HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun Oleh: AYU FIAKA DHIN 201110201075
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN „AISYIYAH YOGYAKARTA 2015
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun Oleh: AYU FIAKA DHIN 201110201075
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN „AISYIYAH YOGYAKARTA 2015 i
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta
Disusun Oleh: AYU FIAKA DHIN 201110201075
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN „AISYIYAH YOGYAKARTA 2015 ii
iii
iv
MOTTO
Man Jadda Wajada Man Shabara Zhafira
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. Asy Syarh: 5-8)
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari kejahatan yang diperbuatnya. (QS. Al-Baqarah: 286)
Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah menyerah untuk mencoba, jangan katakan pada Allah aku mempunyai masalah yang besar, tapi katakanlah kepada masalah bahwa aku punya Allah Yang Maha Besar. (Ali bin Abi Tholib r.a.)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN Alhamdulillahirabil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan ridho-Nya yang selalu memberikan kemudahan, petunjuk, kekuatan, dan keyakinan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk: Ibu dan Ayah Tercinta Terima kasih telah memberikan segenap cinta dan kasih, dukungan serta ketulusan do‟a yang tiada henti yang telah kalian berikan untuk meraih kesuksesan. Kakak dan Adik Tersayang Mbak Yassi, adik Yuka, terima kasih untuk semangat dan do‟anya, terima kasih telah hadir sebagai kakak dan adikku yang selalu memberi support. Bapak Pembimbing dan Ibu Penguji Terima kasih saya ucapkan kepada bapak Tri Prabowo yang selalu sabar dalam memberi bimbingan dan semangat dalam pembuatan karya sederhana ini. Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Tiwi Sudyasih yang memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan karya sederhana ini. Sahabat-sahabat Terbaikku Novi, Aisyah, Mifta, Budi, Ela, Dwik. Terima kasih untuk persahabatan yang kita jalin selama ini, akan selalu ku rindukan canda tawa bersama kalian, dan semoga kita sukses selalu. Teman-teman Terbaikku Dini, Yuni, Ecik, Rini, Desy, Nurul. Terima kasih untuk motivasi dan bantuan kalian selama ini sekaligus menjadi saudara selama di Jogja. Semoga suatu saat aku bisa membalas kebaikan kalian. Teman-teman Seperjuangan Spesial untuk kelas PSIK 8B angkatan 2011, kalianlah saksi selama 4 tahun perjuanganku. Sukses untuk kita semua…. Amin
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan, rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan, bimbingan dan arahan, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Warsiti, M.Kep., Sp.Mat., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis. 2. Ery Khusnal, MNS., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan ide-ide cemerlang kepada penulis. 3. Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan sabar dalam penelitian ini. 4. Tiwi Sudyasih, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini. 5. Dukuh Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. 6. Lansia yang mengikuti Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun penulisannya, untuk itu penulis mohon maaf dan demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan. Wassalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.
Yogyakarta, 17 Maret 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN………………………………………………………….. HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN……………………... MOTTO………………………………………………………………………... HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. KATA PENGANTAR…………………………………………………………. DAFTAR ISI…………………………………………………………………...
I Ii Iii Iv V Vi Vii Vii i DAFTAR TABEL……………………………………………………………... Ix DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... X DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………... Xi INTISARI……………………………………………………………………… Xii ABSTRACT…………………………………………………………………….. Xii i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………….…… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………….…... 6 C. Tujuan Penelitian………………………………………………………. 6 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………... 6 E. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………... 7 F. Keaslian Penelitian…………………………………………………….. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori…………………………………………………………. 11 B. Kerangka Teori………………………………………………………… 35 C. Kerangka Konsep……………………………………………………… 36 D. Hipotesis……………………………………………………………….. 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………………………………………………………. 38 B. Variabel Penelitian……………………………………………………... 38 C. Definisi Operasional…………………………………………………… 40 D. Populasi dan Sampel…………………………………………………… 42 E. Etika Penelitian………………………………………………………… 43 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data…………………………………... 44 G. Uji Validitas dan Reliabilitas…………………………………………... 46 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data………………………………… 47 I. Prosedur Penelitian…………………………………………………….. 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………………………………………………………… 52 B. Pembahasan……………………………………………………………. 56 C. Keterbatasan Penelitian………………………………………………... 62 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan……………………………………………………………….. 63 B. Saran…………………………………………………………………… 63 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 65 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Kisi-Kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan …………………….………... 44 Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Insomnia……..…………………………………… 45 Tabel 3.3 Koefisien Contigency………………………………………………….. 49 Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, dan Status Perkawinan…………………………………...…………….. 53 Tabel 4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan…...…………… 54 Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Kejadian Insomnia………………… 54 Tabel 4.4 Deskripsi Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia.... 55
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori………………………………………………………..
35
Gambar 2. Kerangka Konsep…………………………………………..…………
36
Gambar 3. Hubungan Antar Variabel………………………..……………………
39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule Penelitian Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 5 Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 6 Surat Persetujuan Sebagai Responden Penelitian Lampiran 7 Surat Permohonan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 8 Surat Persetujuan Sebagai Asisten Peneliti Lampiran 9 Kuesioner Tingkat Kecemasan Lampiran 10 Kuesioner Insomnia Lampiran 11 Hasil Uji Karakteristik Penelitian Lampiran 12 Hasil Uji Kendall Tau Lampiran 13 Lembar Bimbingan Tugas Akhir
xi
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA FLAMBOYAN DUSUN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA1 Ayu Fiaka Dhin2, Tri Prabowo3 INTISARI Latar Belakang: Pada lanjut usia akan terjadi perubahan fisik, psikososial, dan sosial yang dapat menyebabkan lanjut usia mengalami kecemasan. Gangguan mental yang sering dijumpai pada lanjut usia yaitu kecemasan, dan salah satu dampaknya adalah insomnia. Dampak yang ditimbulkan dari insomnia adalah kerugian kesehatan fisik, kerugian dalam hidup bermasyarakat, kerugian psikis, dan kerugian finansial. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan metode pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 30 Desember 2014 sampai dengan 6 Januari 2015. Variabel bebas adalah tingkat kecemasan, dan variabel terikatnya adalah kejadian insomnia pada lanjut usia. Populasi dalam penelitian ini adalah 87 lanjut usia. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling sebanyak 40 lanjut usia. Pengambilan data menggunakan kuesioner, dan analisa data menggunakan korelasi Kendall Tau. Hasil Penelitian : Hasil uji statistik didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,474 dengan taraf signifikansi 0,000 (α < 0,05). Simpulan : Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015 dengan keeratan hubungan sedang. Saran : Bagi lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta diharapkan untuk lebih memperbanyak aktivitas misalnya dengan senam lansia untuk menurunkan kecemasan sehingga tidak terjadi insomnia. Kata Kunci Daftar Pustaka Halaman
: Tingkat Kecemasan, Insomnia, Lanjut Usia : 28 buku (2004-2014), 5 jurnal, 6 web : i-xii, 70 halaman, 7 tabel, 3 gambar, 13 lampiran
____________________________ 1
Judul Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Poltekes Yogyakarta 2
xii
RELATIONSHIP BETWEEN THE ANXIETY LEVEL AND THE INSOMNIA OCCURRENCE IN ELDERLY IN THE COMMUNITY HEALTH CENTER FOR ELDERLY FLAMBOYAN JETIS TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA1 Ayu Fiaka Dhin2, Tri Prabowo3 ABSTRACT Background : In the elderly will be a change of physical , psychological , social and can cause anxiety elderly . Mental disorders are common in the elderly , namely anxiety , and one of its effects is insomnia . The effect of insomnia is usually in the form of physical health, community llife, psychological problems and financial. Objective : This research was aimed at identifying relationship between the anxiety level and the insomnia occurrence in elderly in the community health center for elderly Flamboyan Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 2015 . Research Method: This research applied correlation descriptive with the method of cross sectional approach. This research was done commencing on 30 December 2014 to 6 January 2015. The independent variable was the anxiety level, and the dependent variable was the insomnia occurrence in elderly. The population of this research were 87 elderly . The sampling technique is purposive sampling of 40 elderly. The data collection method was through questionnaires. The data analysis was done by using the Kendall Tau correlation. Result : Statistical test results obtained correlation coefficient of 0.474 with a significance level of 0.000 (α < 0,05). Conclusion : There is a relationship between the anxiety level and the insomnia occurrence in elderly in the community health center for elderly Flamboyan Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 2015 with closeness relationship moderate. Suggestion : For elderly in the community health center for elderly Flamboyan Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 2015, they are suggested to more activities with elderly gymnastics to reduce the anxiety level so that insomnia will not occur. Keywords References Pages
: Level of Anxiety , Insomnia , elderly : 28 books ( 2004-2014 ) , 5 journals , 6 website : i - xii, 70 pages, 7 tables, 3 pictures, 13 appendices
