PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas MuhammadiyahYogyakarta
Disusun Oleh: NIKEN AYU ARUMSARI 20100320133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Niken Ayu Arumsari1, Sutantri2, Suharsono3. Karya TulisIlmiah, ProgramStudiIlmu KeperawatanUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi rentan yang mudah mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan denganmemori, berguna untuk meningkatkankesehatan mental dankualitashidup lansia. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel berjumlah 38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik Paired Sample T-Test dan Independent Sample T-Tes. Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence Therapysebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik kedua kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dengan nilai p value 0,000. Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta KataKunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress 1
Mahasiswa PSIK Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UMY Dosen PengajarPSIKUMY 3 Dosen PengajarPSIKUMY 2
The Effect of Reminiscence Therapy on Level of Stress in the Elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Niken AyuArumsari1, Sutantri2, Suharsono3 Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas MuhammadiyahYogyakarta ABSTRACT Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfarein 2010 showed that the prevalence ofthe population of elderly in Indonesia who have an aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number of elderly in Indonesia would increased became 28.8million (11.34%) with a life expectancy of 71years. Special Regionof Yogyakarta(DIY) was a province with has a highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia. The elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence therapyis a method that is associated with memory, useful for improving mental health and quality of life ofthe elderly. Objective:This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Methods:This study used an experimental research method, by using the research desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design with the number of samples were 38 elderly peoples, it divided into twogroups: the intervention group and the control group. The sampling technique using purposive sampling. The analysis would carried outwith the statistical test Paired SampleTTest and Independent Sample T-Test. Results:Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased after gave an intervention Reminiscence Therapyas much as 3.47 points (p =0.005), and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points (p =0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that there were significant differences with p value of 0.000. Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the level of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress 1
Students of PSIK Faculty of Medicine and Health Sciences in University Muhammadiyah of Yogyakarta 2 Teachers of PSIK UMY 3 Teachers of PSIK UMY
LATAR BELAKANG Prevalensi jumlah lansia di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat1. Menurutdata dari Kementrian Bidang Kesejahteraan Rakyat2, penduduk lansia di Indonesia merupakan nomor empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total pendudukdi Indonesia3. Pada tahun 2006 jumlah lansia di Indonesia berjumlah kurang lebih 19 juta orang, dengan usia harapan hidup 66 tahun. Pada tahun 2009 jumlah lansia sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18%) dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 23.992.553 jiwa (9,77%) sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar 20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun2. Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa tua yang dimulai setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun4. Meskipun jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Faktor yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut merupakan periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya 5. Keterbatasan dan perubahan yang muncul pada lansia seperti bergantung kepada orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk berinteraksi secara luas menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut6. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lansia mudah mengalami stres5. Stres adalah suatu respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang7. Insidensi stres di Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk Indonesia. Tingginya tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan8. Stres pada lansia dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu masalah yang disebabkan oleh perubahan hidup dan kemunduran fisik, Kedua, mengalami kesepian yang disebabkan oleh putusnya hubungan dengan orang-orang yang
paling dekat dan disayangi, dan post power syndrome, hal ini banyak dialami lansia yang baru saja mengalami pensiun, kehilangan kekuatan, penghasilan dan kebahagiaan9. Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan psikoterapi yang tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres, seperti terapi kognitif10, SEFT11, terapi warna hijau12, dan reminiscence13. Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan dengan memori,
berguna
untuk
meningkatkan
kesehatan
mental
dan
kualitas
hidup.Reminiscence Therapy tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan berguna untuk
merefleksikan
kehidupan
seseorang
untuk
mengevaluasi
ulang,
menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif sehingga akan memotivasi seseorang dan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah13. METODOLOGI Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu pemberian intervensi berupa Reminiscence Therapy pada lansia. Penelitian yang dilakukan merupakan studi intervensi dengan rancang pretest-posttest control group design. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Teknik pengambilan sampel ini
menggunakan Purposive Sampling yaitu cara penetapan sampel berdasaran kriteria inkusi dan eksklusi 14. Sampel diambil sebanyak 38 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dan kontrol yang masingmasing berjumlah 19 orang. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Tingkat stres lansia diukur saat pre-test dan post-test. Hasil pengukuran dikategorikan dengan skala rasio. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner DASS 42 (Deppression Anxiety Stress Scale) terkait stress yang terdiri dari 14 pertanyaan15. Ujistatistikyang digunakan untuk mengetahui perbedaan peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi berupa Reminiscence
Therapy adalah Paired t-test (Uji Parametrik) karena distribusidata yang digunakannormal. Untuk mengetahuidan membandingkan hasilpengukuran pola asuh pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol digunakan ujiindependent t-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini berjumlah 38 orang lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Dari 38 orang lansia ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 19 orang pada kelompok intervensi dan 19 orang pada kelompok kontrol. Tabel 1. Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38) Variabel
Kategori
Jenis Kelamin Usia
Laki-laki Perempuan 45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun Belum Menikah Menikah Janda/ Duda Tidak Sekolah SD atau Sederajat SMP atau Sederajat SMA atau Sederajat Perguruan Tinggi Tidak Bekerja PNS/TNI/POL RI Petani Pegawai Swasta/Buruh Kemauan Sendiri Kemauan
Status Perkawinan
Riwayat pendidikan
Riwayat Pekerjaan
Alasan Masuk Panti
Intervensi (n=19) N % 8 42,2 11 57,8 0 0 13 68,4 6 31,5 0 0 0 0
Kontrol (n=19)
Jumlah
N 8 11 0 8 10 1 1
% 42,2 57,8 0 42,1 52,6 5,3 5,3
N 16 22 0 21 16 1 1
% 42,2 57,8 0 55,3 42,1 2,6 2,6
4 15 0 10
21 79 0 52,6
3 15 12 3
15,8 79 63,2 15,8
7 30 12 13
18,4 79 31,6 34,2
4
21
3
15,8
7
18,4
4
21
1
5,2
5
13,2
1
5,4
0
0
1
2,6
2 1
10,6 5,2
1 3
5,2 15,8
3 4
7,9 10,5
6 10
31,6 52,6
12 5
63,2 26,4
18 15
47,3 34,3
6
31,6
10
52,6
16
42,7
12
63,2
7
36,8
18
47,4
Keluarga Alasan Lain Lama 0-5 tahun Tinggal di 6-10 tahun Panti >10 tahun Sumber: Data Primer, 2014
1 15 2 2
5,2 79 10,5 10,5
2 18 1 0
10,6 94,7 5,3 0
3 32 4 2
7,9 84,2 10,5 5,3
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel diatas diketahui bahwa jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah perempuan yakni 22 orang (57,8%). Menurut BPS-RI16, angka harapan hidup penduduk perempuan Indonesia lebih tinggi dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa usia responden paling banyak berusia 60-74 tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usialansia berada pada kelompok lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun. Menurut WHO, kelompok umur rata-rata usia responden 74,79 tahun berada pada kelompok lansia (elderly). Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan17. Pada saat
ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa
kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik dan kesehatan jiwa18. Status perkawinan lansia paling banyak adalah dengan status janda/duda yaitu 30 orang (79%). kesejahteraan sosial lansia pada masa tuanya adalah keberadaan pasangan hidup.Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan17.Pada saat
ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa
kesepian, kebosanan sehingga berpotensi menimbulkan masalah kesehatan fisik dan kesehatan jiwa18. Riwayat pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau sederajat yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk beradaptasi dengan stressor begitupun sebaliknya. Kesadaran untuk mencari dan mengakses informasi menyebabkan personal control meningkat sehingga individu
dapat merubah lifestyle, beradaptasi dengan stressor dan survive dengan hidupnya21. Riwayat pekerjaan lansia paling banyak adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan yang rendah berdampak pada peningkatan stressor psikososial, penurunan status kesehatan, dan buruknya kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan mental20. Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga yaitu sebanyak 18 orang (47,4%) dan lama tinggal lansia dipanti secara keseluruhan memiliki rata-rata tinggal selama 3,39 tahunPara lansia yang dititipkan oleh keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ketidakmauan keluarga dalam merawat lansia, serta sibuknya anak maupun saudaranya merupakan faktor yang menyebabkan lansia dititipkan di panti sosial. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya stress pada lansia antara lain putusnya hubungan dengan orang-orang yang paling dekat5 dan disayangi serta ketidakpedulian keluarga
terhadap lansia9. Namun berdasarkan penelitianLestari (2012), sebagian besar alasan lansia masuk ke panti atas kemauan sendiri.Hal ini disebabkan karena lansia sudah tidak mempunyai keluarga lagi19. Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat stresspada kelompok intervensi dan kontrol sebelum diberikan Reminiscence Therapy. Tingkat Stres
Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat Total
Pre-test kelompok Intervensi N % 12 63,2 2 10,5 0 0 3 15,8 2 10,5 19
100
Pre-test kelompok Kontrol N 10 4 0 4 1
% 52,6 21,1 0 21,1 5,3
19
100
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa tingkat stress pada kelompok intervensi saat pretest sebelum diberikan Reminiscence Therapy yang terbanyak adalah tingkat stress dalam rentang normal yaitu 12 orang (63,2%), sedangkan tingkat stress pada kelompok kontrol saat pretest paling banyak yaitu tingkat stress dalam rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%).
Tabel 4 Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi setelah mendapat Reminiscence Therapydan kelompok kontrol yang tidak mendapat Reminiscence Therapy Tingkat Stres
Post-test kelompok Intervensi
Post-test kelompok Kontrol
N
%
N
%
Normal
17
89,5
6
31,6
Ringan
0
0
0
0
Sedang
1
5,3
7
36,8
Berat
1
5,3
5
26,3
Sangat Berat
0
0
1
5,3
19
100
19
100
Total
Sumber: Data Primer, 2014 Tabel diatas menunjukkan tingkat stress pada kelompok intervensi setelah diberikan Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Dari hasil postest, diketahui bahwa tingkat stressresponden paling banyak adalah tingkat stressdalam rentang normal yaitu sebanyak 17 orang (89,5%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan Reminiscence Therapy diketahui bahwa tingkat stress responden paling banyak adalah tingkat stress sedang yaitu sebanyak 7 orang (36,8%). Tabel 5 Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukanReminiscence Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji Paired Samples T-test (N=38) Variabel
Kelompok
Mean Mean Mean SD Sebelum Sesudah Selisih Selisih
P Value
Tingkat Stress
Intervensi
7,47
4,00
3,47
2,406
0,005
Kontrol
8,26
10,58
-2,32
1,2
0,004
Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 5, menjelaskan bahwa uji statistik yang dilakukan pada kelompok intervensi terdapat penurunan tingkat stres yang bermakna setelah diberi Reminiscence Therapy sebesar 3,47 poin (8,3%) dengan p value sebesar 0,005
Comment [S1]: Penjelasan sama seperti yang dibawah
(P<0,05). Pada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy, tingkat stress mengalami peningkatan sebesar 2,32 poin (5,5%) dengan p value sebesar 0,004 (P<0,05). Tabel 6 Perbandingan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji Independent Sample T-test (N=38) Variabel Tingkat Stress Kelompok Intervensi
Mean
T Hitung
df
p value
5,302
36
0,000
4,0000
Kelompok Kontrol 10,5789 Sumber: Data Primer, 2014 Berdasarkan tabel 8, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi yang diberi Reminiscence Therapy dengan kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy. KESIMPULANDAN SARAN A. Kesimpulan Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pemberian intervensi berupa Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. B. Saran Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun stress ini sangat mudah, murah, dan efektif sehingga pengelola PSTW dapat menerapkannya di Panti Sosial sebagai kegiatan rutinsehingga harapannya dapat meningkatkan kualitas hidup lansia di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA 1. Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta 2. Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2010. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrivied 28 Desember 2013
3. Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28 Desember 2013 4. Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta. 5. Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) .Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha Ilmu. 6. Indriana, Yeniar.,Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian, Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010 7. Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta 8. Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 9. Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta 10. Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy” terhadap Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29, No. 2 hal 175-186. 11. Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat Stres
Pada
Lansia
Penderita
Hipertensi.
Thesis
di
Universitas
Muhammadiyah Malang 12. Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014 13. Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry 14. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
15. Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity, Items Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.
16. Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS, Jakarta. 17. Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th ed).New York: Mc Graw Hill 18. Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at home in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9 19. Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Indonesia. 20. Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A., (2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States. Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access. 21. Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk Factors for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of Indicated Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C International
Psychogeriatrics
Associations.
http://search.proquest.com/psyarticles/docview
Retrived
28
Juni
2014.
PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
HALAMAN JUDUL
Disusun oleh: NIKEN AYU ARUMSARI 20100320133
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
MOTTO KEHIDUPAN
“Our parents are the greatest gift in a life” “Sesungguhya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka” (Ar-ra’du:11) “Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan” (al-insyirah:5) “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (AnNisa 3:146) “Jangan pikirkan kegagalan kemarin, hari ini sudah lain, sukses pasti diraih selama semangat masih menyengat” (Mario teguh) “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” (Lessing)
"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning" (Albert Einsttein) “To get a success, your courage must be greater than your fear” “Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill) “Many failures in life because people don’t realize how close they were to success when they gave up” (Thomas Alva Edison)
iii
LEMBAR PERSEMBAHAN Yang Pertama dan Utama dari Segalanya, Sembah sujud serta syukur Kepada Allah SWT. Atas limpahan kasih sayang, cinta, dan Rahmat-Mu telah menjadikan hamba-Mu yang lemah ini untuk menjadi hamba yang kuat akan ujian yang telah Engkau rencanakan untuk hamba. Berkat kasih sayang dan cinta-Mu ya Allah yang telah membekali hamba dengan ilmu yang sangat berharga inis ebagai amal yang tidak akan berakhir. Atas kerunia serta kemudahan yang terus Engkau berikan pada hamba sehingga hamba dapat menyelesaikan KTI ini. Sholawat dan salam selalu terlimpah kepada kekasih tercinta Allah: Rasulullah Muhammad SAW, yang mana telah mengajarkan banyak kebaikan kepada para umatnya. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi. Bapak dan Ibu tercinta, Dengan penuh air mata kutuliskan rasa terima kasih dan sayanku kepada Bapak (M. Fajar Muafif) dan Ibu (Sri Winarti); sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tak terhingga kupersembahkan karya ini untukmu yang telah memberikanku bekal dalam hidup, member kasih sayang yang tak akan pernah habis, selalu mendoakanku setiap waktu dan menyempurnakan setiap doaku. Sebuah karya ini tidak akan dapat membalas semua jasa dan pengorbanan kalian yang selalu berjuang demi anakmu ini. Untuk Bapak danIbu yang selalu menjadi pemacu motivasiku, pelega dalam setiap masalahku, penasehat dalam setiap perbuatanku, dan pemberi contoh teladan untukku, terimakasih yang tulus kuucapkan untukmu. Kedua Adikku, Kintan Ayu Kartika Putri dan Anggun Prameswari Kartika Putri, bersama kalian selalu menyenangkan walaupun sering bertengkar dan berselisih paham tapi itulah yang menjadikan warna didalam keluarga kita yang tidak bisa tergantikan. Terima kasih untuk semua doa, dukungan, dan motivasinya selama ini baik dukungan material maupun emosional yang menjadikan aku semangat untuk segera menyelesaikan KTI ini. Aku sayang kalian.
iv
My Best Ever, Satriya Cahaya Hutama. Terimakasih atas segala bantuan, dukungan, motivasi, semangat, serta doanya selama ini.Maaf udah ngrepotin, anter buat urus sana-sini ini-itu dari pagi hingga malam hari. Semoga kelak kita akan menjadi orang yang berhasil dan membuat bangga kedua orang tua kita. Amin.. My Friends, Buat sahabat-sahabatku yang selalu kalian banget: Ninndut, Dhatu, Nophy, Anna, Ebb, Zulfa, Vira,Abun,Wulan, Lingga,Rahma, dan Asty. Terimakasih banyak atas motivasi, dukungan, semangat,dan candaannya selama 4 tahun ini (semoga bisa long lasting yaa). Seneng, sedih, galau, marah, nangis, dan ngambek-ngambekannya udah pernah kita rasain bareng. Satu kata buat kalian, YOU’RE ROCK!\m/ Buat teman satu bimbingan yang luar biasa: Selvy, Ayu, Intan, Diyanah, Eliana, Ramdhan, dan Dhani; mungkin tanpa kalian KTI ini tidak akan selesai jika tidak ada dukungan, motivasi, dan doadari kalian semua. Buat keluarga PSIK UMY 2010 :terima kasih atas kebaikan, dukungan, motivasi dan doa kalian semua selama kita kuliah bersama di PSIK UMY ini. Tawa dan canda yang selalu berhasil sebagai moodbooster dikala down. Moment kuliah 4 tahun takkan pernah akan bisa dilupakan, serta akan selalu dirindukan.
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Niken Ayu Arumsari
NIM
: 20100320133
Program Studi : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam DaftarPustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 11 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan, Tanda tangan
Niken Ayu Arumsari
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayahNya, dan Sholawat senantiasa tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW. Atas kemudahan dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun judul dari Karya Tulis
Ilmiah ini
adalah: “PENGARUH
REMINISCENCE THERAPY
TERHADAP TINGKAT STRESS PADA LANSIA DI PSTW UNIT BUDI LUHUR, KASONGAN, BANTUL, YOGYAKARTA” Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang selama ini telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan dan doanya daam menyelesaikan laporan karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
vii
2.
Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat.,HNC selaku Kaprodi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3.
Ibu Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4.
Bapak Suharsono, MN selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran, masukan, bimbingan serta kritik agar lebih baik untuk karya tulis ilmiah ini
5.
Para Dosen dan Asisten dosen yang telah mengajarkan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.
6.
Seluruh Karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
7.
Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan doa dan dukungan dalam berbagai hal.
8.
Rasa terima kasih juga saya sampaikan kepada semua karyawan dan lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
9.
Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.
10.
Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian ini dan penyelesaian karya tulis ilmiah yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu.
viii
Kesempurnaan adalah harapan, penulis hanya dapat berusaha semaksimal mungkin untuk membuat laporan karya tulis ilmiah ini lebih bermutu. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam pengerjaan laporan penelitian ini. Semoga hasil karya kecil ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 11 Agustus 2014 Penulis
Niken Ayu Arumsari
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN KTI ...................................................................... ii MOTTO KEHIDUPAN ................................................................................... iii LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii KETERANGAN GAMBAR ............................................................................ xiv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv INTISARI......................................................................................................... xvi ABSTRACT ....................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1. Tujuan Umum ................................................................................ 6 2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7 E. Penelitian Terkait ................................................................................. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 10 A. Landasan Teori ..................................................................................... 10 1. Lansia ............................................................................................. 10 a. Definisi ..................................................................................... 10
x
b. Batasan Lanjut Usia ................................................................. 11 c. Tugas Perkembangan Lansia.................................................... 12 d. Tipe-tipe Lansia ....................................................................... 12 2. Proses Menua ................................................................................. 13 a. Definisi ..................................................................................... 13 b. Teori-teori tentang penuaan ..................................................... 14 c. Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan ............................. 15 3. Stres ................................................................................................ 16 a. Definisi ..................................................................................... 16 b. Etiologi ..................................................................................... 16 c. Jenis-jenis stres ........................................................................ 19 d. Manifestasi klinis ..................................................................... 19 e. Tingkat stres ............................................................................. 20 f. Tahapan stres ............................................................................ 20 g. Stres pada lansia ....................................................................... 22 h. Penatalaksanaan Stress ............................................................. 23 4. Reminiscence Therapy ................................................................... 25 a. Definisi ..................................................................................... 25 b. Manfaat .................................................................................... 26 c. Tipe-tipe kelompok .................................................................. 26 d. Media........................................................................................ 27 e. Penatalaksanaan ....................................................................... 27 B. Kerangka Konsep ................................................................................. 30 C. Hipotesis............................................................................................... 31 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 32 A. Desain penelitian .................................................................................. 33 B. Populasi dan sampel penelitian ............................................................ 33 C. Lokasi dan waktu penelitian................................................................. 34 1. Lokasi ............................................................................................. 34 2. Waktu ............................................................................................ 34 D. Variabel Penelitian ............................................................................... 34 E. Definisi Operasional ............................................................................ 34 1. Tingkat stres pada lansia ................................................................ 34 2. Reminiscence Therapy ................................................................... 34 F. Instrumen Penelitian ............................................................................ 35 G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja ............................................. 36 H. Uji Validitas dan Realibilitas ............................................................... 38
xi
I.
Analisis data......................................................................................... 38 1. Analisis Univariat........................................................................... 38 2. Analisis Bivariat ............................................................................. 38 J. Kesulitan penelitian ............................................................................. 39 K. Etik penelitian ...................................................................................... 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 40 A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40 1. Gambaran umum lokasi penelitian ................................................. 40 2. Karakteristik penelitian .................................................................. 41 3. Tingkat stress lansia ....................................................................... 43 4. Perubahan tingkat stress lansia ....................................................... 44 B. Pembahasan 1. Analisis Univariat........................................................................... 45 a. Karakteristik Responden .......................................................... 45 b. Tingkat Stress pada Lansia....................................................... 50 2. Analisis Bivariat ............................................................................. 51 a. Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest ..... 51 b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kedua Kelompok .................... 53 C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan ........................................................................................ 55 2. Kelemahan...................................................................................... 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 57 A. Kesimpulan .......................................................................................... 57 B. Saran ..................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59 LAMPIRAN ..................................................................................................... 64
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Desain Penelitian .............................................................................. 32 Tabel 2. Definisi Operasional .......................................................................... 34 Tabel 3. Distribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta....................................................................................... 42 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Stress pada Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah ...................................................................... 43 Tabel 5. Distribusi frekuensi tingkat stress pada Kelompok Kontrol saat Pretest dan Posttest ......................................................................... 44 Tabel 6. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji Paired Samples T-test .................................................... 44 Tabel 7. Perbedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji Independent Sample T-test .............................................................. 45
xiii
KETERANGAN GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta ....................................................30
xiv
DAFTAR SINGKATAN
APBD: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Depkes RI: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depsos: Departemen Sosial DIY: Daerah Istimewa Yogyakarta GDS: Geriatric Depression Syndrome Lansia: Lanjut Usia KMS: Kartu Menuju Sehat MMSE: Mini-Mental State Examination PSTW: Panti Sosial Tresna Wredha UU: Undang-undang WHO: World Health Organization
xv
Arumsari, Niken Ayu. (2014). Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Pembimbing: Sutantri, S. Kep., Ns., M.Sc INTISARI Latar Belakang: Data dari Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010) menunjukkan bahwa prevalensi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas berjumlah sekitar 7,18%. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia di Indonesia akan meningkat sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71 tahun. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia. Orang-orang yang berusia lanjut merupakan populasi rentan yang mudah mengalami stress. Reminiscence Therapy adalah suatu metode yang berhubungan dengan memori, berguna untuk meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup lansia. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental, dengan menggunkan rancangan penelitian yang bersifat quasi eksperimen dengan rancang pretest-posttest with control group design dengan jumlah sampel berjumlah 38 orang lansia yang terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Analisis yang akan dilakukan dengan uji statistik Paired Sample T-Test dan Independent Sample T-Tes. Hasil Penelitian: Tingkat stress lansia pada kelompok intervensi mengalami penurunan yang signifikan setelah mendapatkan intervensi berupa Reminiscence Therapy sebanyak 3,47 poin (p=0,005), dan pada kelompok kontrol terdapat peningkatan yang bermakna sebanyak 2,32 poin (p=0,004). Hasil uji statistik kedua kelompok setelah postest didapatkan bahwa ada perbedaan yang bermakna dengan nilai p value 0,000. Kesimpulan: Reminiscence Therapy berpengaruh secara signifikan dapat meningkatkan menurunkan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Kata kunci: Reminiscence Therapy, lansia, stress
xvi
Arumsari, Niken Ayu. (2014). The Effect of Reminiscence Therapy to the Level of Stress in Elderly in PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Advisor: Sutantri, S.Kep., Ns., M.Sc
ABSTRACT Background: The data from Coordinating Ministry for People's Welfare in 2010 showed that the prevalence of the population of elderly in Indonesia who have an aged over 60 years amounted to approximately 7.18%. In 2020, estimated number of elderly in Indonesia would increased became 28.8 million (11.34%) with a life expectancy of 71 years. Special Region of Yogyakarta (DIY) was a province with has a highest elderly which is about 9.36% of the total population in Indonesia. The elderly was a vulnerable population that susceptibled to stress. Reminiscence therapy is a method that is associated with memory, useful for improving mental health and quality of life of the elderly. Objective: This study aimed to reduce the level of stress in the elderly in PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta Methods: This study used an experimental research method, by using the research desiged was quasi-experimental design with pretest-posttest control group design with the number of samples were 38 elderly people, it divided into two groups: the intervention group and the control group. The sampling technique using purposive sampling. The analysis would carried out with the statistical test Paired Sample T-Test and Independent Sample T-Test. Results: Elderly stress levels in the intervention group has a significant decreased after gave an intervention Reminiscence Therapy as much as 3.47 points (p = 0.005), and the control group has a significantly increased as much as 2.32 points (p = 0.004). The results of statistical tests both groups after posttest showed that there were significant differences with p value of 0.000. Conclusion: Reminiscence Therapy has an effect can significantly decrease the level of stress in the elderly at PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Keywords: Reminiscence Therapy, elderly, stress
xvii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keberhasilan dalam bidang kesehatan, sosial-ekonomi, dan pengetahuan
masyarakat
berpengaruh
terhadap
meningkatnya
kesejahteraan rakyat yang menyebabkan jumlah penduduk dari tahun ke tahun meningkat. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 233.477.400 jiwa, 2011 sebesar 236.331.300 jiwa, kemudian pada tahun 2012 sebesar 239.174.300, dan data terakhir tahun 2013 menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk Indonesia sebesar 242.013.800 jiwa (Statistik Indonesia, 2013). Akibatnya, jumlah penduduk lansia dan usia harapan hidup lansia semakin meningkat (Nugroho, 2008). Menurut UU nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan data Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2010), prevalensi jumlah penduduk lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun keatas sekitar 7,18%. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan propinsi dengan lansia terbanyak yaitu sekitar 9,36% dari total penduduk di Indonesia (Wahyuningsih, 2011).
2
Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Meskipun jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang merupakan periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya (Azizah, 2011). Ketika seseorang memasuki masa lansia maka akan timbul keterbatasan-keterbatasan dimana dirinya akan lebih bergantung kepada orang lain, proses untuk mencari nafkah terhenti dan sulit untuk berinteraksi secara luas. Perubahan-perubahan yang menyertai proses perkembangan menuju tahap lansia dapat menjadikan sumber masalah dan keputusasaan ketika seorang lansia tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan-perubahan tersebut (Indriana, 2008). Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stres (Azizah, 2011). Stres adalah salah satu dampak yang terjadi pada lansia saat memasuki periode masa tuanya. Stres adalah suatu respons adaptif terhadap situasi yang dirasakan menantang atau mengancam kesehatan seseorang (Sophiah, 2008). Insidensi stres di Indonesia pada tahun 2008 tercatat sebesar 10% dari total penduduk Indonesia. Tingginya tingkat stres umumnya diakibatkan oleh tekanan ekonomi atau kemiskinan (Depkes, 2009). Faktor yang mempengaruhi
3
stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri, seperti penyakit dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan. Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya: pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan berubah, tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Haryadi, 2012). Untuk mengatasi stres, diperlukan terapi psikofarmaka dan psikoterapi yang tepat. Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwanya. Ada beberapa terapi yang dapat digunakan untuk mengurangi tingkat stres, seperti terapi kognitif, musik, spiritual, teknik relaksasi nafas dalam, dan reminiscence. Reminiscence Therapy merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk menurunkan tingkat stres sebelum terjadinya depresi. Terapi ini merupakan salah satu perawatan psikologis yang digunakan sebagai terapi bagi lansia yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan mental mereka dengan mengingat dan menilai mereka yang sudah ada memori (Chen et al., 2012). Terapi ini merupakan intevensi yang berkaitan dengan tahap pencapaian tahap kehidupan psikososial Erickson yang bermanfaat untuk menyeimbangkan konflik kehidupan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Sirey et al., 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chen et al., pada tahun 2012, Reminiscence dapat digunakan untuk
4
meningkatkan harga diri, kepuasaan hidup, meningkatkan kesejahteraan psikologis, penguasaan pribadi, dan kesepian. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada hari Jumat tanggal 6 Desember 2013, di PSTW unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta; jumlah lansia yang tinggal dipanti sebanyak 88 orang. Di PSTW Unit Budi Luhur ini mempunyai 4 program kegiatan, yaitu program rutin terdapat 75 orang lansia (Program rutin adalah program yang memberikan pelayanan kepada lansia yang mengalami permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang berada didalam panti, semua biaya hidup ditanggung pemerintah melalui dana APBD Provinsi DIY), program pelayanan khusus sebanyak 13 orang (Program pelayanan khusus adalah model pelayanan dengan cara memanfaatkan panti (institutional system) pemerintah bagi pelayanan lansia mampu melalui konstribusi/iuran yang diperoleh dari lansia mampu, keluarga, dan atau pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan lansia yang mampu maupun lansia lainnya yang kurang mampu), program Day Care Service adalah kegiatan dilaksanakan di dalam panti dengan waktu maksimal 8 jam/hari dan tidak menetap di dalam panti yang meliputi pelayanan kesehatan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Selasa dan Sabtu berupa pelayanan posyandu lansia, dan yang terakhir adalah Program Trauma Center, yaitu penangan pada lanjut usia yang mengalami kekerasan baik secara fisik, sosial, psikologis, spriritual dan korban bencana yang dananya didapat dari Dana APBN Provinsi Yogyakarta, saat ini tidak ada lansia yang mengikuti program
5
Trauma Center. Lansia yang berada di PSTW unit Budi Luhur ini masuk dengan alasan yang bervariasi antara lain adanya keterlantaran sosial dan atau ekonomi, sengaja dititipkan oleh keluarganya, dan ada juga yang atas keinginan sendiri. Dalam wawancara dengan Kepala Pekerja Sosial PSTW Unit Budi Luhur, Ibu Surantini, beliau mengatakan bahwa mereka ada dan pernah mengalami stres selama tinggal di PSTW ini. Penyebab stres mereka antara lain kangen dengan keluarga mereka karena jarang dijenguk, tidak cocok dengan teman sewisma, dan merasa tidak dipedulikan sanak saudara serta keluarga mereka. Para lansia di PSTW biasanya mengatasi stres mereka dengan cara ikut aktif dalam kegiatan, menonton televisi, dan ada juga yang hanya dipendam sendiri. “Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya Dia-lah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS.30 (Ar-Rum): 54) “Dan Allah yang menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) kemudian Ia menyempurnakan tempuh umur kamu (maka ada di antara kamu yang disegerakan matinya), dan ada pula di antara kamu yang dikembalikannya kepada peringkat umur yang lemah (peringkat tua kebudak-budakan), sehingga menjadilah ia tidak ingat akan sesuatu yang telah diketahuinya, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nahl 70)
6
Berdasarkan uraian masalah diatas peneliti tertarik dan ingin meneliti tentang Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
dipaparkan
maka
dirumuskan masalah sebagai berikut, “Apakah ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres lansia pada kelompok kontrol dan eksperimen di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta sebelum diberi Reminiscence Therapy (pre-test) pada kelompok eksperimen. b. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi awal (pre-test) dalam kelompok kontrol. c. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta sesudah diberi Reminiscence Therapy (post-test) pada kelompok eksperimen.
7
d. Mengetahui tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada observasi akhir (post-test) dalam kelompok kontrol. e. Mengetahui perbedaan tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta setelah diberi intervensi dan observasi akhir pada kelompok kontrol dan eksperimen. D. Manfaat Penelitian 1. Institusi Pendidikan Keperawatan Memberikan masukan tentang pentingnya membekali perawat dengan pendidikan dan keahlian khususnya untuk menangani masalah stres pada lansia dengan menggunakan Reminiscence Therapy. 2. Bagi Pengelola PSTW Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengetahuan dan program baru untuk mengatasi stres pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur. 3. Bagi Pendamping Lansia Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal untuk mengatasi tingkat stres lansia di PSTW Unit Budi Luhur. 4. Bagi Peneliti lain Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti pengaruh Reminiscence Therapy untuk mengatasi tingkat stres pada lansia.
8
E. Penelitian Terkait 1. Syarniah (2010), meneliti tentang Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap depresi pada lansia di PSTW Budi Sejahtera Kalimantan selatan dengan menggunakan metode penelitian Quasy Experimental pretest dan post-test control group dengan sampel 75 orang lansia (38 orang pada kelompok intervensi dan 37 orang pada kelompok kontrol). Dari hasil penelitian menyatakan bahwa dengan Reminiscence Therapy terdapat penurunan yang bermakna pada tingkat depresi, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia dikelompok intervensi (Pvalue≤α) dan pada kelompok kontrol terdapat penurunan tetapi tidak bermakna (Pvalue≥α). Maka dapat disimpulkan bahwa Reminiscence Therapy dapat digunakan untuk meningkatkan tingkat depresi, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia. 2. Banon (2011), meneliti tentang Pengaruh terapi Reminiscence dan Psikoedukasi keluarga terhadap Kondisi Depresi dan Kualitas Hidup lansia di Katulampa Bogor dengan menggunakan metode Quasi Experimental dengan pendekatan pretest dan post-test with control group, dengan populasi penelitian sebanyak 72 orang (36 orang pada kelompok intervensi dan 36 orang pada kelompok kontrol) pemilihan sampel menggunakan system random sampling. Alat yang digunakan sebagai pengumpul dan pengukuran data adalah kuesioner skala depresi dan kuesioner Quality of Life WHO yang telah dimodifikasi. Dari hasil penelitian yang dilakukan didapatkan adanya penurunan
9
yang bermakna pada kondisi depresi, ketidakberdayaan, keputusasaan, dan isolasi sosial pada lansia (p value <0,05) dan peningkatan yang bermakna pada peningkatan harga diri dan kualitas hidup pada lansia (p value<0,05) antara kelompok intervensi yang mendapat terapi Reminiscence dan psikoedukasi keluarga dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapat psikoedukasi keluarga. 3. Chen et al., (2012), dalam jurnal yang berjudul “The effects of Reminiscence Therapy on depressive symptoms of Chinese elderly: Study protocol of a randomized contolled trial” meneliti dengan menggunakan desain penelitian pre-post test dibandingkan dan uji coba terkontrol secara acak, dengan sampel sebanyak 60 orang lansia dengan tingkat depresi ringan sampai sedang (30 orang pada kelompok kontrol dan 30 orang pada kelompok intervensi). Klien dalam kelompok intervensi akan menerima terapi Reminiscence di bawah protokol Watt dengan adaptasi terhadap budaya Cina yang terdiri dari enam sesi mingguan masing-masing 90 menit, sedangkan kelompok kontrol akan diperlakukan seperti sebelumnya. Metode penilaian pada kelompok intervensi dilakukan dengan cara penilaian sebelum pengobatan, setelah pengobatan segera, dan tiga bulan setelah pengobatan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Reminiscence Therapy efektif untuk menurunkan tingkat depresi pada lansia di China.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI 1. LANSIA a.
