HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh: ARIS TRIBOWO 201210201086
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Disusun oleh: ARIS TRIBOWO 201210201086
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh: ARIS TRIBOWO 201210201086
Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh: Pembimbing Tanggal
: Ns. Suratini, M.Kep., Sp.Kep.Kom. : ……………………………
Tanda Tangan
: ……………………………
HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA YOGYAKARTA UNIT BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL1 Aris Tribowo2 Suratini3 INTISARI Latar Belakang: Hipertensi dan demensia adalah gangguan kesehatan yang umum pada lansia. Hipertensi mempengaruhi seluruh sistem aliran darah termasuk pembuluh darah yang menuju otak yang bisa mengakibatkan terjadinya demensia. Demensia bisa mengakibatkan terjadinya perilaku pada lansia seperti mudah lupa, memusuhi orang-orang disekitarnya dan mudah hilang. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan mencari hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Menggunakan Total Sampling dengan 40 responden dan data yang diperoleh berupa riwayat hipertensi dari rekam medis dan kejadian demensia dari kuisioner MMSE. Uji statistik menggunakan Uji Kendall tau. Hasil Penelitian: Terdapat 30 lansia mengalami hipertensi ringan dan 20 lansia mengalami demensia ringan. Nilai signifikansi diperoleh p=0,375 sehingga p>0,05. Hipotesis ditolak atau tidak diterima. Simpulan dan Saran: Tidak ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian demensia pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul. Saran bagi lansia Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta agar senantiasa menjaga kesehatannya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, olahraga. Kata Kunci Daftar Pustaka Jumlah Halaman
: Riwayat Hipertensi, Kejadian Demensia, Lansia. : 7 buku (2007-2013), 4 jurnal, 3 website, 2 tesis. : v, 18 halaman, 12 tabel.
________________________________ 1
Judul Skripsi Mahasiswa Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta 2
THE CORRELATION BETWEEN HYPERTENSION AND DEMENTIA OCCURANCES ON ELDERLY IN BUDHI LUHUR NURSING HOME KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA1 Aris Tribowo2, Suratini3 ABSTRACT Background: Hypertension and dementia are health disturbances that generally happen on elderly. Hypertension influences the whole blood circulation system including blood vessel to the brain which can cause dementia. Dementia can cause behavioral deterioration on elderly such as being forgetful, being angry to surrounding people, and being easy to get lost. Objective: The study aim to explore the correlation between hypertension and dementia occurrences on elderly in Budhi Luhur Nursing Home Kasongan Bantul Yogyakarta. Method: The study employed descriptive correlative method with cross sectional approach. The total samples were 40 respondents, and the data obtained was in the form of hypertension history from the medical record and dementia occurrances from MMSE questioner. Statistical test used Kendall Tau test. Result: There were 30 elderly experiencing light hypertension, and 20 elderly had light dementia. The significance value obtained p=0,375 so p>0,05. The hypothesis was rejected. Conclusion and Suggestion: There was ni correlation between hypertension history and dementia occurrances on elderly in Budhi Luhur Nursing Home Kasongan Bantul Yogyakarta. The elderly in nursing homes are expected to keep their health in fulfilling their basic need which is to do sport.
Keywords : hypertension history, dementia occurrances, elderly References : 7 books (2007-2013), 4 journals, 3 websites, 2 theses. Page Number : v, 18 pages, 12 tables.
________________________________ 1
Title of the thesis Student of School of Nursing, Faculty of Health Science, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta 3 Lecturer of School of Nursing, Faculty of Health Science, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta 2
dan Indonesia merupakan salah satu
PENDAHULUAN Proses
menua
merupakan
negara penyumbang tingginya angka
suatu proses yang terus berlanjut
prosentase
secara alamiah dan akan dialami
lansia di dunia (Ulfah, 2009).
oleh setiap individu. Pada proses ini,
Penduduk lansia di Indonesia pada
tiap
tahun 2006 sebesar kurang lebih 19
individu
kemunduran,
mengalami
baik
dari
struktur
peningkatan
jumlah
juta (8.9%) dengan usia harapan
maupun fungsi organ yang dapat
hidup
menyebabkan
kemampuan
sebesar 23.9 juta (9.77%) dengan
terhadap
lingkungan
usia harapan hidup 67.4 tahun dan
berkurang
(Nugroho,
beradaptasi semakin
66.2
pada
tahun,
tahun
2020
tahun
2010
diperkirakan
2009). Selain itu lanjut usia (lansia)
sebesar 28.8 juta (11.34%) dengan
juga akan mengalami penurunan
usia harapan hidup 71.1 tahun
kondisi
(Badan
fisik/biologis,
kondisi
Pusat
Statistika,
2010).
psikologis, serta perubahan kondisi
Menurut
sosial
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta
(2009)
menyatakan
(Tamher
&
Noorkasiani,
2012).
