapat hingga sikap dari orang-orang disekitar. Semua hal tersebut mempengaruhi sikap keagamaan seseorang beserta dengan tradisi yang diterimanya dari masa lampau. Hal ini terjadi, karena tidak ada seorang pun yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan dengan keadaan terisolasi dari lingkungan masyarakat. 2.
Faktor Emosional Setiap pemeluk agama memiliki pengalaman emosional dalam taraf tertentu sesuai dengan agamanya. Namun ada beberapa orang yang pernah merasakan pengalaman-pengalaman agama disertai dengan kekuatan dan komitmen agama yang luar biasa sehingga berbeda dengan orang lain. Hal ini terjadi karena beberapa orang menilai dirinya sendiri hanya terpengaruh oleh persepsi yang bersifat visual sedangkan yang lainnya menganggap hanya sebagai kesibukan biasa. Pendapat orang-orang beragama umumnya membawa pengaruh penting bagi kesadaran beragama, yaitu dorongan untuk taat sesuai dengan ajaran agamanya, dan berperilaku baik terhadap sesama manusia. Nilai emosi dari keagamaan itu sendiri harus dilihat dari keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuannya.
3.
Faktor Intelektual Faktor intelektual mencakup kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya sebagai alat untuk membedakan mana yang benar atau salah. Jika faktor intelektual berhasi digunakan sebagai alat tersebut, maka diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan sikap
keagamaan. Beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan (sosial) dan emosional tidak diverbalisasikan, namun keduanya dapat menjadi lebih kuat jika menggunakan intelektual. 2.3.4. Pengukuran Religiusitas Pengukuran religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Glock dan Stark (1968) yang berdasarkan pada buku American Piety : The Nature of Religious Commitment. Aspek-aspek yang diukur dalam penelitian ada lima yaitu keyakinan (the belief), praktik agama (religious practice),
pengalaman
(the
experience),
pengetahuan
agama
(the
knowledge), dan konsekuensi (the consequence). Untuk mengukur religiusitas dibuat indikator-indikator berdasarkan kelima aspek di atas yaitu :
Keyakinan (the belief) mencakup keyakinan terhadap Tuhan, mikjizat (keajaiban) dari Tuhan, kehidupan setelah kematian, kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan.
Praktik agama (religious practice) mencakup menghadiri kegiatan agama, mengikuti siraman rohani dari media elektronik, ikut serta dalam organisasi keagamaan, dan ibadah malam hari.
Pengalaman
(the
experience)
mencakup
memperkuat dan pengalaman responsif.
pengalaman
yang
Pengetahuan (the knowledge) mencakup pengetahuan tentang ajaran dan dasar-dasar agama yang dianut dan pengetahuan terhadap isi kitab suci.
Konsekuensi (the consequence) mencakup sabar, jujur, ikhlas, dan memaafkan.
2.4. Family Support 2.4.1. Pengertian Family Support Family support merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Tamher, 2009; dalam Furiyah, 2010). Menurut Friedman (1998, dalam Furiyah, 2010), family support adalah pemberian bantuan berupa suatu perilaku, materi, atau membina hubungan sosial yang baik (akrab) sehingga individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai. Sedangkan pengertian family support itu sendiri menurut Thompson (2006) adalah pemberian bantuan yang merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah yang bersifat sukarela dan sosial. Gardner (2003, dalam Thompson, 2006) mengartikan family support sebagai suatu pendekatan yang melibatkan dukungan dari anggota keluarga dan bertujuan untuk menghindari intervensi lebih lanjut dari pihak luar.
Berdasarkan pengertian family support diatas, peneliti memilih pengertian family support menurut Thompson (2006) yaitu pemberian bantuan yang merupakan suatu kewajiban untuk membantu anggota keluarga yang mengalami suatu masalah yang bersifat sukarela dan sosial. Dimana family support pada penelitian ini tidak hanya mencakup anggota keluarga lansia saja tetapi juga orang-orang panti (sesama lansia, petugas, perawat, dan dokter) yang merupakan orang-orang terdekat lansia selama ada di panti. 2.4.2. Jenis-jenis Family Support Jenis-jenis family support yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu menurut Thompson (2006), yang membagi jenis-jenis family support menjadi empat macam, yaitu :
Dukungan Konkrit (concrete support) Bantuan yang terlihat secara real atau nyata yaitu berupa tingkah laku. Bantuan ini dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja kepada anggota keluarga yang membutuhkannya dukungan ini dapat berupa pemberian materi yaitu uang untuk membantu memenuhi kehidupan lansia sehari-hari. Selain itu dukungan konkrit yang dapat diberikan berupa dukungan non-materi yaitu menjaga, merawat ketika sakit, menemai dan mengantar ketika akan keluar rumah, dan lain-lain. Contohnya yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, apabila ibu sedang pergi ke luar, maka kita sebagai kakak yang berada di rumah yang menggantikan ibu untuk menjaga adik yang masih kecil (Cochran 1993; Dolan and Holt 2002; Jack 2001, dalam Thompson, 2006).
Dukungan Emosional (emotional support) Dukungan
yang
berupa
emosional
untuk
anggota
keluarga
yang
membutuhkannya. Dimana dukungan yang diberikan berupa empati atau simpati pada anggota keluarga yang membutuhkannya yaitu dengan cara selalu ada ketika mereka membutuhkannya. Jenis dukungan ini dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan, selain itu dukungan ini paling mudah digunakan. Menurut Cutrana (1996, dalam Thompson, 2006) dukungan ini juga merupakan salah satu alternatif yang baik, bermanfaat, dan mempunyai pengaruh yang kuat.
Dukungan Informatif (advice support) Dukungan ini berupa saran atau nasehat dan biasanya agak lebih rumit untuk disampaikan kepada anggota keluarga yang membutuhkan. Jenis dukungan ini dapat membuat seseorang akan merasa lebih nyaman dan merasa tenang (Cotterell, 1996; dalam Thompson, 2006). Contohnya, jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena penyakit kanker, maka sebagai keluarganya memberikan nasehat atau saran-saran positif yang dapat meyakinkan mereka untuk tetap bertahan dan terus melakukan usaha yang terbaik. (Aymanns, Sigrun and Klaur 1995; dalam Thompson, 2006)
Dukungan Penghargaan (esteem support) Dukungan ini berupa pengakuan atas kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Burleson (1990, dalam Thompson, 2006), bentuk dukungan ini merupakan batu fondasi yang kuat dalam sebuah keluarga. Dimana para anggota keluarga percaya akan kemampuan seseorang tersebut
serta memotivasinya untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri dalam menghadapi masalahnya. 2.4.3.
Kualitas Family Support Menurut Thompson (2006), kualitas dalam family support adalah suatu
hubungan yang mempunyai makna penting bagi si penerima melalui dukungan yang ia terima. Untuk itu Thompson (2006) membagi tiga macam kualitas dalam family support, yaitu : 1. Kedekatan (closeness), tidak hanya dengan anggota keluarga tetapi juga dengan orang lain. Pada penelitian di Irlandia dan Amerika Serikat (Cutrona dan Cole 2000; Riordan 2002; dalam Thompson, 2006) menunjukkan bahwa, seseorang akan lebih responsif kepada seseorang yang ia rasa dekat dengan dirinya. Hal ini terutama terjadi antara remaja dan orang tua. 2. Reciprocity, hubungan timbal balik antar anggota keluarga dalam membantu satu sama lain, dimana dengan adanya dukungan ini berarti tiap anggota keluarga bersedia memberikan dukungan atau pertolongan. Adanya hubungan ini akan timbul rasa kenyamanan satu sama lain dalam keluarga. 3. Durability, lebih mengarah pada siapa individu ingin mendapatkan dukungan atau pertolongan dari anggota keluarganya. Biasanya individu lebih terbuka mengenai masalahnya kepada anggota keluarganya yang sudah ia kenal cukup lama, sering berkomunikasi satu sama lain, dan anggota keluarganya tidak pernah mengganggu individu tersebut (Tracy & Biegel 1994; dalam Thompson, 2006)
2.4.4. Pengukuran Family Support Pengukuran family support yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori Thompson (2006) yang berdasarkan pada buku Family Support as Reflective Practice. Jenis-jenis family support yang diukur dalam penelitian ada empat jenis yaitu dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (advice support), dan dukungan penghargaan (esteem support). Indikator-indikator yang digunakan berdasarkan keempat jenis family support ini yaitu :
Dukungan konkrit (concrete support) mencakup membantu secara finansial, menemani dan membantu dalam melakukan suatu aktivitas.
Dukungan
emosional
(emotional
support)
mencakup
empati,
perhatian, dan simpati.
Dukungan informatif (advice support) mencakup nasehat, saran, dan kritik.