Definisi Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia dewasa tua yang dimulai setelah masa pensiun atau pada usia 65-75 tahun (Potter and Perry, 2005). Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang terdiri dari fase prasenium yaitu lansia yang berusia antara 55-65 tahun, dan fase senium yaitu lansia yang berusia lebih dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Pada masa ini, periode dimana selsel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia kemunduran yaitu sekitar usia 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun (Akhmadi, 2009). Menurut Depsos (2007) menyebutkan bahwa lansia terbagi dalam 2 jenis yaitu potensial dan non potensial. Potensial adalah lansia yang masih dapat melakukan kegiatan sehari, sedangkan non potensial adalah lansia yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dan atau begantung dengan orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah memasuki masa pensiun atau
11
berusia diatas 60 tahun dan ditandai dengan masa kemunduran dimana sel-sel dalam tubuh telah mencapai kemasakan dalam hal ukuran dan fungsi sehingga menyebabkan penurunan dalam hal menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan seharihari. b.
Batasan Lanjut Usia Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok usia lanjut (diatas 60 tahun), dan kelompok usia resiko tinggi (diatas 70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan). Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyebutkan ada empat tahap yaitu Usia Pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lansia (elderly) ialah antara 60 dan 74 tahun, Lansia Tua (old) ialah antara 75 dan 90 tahun, Lansia Sangat Tua (very old) ialah di atas 90 tahun. Sedangkan menurut Maryam., et al (2008) lansia dibagi dalam lima klasifikasi, yaitu Pralansia yaitu seseorang yang berusia antara 45–59 tahun, Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, Lansia resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih, Lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa, dan Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak
12
berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. c.
Tugas Perkembangan Lansia Seiring
tahap
kehidupan,
lansia
mempunyai
tugas
perkembangan khusus. Ada tujuh kategori tugas perkembangan utama lansia, yaitu (Potter and Perry, 2005): 1) Menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan kesehatan 2) Menyesuaikan
terhadap
masa
pensiun
dan
penurunan
pendapatan 3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan 4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia 5) Mempertahankan kepuasaan pengaturan hidup 6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa 7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup d.
Tipe-tipe Lansia Menurut Azizah (2011), lansia dalam mempresepsikan hidup saat menghadapi masa tua bermacam-macam pemikirannya. Ada lima tipe lansia yang akan dijelaskan dibawah ini, yaitu: 1) Tipe arif bijaksana. Pengalaman yang baik dapat membantu lansia
dalam
menyesuaikan sederhana, dll.
menghadapi diri,
masa
menyibukkan
tuanya. diri,
Mereka bersikap
dapat ramah,
13
2) Tipe mandiri. Lansia mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan yang baru yang selektif dan bermanfaat. 3) Tipe tidak puas. Lansia mempunyai konflik lahir batin yang menentang proses ketuaan karena adanya perubahan-perubahan yang bersifat menurun. 4) Tipe pasrah. Tipe lansia ini bersikap menerima semua nasib yang menimpa dirinya. 5) Tipe bingung. Kaget, merasa kehilangan kepribadian masa mudanya dulu yang perlahan hilang yang menyebabkan lansia merasa minder dan mengasingkan diri. 2. PROSES MENUA a.
Definisi Proses menua adalah menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti fungsinya secara perlahanlahan sehingga mengakibatkan peka terhadap infeksi dan kesulitan dalam memperbaiki kerusakan (Darmojo, 2004). Proses ini pasti akan dilalui oleh setiap orang, tidak hanya dimulai dari suatu ke waktu tertentu, tetapi sudah dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alami dan menua bukanlah suatu penyakit tetapi berkurangnya daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar. (Haigis et al., 2010). Pada usia tua terdapat banyak kemunduran yang dialami manusia, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang keriput, rambut
14
memutih, gigi tanggal, penurunan pendengaran, mata rabun, gerakan lamban, dan bentuk tubuh berubah (Nugroho, 2008). b.
Teori-teori tentang proses penuaan Menurut Donlon (2007), teori-teori tentang proses penuaan ada 2, yaitu teori Biologis dan Psikologis. 1) Teori Biologis a) Teori jam genetik. Sel-sel yang berada didalam tubuh manusia hanya mampu membelah beberapa kali yang kemudian akan mengalami deteriorasi. b) Teori interaksi seluler. Sel-sel didalam tubuh manusia saling berinteraksi satu sama lain selama keadaannya baikbaik saja. Namun setelah sel-sel sudah menurun fungsinya maka interaksi sel satu dengan yang lainnya juga akan melambat dan sel mengalami degenerasi. c) Teori mutagenesis somatis. Setelah terjadi pembelahan sel (mutasi) yang terjadi secara terus-menerus dan akhirnya akan terjadi kematian sel. d) Teori pemakaian dan keausan. Secara biologis, sel-sel dan organ-organ manusia akan semakin berkurang dan menurun fungsinya akibat terjadinya keausan dan pemakaian (tear and wear) lalu menimbulkan deteriorasi.
15
2) Teori Psikososial a) Disengagement theory. Makin tua, biasanya seseorang akan menarik diri dari lingkungannya dan berfokus pada dirinya sendiri. b) Teori aktivitas. Konsep diri seseorang bergantung pada aktivitasnya. Semakin sedikit aktivitas semakin berkurang pula kepuasaan hidupnya. c) Teori kontinuitas. Kepribadian lansia tergantung dari penyesuaian
terhadap
perubahan
yang
terjadi
pada
hidupnya. d) Teori subkultur. Lansia yang dapat menyalurkan aspirasi dan menjalin hubungan baik antar peer-group dapat meningkatkan penyesuaian pada masa lansia. e) Teori stratikasi usia. Lansia dan masyarakat lingkungannya saling mempengaruhi dan berkaitan terhadap perubahanperubahan dalam masyarakat. c.
Aspek-aspek yang mempengaruhi penuaan Banyak aspek yang mempengaruhi proses penuaan pada seseorang dimasa tuanya (Azizah, 2011), antara lain: 1) Aspek Psikologi. Komponen yang berperan dalam kapasitas penyesuaian lingkungan adalah pembelajaran, daya ingat, perasaan, kecerdasan, dan motivasi.
16
2) Aspek Biologis. Semakin tua, sel-sel dan organ-organ yang ada didalam diri lansia akan semakin menurun. Semakin bagus kondisi kesehatan lansia, maka akan semakin bagus proses adaptasinya. 3) Aspek Sosiologis. Lingkungan sosial sangat mempengaruhi proses penuaan. Lansia yang berasal dari tempat yang sama akan memiliki pengalaman hidup yang sama pula. 3. STRES a.
Definisi Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial dan gangguan pada tubuh, pikiran dan kondisi seseorang dimana kendala, keinginan atau tuntutan yang dikaitkan dengan kemauan yang diinginkan tidak sesuai dengan harapan sehingga menimbulkan ketidaksepadanan antara sumber daya biologis, psikologis, dan sosial. (Suliswati et al., 2005; Yosep, 2007; Chairunnisa, 2009). Stres dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut yang akan menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang (Looker dan Gregson, 2005).
b.
Etiologi Menurut Nasir et al., (2011) stresor dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
17
1) Stresor fisik-biologis Beberapa faktor fisik dan biologis yang dapat menyebabkan stres antara lain, yaitu: a)
Genetika. Masa kehamilan merupakan masa rentan stres pada anak apabila ibunya seorang perokok, alkoholik, dan penggunaan obat-obatan yang dilarang selama hamil.
b)
Tidur. Tidur yang cukup memberikan tambahan energi, semangat dan gairah pada setiap aktivitas yang dilakukannya.
c)
Postur tubuh. Postur tubuh berperan sebagai stresor. Seperti,
cacat
bawaan,
dan
kecelakaan
yang
mengakibatkan anggota tubuhnya hilang atau rusak. d)
Penyakit. Khususnya untuk penyakit yang kronis, seperti TBC (Tuberculosis), kanker, impotensi, stroke, Diabetes Militus, dan lain sebagainya.
2) Faktor Psikologis Berikut ini adalah beberapa faktor psikologis yang dapat menyebabkan stres, seperti: a)
Persepsi. Persepsi orang satu dengan yang lainnya tentang stres
berbeda-beda, tergantung bagaimana
individu tersebut menyikapinya.
18
b)
Emosi. Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap perasaan emosi sangat bepengaruh terhadap stres yang dialaminya.
c)
Situasi Psikologis. Hal-hal yang mempengaruhi konsep berpikir (kognitif) dan penilaian terhadap situasi dapat menjadi pemicu timbulnya stres.
d)
Pengalaman hidup.
Pengalaman hidup
merupakan
keseluruhan kejadian yang dapat menyebabkan stres, seperti perubahan hidup, masa transisi, dan krisis kehidupan. 3) Faktor Lingkungan a)
Lingkungan fisik. Kondisi atau kejadian yang berada disekeliling individu atau yang dialami individu dapat menjadi stresor, seperti bencana alam, cuaca, macet, dan lingkungan yang kotor.
b)
Lingkungan Biotik. Gangguan yang berasal dari makhluk makroskopik seperti virus atau bakteri. Seperti, penderita alergi apabila bertempat tinggal di kawasan kumuh yang dapat menimbulkan adanya bakteri atau virus akan stres.
c)
Lingkungan sosial. Hubungan yang buruk dengan lingkungan sekitar, seperti tetangga, orangtua, dan kerabat dapat menjadi pemicu stresor.
19
c.
Jenis-jenis Stres Menurut Nasir et al., (2011) mengkategorikan stres dalam dua jenis, yaitu: 1) Stres yang baik (Eustres) Stres dikatakan baik apabila individu dapat memenuhi tuntutan dan menyikapi masalah dengan baik. Hal ini tidak hanya menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga orang lain. Dengan dapat menyikapi stres yang baik, dapat memberikan kesempatan untuk berkembang dan memotivasi dirinya untuk mencapai arah yang lebih baik (positive thinking). 2) Stres yang buruk (Distres) Distres terjadi karena stimulus yang digunakan dalam pemaknaan atau penilaian sesuatu yang buruk dimana respon yang digunakan selalu negatif sehingga diartikan sebagai sebuah ancaman dan menyebabkan organ tubuh menjadi terganggu.
d.
Manifestasi Klinis Menurut Potter (2005), gejala stres atau indikator stres meliputi: 1) Indikator Fisiologis 2) Emosional (Psikologis) 3) Perilaku stress
20
e.
Tingkat stres Menurut Potter and Perry (2005), stres dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1) Ringan Stres dikatakan ringan apabila stres yang dihadapi seseorang teratur dan tidak menyebabkan gangguan pada perubahan hidupnya dan berlangsung beberapa menit atau jam. Tanda dan gejalanya mulai sedikit tegang dan was-was. 2) Sedang Stres dikatakan sedang apabila stres yang muncul berlangsung lebih lama dari tingkat ringan, berlangsung beberapa jam sampai hari. Tanda dan gejalanya yaitu mulai kesulitan tidur, sering menyendiri, dan tegang. 3) Berat Tergolong stres berat apabila berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun dan bersifat situasi kronis. Pada situasi ini, individu sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
f.
Tahapan Stres Gejala stres terkadang tidak disadari oleh seseorang namun cepat atau lambat akan dirasakan, seperti fungsi kehidupan sosial dikantor, rumah, ataupun lingkungannya sudah tidak seperti biasa. Tahapan stres ini menurut Chairunnisa (2009), dibagi menjadi 6 kategori, yaitu:
21
1) Tahapan stres tingkat I Merupakan tahapan stres paling ringan, biasanya disertai dengan perasaan-perasaan seperti semangat kerjanya menjadi berlebihan, pekerjaan dapat diselesaikan lebih bagus dan cepat dari biasanya. Namun hal ini tanpa disadari menguras energi yang begitu besar sehingga cadangan energinya semakin menipis. 2) Tahapan stres tingkat II Tahap ini merupakan dampak dari tingkat stres yang pertama. Ketika semua energi sudah dikuras dan cadangan energi semakin menipis, maka akan timbul keluhan-keluhan seperti merasa mudah lelah, capai, takikardi, tegang, dll. 3) Tahapan stres tingkat III Apabila tidak menghiraukan keluhan-keluhan yang sudah dirasakan, maka akan timbul keluhan, seperti tegang otot, insomnia, perasaan tidak tenang, dan keadaan tubuh menurun. 4) Tahapan stres tingkat IV Apabila memeriksakan diri ke Rumah Sakit, maka tidak ditemukan kelainan pada tubuhnya dan dinyatakan sehat. Jika orang tersebut masih belum menyadari dan tetap memaksakan aktivitas, akan timbul gejala seperti merasa amat lelah, pekerjaan terasa susah, sulit berkonsentrasi, serta adanya gangguan tidur.
22
5) Tahapan stres tingkat V Apabila keadaan berlanjut maka akan terjadi kondisi yang semakin memburuk, yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang sangat mendalam.
6) Tahapan stres tingkat VI Tahap ini merupakan tahapan paling klimaks stres, seperti debaran jantung yang sangat kencang, kehilangan tenaga, badan terasa gemetar, dan keringat dingin bercucuran. g.
Stres pada Lansia 1) Kematian Kehilangan pasangan karena kematian merupakan faktor tertinggi penyebab stres pada lansia. Kematian atau kehilangan saudara dekat atau teman-teman juga dapat meningkatkan stres karena berkurangnya dukungan sosial terhadap mereka (Hawari, 2001). 2) Pensiun Pensiun merupakan penyebab terjadinya stres karena adanya perubahan dalam hidup seperti tidak dapat lagi mencukupi kebutuhannya sehingga menghasilkan situasi yang tidak menyenangkan yang menyebabkan kekacauan mental dan emosional (Ninawati, 2000).
23
3) Isolasi sosial Lansia sering dikonotasikan sebagai kaum minoritas di lingkungannya. Tipe isolasi sosial antara lain berupa isolasi sikap, penampilan, perilaku, dan geografis (Potter and Perry, 2005). 4) Perubahan Ekonomi Menurunnya penghasilan setelah masa pensiun dan berkurangnya kemampuan bekerja menyebabkan lansia menjadi stres (Potter and Perry, 2005). 5) Rumah tempat tinggal dan lingkungan Perubahan peran sosial, tanggung jawab, dan status kesehatan berpengaruh pada perubahan kehidupan lansia. Ada beberapa lansia yang memilih tinggal sendiri dan ada pula yang meminta untuk tinggal bersama anak atau saudaranya. (Potter and Perry, 2006). h.
Penatalaksanaan stres Penatalaksanaan
stres
adalah
suatu
strategi
yang
memfasilitasi kemampuan klien untuk menghadapi stres yang dihadapi orang-orang dalam masyarakat sekarang ini secara efektif. Para lansia biasanya menggunakan beberapa teknik terapi untuk mengurangi stres mereka, anatara lain:
24
a) Terapi kognitif Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek, berorientasi pada masalah saat ini, dan bersifat individu yang bertujuan untuk meredakan gejala-gejala penyakit serta membantu klien agar dapat mempelajari cara yang efektif untuk mengatasi masalah yang menyebabkan stres. (Setyoadi et al., 2011). b) Terapi musik Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan
musik
di
mana
tujuannya
adalah
untuk
meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu (Setyoadi et al., 2011). Jenis musik yang digunakan adalah disesuaikan dengan keinginan tiap individdu, seperti musik klasik, keroncong, orchestra, atau musik-musik modern (Potter, 2005). c) Terapi spiritual Terapi spiritual adalah terapi dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh klien yang bertujuan untuk
memperkuat
mentalitas
dan
konsep
diri
klien,
mengembalikan persepsi yang buruk mengenai pandangannya, serta dapat menurunkan stres. Terapi spiritual ini biasanya dengan menggunakan doa dan dzikir untuk kaum muslim (Setyoadi et al., 2011).
25
d) Terapi relaksasi nafas dalam Relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan yang nyaman dengan memejamkan mata (Brunner dan Suddart, 2002 dalam Setyoadi et al., 2011). Teknik relaksasi ini merupakan metode untuk mengurangi ketegangan, mengurangi rasa nyeri, mendapatkan perasaan yang tenang dan nyaman, mengurangi kecemasan serta mengurangi stres. 4. REMINISCENCE THERAPY a.