Humas
Pemerintah
Berdasarkan perkiraan PBB
bahwa peningkatan jumlah lansia
bahwa jumlah lansia di dunia pada
juga terjadi di Yogyakarta. Provinsi
tahun 2005-2025 meningkat hingga
DIY merupakan salah satu dari 7
77,37%. Pada tahun 2008 jumlah
Provinsi di Indonesia yang angka
lansia di dunia telah mencapai 506
usia
juta jiwa dan pada tahun 2040 angka
berlipat ganda yaitu 12,48% dan
ini akan meningkat 233% dengan
memiliki penduduk 3.337.095 jiwa
jumlah lansia sebesar 1,3 miliar jiwa
dengan jumlah lansia 389.347 jiwa.
harapan
hidupnya
tumbuh
Salah satu Kabupaten di Yogyakarta
kesehatan jiwa, kemunduran daya
penyumbang lansia dalam jumlah
ingat seperti demensia atau pikun,
banyak adalah Bantul dimana setiap
dan
tahun jumlah lansia di Bantul
merupakan salah satu gangguan
bertambah yaitu dari 87.500 orang
yang sering terjadi pada lansia
pada tahun 2006 menjadi 91.931
sebagai
orang pada tahun 2008 (Prihtiyani,
fisiologis yang berupa kemunduran
2008).
kognitif. Akibat
dari
peningkatan
sebagainya.
efek
Demensia
dari
perubahan
Perubahan
khas
demensia
terjadi
jumlah penduduk lansia ini adalah
memori,
bahasa,
peningkatan ketergantungan lansia.
visuospasial, dan gangguan perilaku
Ketergantungan ini menyebabkan
serta pemenuhan kebutuhan lainnya.
munculnya masalah kesehatan yang
Dampak
pada
pada
kognisi,
kemampuan,
dari
kejadian
disebabkan oleh kemunduran fisik,
demensia ini jika tidak ditangani
psikis,
yang
diantaranya yaitu, terjadi perubahan
digambarkan melalui empat tahap,
perilaku pada lansia tersebut seperti
yaitu
melupakan
dan
sosial
kelemahan,
lansia
keterbatasan
dirinya
sendiri,
fungsional, ketidakmampuan, dan
memusuhi orang-orang disekitarnya,
keterhambatan yang dialami akibat
dan
proses
malam hari sehingga mudah hilang
Menurut
menua Yosep
(Yulianti,
2014).
(2009)
adapun
sering
(Brooker
berkeluyuran
&
Carpenito,
pada
2009).
masalah kesehatan lain yang muncul
Demensia juga dapat menimbulkan
akibat
dampak
dari
peningkatan
jumlah
pada
keluarga
yang
lansia, yaitu masalah kesehatan
merawat anggota keluarga dengan
indera pendengaran dan penglihatan,
demensia. Merawat lansia dengan
demensia merupakan pengalaman
yang
sangat
unik bagi keluarga yang kemudian
kehidupan sehari hari (AHA, 2007).
menimbulkan stress sehingga terjadi
penting
Berdasarkan
dalam
studi
peningkatan beban keluarga (Family
pendahuluan di Balai Pelayanan
burden).
yang dirasakan
Sosial Tresna Werdha Yogyakarta
keluarga yaitu beban fisik, beban
Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul
psikologis,
dan
pada tanggal 16 Desember 2015
beban sosial (Widyastuti, 2011).
melalui wawancara langsung dengan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
petugas, di BPSTW terdapat 88
terjadinya demensia adalah penyakit
lansia dengan usia dari 63 tahun
alzheimer, usia lebih dari 60 tahun,
sampai
riwayat keluarga yang memiliki
wawancara tersebut didapatkan data
demensia, mutasi genetik, sindrom
bahwa
down, trauma kepala, dan penyakit
BPSTW terdapat 40% lansia yang
kardiovaskuler
mengalami
Beban
beban
ekonomi
seperti
89
tahun.
dari
88
Dari
jumlah
demensia
dan
hasil
lansia
60%
hiperlipidemia, diabetes melitus, dan
lansia mengalami hipertensi dengan
hipertensi (Ham, 2007). Hipertensi
diberikan obat secara terus-menerus
menjadi salah satu faktor yang
dan
mempengaruhi terjadinya demensia.