____________________________ 1
Title of Thesis Student of School of Nursing, ' Aisyiyah Health Sciences College of Yogyakarta 3 Lecturer of Health Polytechnic of Yogyakarta 2
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi ini bangsa Indonesia mengalami berbagai kemajuan, di antaranya yaitu kemajuan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang mengakibatkan meningkatnya umur harapan hidup (UHH) manusia. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia menjadi meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). World Health Organization (WHO) mencatat bahwa terdapat 600 juta jiwa lansia pada tahun 2012 di seluruh dunia. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah lansia Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa pada tahun 2012 dari yang hanya 19 juta jiwa pada tahun 2006. Pada tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan lansia sebesar 41,4%, yang merupakan peningkatan tertinggi di dunia. Angka harapan hidup lanjut usia di kota Yogyakarta tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 14,04%. Rata-rata lansia di kota ini mampu mencapai umur 72 tahun, dengan indikator usia harapan hidup di Provinsi DIY angkanya masih tertinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia sehingga secara nasional derajat kesehatan masyarakat DIY dinilai terbaik. Di Kabupaten Bantul pertumbuhan lanjut usia dari tahun ke tahun terus meningkat, rata-rata di atas 10% per tahun. Pada tahun 2006 jumlah lanjut usia mencapai 87.500 jiwa lansia yang meningkat menjadi 91.921 jiwa lansia pada tahun 2008. Dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan mencapai 109.231 jiwa lansia. Berdasarkan data Puskesmas Desa Tamantirto jumlah lansia cukup banyak yaitu 11,3% dari jumlah penduduk, tetapi 1
2 cakupan kunjungan posyandu lansia yang di bawah 50% masih 66,7% (Depkes, 2012). Seiring meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan semakin tingginya usia harapan hidup, maka pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga juga masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lanjut usia ini, pemerintah telah bekerja sama dengan pelayanan pada lanjut usia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan lanjut usia di tingkat masyarakat yaitu posyandu lansia, pelayanan kesehatan lanjut usia tingkat dasar yaitu puskesmas, dan pelayanan kesehatan lanjut usia tingkat lanjut yaitu rumah sakit. Dengan adanya pelayanan kesehatan ini dapat mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) usia lanjut (Maryam et al.,2008). Pelayanan berbasis lembaga yang umum dikenal masyarakat adalah panti sosial bagi lansia atau yang biasa disebut panti Werdha. Pelayanan ini diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Menurut data dari Departemen Sosial jumlah panti sosial Tresna Werdha yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah berjumlah 235 unit dengan jumlah lanjut usia yang mampu ditangani sebanyak 11.397 orang lanjut usia. Pada umumnya panti Werdha memberikan akomodasi dan pelayanan jangka panjang bagi lansia yang tidak mempunyai keluarga dan tidak mampu menyewa rumah sendiri serta lansia yang mengalami masalah hubungan dengan keluarga atau tidak ingin membebani keluarganya. Kegiatan yang dilakukan di panti tidak
3 jauh berbeda dengan kegiatan lansia di komunitas, misalnya: pemeriksaan kesehatan, pengajian, pelatihan keterampilan, rekreasi bersama (WHO, 2010). Setiap manusia pasti mengalami serangkaian proses, salah satunya adalah proses menua. Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik dengan terlihat adanya penurunan fungsi organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan kemunduran kognitif seperti suka lupa, dan hal-hal yang mendukung lainnya seperti kecemasan yang berlebihan, kepercayaan diri menurun, insomnia, juga kondisi biologis yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (Kadir, 2007). Menurut Tamher (2009) menjelaskan bahwa pengaruh proses penuaan mengakibatkan berbagai masalah yaitu baik secara fisik, mental, ataupun sosial ekonomi. Gangguan mental yang sering dijumpai pada lanjut usia yaitu kecemasan. Pratiwi (2010) menyebutkan bahwa kecemasan merupakan respon psikologis dari ketegangan mental yang menggelisahkan dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan seperti itu umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (gemetar, berkeringat, kerja jantung meningkat) dan gejala psikologis (panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi). Kecemasan merupakan pengalaman tegang baik yang disebabkan oleh keadaan khayalan atau nyata. Konflik-konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan akan menimbulkan kecemasan. Rasa cemas yang dialami oleh individu akan menjadikan pengganggu yang sama sekali
4 tidak diharapkan kemunculannya, salah satu dampaknya adalah insomnia (Stanley, 2007). Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur walaupun ada keinginan untuk tidur. Keluhan insomnia mencakup sulit memasuki tidur, sering terbangun di malam hari, ketidakmampuan untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, tidur yang tidak nyenyak. Insomnia jika diremehkan sama artinya dengan membiarkan tubuh semakin melemah sedikit demi sedikit, mengundang masalah kesehatan serius, dan menurunkan kualitas hidup. Kerugian yang diakibatkan oleh insomnia meliputi kerugian kesehatan fisik (gangguan jantung, diabetes, kerugian dalam hidup masyarakat, kerugian psikis, dan kerugian finansial (Widya, 2010). Gangguan tidur pada lansia merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan tidur pada lansia jika tidak segera ditangani akan berdampak serius dan menjadi gangguan tidur yang kronis. Secara fisiologis, jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi (Stanley, 2007). Gejala gangguan pola tidur ini lebih sering terjadi pada kelompok lanjut usia dari pada kelompok usia yang lebih muda, namun gangguan pola tidur ini kurang mendapat perhatian dari masyarakat karena lebih dianggap gangguan tidur tersebut sebagai hal yang wajar, sehingga mereka tidak memeriksakan kepada dokter. Kondisi yang seperti ini sering kali tidak
5 mendapatkan pertolongan, sementara gangguan tidur dapat berpengaruh pada kualitas hidup orang yang berusia lanjut (Djauzi, 2010). Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 30 September 2014 di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, didapat data jumlah keseluruhan lanjut usia di posyandu sebanyak 87 orang lansia. Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada responden sebanyak 25 lanjut usia. Peneliti menemukan bahwa 15 orang (17,2%) lanjut usia mengalami insomnia, dimana dari 8 orang (9,1%) lanjut usia mengatakan susah untuk tidur walaupun sudah merasa mengantuk, 3 orang (3,4%) lanjut usia mengatakan jika terbangun pada malam hari susah untuk tidur kembali, 2 orang (2,2%) lanjut usia mengatakan sering terbangun di tengah malam, 2 orang (2,2%) lanjut usia mengatakan tidur tidak nyenyak. Lansia menyatakan mengalami pemenuhan kebutuhan hidup yang kurang dan terjadinya penurunan kondisi fisik. Masalah tersebut yang menyebabkan lanjut usia mengalami kecemasan. Berdasarkan latar belakang di atas, khususnya tentang kesehatan lanjut usia terutama pada masalah insomnia, mendorong penulis untuk mengetahui adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diangkat rumusan masalah “Apakah ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015. 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus pada penelitian ini adalah : a. Mengetahui tingkat kecemasan lansia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. b. Mengetahui kejadian insomnia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk lebih mengembangkan Ilmu Pengetahuan terutama Keperawatan Gerontik mengenai hubungan kecemasan dengan kejadian insomnia.
7 2. Bagi Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan informasi sehingga dapat mengetahui masalah kecemasan dan insomnia pada lanjut usia. 3. Bagi Lanjut Usia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bahaya dari insomnia dan diharapkan sebagai salah satu alternatif yang nantinya akan dipilih oleh lanjut usia untuk mengatasi gangguan tidur yang dialaminya. 4.
Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca serta sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Materi Materi penelitian ini adalah keperawatan gerontologi berbasis komunitas, terkait hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia. 2. Responden Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah lansia yang berusia 60 tahun keatas dengan kejadian insomnia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015.
8 3. Lingkup waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015 dimulai dari studi pendahuluan, penyusunan, sampai dengan laporan penelitian. 4. Lingkup tempat Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta, dengan alasan di posyandu lansia ditemukan 15 atau sekitar 22,7% lanjut usia mengalami insomnia dari 25 lanjut usia yang diwawancarai.
F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain adalah: 1. Herawati, (2009) meneliti tentang Hubungan Tingkat Activity Of Daily Living (ADL) Dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Desa Pucangan Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan jenis deskripsi korelasi dengan rancangan yang digunakan adalah cross sectional. Hasilnya: dari analisis penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat Activity of Daily Living (ADL), maka semakin rendah kejadian insomnia pada lanjut usia di Desa Pucangan Kecamatan Kartosuro Kabupaten Sukoharjo. Perbedaan dengan peneliti adalah pada variabel bebasnya yaitu tingkat kecemasan. Persamaan dengan peneliti adalah merupakan penelitian deskripsi korelasi metode penelitian dengan menggunakan cross sectional, variabel terikat yaitu insomnia.
9 2. Utami (2008) dengan judul Hubungan Tingkat Kesepian dengan Kejadian Insomnia di PSTW Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan waktu cross sectional. Teknik pengambilan sampel secara non probability dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Kendall’s Tau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat kesepian dengan kejadian insomnia. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terdapat pada variabel bebas yaitu tingkat kecemasan dan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu kejadian insomnia pada lanjut usia, desain penelitian yaitu deskriptif korelasi, pendekatan menggunakan cross sectional dan uji analisis yaitu menggunakan Kendall’s Tau. 3. Likah (2008) dengan judul Pengaruh Terapi Mandi Air Hangat Sebelum Tidur terhadap Kejadian Insomnia pada Usia Lanjut di PSTW Budi Luhur Kasongan Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan eksperimen semu (Quasi Eksperiment)
dengan
Non-Equivalent
Control
Group.