Dukungan penghargaan (esteem support) mencakup memberikan motivasi
yang
positif
dan
memberikan
kepercayaan
untuk
menumbuhkan rasa percaya dirinya.
2.5.
Kerangka Berpikir Setiap orang pasti akan
memasuki usia lanjut dan menjadi tua, ketika
menjadi tua banyak permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi baik secara fisik maupun psikis. Banyak para lansia yang tidak bisa menyesuaikan dirinya
dengan perubahan-perubahan atau permasalahan yang ada sehingga menjadi cemas, stress, bahkan depresi. Selain itu, dikarenakan kurangnya perhatian dari keluarga atau orang-orang terdekatnya, ditinggal meninggal oleh suami, saudara, atau anaknya terlebih dahulu, bahkan sengaja ditinggalkan oleh keluarganya karena tidak mampu mengurus anggota keluarganya yang sudah lansia, sehingga para lansia merasa kesepian karena tidak mempunyai teman untuk mengobrol, tidak bisa merasakan kebermaknaan dan kepuasan dalam hidupnya, sehingga tidak bisa merasakan happiness seperti orang lain pada umumnya. Akhirnya banyak lansia yang tinggal di panti werdha dengan tujuan untuk kehidupan yang lebih baik dibandingkan kehidupan sebelum mereka di panti. Beberapa faktor yang mempengaruhi happiness menurut Seligman (2002) diantaranya ialah uang, perkawinan, usia, kehidupan sosial, agama, jenis kelamin, kesehatan, dan emosi negatif. Selain beberapa faktor diatas, religiusitas juga merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi bahkan meningkatkan happiness. Religiusitas memberikan pengaruh positif yang dapat membuat para lansia berani menghadapi masalahnya, mengatasi rasa cemas, stress atau depresi yang sedang dialami. Khalek (2006) pun menjelaskan semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka ia akan semakin lebih bahagia, kesehatan pun secara mental maupun fisik menjadi lebih baik. Aspek-aspek dari religiusitas (Glock & Stark, 1968) yang dapat memberikan pengaruh terhadap happiness khususnya pada lansia di panti werdha diantarannya adalah keyakinan (belief), praktik agama (religious practice), pengalaman (the experience), pengetahuan agama (the knowledge), dan konsekuensi (the consequence).
Selain religiusitas,
family support juga dapat mempengaruhi dan
meningkatkan happiness pada lansia. Menurut Boyles (2008), seseorang bisa merasakan happiness dikarenakan adanya family support, yang dapat membuat kualitas hubungan keluarga menjadi lebih baik. Family support yang dibutuhkan oleh para lansia yang berada di panti werdha tidak hanya dari anggota keluarganya sendiri tetapi juga berasal dari orang-orang terdekatnya yang berada di panti yaitu petugas, perawat, dokter, dan antar lansia satu sama lain. Dikarenakan para lansia yang tinggal di panti jauh dari keluarganya sehingga mereka memerlukan orangorang yang dapat memberikan dukungan dan orang-orang terdekat itu adalah para petugas panti, perawat, dokter, dan sesama lansia yang merupakan keluarga baru bagi para lansia. Dimana mereka saling memberikan saran, nasehat, dan berbagi cerita satu sama lain. Dukungan dari anggota keluarga juga dibutuhkan, walaupun keluarga mereka jauh dan tidak tinggal bersama. Adanya kunjungan dari keluarga untuk menjenguk para lansia atau sekedar berkomunikasi lewat telepon merupakan bentuk perhatian yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi para lansia. Jenis-jenis family support (Thompson, 2006) yang bisa diberikan oleh para lansia yang ada di panti werdha dan dapat memberikan pengaruh terhadai happiess adalah dukungan konkrit (concrete support), dukungan emosional (emotional support), dukungan informatif (advice support), dan dukungan penghargaan (esteem support).
Keyakinan (the belief)
Peribadatan/praktik agama (religious belief) b
Religiusitas
Pengalaman (the experience) Pengetahuan agama (the knowledge) Konsekuensi (the consequence)
Dukungan konkrit (concrete support)
Family Support
Dukungan emosional (emotional support) Dukungan informatif (advice support) Dukungan penghargaan (esteem support)
Jenis Kelamin
Happiness
2.6.
Hipotesis
Ho1
: Tidak ada pengaruh keyakinan (the belief) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho2 : Tidak ada pengaruh praktik agama (religious belief) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Ho3
: Tidak ada pengaruh pengalaman (the experience) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho4
: Tidak ada pengaruh pengetahuan agama (the knowledge) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho5
: Tidak ada pengaruh konsekuensi (the consequence) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho6
: Tidak ada pengaruh dukungan konkrit (concrete support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho7
: Tidak ada pengaruh dukungan emosional (emotional support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho8
: Tidak ada pengaruh dukungan informatif (advice support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho9
: Tidak ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Ho10 : Tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang terdiri dari lima subbab. Subbab tersebut adalah populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian, pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisa data, serta prosedur penelitian. 3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Sedangkan untuk try out populasi diambil dari panti werdha yang berada di Tangerang yang memiliki karakteristik sama dengan populasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Adapun karakteristik dari populasi penelitian ini adalah : 1. Lansia yang sehat baik secara fisik maupun psikis, dimana informasi mengenai kesehatan lansia diperoleh dari petugas panti. 2.
Berjenis kelamin baik pria maupun wanita yang tinggal di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
3. Berumur 60 - 75 tahun. 4. Bisa membaca dan menulis. 5. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3.1.2. Sampel Penelitian Dengan mempertimbangkan pada kenyataan akan besarnya jumlah populasi yang akan diteliti dan adanya berbagai keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian, maka peneliti dalam menentukan jumlah responden pada penelitian ini terdiri dari : 1. Jumlah sampel untuk try out sebanyak 30 lansia. 2. Jumlah sampel untuk penelitian sebanyak 80 lansia. Try out dilaksanakan di panti werdha Yayasan Usaha Mulia Jaya dan Yayasan Bina Bhakti, sedangkan penelitian dilakukan di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas dan PSTW Budi Mulia 04 Margaguna. 3.1.3. Teknik Pengambilan Sampel Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling. Dimana setiap individu dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian karena peneliti memilih sampel berdasarkan karakteristik yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, beberapa kendala mengapa peneliti tidak menggunakan teknik probability sampling dikarenakan masalah efektivitas (waktu, jarak, tenaga) dan efisiensi. 3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Kerlinger (1990) variabel sesuatu yang bervariasi dan merupakan suatu sifat yang mempunyai nilai. Dalam penelitian ini terdapat 11 variabel yang terdiri dari : 1.
Independent variabel
Religiusitas
: Keyakinan (the belief) Peribadatan
atau
praktik
agama
(religious
practice) Pengalaman (the experience) Pengetahuan agama (the knowledge) Konsekuensi (the consequence) Family Support
: Dukungan konkrit (concrete support) Dukungan emosional (emotional support) Dukungan informatif (advice support) Dukungan penghargaan (esteem support)
Jenis kelamin 2.
Dependent variable
: Happiness
2.2.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Religiusitas adalah skor yang diperoleh dari pengukuran religiusitas melalui skala religiusitas berdasarkan teori Glock dan Stark (1968). Religiusitas dalam penelitian ini terdiri dari lima aspek yaitu keyakinan, peribadatan atau praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama, dan konsekuensi. 2. Family support adalah skor yang diperoleh dari pengukuran family support melalui skala family support berdasarkan teori Thompson (2006). Family support dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis yaitu dukungan konkrit, dukungan emosional, dukungan informatif, dan dukungan penghargaan. 3. Happiness adalah skor yang diperoleh dari pengukuran happiness melalui skala happiness berdasarkan teori Seligman (2002), yang memiliki tiga aspek
yaitu kepuasan pada masa lalu, kebahagiaan pada masa sekarang, dan optimis akan masa depan. 3.3. Pengumpulan Data 3.3.1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Sedangkan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model Likert, dimana variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang berupa pernyataan
(Sugiyono, 2008).
Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Jawaban setiap instrument ini memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif), netral, dan sangat rendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu item dengan lima skala jawaban. Namun, dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pernyataan positif (favorable) dikarenakan sampel dalam penelitian ini adalah lansia. Selain itu, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan kalimat-kalimat dan untuk mempermudah para lansia dalam membacanya. Selain itu, peneliti hanya menggunakan empat skala jawaban untuk mengukur satu item, dimana pilihan netral yaitu pilihan kelima dihilangkan. Tabel 3.1 Skor Item Skala Item Favorable SS (sangat setuju)
Skor 4
Item Unfavorable SS (sangat setuju)
Skor 1
S (setuju)
3
S (setuju)
2
TS (tidak setuju)
2
TS (tidak setuju)
3
STS (sangat tidak setuju)
1
STS (sangat tidak setuju)
4
3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu skala Religiusitas, Family Support, dan Happiness. 1. Skala religiusitas dalam penelitian ini diadaptasi dari buku yang berjudul American Piety : The Nature of Religious Commitment dari Glock dan Stark (1968). Item-item dalam skala ini dibuat berdasarkan lima dimensi yaitu keyakinan (the belief), peribadatan atau praktik agama (religious practice), pengalaman
(the
experience),
pengetahuan
agama
(the
knowledge),
konsekuensi (the consequences). Tabel 3.2 Blue Print Skala Religiusitas (Try Out) No. 1.