lansia demensia yaitu, sering keluar
Hipertensi secara bermakna akan
dari wisma tanpa memakai pakaian,
mempengaruhi kondisi kesehatan
kadang-kadang mengatakan belum
seseorang, dimana berbagai fungsi
makan, berantem sesama teman dan
mulai
menurun,
jika
risiko
menurunnya
meningkatnya daya
menimbulkan
lansia
dampak
keluyuran
dari
cara
ingat,
menanganinya dengan memasukkan
kemampuan mengurus diri sendiri
lansia kekamar lalu menguncinya
dari luar. Dampak bagi perawat
(Sugiyono, 2013). Pada penelitian
panti sendiri tidak menimbulkan
ini digunakan analisis data korelasi
dampak yang berat karena sudah
Kendall Tau. Teknik korelasi ini
terbiasa
digunakan untuk mencari hubungan
dengan
demensia
dan
lansia
yang
mengatakan
itu
dan
membuktikan
hipotesis
memang sudah tugasnya merawat
hubungan dua variabel bila data dari
lansia.
dua variabel berbentuk ordinal atau
Masalah
lansia
dengan
hipertensi menjadi faktor terbesar yang
mempengaruhi
demensia.
Dalam
terjadinya mengatasi
kejadian demensia tersebut, petugas di
BPSTW
mengatakan
bahwa
biasanya hanya dilakukan beberapa terapi oleh mahasiswa praktik.
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
menggunakan
penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan korelas.
metode
Pendekatan
deskriptif dalam
penelitian ini adalah cross sectional yaitu,
untuk
mencari
hubungan
antara dua variabel, pendekatan ini terjadi pada objek penelitian yang dikumpulkan pada saat bersamaan
rangking (Sugiyono, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik responden penelitian Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hasil Penelitian Di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur tahun 2016 No. Karakteristik Responden 1. Umur 60-65 Tahun 66-70 Tahun 71-75 Tahun 76-80 Tahun Total 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total 3. Pendidikan SD SMP SMA Total 4. Lama Riwayat Penyakit 5-10 Tahun >10 Tahun Total
Frekuensi (f)
Persentase (%)
9 13 9 9 40
22,5 32,5 22,5 22,5 100
12 28 40
30 70 100
28 4 8 40
70 10 20 100
37 3 40
92,5 7,5 100
(Sumber: Primer, 2016) Berdasarkan
tabel
4.1
kelompok
umur
menunjukkan bahwa karakteristik
sebanyak
9
responden
Karakteristik
berdasarkan
umur
76-80
orang
tahun
(22,5%). responden
paling banyak pada kelompok
berdasarkan jenis kelamin paling
umur 66 – 70 tahun sebanyak 13
banyak perempuan sebanyak 28
responden (32.5%) dan paling
responden (70.0%) dan paling
sedikit pada kelompok umur 60-65
sedikit
tahun sebanyak 9 orang (22,5%),
responden,
kelompok
berjenis
kelamin
sebanyak
12
umur
71-75
tahun
sebanyak 9 orang (22,5%), dan
untuk
jenis
yaitu
orang
kelamin responden laki-laki (30%).
Karakteristik berdasarkan banyak
responden pendidikan
berpendidikan
Dasar sebanyak
28
paling
(92.5%) dan yang paling sedikit
Sekolah
>10 tahun sebanyak 3 orang
responden
(70.0%) dan yang paling sedikit berpendidikan SMP sebanyak 4 orang
(10%).
responden
Karakteristik
berdasarkan
10 tahun sebanyak 37 responden
lama
(7,5%). 2.
