1
HUBUNGAN KEPATUHAN MELAKUKAN SENAM LANSIA DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
S
E K I T
Disusun Oleh : ARY ASTINA PUTRA NPM : 3208049
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2015
i
2
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
ii
3
HUBUNGAN KEPATUHAN MELAKUKAN SENAM LANSIA DENGAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA UNIT BUDI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA Ary Astina Putra1, Nunuk Sri Purwanti2, Deby Zulkarnain3 INTISARI Latar Belakang : Peningkatan jumlah lanjut usia menyebabkan banyak masalah di bidang kesehatan, salah satunya adalah masalah tidur. Di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Yogyakarta masih banyak lansia yang mengalami masalah pada tidurnya. Upaya yang dilakukan untuk peningkatan kesehatan lansia, khususnya peningkatan kualitas tidur dapat dilakukan melalui peningkatan gaya hidup sehat sehari-hari. Salah satunya latihan atau olah raga secara rutin. Olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia. Senam lansia merupakan program rutin yang diadakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yang telah terjadwal dilaksanakan 5 kali dalam 1 minggu. Walaupun sudah terjadwal dan merupakan kegiatan harian lansia, akan tetapi masih ada lansia yang tidak patuh dalam mengikuti senam lansia. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang membahas mengenai kepatuhan senam lansia dengan kualitas tidur lansia. Tujuan Penelitian : Diketahuinya hubungan kepatuhan melakukan senam lansia dengan kualitas tidur lansia Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif analytic correlational, dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan adalah 46 responden dari Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. menggunakan analisis chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil : Lansia yang patuh melakukan senam lansia mengalami kualitas tidur yang baik (52,2%), dan lansia yang tidak patuh melakukan senam mengalami kualitas tidur yang buruk (17,45%). Kesimpulan : Kepatuhan melakukan senam lansia memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
Kata Kunci : Lansia, Kepatuhan Senam Lansia, Kualitas Tidur 1
Mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Dosen Keperawatan Poltekes Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
iii
4
RELATION BETWEEN THE OBEDIENCE OF THE OLDER PEOPLE IN PRACTICING ELDERLY GYM AND THE ELDERLY SLEEPING QUALITY IN TRESNA WERDHA SOCIAL PARLORS BUDI LUHUR UNIT KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA. Ary Astina Putra1, Nunuk Sri Purwanti2, Deby Zulkarnain3 ABSTRACT Background : The increasing number of older people creates many problems of health field such as sleeping disorder. In Tresna Werdha Social Parlors Budi Luhur Unit Yogyakarta, there are still many older people who suffer sleeping disorders. The effort that can be performed in order to improve the older people health, especially sleeping quality, is daily life style enhancement. One of the methods is training or doing regular sport. The sport that is available for the older people is elderly gym. Elderly gym is a regular program held by Tresna Werdha Social Parlors Budi Luhur Unit Kasongan Bantul Yogyakarta, which is scheduled 5 times in a week. Although the program has been scheduled and is daily activity for the elderly, but there are still some older people who are not obedient in participating in the gym. Due to this fact, this research is initiated in order to study about the relation between the obedience of the elderly in practicing elderly gym and the older people sleeping quality Objective : To find out the relation between the obedience of the elderly in practicing elderly gym and the elderly sleeping quality. Method : This research was a quantitative research with correlative analytic descriptive design and cross sectional approach. The number of sample was 46 respondents from Tresna Werdha Social Parlors Budi Luhur Unit Kasongan Bantul Yogyakarta. Analysis was conducted applying chi square analysis with significance level of 0,05. Result : The elderly who were obedient in doing elderly gym experienced fine sleeping quality (52,2%), and the elderly who were disobedient in doing gym experienced poor sleeping quality (17,45%). Conclusion : The obedience in doing elderly gym had significant relation with the older people sleeping quality in Tresna Werdha Social Parlors Budi Luhur Unit Kasongan Bantul Yogyakarta.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
Keyword : Older people, Obedience in Elderly Gym, Sleeping Quality.
1
The High student of Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Lecturer Keperawatan Poltekes Kemenkes Yogyakarta 3 Lecturer Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2
iv
5
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
v
8
KATA PENGANTAR Assalamualaikum WR.WB. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Hubungan Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Dengan Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah skripsi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta tidak dapat di sangkal butuh usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun disadari karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang telah mendukung dan membantu. Terimaksih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Kuswanto Hardjo, dr., M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Dewi Retno Pamungkas, MNg. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 3. Nunuk Sri Purwanti, S.Kp.,M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran, dan pendapat yang sangat berguna. 4. Deby Zulkarnain, MMR selaku pembimbing II yang telah memberikan nasehat, bimbingan saran dan pendapat yang berguna. 5. Anastasia Suci Sukmawati, MNg. selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan pada penelitian ini. 6. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan ijinnya untuk melakukan studi pendahuluan. Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, lingkungan akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, serta para pembaca pada umumnya. Wassalamualikum WR.WB.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
Yogyakarta, September 2015
Ary Astina Putra
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... INTISARI..................................................................................................... ABSTRACT………………………………………………………………. HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………. HALAMAN MOTTO……………………………………………………. HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR TABEL ....................................................................................... DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
Hal i ii iii iv v vi vii viii ix xi xii xiii
TA N R A KA
A GYA K A I YO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian ......................................................................... D. Manfaat Penelitian ....................................................................... E. Keaslian Penelitian ......................................................................
1 6 6 6 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia……………………………………………………. B. Senam Lansia .............................................................................. C. Kepatuhan ………………………………………………….. D. Konsep Tidur…………………………………………………... E. Kerangka Teori ........................................................................... F. Kerangka Konsep ........................................................................ G. Hipotesis ......................................................................................
10 15 19 21 30 31 31
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian .................................................................. B. Lokasi dan Waktu ........................................................................ C. Populasi dan Sample .................................................................... D. Variabel Penelitian ...................................................................... E. Definisi Operasional .................................................................... F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ........................................... G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ......................................... H. Etika Penelitian............................................................................. I. Pelaksanaan Penelitian.................................................................
32 32 32 34 35 35 37 39 40
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
EN
J S E
IK
ST
ix
10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil…………………………………………………………….. B. Pembahasan…………………………………………………….. C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………
42 49 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………. B. Saran……………………………………………………………
55 55
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
x
11
DAFTAR TABEL Perbedaan siklus tidur pada orang dewasa dan lansia………. Definisi Operasional………………………………………… Karakteristik Responden……………………………………. Distribusi Kepatuhan Senam Berdasarkan Jenis Kelamin……………………………………………………… Distribusi Kualitas Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin………. Distribusi Kepatuhan Senam Berdasarkan Usia…………….. Distribusi Kualitas Tidur Berdasarkan Usia………………… Distribusi Kepatuhan Senam Berdasarkan Pendidikan…….. Distribusi Kualitas Tidur berdasarkan Pendidikan…………. Distribusi frekuensi Kualitas Tidur Berdasarkan Kepatuhan Melakukan Senam Lansia…………………………………… Hasil Uji……………………………………………………...
Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11
Hal 24 35 45 46 46 47 47 48 48 49 49
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
xi
12
DAFTAR GAMBAR Tahapan Tidur Lansia……………………………………. Kerangka Teori Hubungan Kepatuhan Melakukan Senam Lansia dengan Kualitas Tidur Lansia ................................ Kerangka Konsep Penelitian ..............................................
Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Hal 23 30 31
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
xii
13
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.
Jadwal Penyusunan Skripsi Permohonan Menjadi Responden Persetujuan Menjadi Responden Kuesioner Penelitian Data dan Olah Data Penelitian Surat Izin Penelitian Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiah
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
E K I T
S
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah lansia di seluruh dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sejumlah 500 juta lansia rata-rata 60 tahun diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Mubarak & Iqbal, 2009). Peningkatan jumlah lansia dikarenakan oleh kemajuan pencegahan penyakit dan penurunan angka kematian bayi dan anak-anak serta perbaikan tekhnologi dan sanitasi sehingga dapat meningkatkan harapan hidup populasi manusia (Eliopaulus, 2010). Pertambahan
TA N R A KA
jumlah penduduk usia tua di negara industri mengalami peningkatan secara
A GYA K A I YO
bertahap. Beberapa negara berkembang seperti Asia Timur, Asia Tenggara, dan
Amerika Latin mengalami percepatan dalam pertambahan penduduk lansia (Wold,
T YAN S U A.
2008).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013
P RAL R E DE
yang merupakan kegiatan survei yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik
P
untuk mengumpulkan informasi di bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan
N
E SJ
serta konsumsi dan pengeluaran menyatakan bahwa jumlah lansia di Indonesia
E K I T
mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 persen dari seluruh penduduk
S
Indonesia. Menurut jenis kelamin, jumlah lansia perempuan yaitu 10,67 juta orang (8,61% dari seluruh penduduk perempuan), lebih banyak daripada lansia laki-laki yang sebesar 9,38 juta orang (7,49% dari seluruh penduduk laki-laki). Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen. Provinsi yang mempunyai lansia dengan proporsi paling tinggi adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (13,20%), Jawa Tengah (11,11%), dan Jawa Timur (10,96%). Sementara provinsi yang proporsi lansia paling rendah adalah Provinsi Papua (2,56%), Papua Barat (3,63%) dan Kepulauan Riau (3,76%) (Badan Pusat Statistika, 2013). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang berstruktur tua dan merupakan salah satu profinsi yang memiliki jumlah lansia terbesar di 1
2
Indonesia, dengan umur harapan hidup pada tahun 2009 mencapai rata-rata umur 70 tahun dan pada tahun 2010 mencapai rata-rata 71 tahun. Berdasarkan dari hasil statistik penduduk lanjut usia Daerah Istimewa Yogyakarta , kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten di Yogyakarta yang memiliki jumlah lansia tertinggi daripada kabupaten lainnya yaitu berjumlah 10,5% dari total jumlah lansia 9.345 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2013). Usia lanjut merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai kemunduran yang
terjadi adalah
kemampuan-kemampuan
kognitif
seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru. Kemunduran lain yang dialami
TA N R A KA
adalah kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput,
A GYA K A I YO
rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang,
T YAN S U A.
mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta penimbunan
terjadi
lemak terutama di perut dan pinggul (Maryam dkk, 2012).
P RAL R E DE
Kemampuan fisik yang menurun juga menyebabkan perubahan gangguan dan kualitas tidur pada lansia (Putra, 2011).
P
N E J bidang kesehatan antar lain perasaan tidak berguna, mudah sedih, stress, depresi, S E ansietas, TIKdimensia, delirium dan mengalami gangguan tidur baik kualitas dan S kuantitasnya (Wayan, 2006). Gangguan tidur yang dialami oleh lanjut usia antara Peningkatan jumlah lanjut usia juga akan menyebabkan banyak masalah di
lain sering terjaga pada malam hari, sering terbangun pada malam hari, sering terbangun pada dini hari, sulit untuk tidur, dan rasa lelah pada siang hari (Davison & Nale, 2006). Kualitas tidur merupakan suatu keadaan tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek kuantitatif dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta aspek subjektif dari tidur (Khasanah, 2012). Semakin bertambahnya usia berpengaruh terhadap penurunan dari kualitas tidur lansia. Perubahan kualitas tidur pada lansia disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun karena kemampuan organ dalam tubuh lansia juga menurun, seperti jantung, paru-paru,
3
dan ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh turut berpengaruh (Prasadja, 2009). Kualitas tidur pada lansia juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyakit, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, motivasi, gaya hidup dan latihan fisik atau senam (Saryono & Widianti, 2011). Berbagai upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kualitas tidur antar lain secara farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang biasa digunakan dan paling efektif adalah obat tidur, dimana jika digunakan terus menerus akan mengalami ketergantungan (Soemardini dkk, 2013). Terapi non farmokologi yang biasanya digunakan yaitu terapi pengaturan tidur, terapi psikologi, terapi relaksasi serta melakukan olahrga secara rutin (Maryam dkk, 2008). Upaya peningkatan kesehatan lansia, khususnya peningatan kualitas
TA N R A KA
tidur dapat dilakukan melalui peningkatan gaya hidup sehat sehari hari. Gaya
A GYA K A I YO
hidup sehat dapat dilakukan dengan melakukan berbagai program. Salah
T YAN S U A.
satunya latihan atau olah raga secara rutin. Melakukan olahraga secara rutin memiliki efek cukup positif pada kualitas tidur seseorang, khususnya
P RAL R E DE
padalansia. Olahraga juga dapat menjadi salah satu alternatif atau pelengkap untuk terapi bagi lansia yang memiliki masalah tidur (Khalid, 2012)
P
N E J bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam lansia. Aktivitas olahraga ini S E akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, IK ST
Menurut Brick (2001) dalam Nursalam (2009) bahwa jenis olahraga yang
mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia. Senam lansia mejadikan kualitas tidur yang baik bagi lansia ketika memenuhi syarat dari senam tersebut seperti lama senam, tipe senam, intensitas senam, dan waktu. Senam yang yang ideal untuk lansia dilakukan selama satu pekan dan dilakukan secara kontinyu dan mematuhi aturan yang telah ada (Widianti & Proverawati, 2010).