Teknik
pengambilan sampel non probability dengan metode purposive sampling. Uji analis data menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Teast. Hasil penelitian ini yaitu ada pengaruh terapi mandi air hangat dengan sebelum tidur terhadap kejadian insomnia pada usia lanjut. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas yaitu tingkat kecemasan, metode penelitian yaitu deskripsi korelasi, teknik pengambilan sampel yaitu total sampling, dan uji analisis yaitu
10 menggunakan Kendall’s Tau. Sedangkan persamaan dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas yaitu kejadian insomnia. 4. Nuryati, (2014) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Keberhasilan Bayi Tabung pada Perempuan Usia 25-38 Tahun yang Mengikuti Program Bayi Tabung Di Klinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan dengan tingkat keberhasilan bayi tabung pada perempuan yang usia 25-38 tahun yang mengikuti program bayi tabung di Klinik Permata Hati RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Perbedaan dengan peneliti adalah variabel terikatnya yaitu kejadian insomnia. Persamaan dengan peneliti adalah menggunakan metode deskriptif korelasi, pendekatan cross sectional, variabel bebasnya adalah tingkat kecemasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Insomnia Pada Lanjut Usia a. Lanjut Usia Lanjut usia adalah seseorang yang berada ditahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Maryam, 2008). Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meliputi : 1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok usia 45-59 tahun. 2) Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia antara 60-74 tahun. 3) Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75-90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun. Menurut Stanley (2007) perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia meliputi : 1) Sistem panca indra Perubahan panca indra tidak terjadi pada kecepatan yang sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas. Persepsi sensori mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan dengan orang lain dan untuk membentuk atau memelihara hubungan baru, berespon terhadap cahaya, dan tidak menginterprestasikan masukan sensori dalam aktifitas
kehidupan
sehari-hari.
Perubahan
sensori
seperti
penglihatan dapat meningkatkan sensitivitas terhadap rangsang terang dan gelap. Pada lanjut usia yang terbiasa tidur dengan keadaan kamar gelap, diwaktu tidur dengan keadaan kamar yang 11
12 terang maka akan kesulitan untuk memulai tidur. Begitu juga sebaliknya pada lanjut usia yang terbiasa tidur dengan keadaan kamar terang maka akan sulit memulai tidur jika berada di kamar yang gelap. 2) Sistem integumen Secara fungsional, kulit mempunyai berbagai kegunaan, dan kehadirannya sangat penting untuk bertahan hidup secara keseluruhan. Karena kulit mampu untuk melakukan sensasi, kulit dapat melindungi tubuh dari cedera dan serangan tiba-tiba dari lingkungan. Kulit yang utuh lebih jauh lagi dapat melindungi individu secara imunologis dengan cara mencegah bakteri masuk dalam tubuh. Kulit memainkan suatu peran utama dalam termoregulasi
dan
adaptasi
terhadap
lingkungan.
Sistem
integumen pada lanjut usia yang meliputi epidermis, dermis dan subkutis mengalami penipisan, terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel dan jumlah sel basal yang lebih sedikit, kulit nampak kendur, kering serta kasar. Sehingga lanjut usia sangat beresiko mengalami cedera pada kulit, terutama pada lanjut usia yang imobilisasi mudah mengalami dekubitus. Luka dekubitus dapat menimbulkan rasa nyeri dan ketidaknyamanan dalam posisi tidur sehingga mengganggu tidur lanjut usia. 3) Sistem muskuloskeletal Perubahan muskuloskeletal terkait pada lanjut usia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan
13 yang lambat, pengurangan kekuatan, dan kekakuan sendi-sendi. Perubahan pada tulang, otot dan sendi mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan, kelemahan, dan lambatnya pergerakan yang menyertai penuaan. 4) Sistem neurologis Perubahan
neurologis
bergantung
pada
faktor
genetika,
sosioekonomi, harga diri, dan sosial. Walaupun terdapat beberapa catatan efek penuaan pada sistem saraf. Status kesehatan, pengalaman hidup, nutrisi, aktivitas dan faktor keturunan mempengaruhi proses penuaan. Sistem neurologis terutama otak adalah suatu faktor utama dalam penuaan yang adaptif. Perubahan ukuran otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan ventrikel otak. Korteks serebral adalah daerah otak yang paling besar dipengaruhi oleh kehilangan neuron. Penurunan aliran darah serebral dan penggunaan oksigen dapat pula terjadi dengan penuaan. Perubahan dalam sistem neurologis dapat termasuk kehilangan dan penyusutan neuron, dengan potensial 10% kehilangan yang diketahui pada usia 80 tahun. Distribusi neuron kolinergik, nonepinefrin, dan dopamine yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual. 5) Sistem kardiovaskuler Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung
14 lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi secara berangsur-angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Penyakit jantung koroner sering dikarakteristikan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut yang tidak teratur. Klien yang berpenyakit ini sering kali mengalami frekuensi terbangun yang sering dan perubahan tahapan selama tidur (misalnya berpindah dari tahap 3 dan 4 ke tidur tahap 2 yang dangkal) seperti perubahan yang bermakna dalam semua tahap tidur (Potter & Perry, 2006). 6) Sistem pulmonal Perubahan yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap perubahan fungsi pulmonal. Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya reflek batuk dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal. Perubahan anatomi seperti penurunan volume paru dan dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-otot pernafasan dapat meningkatkan resiko berkembangnya keletihan otot-otot pernafasan pada lanjut usia. Perubahan tersebut turut berperan dalam penurunan konsumsi
oksigen
maksimal.
Perubahan-perubahan
pada
interstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar
dapat
menghasilkan
penurunan
difusi
oksigen.
Perubahan-perubahan ini, bila dikonsumsikan dengan sekitar 50%
15 pengurangan respons hipoksia dan hiperkapnia pada usia 65 tahun, dapat mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitas. 7) Sistem endokrin Perubahan terkait usia meningkatkan resiko diabetes, namun pada kenyataannya dapat memperbesar kesempatan seseorang yang mengalami penyakit diabetes pada setiap dekade kehidupannya. Perubahan diatas juga mencakup perubahan status gizi dan fungsi endokrin. Selama dekade terakhir kehidupan, banyak lanjut usia cenderung untuk mengalami perubahan berat badan, bukan karena mereka mengkonsumsi kalori lebih banyak tetapi karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Ketidakseimbangan nutrisi dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Dalam hubungannya dengan sistem endokrin, penambahan beban kalori yang tidak diperlukan dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami diabetes. 8) Sistem renal dan urinaria Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengkonsentrasikan urine ikut menurun. 9) Perubahan psikologis Perubahan psikologis pada lanjut usia tidak sama antara yang satu dengan individu lainnya. Ada lanjut usia yang berfikiran bahwa menjadi orang tua adalah suatu hal yang wajar dan pasti akan dialami oleh semua orang yang diberikan umur panjang serta bisa
16 menerima perubahan-perubahan akibat dari proses penuaan yang dialami, maka lanjut usia akan mampu menyesuaikan diri dengan baik tanpa adanya kecemasan. Tetapi sebagian lanjut usia ada yang tidak dapat menerima terjadinya proses penuaan yang dialaminya, sehingga akan kesulitan untuk menyesuaikan diri akibatnya akan muncul perasaan cemas dan khawatir. Kecemasan dan kekhawatiran yang tidak diatasi dengan baik maka akan berlanjut pada depresi. Depresi dapat menyebabkan waktu untuk memulai tidur 15-60 menit, mimpi yang menyedihkan mengenai kesendirian dan kesepian, terbangun dini hari, sulit tidur kembali dan merasa tidak fress saat bangun (Prayitno, 2004). 10) Perubahan sosial a) Keluarga Lansia yang kehilangan pasangan hidupnya merasakan kesendirian, kehampaan. b) Teman Ketika teman lansia meninggal, muncul perasaan kapan lansia tersebut meninggal. c) Abuse Kekerasan lansia dalam bentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit, tidak diberi makan). d) Ekonomi Ekonomi pada lansia akan berubah akibat dari pemberhentian dari jabatan atau pensiun.
17 e) Keamanan Usia lanjut berisiko mudah jatuh dan terpeleset. b. Tidur 1) Pengertian Tidur Tidur merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh semua orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal.
Tidur yang normal
melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement (REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau non-rapid eye movement (NREM). Selama NREM seseorang mengalami 4 tahapan selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2 merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk dibangunkan (Potter & Perry, 2006). 2) Manfaat Tidur Manfaat tidur belum diketahui secara jelas, namun tidur sangat penting bagi tubuh manusia untuk jaringan otak dan fungsi organorgan tubuh manusia karena dapat memulihkan tenaga dan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh. Selain itu juga bisa merangsang daya asimilasi karena tidur terlalu lama justru bisa menimbulkan hal yang tidak sehat dikarenakan tubuh menyerap atau mengasimilasi sisa metabolisme yang berakibat tubuh menjadi loyo dan tidak bersemangat saat bangun tidur. Data dari studi selama 6 tahun mendukung hipotesis bahwa orang yang tidur terlalu lama, terlalu singkat atau menggunakan pil tidur
18 mengalami angka mortalitas lebih tinggi dari yang lainnya. Studi yang ditemukan orang mengalami tidur selama 7-8 jam di malam hari memiliki angka mortalitas terendah dari pada yang tidurnya kurang dari 7 jam atau lebih dari 8 jam perhari. Lanjut usia sangat rentan terkena insomnia karena adanya perubahan pola tidur, yang biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam) (Stanley dan Beare, 2007). 3) Tahapan tidur Menurut Hidayat (2006) dalam proses tidur dibagi dalam 2 jenis yaitu: a) REM (Rapid Eye Movement) Yaitu jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti atau disebut juga tidur paradox dengan ciri-ciri : (1) Biasanya disertai dengan mimpi aktif. (2) Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak gelombang lambat. (3) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan ireguler, tekanan darah meningkat, sekresi gaster dan metabolisme meningkat. (4) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam memori, belajar dan adaptasi. b) NREM (Non Rapid Eye Movement) Yaitu jenis tidur yang disebabkan menurunnya kegiatan dalam system pengaktivasi retikularis atau disebut juga gelombang
19 lambat, karena gelombang otak bergerak sangat lambat. Tidur gelombang lambat bisa disebut juga gelombang delta dengan ciri-ciri : istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme menurun. Tahapan tidur gelombang lambat meliputi : (1) Tahap I Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini dan berlangsung selama 15 menit. (2) Tahap II Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menerus dengan ciri mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit. (3) Tahap III Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi nafas, dan proses tubuh lainnya lambat disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf para simpatis dan sulit dibangunkan.