Riwayat hipertensi Berdasarkan penelitian maka
riwayat
hipertensi
dapat
dideskripsikan dalam tabel berikut:
riwayat penyakit paling banyak 5– Hasil penelitian pada riwayat hipertensi dapat dilihat di tabel berikut ini: Tabel 4.2 Riwayat hipertensi pada lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur tahun 2016 Riwayat hipertensi Ringan Sedang Berat Total (Sumber: Primer, 2016)
Frekuensi 28 11 1 40
Dari tabel 4.2 dapat dilihat
% 70.0 27.5 2.5 100.0
dideskripsikan
berdasarkan
bahwa hasil penelitian tentang
karakteristik
riwayat hipertensi paling banyak
tinggal di BPSTW Yogyakarta
pada kategori ringan sebanyak 28
Unit Budhi Luhur seperti umur,
orang
jenis kelamin, pendidikan dan
(70.0%)
dan
riwayat
hipertensi responden yang paling sedikit, yaitu pada kategori berat sebanyak 1 orang (2,5%). Selanjutnya untuk memberikan
responden
yang
lama riwayat hipertensi. 3. Hubungan Riwayat Hipertensi Berdasarkan Umur Berdasarkan
umur,
riwayat
gambaran secara lengkap tentang
hipertensi dapat dilihat pada tabel
riwayat hipertensi pada lansia yang
berikut:
Tabel 4.3 Riwayat Hipertensi Berdasarkan Umur pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Umur
Ringan 7 9 7 8 31
60 - 65 tahun 66 - 70 tahun 71 - 75 tahun 76 - 80 tahun Total
% 17,5 22,5 17,5 20 77,5
Riwayat Hipertensi Sedang % Berat 1 2,5 1 3 7,5 1 2 5 1 2,5 7 17,5 2
% 2,5 2,5 5
Total 9 13 9 9 40
(Sumber: Primer 2016) Berdasarkan
4.3
kelompok umur 60-65 tahun dan
riwayat
76-80 tahun terdapat sebanyak 1
umur
orang (2,5%) mempunyai riwayat
responden yang diteliti, didapatkan
hipertensi kategori sedang dan
bahwa
yang
menunjukkan hipertensi
tabel bahwa
berdasarkan
responden
yang paling
mempunyai
riwayat
banyak berusia antara 66-70 tahun
hipertensi berat
terdapat sebanyak 9 orang (22,5%)
kelompok umur 60-65 tahun dan
mempunyai
66-70 tahun sebanyak 1 orang
riwayat
hipertensi
kategori ringan, sedangkan yang paling
sedikit
terjadi
terjadi pada
(2,5%).
pada
4. Hubungan Riwayat Hipertensi
Berdasarkan jenis kelamin, riwayat
Berdasarkan Jenis Kelamin
hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Riwayat Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Ringan 9 22 31
% 22,5 55 77,5
Riwayat Hipertensi Sedang % Berat 3 7,5 1 4 10 1 7 17,5 2
(Sumber: Data Primer 2016)
% 2,5 2,5 5
Total 13 27 40
% 32,5 67,5 100
% 22,5 32,5 22,5 22,5 100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa riwayat hipertensi
berdasarkan
jenis
riwayat
hipertensi
berat
sebanyak 1 orang (2,5%). 5. Hubungan Riwayat Hipertensi
kelamin didapatkan sebagian
Berdasarkan Pendidikan
besar perempuan sebanyak 22
Berdasarkan pendidikan, riwayat
orang (55%) dan yang paling
hipertensi dapat dilihat pada tabel
sedikit berjenis kelamin laki-
berikut:
laki dan perempuan dengan Tabel 4.5 Riwayat Hipertensi Berdasarkan Pendidikan pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Pendidikan SD SMP SMA Total
Ringan 24 3 4 31
% 60 7,5 10 77,5
Riwayat Hipertensi Sedang % Berat 4 10 1 1 3 7,5 7 17,5 2
% 2,5 2,5 5
Total 29 4 7 40
% 72,5 10 17,5 100
(Sumber: Data Primer 2016) Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan
bahwa
riwayat
paling sedikit riwayat hipertensi berdasarkan
pendidikan
pada
hipertensi berdasarkan pendidikan
tingkat pendidikan SD dan SMP
didapatkan
sebanyak
banyak
pada
pendidikan
persentase
paling
responden
yang
terakhirnya
SD
1
mempunyai
orang
(2,5%)
riwayat
hipertensi
lama
riwayat
kategori berat.
sebanyak 24 orang (60%) dan yang 6. Hubungan Berdasarkan Penyakit
Riwayat Lama
Hipertensi Riwayat
Berdasarkan
penyakit, riwayat hipertensi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Riwayat Hipertensi Berdasarkan Lama Riwayat Penyakit pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Lama Riwayat Penyakit
Ringan 29 2 31
5-10 tahun >10 tahun Total
% 72,5 5 77,5
Sedang 6 1 7
Riwayat Hipertensi % Berat 15 2 2,5 17,5 2
% 5 5
Total 37 3 40
(Sumber: Data Primer 2016) Berdasarkan menunjukkan hipertensi riwayat
tabel
bahwa
berdasarkan penyakit,
4.6
persentase paling sedikit yaitu
riwayat
responden yang mempunyai lama
lama
persentase
paling banyak yaitu responden yang mempunyai lama riwayat penyakit
antara
5-10
tahun
sebanyak 29 orang (72,5%) dan
riwayat
penyakit
>10
tahun
sebanyak 1 orang (2,5%). 7. Kejadian demensia pada lansia Hasil penelitian kejadian demensia pada lansia dapat dilihat di tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Kejadian demensia pada lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Kejadian demensia Normal Ringan Sedang Berat Total (Sumber: Primer, 2016)
Frekuensi 9 20 7 4 40
% 22.5 50.0 17.5 10.0 100.0
Dari tabel 4.7 dapat dilihat
sebanyak 20 responden (50%) dan
bahwa hasil penelitian tentang
kejadian demensia pada lansia
kejadian demensia pada lansia
paling sedikit pada kategori berat
paling banyak pada kategori ringan
sebanyak 4 orang (10%).
