HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA (Studi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi) TAHUN 2016 Ary Rahmawaty 1) Siti Novianti dan Lilik Hidayanti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRAK Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Insomnia dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas sosial dan status kesehatan bagi penderita. Insomnia menyebabkan banyak pengaruh buruk terhadap kualitas hidup penderitanya seperti, ketidakstabilan emosional, gelisah, penurunan konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan fisik, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berinteraksi dengan individu atau lingkungan. Faktor psikologis seperti stres merupakan salah satu penyebab insomnia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiwa tingkat akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi. Metode penelitian menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik pengambilan accidental sampling yaitu sebanyak 98 sampel dari 130 populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 98 sampel rata-rata responden berusia 22 tahun 2 bulan, responden yang tidak mengalami stres sebanyak (25,5%), stres ringan sebanyak (25,5%), stres sedang sebanyak (29,6%), stres berat sebanyak (19,4%), dan responden yang mengalami insomnia sebanyak (77,6%). Analisis menggunakan chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia dengan nilai p < 0,05 (0,001) dan nilai OR = 5,815 (95% CI = 2,08 – 16,29). Disarankan kepada mahasiswa tingkat akhir untuk membuat jadwal dengan memperhatikan waktu penyelesaian skripsi. Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembuatan skripsi dapat berdiskusi dengan dosen pembimbing terkait penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk skripsinya. Kepustakaan : (2002 – 2016) Kata Kunci
: Stres, Insomnia, Mahasiswa
1
RELATIONSHIP OF STRESS LEVEL AND INSOMNIA OCCURRENCE (Study on Last Grade of Informatics Engineering Department Students Faculty of Engineering, Siliwangi University) Ary Rahmawaty 1) Siti Novianti dan Lilik Hidayanti 2) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi 1) Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi Fakultas Ilmu Kesehatan 2) Universitas Siliwangi ABSTRACT Insomnia is the disability to fulfill the need of sleep, both in quality and quantity. Insomnia can influence patient’s work, social activity and health status. Insomnia causes so many negative influences to patient’s quality of life, such as emotional instability, anxiety, the decreasing of concentration, motivation to learn, physical health, critical thinking skills, and the ability to interact with people or the environment. Psychological factor such as stress is one of the factors caused insomnia. The purposeful of this research is to determine the relationship between stress levels and incidence of insomnia that happened to the last grade of Informatics Engineering Department Students in Faculty of Engineering, Siliwangi University. This research used survey as the research method with cross sectional approach. Samples were taken by accidental sampling technique as many as 98 samples of 130 population. In this research, questionnaire was used as the research instrument. The technique of analyzing the data used are univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi Square Test. The results showed that the age average of 98 respondents are 22 years and 2 months, it consist of respondents who did not experienced stress (25.5%), mild stress (25.5%), moderate stress (29.6%), severe stress (19.4%), and respondents experienced insomnia (77.6%). Chi Square analysis showed that there is the relationship between stress levels and incidence of insomnia with a value of p <0.05 (0.001) and the value of OR = 5.815 (95% CI = 2.08 to 16.29). The last grade students is suggested to make schedule that focuses on thesis completion time. Students faced difficult times in the process of conducting thesis can discuss with their supervisor related with next research to their thesis. Bibliography : (2002 - 2016) Keywords
: Stress, Insomnia, Students
2
1. PENDAHULUAN Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas (Qimy, 2009). Penderita insomnia mengalami kondisi mengantuk yang berlebih pada siang hari dengan kuantitas dan kualitas tidur yang tidak cukup (Perry dan Potter, 2006). Gejala-gejala insomnia secara umum adalah seseorang mengalami kesulitan untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali (Japardi, 2002). Menurut World Health Organization (WHO) (2003), stres adalah reaksi/respon tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental/beban kehidupan). Stres dapat terjadi pada semua orang, baik itu anak, dewasa dan orang tua. Stres juga dapat terjadi pada orang yang mengalami tekanan berat misalnya pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi mereka. Kondisi insomnia berdampak terhadap proses belajar, seperti kesehatan fisik, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berinteraksi, hilangnya motivasi dan konsentrasi yang berdampak pada penundaan penyelesaian skripsi ataupun lamanya mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi (Menurut Gaultney, 2010 ; Mayoral ,2006). Menurut penelitian Ulfah (2014) yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Surakarta diketahui 30 mahasiswa tingkat akhir mengalami insomnia, dimana stres sebagai pemicunya. Hampir 43,3% dari 30 mahasiswa mengalaminya. Penelitian lain dilakukan oleh Wuryani (2005) terhadap 50 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia yang menyebutkan sebesar 16,2% faktor stres mempengaruhi insomnia. Menurutnya semakin tinggi skor kondisi stres yang dialami oleh seseorang maka semakin tinggi pula skor tingkat insomnianya. Berarti, semakin baik kondisi stres seseorang maka semakin rendah pula potensi untuk menderita insomnia. Hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti kepada mahasiswa tingkat akhir Fakultas Teknik pada tanggal 28 Desember 2015 menunujukan bahwa 47% mahasiswa tingkat akhir mengalami tanda-tanda stres berupa pikiran kacau, mudah marah, sulit konsentrasi, dan tidak semangat. Selain itu 57% mahasiswa tingkat akhir mengalami kejadian insomnia seperti sulit tidur, jam tidur berkurang, serta mimpi buruk. Hal ini diperkuat oleh data sekunder yang peneliti dapatkan dari PUSDASI (Pusat Data dan Sistem Informasi) Universitas Siliwangi didapatkan data mahasiswa Fakultas Teknik dari angkatan 2007-2010, bahwa dari jumlah 793 mahasiswa aktif, tercatat tidak ada (0%) mahasiswa yang lulus kurang dari masa studi normal, 36% mahasiswa lulus tepat waktu (4 tahun) dan 64% mahasiswa lulus dalam jangka waktu lebih dari masa studi normal, sedangkan normalnya masa studi yang harus ditempuh untuk mencapai jenjang S1 adalah 8 semester (4 tahun).
