susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
PENDAHULUAN Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan
“mati” sedikit demi sedikit.
Walaupun
bidang
demikian, memang harus diakui bahwa ada
kesehatan, berhasil meningkatkan kualitas dan
beberapa penyakit yang menghinggapi kaum
umur harapan hidup sehingga jumlah lanjut usia
lansia, seperti arthritis, asam urat, kolestrol,
semakin bertambah cenderung lebih cepat dan
hipertensi dan penyakit jantung, selain aspek
pesat (Nugroho, 2008). Proses penuaan (aging
fisiologis yang mengalami perubahan pada
process)
lansia,
teknologi
(IPTEK)
bukanlah
terutama
suatu
di
penyakit
tetapi
merupakan suatu proses berkurangnya daya
fungsi
kognitif
pada
lansia
juga
mengalami penurunan (Nugroho, 2002).
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
Di Indonesia jumlah penduduk lansia
dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini
pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta,
merupakan proses yang terus-menerus secara
usia harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010
alamiah, misalnya dengan terjadinya kehilangan
diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), usia
jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan
harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun
lain sehingga tubuh menurun fungsinya sedikit
2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%),
demi sedikit (Nugroho, 2008).
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Dari proses
jumlah tersebut, pada tahun 2010, jumlah
perlahan–lahan
penduduk lansia yang tinggal di perkotaan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal
dan
di
Menua
adalah
menghilangnya
suatu
secara
mempertahankan
struktur
dan fungsi
perdesaan
sebesar 15.612.232
(9,97%)
Koordinator
Bidang
normalnya sehingga tidak dapat bertahan
(Kementerian
terhadap
dan
Kesejahteraan Rakyat, 2009). Dari sini dapat
diderita
kita ketahui jumlah lansia dari tahun ke tahun
(Constantinides, 1994). Menua bukanlah suatu
mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi
penyakit
jejas
(termasuk
memperbaiki
kerusakan
infeksi) yang
suatu
proses
oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya
tubuh
dalam
angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari
dan sanitasi dan meningkatnya pengawasan
luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang
terhadap
terus-menerus
mengatakan, seiring dengan angka peningkatan
tetapi
berkurangnya
merupakan
daya
secara
tahan
alamiah, berlangsung
penyakit
infeksi. (Wilson,
2009)
sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya
orang usia lanjut, maka
angka lansia yang
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
mengalami penurunan fungsi kognitif juga
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
3
kesehatan
stimulasi terhadap memori masa lalu, tetapi
penurunan fungsi
keadaan ini tidak semuanya sama pada setiap
kognitif lansia diperkirakan 121 juta manusia,
lansia dan tidak ada jaminan pula bahwa setiap
dari jumlah itu 5,8 % laki-laki dan 9,5 %
lansia yang tinggal di rumah memiliki support
perempuan (Ahmad Djojosugito, 2002).
system yang lebih baik dari klien lansia yang
meningkat. Menurut
organisasi
dunia (WHO) mencatat
Penurunan fungsi ini disebabkan karena
tinggal di panti. Dari penelitian-penelitian yang
berkurangnya jumlah sel secara anatomis. Selain
dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa
itu berkurangnya aktivitas, asupan nutrisi yang
terhadap klien lanjut usia yang tinggal di rumah
kurang, polusi, serta radikal bebas sangat
perawatan usia lanjut atau panti didapatkan ada
mempengaruhi penurunan fungsi organ-organ
9% sampai dengan 26% wanita dan 5% sampai
tubuh pada lansia. Suatu penelitian di Inggris
dengan 12% pria mengalami demensia setiap
terhadap 10.255 orang lansia di atas usia 75
saat (Kunjoro, 2006 dalam Yamin, 2008).
tahun, menunjukkan bahwa pada lansia terdapat
Dengan menurunnya kemampuan otak
gangguan fungsi kognitif pada susunan saraf
tersebut maka perlu diberikan stimulus atau
pusat (45%) (Suhartini, 2009).
rangsangan ke otak yang dapat meningkatkan
Sebagian
besar
lansia
mengalami
kemampuan kognitif melalui gerakan-gerakan
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
senam
ringan.