% 92,5 7,5 100
Selanjutnya
untuk
jenis kelamin, pendidikan, dan lama
memberikan gambaran secara lebih
riwayat penyakit.
lengkap tentang kejadian demensia
8. Hubungan Kejadian Demensia
pada lansia yang dideskripsikan berdasarkan karakteristik responden
Berdasarkan Umur Berdasarkan
umur,
yang tinggal di BPSTW Yogyakarta
kejadian demensia dapat dilihat
Unit Budhi Luhur seperti umur,
pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Kejadian Demensia Berdasarkan Umur pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Umur
Ringan 9 8 7 7 31
60 - 65 tahun 66 - 70 tahun 71 - 75 tahun 76 - 80 tahun Total
% 22,5 20 17,5 17,5 77,5
Kejadian Demensia Sedang % Berat 1 2,5 1 3 7,5 1 2 5 1 2,5 7 17,5 2
% 2,5 2,5 5
Total 11 12 9 8 40
% 27,5 30 22,5 20 100
(Sumber: Data Primer 2016) Berdasarkan
tabel
4.8
tahun sebanyak 1 orang (2,5%)
menunjukkan bahwa kejadian
mempunyai kejadian demensia
demensia
berdasarkan
kategori
responden
yang
umur
sedang
dan
yang
diteliti,
mempunyai riwayat hipertensi
didapatkan bahwa responden
berat terjadi pada kelompok
yang paling banyak berusia
umur 60-65 tahun dan 66-70
antara 60-65 tahun sebanyak 9
tahun sebanyak 1 orang (2,5%).
orang kejadian
(22,5%)
mempunyai
demensia
kategori
9. Hubungan Kejadian Demensia Berdasarkan Jenis kelamin
ringan, sedangkan yang paling
Berdasarkan
jenis
kelamin,
sedikit terjadi pada kelompok
kejadian demensia dapat dilihat
umur 60-65 tahun dan 76-80
pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Kejadian Demensia Berdasarkan Jenis Kelamin pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Ringan 9 22 31
% 22,5 55 77,5
Kejadian Demensia Sedang % Berat % 3 7,5 1 2,5 4 10 1 2,5 7 17,5 2 5
Total 13 27 40
% 32,5 67,5 100
(Sumber: Data Primer 2016) Berdasarkan menunjukkan demensia
tabel bahwa
berdasarkan
4.9
kelamin laki-laki dan perempuan
kejadian
sebanyak 1 orang (2,5%) dengan
jenis
mempunyai kejadian demensia
kelamin didapatkan untuk jenis kelamin
responden
banyak,
yaitu
paling responden
perempuan sebanyak 22 orang (55%)
mempunyai
kejadian
demensia kategori ringan dan yang
paling
sedikit
kategori berat. 10. Hubungan Kejadian Demensia Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan, kejadian demensia dapat dilihat pada tabel berikut:
berjenis
Tabel 4.10 Kejadian Demensia Berdasarkan Pendidikan pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Pendidikan SD SMP SMA Total
Ringan 23 3 5 31
% 57,5 7,5 12,5 77,5
(Sumber: Data Primer 2016)
Kejadian Demensia Sedang % Berat % 5 12,5 1 2,5 2 5 1 2,5 7 17,5 2 5
Total 29 3 7 40
% 72,5 7,5 17,5 100
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan
bahwa
SD dan SMA sebanyak 1 orang
kejadian
(2,5%)
demensia berdasarkan pendidikan didapatkan
persentase
mempunyai
kejadian
demensia kategori berat.
paling
11. Hubungan Kejadian Demensia
banyak terdapat responden yang
Berdasarkan Lama Riwayat
pendidikan
Penyakit
terakhirnya
SD
sebanyak 23 orang (57,5%) dan
Berdasarkan
yang
penyakit,
paling
sedikit
kejadian
demensia berdasarkan pendidikan
Lama kejadian
riwayat demensia
dapat dilihat pada tabel berikut:
terdapat pada tingkat pendidikan Tabel 4.11 Kejadian Demensia Berdasarkan Lama Riwayat Penyakit pada Lansia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Tahun 2016 Lama Riwayat Penyakit 5 - 10 tahun >10 tahun Total
Ringan 29 2 31
% 72,5 5 77,5
Kejadian Demensia Sedang % Berat 6 15 2 1 2,5 7 17,5 2
% 5 5
Total 37 3 40
% 92,5 7,5 100
(Sumber: Data Primer 2016) Berdasarkan menunjukkan demensia riwayat
tabel
bahwa
penyakit
antara
5-10
tahun
kejadian
sebanyak 29 orang (72,5%) dan
lama
persentase paling sedikit, yaitu
persentase
responden yang mempunyai lama
berdasarkan penyakit,
4.11
paling banyak, yaitu responden
riwayat
penyakit
>10
yang mempunyai lama riwayat
sebanyak 1 orang (2,5%).