Definisi Suatu metode yang berhubungan dengan memori, berguna untuk
meningkatkan
kesehatan
mental
dan
kualitas
hidup.
Reminiscence tidak hanya kegiatan mengingat peristiwa masa lalu tetapi juga merupakan proses yang terstruktur secara sistematis dan berguna
untuk
merefleksikan
mengevaluasi ulang,
kehidupan
seseorang
untuk
menyelesaikan konflik dari masa lalu,
menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana yang sebaiknya digunakan. Terapi ini dilakukan dengan cara diskusi tentang kejadian masa lalu yang dialami seseorang kemudian disharingkan kepada keluarga, kelompok, atau staf keperawatan. Dari diskusi kelompok tersebut akan memotivasi seseorang dan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah (Chen et al., 2012). Terapi ini juga sebagai proses mengingat kejadian dimasa lalu yang
26
menyenangkan dan indah sehingga dapat meningkatkan harga diri seseorang (Mackin and Arean cit. Wheller, 2008). b.
Manfaat Reminiscence Therapy Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan, didapatkan beberapa manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain (Mackin and Arean cit. Wheller, 2008): 1) Meningkatkan harga diri 2) Membantu individu mencapai kesadaran diri 3) Memahami dirinya sendiri 4) Meningkatkan kepuasan hidup 5) Dapat beradaptasi dengan stress
c.
Tipe-tipe kelompok Reminiscence Therapy Menurut Kennard, 2006 cit. Syarniah, 2010, ada 3 tipe Reminiscence, antara lain: 1) Simple atau Positive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah menceritakan kejadian masa lalu yang menyenangkan dengan cara terapis memberikan pertanyaan secara langsung. Tujuan dari terapi tipe ini adalah membantu klien beradaptasi terhadap kehilangan dan meningkatkan harga diri. 2) Evaluative Reminiscence. Tipe ini merupakan terapi dalam menyelesaikan konflik. 3) Offensive Defensive Reminiscence. Terapi tipe ini adalah menceritakan kejadian masa lalu yang kurang menyenangkan,
27
sehingga sering menimbulkan perilaku yang destruktif dan emosi. d.
Media Reminiscence Therapy Media merupakan alat atau benda yang dapat digunakan untuk menunjang ingatan klien dalam mengingat kejadian-kejadian masa lalu sehingga klien dapat mengikuti terapi Reminicence. Menurut Collins (2006), media yang dapat digunakan adalah: 1) Reminiscence Kit (kotak yang berisi alat atau benda yang dapat membantu dalam mengingat masa lalu; seperti majalah, alat untuk memasak, alat untuk menjahit, dan membersihkan) 2) Album foto, musik, video 3) Stimulus bau dan rasa (keju, cuka, coklat, jeruk) 4) Bahan-bahan yang dapat menstimulasi sensori (bulu binatang, wol, flannel)
e.
Penatalaksanaan Reminiscence Therapy Menurut Kennard (2006) cit. Syarniah (2010), terapi Reminiscence dapat dilakukan dalam kelompok atau individual. Akan tetapi untuk pemberian terapi secara kelompok dapat memberikan keuntungan yang lebih, antara lain kesempatan yang sama untuk saling berbagi pengalaman, meningkatkan komunikasi dan sosialisasi antar lansia, dan efektivitas waktu, biaya, dan energi. Terapi Reminiscence dapat dilakukan dalam beberapa pertemuan (sesi). Terapis dapat menentukan jumlah sesi yang akan
28
digunakan dalam kegiatan terapi tersebut (Syarniah, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 sesi, yang terdiri dari Reminiscence Therapy pada masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa (tua) dan kejayaannya. Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh perawat dalam Reminiscence Therapy dan pengalaman lansia, yaitu (Haights, 1989 dalam Collins, 2006): 1) Masa kanak-kanak a) Hal apa yang diingat pada masa kecil saudara? b) Masa kecil yang seperti apa yang anda alami? c) Seperti apa orang tua anda saat anda kecil? Keras atau lemah? d) Apakah anda mempunyai saudara? Sebutkan nama dan ceritakan tentang mereka satu persatu? 2) Masa Remaja a) Apa yang anda ingat saat anda memasuki usia remaja? Lalu apa yang dirasakan tentang diri dan hidup anda? b) Hal apa saja yang paling terekam dalam memori saat anda remaja? c) Adakah orang yang dekat dengan anda saat itu? Ceritakan pada saya d) Bagian apa saja yang menyenangkan dan tidak meyenangkan saat anda remaja? Coba ceritakan pada saya.
29
3) Masa dewasa dan kejayaannya a) Bagaimana hidup anda saat memulai dewasa? Dimulai saat umur 20an. Ceritakan pada saya. b) Dari semua kehidupan anda, kehidupan mana yang paling anda sukai? Saat usia berapa dan apa alasannya? c) Apakah anda menikah? Mempunyai anak? Dan bekerja? Coba ceritakan pada saya. d) Orang seperti apakah anda ini? Apakah anda menikmatinya?
30
B. KERANGKA KONSEP Faktor yang mempengaruhi a. b. c. d.
Lanjut Usia a. Proses penuaan b. Batasan lanjut usia c. Perubahan akibat proses menua d. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia
Usia Jenis kelamin Status Pernikahan Pendidikan Terakhir e. Pekerjaan sekarang f. Lama tinggal dipanti g. Alasan tinggal dipanti
Penatalaksanaan 1. 2. 3. 4.
Terapi kognitif Terapi musik Terapi spiritual Terapi relaksasi nafas dalam
Normal Ringan
Stres a. b. c. d. e. f. g. h.
Definisi Etiologi stress Jenis-jenis stress Manifestasi klinis stress Tingkatan stres Tahapan stress Penatalaksanaan Instrumen pengukur stress
Sedang Perubahan tingkat
Berat
stres Sangat berat
Reminiscence
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stres pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
31
Keterangan: : Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
C. HIPOTESIS Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2009). Penelitian ini terdapat dua kemungkinan hasil hipotesa, yaitu: H0: Tidak ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress pada lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. H1: Ada pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stress pada lansia kelompok intervensi dan kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
32
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan Quasy Eksperiment (penelitian eksperimen semu) yang menggunakan pre-test and post-test with control group design, yaitu pada kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan pada kelompok kontrol tidak. Pada penelitian ini perlakuan yang dilakukan berupa pemberian Reminiscence Therapy yang akan diberikan pada kelompok eksperimen untuk dianalisis pengaruhnya terhadap penurunan tingkat stres pada lansia. Sebelumnya pada kedua kelompok diawali dengan diberikan pre-test dan setelah pemberian perlakuan dilakukan pengukuran kembali (post-test). Tabel 1. Desain Penelitian Subjek
Pre-test
Perlakuan
Post-Test
K-A
O
I
OI-A
K-B
O
-
OI-B
Keterangan: K-A
: Subjek (lansia) pada kelompok eksperimen
K-B
:Subjek (lansia) pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan
O
:
Pengukuran
tingkat
stress
(Reminiscence Therapy)
sebelum
dilakukan
perlakuan
33
I
: Perlakuan (Reminiscence Therapy)
O1 (A+B): Pengukuran kembali tingkat stres setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. B. Populasi dan Sampel penelitian Populasi penelitian pada tahap pertama adalah semua lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Berdasarkan data Januari 2014 didapatkan bahwa lansia yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur sebanyak 88 orang. Setelah dilakukan skrining dengan tes GDS dan MMSE pada semua lansia didapatkan jumlah sampel lansia yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang. Batasan usia lansia adalah ≥60 tahun sesuai dengan klasifikasi usia menurut WHO. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu 19 orang pada kelompok intervensi dan 19 orang pada kelompok kontrol. Kriteria inklusi yang diterapkan yaitu populasi lansia dengan usia ≥60 tahun, kesadaran kompos mentis, kooperatif, dapat diajak berkomunikasi dengan baik, dan bersedia menjadi responden serta sanggup mengikuti Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah lansia yang berada diruang isolasi, sulit mendengar (tuli), lansia dengan demensia berat (skor MMSE ≤16), dan lansia dengan depresi berat (skor GDS 10-15).
34
C. Lokasi dan Waktu penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian ini berlangsung selama bulan MaretApril. D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah pemberian Reminiscence Therapy pada lansia. Definisi operasional variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini : E. Definisi Operasional Tabel 2. Definisi Operasional No
Variabel
Definisi
Alat ukur
1
Tingkat Stres
Skala penilaian DASS-42 terhadap peristiwa kehidupan yang muncul dalam kehidupan lansia (yang tinggal di PSTW Unit Budi Luhur) yang dapat membahayakan kesejahteraan
2
Reminisc ence Therapy
Proses yang terstruktur secara sistematis dan berguna untuk merefleksikan kehidupan lansia untuk
Modul Reminiscence Therapy Terdapat 3 sesi dalam pemberian intervensi ini,
Skala pengukuran Rasio
Nominal
Hasil Perbedaan sebelum sesudah intervensi
nilai dan
Pemberian intervensi Reminiscence Therapy dan tidak diberi intervensi Reminiscence
35
mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana yang sebaiknya digunakan
yaitu sesi pertama responden menceritakan masa anakanaknya, sesi kedua responden menceritakan tentang masa remajanya, dan sesi ketiga responden menceritakan tentang masa dewasa dan kejayaannya.
Therapy
F. Instrumen Penelitian Data yang dikumpulkan pada tahap ini adalah tingkat stress pada lansia sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil penelitian adalah untuk melihat perbedaan tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada kelompok intervensi, dan melihat tingkat stress saat pretest dan posttest pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat stress lansia adalah kuesioner demografi yang berisi tentang identitas dan karakteristik responden, serta kuesioner DASS-42 untuk skala stress yang terdiri dari 14 pertanyaan yaitu nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, dan 39. Pengisian dilakukan dengan cara memberikan cek list (V) pada pilihan yang tersedia kemudian dilakukan penskoran dalam bentuk skala likert. Setiap item pertanyaan diberikan nilai tidak pernah (skor 0), kadang-
36
kadang (skor 1), sering (skor 2) dan hampir setiap saat (skor 3). Nilai dari tiap item pertanyaan dijumlahkan, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori diadaptasi dari Depression Anxiety and Stress Scale (DASS)-42. Skor total menunjukan tingkat stress responden. Skor 0-14 (normal), skor 15-18 (stres ringan), skor 19-25 (stres sedang), skor 26-33 (stres berat), dan skor diatas 34 (stres sangat berat). G. Cara Pengumpulan Data dan Cara Kerja Data yang didapatkan pada penelitian ini adalah tingkat stress sebelum dan sesudah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy. Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan perijinan antara pihak peneliti dengan pihak-pihak terkait seperti UMY, Sekda Yogyakarta, Sekda Bantul, Dinsos Yogyakarta, Dinsos Bantul, Dinkes Bantul, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Bantul, dan PSTW Unit Budi Luhur Yogyakarta. Setelah mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, maka peneliti dibantu dengan 4 asisten peneliti yaitu 3 orang dari PSIK UMY dan 1 orang dari KU UMY melakukan skrining untuk menentukan kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan tes GDS untuk melihat tingkat depresi lansia dan tes MMSE untuk melihat tingkat demensia lansia. Setelah mendapatkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian peneliti membagi responden dalam kelompok intervensi dan kontrol dengan menggunakan metode acak, yaitu sebanyak 19 orang untuk kelompok intervensi dan 19 orang untuk kelompok kontrol.
37
Setelah didapatkan jumlah sampel yang sesuai, kemudian peneliti melakukan Informed Concent pada lansia untuk mengikuti kegiatan Reminiscence Therapy selama 3 sesi. Sebelum terapi dimulai, peneliti memberikan kuesioner DASS-42 terkait tingkat stress untuk melihat nilai tingkat stress sebelum diberikan perlakuan. Untuk menyamakan persepsi terkait tentang pemberian Reminiscence Therapy antara peneliti dan asisten peneliti, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang pengertian, manfaat, metode yang digunakan, dan cara melakukan Reminiscence Therapy. Kemudian peneliti dan asisten peneliti melakukan Reminiscence Therapy selama 3 sesi pada kelompok intervensi. Reminiscence Therapy merupakan metode yang berhubungan dengan memori, dimana para lansia mendiskusikan mengenai pengalaman masa lalu yang menyenangkan saat anak-anak, dewasa, dan dewasa/masa tuanya. Dalam penelitian ini lansia dibagi menjadi 4 kelompok yaitu 5 orang, 5 orang, 5 orang, dan 4 orang. Setiap sesi dilakukan selama 90 menit dan masing-masing kelompok didampingi oleh 1 orang fasilitator yaitu peneliti atau asisten peneliti. Pada akhir perlakuan, peneliti kembali mengukur tingkat stress pada lansia pada kelompok intervensi dan kontrol. Setelah selesai mengukur tingkat stress pada kedua kelompok, peneliti dan asisten peneliti melakukan Reminiscence Therapy selama 3 sesi kepada kelompok kontrol. Pembagian kelompok masing-masing 5 orang dalam 3 kelompok dan 1 kelompok berjumlah 4 orang. Setiap sesi selama 90 menit.
38
H.
Uji Validitas dan Relaibilitas Uji validitas dan reabilitas tidak dilakukan kembali karena kesamaan data adopsi dengan penelitian sebelumnya yaitu semua instrumen valid dengan nilai reliabilitas 0,8806 (Damanik, 2011).
I.
Analisa Data 1. Analisis Univariat Penelitian ini menggunakan analisis univariat yang berguna untuk mendiskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang diteliti. Variabel yang didiskripsikan adalah karakteristik lansia meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, riwayat pekerjaan, alasan masuk ke panti werdha dan lama tinggal di panti werdha. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat stress antara pretest dan posttest pada masing-masing kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Paired Samples T-test dengan tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menggunakan uji Independent Samples T-test. Kedua uji statistik tersebut diolah dengan menggunakan program komputer.
39
J.
Kesulitan Penelitian Kesulitan dalam penelitian ini adalah sebagian besar respondennya kesulitan dalam membaca atau mengisi kuesinoner sehingga peneliti harus membantu responden dalam mengisikan kuesioner. Peneliti menggunakan metode wawancara langsung. Apabila ada pertanyaan yang kurang atau tidak dipahami oleh responden maka pertanyaan tersebut diubah atau dimodifikasi dengan bahasa yang lebih dipahami kalimatnya tanpa menghilangkan maksud dan tujuan dari pertanyaan.
K. Etik Penelitian Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian mengingat penelitian keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian. Etika penelitian diproses dan didapatkan dari Komisi Etik dan Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan permohonan dan persetujuan dari instansi, badan/ lembaga yang terkait untuk melaksanakan penelitian. Kepada responden penelitian, peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, kesediaan menjadi repsonden penelitian dengan menyetujui lembar persetujuan (Informed Consent) dan menjaga kerahasiaan responden.
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
A.
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
B.1.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PSTW (Panti Sosial Tresna Wredha)
Budi Luhur yang menjadi salah satu unit yang dimiliki oleh PSTW di Yogyakarta. PSTW Budi Luhur terletak di Kasongan, Bangunjiwo, Bantul, Yogyakarta. PSTWini merupakan salah satu lembaga sosial milik pemerintah yang berada dibawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Berdasarkan keputusan Gubernur DIY Nomor 160 Tahun 2002 Tentang Uraian dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Propinsi DIY, maka PSTW Budi Luhur mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia, pusat informasi tentang kesejahteraan sosial lanjut usia, pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia. Fasilitas yang dimiliki PSTW Budi Luhur antara lain berupa 8 buah wisma pelayanan, 1 buah wisma isolasi, 1 buah gedung berlantai 2 yang berfungsi sebagai kantor, 1 rumah dinas, 1 ruang poliklinik, 1 ruang dapur, dan 1 masjid. Total luas bangunanannya adalah 6.521 m2. Saranaprasarana di PSTW Budi Luhur antara lain kesenian gamelan, dendang ria, serta olahraga untuk menunjang aktivitas dan kesehatan lansia.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
41
PSTW Budi Luhur memiliki beberapa program, yaitu pelayanan regular (rutin), pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lansia (Day Care Service), trauma service, pelayanan perawatan rumah (Homecare Service), dan pelayan tinggal sementara. Aktivitas yang dilakukan di PSTW Budi Luhur antara lain, Pemenuhan ADL (Activity Daily Living) atau aktifitas kehidupan sehari-hari, bimbingan sosial dan rohani, kesenian, senam, serta rekreasi setiap 2 tahun sekali. Posyandu lansia dilaksanakan pada setiap hari Rabu dibawah naungan Puskesmas Kasihan 1 Bantul yang mempunyai tugas melakukan pengukuran tTinggi bBadan, bBerat bBadan, dan tTekanan dDarah, kemudian dilakukan pencatatan di KMS lansia secara rutin meliputi, Indeks Masa Tubuh, Tekanan Darah, Berat Badan, Tinggi Badan. Penyuluhan kesehatan peroangan berdasarkan KMS, seperti perencanaan diet harian dan pemberian makanan tambahan, yang terakhir adalah pemeriksaan dan pengobatan ringan (Dinas Sosial DIY, 2008).