4
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran dari petugas kesehatan yang merawatnya. Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang senantiasa mengikuti perintah dan disiplin dalam melakukan sesuatu yang dianjurkan atau ditetapkan. Kepatuhan secara sederhana sebagai perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan merubah gaya hidup sesuai petunjuk medis (Feurerstein, 1986) dalam (Niven, 2002). Senam lansia merupakan latihan fisik harian yang secara rutin dilakukan dalam setiap minggunya di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Panti Sosial Tresna Werdha adalah panti yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia agar dapat hidup secara wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Panti Sosial Tresna Werdha sebagai lembaga pelayanan sosial
TA N R A KA
lanjut usia berbasis panti yang dimiliki pemerintah yang memiliki berbagai
A GYA K A I YO
sumber daya yang berfungsi untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut
T YAN S U A.
usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia (day-care service), dan
P RAL R E DE
dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia (Najah, 2009). Patuh dan tidaknya lansia dalam melakukan senam lansia dapat dilihat dari
P
N E J dipenuhi dalam latihan fisik salahsatunya adalah frekuensi yang dilakukan selama S E 3-5 kali TIKdalam satu pekan dapat memperbaiki kualitas tidur. Menurut program S yang telah ditetapkan oleh panti social bahwa senam yang dilakukan oleh lansia frekuensi senam yang dilakukan dalam setiap pekan. Menurut syarat yang harus
telah dijadwalkan 5 kali dalam satu minggu yang harus diikuti oleh lansia sehingga dapat dikatakan patuh dalam mengikuti salah satu program panti social yaitu senam lansia (Zainal, 2010). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 6 Juli 2015 di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta terdapat 88 lansia, yang terdiri dari 75 lansia yang ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah, dan 13 lansia dengan biaya sendiri. Lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial rata-rata sudah tinggal di Panti lebih dari satu bulan sehingga telah beradaptasi dan terbiasa dengan lingkungan serta program-program yang ada (Ardi, 2013). Para lanjut usia ditempatkan dalam 8 wisma dan masing-masing wisma memiliki 1 orang pengasuh setiap harinya.
5
Melalui penelusuran wawancara pada lansia yang berada di Wisma Anggrek, didapatkan data yaitu 8 dari 10 lansia mengalami masalah dengan tidurnya. Para lansia mengatakan sering terbangun pada malam hari untuk buang air kecil dan mengalami kesulitan untuk memulai tidur kembali, hal ini sesuai dengan teori bahwa seseorang yang sudah lanjut usia memiliki kebutuhan tidur yang lebih sedikit dibandingkan dengan usia dewasa maupun usia anak (Khasanah, 2012). Selain itu, 3 dari kedelapan lansia tersebut mengatakan kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari karena mudah mengantuk di siang hari akibat sulit untuk tidur pada malam hari. Senam lansia sebagai salah satu terapi non farmakologi dan mempunyai manfaat kesehatan bagi lansia, dilaksanakan secara rutin dan merupakan salah
TA N R A KA
satu program peningkatan kesehatan lansia yang di PSTW Unit Budi Luhur
A GYA K A I YO
Kasongan Bantul Yogyakarta. Aktifitas senam lansia di PSTW Budi Luhur
T YAN S U A.
dilaksanakan 5 kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu. Jenis senam yang dilakukan pada hari Senin sampai hari Kamis dan
P RAL R E DE
Sabtu yaitu senam lansia tipe A, B, C, D. Senam tipe A yaitu untuk lansia yang tidak tahan berdiri, dilakukan sambil duduk dikursi, senam tipe B untuk lansia
P
N E J tipe D untuk lansia dengan kondisi prima. Senam lansia yang dilakukan di PSTW S E Budi Luhur TIK tergolong jenis senam Low Impact yaitu senam yang menghindari S gerakan meloncat dengan intensitas ringan sampai sedang.
dengan kondisi sedang, senam tipe C untuk lansia dengan kondisi baik, dan senam
Dalam pelaksanaannya, senam lansia yang merupakan program rutin harian yang diadakan PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta didapatkan bahwa lansia yang mengikuti senam lansia kurang dari jumlah yang seharusnya mengikuti senam lansia. Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Dengan Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta”
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang dapat dirumuskan adalah “Adakah Hubungan Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Dengan Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan kepatuhan melakukan senam lansia dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
TA N R A KA
2. Tujuan Khusus
A GYA K A I YO
a. Diketahui kualitas tidur lansia yang berada di PSTW Unit Budi Luhur
T YAN S U A.
Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
P RAL R E DE
b. Diketahui kepatuhan melakukan senam lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
P
N
E SJ
E Teoritis K 1. Manfaat I ST
D. Manfaat Penelitian
Sebagai bahan referensi dalam pengembangan ilmu keperawatan
gerontology tentang kepatuhan melakukan senam lansia dalam meningkatkan kualitas tidur lansia.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta Sebagai masukan dan informasi dalam manfaat meningkatkan kualitas tidur lansia.
7
b. Bagi Lansia Sebagai gambaran pengetahuan lansia dan sebagai alternatif lain untuk meningkatkan kualitas tidur dengan rutin melakukan senam lansia yang telah terprogram oleh panti sosial. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai studi awal di mana data yang diperoleh dapat digunakan penelitian lebih lanjut, dalam mengetahui kepatuhan lansia dalam melakukan senam lansia sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
E. Keaslian Penelitian
TA N R A KA
Penelitian tentang hubungan kepatuhan melakukan senam lansia terhadap
A GYA K A I YO
kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budi Luhur
T YAN S U A.
sepengetahuan peneliti merupakan hal yang pertama kali dilakukan di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan, Bantul. Sedangkan penelitian yang hampir sama dengan
P RAL R E DE
penelitian yang dilakukan oleh peneliti antara lain :.
1. Zainal, (2010) yang berjudul Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
P
N E J Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali. Penelitian ini merupakan S E penelitian IK kuantitatif, dengan desain penelitian Deskriptif Korelasi. Teknik ST Tingkat Kepatuhan Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia Di Posyandu
pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan lansia melakukan senam lansia. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada variabel bebas yaitu kualitas kepatuhan melakukan senam lansia, sedangkan perbedaan terdapat pada judul, tempat dan teknik pengambilan sampel, di penelitian ini menggunakan random sampling sementara penelti menggunakan purposive sampling.