Dimensi Keyakinan
Indikator
Favorable
Keyakinan terhadap Tuhan
13*, 25*
Mukjizat (keajaiban) dari Tuhan
5, 22*
Kehidupan setelah kematian
2, 11*
Kepastian
7*, 12*
dan
mengenai keyakinan
kepercayaan
2.
Praktek agama
Menghadiri kegiatan agama Mengikuti
siraman
rohani
23, 30* dari
6, 31*
media elektronik
3.
4.
Pengalaman
Pengetahuan
Ikut serta dalam organisasi agama
1*, 28*
Ibadah malam hari
4, 19*
Pengalaman yang memperkuat
16*, 21*
Pengalaman responsif
14*, 32*
Pengetahuan tentang ajaran dan
17*, 29*
dasar-dasar agama yang dianut
5.
Konsekuensi
Pengetahuan terhadap isi kitab suci
3*, 15*
Sabar
9*, 20*
Jujur
8*, 26*
Ikhlas
18*, 27*
Memaafkan
10*, 24*
Jumlah Ket : *item valid
32
Tabel 3.3 Blue Print Skala Religiusitas (Field Test) No. 1.
Dimensi Keyakinan
Indikator
Favorable
Keyakinan terhadap Tuhan
9, 20
Mukjizat (keajaiban) dari Tuhan
18
Kehidupan setelah kematian
7
Kepastian
dan
kepercayaan
3, 8
mengenai keyakinan 2.
Praktek agama
Menghadiri kegiatan agama Mengikuti
siraman
rohani
25 dari
26
media elektronik Ikut serta dalam organisasi agama Ibadah malam hari 3.
4.
Pengalaman
Pengetahuan
1, 23 15
Pengalaman yang memperkuat
12, 17
Pengalaman responsif
10, 27
Pengetahuan tentang ajaran dan
13, 24
dasar-dasar agama yang dianut Pengetahuan terhadap isi kitab suci
2, 11
5.
Konsekuensi
Sabar
5, 16
Jujur
4, 21
Ikhlas
14, 22
Memaafkan
6, 19
Jumlah
27
2. Skala Family Support dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert. Skala ini dibuat oleh peneliti sendiri dengan komponen aspek-aspeknya menurut Thompson (2006). Tabel 3.4 Blue Print Skala Family Support (Try Out) No. 1.
Dimensi Dukungan konkrit
Indikator
Favorable
Membantu secara finansial
3*, 11
(materi) Menemani dan membantu dalam
melakukan
5*, 7, 20*
suatu
aktivitas Menemani
untuk
1, 8*
menyelesaikan masalahnya. 2.
Dukungan emosional
Empati
12*, 18*
3.
4.
Perhatian
2*, 15*
Simpati
14*, 22*
Nasehat atau saran
9*, 13*
Kritik
19*, 21*
Dukungan
Memberikan motivasi yang
4*, 17*
penghargaan
positif
Dukungan informatif
Memberikan
kepercayaan
6*, 10*, 16*
untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya Jumlah
22
Ket : *item valid
Tabel 3.5 Blue Print Skala Family Support (Field Test) No. 1.
Dimensi Dukungan konkrit
Indikator
Favorable
Membantu secara finansial
2
(materi) Menemani dan membantu dalam
melakukan
4, 17
suatu
aktivitas Menemani
untuk
6
menyelesaikan masalahnya. 2.
3.
4.
Dukungan emosional
Empati
9, 15
Perhatian
1, 12
Simpati
11, 19
Nasehat atau saran
7, 10
Kritik
16, 18
Dukungan
Memberikan motivasi yang
3, 14
penghargaan
positif
Dukungan informatif
Memberikan
kepercayaan
5, 8, 13
untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya Jumlah
19
3. Skala Happiness dalam penelitian ini disusun peneliti dengan membuat pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek-aspek dari konsep Seligman (2002). Tabel 3.6 Blue Print Skala Happiness (Try Out) Dimensi
Indikator
Emosi
Kepuasan
Positif
lalu
Sub-Indikator
masa Merasa puas terhadap suatu pencapaian
Favorable 11, 13*
Merasakan ketenangan dalam
4*, 14*
diri Mempunyai
penilaian
diri
7*, 22*
Memaafkan kesalahan di masa
12*, 20*
yang positif
lalu Mensyukuri apa yang telah di
15*, 19*
dapat Kebahagiaan masa Menikmati kegiatan-kegiatan sekarang
2*, 8*
yang disukai Merasakan
kenikmatan
3*, 16*
akan Percaya bahwa harapan akan
17*, 21*
inderawi Optimistis masa depan
tercapai Yakin bahwa setiap masalah besar
atau
kecil
1*, 6
dapat
terselesaikan Mempunyai keyakinan bahwa
5*, 10*
hidup akan menjadi lebih baik Percaya
diri
terhadap
9*, 18*
kemampuan yang dimiliki 22
Jumlah Ket : *item valid
Tabel 3.7 Blue Print Skala Happiness (Field Test) Dimensi
Indikator
Emosi
Kepuasan
Positif
lalu
Sub-Indikator
Favorable
masa Merasa puas terhadap suatu
11
pencapaian Merasakan ketenangan dalam
4, 12
diri Mempunyai
penilaian
diri
5, 20
Memaafkan kesalahan di masa
15, 18
yang positif
lalu Mensyukuri apa yang telah di
13, 17
dapat Kebahagiaan masa Menikmati kegiatan-kegiatan sekarang
2, 7
yang disukai Merasakan inderawi
kenikmatan
3, 14
Optimistis
akan Percaya bahwa harapan akan
masa depan
8, 19
tercapai Yakin bahwa setiap masalah besar
atau
kecil
1
dapat
terselesaikan Mempunyai keyakinan bahwa
9, 6
hidup akan menjadi lebih baik Percaya
diri
terhadap
10, 16
kemampuan yang dimiliki Jumlah
3.4.
20
Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.4.1. Teknik Pengolahan Data Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan masing-masing variable independent yang berjumlah 10 variabel terhadap happiness, dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing variable independent terhadap happiness. Peneliti menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan.
Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diuji peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis berganda untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara variable X1 (religiusitas), dan X2 (family support) dengan variabel Y (happiness). Analisis multiple regression adalah suatu metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat lebih dari satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi dan regresi (Kerlinger, 1990). Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, diantaranya : 1. R² yang menunjukkan proporsi varians (persentase varians) dari dependent variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV). 2. Dapat melihat signifikan atau tidak signifikannya R2. 3. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan. 4. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui. 3.4.2. Teknik Analisis Data 3.4.2.1.
Uji validitas Untuk mengetahui validitas instrumen (uji validitas) untuk menghitungnya penulis menggunakan program SPSS Versi 16.0. Hasilnya pada skala religiusitas yang terdiri dari 32 item, item
yang tidak valid berjumlah 5 item yaitu item nomor 2, 4, 5, 6, dan 23. Untuk skala family support yang terdiri dari 22 item, item yang tidak valid berjumlah 3 item yang terdiri dari item nomor 1, 7, dan 11. Sedangkan untuk skala happiness yang terdiri dari 22 item, item yang tidak valid berjumlah 2 item yang terdiri dari item nomor 6 dan 11.
3.4.2.2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih atau dapat dipercaya (apabila dalam beberapa kali pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama). Untuk menghitung reliabilitas alat pengumpulan data (uji reliabilitas) digunakan teknik Alpha Cronbach dengan perhitungan menggunakan program SPSS Versi 16.0. Hasil uji reliabilitas pada skala religiusitas sebesar 0, 891, pada skala family support sebesar 0, 866, dan pada skala happiness sebesar 0, 909.
3.5.