Salah
satu
Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
menghambat
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
penuaan yaitu dengan melakukan gerakan
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku
olahraga atau latihan fisik. Latihan yang dapat
lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
meningkatkan
psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
meningkatkan kebugaran fisik secara umum
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti
dalam bentuk melakukan brain gym yaitu
gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat
kegiatan yang merangsang intelektual yang
bahwa lansia menjadi kurang cekatan. Klien
bertujuan untuk mempertahankan kesehatan
lanjut usia yang tinggal di panti memiliki resiko
otak dengan melakukan gerak badan (Markam,
yang lebih besar mengalami demensia dibanding
2005).
kemunduran
potensi
upaya
untuk
kognitif
akibat
kerja
otak
yakni
dengan klien lanjut usia yang tinggal di rumah,
Senam otak atau lebih dikenal dengan
klien lanjut usia yang tinggal di panti memiliki
brain gym sebenarnya adalah serangkaian
support
gerakan sederhana
system
yang
terbatas
yang
memungkinkan keterbatasan mereka dalam hal
yang dilakukan untuk
merangsang kerja dan fungsi otak secara
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
4
maksimal. Awalnya senam otak dimanfaatkan
satu kelompok subjek. Kelompok subjek
untuk
diobservasi
anak
yang
mengalami
gangguan
sebelum
dilakukan
intervensi,
hiperaktif, kerusakan otak, sulit konsentrasi dan
kemudian diobsevasi lagi setelah intervensi.
depresi. Namun dalam perkembangannya setiap
Penelitian ini melibatkan 1 kelompok yaitu
orang bisa memanfaatkannya untuk beragam
lansia yang dilakukan
kegunaan. Saat ini, di Amerika dan Eropa senam
dilakukan perlakuan dan diobservasi kembali
otak sedang digemari. Banyak orang yang
setelah dilakukan perlakuan.
merasa terbantu melepaskan stres, menjernihkan pikiran,
meningkatkan
daya
ingat,
dan
observasi sebelum
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi penelitian ini adalah
sebagainya (Gunadi, 2009). Gerakan yang menghasilkan stimulus
lansia yang berusia 60 – 74 tahun yang berada di
itulah yang dapat meningkatkan kemampuan
Panti Tresna Werda Budi Sejahtera Banjarbaru.
kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan,
Populasi pasien lansia yang berada di Panti
persepsi, belajar, memori, pemecahan masalah
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru dari
dan kreativitas), selain itu kegiatan–kegiatan
bulan Oktober 2014 berjumlah 110 lansia.
yang berhubungan dengan spiritual sebaiknya
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih
digiatkan agar
dengan sampling tertentu untuk bisa mewakili
dapat
memberi
ketenangan
pada lansia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). BAHAN DAN METODE Pada penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian kuasi eksperimental. Desain kuasi eksperimental adalah metode penelitian eksperimen dengan menggunakan kelompok eksperimen diberi perlakuan dan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan (Nursalam, 2013). Jenis kuasi eksperimental pada penelitian ini adalah Rancangan pra-pascates dalam satu kelompok (One-grup pra-post test design) ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
populasi (Notoatmodjo 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling dimana semua populasi menjadi sampel (Sugiyono 2008). Alasan peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi hanya 10 orang yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu yang termasuk kriteria inklusi. Jumlah populasi yang hanya 10 menjadi alasan peneliti mengambil teknik total sampling agar hasil yang didapatkan lebih signifikan, yang memenuhi kriteria. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber
data
primer
didapatkan
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
dengan 5
melakukan pengukuran tingkat kognitif pada lansia sebelum senam otak dan melakukan
Tingkat
Sebelum
Sesudah
Jumlah
Persen
Kognitif
dilakukan
dilakukan
lansia
(%)
brain gym
brain gym
0
4
4
20
8
6
14
70
2
0
2
10
10
10
20
100
pengukuran tingkat kognitif kembali sesudah
Tidak ada
dilakukan senam otak dengan menggunakan alat
gangguan
ukur Mini Mental State Examination (MMSE),
kognitif Gangguan
Data sekunder adalah data yang diperoleh
kognitif
peneliti secara tidak langsung yaitu dengan
ringan
melihat
Gangguan
catatan
dari
rekapitulasi
data
kognitif
keseluruhan pasien lansia yang berada di Panti
berat
Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru.