20 (4) Tahap IV Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernafasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung dan tonus otot menurun. 4) Jenis-jenis gangguan tidur Menurut Lumbantobing (2004) gangguan tidur meliputi beberapa macam antara lain : a) Insomnia Insomnia adalah keadaan dimana seseorang yang ingin tidur tetapi mengalami kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), walaupun sudah merasa lelah. Sulit mempertahankan waktu tidur, tidur tidak nyenyak, dan bangun terlalu dini hari. b) Hipersomnia Hipersomnia merupakan keadaan dimana tetap merasa ngantuk, walaupun jumlah jam tidurnya adekuat. c) Parasomnia Parasomnia menggambarkan keadaan yang tidak diinginkan disaat sedang tidur. d) Gangguan pada ritme (siklus) tidur-bangun Gangguan irama tidur-bangun disebut juga sebagai gangguan ritme sirkadian, dimana keadaan pasien menggambarkan pola irama tidurnya terganggu. Waktu tidur dan bangunnya tidak sebagaimana lazimnya.
21 5) Tinjauan Al-Qur‟an Mengenai Kebutuhan Tidur Tidur merupakan aktivitas manusia sehari-hari yang tidak bisa dilepaskan. Allah SWT memberikan rasa kantuk dan lelah untuk melakukan aktivitas tidur. Hal ini sesuai ayat Al-Quran surat An-Naba ayat 9 yang berbunyi :
(٩) Arti dari ayat ini yaitu “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat”. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa tanda-tanda kekuasaan-Nya menjadikan sifat tidur bagi kalian diwaktu malam dan siang dengan tidur, ketenangan dan rasa lapang dapat tercapai dan rasa lelah serta kepenatan dapat hilang. Sistem kerja tubuh manusia dapat
diibaratkan
sebagai
sebuah
mesin,
sebuah
mesin
membutuhkan istirahat untuk dapat bekerja lagi dengan lebih optimal, begitu juga tubuh manusia membutuhkan istirahat, dan istirahat paling baik itu adalah tidur, karena selain makan dan minum yang merupakan kebutuhan pokok manusia, tidur juga merupakan titik awal munculnya energi baru bagi tubuh manusia. c. Insomnia 1) Pengertian insomnia Susilo dan Wulandari (2011) menjelaskan bahwa insomnia adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan tidur, terutama tidur malam hari dan merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk, walaupun mempunyai
22 kesempatan tidur yang cukup ini akan mengakibatkan perasaan tidak bugar setelah bangun dari tidur. Sedangkan menurut (Widya, 2010) insomnia adalah keadaan disaat seseorang mengalami sulit untuk tidur dan tidur yang tidak nyenyak. 2) Penyebab insomnia Menurut Potter dan Perry (2006) penyebab insomnia mencakup : a) Faktor psikologi Lanjut usia sering mengalami kehilangan yang mengarah pada stress emosional. Stress emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stress yang berlanjut akan menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. b) Penyakit fisik Sesak nafas pada orang yang terserang asma, hipertensi, penyakit jantung koroner sering dikarakteristikkan dengan episode nyeri dada yang tiba-tiba dan denyut jantung yang tidak teratur. Sehingga seringkali mengalami frekuensi terbangun yang sering, nokturia atau berkemih pada malam hari, dan lansia yang mempunyai sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat sebelum tidur mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada kaki dan tungkai.
23 c) Faktor lingkungan Lingkungan yang bising, tempat tidur yang kurang nyaman, tingkat cahaya dan suhu yang terlalu ekstrim dapat menjadi faktor penyebab susah tidur. d) Gaya hidup Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur. e) Pengobatan medis Banyak sekali obat-obat yang membuat susah tidur. Obatobatan tersebut menyebabkan insomnia ketika dikonsumsi mendekati waktu tidur atau ketika dosisnya ditingkatkan. Beberapa obat yang dapat menyebabkan insomnia antara lain: antidepresan, dopamine agonis (beberapa pengobatan pada parkinson), psikostimultan, amfetamin, antikonvulsan, obat demam, dekongestan, efedrin dan pseudoefedrin, kortison, dan adrenokortikotropin, beta agonis, teofilin, pengobatan untuk menurunkan tekanan darah, lipid dan agen penurun kolestrol, diuretik, kafein, niasin, antibiotik quinolone, dan agen antineoplastik. 3) Tanda dan gejala insomnia Menurut Amirta (2009), penderita insomnia dimulai dengan munculnya gejala-gejala :
24 a) Kesulitan jatuh tertidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini berlangsung sepanjang malam dan bisa dalam tempo berhari-hari, berminggu-minggu bahkan lebih. b) Merasa lelah saat tidur dan tidak merasakan kesegaran. Penderita insomnia sering kali merasa tidak pernah tidur sama sekali walaupun kita melihat penderita insomnia ini sedang memejamkan mata. c) Sakit kepala di pagi hari biasanya sakit kepala ini disebut „efek mabuk‟. Padahal kenyataannya orang tersebut tidak minum-minuman beralkohol di malam harinya. d) Mengalami masalah dalam menjalani aktivitas sehari-hari akibat insomnia, seperti turunnya produktivitas, sering mengantuk
di
siang
hari,
sulit
atau
kurang
dapat
berkonsentrasi dan fokus, sulit mengingat atau sering lupa bahkan pada hal yang baru saja dialami, tidak dapat berpikir jernih atau objektif, sulit memberikan pertimbangan dan mempengaruhi penilaiannya terhadap sekitar, mengalami gangguan koordinasi otot, kurang sigap, mengalami gangguan dalam bersosialisasi (memiliki sedikit hubungan sosial, kurang aktif, mudah tersinggung), mengalami kecelakaan dalam berkendaraan akibat kelelahan atau kekurangan tidur. e) Pada orang-orang tertentu, masalah sehari-hari semakin memburuk akibat tingkah laku mereka sendiri yang tidak tepat dalam upaya menenangkan diri dari gangguan insomnia, seperti: merokok, minum-minuman beralkohol dan kafein,
25 serta mengkonsumsi obat-obatan (obat tidur, obat penenang) tanpa resep dokter atau kecanduan obat-obatan. 4) Jenis-jenis insomnia Menurut (Hidayat, 2006) insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: a) Initial insomnia merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur. b) Intermiten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. c) Terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa maupun stress. 5) Dampak insomnia Insomnia jika hanya diremehkan bisa mengakibatkan tubuh semakin melemah, mengundang gangguan kesehatan yang serius, dan menurunkan kualitas hidup. Kerugian yang diakibatkan oleh insomnia yaitu: a) Kerugian kesehatan fisik (1) Kegemukan Penelitian menunjukkan bahwa sebesar 30% dari orang yang waktu tidurnya kurang dari 7 jam setiap harinya adalah mereka yang mengalami kegemukan. Kurang tidur memepengaruhi hormon yang membuat perut lebih cepat lapar sehingga orang tersebut makan lebih banyak.
26 (2) Gangguan jantung Wanita yang tidur kurang dari lima jam setiap malam cenderung menderita darah tinggi, yang kemudian dapat memicu timbulnya gangguan jantung. Saat tubuh kurang tidur, produksi hormon stress dalam tubuh akan meningkat dan menyebabkan peradangan. Hal ini mendorongkan peningkatan resiko serangan jantung dan stroke. (3) Diabetes Menurut studi yang dipublikasikan dalam Archives of Internal Medicine, mereka yang hanya bisa tidur kurang dari 5 jam setiap malam berisiko 2 kali menderita diabetes, dibanding mereka yang tidur lelap 7-8 jam. Kurang tidur juga mengurangi kemampuan tubuh mengatur kadar gula darah. b) Kerugian kesehatan psikis Penelitian
menunjukkan
menyebabkan
amygdala
bahwa
kurang
(bagian
otak
tidur yang
dapat bertugas
mengontrol emosi menjadi lebih aktif) dan prefrontal cortec (bagian otak depan menjadi kurang aktif). Akibatnya, kita mudah emosi dan tersinggung. c) Kehidupan dalam hidup bermasyarakat Kelelahan
yang
ditimbulkan
oleh
insomnia
membuat
seseorang tidak berminat untuk bergabung dalam kegiatankegiatan kemasyarakatan disekitarnya. Apabila hal ini terjadi
27 secara terus-menerus, bukan tidak mungkin orang tersebut akan kehilangan ruang untuk beraktualisasi. d) Kerugian finansial Kerugian
finansial
dapat
dikaitkan
dengan
gangguan
kesehatan. Ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan, terutama yang serius, baik itu fisik atau psikis, dengan sendirinya ia ataupun orang terdekatnya akan mencari pengobatan yang diperlukan. Jika gangguan kesehatan tersebut berkelanjutan maka hal itu akan membutuhkan finansial yang sangat banyak (Widya,2010). Menurut
Turana
(2007),
Insomnia
dapat
mengakibatkan kematian dan memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Jadi dapat disimpulkan dampak insomnia adalah sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan tubuh kita. Karena mengakibatkan angka mortalitas yang tinggi dan mengurangi kesembuhan penyakit. Sehingga penderita insomnia perlu mencari jalan keluar yang tepat. 6) Penatalaksanaan insomnia a) Non farmakologik Menurut Amin (2007), instruksi yang harus diikuti oleh penderita insomnia antara lain: pergi ketempat tidur hanya di saat telah mengantuk, menggunakan tempat tidur hanya untuk
28 tidur, jangan menonton (televisi, membaca, makan) dan menelepon di tempat tidur, jangan berbaring-baring di tempat tidur karena bisa bertambah frustrasi jika tidak bisa tidur, jika tidak bisa tidur (setelah beberapa menit) harus bangun, pergi keruang lain, kerjakan yang tidak membuat terjaga. Masuk kamar tidur setelah ngantuk datang kembali, bangun pada saat yang sama setiap hari tanpa menghiraukan waktu tidur, total tidur, atau hari (misalnya hari minggu) menghindari tidur di siang hari, jangan menggunakan stimulasi (kopi atau rokok) dalam 4-6 jam sebelum tidur. b) Farmakologik Obat-obatan hipnotik tidak efektif untuk penggunaan jangka panjang, sebab toleransinya yang sering berkembang dalam minggu pertama dan setelah satu bulan pemakain secara teratur.