tahun
12. Hubungan riwayat hipertensi dengan
kejadian
pada
lansia
di
karakteristik responden dengan
demensia
riwayat
BPSTW
kejadian
hipertensi
dengan
demensia,
dapat
Yogyakarta Unit Budhi Luhur
dilakukan setelah pengkategorian
Kasongan Bantul
kemudian kedua variabel di uji
Uji analisis crosstabs atau tabulasi
silang
analisis Kendall Tau.
antara
Tabel 5.1 Hubungan riwayat hipertensi dengan kejadian demensia di BPSTW Yogyakarta Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Riwayat Hipertensi Ringan Sedang Berat Total
Normal % Ringan 6 15 17 2 5 3 1 2,5 9 22,5 20
Kejadian Demensia Sedang % Berat 5 12,5 3 2 5 1 7 17,5 4
% 42,5 7,5 50
% 7,5 2,5 10
Total 31 7 2 40
% r p 77,5 0,131 0,375 17,5 5 100
(Sumber: Data Primer 2016) Menurut Hubungan dengan
tabel
riwayat
disimpulkan bahwa tidak terdapat
hipertensi
hubungan yang signifikan antara
di
riwayat hipertensi dengan kejadian
BPSTW Yogyakarta Unit Budhi
demensia pada lansia di Balai
Luhur
Bantul,
Pelayanan Sosial Tresna Werdha
didapatkan ringan sebanyak 17
Yogyakarta Unit Budhi Luhur.
orang (42,5%). Berdasarkan hasil
Dengan
uji Kendall’s tau_b didapatkan
penelitian
bahwa nilai significancy p, yaitu
terbukti
0,375
penelitian ini.
sebesar
kejadian
5.1
demensia
Kasongan
dan
koefisien
0,131
sehingga
korelasi dapat
kata
lain,
ditolak secara
hipotesis
atau
tidak
empiris
dalam
berdasarkan
PEMBAHASAN
didapatkan
1. Riwayat hipertensi Berdasarkan
jenis
tabel
kelamin
sebagian
besar
4.3
adalah perempuan sebanyak 22
bahwa
orang (55%) dan yang paling
responden
sedikit berjenis kelamin laki-
berdasarkan umur terbanyak
laki dan perempuan dengan
adalah pada kelompok umur
riwayat
66-70 tahun terdapat sebanyak
sebanyak 1 orang (2,5%). Hal
9
yang
ini menyatakan bahwa sebagian
mempunyai riwayat hipertensi
besar lansia di Balai Pelayanan
kategori
Sosial
menunjukkan karakteristik
orang
(22,5%)
ringan,
sedangkan
hipertensi
berat
Tresna
Werdha
yang paling sedikit terjadi
Yogyakarta Unit Budhi Luhur
pada kelompok umur 60-65
adalah perempuan. Berdasarkan
tahun
tabel
dan
76-80
tahun
4.5
hasil
penelitian
terdapat sebanyak 1 orang
pendidikan
(2,5%)
yang
didapatkan persentase paling
riwayat
hipertensi
mempunyai kategori
didapatkan
banyak pada responden yang
sedang dan yang mempunyai
pendidikan
riwayat hipertensi berat terjadi
sebanyak 24 orang (60%) dan
pada kelompok umur 60-65
yang paling sedikit riwayat
tahun
hipertensi
dan
66-70
tahun
sebanyak 1 orang (2,5%). Berdasarkan menunjukkan karakteristik
tabel
terakhirnya
berdasarkan
pendidikan 4.4
bahwa responden
pada
pendidikan sebanyak
SD
SD 1
dan
orang
tingkat SMP (2,5%)
mempunyai riwayat hipertensi
kategori
berat.
menyatakan
Hal
sebagian
ini besar
kategori ringan, sedangkan yang paling
sedikit
terjadi
pada
lansia di Balai Pelayanan Sosial
kelompok umur 60-65 tahun dan
Tresna
76-80 tahun sebanyak 1 orang
Werdha
Yogyakarta
Unit Budhi Luhur memiliki
(2,5%)
pendidikan Sekolah Dasar.