Total
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan computer
melalui
langkah-langkah
yaitu,
Editing (pengecekan), Coding (pengkodean), Data entry (memasukkan data), dan Cleaning (pembersihan data). Data yang dikumpulkan
Berdasarkan tabel dapat dilihat sebagian besar responden mengalami gangguan kognitif ringan sebelum dilakukan brain gym sebanyak 8 lansia (80%)
diolah dan dianalisis dengan uji korelasi Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh senam
Karakteristik responden menurut tingkat
otak terhadap peningkatan fungsi kognitif di
kognitif
Mini
Mental
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera
(MMSE) sesudah dilakukan brain gym dapat
Banjarbaru.
dilihat
bahwa
sebagian
State
besar
Examination
responden
mengalami kognitif ringan sebanyak 6 lansia HASIL PENELITIAN
(60%)
1. Tingkat kognitif sebelum dan sesudah 2. Pengaruh brain gym terhadap tingkat
dilakukan brain gym
kognitif Tabel 1 Karakteristik Responden
Tabel 2 Perbedaan Tingkat Kognitif
Menurut Tingkat Kognitif Mini Mental
pada Lansia Sebelum Dilakukan Brain Gym
State
Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Brain Gym dalam
Sesudah
Uji Wilcoxon
Examination
Dilakukan
Brain
(MMSE) Gym
dan
Dilakukan Brain Gym.
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
6
Sesudah-sebelum Z
-2.032
Asymp.Sig. (2-tailed)
0.042
(Japardi 2003). Data dari World Health
b
Organization tahun 2003, memperlihatkan
Dari tabel diperoleh data signifikan sebelum dan sesudah perlakuan brain gym sebesar 0.042 dalam hal ini dapat di nyatakan bahwa ada pengaruh dalam
60-74 tahun sebesar 15-20% 75-85 tahun sebesar 5-15%. Berdasarkan analisis statistik disimpulkan ada perbedaan signifikan ratarata skor MMSE (Mini Mental State
penelitian ini. Bila z hitung < p value 0,05 maka Hipotesis diterima, sehingga maka ada pengaruh
dimensia dialami oleh lansia yang berumur
senam
otak
terhadap
peningkatan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Examination) lansia umur 60-75 tahun dengan umur > 76 tahun. Semakin bertambah umur maka semakin besar prevalensi dan semakin berat tipe demensia yang dialami lansia. Hal ini disebabkan karena umur merupakan faktor resiko mayor terjadinya
Sejahtera Banjarbaru.
demensia (Japardi 2003). PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil
1. Tingkat kognitif sebelum dilakukan brain gym
penelitian
Rekawati
(2004),
yang
menyatakan bahwa usia harapan hidup Berdasarkan pretest, sebagian besar
perempuan lebih lama dibandingkan dengan
lansia kesulitan dalam orientasi waktu,
laki-laki. Semakin tinggi usia harapan hidup
tempat, dan recall. Hal ini terjadi karena
perempuan maka semakin lama kesempatan
lansia sudah mengalami penuaan, termasuk
lansia perempuan untuk hidup, sehingga
mengalami
fungsi
semakin besar kemungkinan mengalami
otaknya. Pada penelitian ini menunjukan
demensia. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa dilakukan pretest didapatkan 2 orang
Pudjiastuti (2002) dalam Festi (2010) bahwa
lansia mengalami gangguan kognitif berat
menurunnya kemampuan fungsi kognitif
dengan 20% dan gangguan kognitif ringan
lansia dikarenakan susunan saraf pusat pada
sebanyak 8 orang lansia dengan 80%. Hasil
lansia mengalami perubahan morfologis dan
analisis mendapatkan faktor umur adalah
biokimia.
kemunduran
dalam
salah satu yang mempunyai resiko terhadap demensia.