Prosedur Penelitian Secara garis besar penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap persiapan a) Perumusan masalah yang akan diteliti. b) Menentukan variabel yang akan diteliti. c) Melakukan studi pustaka untuk mendapatkan landasan teori yang tepat mengenai variabel penelitian.
d) Menentukan subjek penelitian. e) Persiapan alat pengumpulan data dengan menggunakan dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian yaitu berupa skala model Likert yang terdiri dari skala religiusitas, skala family support, dan skala happiness. f) Persiapan segala hal yang menyangkut perizinan. 2. Tahap uji coba alat ukur a) Melakukan uji coba terhadap alat ukur yang telah dibuat. b) Memilih item-item dari skala yang valid dan reliable. c) Memilih dan menyusun kembali item-item yang valid dan reliabel untuk dijadikan alat ukur yang siap pakai dalam penelitian ini. 3. Tahap pelaksanaan a) Menentukan jumlah sampel penelitian. b) Memberikan penjelasan tujuan penelitian dan meminta kesediaan responden untuk mengisi skala dalam penelitian. c) Melaksanakan pengambilan data. 4. Tahap pengolahan data a) Melakukan skoring terhadap skala hasil jawaban responden. b) Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh dan membuat tabel data. c) Menganalisis data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis. d) Membuat kesimpulan dan laporan hasil.
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Oktober sampai 14 November
2011 di PSTW 3 Budi Mulia Ciracas 50 lansia yang terdiri dari 25 pria dan 25 wanita, sedangkan di PSTW 4 Budi Mulia Margaguna 30 lansia yang terdiri dari 11 pria dan 19 wanita. Gambaran subyek pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Subyek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Wanita
44
55 %
Pria
36
45 %
Total
80
100 %
Jumlah keseluruhan subyek dalam penelitian ini adalah 110 lansia yang terdiri dari 30 lansia untuk try out dan 80 lansia untuk field test.
4.2.
Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS versi 16. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat pengaruh dan besaran R square IV secara keseluruhan terhadap DV beserta signifikansinya, melihat masing-masing IV berpengaruh terhadap DV dan signifikansinya, kemudian terakhir melihat besarnya kontribusi masing-masing IV terhadap DV beserta signifikansinya. Pertama, peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) pengaruh IV secara keseluruhan terhadap DV dan signifikansinya, selanjutnya dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 R Square Pengaruh Religiusitas dan Family Support terhadap Happiness
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
0,753a
0,567
0,504
6,82660
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,567 atau 56,7 %. Artinya variasi dari happiness (DV) yang dijelaskan oleh semua IV adalah sebesar 56,7 %, sedangkan sisanya yaitu 43,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini. Kemudian peneliti menguji signifikansi pengaruh keseluruhan IV terhadap happiness. Adapun hasil uji F bisa dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Signifikansi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) Model
1
Sum of Square
Df
Mean Square
Regression
4207,494
10
420,749
Residual
3215,571
69
46,602
Total
7423,065
79
F
Sig
9,028
0,000a
Dari tabel Anova, diperoleh F hitung sebesar 9,028 dan signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari alpha 5 % (0,000 < 0,05). Ini berarti bahwa besarnya variasi dari DV (happiness) yang dipengaruhi oleh 10 IV sebesar 56,7 % adalah signifikan secara statistik. Hal ini berarti secara keseluruhan bahwa ada pengaruh religiusitas dan family support terhadap happiness.
4.2.2. Uji Koefisien Masing-masing Independent Variable (IV) Langkah kedua adalah melihat pengaruh masing-masing IV berpengaruh terhadap DV beserta signifikansinya. Adapun penyajiannya pada tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Koefisien Regresi Religiusitas dan Family Support (IV) terhadap Happiness (DV) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) R.keyakinan R.praktikagama R.pengalaman
Std.Error
-1,516
7,398
0,037
0,125
-0,011 0,224
Standardized Coefficients T
Beta
Sig
-0,205
0,838
0,036
0,297
0,768
0,139
-0,011
-0,081
0,936
0,089
0,225
2,503
0,015*
R.pengetahuan R.konsekuensi FS.konkrit FS.emosional FS.informatif FS.penghargaan Sex
0,112
0,122
0,097
0,919
0,361
0,378
0,151
0,369
2,501
0,015*
-0,203
0,164
-0,207
-1,238
0,220
0,328
0,174
0,325
1,883
0,064
-0,101
0,105
-0,092
-0,958
0,341
0,245
0,153
0,237
1,600
0,114
1,907
1,659
0,098
1,150
0,254
Happiness = -1,516 + 0,037 R.keyakinan -0,011 R.praktikagama + 0,224 R.pengalaman* + 0,112 R.pengetahuan + 0,378 R.konsekuensi* -0,203 FS.konkrit + 0,328 FS.emosional -0,101 FS.informatif + 0,245 FS.penghargaan + 1,907 sex Keterangan : *signifikan Dari tabel 4.4, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefesien regresi yang dihasilkan dapat dilihat pada kolom yang paling kanan yaitu kolom sig. Jika nilai sig dari tiap-tiap IV kurang dari 0,05 (sig < 0,05), maka koefisien dari masing-masing IV berpengaruh terhadap happiness (DV). Sebaliknya jika nilai sig dari masing-masing IV lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka koefisien dari masing-masing IV tidak berpengaruh terhadap happiness (DV). Untuk melihat dan membandingkan besar kecilnya koefisien dari masing-masing IV dapat diketahui dengan cara melihat Standardized Coefficient (Beta). Dari hasil tabel 4.4, diketahui bahwa hanya ada dua IV yang signifikan, pertama koefisien pengalaman dengan nilai beta sebesar 0,224 dan nilai signifikansinya sebesar 0,015 (sig < 0,05). Kedua adalah koefisien konsekuensi
dengan nilai beta sebesar 0,378 dan nilai signifikansinya sebesar 0,015 (sig < 0,05), sedangkan sisanya delapan IV tidak signifikan. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masingmasing IV adalah sebagai berikut: 1. Nilai koefisien keyakinan sebesar 0,037 dan nilai signifikansinya sebesar 0,768 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel keyakinan secara positif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor keyakinan maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha. 2. Nilai koefisien praktik agama sebesar -0,011 dan nilai signifikansinya sebesar 0,936 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel praktik agama secara negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor praktik agama maka semakin rendah happiness pada lansia di panti werdha. 3. Nilai koefisien pengalaman sebesar 0,224 dan nilai signifikansinya sebesar 0,015 (sig < 0,05). Hal ini berarti variabel pengalaman secara positif berpengaruh terhadap happiness dan signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor pengalaman maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha. 4. Nilai koefisien pengetahuan sebesar 0,112 dan nilai signifikansinya sebesar 0,361 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel pengetahuan secara positif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor pengetahuan maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha.
5. Nilai koefisien konsekuensi sebesar 0,378 dan nilai signifikansinya sebesar 0,015 (sig < 0,05). Hal ini berarti variabel konsekuensi secara positif berpengaruh terhadap happiness dan signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor konsekuensi maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha. 6. Nilai koefisien dukungan konkrit sebesar -0,203 dan nilai signifikansinya sebesar 0,220 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel dukungan konkrit secara negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor dukungan konkrit maka semakin rendah happiness pada lansia di panti werdha. 7. Nilai
koefisien
dukungan
emosional
sebesar
0,328
dan
nilai
signifikansinya sebesar 0,064 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel dukungan emosional secara positif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor dukungan emosional maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha. 8. Nilai
koefisien
dukungan
informatif
sebesar
-0,101
dan
nilai
signifikansinya sebesar 0,341 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel dukungan informatif secara negatif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor dukungan informatif maka semakin rendah happiness pada lansia di panti werdha. 9. Nilai koefisien dukungan
penghargaan
sebesar 0,245 dan nilai
signifikansinya sebesar 0,114 (sig > 0,05). Hal ini berarti variabel
dukungan penghargaan secara positif berpengaruh terhadap happiness tetapi tidak signifikan berdasarkan hasil analisis statistik. Jadi semakin tinggi skor dukungan penghargaan maka semakin tinggi happiness pada lansia di panti werdha. 10. Nilai koefisien jenis kelamin sebesar 1,907 dan nilai signifikansinya sebesar 0,254 (sig > 0,05). Hal ini berarti tidak ada perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita dengan happiness pada lansia di panti werdha.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini dari sepuluh hipotesis minor yang ada, hanya dua hipotesisi minor yang ditolak, yaitu : 1. Ho1 diterima yaitu tidak ada pengaruh keyakinan (the belief) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,037 dengan taraf signifikansi 0,768 (sig > 0,05). 2. Ho2 diterima yaitu tidak ada pengaruh praktik agama (religious practice) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya -0,011 dengan taraf signifikansi 0,936 (sig > 0,05). 3. Ho3 ditolak sehingga Ha3 diterima yaitu ada pengaruh pengalaman (the experience) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,224 dengan taraf signifikansi 0,015 (sig < 0,05). 4. Ho4 diterima yaitu tidak ada pengaruh pengetahuan agama (the knowledge)
religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti
werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,112 dengan taraf signifikansi 0,361 (sig > 0,05). 5. Ho5 ditolak sehingga Ha5 diterima yaitu ada pengaruh konsekuensi (the consequence) religiusitas terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,378 dengan taraf signifikansi 0,015 (sig < 0,05). 6.