2. Cahyono, (2010) yang berjudul “Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kualtas Tidur Pada Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Magelang”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
8
quasy experiment dengan non equivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antar senam lansia terhadap kualitas tidur lansia. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada variabel terikat yaitu kualitas tidur lansia dan kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner PSQI. Sedangkan perbedaannya dalam metode pengambilan sampel yaitu simple random sampling, sedangkan peneliti menggunakan metode purposive sampling. Perbedaan juga terletak pada tempat dan waktu penelitian. 3. Novianty (2014) yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Keroncong dan Aromaterapi Bunga Lavender terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Werdha
TA N R A KA
Pangesti Lawang”. Desain penelitian ini menggunakan desain kuantitatif
A GYA K A I YO
dengan pretest-posttest without control. Hasil penelitian ini yaitu ada pengaruh
T YAN S U A.
terapi musik keroncong dan pemberian aromaterapi bunga lavender terhadap kualitas tidur lansia.
P RAL R E DE
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada variabel terikat yaitu kualitas tidur lansia, teknik pengambilan sample
P
N E J untuk mengukur kualitas yaitu tidur PSQI. Sedangkan perbedaannya terletak S E pada TIKjudul dan tempat penelitiannya, rancangan penelitian yang digunakan Sadalan rancangan Quasy experiment. yaitu purposive sampling dan instrument yang digunakan yaitu instrument
4. Widrayani (2010) yang berjudul “Hubungan Antara Nyeri Muskuluskeletal dengan Kualitas tidur pada Lansia di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan analitik korelasional dengan metode kuantitatif secara cross sectional. Responden berupa lansia dan dianalisis dengan spearman ranks. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara nyeri musculoskeletal dengan kualitas tidur lansia di Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
9
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada variabel terikat, instrument PSQI, dan rancangan penelitian. Responden penelitian sama-sama menggunakan lansia, namun area tinggal lansia berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
S
E K I T
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur yang terletak di Kasongan Bantul Yogyakarta merupakan salah satu panti sosial yang mempunyai tugas memberi bimbingan dan pelayanan bagi lansia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik berada di dalam panti maupun di luar panti dan merupakan lembaga pelayanan sosial lansia berbasis panti yang dimiliki pemerintah. PSTW
Budi Luhur memiliki
TA N R A KA
beberapa program pelayanan baik didalam panti maupun diluar panti,
A GYA K A I YO
diantaranya program rutin (reguler), pelayanan khusus, day care services, home care servies, trauma service dan tetirah (tinggal sementara). Pada
T YAN S U A.
penelitian ini dilakukan pada lansia yang tinggal didalam panti yaitu program rutin dan program pelayanan khusus. Program rutin (reguler) adalah program
P RAL R E DE
yang ditujukan untuk lansia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi,
P
yang terdiri dari 6 wisma biasa dan 1 wisma isolasi dengan jumlah lansia 88
N
E SJ
orang. Program pelayanan khusus adalah program yang ditujukan pada lansia
E K I Tdari 2 wisma dengan jumlah lansia 12 orang.
yang mengalami permasalahan sosial tetapi tidak secara ekonomi, yang terdiri
S
PSTW Budi Luhur memiliki visi dan misi dalam melaksanakan tugasnya. Visi PSTW Budi Luhur adalah lansia yang sejahtera dan berguna. Misinya adalah (a) meningkatkan kualitas pelayanan lansia yang meliputi kesehatan fisik, sosial, mental dan spiritual, pengetahuan dan keterampilan, jaminan sosial dan jaminan kehidupan, serta jaminan perlindungan hukum, (b) meningkatkan profesionalisme pelayanan kesejahteraan lansia, (c) meningkatkan program rutin (reguler), pelayanan khusus, day care services, trauma services, home care services dan tetirah. Kegiatan yang dilaksanakan di panti yaitu; senam lansia, dendang ria, pengajian atau peneyegaran rohani,
43
44
ketrampilan, cek kesehatan yang dilayani oleh tenaga kesehatan, seperti perawat, apoteker, dokter dan psikiater. 2. Analisis Hasil Penelitian Peneltian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta pada bulan Agustus 2015. Subjek penelitian berjumlah 46 dari 88 orang lansia. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan dalam penelitian. Ditemukan bahwa lansia yang tidak sesuai kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 14 lansia, 7 lansia memiliki nilai MMSE <19, 2 lansia mengkonsumsi obat tidur kelompok Benzodiazepine, 3 lansia dengan katz index <4, dan 2 lansia mengalami sakit sehingga harus badrest. Gambaran
TA N R A KA
distribusi frekuensi karakteristik subjek penelitian disajikan dalam bentuk
A GYA K A I YO
distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian. a. Analisis univariabel. Hasil
analisis
T YAN S U A. univariabel
P RAL R E DE
bertujuan
untuk
mendeskripsikan
karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Hasil analisis univariabel
P
N
selengkapnya dapat dilihat di bawah ini :
E SJ
S
E K I T
45
1) Karakteristik responden Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia dan Pendidikan Lansia di PSTW Budi Luhur Yogyakarta Karakteristik a. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total b. Usia ≤ 60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun > 80 tahun Total c. Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA PT Total
Jumlah (n)
Persentase (%)
20 26 46
43,5 56,5 100
1 19 17 9 46
2,2 41,3 37,0 19,6 100
3 3 18 21 1 46
6,5 6,5 39,1 45,7 2,2 100
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
Sumber : Data Primer 2015
P RAL R E DE
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa responden yang diambil
dalam penelitian ini berjumlah 46 orang lansia dengan jumlah
P
perempuan sebesar 26 responden (56,5%) dan laki-laki sebesar 20
N
E SJ
responden (43,5%). Jumlah responden perempuan lebih banyak
S
E daripada responden laki-laki. Usia terbanyak dari responden yang K I T diteliti sebesar 41,3% yaitu antara 61-70 tahun. Status pendidikan responden yang terbanyak yaitu pendidikan terakhir SMA sebanyak 21 orang (45,7%).
46
2) Kepatuhan melakukan senam dan kualitas tidur lansia berdasarkan karakteristik responden Tabel 4 Distribusi kepatuhan melakukan senam lansia berdasarkan jenis kelamin di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
Jenis Kelamin
Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Patuh Tidak Patuh 15 5 75,0% 25,0%
Total
Laki - Laki
Jumlah % Total
Perempuan
Jumlah % Total
22 84,6%
4 15,4%
Jumlah % Total
37 80.4%
9 46 19.6% 100.0%
Total
Sumber : Data primer 2015
20 43,5% 26 56,5%
TA N R A KA
A GYA K A I YO
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin perempuan lebih patuh dalam melakukan senam lansia yang
T YAN S U A.
berjumlah 22 responden.