Semakin
meningkat
umur
responden semakin tinggi resiko demensia Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
7
2. Tingkat kognitif sedudah dilakukan brain
kewaspadaan,
konsentrasi
dan
memori
misalnya dengan gerakan 8 tidur lazy 8 yang
gym Setelah pretest dilakukan, responden
berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi
diberikan pelaksanaan senam latih otak
dan memori. Senam
dianjurkan tiga kali seminggu, masing–
memberikan manfaat yaitu stress emosional
masing sekitar 15 – 20 menit. Harus selalu
berkurang, pikiran lebih jernih, hubungan
membayangkan
supaya
antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih
tersambung sirkuit otak dengan gerakan–
rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan
gerakan yang sedang dilakukan. Senam otak
daya ingat meningkat, orang menjadi lebih
ini melatih otak bekerja dengan melakukan
bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang
gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas
merasa lebih sehat karena stress berkurang,
brain gym. Latihan ini membuka bagian-
prestasi belajar dan bekerja meningkat
bagian otak yang sebelumnya tertutup atau
(Denisson 2009).
gerak
fisiknya,
terhambat. Disamping itu, senam otak tidak
otak juga dapat
Peneliti beranggapan sesuai kenyataan
dan
dilapangan bahwa kegiatan spritual digiatkan
oksigen keotak juga merangsang kedua belah
setiap hari dapat memberi dampak pada
otak
didapat
fungsi kognitif misalnya yang beragama
keseimbangan aktivitas kedua belahan otak
islam melakukan sholat 5 waktu, mengaji,
secara bersamaan (Supardjiman, 2003).
dan kegiatan spritual lainnya. Pikiran-pikiran
hanya
memperlancar
untuk
aliran
bekerja
darah
sehingga
gym
negatif terhadap lansia dipanti seperti merasa
didapatkan hasil 4 orang lansia dengan 40%
tidak berdaya, merasa tidak berharga, merasa
tidak mengalami gangguan kognitif dan 6
tidak ada harapan lagi, merasa takut dan lain-
orang
lain dapat tergantikan dengan pikiran-pikiran
Setelah
lansia
dilakukan
dengan
brain
60%
mengalami
positif seperti masih punya kemampuan
gangguan kognitif ringan. Menurut teori senam otak pada buku
(menyapu, memasak, mencuci,dll), tidak
brain gym Paul dan Gail E. dennison
perlu takut karena ada teman dan pengasuh,
menyatakan bahwa gerakan senam otak dapat
masih diperhatikan (ada yang berkunjung,
merangsang seluruh bagian otak untuk
diajak kegiatan dipanti).
bekerja
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan kognitif. Gerakan senam otak juga
mempunyai
fungsi
meningkatkan
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
8
3. Pengaruh brain gym terhadap tingkat kognitif
perlu memantau lansia setiap 3 bulan sekali
ditemukan
dan terapi senam latih otak perlu diberikan
hasil signifikan Z hitung 0.042 < p value 0.05
kepada kelompok lansia (3 kali setiap
dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini
minggu) dan dapat dilakukan secara mandiri
terdapat
dengan
oleh lansia serta senam latih otak dapat
peningkatan fungsi kognitif pada lansia di
dimasukan dalam kegiatan rutin senam yang
Panti
Sejahtera
diadakan oleh pihak panti dan pelatihnya
Banjarbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan
dapat dilaksanakan baik oleh perawat atau
bahwa
pengasuh panti.
Dari hasil uji Wilcoxon
pengaruh
Tresna
Wedha
senam
bermanfaat
brain
otak
dalam
gym
Budi
secara
signifikan
meningkatkan
fungsi
kognitif lansia dibuktikan dengan hasil yang bermakna skor nilai fungsi kognitif setelah
Pengalaman
peneliti
lansia yang mengalami demensia di Panti Sosial
Tresna
Wredha
Budi
Sejahtera
Banjarbaru tersebut kognitifnya meningkat ditunjukkan dengan saat di tanya tentang hari, jam dan nama sesama lansia dapat menjawab dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif lansia demensia. Intervensi dapat
dilakukan
oleh
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
dilakukan senam otak. Berdasarkan
UCAPAN TERIMA KASIH
perawat
yang
ditempatkan di pelayanan kesehatan di panti atau adanya program dari panti yang bekerja sama dengan instansi pendidikan yang menugaskan mahasiswanya untuk melakukan kunjungan setiap minggunya ke panti untuk melakukan perawatan. Terapi kognitif dapat dilakukan baik secara mandiri oleh lansia dan perawat yang terdapat di daerah tersebut yang