Ho6 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan konkrit (concrete support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,203 dengan taraf signifikansi 0,220 (sig > 0,05).
7. Ho7 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan emosional (emotional concrete) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,328 dengan taraf signifikansi 0,064 (sig > 0,05).
8. Ho8 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan informatif (informative support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya -0,101 dengan taraf signifikansi 0,341 (sig > 0,05). 9. Ho9 diterima yaitu tidak ada pengaruh dukungan penghargaan (esteem support) family support terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 0,245 dengan taraf signifikansi 0,114 (sig > 0,05). 10. Ho10 diterima yaitu tidak ada pengaruh jenis kelamin terhadap happiness pada lansia di panti werdha binaan Dinas Sosial DKI Jakarta wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dikarenakan nilai koefisiennya 1,907 dengan taraf signifikansi 0,254 (sig > 0,05). 4.2.3. Uji Proporsi Varians Masing-masing Independet Variable (IV) Berdasarkan hasil dari koefisien regresi di atas, diketahui bahwa pada variabel religusitas hanya dua dari lima aspek yang berpengaruh signifikan. Sedangkan pada variabel family support dari empat aspek tidak ada satu pun yang signifikan. Langkah terakhir, peneliti ingin melihat besarnya kontribusi dari masing-masing IV dan signifikansinya.
Tabel 4.5 Proporsi Varians Masing-masing Independent Variable Change Statistic
Model
R Square
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
0,171
0,171
16,098
1
78
0,000*
2
0,305
0,134
14,901
1
77
0,000*
3
0,411
0,106
13,691
1
76
0,000*
4
0,412
0,000
0,037
1
75
0,849
5
0,463
0,051
7,061
1
74
0,010*
6
0,498
0,035
5,067
1
73
0,027*
7
0,539
0,041
6,360
1
72
0,014*
8
0,544
0,005
0,828
1
71
0,366
9
0,559
0,015
2,312
1
70
0,133
10
0,567
0,008
1,321
1
69
0,254
Total
0,567
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Keyakinan Praktik agama Pengalaman Pengetahuan Konsekuensi Dukungan konkrit Dukungan emosional Dukungan informatif Dukungan penghargaan Jenis kelamin
Dari tabel 4.5 terdapat total R Square sebesar 0,567 atau 56,7 %, nilai tersebut adalah total kontribusi dari semua IV terhadap DV. Selain itu, dari tabel di atas dapat diketahui ada enam IV yang signifikan yaitu variabel keyakinan dengan nilai signifikan 0,000, variabel praktik agama dengan nilai signifikan
0,000, variabel pengalaman dengan nilai signifikan 0,000, variabel konsekuensi dengan nilai signifikan 0,010, variabel dukungan konkrit dengan nilai signifikan 0,027, dan variabel dukungan emosional dengan nilai signifikan 0,014. Sedangkan empat IV lainnya yaitu variabel pengetahuan agama, variabel dukungan informatif, variabel dukungan penghargaan, dan jenis kelamin tidak signifikan. Adapun penjelasan nilai R Square dari masing-masing IV adalah sebagai berikut : 1. Variabel keyakinan memberikan kontribusi sebesar 17,1 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,000 (sig < 0,05). 2. Variabel praktik agama memberikan kontribusi sebesar 13,4 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,000 (sig < 0,05). 3. Variabel pengalaman memberikan kontribusi sebesar 10,6 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,000 (sig < 0,05). 4. Variabel pengetahuan memberikan kontribusi sebesar 0 % terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,849 (sig > 0,05). 5. Variabel konsekuensi memberikan kontribusi sebesar 5,1 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,010 (sig < 0,05).
6. Variabel dukungan konkrit memberikan kontribusi sebesar 3,5 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,027 (sig < 0,05). 7. Variabel dukungan emosional memberikan kontribusi sebesar 4,1 % terhadap happiness dan secara statistik signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,014 (sig < 0,05). 8. Variabel dukungan informatif memberikan kontribusi sebesar 0,5 % terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,366 (sig > 0,05). 9. Variabel dukungan penghargaan memberikan kontribusi sebesar 1,5 % terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,133 (sig > 0,05). 10. Variabel jenis kelamin memberikan kontribusi sebesar 0,8 % terhadap happiness dan secara statistik tidak signifikan, dengan nilai F Change sebesar 0,254 (sig > 0,05). Pada tabel uji proporsi varians menjelaskan besarnya kontribusi masingmasing IV terhadap happiness (DV), dimana total dari keseluruhan kontribusi masing-masing IV harus sama dengan jumlah R square secara keseluruhan dari tabel 4.2. Sehingga seluruh IV baik yang memberikan pengaruh positif, negatif, atau sama sekali tidak ada perbedaan (jenis kelamin) tetap diikut sertakan pada tabel uji proporsi varians ini. Jika tidak diikut sertakan, maka jumlah proporsi varians tidak akan sesuai dengan jumlah R square secara keseluruhan. Dengan demikian dapat disimpulkan dari sepuluh independent variable (IV) hanya ada enam IV yang kontribusinya signifikan terhadap happiness (DV)
yaitu variabel keyakinan, variabel praktik agama, variabel pengalaman, variabel konsekuensi, variabel dukungan konkrit, dan variabel dukungan emosional. Sedangkan keempat IV lainnya berkontribusi tetapi tidak signifikan yaitu variabel pengetahuan, variabel dukungan informatif, variabel penghargaan, dan jenis kelamin.
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah peneliti mendapatkan data penelitian, kemudian diolah dan dianalisis hasil-hasil penelitian yang telah didapat, maka pada bab ini peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian yang telah diteliti. Kesimpulan pada bab ini merupakan jawaban atas dari permasalahan penelitian. Berikut peneliti akan memaparkannya pada penjelasan berikut ini. Berdasarkan hasil tabel R square dan anova, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan religiusitas dan family support (IV) berpengaruh terhadap happiness sebesar 56,7 % dan signifikansinya sebesar 0,000 (sig < 0,05). Sedangkan dari hasil uji koefisien masing-masing IV pada tabel koefisien regresi, hasil yang didapatkan dari sepuluh hipotesis minor yang ada dalam penelitian ini hanya ada dua hipotesis minor yang ditolah yaitu Ho3 dan Ho5, sedangkan delapan hipotesis minor lainnya diterima. Jadi dari hasil tabel koefisien regresi hanya variabel religiusitas (IV) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap happiness (DV). Untuk hasil tabel uji proporsi varians masing-masing IV, dapat diketahui bahwa ada enam IV yang kontribusinya signifikan terhadap happiness (DV) yaitu variabel keyakinan, variabel praktik agama, variabel pengalaman, variabel konsekuensi, variabel dukungan konkrit, dan variabel dukungan emosional. Sedangkan keempat IV lainnya berkontribusi tetapi tidak signifikan yaitu variabel
pengetahuan, variabel dukungan informatif, variabel penghargaan, dan jenis kelamin.
5.2. Diskusi Dari kesimpulan terdahulu, religiusitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap happiness pada lansia di panti werdha. Selain itu, kontribusi dari aspekaspek religiusitas pun signifikan terhadap happiness yaitu keyakinan sebesar 17,1 % (0,000 < 0,05), praktik agama 13,4 % (0,000 < 0,05), pengalaman 10,6 % (0,000 < 0,05), dan konsekuensi 5,1 % (0,010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khalek (2006), bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka ia akan merasa lebih bahagia, dan kesehatannya pun lebih baik secara mental dan fisik. Ketika peneliti berada di panti, para lansia yang suka mengikuti pengajian, sholat berjamaah di masjid, ikut kebaktian setiap minggunya, merasa lebih bersemangat dan menikmati kegiatan sehari-hari mereka walaupun tinggal di panti. Ekspresi muka mereka pun pada saat bertemu dan berbicara dengan peneliti terlihat berseri-seri tanpa ada beban atau memikirkan sebab mereka bisa tinggal di panti. Semakin mereka mendekatkan diri mereka kepada Tuhan dengan rajin beribadah serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehariharinya, para lansia tersebut pasrah dan tidak mempunyai pikiran yang macammacam. Mereka juga merasa tenang dan bahagia tinggal di panti, karena fasilitas dan kebutuhan sehari-hari mereka ditanggung oleh panti tanpa ada pemungutan biaya, kadang tiap bulan mereka diberi uang jajan oleh panti. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan David (2009), bahwa orang yang percaya pada Tuhan dapat
mengurangi tingkat keputusasaan, depresi, stress, kecemasan serta bisa meningkatkan happiness, kepuasan hidup, dan kesejahteraan pada dirinya. Family support walaupun tidak berpengaruh secara signifikan, tetapi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap happiness. Ada dua jenis family support yang berkontribusi secara signifikan yaitu dukungan konkrit sebesar 3,5 % (0,027 < 0,05) dan dukungan emosional sebesar 4,1 % (0,014 < 0,05). Dari hasil penelitian ini, family support dibagi menjadi 2 macam yaitu dukungan yang berasal dari keluarga dan orang terdekat. Kedua jenis dukungan ini memang sangat terlihat jelas sekali di panti. Dimana dukungan ini tidak hanya berasal dari para keluarga lansia tetapi juga dari para petugas, perawat, sesama lansia yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri antara satu sama lain. Dukungan konkrit yang biasanya terlihat adalah para lansia sering ditengok oleh keluarganya, keluarga mereka datang untuk menemani para lansia keluar atau diajak jalan-jalan. Sedangkan dukungan emosional lebih terlihat antara lansia satu dengan lansia lainnya atau para perawat. Biasanya mereka saling bercerita mengenai masalah-masalah yang dihadapi dan menanggapi cerita tersebut (empati atau simpati). Menurut Cutrana (dalam Thompson, 2006), walaupun dukungan emosinal terlihat sederhana, dukungan ini mempunyai pengaruh yang kuat dan bermanfaat. Inilah yang membuat para lansia yang di panti lebih kuat dan tabah dalam menjalani hidup, hal ini sesuai dengan pendapat Taylor (dalam Sharma, 2010), bahwa seseorang yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-temannya lebih berani untuk mengatasi stress yang mereka alami.