P RAL R E DE
Tabel 5 Distribusi kualitas tidur responden berdasarkan jenis kelamin di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
P
EN
J S E
IK
ST
Jenis Kelamin
Total
Laki - Laki Perempuan
Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Kualitas Tidur Baik Tidur Buruk 12 8 60,0% 40,0% 13 13 50,0% 25 54.3%
Total
20 43,5% 26
50,0% 56,5% 21 46 45.7% 100.0%
Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden perempuan dengan kualitas tidur baik sebanyak 13 responden, lansia perempuan yang mengalami kualitas tidur buruk sama jumlahnya dengan lansia yang kulaitas tidurnya baik yaitu 13 responden.
47
Tabel 6 Distribusi kepatuhan senam berdasarkan usia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
Jumlah % Total Jumlah 61 - 70 Tahun % Total Jumlah 71 - 80 Tahun % Total Jumlah > 80 Tahun % Total Jumlah % Total ≤ 60 Tahun
Usia
Total
Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Patuh Tidak Patuh 1 0 100,0% 0.0% 14 5 73,7% 26,3% 13 4 76,5% 23,5% 9 0 100,0% 0.0% 37 9 80.4% 19.6%
Sumber : Data primer 2015
Total
1 2,2% 19 41,3% 17 37,0% 9 19,6% 46 100.0%
TA N R A KA
A GYA K A I YO
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang memiliki
jumlah kepatuhan yang paling banyak adalah pada usia 61-70 tahun
T YAN S U A.
dengan jumlah 14 responden.
Tabel 7 Distribusi kualitas tidur berdasarkan usia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
P RAL R E DE
P
N
E SJ
IKE
ST
Jumlah % oTotal Jumlah 61 - 70 Tahun % Total Usia Jumlah 71 - 80 Tahun % Total Jumlah > 80 Tahun % Total Jumlah Total % Total ≤ 60 Tahun
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Tidur Kualitas Tidur Baik Buruk 1 0 100,0% 0.0% 11 8 57,9% 42,1% 7 10 41,2% 58,8% 6 3 66,6% 33,3% 25 21 54.3% 45.7%
Total
1 2,2% 19 41,3% 17 37,0% 9 19,6% 46 100.0%
Sumber : Data primer 2015 Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang memiliki kualitas tidur baik lebih banyak yaitu pada usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 11 responden.
48
Tabel 8 Distribusi kepatuhan melakukan senam berdasarkan pendidikan terakhir di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
Tidak Sekolah SD Pendidikan
SMP SMA PT
Total
Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total
Sumber : Data primer 2015
Kepatuhan Melakukan Senam Lansia Patuh Tidak Patuh 2 1 66,7% 33,3% 2 1 66,7% 33,3% 16 2 88,9% 11,1% 16 5 76,2% 23,8% 1 0 100,0% 0.0% 37 9 80.4% 19.6%
Total
3 6,5% 3 6,5% 18 39,1% 21 45,7% 1 2,2% 46 100.0%
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa responden yang patuh melakukan senam dengan jumlah terbanyak yaitu responden dengan pendidikan terakhir
P RAL R E DE
SMP dan SMA yaitu sama-sama berjumlah 16 responden.
P
Tabel 9 Distribusi kualitas tidur berdasarkan pendidikan terakhir di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
N
E SJ
E K I T
S
Tidak Sekolah SD Pendidiikan SMP SMA PT Total
Sumber : Data primer 2015
Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Tidur Kualitas Tidur Baik Buruk 0 3 0.0% 100,0% 1 2 33,3% 66,7% 10 8 55,6% 44,6% 13 8 61,9% 38,1% 1 0 100% 0.0% 25 21 54.3% 45.7%
Total
3 6,5% 3 6,5% 18 39,1% 21 45,7% 1 2,2% 46 100.0%
49
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa responden yang memiliki kualitas tidur baik terbanyak yaitu responden yang pendidikan terakhirnya SMA dengan jumlah 13 responden.
b. Analisa bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu kepatuahan melakukan senam lansia dengan variabel terikat yaitu kualitas tidur lansia. Uji statistik yang digunakan adalan uji chi square untuk melihat hubungan kepatuhan senam dengan kualitas tidur. Tingkat kemaknaan menggunakan p value < 0,05. Tabel 10 Distribusi frekuensi nilai kualitas tidur berdasarkan kepatuhan melakukan senam lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
TA N R A KA
Kepatuhan Melakukan Senam Lansia
Tidak Patuh
Jumlah % Total Jumlah % Total Jumlah % Total
R DERA E P EN
Total
YA
G O A T NI Y
S A. U P L Patuh
KA
Kualitas Tidur Lansia Kualitas Tidur Kualitas Baik Tidur Buruk 24 13 64,9% 35,1% 1 8 11,1% 88,9% 25 21 54.3% 45.7%
YA
Total
37 80,4% 9 19,6% 46 100.0%
J S EBerdasarkan tabel 10 diketahui bahwa terdapat 24 responden patuh
Sumber : Data Primer 2015
IK ST melakukan senam lansia dan memiliki kualitas tidur baik, 13 responden patuh melakukan senam dan memiliki kualitas tidur buruk, 1 responden tidak patuh melakukan senam lansia dan memiliki kualitas tidur baik, 8 responden tidak patuh melakukan senam lansia dan memiliki kualitas tidur yang buruk. Tabel 11 Hasil uji chi square hubungan kepatuhan melakukan senam lansia terhadap kualitas tidur lansia di PSTW Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta Hubungan antar variabel p value Kepatuhan melakukan senam dengan kualitas tidur Sumber : Data Primer 2015
0,004
50
Berdasarkan tabel 11 didapatkan bahwa niali signifikan yang diperoleh lebih kecil dari angka signifikansi 0,05 yaitu p value 0,004 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan anatara kepatuhan melakukan senam lansia dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werda Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
B. Pembahasan 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan lebih patuh dalam melakukan senam lansia yang berjumlah 22 responden. Menurut Johnson dalam Syamsiah (2011)
TA N R A KA
perempuan cenderung mampu untuk menjadi pendengar yang baik dan
A GYA K A I YO
dapat langsung menangkap fokus permasalahan serta melaksanakan
T YAN S U A.
intruksi yang diberikan.