1. Ibu Dwi Sogi Sri Redjeki, S.KG., M.Pd.
Selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin. 2. Bapak dr. H. R. Soedarto WW, Sp.OG.
Selaku
Ketua
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin. 3. Ibu Dini Rahmayani, S.Kep.,Ns., MPH.
Selaku
Ketua
Keperawatan Banjarasin
Program STIKES
yang
Studi Sari
selalu
Ilmu Mulia
memberikan
motivasi dan dukungan. 4. Bapak Ahmad Syahlani, S.Kep., Ns., MSN
selaku pembimbing I. Terima kasih atas pemberian arahan, masukan, bimbingan dan dukungan. 5. Bapak H.Iswantoro, S.Kp., MM selaku
pembimbing
II.
Terima
kasih
atas
pemberian arahan, masukan, bimbingan, dan dukungan
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
9
6. Bapak Drs. H.Mohdari,.M.Si selaku penguji
2. Anton Surya Prasetya, (2010). Pengaruh
III. Terima kasih atas pemberian arahan,
Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak
masukan, bimbingan, dan dukungan.
Terhadap Depresi dengan Harga Diri
7. Bapak/ibu Kepala Panti Tresna Werdha
Rendah pada Klien Lansia di Panti
Budi Sejahera Banjarbaru karena telah
Tresna Whreda Bakti Yuswa Natar
memberikan
Lampung, Fakultas ilmu keperawatan
ijin
untuk
melakukan
Universitas Indonesia, Jakarta.
penelitian. 8. Seluruh keluarga besar saya terutama untuk
3. Asosiasi Alzheimer Indonesia, (2003).
Bapak H. Surya, Ibu Hj. Rusmiwati, dan
Konsensus Nasional Pengenalan dan
Kakak Muslim, Risdiana, Irham yang selalu
Penatalaksanaan Demensia Alzheimer
mendoakan saya serta memberikan motivasi
dan Demensia Lainnya, Edisi 1, 39-47.
sehingga saya dapat tepat waktu dalam
4. Constantinides P, (1994). In General Pathobiology, Appleton & Lange
penyelesaian tugas akhir. 9. Bapak dan Ibu Dosen PSIK STIKES Sari
Mulia Banjarmasin yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 10. Yuliana Asthiarani, S.E terima kasih karena
telah memberikan dukungan dan motivasi dalam mengerjakan tugs akhir ini.
5. Darmojo, B. (2009). Teori Proses Menua, FKUI, Jakarta. 6. Dennison, Paul E., Gail E. Dennison (2008). Buku Panduan Lengkap Brain Gym Senam Otak, Grasindo, Jakarta. 7. Depkes RI (2008). Pedoman Pembinaan
11. Teman-teman PSIK STIKES Sari Mulia
kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas
Banjarmasin Angkatan IIIB yang selalu
Kesehatan jilid 1, Direktorat pembina
berjuang bersama melewati suka maupun
kesehatan masyarakat, Jakarta.
duka dan selalu memberikan dukungan
8. Folstein, MF , et all: “Mini Mental State”: a practical Methode Of Grading
untuk menyelesaikan skripsi ini.
The Cognitive State Of Patiens For Clinical. J Psychiatric Res 12: 189-198,
DAFTAR PUSTAKA 1. Ahmad Djojosugito, (2001). Kebijakan
1975.