Untuk variabel dukungan informatif dan dukungan penghargaan tidak berpengaruh dan kontribusinya pun tidak signifikan secara statistik. Dimana koefisien beta pada variabel dukungan informatif sebesar -0,101 dengan nilai signifikan sebesar 0,341 > 0,05 dan nilai kontribusinya (R square change) sebesar 0,5 % dengan nilai signifikan sebesar 0,366 > 0,05. Sedangkan variabel dukungan penghargaan, koefisien betanya sebesar 0,245 dengan nilai signifikan sebesar 0,114 dan untuk nilai kontribusi (R square change) sebesar 1,5 % dengan nilai signifikan sebesar 0,133 > 0,05. Hal ini terjadi dikarenakan selama peneliti berada di panti dukungan informatif ini jarang terlihat dan dirasakan oleh para lansia di panti. Jika pun ada itu pun hanya sesekali dan para lansia bercerita pada peneliti ketika mereka mengisi angket bahwa dukungan yang diberikan hanya sekedar nasehat biasa dan tidak memberikan keyakinan yang berarti bagi mereka. Sedangkan untuk dukungan penghargaan jarang sekali dilakukan karena dukungan ini berupa pengakuan atas kemampuan atau keahlian yang dimiliki. Di panti sendiri semua kegiatan yang dilakukan lansia baik pria dan wanita semuanya hampir sama antara satu sama lain. Ketika keluarga para lansia datang menjenguk pun, para lansia tidak memperlihatkan kemampuan atau keahlian yang mereka miliki, sehingga orang-orang terdekat yang berada di panti beserta keluarga lansia tersebut sulit untuk mengemukakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cotterell, (1996; dalam Thompson, 2006) bahwa dukungan ini agak lebih rumit untuk disampaikan. Jenis kelamin pada penelitian ini tidak mempunyai pengaruh (koefisien beta 1,907 dan 0,254 > 0,05) ataupun kontribusi yang signifikan (R square change 0,008 atau 0,8 % dan 0,254 > 0,05). Dikarenakan pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Khalek (2006), sampel yang digunakan adalah mahasiswa dengan latar belakang sosial ekonomi berbeda dan sebelumnya dilakukan observasi terlebih dahulu terhadap mahasiswa tersebut. 5.3. Saran Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan, dan untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya yang terkait dengan penelitian serupa yaitu saran metodelogis dan saran praktis. 5.3.1. Saran Metodelogis 1. Pada penelitian ini masih banyak variabel-variabel (IV) yang terkait dengan happiness khususnya pada lansia di panti werdha. Variabelvariabel tersebut adalah status perkawinan, tipe kepribadian, locus of control, self-ratings, dan kesehatan mental. Variabel-variabel tersebut sangat penting diteliti terutama terkait dengan happiness. 2. Untuk
penelitian
selanjutnya,
dapat
ditambah
lagi
dengan
membandingkan antara lansia di panti werdha dengan lansia yang tidak tinggal di panti (di rumah). Selain itu, dapat juga membandingkan antara lansia yang tinggal di panti binaan pemerintah dengan panti werdha binaan swasta. 3. Dapat memberikan manfaat dan pengembangan bagi penelitian selanjutnya dan untuk penelitian selanjutnya jika ingin meneliti mengenai happiness sebaiknya tidak menggunakan aspek kepuasan masa
lalu dan optimis akan masa depan tetapi menggunakan aspek-aspek yang lain dari teori happiness yang terbaru. 5.3.2. Saran Praktis 1. Hasil penelitian ini juga merupakan saran yang positif bagi pihak panti werdha untuk mengetahui bahwa kebahagiaan pada lansia yang tinggal di panti dipengaruhi oleh religiusitas (keberagamaan) sehingga dapat lebih meningkatkan kegiatan keberagamaan bagi para lansia. 2. Selain religiusitas, family support baik yang berasal dari keluarga maupun kerabat terdekat (petugas, perawat, dan sesama lansia) juga dapat mempengaruhi happiness, sehingga bisa lebih ditingkatkan ikatan kekeluargaan dengan diadakannya pertemuan keluarga antara keluarga lansia dengan petugas, perawat, dan lansia. Hal ini terlihat dari hasil proporsi varians IV terhadap DV, dimana dukungan konkrit memberikan kontribusi sebesar 3,5 %, dukungan emosioanal sebesar 4,1 %, dan keduanya signifikan. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan populasi yang lebih besar yaitu tidak hanya wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur saja tetapi juga wilayah Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat juga.
DAFTAR PUSTAKA Aghili,. Mojtaba and Kumar Venkatesh., G. 2008. Relationship between religious attitude and happiness among professional employees. Journal of the Indian Academy of Applied Psychology, April 2008, Vol. 34, Special Issue, 66-69. Carr, Alan. 2004. Positive psychology. Brunner-Routledge Dockery Michael, Alfred. 1987. Happiness, life satisfaction and the role of work: evidence from two australian surveys. Ghufron Nur., M. & S Risnawati., M. 2010. Teori-teori psikologi. Jogjakarta : ArRuzz Media Glock., Charles Y., and Stark., Rodney. 1968. American piety : The nature of religious commitment. Berkeley : University of California Press Hidayati Narendrany., Heny dan Yudiantoro., Andri. 2007. Psikologi agama. Jakarta : UIN Press http://lanjutusia_detail.asp.htm- Kuntjoro Sri, Zainuddin. 2002. Dukungan Sosial pada Lansia. http://Lansia « Referensi Kesehatan.htm http//www.ebooks-freedownload.net/2010/pdf-link/iadl-padalansia.html/digilib.unimus.ac.id/files/disk1/111/jtptunimus-gdl-furiyahg2a5505-3-babii.pdf. di akses pada tanggal 4 November 2010 http//www.Psikomedia.com/Penyesuaian Diri Terhadap Ambang Pensiun. Di akses pada tanggal 26 Oktober 2010 http//www.TanyaDokterAnda.com/waspadai-depresi-pada-lansia.htm. tanggal 26 Oktober 2010
di
akses
pada
http://www.webmd.com/balance/news/20080619/for-happiness-seek-family-notfortune. Boyles., Salynn. 2008. For Happiness Seek Family Not Fortune Study Shows Family Relationships Bring Greater Happiness Than High Income. Di akses pada tanggal 26 Mei 2011 Hurlock B., Elizabeth. 1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentan kehidupan. Jakarta : Erlangga Jalaluddin. 2000. Psikologi agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Kerlinger, N. Fred. 1990. Asas-asas penelitian behavioral. Jogja : Gajah Mada University Press
Khalek M. Abdel., Ahmed. 2006. Happiness, health, and religiositiy : Significant relations. Mental Health, Religion & Culture March 2006; 9(1): 85–97 Lyubomirsky., Sonja., Sheldon M., Kennon., and Schkade., David. 2005. Pursuing happiness: The architecture of sustainable change. Review of General Psychology 2005, Vol. 9, No. 2, 111–131 Manz, Charles C. 2003. Emotional disipline : The power to choose how you feel. Bernett-Kohler Publisher, Inc. San Francisco Muchanam Diana., Rachmy & Nashori Fuad., H. 2002. Mengembangkan kreativitas dalam perspektif psikologi islami. Jogjakarta : Menara Kudus Jogjakarta Papalia E., Diane., Olds Wendkos., Sally., Feldman Duskin., Ruth., 2008. Human development eleventh edition. New York, NY : The McGraw-Hill Companies, Inc. Poot, Germaine and Liefbroer, C. Art. 2007. Happiness in the garden of epicurus. Happiness Study (2008) 9:397–423 DOI 10.1007/s10902-006-9036-z Rosmarin H., David., Pargament I., Kenneth., and Mahoney., Annete. 2009. The role of religiousness in anxiety, depression, and happiness in a jewish community sample : A preliminary investigation. Mental Health, Religion & Culture Vol. 12, No. 2, March 2009, 97–113 Santrock., W. John. 2002. Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta : Erlangga Seligman E. P., Martin. 2002. Authentic happiness. Bandung : Mizan Sharma., Anita and Maholtra., Dalip. 2010. Social-psychological correlates of happiness in adolescents. European Journal of Social Sciences – Volume 12, Number 4 (2010) Sugiyono. 2008. Metodelogi penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Penerbit Alfabeta Thompson., Neil. 2006. Family support as reflective practice. London and Philadelphia : Jessica Kingsley Publishers Thouless H., Robert. 1995. pengantar psikologi agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
LAMPIRAN
SKALA PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr.Wb Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Program Sarjana Strata-1 (S1) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang mengadakan penelitian mengenai lansia yang berjudul “PENGARUH RELIGIUSITAS DAN FAMILY SUPPORT TERHADAP HAPPINESS PADA LANSIA DI PANTI WERDHA”, penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir saya yaitu skripsi. Sehubungan dengan itu, saya membutuhkan partisipasi dari Bapak/Ibu untuk mengisi angket. Data pribadi dan jawaban Bapak/Ibu akan di jaga kerahasiaannya, tidak akan disebarluaskan, dan hanya akan digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Isilah data di bawah ini sebelum Bapak/Ibu mengisi skala Nama