Karakteristik Sampel Penelitian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 orang, yaitu 19 orang dalam kelompok intervensi dan 19 orang dalam kelompok kontrol.
Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Kriteria dalam penelitian ini adalah responden dengan usia ≥ 60 tahun,
Formatted: Strikethrough
C.2.
dapat diajak berkomunikasi, tingkat stres berada dalam rentang ringan dan sedang, tingkat depresi berada dalam rentang ringan dan sedang, sertatinggal di PSTW Budi Luhur.Kelompok intervensi diberi perlakuan
42
berupa Reminiscence Therapy, sedangkan kelompok kcontrol….. tidak diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy.
Formatted: Font: Italic
Gambaran responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.bel 1. Tabel berapa? Tabel 31. Analisa Usia Lansia dan Lama Tinggal di Panti PadaDistribusi Karakteristik Lansia pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta (N=38)
Formatted: Justified, Indent: Left: 0"
Sumber: Data Data: Primer, 2014
Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.59" Formatted: Indent: Hanging: 0.59"
Berdasarkan tTabel 3l 1, menunjukkan bahwa usia responden ssecara keseluruhan memiliki rata-rata berusia 74,719 tahun, dengan usia termuda 60 tahun
Comment [S1]: Rata-rata usia responden maksudnya?
dan usia tertua 92 tahun. Hasil analisis karakteristik lansia usia ini dapat disimpulkan bahwa lansia paling banyak berada pada kelompok lanjut usia (elderly) yaitu usia antara 60 dan sampai 74 tahun.
Formatted: Font: Italic
Hasil analisis uji statistik kesetaraaan berdasarkan tabel 3 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia lansia tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia pada kelompok intervensi dan kontrol dengan p P valuerValue=0,115
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
(pP>0,05) yang berarti rata-rata usia lansia pada kedua kelompok adalah
Formatted: Font: Italic
homogen atau setara. Hasil analisa lansia lama tinggal dipanti secara keseluruhan lansia memiliki ratarata tinggal di panti selama 3,39 tahun, dengan lama tinggal paling pendekbarubaru selama 1 tahun dan paling lama selama 12 tahun. Berdasarkan tabel 3 1, menunjukkan bahwa hasil uji statistik rata-rata lansia
Formatted: Indent: Hanging: 0.59", Space Before: 0 pt
tinggal di panti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lansia pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p PvValue=0,258
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
43
(pP>0,05) yang berarti rata-rata lama lansia tinggal di panti pada kedua kelompok homogen atau setara.
Jenis Kelamin
Kategori
Laki-laki Perempuan
Usia
45-59 tahun 60-74 tahun 75-90 tahun >≥ 90 tahun Status Belum Perkawinan Menikah Menikah Janda/Duda Riwayat Tidak Pendidikan Sekolah SD atau Sederajat SMP atau Sederajat SMA atau Sederajat Perguruan Tinggi Riwayat Tidak Pekerjaan Bekerja PNS/TNI/PO LRI Petani Pegawai Swasta/Buru h
Intervensi (n=19) N % 8 11 0 13 6 0 0
42,2 % 57,8 % 0 68,4 31,5 0 0%
Kontrol (n=19) N % 8 11 0 8 10 1 1
42,2% 57,8% 0 42,1 52,6 5,3 5,2%
Jumlah N 16 22 0 21 16 1 1
% 42,2% 57,8% 0 55,3 42,1 2,6 2,6%
4 15 0
21% 79% 0%
3 15 12
15,8% 79% 63,2%
7 30 12
18,4% 79% 31,66%
10
52,6 % 21%
3
15,8%
13
34,2%
3
15,8%
7
18,4%
4 4 1 2 1 6 10
...
Formatted
...
Formatted: Font: Bold
Tabel 42. Distribusi Karakteristik dan Prosentase Responden Llansia Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Riwayat Pendidikan, Riwayat Pekerjaan, dan Alasan masuk panti, pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=38) Variabel
Formatted
21% 5,4 % 10,6 % 5,2 % 31,6 % 52,6 %
1 0 1 3 12 5
5,2% 0% 5,2% 15.8% 63,2% 26,4%
5 1 3 4 18 15
13,2% 2,6% 7,9% 10,5% 47,3% 34,3%
Formatted
...
Formatted Table Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted: Centered, Space After: 0 pt Comment [S2]: Prosentase tidak usah dituliskan ... Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
44
Alasan Masuk Panti
Lama Tinggal di Panti
Kemauan Sendirii
6
Kemauan Keluarga Alasan Lain
12
0-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun
15 2 2
1
31,6 % 63,2 % 5,2 % 79 10,5 10,5
10
52,6%
16
42,7%
7
36,8%
18
47,4%
2
10,6%
3
7,9%
18 1 0
94,7 5,3 0
32 4 2
84,2 10,5 5,3
Sumber: Data: Primer, 2014
Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Normal, Indent: Left: 0.49", First line: 0.3"
Berdasarkan hasil analisis karakteristik pada tabel 342 diketahui bahwa jenis kelamin secara keseluruhan paling banyak adalah perempuan yakni 22 orang (57,8%). Usia lansia paling banyak adalah usia 60-74 tahun (55,3%). Status perkawinan lansia paling banyak
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Left, Indent: Left: 0.49", First line: 0.3", Line spacing: single, Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers, Tab stops: 0.7", Left Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.3"
adalah dengan status janda/duda yaitu 30 orang (79%). Riwayat pendidikan lansia paling banyak adalah tamatan SD atau sSederajat yaitu sebanyak 13 orang (34,2%). Riwayat pekerjaan lansia paling banyak adalah bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Alasan lansia masuk panti paling banyak adalah kemauan keluarga yaitu sebanyak 18 orang (47,4%). Lama tinggal dipanti paling banyak adalah 0-5 tahun (84,2%). Berdasarkan hasil statistik pada tabel 4, 2 diketahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada proporsii status perkawinan (p
Comment [S3]: Value karena serapan asing maka tolong semua ditulis miring, V tidak perlu capital Formatted: Font: Italic
PvValue=0,000), riwayat pekerjaan (P Valuep value=0,000), dan alasan
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
masuk panti (p PvValue=0,003) pada kelompok intervensi dengan
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
45
kelompok kontrol atau dengan kata lain variabel tersebut tidak homogen atau tidak setara (pP<0,05). Sedangkan untuk jenis kelamin (P Valuep value=0,330) dan
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
riwayat pendidikan lansia (p PvValue=0,11) diketahui tidak ada
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
perbedaan yang bermakna antara kelompok intervensi dan kontrol atau dengan kata lain kedua kelompok homogen atau setara (pP>0,05).
3.
Tingkat Sstres pada Lalansia
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
Tabel 45. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah Reminiscence Therapy
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Tingkat Stress Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat Total
Pre-test kelompok Intervensi N % 12 63,2 2 10,5 0 0 3 15,8 2 10,5 19 100
Post-Test kelompok Intervensi N % 17 89,5 0 0 1 5,3 1 5,3 0 0 19 100
Tabel 45, menunjukkan bahwa tingkat stress pada kelompok sebelum
dan
sesudah
diberikan
perlakuan
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.69", Line spacing: single
Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0.16", Hanging: 0.53", Line spacing: single
Sumber: Data Primer, 2014Tingkat stress sebelum dilakukan intervensi
intervensi
Formatted: Font: Bold
berupa
Formatted: Font: (Default) +Body (Calibri), 11 pt
46
Reminiscence Therapy yang terbanyak adalah tingkat stress dalam
Formatted: Font: Italic
rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%), sesudah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy, tingkat stress dalam rentang
Formatted: Font: Italic
normal meningkat menjadi 17 orang (89,5%).
Comment [S4]: Bukanya yang 15.8% ini tingkat stres nya berat?
Komentar: ketika mendeskripsikan table tidak usah semua data dibaca dan ditulis ulang, toh pembaca juga sudah
Formatted: Font: Bold Formatted: Indent: Left: 1.08", Hanging: 0.3", Space After: 10 pt, Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers
bisa membaca. Tabel 56. Distribusi frekuensi tingkat stress pada kelompok kontrol saat pretest dan posttest Tingkat Stres
Pre-Test kelompok Post-test kelompok Kontrol Kontrol N % N % Normal 10 52,6 6 31,6 Ringan 4 21,1 0 0 Sedang 0 0 7 36,8 Berat 4 21,1 5 26,3 Sangat Berat 1 5,3 1 5,3 19 100 19 100 Total Data: Sumber Primer, 2014Perubahan tingkat stress pada kelompok yang mendapat terapi reminiscence dan tidak mendapat
Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted Table
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.69", First line: 0" Formatted: Font: 11 pt, Italic Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold
Tingkat Stres
Post-test kelompok Post-test kelompok Intervensi Kontrol N % N % Tabel 56, menunjukkan tingkat stress pada kelompok kontrol
Formatted: Centered, None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don't keep with next, Don't keep lines together
saat pretest dan posttest didapatkan bahwa tingkat stress paling banyak
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: single
adalah rentang normal yaitu sebanyak 10 orang (52,6%), kemudian
Formatted: Centered, None, Space Before: 0 pt, After: 0 pt, Line spacing: single, Don't keep with next, Don't keep lines together
setelah dilakukan posttest tingkat stress rentang normal menurun
Formatted: Font: Bold
menjadi 6 orang (31,6%) dan tingkat stress sedang meningkat menjadi 7
Formatted: Indent: Left: 0.69", First line: 0.49"
Formatted Table Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Italic
orang (36,8%).
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
47
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
4.
Formatted: Indent: Left: 0.2", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.5" + Indent at: 1.75"
Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan Posttest Tabel 3.Analisis Perubahan Tingkat Stress pada Lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji Independent Sample T-Test(N=38)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
Variabel
Intervensi N
Tingkat Stres Sebelum Sesudah Selisih
Mea n
SD
P Valu e
Mean
SD
7,47 4,00 3,47
6,086 3,68 2,406
P Value
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.49" Formatted: Font: Bold Formatted Table
0,000 19 19 19
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Kontrol
0,669 8,26 10,58 -2,32
5,16 3,96 1,2
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Tabel 3menunjukkan gambaran perubahan tingkat stress pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan Reminiscence Therapy dan kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi berupa
Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold
Reminiscence Therapy.Pada kelompok intervensi terlihat adanya
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold
penurunan yang bermakna pada tingkat stress sebesar 3,47point (8,3%).
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold
Hasil analisa statistik pada tabel 3menunujukkanterjadi penurunan yang signifikan pada tingkat stress pada lansia yang mendapat Reminiscence Therapysebesar 0,000 (P Value<0,05).
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Indent: Left: 0.39" Formatted: Indent: Left: 0.59", First line: 0.41", Line spacing: Double Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"
48
Pada kelompok kontrol terlihat adanyaperubahan yang signifikan terhadap
Comment [S5]: Bermakna??? Comment [S6]: Bermakna tidak ini?
peningkatantingkat stress pada lansia yang tidak mendapat Reminiscence Therapy,
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
yaitu sebesar 2,32 point (5,5%)dengan P Value sebesar 0,669 (P Value>0,05).
Formatted: Strikethrough
Pada selisih kelompok intervensi dan kontrol terlihat ada perbedaan..... 3. Penurunan tingkat stress…. Bla bla
Tabel Tabel 674. Analisa Sebelum dan Sesudah dilakukan Reminiscence Therapy pada kelompok intervensi dan kontrol pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan uji Paired Samples T-test (N=38) Variabel Kelompok
Tingkat Stress
Mean Mean Mean SD Sebelum Sesudah Selisih Selisih
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0", First line: 0", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Strikethrough Comment [S7]: Penjelasan sama seperti yang dibawah Formatted
pP vValue
Formatted: Font: Italic
Formatted: Font: Bold
Intervensi
7,47
4,00
3,47
2,406
0,005
Kontrol
8,26
10,58
-2,32
1,2
0,004
...
Formatted: Font: Bold Formatted: Indent: Hanging: 0.79"
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Bold, Italic Formatted Table
Berdasarkan tabel 67,
4menjelaskan bahwa uji statistik yang
dilakukan pada kelompok intervensi terdapat perubahan penurunan tingkat stress yang bermakna setelahsesudah diberi Reminiscence Therapy yaitu
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold
sebesar 3,47 point (8,3%) dengan P Valuep value sebesar 0,005 (pP<0,05).
Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Sedangkan pPada kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
Therapy, tingkat stress mengalamiterdapat peningkatan yang bermakna meningkatsebesar 2,32 point (5,5%) dengan P Valuep value sebesar 0,004 (pP<0,05).
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold, Italic Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.) Formatted
...
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Not Italic Formatted: Font: Not Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Not Bold Formatted
...
Formatted
...
49
Formatted: Left
Tabel 7 8. Perbandinganedaan Hasil Posttest antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol terhadap Tingkat Stress lansia di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta dengan Uji Independent Sample T-test (N=38) Variabel Tingkat Stress Kelompok Intervensi
Mean
T Hitung
df
p value
Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Italic Formatted: Left, Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.59" Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, Italic, English (U.S.)
4,0000 5,302
36
0,000
Kelompok Kontrol 10,5789 Sumber: Data Primer, 2014
Formatted: Centered, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted Table Formatted: Font: Bold
Berdasarkan tabel 78, menunjukkan bahwa nilai probabilitas sig (2-tailed) sebesar 0,000 (p<0,05), nilai ini menunjukkan bahwa terdapat
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted: Font: Bold, English (U.S.)
perbedaan tingkat stress yang signifikan antara kelompok intervensi yang
Formatted: Font: Bold, Italic Formatted: Font: Bold
diberi Reminiscence Therapy dengan kelompok kontrol yang tidak diberi Reminiscence Therapy.
Formatted: Font: Bold, English (U.S.) Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted: Font: Italic Formatted
B. Pembahasan
...
Formatted: No underline
a.
Analisis Univariat
Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic
1.
Formatted
Karakteristik Responden a. Berdasarkan
distribusi
...
Formatted: Indent: First line: 0.41"
frekuensi
dan
prosentase
karakteristik responden ditemukan bahwa usia lansia ratarataterbanyak adalah elderly, yaitu usia rentang kelompok intervensi adalah60-74 berusia 74,79 tahun. Menurut WHO, terdapat empat tahap batasan usia lansia yaitu usia pertengahan
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted: Font: Italic Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
50
(middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lansia (elderly) ialah antara 60 sampaidan 74 tahun, Lansia Tua (old) ialah antara 75 dan sampai 90 tahun, lansia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun. Sehingga berdasarkan tabel 3, rata-
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
rata usia tahapan usia responden paling banyak berada di usia lansia (elderly)tahapan lansia sangat tua. Hasil penelitian ini sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009
Comment [S8]: Ini kok tidak konsisten, di atas disebutkan responden paling banyak berada di tahapan elderly, disini kok jadi very old?? Konsistensi tolong diperhatikan. Formatted: Font: Italic
dimana jumlah lansia terbanyak berada pada rentang 60 sampai
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
74 tahun (U.S. Cencus Bereau, International Data Base, 2009;
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
dalam Putri, Zulfitri & Karim, 2012).
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Dengan adanya perubahan-perubahan yang dialami
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Indent: Left: 1.28"
lansia, seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah mengalami stres (Azizah, 2011). Stress terjadi karena adanya aktifvasi hipotalamus
Formatted: Font: Times Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt Formatted: Indent: Left: 1.28"
yang mengendalikan sistem parasimpatis dan sistem korteks adrenal (Sriati, 2007). Penuaan pada otak lansia juga merupakan salah satu faktor terjadinya stressSeseorang yang berusia 70 sampai 80 tahun sangat rentan terhadap terjadinya stress akibat adanya penuaan pada otak. Halini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor genetik. Hormon adrenalin didalam otak seperti kortisol, sitokinin, dan neurotransmitter akan aktif sehingga menyebabkan turunnya
Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt Formatted: Font: (Default) Times, 12 pt Formatted: Font: Times, 12 pt
51
imunosupresan, disfungsi otot perifer, dan kematian sel. Jika tidak ada penyeimbang yang baik dapat mempercepat penuaan otak dan meningkatkan tingkat stres lansia (Garrido, 2011). Selain itu,Mmenurut Tsukamoto and Machida (2012) menyebutkan bahwa stress pada lansia dikarenakan adanya
Formatted: Font: 12 pt Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style
penurunan fungsi neutrofil dalam tubuh. Hal-hal yang mempengaruhi
penurunan
neutrofil
diantaranya
adalah
turunnya antibodi dalam diri seseorang. Turunnya antibodi menyebabkan bakteri yang berguna untuk menangkaln virus yang diproduksi oleh sel B ikut menurun. Antibodi yang menurun
menyebabkan
penurunan
aktivitas
fagositosis
neutrofil myang berhubungan dengan penurunan produksi superoksida, yang dapat menyebabkan kerentanan pada lansia sehingga memudahkan berbagai macam penyakit mudah masuk. Hal inilah yang menjadi salah satu lansia mudah mengalami stress. Formatted: Font: 12 pt Formatted: Indent: Left: 1.28"
Berdasarkan analisa karakteristik responden menurut lama tinggal dipanti dan alasan tinggal dipanti adalah, rata-rata
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", First line: 0.63", Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style
lansia paling banyak tinggal di panti adalah selama 3,39 tahun0-5 tahun dan sebanyak 47,4% lansia masuk panti atas kemauan
keluarga.