Pelayanan
9. Gunadi (2009). Gerakan Meningkatkan
Kesehatan Menyongsong AFTA 2003,
Kecerdasan Anak. Penebar Plus. Jakarta
Pemerintah
Dalam
Pusat Data dan Informasi PERSI, Jakarta. Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
10
10. Hawari, Dadang. (2007). Sejahtera di
16. Lisnaini (2012). Senam Vitalisasi Otak
Usia Senja Dimensi Psikoreligi pada
Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif
Lanjut Usia (Lansia). Balai Penerbit
Usia
FKUI. Jakarta
Universitas Kristen Indonesia, Jakata.
Dewasa
Muda,
Fisioterapi
11. Hidayat, Alimul Aziz. (2014). Metode
17. Natoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Penelitian Keperawatan dan Teknis
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Cipta.
12. Japardi, Iskandar (2003), Gangguan Tidur, Fakultas Kedokteran Bagian
18. Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geratrik, EGC, Jakarta.
Bedah, USU, Jakarta. 19. Nursalam,
(2011).
Konsep
Dan
13. Johnson, M.H. (2005). Developmental
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
cognitive neurosciences, Edisi 2. Oxford
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
: Blacwell publisihing 20. Maryam, Fatma, Rosidawati, Jubaedu, 14. Kholif Ardiyanto (2013). Pengaruh
Batubara, (2011). Mengenal Usia Lanjut
Senam Otak Terhadap Daya Ingat pada
Dan Perawatannya, Salemba Medika,
Lansia dengan Dimensia di Desa
Jakarta.
Sidosari Kecamatan Kesesi Kabupaten Pekalongan,
Program
studi
sarjana
keperawatan
Sekolah
Tinggi
ilmu
21. Paula (2010). Pengaruh Senam Otak Terhadap
Peningkatan
Daya
Ingat
Kesehatan Muhammdiyah Pekajangan
Lansia di Panti Werdha Karya Kasih
Pekalongan.
Mongonsidi
Medan,
Fakultas
Keperawatan
Universitas
Sumatera
15. Kunjoro,
J.S.K.(2002)
Masalah
Utara.
Kesehatan Jiwa Lansia; kategori lanjut usia, ¶ 4, http://www.e-psikologi.com/
22. Pipit, Festi (2010). Pengaruh Brain Gym
Diperoleh pada tanggal 23 Februari 2010
Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia di Karang Werdha Peneleh Surabaya, FIK UM, Surabaya.
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
11
dan
29. Suhartini, Ratna. Faktor-faktor yang
beberapa definisi untuk memahaminya.
Mempengaruhi Terhadap Kemandirian
(Cited 2010Juli, 29) Available from
Lanjut
URL
www.danamandiri.or.od. Surabaya: F.
http:/www.neila.staff.ugm.ac.id/wodrpr
Psikologi Unair. 4 Mei 2008
23. Ramdhani,
N.
(2008).
Sikap
Usia.
Skripsi.
30. Supardjiman (2007). Buku Panduan
es s/2008/denifisi.
Brain Gym Senam Otak. Jakarta : 24. Riwidikdo, Handoko, (2009). Statistik Kesehatan,
Mitra
Cendika
Press,
Yogyakarta.
Grasindo
Gramedia
Widiarsana
Indonesia. 31. Sugiyono
(2013).
Statistika
Untuk
Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. 25. Rochmad
Agus
Setiawan,
(2014).
Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Dimensia di Panti Werdha Darma Bakti Kasih Surakarta, Program studi S-1 keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta.
32. Yamin, (2008). Penatalaksanaan klien lanjut usia yang mengalami demensia di Panti
Tresna
Werdha
Teratai
Palembang. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Bina Husada 33. Zulsita, (2010). Gambaran Kognitif pada
26. Sari. (2012). Ganbaran Tingkat Depresi Lansia di Panti Tresna Werdha Budi
Lanjut Usia, diaskes tanggal 21 Januari 2011, http://repository.usu.ac.id.
Mulia 01 dan 03 Jakarta Timur. UNPAD-Skripsi. 27. Saryono Kualitatif
(2013). Metode Penelitian dan
Kuantitatif.
Nuha
Medika,Yogyakarta. 28. Sastroasmoro & Ismail (2010), Dasardasar Metodologi Penelitian Klinis, Sagung Seto, Jakarta.
Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru
12