:
Usia
:
Agama
:
Jenis Kelamin : L/P
Petunjuk Pengisian Berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan untuk membantu anda dalam menggambarkan diri Bapak/Ibu sendiri. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti, dan berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai menggambarkan perasaan, pikiran, atau perilaku anda pada lembar jawaban yang telah disediakan. Ada 4 (empat) pilihan jawaban terhadap masing-masing pernyataan yang mempunyai arti sebagai berikut. SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak setuju
Contoh : 1. Saya tahu benar apa yang saya rasakan saat ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
Atas kesedian Bapak/Ibu meluangkan waktunya untuk mengisi skala ini, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, Oktober 2011
TTD
(
Hormat Peneliti,
)
Inayah Mardiah
SKALA RELIGIUSITAS PETUNJUK Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
1. Saya suka mengikuti organisasi keagamaan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 2. Menurut saya, apa yang tercantum dalam kitab suci, dapat juga terlihat dalam kehidupan nyata. a.
sangat setuju
b.
d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
3. Saya yakin dan percaya bahwa keyakinan yang selama ini saya anut benar. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 4. Kejujuran merupakan hal yang penting dalam menjalani hidup. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 5. Sabar merupakan salah satu jalan untuk menghadapi masalah, saya pun berusaha untuk bersabar. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju 6. Memaafkan orang-orang yang telah menyakiti saya merupakan hal sulit tapi saya berusaha untuk mencobanya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 7. Saya percaya bahwa kehidupan setelah kematian lebih kekal dibandingkan kehidupan saat ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 8. Saya yakin dan percaya bahwa keyakinan yang saya anut ini memberikan kebaikan sepanjang hidup terutama pada masa tua ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 9. Saya yakin akan kebesaran Tuhan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju 10. Saya merasa Tuhan selalu di dekat saya. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
11. Kitab suci adalah tuntunan para umat manusia dalam menjalani hidup. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 12. Saya pernah mendapatkan pengalaman yang religius sehingga membuat saya semakin rajin beribadah dan merasa dekat dengan Tuhan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju 13. Sejak kecil saya mulai belajar tentang ajaran dan dasar-dasar agama. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d.sangat tidak setuju 14. Saya ikhlas menjalani dan menghabiskan masa-masa tua di panti ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 15. Setiap malam saya selalu berdoa agar diberikan kebaikan selama hidup ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 16. Saya yakin, orang yang sabar akan mendapatkan hasil yang terbaik. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 17. Saya pernah merasakan Tuhan menegur saya melalui musibah yang akhirnya menjadikan saya untuk kembali ke jalan yang benar. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
18. Saya percaya, bagi orang yang mendapatkan mukjizat dari-Nya akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 19. Memaafkan merupakan hal yang terpuji dan dapat memberikan pengaruh positif bagi orang meminta dan memberi maaf. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 20. Saya percaya Tuhan selalu ada di sisi umat-Nya baik dalam keadaan senang atau susah. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 21. Dalam agama kejujuran sangat diperlukan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 22. Segala sesuatu yang telah terjadi selama hidup saya hingga saat ini, saya terima dengan ikhlas. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 23. Saya menjadi lebih bersemangat ketika terlibat dalam organisasi keagamaan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
b. d. sangat tidak setuju 24. Saya cukup baik dalam memahami ajaran dan dasar-dasar agama yang saya anut.
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 25. Saya senang jika terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan keagamaan. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 26. Saya merasakan ketenangan pada saat melihat atau mendengar siraman rohani. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 27. Saya merasa Tuhan selalu melihat apa yang saya lakukan. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
SKALA FAMILY SUPPORT PETUNJUK Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
1.
Walaupun saya sudah setua ini, keluarga saya masih sering datang ke panti untuk menengok saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 2. Walaupun saya tinggal di panti jompo dan sudah tua, anggota keluarga saya tetap memenuhi kebutuhan saya sehari-hari. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 3. Apapun yang saya lakukan, keluarga saya selalu mendukung dengan baik. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 4.
Ketika saya merasa sendiri dan kesepian, saudara-saudara saya atau orangorang panti menemani saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 5.
Keluarga saya atau orang-orang panti selalu meyakinkan saya bahwa saya bisa melakukan sesuatu dengan baik. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
6.
Walaupun saya sedang terkena musibah, keluarga saya atau orang-orang panti tetap mendampingi saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 7.
Keluarga saya atau orang-orang panti suka memberikan nasehat agar saya menjaga kesehatan dengan baik. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
8.
Setiap mendengar perkataan dari keluarga atau orang-orang panti saya merasa lebih bersemangat. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 9.
Ketika saya sedang bersedih, beberapa anggota keluarga maupun orang-orang panti ikut sedih karena melihat keadaan saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 10. Keluarga saya sering memberikan saran-saran yang baik bagi kehidupan saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 11. Keluarga saya mengerti keadaan saya yang sudah setua ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 12. Ketika saya sedang berbicara keluarga saya maupun orang-orang di panti selalu mendengarkan dengan baik. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju
13. Dengan adanya keluarga atau orang-orang panti saya lebih percaya diri dalam menjalani kehidupan saya. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
14. Keluarga saya atau orang-orang panti selalu memberikan dorongan agar saya tidak putus asa dalam menjalani hidup. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 15. Keluarga saya atau orang-orang panti memahami saya ketika saya sedang mengalami kesulitan, seolah-olah mereka mengalami hal yang sama dengan saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 16. Jika saya melakukan sesuatu yang tidak di sukai oleh keluarga saya atau orang-orang panti mereka akan melarang saya untuk melakukannya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 17. Jika saya ingin pergi ke luar, saya selalu ditemani oleh anggota keluarga saya atau orang-orang panti. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 18. Jika saya melakukan suatu kesalahan keluarga saya atau orang-orang panti akan menegur saya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 19. Ketika saya mengalami musibah keluarga saya atau orang-orang panti suka menghibur saya agar saya tidak bersedih lagi. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
SKALA HAPPINESS PETUNJUK Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Bapak/Ibu diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan cara memberi tanda SILANG (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
TS
: Tidak Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
1. Saya percaya bahwa setiap masalah pasti ada penyelesaiannya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 2. Saya menyukai kegiatan-kegiatan yang ada di panti. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 3. Lingkungan panti yang asri membuat saya nyaman dan betah tinggal di panti ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 4. Saya merasa nyaman ketika berkumpul dengan keluarga maupun orang-orang di panti. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 5. Saya percaya di masa tua ini, saya bisa menjalani hidup yang lebih baik.