Obat
tidur
mempunyai
efek
samping
yang
mempengaruhi fungsi keseharian dan kualitas tidur malam. Orang tua lebih mudah terpengaruh terhadap efek samping dari obat tidur dari pada orang muda. Hampir semua obat hipnotik mempengaruhi tidur REM. Ketika obat tidur tidak dilanjutkan, orang dapat mengalami efek ulangan, yang dikarakteristikkan oleh mimpi buruk. Secara umum obat tidur terdiri atas, antihistamin yang dapat mempunyai efek samping seperti konfusi, konstipasi, dan pandangan kabur, baik dari obat itu sendiri maupun kombinasinya. Kombinasinya obat tidur dan obat lain yang berbahaya dan sering berakibat fatal.
29 7) Pengukuran insomnia Salah satu cara untuk mengukur insomnia dapat diukur melalui kuisioner Insomnia Rating Scale yang dikembangkan oleh Kelompok Studi Pusat Biologi Jakarta (KSPBJ). Kuisioner ini berisi 8 item pertanyaan mengenai : lamanya tidur, mimpimimpi, kualitas tidur, masuk tidur, bangun pada malam hari, kembali tidur setelah tidur, bangun dini hari, dan perasaan waktu bangun tidur. Jumlah skor maksimal untuk skala pengukuran ini adalah 24. Seseorang dikatakan insomnia apabila skornya lebih atau sama dengan 10. Penilaian : Tidak insomnia
: nilai 0-9
Insomnia
: nilai 10-24 (Aspuah, 2013).
2. Kecemasan a. Pengertian kecemasan Menurut Keliat (2011), kecemasan adalah perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, tangan gemetaran. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006).
30 Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan was-was, khawatir, dan merasa tidak nyaman seperti adanya ancaman yang berbahaya terhadap individu. b. Gejala Kecemasan Menurut Hawari (2011), keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain sebagai berikut : 1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung 2) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut 3) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang 4) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan 5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat 6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala. c. Rentang respon kecemasan Menurut Videbeck (2008), ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu: 1) Kecemasan ringan Berhubungan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
31 2) Kecemasan sedang Individu terfokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. 3) Kecemasan berat Kecemasan ini sangat mengurangi persepsi individu. Cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan atau perintah untuk berfokus pada area lain. 4) Panik Individu kehilangan kendali diri. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. d. Faktor yang mempengaruhi kecemasan Menurut
Suliswati
(2005),
semua
ketegangan
dalam
kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu : 1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi : a) Sumber internal yaitu kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal. Contohnya: hamil
32 b) Sumber eksternal yaitu paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2) Ancaman terhadap harga diri a) Sumber
internal
yaitu
kesulitan
dalam
berhubungan
interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik berakibat mengancam harga diri. b) Sumber eksternal yaitu kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerja, tekanan kelompok, sosial budaya. c) Sumber koping Menurut Hawari (2011), mekanisme koping pada lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : (1) Usia dan jenis pekerjaan Usia
mempengaruhi
psikologi
seseorang.
Semakin
bertambah usia seseorang. Semakin bertambah usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai masalah. (2) Jenis kelamin Wanita
lebih
cenderung
mengalami
kecemasan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan lebih sensitif terhadap permasalahan.
33 (3) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang tersebut mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat
pendidikannya
akan
berpengaruh
terhadap
kemampuan berfikir. (4) Motivasi Jika tiap-tiap kebutuhan dapat dicapai maka individu akan termotivasi untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih
tinggi
berikutnya,
sehingga
individu
akan
mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah. (5) Dukungan keluarga Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam
membantu
individu
menyelesaikan
masalah.
Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat. (6) Dukungan sosial Dukungan
sosial
sebagai
kehadiran
orang
lain
sumber
dapat
koping,
membantu
dimana seseorang
mengurangi kecemasan. e. Pengukuran kecemasan Untuk mengukur tingkat kecemasan pada penelitian ini menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) yang terdiri dari 14 item masing-masing ditegaskan dengan serangkaian tanda dan gejala. HRS-A memiliki 5 skala yaitu :
34 a. Tidak ada kecemasan
: <14
b. Kecemasan ringan
: 14-20
c. Kecemasan sedang
: 21-27
d. Kecemasan berat
: 28-41
e. Panik
: 42-56
HRS-A adalah satu skala dari penelitian utama yang dikembangkan untuk mengukur tingkat keseriusan dan keparahan gejala anxiety (kecemasan). Sejak pertama dikenalkan Max Hamilton pada tahun 1959, dan sudah digunakan secara meluas dan diterima untuk evaluasi kecemasan (Hawari, 2011).
35 B. Kerangka Teori Lansia
Pulmonal
Muskuloskeletal
Keluhan somatik
Gangguan daya ingat
Neurologis
Tidak tenang
Urinaria
Gangguan pola tidur
Tingkat kecemasan
Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan
Psikososial
Kawatir, cemas
Insomnia pada lanjut usia
Penyakit fisik Faktor lingkungan Gaya hidup Pengobatan medis
Sosial
Takut kesendirian
Kerugian kesehatan fisik Kerugian kesehatan psikis Kehidupan dalam hidup bermasyarakat Kerugian finansial
Motivasi Dukungan keluarga Dukungan sosial
Gambar 1. Kerangka teori modifikasi dari Stanley (2007), Amirta (2009), Hawari (2011), Potter dan Perry (2006), Widya (2010).
36 C. Kerangka Konsep
Tingkat kecemasan
Insomnia pada lanjut usia
Usia
Penyakit fisik Faktor lingkungan Gaya hidup Pengobatan medis
Jenis kelamin Tingkat pendidikan Motivasi Dukungan keluarga Dukungan sosial
Gambar 2. Kerangka Konsep Keterangan
: : diteliti : tidak diteliti
Kecemasan adalah salah satu faktor yang menyebabkan insomnia. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, motivasi, dukungan keluarga, dukungan sosial. Sehingga mengakibatkan insomnia pada lanjut usia yang dipengaruhi penyakit fisik, faktor lingkungan, gaya hidup, pengobatan medis.
37 D. Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul, Yogyakarta tahun 2015.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan desain penelitian yang digunakan deskriptif korelatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang sesuatu secara obyektif dan mengetahui hubungan antar dua variabel. Metode pendekatan waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).
B. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan. 2. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian insomnia pada lanjut usia. 3. Variabel pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah : a. Penyakit fisik Penyakit fisik tidak dikendalikan karena pada lanjut usia rentan terhadap penyakit.
38
39 b. Faktor lingkungan Lingkungan dikendalikan dengan memilih responden yang berasal dari lingkungan yang sama di wilayah Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. c. Gaya hidup Gaya hidup dikendalikan dengan tidak memilih responden yang tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum kopi dan mengkonsumsi alkohol. Karena dalam rokok, kopi dan alkohol terkandung zat stimultan yang dapat menyebabkan susah tidur. d. Pengobatan medis Pengobatan medis dikendalikan dengan memilih responden yang tidak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan insomnia, antara lain: CTM, obat tidur dan obat penenang. 4. Hubungan Antar Variabel : Variabel bebas
Variabel terikat Kejadian insomnia pada lanjut usia
Tingkat kecemasan
Variabel pengganggu Penyakit fisik Faktor lingkungan Gaya hidup Pengobatan medis
Gambar 3. Hubungan antar variabel
40 Keterangan : : diteliti : tidak diteliti : arah hubungan
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah kecemasan dan menyebabkan variabel terikat yaitu kejadian insomnia pada lanjut usia. Pada variabel pengganggunya adalah penyakit fisik, faktor lingkungan, gaya hidup, pengobatan medis. Variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel pengganggu mengganggu jalannya penelitian. Penelitian ini meneliti kecemasan dan kejadian pada lanjut usia, sedangkan variabel pengganggunya tidak diteliti. C. Definisi Operasional 1. Tingkat kecemasan pada lanjut usia Tingkat kecemasan pada lanjut usia adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami lanjut usia ditandai dengan perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala somatik/fisik (otot), gejala somatik/fisik (sensorik), gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), gejala respiratori (pernafasan), gejala gastrointestinal (pencernaan), gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), gejala autonom, tingkah laku (sikap).