Dari segi usia berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden yang
P RAL R E DE
memiliki jumlah kepatuhan yang paling banyak adalah pada usia 61-70 tahun dengan jumlah 14 responden. Usia berpengaruh dalam kepatuhan
P
N E J lansia yang berkisar 60 tahunan masih memiliki aktifitas fisik yang baik S E sehingga mereka tidak mengalami banyak kesulitan untuk TIK
keikutsertaan melakukan senam lansia. Kategori umur elderly yaitu umur
S
mempertahankan dan memperbaiki kesegaran jasmani (Maryam, dkk., 2008). Pendidikan lansia juga memiliki pengaruh terhadap kepatuhan lansia seperti hasil yang didapatkan dari penelitian ini berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa responden yang patuh melakukan senam dengan jumlah terbanyak yaitu dengan pendidikan terakhir SMP dan SMA sama-sama berjumlah 16 responden. Menurut Feurerstein (1986) dalam Niven (2002), pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
51
oleh diri sendiri, masyarakat, Bangsa dan Negara. Pendidikan yang baik pada lansia dapat meningkatkan kepatuhan, selama pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang positif. Dari hasil penelitian selain jenis kelamin memiliki hubungan dengan kepatuhan, juga berhubungan dengan kualitas tdiur lansia, hal ini ditunjukkan di dalam penelitian ini berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa responden perempuan dengan kualitas tidur baik lebih banyak dari laki-laki yaitu 13 responden. Jumlah lansia perempuan yang mengalami kualitas tidur buruk sama dengan jumlah yang kulitas tidurnya baik yang berjumlah 13 responden. Menurut Timmler (2012) perempuan lanjut usia ternyata memiliki kualitas tidur lebih baik dan lebih lama ketimbang lansia
TA N R A KA
laki-laki, lansia perempuan memiliki durasi tidur yang lebih efisien
A GYA K A I YO
ketimbang lansia laki-laki, karena laki-laki lebih cenderung menganggap
T YAN S U A.
remeh durasi tidur mereka sekalipun kebanyakan dari perempuan mengakui kualitas tidur mereka juga buruk. Hal ini dikarenakan lansia
P RAL R E DE
perempuan juga terjadi penurunan hormon progesteron dan esterogen yang mempunyai reseptor di hipotalamus sehingga memiliki andil pada irama
P
pola N E
sirkardian
J S E
dan
tidur
secara
langsung.
Kondisi
psikologis,
meningkatnya kecemasan, gelisah dan emosi sering tidak terkontrol pada wanita akibat penurunan IK ST kualitas tidur lansia.
hormone yang bisa menyebabkan buruknya
Kebutuhan akan tidur berbeda sesuai tahap tumbuh kembang, lansia membutuhkan waktu tidur sekitar 6 jam perhari (Craven & Hirnle, 2009). Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden yang memiliki kualitas tidur baik lebih banyak yaitu pada usia 61-70 tahun yaitu sebanyak 11 responden. Usia sangat berpengaruh dengan kualitas tidur seseorang. Perbedaan usia membedakan kualitas tidur, semakin tua umur seseorang maka semakin banyak pula masalah-masalah kesehatan yang dialami yang dapat mengganggu kualitas tidur (Maryam, dkk., 2008).
52
Menurut Depkes R.I. (2004), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi kepeduliannya terhadap kesehatan sehingga tidak mengabaikan pentingnya istirahat yang cukup serta menjaga kesehatan secara menyeluruh, hal ini dapat dilihat dari tabel 9 diketahui bahwa responden yang memiliki kualitas tidur baik terbanyak yaitu responden yang pendidikan terakhirnya SMA dengan jumlah 13 responden. 2. Gambaran kualitas tidur lansia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa lansia yang memiliki kualitas tidur yang baik sebanyak 25 lansia (54,3%). Jumlah lansia yang kualitas tidurnya baik mengalami peningkatan dari penelitian yang dilakukan penelitian sebelumnya oleh Utama (2014) yang
TA N R A KA
menyatakan bahwa jumlah lansia yang mengalami kualitas tidur yang baik
A GYA K A I YO
berjumlah 47% dan yang mengalami kualitas tidur buruk berjumlah 53%.
T YAN S U A.
Jumlah lansia dengan kualitas tidur baik lebih banyak dibandingkan dengan lansia dengan kualitas buruk, hal ini diakibatkan oleh patuhnya
P RAL R E DE
lansia dalam mengikuti senam lansia yang ada di Panti Sosial, sedangkan pada penelitian Utama (2014) faktor yang menyebabkan lebih banyak
P
N E J pengetahuan lansia akan manfaat dari melakukan senam lansia sehingga S E menyebabkan kurang patuhnya lansia dalam melakukan senam lansia. TIK lansia yang mengalami kualitas tidur buruk karena kurangangnya
S
Kualitas tidur merupakan keadaan dimana tidur seseorang yang dinilai berdasarkan kondisi dari sebelum tidur hingga bangun tidur. Pengukuran baik atau buruknya kualitas tidur seseorang dapat diketahui melalui hasil dari kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur yaitu kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang berisi beberapa komponen yaitu kualitas tidur subjektif, latensi tidur, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pemakaian obat tidur, dan disfungsi siang hari. Setiap komponen mempunyai rentang nilai yaitu 0-3. Penjumlahan setiap komponen akan menghasilkan nilai baik atau buruknya kualitas tidur seseorang. Hasil dari penghitungan PSQI apabila <5 maka kualitas
53
tidur baik dan nilai ≥5 maka dikatakan kualitas tdiur buruk (Busye dkk, 1989) dalam (Modjod, 2007). Adapun tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibedakan menjadi tanda fisik dan psikologis. Tanda-tanda fisik akibat kekurangan tidur antara lain ekspresi wajah, area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan, tidak mampu berkonsentrasi, terlihat tanda-tanda keletihan. Sedangkan tanda-tanda psikologis antara lain menarik diri, apatis, merasa tidak enak badan, malas, daya ingat menurun, bingung, halusinasi, ilusi pengelihatan dan kemampuan mengambil keputusan menurun (Oktora, 2013). 3. Gambaran kepatuhan melakukan senam
TA N R A KA
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang patuh
A GYA K A I YO
melakukan senam lansia selama 5 kali dalam satu minggu yang merupakan
T YAN S U A.