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 6. Saya sudah berusaha sebaik mungkin dalam menjalani hidup ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 7. Saya senang menjalani aktivitas sehari-hari saya sekarang ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 8. Saya tetap bisa menjalankan hidup yang lebih baik walaupun tinggal di panti jompo. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 9. Walaupun sudah setua ini, saya mampu melakukan hal yang terbaik dalam hidup ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 10. Saya yakin hidup saya akan lebih baik lagi setiap harinya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 11. Sejauh ini, saya telah mendapatkan hal-hal yang penting dalam hidup saya. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
12. Saya tetap merasa tenang tinggal di panti walaupun orang-orang terdekat saya tidak ada lagi. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 13. Semua yang telah terjadi selama ini, saya terima dengan lapang dada. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 14. Saya suka menikmati udara pagi hari dan jalan-jalan di sekitar panti. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 15. Apapun yang terjadi di masa lalu, saya tetap bersemangat dalam menjalani hidup ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 16. Saya masih bisa mengurus diri sendiri walaupun sudah setua ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 17. Segala sesuatu yang telah terjadi terutama masalah-masalah yang saya terima selama hidup ini, membuat saya lebih tegar dan kuat dalam menjalani hidup ini. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 18. Berbagai masalah yang sudah terjadi dalam hidup ini sudah saya lupakan dan tidak mempermasalahkannya lagi.
a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 19. Hingga saat ini saya tetap memiliki cita-cita dan berusaha untuk mencapainya. a. sangat setuju
b. setuju
c. tidak setuju
d. sangat tidak setuju 20. Walaupun tinggal di panti jompo, saya tetap menjalani kehidupan sehari-hari saya dengan ceria. a. sangat setuju d. sangat tidak setuju
b. setuju
c. tidak setuju
HASIL TRY OUT SKALA RELIGIUSITAS Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .891
32
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
105.1000
74.921
.350
.889
VAR00002
105.3667
77.482
.019
.897
VAR00003
105.0667
72.340
.499
.886
VAR00004
104.5667
75.151
.296
.890
VAR00005
104.9000
76.783
.104
.894
VAR00006
105.1667
75.661
.133
.896
VAR00007
104.6000
75.007
.354
.889
VAR00008
104.7333
73.857
.473
.887
VAR00009
104.7667
73.289
.474
.886
VAR00010
104.8667
72.051
.558
.885
VAR00011
104.6000
71.076
.656
.883
VAR00012
104.7000
74.286
.424
.887
VAR00013
104.3333
76.161
.376
.889
VAR00014
104.4000
74.179
.602
.886
VAR00015
104.5667
73.289
.577
.885
VAR00016
104.9333
71.168
.516
.885
VAR00017
105.0000
70.759
.674
.882
VAR00018
105.3333
71.609
.554
.885
VAR00019
104.6333
73.551
.521
.886
VAR00020
104.7000
73.114
.563
.885
VAR00021
105.1000
72.093
.492
.886
VAR00022
104.9000
72.369
.601
.884
VAR00023
105.1333
76.533
.127
.893
VAR00024
104.7667
73.013
.451
.887
VAR00025
104.6667
72.437
.568
.885
VAR00026
104.5667
73.289
.499
.886
VAR00027
104.9000
72.162
.504
.886
VAR00028
105.1333
73.844
.387
.888
VAR00029
105.0667
75.306
.426
.888
VAR00030
105.1000
74.645
.382
.888
VAR00031
104.9000
73.748
.448
.887
VAR00032
104.6667
73.195
.487
.886
HASIL TRY OUT SKALA FAMILY SUPPORT
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .886
22
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
59.9000
67.197
.268
.887
VAR00002
59.7667
62.323
.558
.879
VAR00003
59.7667
62.047
.545
.880
VAR00004
59.7667
64.530
.371
.885
VAR00005
59.9000
61.886
.587
.878
VAR00006
59.7000
64.217
.556
.880
VAR00007
59.8000
67.269
.174
.890
VAR00008
59.5667
62.392
.688
.876
VAR00009
59.4000
66.110
.360
.885
VAR00010
59.6667
66.575
.446
.883
VAR00011
59.6000
65.766
.254
.889
VAR00012
60.0000
62.138
.583
.879
VAR00013
59.8000
63.269
.499
.881
VAR00014
59.5000
62.948
.587
.879
VAR00015
59.9667
64.033
.500
.881
VAR00016
59.6333
62.930
.576
.879
VAR00017
59.7333
61.582
.745
.874
VAR00018
59.8333
63.592
.540
.880
VAR00019
60.1333
61.637
.661
.876
VAR00020
59.9667
64.171
.339
.887
VAR00021
59.9333
63.237
.540
.880
VAR00022
59.9667
66.033
.341
.885
HASIL TRY OUT SKALA HAPPINESS Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .909
22
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
65.3000
65.045
.372
.908
VAR00002
65.8667
61.844
.549
.905
VAR00003
65.9000
62.576
.427
.908
VAR00004
65.5667
63.495
.425
.908
VAR00005
65.6333
61.482
.600
.904
VAR00006
65.8000
66.303
.249
.910
VAR00007
65.6000
62.317
.616
.904
VAR00008
66.0000
62.069
.592
.904
VAR00009
65.8667
60.809
.708
.901
VAR00010
65.7333
63.444
.572
.905
VAR00011
65.8000
66.855
.119
.914
VAR00012
65.7000
61.666
.679
.902
VAR00013
66.1000
60.024
.642
.903
VAR00014
66.0667
61.926
.454
.908
VAR00015
65.6333
63.137
.539
.905
VAR00016
65.6000
63.834
.445
.907
VAR00017
65.7333
62.271
.635
.903
VAR00018
65.6667
62.851
.592
.904
VAR00019
65.6333
61.137
.773
.900
VAR00020
65.6667
62.437
.476
.907
VAR00021
65.7333
59.720
.592
.904
VAR00022
65.6000
60.317
.765
.900
Sex
Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Laki-Laki
36
45.0
45.0
45.0
Perempuan
44
55.0
55.0
100.0
Total
80
100.0
100.0
Model Summary
Model 1
Percent
R .753
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.567
.504
6.82660
a. Predictors: (Constant), sex, R.konsekuensi, FS.informatif, R.pengalaman, FS.penghargaan, R.pengetahuan, R.keyakinan, R.praktikagama, FS.konkrit, FS.emosional
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
4207.494
10
420.749
Residual
3215.571
69
46.602
Total
7423.065
79
F
Sig.
9.028
.000
a
a. Predictors: (Constant), sex, R.konsekuensi, FS.informatif, R.pengalaman, FS.penghargaan, R.pengetahuan, R.keyakinan, R.praktikagama, FS.konkrit, FS.emosional b. Dependent Variable: happiness
Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -1.516
7.398
.037
.125
R.praktikagama
-.011
R.pengalaman
Coefficients Beta
t
Sig. -.205
.838
.036
.297
.768
.139
-.011
-.081
.936
.224
.089
.225
2.503
.015
R.pengetahuan
.112
.122
.097
.919
.361
R.konsekuensi
.378
.151
.369
2.501
.015
-.203
.164
-.207
-1.238
.220
FS.emosional
.328
.174
.325
1.883
.064
FS.informatif
-.101
.105
-.092
-.958
.341
.245
.153
.237
1.600
.114
1.907
1.659
.098
1.150
.254
R.keyakinan
FS.konkrit
FS.penghargaan Sex a. Dependent Variable: happiness
Model Summary Change Statistics Std. Error of
R Square
Square
the Estimate
Change
Model
R
1
.414
a
.171
.160
8.88182
.171
16.098
1
78
.000
2
.553
b
.305
.287
8.18257
.134
14.901
1
77
.000
3
.641
c
.411
.388
7.58161
.106
13.691
1
76
.000
.642
d
.412
.380
7.63013
.000
.037
1
75
.849
5
.680
e
.463
.427
7.33936
.051
7.061
1
74
.010
6
.706
f
.498
.457
7.14561
.035
5.067
1
73
.027
7
.734
g
.539
.494
6.89691
.041
6.360
1
72
.014
.738
h
.544
.493
6.90516
.005
.828
1
71
.366
4
8
R Square
Adjusted R
F Change
df1
df2
Sig. F Change
a. Predictors: (Constant), R.keyakinan b. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama c. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman d. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan e. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi f. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi, FS.konkrit g. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi, FS.konkrit, FS.emosional h. Predictors: (Constant), R.keyakinan, R.praktikagama, R.pengalaman, R.pengetahuan, R.konsekuensi, FS.konkrit, FS.emosional, FS.informatif
Change Statistics
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Estimate
Change
Sig. F F Change
df1
df2
Change
.738
a
.544
.493
6.90516
.544
10.585
8
71
.000
2
.747
b
.559
.502
6.84226
.015
2.312
1
70
.133
3
.753
c
.567
.504
6.82660
.008
1.321
1
69
.254
1
a. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama, R.konsekuensi, FS.emosional b. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama, R.konsekuensi, FS.emosional, FS.penghargaan c. Predictors: (Constant), FS.informatif, R.keyakinan, R.pengalaman, FS.konkrit, R.pengetahuan, R.praktikagama, R.konsekuensi, FS.emosional, FS.penghargaan, sex