Tingkat kecemasan diukur menggunakan alat (instrumen)
kuisioner kecemasan dari Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).
41 Pengukuran tingkat kecemasan dengan skala ordinal. Tingkat kecemasan digolongkan ke dalam 5 kategori sebagai berikut: <14
: Tidak ada kecemasan
14-20
: Kecemasan ringan
21-27
: Kecemasan sedang
28-41
: Kecemasan berat
42-56
: Kecemasan berat sekali
Hamilton Rating Scale-Anxiety (Azwar, 2004).
2. Kejadian insomnia pada lanjut usia Insomnia adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur pada lanjut usia yang diukur dengan menggunakan kuisioner Insomnia Rating Scale terdiri dari delapan item pertanyaan yaitu lamanya tidur, mimpimimpi, kualitas tidur, masuk tidur, bangun malam hari, kembali tidur setelah bangun, bangun dini hari, dan perasaan waktu bangun tidur. Pengukuran dengan skala ordinal yang dikategorikan sebagai berikut: Tidak insomnia
: nilai 0-9
Insomnia
: nilai 10-24
Insomnia Rating Scale (Aspuah, 2013).
42 D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang menjadi anggota Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yaitu berjumlah 87 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2007). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu, yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah 40 lanjut usia yang berusia 60 tahun keatas, tidak cacat fisik, tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum kopi, tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, CTM, obat penenang. a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek agar bisa diikutsertakan ke dalam penelitian (Sudigdo, 2008). Kriteria inklusi yang akan diteliti adalah : 1) Lansia berusia 60 tahun keatas 2) Lansia baik laki-laki maupun perempuan 3) Bersedia dijadikan responden 4) Tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum kopi 5) Tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, CTM, obat penenang.
43 b. Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian meliputi : 1) Lansia yang memiliki gangguan mental atau jiwa 2) Lansia yang mengalami sakit sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam penelitian ini.
E. Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Menurut (Hidayat, 2007) masalah etika yang harus diperhatikan antara lain: 1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan) Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian, dengan memberikan lembar persetujuan sebelum penelitian dilakukan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan dan dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika subjek bersedia diteliti, maka diharapkan menandatangani lembar persetujuan tersebut. Jika subjek tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2. Anonimity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data, hanya dengan menuliskan nomor kode pada lembar pengumpulan data tersebut.
44 3. Confidantiallity (Kerahasiaan) Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian atau informasi dari responden, hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan dan disajikan sebagai hasil penelitian.
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 1. Alat pengumpulan data Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat ukur dengan beberapa pertanyaan untuk memperoleh informasi dari responden (Hidayat, 2007). Kuesioner menggunakan pertanyaan tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan. Adapun kisi-kisi kuesioner sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuisioner Tingkat Kecemasan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Item Perasaan cemas Ketegangan Ketakutan Gangguan tidur Gangguan kecerdasan Perasaan depresi Gejala fisik (otot) Gejala fisik (Sensoris) Gejala kardiovaskuler Gejala respiratori Gejala gastrointestinal Gejala urogenital Gejala autonom Gangguan tingkah laku/sikap
Jumlah 4 5 4 5 3 4 4 5 5 4 8 4 5 6
45 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuisioner Insomnia No 1 2 3 4 5 6 7 8
Pertanyaan Lamanya tidur Mimpi-mimpi Kualitas tidur Masuk tidur Bangun malam hari Kembali tidur setelah terbangun Bangun dini hari Perasaan waktu tidur Jumlah
Jumlah 1 1 1 1 1 1 1 1 8
2. Metode pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti yang terlebih dahulu mendapat ijin penelitian di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul, Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan membacakan kuesioner kepada responden. Sebelum membacakan peneliti membagikan informed consent atau surat kesediaan menjadi responden untuk diisi dan ditandatangani oleh responden. Kemudian peneliti membacakan kuesioner Hamilton Rating Scale-Anxiety untuk mengetahui tingkat kecemasan, dan dilanjutkan dengan membacakan kuesioner Insomnia Rating Scale untuk mengetahui kejadian insomnia pada lanjut usia. Penelitian kuesioner dilakukan oleh peneliti dan 3 orang asisten yaitu mahasiswi dari Stikes „Aisyiyah Yogyakarta yang juga menjadi tim Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Sebelumnya asisten penelitian disamakan persepsinya agar tidak terjadi perbedaan dalam proses pengumpulan data. Data yang terkumpul kemudian diolah dengan program komputerisasi.
46 G. Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas instrument adalah keadaan yang menggambarkan instrument tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2012). Peneliti tidak melakukan uji validitas karena kuesioner tingkat kecemasan HRS-A sudah terstandar secara internasional dan telah diterbitkan (Norman, 2005). Uji validitas ini telah digunakan peneliti sebelumnya yaitu (Rizka, 2014) dengan korelasi Product Moment dengan nilai validitas 0,93. Uji reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur sehingga dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2010). Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas karena kuesioner tingkat kecemasan HRS-A sudah terstandar internasional dan telah diterbitkan (Norman, 2005). Uji reliabilitas telah digunakan peneliti sebelumnya yaitu (Rizka, 2014) dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2010) dengan nilai reliabilitas 0,97. KSPBJ Insomnia Rating Scale telah teruji validitas dan reliabilitasnya dengan hasil yang tinggi, baik antar psikiater dengan psikiater (r=0,95) maupun antar psikiater dengan dokter non psikiater (r=0,94). Uji sensitivitas alat ini cukup tinggi yaitu 97,4% dan spesifitas sebesar 87,5% (Iskandar dan Setyonegoro cit Marchira, 2004). Sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas lagi.
47 H. Metode Pengolahan dan Analisis Data 1. Metode pengolahan data Menurut (Notoatmodjo, 2012) setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan data yang meliputi : a. Editing Kegiatan memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang telah diteliti atau dijawab oleh responden agar tidak terjadi kesalahan. Hal yang dilakukan adalah mengecek kelengkapan isi data agar sesuai antara jawaban dengan pertanyaan yang diajukan sehingga tidak dilakukan pengujian ulang. b. Coding Setelah semua data terkumpul dan dilakukan editing, tahap berikutnya adalah pemberian kode terhadap data. Coding data didasarkan pada kategori yang dibuat berdasarkan pertimbangan penulis sendiri. Dalam penelitian ini data diberi kode sebagai berikut: 1) Tingkat kecemasan (Hamilton Rating Scale-Anxiety) Skor 0 untuk jawaban tidak ada gejala sama sekali Skor 1 untuk jawaban satu gejala dari pilihan yang ada Skor 2 untuk jawaban dua atau separuh dari gejala yang ada Skor 3 untuk jawaban lebih dari separuh gejala yang ada Skor 4 untuk jawaban semua gejala ada 2) Insomnia (Insomnia Rating Scale) a skor 0 b skor 1
48 c skor 2 d skor 3 e skor 4 f skor 5 c. Tabulating Merupakan proses pembuatan tabel untuk data masing-masing variabel penelitian. Angka-angka dalam skor setiap butir pertanyaan dijumlahkan sehingga diperoleh skor keseluruhan. Hasil pengkodean dimasukkan ke dalam tabel yang dilakukan secara komputerisasi dengan program SPSS. 2. Analisis data Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat digunakan teknik korelasi kendall tau (t). Teknik pengujian dengan korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antar dua variabel atau lebih, bila data ordinal atau rangking. Teknik korelasi kendall tau dengan rumus:
∑A–∑B τ= N(N-1) 2 Keterangan : τ
= koefisien korelasi kendall tau yang besarnya (-1<0<1)
∑A
= jumlah rangking atas
∑B
= jumlah rangking bawah
N
= jumlah anggota sampel
49 Bila τ = 0 berarti tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut, dan jika τ > 0, berarti ada hubungan dan signifikan antara dua variabel tersebut. Untuk perhitungan selanjutnya menggunakan bantuan komputer. Tabel 3.3 Koefisien Contingency Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,00
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Hasil uji korelasi ditentukan berdasarkan nilai p value yang diperoleh dari hasil cross tabulation antar variabel. Hubungan korelasi dinyatakan signifikan jika nilai p < 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel dapat diberlakukan pada populasi. Sedangkan hubungan korelasi dinyatakan tidak signifikan jika nilai p ≥ 0,05 sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah sampel tidak berlaku pada populasi.