demensia kategori sedang dan
Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian
lama
penyakit
riwayat
yang
mempunyai
kejadian
mempunyai
hipertensi
berat
riwayat
terjadi
pada
didapatkan
kelompok umur 60-65 tahun dan
persentase paling banyak yaitu
66-70 tahun sebanyak 1 orang
responden yang mempunyai
(2,5%). Berdasarkan tabel 4.9
lama riwayat penyakit antara
menunjukkan bahwa karakteristik
5-10 tahun sebanyak 29 orang
responden
(72,5%) dan persentase paling
kelamin
sedikit yaitu responden yang
pada responden dengan jenis
mempunyai
kelamin perempuan yaitu, 22
lama
riwayat
penyakit >10 tahun sebanyak
orang
1 orang (2,5%).
kejadian
tabel
responden,
jenis
terbanyak
(55%)
mempunyai
demensia
kategori
ringan dan yang paling sedikit
2. Kejadian demensia Berdasarkan
berdasarkan
4.8
berjenis kelamin laki-laki dan
menunjukkan bahwa karakteristik
perempuan sebanyak 1 orang
responden
(2,5%)
berdasarkan
umur
terbanyak berusia antara 60-65
mempunyai
kejadian demensia kategori berat.
tahun sebanyak 9 orang (22,5%) mempunyai kejadian demensia
dengan
Berdasarkan hasil
penelitian
tabel
4.10
pendidikan
didapatkan pendidikan terbanyak
3. Hubungan
Riwayat
adalah Sekolah Dasar yaitu, 23
Hipertensi dengan Kejadian
orang (57,5%) dan yang paling
Demensia Pada Lansia Di
sedikit
BPSTW Yogyakarta
kejadian
demensia
berdasarkan pendidikan terdapat
Berdasarkan
hasil
uji
pada tingkat pendidikan SD dan
analisis
SMA sebanyak 1 orang (2,5%)
didapatkan
mempunyai kejadian demensia
significancy p sebesar 0,375.
kategori
ini
Hasil ini menunjukkan tidak
menyatakan sebagian besar lansia
ada hubungan antara riwayat
di Balai Pelayanan Sosial Tresna
hipertensi
Werdha Yogyakarta Unit Budhi
demensia pada lansia karena
Luhur
nilai
berat.
Hal
memiliki
pendidikan
Kendall
Tau
bahwa
nilai
dengan
p
>
0,05.
kejadian
Dapat
Sekolah Dasar. Berdasarkan tabel
dimungkinkan
4.11 hasil penelitian lama riwayat
sebagian besar lansia memiliki
penyakit didapatkan lama riwayat
riwayat hipertensi yang masuk
penyakit
persentase
kedalam
kategori
ringan,
paling banyak, yaitu responden
sehingga
tidak
terlalu
yang mempunyai lama riwayat
memberikan pengaruh yang
penyakit
signifikan dan pada akhirnya
terbanyak
antara
5-10
tahun
karena
sebanyak 29 orang (72,5%) dan
tidak
persentase paling sedikit, yaitu
timbulnya kejadian demensia
responden yang mempunyai lama
yang lebih berat pada lansia.
riwayat
penyakit
>10
sebanyak 1 orang (2,5%).
tahun
Hal
berdampak
ini
pernyataan
pada
sesuai
dengan
Kaplan
(2007)
yang
menyatakan
bahwa
yang menunjukkan bahwa 47,8%
demensia pada lansia tidak
lansia
hanya
oleh
menderita demensia. Perhitungan
hipertensi akan tetapi juga
Prevalens Ratio (PR) diperoleh
dipengaruhi oleh faktor-faktor
hasil 1,81 yang berarti PR > 1,
lain. Faktor-faktor lain yang
hal
dapat menyebabkan demensia
lansia yang menderita hipertensi
pada
1,18
disebabkan
lansia
dengan
ini
hipertensi
menunjukkan
antara
lain,
penggunaan
obat-
demensia. Penelitian ini juga
obatan dan alkohol, adanya
tidak sejalan dengan penelitian
gangguan
lainnya,
yang dilakukan oleh Abadi dkk
serta
(2013) tentang hipertensi dan
penyakit sistemik lainnya. Hal
risiko mild cognitive impairment
ini juga didukung oleh hasil
pada pasien usia lanjut, yang
penelitian yang dilakukan oleh
menyatakan bahwa risiko mild
Kamajaya
yang
cognitive impairment pada usia
menyatakan bahwa tidak ada
lanjut hipertensi adalah 2,2 kali
hubungan antara depresi dan
di atas risiko mereka yang tidak
demensia pada pasien lanjut
hipertensi (PR=2,2; nilai p=0,01).
usia dengan hipertensi primer
Hubungan
dengan nilai p=0,205 dengan
hipertensi dan mild cognitive
keeratan hubungan lemah.