3
Berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tahun 2016”. 2. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode surveI dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah yaitu Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Teknik Informatika Universitas Siliwangi. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pusat data dan sistem informasi (PUSDASI) UNSIL jumlah mahasiswa yang mengontrak skripsi tahun 2016 sebanyak 130 mahasiswa. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 98 orang yang sudah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. 3. HASIL PENELITIAN a. Analisis Univariat 1) Variabel Tingkat Stres Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Respondent Menurut Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik No 1 2 3 4
Tingkat Stres Tidak Stres Stres Ringan Stres Sedang Stres Berat Jumlah
F 25 25 29 19 98
Persentase (%) 25,5 25,5 29,6 19,4 100.0
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa jumlah respondent yang tidak mengalami stres sebanyak 25 orang (25,5%), respondent yang mengalami stres ringan sebanyak 25 orang (25,5%), respondent yang mengalami stres sedang sebanyak 29 orang (29,6%), dan respondent yang mengalami stres berat sebanyak 19 orang (19,4%), Untuk keperluan analisis uji hubungan, maka tingkat stres dikategorikan menjadi dua yaitu tidak stres dan stres. Berdasarkan pengelompokan tersebut, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 3.2.
4
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Respondent Menurut Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik No Kategori Stres 1 Stres 2 Tidak Stres Jumlah
F 73 25 108
Persentase (%) 74,5 25,5 100.0
Berdasarkan tabel 3.2 diketahui bahwa respondent yang mengalami stres sebanyak 73 orang (74,5%) dan respondent yang tidak mengalami stres sebanyak 25 orang (25,5%). 2) Variabel Insomnia Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Respondent Menurut Tingkat Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik No 1 2 3 4
Tingkat Insomnia Tidak Insomnia Insomnia Ringan Insomnia Sedang Insomnia Berat Jumlah
F 22 30 25 21 98
Persentase (%) 22,4 30,6 25,5 21,4 100.0
Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa jumlah respondent yang tidak mengalami insomnia sebanyak 22 orang respondent (22,4%), respondent yang mengalami insomnia ringan sebanyak 30 orang respondent (30,6%), respondent yang mengalami insomnia sedang sebanyak 25 orang respondent (25,5%), dan respondent yang mengalami insomnia berat sebanyak 21 orang respondent (21,4%), Untuk keperluan uji analisis maka kejadian insomnia dikategorikan menjadi dua yaitu insomnia dan tidak insomnia. Berdasarkan pengelompokan tersebut, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 3.4.
5
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Respondent Berdasarkan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik No 1 2
Kejadian Insomnia Insomnia Tidak insomnia Jumlah
F 76 22 98
Persentase (%) 77,6 22,2 100,0
Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa respondent yang mengalami insomnia sebanyak 76 orang (77,6%), dan respondent yang tidak mengalami insomnia sebanyak 22 orang (22,2%). b. Analisis bivariat Tabel 3.5 Hubungan Stres dengan Kejadian Insomnia (Studi Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi) Tahun 2016
No 1 2
Kategori Stres Stres Tidak stres Jumlah
Kejadian insomnia Insomnia Tidak F % F % 63 86,3 10 13,6 13 52 12 48 76 77,5 22 22,4
Total N 73 25 98
% 100.0 100.0 100.0
p value
OR (95% CI)
0.001
5,815 (2,08 – 16,29)
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa insomnia lebih banyak terjadi pada respondent yang mengalami stres (86,3%) dibandingkan dengan yang tidak stres (52,0%). Sedangkan yang tidak insomnia lebih banyak disebabkan oleh yang tidak stres (48,0%) dibandingkan dengan yang stres (13,6%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,001 (p value kurang dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara stres dengan insomnia. Nilai OR=5,815 yang berarti respondent yang mengalami stres memiliki risiko 5,815 kali lebih besar mengalami insomnia dibandingkan dengan respondent yang tidak mengalami stres. 4. PEMBAHASAN Berdasarkan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p <0,05 (p value= 0,001) yang berarti ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik. Selain itu, berdasarkan uji statistik nilai OR=5,815 yang berarti respondent yang stres memiliki risiko 5,815 kali mengalami insomnia dibandingkan respondent yang tidak stres.