I. Prosedur Penelitian Dalam melaksanakan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul, Yogyakarta tahun 2015 dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap perencanaan atau persiapan a. Kegiatan studi pendahuluan untuk menentukan judul dan tempat penelitian sehingga didapatkan judul dan tempat penelitian yaitu hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut
50 usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul, Yogyakarta. Studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara. b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai dengan laporan hasil penelitian dimana penelitian dilaksanakan tanggal 30 Desember 2014 sampai dengan 6 Januari 2015. c. Menentukan variabel-variabel penelitian yaitu tingkat kecemasan sebagai variabel bebas dan kejadian insomnia pada lanjut usia sebagai variabel terikat. Sedangkan variabel pengganggunya adalah Penyakit fisik, faktor lingkungan, gaya hidup, pengobatan medis. 2. Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan tanggal 30 Desember 2014 sampai dengan
6 Januari 2015, sebelumnya peneliti
menginformasikan ke pihak Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta untuk melakukan penelitian. Tahap pengambilan data dilakukan dengan membacakan pertanyaan kuisioner kepada setiap lanjut usia. Setelah pengumpulan data selesai kemudian dilakukan pengecekan kelengkapan data, memberi kode dan memasukan data yang diperoleh ke dalam tabel kemudian dianalisis dengan uji Kendall Tau. 3. Tahap akhir Setelah
selesai tahap pengolahan dan analisis data, kemudian
peneliti membuat laporan hasil penelitian dan pembahasannya, dan mengkonsultasikan ke dosen pembimbing, kemudian diteruskan dengan
51 seminar hasil penelitian pada tanggal 17 Maret 2015 dan perbaikan laporan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Posyandu lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Dusun Tamantirto terletak di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY. Secara geografis Posyandu lansia Flamboyan terletak di pertengahan rumah warga penduduk, yang berbatasan dengan sebagai berikut: a. Sebelah utara : Padukuhan Jadan b. Sebelah timur : Padukuhan Kasihan Kelurahan Tamantirto c. Sebelah barat : Padukuhan Ngentak d. Sebelah selatan : Kelurahan Bangunjiwo Kegiatan Posyandu lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta diadakan di rumah ibu kader Tamantirto. Kegiatan posyandu dilakukan setiap sebulan sekali. Pelayanan yang diberikan saat posyandu yaitu pemeriksaan fisik berupa penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengecekan gula darah, pengecekan asam urat, dan pengecekan kolesterol.
52
53 2. Karakteristik responden penelitian Tabel 4.1 Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, dan Status Perkawinan di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta No 1.
Karakteristik Responden Usia 60-74 75-90 Jenis kelamin 2. Perempuan Laki-laki Status perkawinan 3. Menikah Janda Duda Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi
Persentase
37 3
92,5% 7,5%
28 12
70% 30%
18 14 8
45% 35% 20%
Hasil analisa data didapatkan dari 40 responden yang diteliti, pada usia responden paling banyak adalah kategori lanjut usia yang berusia antara 60-74 tahun yaitu sebanyak 37 lanjut usia (92,5%) dan kategori lanjut usia yang berumur antara 75-90 tahun yaitu sebanyak 3 lanjut usia (7,5%). Pada jenis kelamin paling banyak adalah kategori perempuan sebanyak 28 lanjut usia (70%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 lanjut usia (30%). Responden status perkawinan yang paling banyak adalah kategori janda yaitu sebanyak 14 lanjut usia (35%), kategori duda sebanyak 8 lanjut usia (20%), dan kategori menikah sebanyak 18 lanjut usia (45%).
54 3. Deskripsi data responden berdasarkan tingkat kecemasan Tabel 4.2
No 1 2 3 4
Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
Kategori kecemasan Tidak ada kecemasan Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Total Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi 12 23 3 2 40
Persentase 30% 57,5% 7,5% 5% 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 40 responden mayoritas mengalami kategori kecemasan ringan yaitu 23 responden (57,5%) dan minoritas pada kategori kecemasan berat yaitu 2 responden (5%). 4. Deskripsi data responden berdasarkan kejadian insomnia Tabel 4.3
No 1 2
Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
Kategori Insomnia Tidak insomnia Insomnia Total Sumber : Data Primer 2015
Frekuensi 4 36 40
Persentase 10% 90% 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui dari 40 responden yang mengalami insomnia sebanyak 36 responden (90%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 4 responden (10%).
55 5. Hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia Tabel 4.4
Deskripsi Data Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta
Tingkat Kejadian insomnia pada lanjut usia Kecemasan Tidak insomnia Insomnia Total F % F % F % 4 10,0% Tidak ada 8 20,0% 12 30% 0 0,0% Ringan 23 57,5% 23 57,5% 0 0,0% Sedang 3 7,5% 3 7,5% 0 0,0% Berat 2 5,0% 2 5,0% 0,0% Berat Sekali 0 0 0,0% 0 0,0% 4 10% Total 36 90% 40 100% Sumber : Data primer 2015
P Value
R
0,000
0,474
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui responden yang tidak mengalami kecemasan berjumlah 12 responden (30%) dimana mayoritas mengalami insomnia sebanyak 8 responden (20,0%) dan yang tidak mengalami insomnia terdapat 4 responden (10%). Responden yang mengalami tingkat kecemasan ringan berjumlah sebanyak 23 responden (57,5%) semuanya mengalami insomnia, yang mengalami tingkat kecemasan sedang berjumlah sebanyak 3 responden (7,5%) semuanya mengalami insomnia, yang mengalami tingkat kecemasan berat berjumlah sebanyak 2 responden (5,0%) semuanya mengalami insomnia, dan tingkat kecemasan berat sekali tidak ada responden. Dari hasil uji korelasi kendall’s tau diatas diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,474 dan p value (0,000) < (0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima menunjukkan bahwa ada hubungan dengan keeratan sedang tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di
56 Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. B. Pembahasan 1. Tingkat Kecemasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah digambarkan pada tabel 4.2 diketahui dari 40 responden yang paling banyak mengalami kecemasan adalah dalam kategori kecemasan ringan yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Kemudian didapatkan sebanyak 12 responden (30%) dalam kategori tidak ada kecemasan, sebanyak 3 responden (7,5%) dalam kategori kecemasan sedang dan responden yang paling sedikit mengalami kecemasan dalam kategori kecemasan berat yaitu sebanyak 2 responden (5,0%). Hasil penelitian menunjukkan lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang paling banyak adalah kecemasan ringan yaitu sebanyak 23 responden (57,5%) disebabkan karena faktor psikologis dari lansia tersebut. Kecemasan merupakan pengalaman tegang baik yang disebabkan oleh keadaan khayalan atau nyata dari konflik-konflik yang ditekan dan berbagai masalah yang tidak terselesaikan. Dimana saat seseorang memasuki masa lansia maka akan terjadi perubahan-perubahan dalam hidupnya yang meliputi perubahan fisik baik fungsi maupun struktur, sehingga berdampak pada psikologis lansia. Terjadinya kecemasan lansia pada penelitian ini memperoleh dukungan keluarga dan dukungan sosial sehingga lansia mengalami cemas ringan. Berdasarkan kategori tidak ada kecemasan terdapat 12 responden (30%) yang disebabkan karena lansia tersebut terpenuhi kebutuhan baik
57 psikis maupun materi. Lansia pada kategori ini mempunyai keluarga atau pasangan yang selalu memberi dukungan dan perhatian sehingga lansia tidak merasa cemas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2009) yang berjudul Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Pundong Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lanjut usia rentan mengalami kecemasan. Dari 41 responden didapatkan 34 responden (82,9%) mengalami kecemasan sedang. Kejadian ini dikarenakan lanjut usia mengalami perubahan fisik, sosial, dan psikis yang menyebabkan lanjut usia mengalami kecemasan. Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Pada hasil penelitian didapatkan yang paling banyak responden adalah kategori kecemasan ringan yang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting
dan
mengesampingkan
hal
lain.
Kecemasan
ini
mempersempit persepsi individu (Stuart, 2006). Semakin bertambahnya usia seseorang semakin banyak yang dipikirkan dan menjadi tanggung jawabnya, baik untuk sendiri atau keluarga, yang menyebabkan lanjut usia mengalami kecemasan. Menurut Susanti, Wiyono dan Keliat (2011) kecemasan adalah perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar, keringat dingin, tangan gemetaran.
58 Berdasarkan kuesioner tingkat kecemasan Hamilton Rating ScaleAnxiety yang telah diisi oleh responden yang terdiri dari 14 kelompok gejala kecemasan, dapat diketahui responden paling banyak mengalami pada kelompok gejala perasaan cemas seperti pernyataan tentang perasaan cemas yaitu firasat buruk, takut akan pikiran sendiri. Pernyataan tentang gangguan tidur yaitu terbangun malam hari. Pernyataan tentang gangguan kecerdasan yaitu daya ingat menurun. Pernyataan
tentang
gejala somatik otot yaitu sakit dan nyeri otot. Hal ini sesuai dengan pendapat (Hawari, 2011) yang menyatakan keluhan-keluhan
pada
gangguan kecemasan antara lain: firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, tidak tenang, gelisah, takut sendirian, gangguan pola tidur, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala. Meskipun kecemasan yang dialami individu tidak selalu berdampak negatif terhadap dirinya akan tetapi gejala-gejala spesifik kecemasan yang dialami lanjut usia dapat menggangu aktifitas sehari-hari. Dalam hal ini perlu adanya upaya penanggulangan gejala-gejala kecemasan agar tidak mengganggu lanjut usia dalam menjalankan aktifitas di rumah maupun di masyarakat. 2. Kejadian Insomnia pada Lanjut Usia Berdasarkan hasil penelitian yang digambarkan pada tabel 4.3 bahwa dari 40 responden yang mengalami insomnia sebanyak 36 responden (90%) dan yang tidak mengalami insomnia sebanyak 4 responden (10%). Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyu Nurhayati (2010) dengan judul
59 Hubungan antara Depresi dengan kejadian Insomnia pada Usia Lanjut Di Posyandu Lansia Kenanga RW.02 Serangan, Yogyakarta, penelitian ini menghasilkan data dari 35 responden sebagian terdapat 23 responden (53,8%) yang mengalami gangguan tidur. Menurut peneliti persamaan hasil penelitian ini dikarenakan responden berada pada rentang usia yang sama yaitu lanjut usia yang berumur 60 tahun keatas. Hasil penelitian menunjukkan lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta yang paling banyak mengalami insomnia yaitu sebanyak 36 responden (90%) disebabkan pada lanjut usia sering ditemukan masalah seperti perubahan pola tidur, penyakit, dan masalah psikologi sehingga lanjut usia rentan terhadap insomnia. Lanjut usia sangat rentan terhadap insomnia. Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang membedakan dengan orang yang lebih muda. Perubahan tersebut adalah kelatenan tidur, terbangun pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur di siang hari. Lanjut usia rentan terkena insomnia karena adanya perubahan pola tidur, yang biasanya menyerang tahap 4 (tidur dalam). Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement (REM) dan tidur dengan gerakan bola mata lambat atau non-rapid eye movement (NREM). Selama NREM seseorang mengalami 4 tahapan selama siklus tidur. Tahap 1 dan 2 merupakan karakteristik dari tidur dangkal dan seseorang lebih mudah bangun. Tahap 3 dan 4 merupakan tidur dalam dan sulit untuk dibangunkan (Potter & Perry, 2006).