impairment
riwayat
riwayat
emosi keluarga
(2014)
berisiko
bahwa
mengalami
bermakna
tersebut
antara
tidak
Hasil penelitian ini tidak
berubah setelah faktor risiko
sejalan dengan penelitian yang
umur, jenis kelamin, Diabetes
dilakukan oleh Aditya (2015)
Melitus, dan stroke disetarakan
(PR=2,3;
nilai
Menurut
p=0,04).
penelitian
yang
dengan
hipertensi
terjadinya
demensia
dilakukan oleh Taufik (2014)
2007).
yang menyatakan bahwa faktor
4. Kesimpulan
yang dapat mempengaruhi fungsi
adalah (AHA,
Mayoritas sebagian lansia
kognitif adalah salah satunya
di
yaitu riwayat hipertensi karena
mengalami riwayat hipertensi
lamanya riwayat hipertensi akan
dengan
semakin
fungsi
sebanyak 30 orang (75%).
berbagai
Mayoritas sebagian lansia di
memperburuk
kognitif
melalui
mekanisme.
Hipertensi
secara
BPSTW
Yogyakarta
kategori
BPSTW
ringan
Yogyakarta
bermakna mempengaruhi kondisi
mengalami kejadian demensia
kesehatan
dengan
seseorang
dimana
kategori
ringan
berbagai fungsi mulai menurun,
sebanyak 20 orang (50%).
meningkatnya risiko menurunnya
Hasil korelasi uji Kendall tau
daya
diperoleh
nilai
koefisien
mengurus diri sendiri yang sangat
sebesar
0,131
dengan
penting dalam kehidupan sehari
signifikansi 0,375 (sig. >0,05).
hari. Hendaya yang penting dan
Artinya
mendasar sekali pada mereka
hubungan signifikan antara
yang menderita hipertensi pada
riwayat
usia dewasa menuju tua adalah
kejadian demensia pada lansia
terganggunya
di Balai Pelayanan Sosial
ingat,
kemampuan
fungsi
kognitif.
Salah satu penyakit gangguan fungsi
kognitif
yang
terkait
bahwa
tidak
hipertensi
ada
dengan
Tresna Werdha Yogyakarta.
hipertensi.
5. Saran Bagi lansia demensia di Balai Pelayanan
Tresna
Werdha
Caranya
mengikuti kegiatan berolahraga, bersosialisai
antar
Yogyakarta. Diharapkan dapat
mengikuti
menghindari
menjaga pola makan.
kejadian
faktor
demensia
risiko
dengan
wisma,
pengajian,
dan
khususnya
DAFTAR PUSTAKA AHA. (2007). High Blood Pressure Increase Risk of Reduced Function in Older Ages. http://www.americanheart.org/presenter. Diakses : 20 April 2016. Badan Pusat Statistik. (2010). Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Pengaruh Senam Otak dengan Fungsi Kognitif Lansia Demensia Di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta, Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Kusuma Husada: Surakarta. Brooker, C. (2009). Ensiklopedia Keperawatan. EGC: Jakarta. Ham, Richard.,J, Sloane, Philip.,D, Warshaw, Gregg., A. (2007). Primary Care Geriatrics: A Case-Based Approach (5th ed). Mosby Elsevier: Philadelphia. Kamjaya. D. (2014). Hubungan depresi dan demensia pada pasien lanjut usia dengan hipertensi primer. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program pendidikan sarjana kedokteran Fakultas kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Kaplan. (2007). Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara : Jakarta Nugroho, W. (2009). Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. EGC: Jakarta. Prihtiyani, E. (2008). Jumlah Lansia di Bantul Terus Bertambah. Artikel, dari http://kesehatan.kompas.com/read/2008/05/29/1907278/, Diakses 20 November 2015. Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Tamher, S., Noorkasiani. (2012). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Taufik, E. S. (2014). Pengaruh Hipertensi Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia. Jurnal Media Medika Muda: Semarang. Ulfah.
(2009). Jumlah Lansia Menurut http://www.poskotanews.com/2012/05/24/28-juta-lansia-terlantar kemensos-baru-tangani-26-500-saja/, diakses 13 November 2015.
PBB.
Widyastuti, R. H. (2011). Gambaran Beban Keluarga Dalam Merawat Lansia Dengan Demensia Di Kelurahan Pancoramas Depok Jawa Barat. Studi Fenomenologi. The Journal Of Health, 53-57 Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Reflika Aditama: Bandung. Yulianti, A., Baroya, N., Ririanty, M. (2014). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Tinggal di Komunitas dengan di Pelayanan Sosial Lanjut Usia. EJurnal Pustaka Kesehatan, 2(1):88.