6
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah (2014) di Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diketahui 30 mahasiswa mengalami insomnia, dimana stres sebagai pemicunya. Hampir 37,5% dari 30 mahasiswa mengalaminya. Penelitian lain dilakukan oleh Wuryani (2005) terhadap 50 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia yang menyebutkan sebesar 16,2% faktor stres mempengaruhi insomnia. Menurutnya semakin tinggi skor kondisi stres yang dialami oleh seseorang maka semakin tinggi pula skor tingkat insomnianya. Berarti, semakin baik kondisi stres seseorang maka semakin rendah pula potensi untuk menderita insomnia. Stres merupakan faktor risiko dari insomnia karena saat stres tubuh berusaha menyesuaikan sehingga timbul perubahan patologis bagi penderitanya (Hartono, 2011). Stres yang dialami oleh respondent dapat disebabkan oleh berbagai sumber stres (stresor), seperti penyebab stres yang terjadi pada mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsi adalah adanya perasaan ketidakmampuan dalam menghadapi sumber stres yang ada dan menyebabkan tekanan dalam diri, yaitu ketika mengalami kegagalan dalam konsultasi dengan dosen pembimbing, banyaknya revisi, dan sulitnya mencari referensi yang relevan dengan penelitian (Hanik, 2013). Losyk (2007) menyatakan bahwa stres pada individu dapat terjadi karena tuntutan-tuntutan yang individu diletakan dalam diri sendiri. Menurut Iskandar (2009) mengatakan bahwa stres akan mempengaruhi kerja daerah raphe nucleus, yaitu daerah yang mengatur proses emosi yang ternyata memberi dampak terhadap daerah hipotalamus di otak tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus) yaitu daerah proses tidur terganggu. Selain itu stres juga menghambat kerja kelenjar pinealis untuk mengeluarkan hormon melatonin yang diperlukan untuk tidur normal. 5. SIMPULAN a. Proporsi stres sebesar 74,5% dengan kategori tidak mengalami stres 25,5%, tingkat stres ringan 25,5%, tingkat stres sedang 29,6% dan tingkat stres berat, 19,4%. b. Respondent yang mengalami insomnia sebanyak 76 orang (77,6%), sedangkan respondent yang tidak mengalami insomnia sebanyak 22 orang (22,2%). c. Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian insomnia dengan nilai p value = 0,001 dan nilai OR = 5,815 (95% CI = 2,08 – 16,29). 6. SARAN a. Bagi Mahasiswa Mahasiswa perlu melakukan upaya pencegahan terhadap stres meskipun stres yang dialami ringan dan upaya pencegahan insomnia. Upaya yang dapat dilakukan yaitu membuat jadwal dengan memperhatikan waktu penyelesaian skripsi. Mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembuatan skripsi dapat berdiskusi
7
dengan dosen pembimbing terkait penelitian lanjutan yang dapat dilakukan untuk skripsinya. b. Bagi Peneliti Lain Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan cara menganalisis variabel lain seperti depresi, kelainankelainan kronis, efek samping pengobatan, kebiasaan makan, kebiasaan konsumsi kafein pada minuman, kebiasaan mengkonsumsi nikotin pada rokok, alkohol, kebiasaan olahraga, dan lingkungan yang merupakan beberapa faktor resiko lain penyebab insomnia.
DAFTAR PUSTAKA Gaultney, J.F. (2010). The prevalence of sleep disorders in college student: impact on academic performance. Journal of American College Health.Vol. 59, No. 2. Mayoral, L. (2006). Exam stres, depression, social support, and sleep disturbance. ProQuest Disertations & Theses (PQDT) pg. n/a. Perry dan Potter. (2006). Fundamental Keperawatan volume 2, Edisi IV. Jakarta: EGC. Qimy. (2009). Gangguan Pola Tidur.. [Online]. Tersedia: http;//www.kaltimpost.co.id . [01 Januari 2016]. Turana Y. 2007. Gangguan Tidur: Insomnia. [Online]. Tersedia: http://medikaholistik.com. [3 Januari 2016]. Ulfah. (2014). Hubungan Insomnia Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswi Tingkat Akhir Program Studi S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta Wuryani. (2005). Hubungan Antara Kondisi Stress Dengan Persepsi Kesulitan Tidur Pada Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. World Health Organization. (2003). Programme on Mental Health WHOQOL Measuring Quality of Life. Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse World Health Organization. [Online]. Tersedia: http://www.who.int/wormcontrol/databank/Indonesia_ncp3.pdf. [3 Januari 2016].
8