Para
lansia
yang
dititipkan
oleh
Comment [S9]: Mungkin disini sebaiknya Niken bandingkan dulu hasil penelitian ini dengan peneilitian lain terkait dengan masa tinggal di panti dan alas an lansia tinggal di panti. Apakah hasilnya sama atau berbeda? Kenapa? Baru nanti dihubungkan dengan stressnya.
52
keluarganya dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ketidakmauan keluarga dalam merawat lansia, serta sibuknya anak
maupun
saudaranya
merupakan
faktor
yang
menyebabkan lansia dititipkan dipanti sosial. Beberapa Menurut
Garrido
(2011),
ffaktor
yang
mempengaruhi
terjadinya stress pada lansia adalah adanya penuaan pada otak, faktor genetik, danantara lain
faktor lingkungan.putusnya
hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi serta ketidakpedulian keluarga terhadap lansia (Azizah, 2011;
Darmawan, 2003 dalam Hidayati, 2009). Namun berdasarkan penelitian Lestari (2012), sebagian besar alasan lansia masuk ke panti atas kemauan sendiri. Hal ini disebabkan karena lansia sudah tidak mempunyai keluarga lagi (Lestari, 2012).Lansia yang tidak dapat menyeimbangkan antara ketiga faktor tersebut sangat rentan terjadinya stress.Genetik bukan satusatunya hal yang dapat membuat stress apabila lingkungan sekitarnya baik, namun sebaliknya lansia akan menjadi stress
Comment [S10]: Ini kalimatnya agak kurang nyambung dengan kalimat pertama. Coba langsung dihubungkan dengan data penelitian misalnya di Indonesia apa alas an lansia masuk ke panti? Kemauan keluarga? Lama tinggal berapa tahun kirakira yang bisa mempengaruhi munculnya stress?
jika lingkungan tidak mendukung.Hal ini dibuktikan dengan
Comment [S11]: Sumber?
dititipkannya lansia hampir 50% ke PSTW Unit Budi Luhur,
Comment [S12]: BUKTI apa ini? Tolong dipertajam lagi untuk pembahasan part ini ya.
Kasongan, Bantul, Yogyakarta oleh keluarganya.
Formatted: Font: Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style
BSedangkan berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin paling banyak adalah perempuan,
Formatted: Default, Justified, Indent: Left: 1.28", First line: 0.63", Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style, Line spacing: Double, Adjust space between Latin and Asian text, Adjust space between Asian text and numbers
53
masing-masing sebanyak 11 orang (57,8%) pada kelompok intervensi dan kontrol. Hal ini membuktikan bahwa angka harapan hidup penduduk perempuan Indonesia lebih tinggi dibanding laki-laki; yaitu sekitar 72,9 tahun sedangkan angka harapan hidup untuk penduduk laki-laki hanya sekitar 69 tahun (BPS RI-Susenas, 2010). Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut status perkawinan terbanyak adalah janda/duda, yaitu sebanyak 15 orang (79%) pada kelompok intervensi maupun kontrol. Perubahan sosial yang terjadi dan dapat berpengaruh dalam kesejahteraan
sosial
lansia
pada
masa
tuanya
adalah
keberadaan pasangan hidup. Pasangan hidup memiliki fungsi sebagai supporting dalam berbagai hal misalnya emosi, problem solving, keuangan, maupun pengasuhan (Carstensen, Gilford, dalam Papalia, 2008). Pada saat ditinggalkan oleh pasangan, lansia mengalami rasa kesepian, kebosanan sehingga berpotensi
menimbulkan
masalah
kesehatan
fisik
dan
kesehatan jiwa (Sigurdardottir et al., 2012). b. Berdasarkan data frekuensi karakterisitik menurut
riwayat pekerjaan, jumlah riwayat pekerjaan terbanyak adalah petani/ buruh yaitu sebanyak 18 orang (47,3%). Pendapatan dan pendidikan yang rendah berdampak pada peningkatan stressor
psikososial, penurunan status kesehatan, dan
Formatted: Font: Italic
54
buruknya kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan merupakan salah satu faktor terjadinya gangguan mental (Sriwattanakomen, 2010).
Berdasarkan data frekuensi karakteristik menurut riwayat pendidikan, pendidikan terbanyak
yang ditempuh
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"
pada kelompok intervensi adalah SD atau sederajat dan tidak
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
sekolah pada kelompok kontrol. Menurut BPS RI-Susenas
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
(2010), pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk berumur 15 tahun keatas dengan persentase paling tinggi pada jenjang SD/sederajat yaitu 29,72% dan persentase yang paling rendah pada jenjang perguruan tinggi yaitu 6,87%.
Tingkat
pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang (Montez and Hayward, 2010). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin bagus pula mekanisme koping yang digunakan untuk beradaptasi dengan stressor. Kesadaran untuk mencari dan mengakses meningkat
informasi sehingga
menyebabkan individu
beradaptasi dengan stressor
dapat
personal
control
merubah
lifestyle,
dan survive dengan hidupnya
(Mirowsky and Ross, 1998 dalam Roger et al., 2011).
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
55
Formatted: Default, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49", Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style, No bullets or numbering Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: 12 pt, Bold
c.b.Hasil Uji StatistikTingkat Stress pada Lansia Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa gambaran tingkat stress lansia pada kelompok intervensi sebelum diberikan Reminiscence Therapy paling banyak
Formatted: Default, Space After: 10 pt, Don't add space between paragraphs of the same style, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: Bold Formatted: Indent: Left: 1.28" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
berada pada rentang normal yaitu sebanyak 12 orang (63,2%). Setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
sebanyak 3 sesi masing-masing selama 90 menit, tingkat stress dalam rentang normal meningkat menjadi 17 orang (89,5). Sedangkan pada kelompok kontrol saat pretest tingkat stress paling banyak berada dalam rentang normal yaitu
Comment [S13]: Meningkat tapi kok prosentasenya malah menurun? Tolong di cek! Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.28" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
sebanyak 10 orang (52,6%), Kemudian pada kelompok kontrol yang
tidak
TherapyNamu
mendapat
perlakuan
demikianNamun
berupa hasil
Reminiscence
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
pengukuarnpada
kelompokcontrol pada saat posttestposttest menunjukkan
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
adanya peningkatan menjadi bahwa paling banyak menjadi seda7 orang (36,8%) berada dalam tingkat stress… sedang, kemudian stress dalam rentang normal menurun menjadi 6 orang (31,6%).
56
Masing-masing responden memiliki tingkat stress
Formatted: Indent: Left: 1.28"
berbeda-beda karena stress bersifat subjektif dan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor (Devi et al., 2012). Setiap orang juga mempunyai respon yang berbeda-beda dalam menghadapi
stressor,
respon
bergantung
pada
fungsi
psikologis, kepribadian, dan sifat dari stressor itu sendiri Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
(Potter and Perry, 2005).blab la Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) juga terbukti dapat menurunkan tingkat stress pada lansia pada kelompok intervensi sebesar 23,286 poin dengan nilai p value 0,000 (p<0,05),
sedangkan
pada
kelompok
kontrol
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Indent: Left: 1.28", First line: 0.49" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
terjadi
peningkatan yang signifikan sebesar 4,429 dengan nilai sebesar 0,001 (p<0,05) (Yuswikarini, 2011). Terapi SEFT merupakan gabungan antara spiritual power dan energy
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
psychology (Zainuddin, 2012). Terapi ini berhasil karena mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari; seperti kegiatan mendekatkan diri kepada Tuhan YME (Yuswikarini, 2011), dan merangsang titik-titik kunci sepanjang 12 jalur energi yang berpengaruh pada kesehatan tubuh (Zainuddin, 2012). 2.
Analisis Bivariat
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto Formatted: Indent: Left: 0.49", Hanging: 0.49", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: Bold
57
a.
Perubahan Tingkat Stress Lansia saat Pretest dan
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto
PosttestCoba compare dengan hasil penelitian tingkat stress
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto Formatted: Font: Bold, Italic, Font color: Auto
pada lansia. Bagaimana hasilnya? Apakah sama? Atau berbeda? Explain why!
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold, Italic Formatted: Indent: Left: 1.28"
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
Paired T-test diketahui bahwa ada perbedaanperubahan yang
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
bermakna padaantara tingkat stress pada kelompok intervensi
Formatted: Font color: Auto Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
dengan p value=0,005 (p<0,05), dandan
pada kelompok
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Therapy juga terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
stress dengan nilai p value=0,004 (p<0,05).
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic, Font color: Auto
PerubahanBerdasarkan penjelasan diatas menunjukkan adanya penurunan yang bermakna pada tingkat stress pada kelompok intervensi, dan adanya peningkatan tingkat stress yang bermakna pada kelompok kontrol. dan peningkatan yang bermakna
pada
tingkat
stress
pada
kelompok
kontrolmenunjukkan adanya penurunan yang bermakna. Hasil analisis perbedaan antara kelompok intervensi dan kelompok
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Comment [S14]: Paparkan dulu terkait tingkat ...
kontrol menunjukkan pula adanya perbedaan yang bermakna signifikan setelah diberikan Reminiscence Therapy pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi.
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
Formatted
...
58
Penurunan tingkat stress pada kelompok intervensi
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
yang diberikan Reminiscence Therapy sebesar 3,47 point dan
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"
peningkatan tingkat stress pada kelompok kontrol yang tidak
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
diberikan Reminiscence Therapy pada peningkatan sebesar
Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto Formatted: Font color: Auto
2,32 point. Berdasarkan perhitungan diketahui pengaruh
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
Reminiscence Therapy terhadap penurunan tingkat stress Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
sebesar 8,3%. Nilai p value pada tabel 6 menunjukkan bahwa nilai p
Formatted: Indent: Left: 1.28" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
value pada kelompok kontrol lebih besar daripada kelompok
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
intervensi. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor antara lain adanya faktor pengganggu dan kontaminasi terkait pemberian Reminiscence
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Therapy terhadap kelompok kontrol. Faktor
pengganggu
yang
dapat
mempengaruhi
terjadinya peningkatan stress pada lansia antara lain seperti kondisi kesehatan fisik, kondisi psikologi lansia yang sedang tidak baik, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Dari beberapa faktor penyebab yang muncul tidak diimbangi dengan pemberian terapi untuk menurunkan tingkat stress. Diketahui bahwa pada kelompok kontrol dalam penelitian ini tidak diberikan perlakuan Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stress pada lansia.
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
59
Kemungkinan penyebab yang kedua adalah adanya kontaminasi terhadap kelompok kontrol. Diketahui bahwa pemberian Reminiscence Therapy kepada kelompok kontrol
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
dilakukan setelah pemberian Reminiscence Therapy kepada
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
kelompok intervensi. Sedangkan responden antara kedua kelompok tercampur dalam satu wisma. Jadi, kemungkinan besar kontaminasi terkait Reminiscence Therapy sangat besar. b. Perbedaan Hasil Posttest pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font color: Auto Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0.98", Hanging: 0.3", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5" Formatted: Font color: Auto
Independent
Samples
T-test
diketahui
bahwa
terdapat
Formatted: Font color: Auto Formatted: Font: Not Italic
perbedaan yang bermakna pada tingkat stress lansia pada
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
kedua kelompok. Dari penjelasan diatas menujukkan bahwa terdapat
Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.53"
perbedaan tingkat stress antara kelompok intervensi yang diberi perlakuan berupa Reminiscence Therapy dan pada
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan berupa Reminiscence Therapy dengan nilai p value 0,000 (p<0,05).
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
DSedangkan dalam penelitian Syarniah (2010) juga disebutkan bahwa Reminiscence Therapy dapat digunakan untuk menurunkan tingkat depresi sebesar 6,37 point (42,5%) dan sedangkandalam penelitian Banon (2011) didapatkan hasil penurunan tingkat depresi dengan menggunakan Reminiscence
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"
60
Therapy dan psikoedukasi keluarga sebesar 4,14 point. Sejauh
Comment [S15]: Cari perbandingan yang tingkat stress jg say, supaya perbandingannya lebih imbang.
yang peneliti baca, belum ditemukan adanya penelitian terkait Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stres. Formatted: Indent: Left: 1.28"
Terapi modalitas selain Reminiscence Therapy salah satunya adalah Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Kedua
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Normal, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"
terapi ini sama-sama mengacu pada aspek kognitif atau pikiran, yaitu merubah pikiran negatif menjadi positif. CBT
Formatted: Font: Not Italic, Font color: Auto
terbukti dapat menurunkan tingkat stress setelah diberikan intervensi selama 6 sesi sebesar 51 poin (Yusuf et al., 2013).
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
CBT berhasil dalam menurunkan tingkat stress karena dapat membantu pasien dalam mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif, mengenali faktor apa saja yang menyebabkan stress, Comment [S16]: Belum nyambung
dan menangani stress tersebut (Yusuf et al., 2013).
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Keberhasilan
Reminiscence
Therapy
untuk
menurunkan tingkat stress yang dilakukan oleh peneliti
Formatted: Indent: Left: 1.28" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
mempunyai beberapa faktor, antara lain Hal ini pula juga ditunjang dalam jurnal berjudul “The Effects of Reminiscence Therapy on Depressive Symptoms of Chinese elderly: Study protocol of a randomized contolled trial.”Reminiscence Therapy yang diberikan pada responden dalam kelompok intervensi menunjukkan adanya pengaruh berupa penurunan tingkat depresi pada lansia. Terapi ini dilakukan selama enam
Comment [S17]: Tidak perlu disebutkan judulnya seperti ini, cukup dicitasi siapa penulisnya dan tahun berapa. Toh nanti pembaca kalau mau tau judulnya bisa melihat bibliografi kamu. Penulis dan tahun cantumkan!
61
sesi dan masing-masing 90 menit setiap sesinya. Pemberian terapi disesuaikan dengan budaya yaitu budaya China dengan protocol Watt. Kemudian cara penilaian dari hasil penelitian adalah dengan cara menilai sebelum pengobatan, setelah pengobatansegera, dan tigabulan setelah pengobatan. Sejauh adanyapenelitian
yang
peneliti
baca,
terkaitReminiscence
belum
ditemukan
Therapy
Comment [S18]: Yang perlu ditekankan mungkin lebih ke kenapa kok reminiscence bs menurunkan depresi/stress? Pembahasannya di penelitian itu disebutkan seperti apa?
untuk
menurunkan tingkat stres. Faktor-faktor yang mempengaruhi berhasilnya Reminiscence Therapy adalahdiberikannya terapi secara berkelompok., Mmenurut Kennard (2006) dan Ebersole (2010) apabila terapi dilakukan secara kelompok dapat memberikan kesempatan kepada lansia dalam membagi pengalamannya, meningkatkan sosialisasi dan komunikasi, serta menghemat biaya dan waktu. Pengaturan waktu dan pembagian kelompok yang tepat yaitu selama 90 menit dan 5-6 orang tiap kelompoknya, manajemen waktu yang cukup kepada setiap responden untuk bercerita, mendengarkan, dan memberikan feedback, serta pemakaian metode Simple atau Positive Reminiscence yaitu menceritakan kejadian masa lalu yang menyenangkan sehingga dapat memberikan efek yang positif terhadap responden juga merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasilnya Reminiscence Therapy (Family and Consumer Sciences (2010) dalam Banon (2011)).
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
62
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan sesuai dengan
Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49"
hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa pemberian Reminiscence Therapy efektif untuk menurunkan tingkat stres lansia sehingga meningkatkan keberhasilan dan kualitas terapi untuk menurunkan tingat stress.
Comment [S19]: Pembahasan masih perlu diperdalam. Referensinya ditambah lagi ya. Kalau bisa yg focus ttg tingkat stress Formatted: Justified, Indent: Left: 1.28"
C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan a. Sejauh yang peneliti baca, belum ditemukan adanya pemberian Reminiscence Therapy untuk menurunkan tingkat stress pada lansia. b. Penelitian ini menjadi salah satu tempat untuk berdiskusi antara lansia yang satu dengan yang lainnya 55mengenai masa lalu lansia
Formatted: Font: Bold, Font color: Auto Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5" Formatted: Font: Bold Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
yang menyenangkan. Penelitian ini merupakan metode baru untuk menurunkan tingkat stress pada lansia yang mudah, murah, dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
c. 2. Kelemahan a. Penelitian ini tidak menggunakan Reminiscence Kit seperti foto, gambar, musik dan peralatan lain untuk membantu lansia dalam mengingat masa lalunya.
Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1" Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: List Paragraph, Justified, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
63
Ada beberapa lansia yang mendominasi saat diadakannya Reminiscence Therapy, sebaliknya juga ada lansia yang pasif saat
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
mengikuti Reminiscence Therapy. Tetapi peneliti berusaha untuk
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
mengektifkan Reminiscence Therapy dengan berbagai cara.
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.28", First line: 0.49", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1" Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 0", First line: 0", Line spacing: single
b.
Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
Formatted: Indent: Left: 0", First line: 0"
64
BAB V
65
KESIMPULAN DAN SARAN
a.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold, Font color: Auto
Kesimpulan
A. 1. Terdapat
penurunan
tingkat
stress
setelah
diberikan
Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama 90 menit pada kelompok intervensi.
Formatted: Indent: Left: 0.3", Hanging: 0.39", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75", Tab stops: Not at 0.56" Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25", Tab stops: Not at 0.56" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
2. Terdapat penurunanpeningkatan tingkat stress saat dilakukan posttest pada kelompok kontrol.
Formatted: Font: Bold Formatted: Font: Italic, Font color: Auto Formatted: Font: Bold
3. Ada perbedaan tingkat stress pada lansia kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan perlakuan berupa Reminiscence Therapy sebanyak 3 sesi, masing-masing selama 90 menit. b. Terdapat pengaruh dalam pemberian Reminiscence Therapy
terhadap penurunan tingkat stres pada lansia.
Formatted: Indent: Left: 1", Hanging: 0.25", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
setelah diberikan Reminiscence Therapy bila dibandingkan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
d. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stress pada lansia
B.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
c. Adanya perbedaan berupa penurunan tingkat stres pada lansia
dengan sebelumnya.
1.
Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
Saran
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
di kelompok intervensi yang diberi perlakuan dibandingkan
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
dengan lansia yang tidak diberi perlakuan.
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold, Font color: Auto Formatted: Indent: Hanging: 0.45", Numbered + Level: 1 + Numbering Style: A, B, C, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.5" + Indent at: 0.75" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
66
a. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25"
stress ini sangat mudah, murah, dan efektif sehingga pengelola
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
PSTW dapat menerapkannya
mengajarkannya
di Panti
SosialInstitusi Pendidikan sebagai kegiatan rutinsalah satu terapi penurun stress sehingga harapannya dapat meningkatkan
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
kualitas hidup lansia di Indonesia.
2. Bagi Pengelola PSTW Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi penurun stress dapat diterapkan dan ddiajarkan kepada lansia yang ada
Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
di PSTW Unit Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering
khususnya tiap wisma agar dapat menerapkan hal ini sehingga
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Font color: Auto
dapat meningkatkan sosialisasi dan komunikasi antar lansia. 3. Bagi Pendamping Lansia Reminiscence Therapy dapat diterapkan kepada lansia saat
Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Font: Italic, Font color: Auto
waktu-waktu senggang untuk menurunkan tingkat stress lansia. b.4. Bagi Peneliti Selanjutnya c. Pemberian Reminiscence Therapy sebagai terapi untuk
menurunkan tingkat stress lansia dapat disertai dengan menggunakan media seperti gambar, musik, atau alat-alat yang dapat membantu lansia dalam sehingga dapat meningkatkan keefektifan pemberian Reminiscence Therapy.
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1" + Indent at: 1.25" Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering
59
DAFTAR PUSTAKA Adientya, Gabriella; Fitria Handayani. 2012. Stress pada kejadian stroke. JURNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012, Halaman 183 – 188. Ahmadi, Abu, (2009), Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta. Ando, M., Morita, T., Okamoto, T., & Ninosaka, Y. (2007). One week short-term life review interview can improve spiritual well-being of terminally ill cancer patients. Diakses pada tanggal 14 Desember 2013 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/sites/entrez Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011) . Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta: Graha Ilmu. Badan Pusat Statistik (2010), Pedoman Pencacahan Susenas Kor 2010. BPS, Jakarta. Beecham, M.H., Anthony, C., & Kurtz, J. A life review interview guide: a structured systems approach to information gathering. International journal of aging & human development, 46(1), 25-44. Chairunnisa. (2009). Jurnal stress dan kesehatan. Stress dan Kesehatan. Jakarta: Chen, ting-ji., Li, Hui-jie., and Li, Juan., (2012). The effects of Reminiscence Therapy on Deppresive symptoms of Chinese elderly: study protocol of a randomized controlled trial. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Psychiatry Collins, C.(2006). Life Review and Reminiscence group therapy among senior adults.http://etd.lib.ttn.edu/theses/available/etd04182006223851/unrestricte d/Collins Casondra Diss.pdf, diakses pada tanggal 12 Febuari 2014 Crose, R. (1990). Reviewing the past in the here and now: using Gestalt therapy techniques with life review. Journal of mental health counseling, 12(3), 279-87 Dahlan, Muhammad Sopiyudin. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Damanik, Evelina Debora. (2011). The Measurement of Reliability, Validity, Items Analysis and Normative Data of Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Thesis di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Indonesia.
60
Darmojo, R.B., Martono, H.H., (2004). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI David, Haber Ph.D. Life Review: Implementation, theory, research, and therapy. Int’l. Journal Aging and Human Development, Vol. 63(2) 153-171, 2006. Departemen Kesehatan.(2009) Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta. Departemen Sosial. (2007). Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan masalah kesejahteraannya. Jakarta Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. 2009. Diperoleh http://www.depkes.go.id Devi, P.S., Sawitri, K.A., Nurhesti, P.O.Y.(2012). Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Stress pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Retrivied 28 Juni 2014. Donlon, Barbara Cole. (2007). Keperawatan Gerontik Edisi 2. Buku Kedokteran ECC: Jakarta Fauzi, Mahmud.(2013).Hubungan Dorongan Keluarga dan Kepuasan Hidup Lansia Berdasarkan Status Perkawinan. Jurnal Sains dan Praktik Sosiologi, vol I (3), 280-294 Garrido, Pedro. (2011). Aging and Stress: Past Hypoyheses, Present Approaches and Perspective. Retrieved 25 Juni 2014. www.aginganddisease.org Gudex, Claire., Horsted, Charlotte., Jensen, Anders Møller., Kijer, Marianne Kjer., and Sørensen, Jan., (2010). Consequences from use Reminiscence Therapy-a Randomized intervention study in ten Danish nursing homes. Retrieved Febuary 12, 2014. BMC Geriatrics. Hidayah, Nurul. S. Kep., Ns.(2013).Buku Ajar Keperawatan Gerontik. PSIK UMY: Yogyakarta Hidayati, L.N. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indriana, Yeniar., Kristiana, Ika Febrian., Sonda, Andrewinata A., Intanirian, Annisa.(2010).Tingkat Stres lansia di Panti Wreadha “Pucang Gading” Semarang. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, No. 2, Oktober 2010
61
Kennard, C. (2006). Reminiscence Therapy activities for people with Dementia. http://dying.about.com/od/thedyingprocess. Diakses pada tanggal 12 Febuari 2014 Lestari, Dhian Ririn. (2012). Pengaruh terapi Telaah Pengalaman Hidup terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Martapura dan Banjarbaru Kalimantan Selatan. Thesis pada Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Jurusan Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Indonesia. Looker, Terry dan Gregson, Olga. (2005). Managing Stress. Yogyakarta: BACA! Maryam, Siti., Ekasari, Mia Fatma., Rosidawati.(2008).Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika: Jakarta Montez, JK.; Hayward, MD. (2010). Early Life Conditions and Later Life Mortality Forthcoming as Chapter 5. In: Rogers, RG.; Crimmins, E., Editors. International Handbook of Adult Mortality. NY: Springer Publishers. Nasir, Abdul., Muhith, Abdul.(2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Salemba Medika: Jakarta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta Papalia, D.E., Olds, S.W & Feldman, R.D.(2008). Human development (9th ed).New York: Mc Graw Hill. Potter, P A, Perry, A G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Vol. 1. E/4. EGC: Jakarta. Potter, P A, Perry, A G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC Rogers, Richard G., Everett, Bethany G., Zajacova, Ana., Hummer, Robert A., (2010). Educational Degrees and Adult Mortality Risk in The United States. Retrieved 28 Juni 2014. NIH Public Access. Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis of Psychiatry. Behavior Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007, p.53-61;527-78; 1348-58 Sastroasmoro, Ismael.(2011).Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi keempat. Sagung Seto: Jakarta Sastroasmoro, S dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto.
62
Setyoadi., Kushariyadi.(2011).Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika Sholihah, Halimatus. (2011). Pengaruh Life Review Therapy Tingkat Harga Diri pada Lansia di Tejokusuman Notoprajan Ngampilan Yogyakarta. Skripsi Stara Satu, Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Aisyiyah Yogyakarta, Indonesia. Sigurdardottir, S. H., et al. (2012). Needs and care of older people living at home in Iceland. Scandinavian Journal of Public Health, 40, 1–9 Sirey, Jo Anne., McKenzie, Sharon. (2007). Cultural Life Review Program: A Community-Based Intervention for African American adn Caribbean American Older Adults. Diakses pada 20 Desember 2013 dari http://www.citra.org/wordpree/wp-content/uploads/Sirey-proposal.pdf Situs Resmi Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2005. Peraturan Perundang-Undangan Tentang Lanjut Usia. Retrieved 28 Desember 2013 Sopiah. 2008. Perilaku Organisasi, Andi, Yogyakarta Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stres. Retrivied 28 Juni 2014). http://resources.unpad.ac.id/unpad Sriwattanakomen et al., (2010). A Comparison of The Frequencies of Risk Factors for Depresion in Older Black and White Participants in a Study of Indicated Prevention. Internal Psychogeriatrics (2010), 22:8, 1240-1247 C International Psychogeriatrics Associations. Retrived 28 Juni 2014. http://search.proquest.com/psyarticles/docview Statistik Indonesia.(2013). Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010-2013. Diakses dari http://www.datastatistik indonesia.com/portal/index.php?option=com_proyeksi&task=show&Itemid =172 pada tanggal 5 Januari 2014. Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis, cetakan kedua belas. Alfabeta: Bandung Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung Suliswati et al., (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta Syarniah.(2010). Pengaruh Terapi Kelompok Reminiscence terhadap Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Wredha Budi Sejahtera provinsi
63
Kalimantan Selatan. Thesis Strata dua, Fakultas Ilmu Keperawatan, jurusan magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan Jiwa, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. Thomas A, Rando, and Howard Y. Chang. (2013). Aging, Rejuvenation, and Epigenetic Reprogramming: Resetting the Aging Clock. Retrieved 14 Desember 2013. NIH Public Access. Tsukamoto K, Machida K. (2012). Effects of life events and stress on neutrophil functions in elderly men. Retrieved 25 Juni 2014. Immunity and Ageing. Wahyuningsih, M. (2011). Ini Dia 5 Provinsi dengan Jumlah Lansia Paling Banyak. Detik Health. Diakses dari http://www.detikhealth.com pada 28 Desember 2013 Wheeler, K. (2008). Psychotherapy for the advanced practice psychiatric nurse. USA: Mosby, Inc. Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung. Yusuf U, Setianto L. (2013). Efektifitas “Cognitive Behavior Therapy” terhadap Penurunan Derajat Stress. Retrieved 3 Juli 2014. Mimbar, Vol. 29, No. 2 hal 175-186. Yuswikarini, Saraswati Eva. (2010). Terapi SEFT untuk Menurunkan Tingkat Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Thesis di Universitas Muhammadiyah Malang. Zainuddin, Ahmad Faiz. (2012). Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT). Jakarta: Afzan Publishing. 3-65 Zulfitri, R. (2011). Konsep diri dan gaya hidup lansia yang mengalami penyakit kronis di panti sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul Khotimah Pekanbaru. Diperoleh tanggal 13 Juli 2014 dari http://ejournal.unri.ac.id/index.php/J NI/article/view/636.
64
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN
Kepada Yth,
Yogyakarta, ................ 2014
Calon responden penelitian Di Tempat
Dengan hormat, Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: Nama
: Niken Ayu Arumsari
NIM
: 20100320133
No. Telpon/ HP
: 085643899921
Saya bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur Yogyakarta” tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini tidak akan merugikan reponden. Saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban responden, data hanya saya gunakan untuk kepentingan penelitian. Bersama ini saya lampirkan surat persetujuan responden. Bapak/Ibu dipersilahkan menandatangani surat persetujuan bila bersedia secara sukarela menjadi responden penelitian. Jika ada hal–hal yang perlu ditanyakan/ disampaikan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya melalui nomer telpon diatas. Besar harapan saya agar saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian dan menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan diajukan. Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerja sama saudara.
Hormat Saya, Peneliti NIKEN AYU ARUMSARI
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Jurusan Program Studi Ilmu keperawatan yang bernama Niken Ayu Arumsari, NIM 20100320133, dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Reminiscence Therapy terhadap tingkat stres pada lansia di PSTW Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan Ilmu Keperawatan di Indonesia.
Yogyakarta,.......................2014 Responden
(..........................................)
KUISIONER PENELITIAN “PENGARUH REMINISCENCE THERAPY TERHADAP TINGKAT STRES PADA LANSIA DI PSTW BUDI LUHUR YOGYAKARTA”
Nama Responden: Peneliti : Niken Ayu Arumsari Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Petunjuk Pengisian: Baca/dengarkan setiap pernyataan dengan baik dan benar. Beri tanda ceklis( √ ) pada pernyataan yang menurut anda benar.
Identitas Responden 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia a. 45-59 tahun b. 60-74 tahun c. 75-90 tahun d. > 90 tahun 3. Status Perkawinan Sekarang a. Menikah b. Tidak menikah c. Janda/ Duda 4. Pendidikan terakhir a. Tidak sekolah b. SD atau sederajat c. SMP atau sederajat
d. SMA atau sederajat e. Akademi/ Perguruan tinggi 5. Riwayat Pekerjaan a. PNS/ TNI/ POLRI b. Wiraswasta c. Pegawai swasta d. Tidak bekerja 6. Alasan tinggal di Panti a. Kemauan sendiri b. Kemauan keluarga c. Alasan lain 7. Lama tinggal dipanti a. 0-5 tahun b. 6-10 tahun c. > 10 tahun
Penilaian Kuesioner DASS-42
TES DASS-42 Petunjuk Pengisian Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu: 0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah. 1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang kadang. 2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau sering. 3 : Sangat sesuai dengan saya, atau hampir setiap saat. Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu. No
PERNYATAAN
0
1
Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal sepele.
2
Saya cenderung bereaksi terhadap suatu situasi.
3
Saya merasa sulit untuk bersantai.
4
Saya merasa diri saya mudah merasa kesal.
5
Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas.
6
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu lintas, menunggu sesuatu).
7
Saya merasa tersinggung.
8
Saya merasa sulit untuk beristirahat
9
Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
10
Saya merasa sulit untuk tenang setelah
bahwa
berlebihan
saya
mudah
1
2
3
sesuatu membuat saya kesal. 11
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
12
Saya sedang merasa gelisah.
13
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan.
14
Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
Modul Reminiscence Therapy
REMINISCENCE THERAPY Reminiscence Therapy adalah sebuah terapi yang terstruktur secara sistematis dan berguna untuk merefleksikan kehidupan lansia untuk mengevaluasi ulang, menyelesaikan konflik dari masa lalu, menemukan makna kehidupan, dan menilai koping adaptif mana yang sebaiknya digunakan. Adapun manfaat dari Reminiscence Therapy, antara lain: 1) 2) 3) 4) 5)
Meningkatkan harga diri Membantu individu mencapai kesadaran diri Memahami dirinya sendiri Meningkatkan kepuasan hidup Dapat beradaptasi dengan stres
Tabel 1: Reminiscence masa kanak-kanak Tujuan: Klien mampu menceritakan masa kanak-kanaknya Setting: a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan b. Ruangan nyaman Alat dan Bahan: a. b. c. d.
Buku panduan Reminiscence Therapy Daftar absen Lembar evaluasi Buku catatan dan pulpen
Metode: a. Dinamika kelompok b. Bercerita Waktu
Kegiatan Terapis Persiapan: a. Memilih dan membuat kontrak dengan lansia b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan Orientasi: Pada tahap ini terapis melakukan:
Kegiatan Lansia
1. Menjawab salam terapis Berdoa menurut
1. Memberi salam terapeutik a. Mengucap salam b. Membuka dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing c. Memperkenalkan nama terapis d. Menananyakan nama lansia dan saling memperkenalkan satu sama lain 2. Kontrak a. Menjelaskan tujuan umum kegiatan yaitu untuk melihat tingkat stres b. Menjelaskan tujuan khusus yaitu dengan menceritakan kembali masa kanakkanaknya c. Menjelaskan aturan main Menjelaskan jumlah pertemuan dan kegiatan yang dilakukan lansia - Kegiatan ini dilakukan selama 3 kali pertemuan - Pertemuan pertama, lansia akan mengisi kuisioner DASS42 yang kemudian dilanjutkan dengan menceritakan masa kanakkanaknya - Setiap individu mempunyai kesempatan untuk
agama dan keyakinan masingmasing Memperhatikan terapis Menyebutkan nama Memperhatikan 2. Memperhatikan penjelasan terapis Memperhatikan aturan main 3. Menjawab pertanyaan terapis
menceritakan masa kanakkanaknya - Lama kegiatan selama 90 menit dan klien wajib mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir Evaluasi: Menanyakan perasaan pasien saat ini Tahap Kerja: a. Terapis meminta setiap lansia untuk menceritakan pengalaman berharga saat masa kanakkanaknya dan lansia yang lain mendengarkan dan memberikan feedback b. Terapis memberikan reinforcement untuk lansia Tahap terminasi a. Evaluasi Menanyakan perasaan semua klien setelah mengikuti Reminiscence Therapy b. Terapi memberikan reinforcement untuk klien c. Rencana tindak lanjut Menganjurkan klien untuk mengulang hal ini saat berada di wisma saat berkumpul dengan teman-teman d. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya Menceritakan pengalaman berharga saat masa remananya
a. Lansia menceritakan pengalaman berharga saat masa kanak-kanaknya Memberikan feedback
a. Menjawab pertanyaan b. Mendengarkan dan menyepakati c. Menyepakati kontak selanjutnya
e. Menyepakati waktu dan tempat Penutup Mengakhiri kegiatan dengan berdoa dan mengucapkan salam
Berdoa dan menjawab salam
Tabel 2: Reminiscence masa remaja Tujuan: Klien mampu menceritakan masa remajanya Setting: a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan b. Ruangan nyaman Alat dan Bahan: a. b. c. d.