program rutin dari PSTW didapatkan 37 lanisa (80,4%) dan yang tidak patuh sebanyak 9 lansia (19,6%). Hasil dari penelitian menunjukkan
P RAL R E DE
bahwa lansia yang patuh dalam melakukan senam lebih banyak daripada lansia yang tidak patuh dalam melakukan senam lansia. Dalam penelitian
P
N E J melakukan senam juga lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak S E patuh melakukan senam lansia. Hal ini menunjukkan bahwa lansia sangat TIK sebelumnya yang dilakukan oleh Cahyono (2010) lansia yang patuh
S
antusias untuk mengikuti senam lansia yang diadakan oleh Panti. Hal ini terjadi karena lansia memahami manfaat dan hasil yang akan didapat apabila mengikuti senam secara teratur. Dari segi manfaat yang telah banyak teruji bahwa olah raga rutin dapat membantu seseorang untuk tidur yang lama dan dalam. Tetapi kelelahan akibat aktivitas fisik yang berlebihan dapat menghambat tidur. Oleh karena itu, dalam berolahraga perlu memperhatikan petunjuk olah raga yang benar (Craven & Hirnle, 2009). Menurut Sacket (1976) dalam Niven (2002), mengungkapkan kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan melakukan senam lansia adalah kepatuhan dalam
54
mengikuti kegiatan senam sesuai jadwal yang telah disesuaikan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran lansia. 4. Hubungan kepatuahan melakukan senam lansia dengan kualitas tidur lansia Berdasarkan analisa bivariat menunjukkan bahwa kepatuhan senam lansia yang merupakan program rutin harian yang ada di PSTW yang diadakan selama 5 kali senam Tipe A,B,C,dan D yang diikuti oleh para lansia yang masih mampu melakukan gerakan senam sesuai dengan tipe senam yang ada memiliki hubungan yang signifikan dengan kualitas tidur lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul, hal ini ditunjukkan dengan p value sebesar 0,004 (p<0,05) menunjukkan bahwa ada hubungan
TA N R A KA
yang signifikan antara kepatuhan melakukan senam lansia dengan kualitas
A GYA K A I YO
tidur lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul.
T YAN S U A.
Dari hasil diatas menunjukkan bahwa lansia yang patuh melakukan senam lansia maka kualitas tidurnya akan lebih baik daripada lansia yang
P RAL R E DE
tidak patuh dalam melakukan senam lansia. Walaupun demikian masih ada beberapa lansia yang patuh melakukan senam lansia tetapi masih
P
N E J faktor yang mempengaruhi kualitas tidur. Hal tersebut sesuai dengan teori S E yang dikemukakan oleh Craven & Hirnle (2009) bahwa terdapat beberapa TIK mengalami kualitas tidur yang buruk. Hal ini disebabkan oleh beberapa
S
faktor yang mempengaruhi tidur seperti faktor umur, penyakit, pemakaian obat, lingkungan, gaya hidup, psikososial dan emosional, olahraga, nutrisi dan pola eliminas. Menurut hasil penelitian diatas bahwa kepatuhan melakukan senam menunjukkan bahwa dapat dapat mempengaruhi kualitas tidur lansia, sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2010) yang menyatakan hasil dari melakukan senam setiap hari selama satu pekan dapat meningkatkan kualitas tidur lansia dengan tingkat kemaknaan 0,40 (<0,05). Menurut Mc Can dalam Cahyono (2010) bahwa penelitian yang dilakukan oleh American Academy of Sleep olahraga yang dilakukan setiap pagi dalam sepekan akan menurunkan gangguan tidur. Olahraga senam
55
lansia dilakukan secara kontinyu merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin serta vasodilatasi oksigen
pada
pembuluh
keseluruh tubuh
darah
terutama
yang mengakibatkan otak
transport
lanca sehingga
dapat
menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Pada kondisi ini akan meningkatkan relaksasi lansia. Selain itu, sekresi melatonin yang optimal dan pengaruh beta endorphin dan membantu peningkatan pemenuhan kebutuhan tidur lansia. Manfaat senam lansia secara psikologis mempunyai dampak langsung dan jangka panjang. Dampak langsung senam lansia dapat membantu
memberikan
perasaan
santai,
TA N R A KA
mengurangi
ketegangan,
A GYA K A I YO
meningkatkan perasaan senang, menjadikan tubuh lebih rileks, dan
T YAN S U A.
membantu menghasilkan tidur yang berkualitas. Dampak jangka panjang senam lansia dapat meningkatkan kesegaran jasmani, kesehatan jiwa, dan
P RAL R E DE
fungsi kognitif (Rosidawati dkk., 2008).
P
N E J Penelitian tentang ES
C. Keterbatasan Penelitian hubungan kepatuhan melakukan senam lansia
dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi IK ST Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta yang telah disajikan dengan data di atas masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki untuk penelitian lebih lanjut. Keterbatasn yang peneliti jumpai pada proses penelitian ini antara lain : 1. Penelitian ini tidak memantau secara langsung gerakan dan kegiatan senam yang dilakukan oleh lansia sehingga tidak mengetahui mana lansia yang melakukan senam secara baik dan benar. 2. Waktu penelitian yang relatif singkat sehingga tidak dapat mengetahui lebih rinci kepatuhan lansia dalam melakukan senam lansia.
56
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dibuat kesimpulan bahwa : 1. Jumlah lansia yang mengalami kualitas tidur baik lebih banyak dari yang mengalami kualitas tidur yang buruk di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. 2. Jumlah lansia yang patuh melakukan senam lebih banyak dari yang tidak patuh melakukan senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
TA N R A KA
3. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan melakukan senam lansia
A GYA K A I YO
dengan kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Budi
T YAN S U A.
Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.
P RAL R E DE
B. Saran
P
N E J hubungan kepatuhan melakukan senam lansia dengan kualitas tidur lansia, S E beberapa IK saran yang diajukan sebagai bahan pertimbangan adalah : ST
Berdasarkan hasil, pembahasan, dan kesimpulan penelitian tentang
1. Bagi PSTW Budi Luhur Yogyakarta
Bagi panti sosial diharapkan memberikan motifasi dan pengarahan kepada para lansia agar lebih patuh melakukan senam sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur lansia. 2. Bagi responden atau lansia di PSTW Budi Luhur Yogyakarta Diharapkan lansia dapat memahami pentingnya mengikuti senam lansia yang dapat meningkatkan kualitas tidur dan hendaknya lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan di PSTW dan disamping melakukan kegiatan senam secara rutin, perlu juga menjaga kesehatan secara menyeluruh.
56
57
3. Bagi peneliti lain Digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan perlu diteliti juga kegiatan lain yang dapat mempengaruhi kualitas tidur selain senam lansia.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
S
E K I T
58
DAFTAR PUSTAKA
Ardi (2013). Konsep Adaptasi. Jakarta. Indonesia. Arikunto & Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Yogyakarta. BPS Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Jakarta. Indonesia. Brick, L. (2001). Bugar Dengan Senam Tera. Jakarta: Raja Grafindo dalam Sukartini, T. & Nursalam (2009). Manfaat Senam Tera Terhadap Kebugaran Lansia. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Airlangga.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
Buysse, D. J., Reynolds, C. F., Monk, T. H., Berman, S. R., & Kuper, D. J., (2000). Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Dalam Modjod, D. (2007). Insonia Experience Management Strategies and Outcomes in ESRD Patients Undergoing Hemodialysis. Mahidol University.
T YAN S U A.
P RAL R E DE
Carpenito, L, J. (2009). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
P
Cahyono, K. H. (2010) Pengaruh Senam Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jawa Tengah.
N
E SJ
E K I T
S
Craven, R. F., & Hirnle, C. J. (2009). Fundamentals of Nursing : Human Health and Function. 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Davison, G. C., & Nale J. M. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Pembinaan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RI: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2003). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Lanjut Usia. Depkes RI: Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI: Jakarta.
59
Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : DepKes RI Departemen Sosial R.I., Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia. (2008). KualifikasiPanti Sosial Tresna Wredha (PSTW). Jakarta dalam dalam Najjah, D.P., (2009). Konsep Home pada Panti Sosial Tresna Werdha. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Indonesia. Dossey, B. M. Keegan, L.(2009). Holistic Nursing : A Handbook For Practise. 5th ed. USA: Jones & Barlett Publisher Lcc. Eliopaulos, C. (2010). Gerontological Nursing. 7th edition. Philadelpdia: Lippincott Williams & Wilkins. Halter , J., Ouslander, J., Tinetti, M., Stephanie, S., High, K., & Asthana, S. (2009). Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology, 6th Edition. United States: Mc Graw Hill.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
Hutapea, R. (2005). Sehat Dan Ceria Di Usia Lanjut. Jakarta: Rineka Cipta.
T YAN S U A.
Khalid, M. (2012). Keperawatan Geriatrik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
P RAL R E DE
Khasanah, K. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai RehabilitasiSosial “MANDIRI” Semarang. Journal Nursing Studies, 1, 189-196
P
N
Linton, A. D., & Lach, H. W. (2007). Matteson & Mac Conell’s Gerontological Nursing Concepts and Practice. 3th Edition. USA: Sounders Elsevier.
E SJ
E K I Margiyati (2010). Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan Tekanan ST Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Ngudi Waras, Dusun Kemloko, Desa Bergas Kidul. Yogyakarta: UGM Maryam, R. Siti., & Proverawati. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika Miller, Carol A. (1999). Nursing Care Of Older Adults: Theory and Practice. Philadelpia: Lippincott. Modjod, D. (2007). Insonia Experience Management Strategies and Outcomes in ESRD Patients Undergoing Hemodialysis. Mahidol University. Mubarak, & Wahid I. (2009). Keperawatan Komunitas 2. konsep dan Aplikasi. Jakarta: Sagung Seto
60
Najah, (2009). Kesehatan Lanjut Usia dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nelson, M. E. (2007). Physical Activity and Public Health in Older Adults: Recommendation from the American College of Sports Medicine and the American Heart Assosiation. Circulation Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Notoatmojo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Oktavia, F.A. (2012). Pengaruh Murottal Al-QUr’an terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia. Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
Oktora. (2013). Pengaruh Terapi Musik Murottal Al-Qur’an Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanta Cilacap, Skripsi, Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
T YAN S U A.
Phillips, B., & Ancoli-Israel, S., (2001). Sleep Disorder in The Elderly. Sleep Medicine 2. PP 99-114.
P RAL R E DE
P
Poerwadarminta, W.J.S. (1967). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Balai Pustaka dalam Najjah, D.P., (2009). Konsep Home pada Panti Sosial Tresna Werdha. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Indonesia.
N
E SJ
E K I T
S
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Buku 3 Edisi 7 Terjemahan Diah Nurfitriani, Ony T., Farah D. Jakarta: Salemba Medika. Prasadja, A. ( 2009). Ayo Bangun !: dengan Bugar karena Kidur yang Benar. Jakarta: Hikmah Putra, A. W. (2011). Survei Tingkat Kebugaran Jasmani Masyarakat Usia Di Atas 40 Tahun Pada Anggota Arca HashClub Kabupaten Madiun. Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya. Rosidawati, Maryam, R., Ekasari, M., Jubaedi, M., & Batubara, I., (2008). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
61
Sandjaya, I. (2007). Seri Menata Rumah Kamar Tidur, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Saputri, D. (2009). Hubungan Antara Sleep Hygiene dengan Kualitas Tidur pada Lanjut Usia di Dusun Sendowo, Kelurahan Sindudadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Siregar, M.H. (2011). Mengenal Sebab-sebab, Akibat-akibat dan Cara Terapi Insomnia, Flash Books, Jogjakarta. Soemardini, Muwarni, S., & Safitri, P.R. (2013). Uji Efek Anti Mikroba Ekstrak Kulit Pohon Rambutan Terhadap Escheriacoli Secara In Vitro. Someren, E. J. W. V. (2000). Circardian and Sleep Disturbances in The Elderly. Experimental Gerontology
TA N R A KA
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
A GYA K A I YO
Sumedi. (2010). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Skala Insomnia Pada Lansia di Panti Werdha Dewanata. Cilacap
T YAN S U A.
Saryono & Widianti, A.T. (2011). Catan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
P RAL R E DE
Syamsiah. (2011). faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien CKD yang Menjalankan Hemodialisa di RSPAU Dr hernawan Antariksa Halim Perdanakusuma Jakarta. Tesis.
P
N
E SJ
E K I T
Utama, E. D. (2012) Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur. Bantul. Yogyakarta
S
Wahyuningsih. (2010). 10 Cara Meningkatkan Kualitas Tidur dalam http://health.detik.com/read/2010/04/22/135211/1343392/766/10-carameningkatkan-kualitas-tidur, diakses tanggal 14 Februari 2015 Wallace, M. (2008). Essentialsof Gerontological Nursing. USA: Springer Publishing Company, LCC. Widianti, A. T. & Proverawati, A. (2010). Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Widrayani. (2010). Hubungan Antara Nyeri Muskuluskeletal dengan Kualitas tidur pada Lansia di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta: UGM.
62
Wold, G.H. (2008). Basic Geriatric Nursing. Mosby. Elsevier, Mosby, St. Louis, Missouri, h. 24. Youngstedt, S. D. (2005). Effects of Exercise on Sleep. Clin Sports Med Zainal, A. M. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Lansia Dalam Melakukan Senam Lansia Di Posyandu Kondang Waras Desa Ngargorejo Boyolali. Skripsi. Boyolali. Jawa tengah.
TA N R A KA
A GYA K A I YO
T YAN S U A.
P RAL R E DE
P
N
E SJ
S
E K I T