Buku panduan Reminiscence Therapy Daftar absen Lembar evaluasi Buku catatan dan pulpen
Metode: a. Dinamika kelompok b. Bercerita Jadwal kegiatan Waktu
Kegiatan Terapis Persiapan: a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan b. Berkumpul ditempat yang sudah ditentukan Orientasi: Pada tahap ini terapis melakukan: a. Memberi salam terapeutik b. Mengucap salam c. Membuka dengan doa menurut agama
Kegiatan Lansia
a. Menjawab salam terapis b. Berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing Memperhatikan terapis Menyebutkan
dan kepercayaan masing-masing 4. Kontrak a. Menjelaskan tujuan umum kegiatan yaitu untuk menurukan tingkat stress dan melanjutkan sesi yang kamarin b. Menjelaskan tujuan khusus yaitu dengan menceritakan kembali masa remajanya c. Menjelaskan aturan main - Kegiatan ini dilakukan selama 3 kali pertemuan - Lama kegiatan selama 90 menit dan klien wajib mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir Evaluasi: Menanyakan perasaan pasien saat ini Tahap Kerja: a. Terapis meminta setiap lansia untuk menceritakan pengalaman berharga saat masa remajanya b. Terapis memberikan reinforcement untuk setiap lansia Tahap terminasi a. Evaluasi
nama a. Memperhatikan penjelasan terapis Memperhatikan aturan main b. Menjawab pertanyaan terapis
a. Lansia menceritakan pengalaman berharga saat masa remajanya
d. Menjawab pertanyaan
Menanyakan e. Mendengarkan perasaan klien dan setelah mengikuti menyepakati Reminiscence f. Menyepakati Therapy kontak b. Terapi memberikan selanjutnya reinforcement untuk klien c. Rencana tindak lanjut Menganjurkan klien untuk mengulang hal ini saat berada di wisma saat berkumpul dengan teman-teman d. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya Menceritakan pengalaman berharga saat masa dewasa dan kejayannya e. Menyepakati waktu dan tempat Penutup Berdoa dan menjawab Mengakhiri kegiatan dengan salam berdoa dan mengucapkan salam
Tabel 3: Reminiscence masa dewasa dan masa kejayaannya Tujuan: Klien mampu menceritakan masa dewasa dan masa kejayaannya Setting: a. Klien dan terapis duduk bersama dalam ruangan b. Ruangan nyaman Alat dan Bahan: a. Buku panduan Reminiscence Therapy b. Daftar absen c. Lembar evaluasi
d. Buku catatan dan pulpen Metode: a. Dinamika kelompok b. Bercerita Jadwal kegiatan Waktu
Kegiatan Terapis Persiapan: a. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan b. Berkumpul ditempat yang sudah ditentukan Orientasi: Pada tahap ini terapis melakukan: a. Memberi salam terapeutik b. Mengucap salam c. Membuka dengan doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing 3. Kontrak a. Menjelaskan tujuannya yaitu melakukan Reminiscence Therapy melanjutkan sesi yang kemarin b. Menjelaskan dan mengingatkan kembali tujuan yaitu menceritakan kembali masa dewasa dan kejayaannya c. Menjelaskan aturan main Menjelaskan
Kegiatan Lansia
a. Menjawab salam terapis b. Berdoa menurut agama dan keyakinan masingmasing Memperhatik an terapis c. Memperhatik an penjelasan terapis Memperhatik an aturan main d. Menjawab pertanyaan terapis
-
Kegiatan ini dilakukan selama 3 kali pertemuan - Setiap individu mempunyai kesempatan untuk menceritakan masa dewasa dan kejayaannya - Lama kegiatan selama 90 menit dan klien wajib mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir Evaluasi: Menanyakan perasaan pasien saat ini Tahap Kerja: a. Terapis meminta setiap lansia untuk menceritakan pengalaman berharga saat masa dewasa dan kejayannya b. memberikan reinforcement untuk lansia Tahap terminasi a. Evaluasi Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Reminiscence Therapy b. Terapi memberikan reinforcement untuk klien c. Menganjurkan klien
a. Lansia menceritakan pengalaman berharga saat masa dewasa dan kejayaannya
a. Menjawab pertanyaan b. Mendengarka n dan menyepakati c. Menyepakati kontak selanjutnya
untuk mengulang hal ini saat berada di wisma saat berkumpul dengan teman-teman a. Kontrak yang akan datang Menyepakati kegiatan berikutnya yaitu mengisi kuesioner DASS-42 Penutup Berdoa dan Mengakhiri kegiatan dengan menjawab salam berdoa dan mengucapkan salam
Tes GDS
TES GDS (Geriatric Depression Scale) Nama pasien:
Tanggal:
Usia pasien:
Wisma:
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat dua pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan yaitu: YA: Anda mengalami hal tersebut TIDAK: Anda tidak mengalami hal tersebut Selanjutnya, Bapak/Ibu diminta untuk menjawab dengan cara memberi cek list (V) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan apa yang dirasakan sesuai dengan Bapak/Ibu selama seminggu terakhir. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Bapak/Ibu yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10.
11.
KEADAAN YANG DIRASAKAN SELAMA SEMINGGU TERAKHIR Apakah anda sebenarnya puas dengan keadaan anda? Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan anda? Apakah anda merasa kehidupan anda kosong atau merasa kesepian? Apakah anda sering merasa bosan? Apakah anda memiliki semangat yang bagus dalam sebagian besar hidup anda? Apakah anda takut khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Apakah anda merasa bahagia dalam sebagian besar hidup anda? Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Apakah anda lebih suka tinggal di wisam atau rumah daripada pergi keluar untuk melakukan sesuatu yang baru? Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibanding dengan kebanyakan orang? Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang menyenangkan?
Nilai Respon YA TIDAK
12. 13 14.
15.
Apakah anda merasa tidak berharga? Apakah anda merasa penuh dengan energi/ kekuatan? Apakah anda merasa apa yang anda alami sekarang ini/ keadaan anda saat ini tidak ada harapan? Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda?
TES MMSE (Mini-Mental State Examination) Nama pasien:
Nama Pemeriksa:
Usia pasien:
Tanggal pemeriksaan:
Pendidikan:
Wisma:
Orientasi 1. Sekarang ini (tahun), (bulan), (tanggal), (hari), (musim), apa? 2. Kita berada dimana? (negara), (propinsi), (kota), (panti wredha), (lantai/kamar) Registrasi memori 3. Sebut 3 objek Tiap objek 1 detik, kemudian lansia diminta mengulangi 3 nama objek tadi. Nilai 1 untuk setiap nama objek benar. Ulangi sampai lansia dapat menyebutkan dengan benar. Catat jumlah pengulangannya Atensi dan kalkulasi 4. Kurangkan 100 dengan 5, kemudian hasilnya berturut-turut kurangkan dengan 5 sampai pengurangan kelima (100;95;90;85;80;75). Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau Aja huruf secara terbalik kata “WAHYU”. Nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum kesalahan, missal “UYAHW” Pengenalan kembali (Recalling) 5. Lansia diminta menyebutkan 3 objek di atas (pertanyaan ke-3) Bahasa 6. Lansia diminta menyebut 2 benda yang ditunjukkan perawat. Misal: pensil, buku 7. Lansia diminta mengulangi ucapan perawat: namun, tanpa, apabila
8. Lansia diminta mengikuti 3 perintah dari perawat: ambil kertas dengan tangan kanan, kemudian lipat bagi dua, dan letakkan dilantai 9. Lansia diminta membaca dan melakukan perintah: Pejamkan mata anda 10. Lansia diminta menulis kalimat singkat tentang pikiran/ perasaan secara spontan dibawah ini. Kalimat terdiri dari dua kata (subjek dan objek) 11. Lansia diminta menggambar bentuk dibawah ini:
Skor Tertinggi Dicapai 5 5 3 5 3 2 1 3 1 1 1 Skor Total: 30
Cas e Proce ss ing Sum m ary
sebelum sesudah
kel intervensi kontrol intervensi kontrol
N
Cases Mis sing N Percent 0 .0% 0 .0% 0 .0% 0 .0%
Valid Percent 19 100.0% 19 100.0% 19 100.0% 19 100.0%
N
Total Percent 19 100.0% 19 100.0% 19 100.0% 19 100.0%
Tes ts of Norm ality a
sebelum sesudah
kel intervensi kontrol intervensi kontrol
Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. .237 19 .006 .205 19 .035 .239 19 .006 .174 19 .133
Statistic .876 .894 .791 .952
Shapiro-Wilk df 19 19 19 19
a. Lillief ors Signif icance Correc tion Tes t of Hom ogeneity of V ar iance
sebelum
sesudah
Based on Mean Based on Median Based on Median and w ith adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and w ith adjusted df Based on trimmed mean
Levene Statistic .924 .931
df 1 1 1
df 2 36 36
Sig. .343 .341
.931
1
34.560
.341
1.029 .171 .287
1 1 1
36 36 36
.317 .682 .596
.287
1
35.669
.596
.314
1
36
.578
Sig. .018 .039 .001 .424
Frequencies Statistics JK N
Valid Mis sing
us ia
38 0 .081 .500 1 2 1.00 2.00 2.00
Std. Error of Mean Std. Deviation Minimum Max imum Percentiles 25 50 75
RNK
38 0 .077 .474 1 3 2.00 2.00 2.25
38 0 .128 .790 1 3 3.00 3.00 3.00
RPD 38 0 .181 1.119 0 4 .00 1.00 2.00
Frequency Table JK
Valid
laki-laki perempuan Total
Frequenc y 16 22 38
Percent 42.1 57.9 100.0
Valid Percent 42.1 57.9 100.0
Statis tics us ia N
V alid Mis sing
Mean Std. Error of Mean Median Std. Deviation Minimum Max imum Percentiles 25 50 75
38 0 74.71 1.383 73.00 8.526 60 92 68.00 73.00 82.00
Cumulativ e Percent 42.1 100.0
RPK 38 0 .140 .865 0 3 2.00 2.00 3.00
LPanti 38 0 .135 .831 1 3 1.00 2.00 3.00
Alasan 38 0 .102 .627 1 3 1.00 2.00 2.00
Kelompok Intervensi Statis tics us ia N
V alid Mis sing
19 0 72.6316 1.67229 72.0000 7.28934 61.00 88.00 68.0000 72.0000 79.0000
Mean Std. Error of Mean Median Std. Deviation Minimum Max imum Percentiles 25 50 75
Kelompok Kontrol Statis tics us ia N
V alid Mis sing
19 0 76.8421 2.14975 80.0000 9.37054 60.00 92.00 70.0000 80.0000 84.0000
Mean Std. Error of Mean Median Std. Deviation Minimum Max imum Percentiles 25 50 75
usia
Valid
60-74 75-90 >90 Total
Frequenc y 21 16 1 38
Percent 55.3 42.1 2.6 100.0
Valid Percent 55.3 42.1 2.6 100.0
Cumulativ e Percent 55.3 97.4 100.0
Usia Kelompok Intervensi Usia
V alid
Mis sing Total
60-74 tahun 75-90 tahun Total System
Frequenc y 13 6 19 19 38
Percent 34.2 15.8 50.0 50.0 100.0
V alid Percent 68.4 31.6 100.0
Cumulativ e Percent 68.4 100.0
Usia Kelompok Kontrol Usia
V alid
Mis sing Total
60-74 tahun 75-90 tahun >90 tahun Total System
Frequenc y 8 10 1 19 19 38
Percent 21.1 26.3 2.6 50.0 50.0 100.0
V alid Percent 42.1 52.6 5.3 100.0
Cumulativ e Percent 42.1 94.7 100.0
RPD
V alid
tidak sekolah sd SMP SMA PT Total
Frequenc y 12 13 7 5 1 38
Percent 31.6 34.2 18.4 13.2 2.6 100.0
V alid Percent 31.6 34.2 18.4 13.2 2.6 100.0
Cumulativ e Percent 31.6 65.8 84.2 97.4 100.0
RNK
Valid
menikah belum menikah janda/duda Total
Frequenc y 7 1 30 38
Percent 18.4 2.6 78.9 100.0
Valid Percent 18.4 2.6 78.9 100.0
Cumulativ e Percent 18.4 21.1 100.0
RPK
Valid
Frequenc y tidak bekerja 3 PNS 2 Wirasw as ta 18 pegaw ai s w as ta 15 Total 38
Percent 7.9 5.3 47.4 39.5 100.0
Valid Percent 7.9 5.3 47.4 39.5 100.0
Cumulativ e Percent 7.9 13.2 60.5 100.0
LPanti
Valid
0-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun Total
Frequenc y 32 4 2 38
Percent 84.2 10.5 5.3 100.0
Valid Percent 84.2 10.5 5.3 100.0
Cumulativ e Percent 84.2 94.7 100.0
Kelompok Intervensi LPanti
V alid
Mis sing Total
0-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun Total System
Frequenc y 15 2 2 19 19 38
Percent 39.5 5.3 5.3 50.0 50.0 100.0
V alid Percent 78.9 10.5 10.5 100.0
Cumulativ e Percent 78.9 89.5 100.0
Kelompok Kontrol LPanti
V alid
Mis sing Total
0-5 tahun 6-10 tahun Total System
Frequenc y 18 1 19 19 38
Percent 47.4 2.6 50.0 50.0 100.0
V alid Percent 94.7 5.3 100.0
Cumulativ e Percent 94.7 100.0
Alas an
Valid
kemauan sendiri kemauan keluarga alas an lain Total
Frequenc y 16 19 3 38
Percent 42.1 50.0 7.9 100.0
Valid Percent 42.1 50.0 7.9 100.0
Cumulativ e Percent 42.1 92.1 100.0
Histogram
JK
40
Frequency
30
20
10
Mean =1.58 Std. Dev. =0.5 N =38 0 0.5
1
1.5
JK
2
2.5
RPD
12.5
Frequency
10.0
7.5
5.0
2.5 Mean =1.21 Std. Dev. =1.119 N =38 0.0 -1
0
1
2
3
4
5
RPD
usia
40
Frequency
30
20
10
Mean =2.21 Std. Dev. =0.474 N =38 0 0.5
1
1.5
2
usia
2.5
3
3.5
RNK
30
Frequency
20
10
Mean =2.61 Std. Dev. =0.79 N =38 0 0.5
1
1.5
2
RNK
2.5
3
3.5
LPanti
20
Frequency
15
10
5
Mean =1.89 Std. Dev. =0.831 N =38 0 0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
LPanti
RPK
20
Frequency
15
10
5
Mean =2.18 Std. Dev. =0.865 N =38 0 -1
0
1
2
RPK
3
4
Alasan
25
Frequency
20
15
10
5 Mean =1.66 Std. Dev. =0.627 N =38 0 0.5
1
1.5
2
Alasan
2.5
3
3.5
Paired Sam ples Statis tics
Pair 1 Pair 2
Mean 7.47 4.0000 8.2632 10.5789
sebelum sesudah Cseb Cses
N 19 19 19 19
Std. Error Mean 1.396 .84466 1.18431 .90907
Std. Deviation 6.086 3.68179 5.16228 3.96254
Paired Samples Corre lations N Pair 1 Pair 2
sebelum & s esudah Cseb & Cs es
Correlation .612 .622
19 19
Sig. .005 .004
Paired Samples Te st Paired Dif f erences
Pair 1 Pair 2
sebelum - ses udah Cseb - Cses
Mean 3.47368 -2.31579
Std. Deviation 4.81166 4.11032
Std. Error Mean 1.10387 .94297
95% Conf idence Interval of the Dif f erence Low er Upper 1.15454 5.79283 -4.29690 -.33468
t 3.147 -2.456
df 18 18
Group Statis tics
sesudah
kel intervensi kontrol
N 19 19
Mean 4.0000 10.5789
Std. Deviation 3.68179 3.96254
Std. Error Mean .84466 .90907
Inde pe nde nt Sam ples Te s t Levene's Test f or Equality of V ariances
F sesudah
Equal variances as sumed Equal variances not assumed
.171
Sig. .682
t-test f or Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Dif f erence
Std. Error Dif f erence
95% Conf idence Interval of the Dif f erence Low er Upper
-5.302
36
.000
-6.57895
1.24091
-9.09563
-4.06226
-5.302
35.807
.000
-6.57895
1.24091
-9.09610
-4.06179
Sig. (2-tailed) .006 .024