60 Berdasarkan kuesioner insomnia yang telah diisi oleh responden yang terdiri dari 8 item pertanyaan, dimana diketahui responden paling banyak adalah menjawab di item no. 3, 6, 7. Item pertanyaan no. 3 menggali tentang kualitas tidur, sebagian besar lanjut usia menjawab poin c yaitu tidur tidak nyenyak dan sangat mudah terbangun. Item no. 6 menggali tentang berapa lama waktu untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari, sebagian besar lanjut usia menjawab poin d yaitu lebih dari 60 menit. Item no. 7 menggali tentang bangun dini hari atau bangun lebih awal pada pagi hari, sebagian lanjut usia menjawab poin d yaitu lebih dari 1 jam bangun lebih awal dan tidak dapat tidur kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat (Widya, 2010) keluhan insomnia mencakup sulit memasuki tidur, sering terbangun di malam hari, ketidakmampuan untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak. 3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Hipotesis awal pada penelitian ini adalah terdapatnya hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta pada tahun 2015. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan diketahuinya hasil perhitungan uji korelasi Kendall Tau tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia didapatkan hasil nilai signifikan (p) yang diperoleh adalah 0,000. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Kendall Tau didapatkan nilai koefisien korelasi 0,474 dan memiliki taraf signifikansi (p) sebesar 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
61 menyatakan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta. Hal ini menunjukkan lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta sebagian besar lansia mengalami penurunan kondisi fisik dan takut akan pikiran sendiri, sehingga mengakibatkan lansia mengalami kecemasan yang berdampak pada insomnia. Hal tersebut merupakan faktor psikologi yang dialami lansia. Dari hasil penelitian terdapat hubungan positif yang disimpulkan semakin tinggi tingkat kecemasan pada lanjut usia mengakibatkan insomnia. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat kecemasan pada lanjut usia maka akan semakin terhindar dari kejadian insomnia. Kecemasan yang dialami lanjut usia diakibatkan oleh berbagai hal yaitu pensiunan, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai dan kehilangan keamanan ekonomi. Kecemasan bagi lanjut usia dianggap suatu hal yang wajar ternyata mempunyai dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Dampak kecemasan salah satunya adalah insomnia yang dapat berpengaruh pada kualitas hidup orang yang berusia lanjut (Djauzi, 2010). Berdasarkan nilai signifikansi 0,474, keeratan hubungan diantara dua variabel adalah sedang. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia selain kecemasan. Seperti yang dinyatakan oleh Potter dan Perry (2006) ada empat faktor yang memepengaruhi insomnia yaitu penyakit fisik, faktor lingkungan, gaya hidup, dan pengobatan medis. Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati (2012) yang menyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi insomnia yaitu
62 proses menua, gangguan medis umum, gaya hidup, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan sosial.
C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini didapatkan beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu : 1. Sebagian besar lansia sulit memahami tujuan dari penelitian karena kebanyakan responden tidak dapat berbahasa Indonesia jadi harus menggunakan bahasa Jawa. 2. Selain itu saat peneliti melakukan pertanyaan sesuai dengan kuesioner yang ada banyak lansia yang jawabannya tidak sesuai dengan yang ditujukan, untuk itu peneliti harus mengulangi beberapa kali dan memahamkan kepada responden. Hal ini yang membutuhkan waktu penelitian yang lama. 3. Waktu yang tidak mencukupi selama berlangsungnya posyandu lansia sehingga membutuhkan waktu untuk meneruskan penelitian dengan mengunjungi rumah lansia yang tercatat di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta pada lansia yang belum sempat mengisi kuesioner.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar lanjut usia mengalami kecemasan pada kategori kecemasan ringan yaitu 23 responden (57,5%) . 2. Sebagian besar lanjut usia mengalami insomnia pada kategori insomnia yaitu 36 responden (90%) . 3. Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta tahun 2015 dengan nilai p-value 0,000 (p-value<0,05) dan (r=0,474) sehingga dapat dinyatakan keeratan hubungan antara kedua variabel adalah sedang. B. Saran 1. Bagi lanjut usia Diharapkan bagi lanjut usia di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta supaya lebih memperbanyak aktivitas, misalnya dengan senam lansia dan rekreasi untuk menurunkan kecemasan sehingga tidak terjadi insomnia. 2. Bagi Petugas Kader Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta Diharapkan lebih memperbanyak program kegiatan dengan para lanjut usia misalnya dengan mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lanjut
63
64 usia dan kegiatan senam lansia untuk mencegah terjadinya kecemasan yang berdampak pada insomnia. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dapat melakukan penelitian terkait dengan kejadian insomnia pada lanjut usia dengan mengambil variabel lain untuk memperbanyak referensi insomnia.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur‟an., 1978. Al-Qur’an dan Terjemahan. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-Qur‟an. Jakarta: Departemen Agama RI. Amin,
N.,
(2007). Gangguan Tidur Pada Lansia Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 157. Hal. 196-206.
Amirta, Y., (2009). Tidur Bermutu Rahasia Hidup Berkualitas. Keluarga Dokter; Purwokerto Utara. Arikunto, S., (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta; Jakarta. Aspuah, Y. (2013)., Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Azizah., (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Graha Ilmu; Yogyakarta. Azwar., (2004). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandiyah, S., (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika; Yogyakarta Departemen Kesehatan RI., (2012). Manajemen Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. Jakarta Djauzi., (2010). Tidur Pada Usia Lanjut. Last Update: 05 Januari 2011. Available on: http//health.kompas.com Ernawati., (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Insomnia Pada Lansia.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/ handle/123456789/3706/ERNAWATI%20AGUS%20SUDARYA NTO%20fix%20BGT.pdf?sequence=1. Diakses tanggal 15 Juli 2014 jam 07.44 WITA Hawari, D., (2011). Psikiatri Manajemen Stress, Cemas & Depresi. FK UI; Jakarta. Hidayat. A. A., (2006). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika; Jakarta. Hidayat, A. A., (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika; Jakarta. Kadir., (2007). Proses Menua. Available at http://subhankadir.wordpress.com 2007/08/20/9 diakses pada 13 Februari 2011. 65
66 Keliat, W.A.P., (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC Lumbantobing, S. M., (2004). Gangguan Tidur. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI; Jakarta. Marchira, C.R., (2004). Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Insomnia pada Lansia di Poli Geriatri RS dr.Sardjito Yogyakarta. FK UGM Yogyakarta : tidak dipublikasikan Maryam, R.S., (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta. Norman, M., (2005). Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S). Atlanta: Psychiatric Associates of Atlanta, LLC. (online) tersedia dalam http://atlantapsychiatry.com.pdf (diakses 20 Februari 2014) Notoatmodjo, S., (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta Remaja; Jakarta Nurhayati, W., (2010). Hubungan antara Depresi dengan kejadian Insomnia Pada usia Lanjut Di Posyandu Lansia Kenanga RW.02 Serangan, Yogyakarta. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta. Nursalam., (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba medika; Jakarta. Potter dan Perry., (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC. Pratiwi, R.P., (2010). Pengertian Kecemasan. Last update: 05 Januari 2011. Available on: http://psikologi.or.id Prayitno., (2004). Psikologi Sosial, Refika Aditama; Bandung. Rizka, F., (2014). Hubungan Kesiapan Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Real Teaching Pada Mahasiswa DIV Bidan Pendidik Anvullen Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun 2014. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program Studi DIV Bidan Pendidik Anvullen Sekolah Tinggi Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta. Stanley, M dan Beare, P.G., (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC. Jakarta. Stuart, W. G., (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. EGC; Jakarta. Sudigdo., (2008). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung seto. Sugiyono., (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
67 Suliswati., (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. EGC; Jakarta Susilo, Y., & Wulandari, A., (2011). Cara Mengatasi Insomnia. Yogyakarta: ANDI Tamher, S., (2009). Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.
Turana, Y., (2007). Insomnia dan Rahasia Tidur Nyaman. Last update 05 Januari 2011. Available on: http//paulusbayu.multiply.com/journal/item/11/Gangguan Tidur atau Insomnia. Videbeck, S. L., (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Jakarta: Buku kedokteran.EGC. WHO., (2010). The World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)BREF. (Online) http://www.who.int/entity/substance_abuse/research_tools/en/ind onesian_whoqol.pdf. Diakses pada 4 Maret 2010 Widya, G., (2010). Mengatasi Insomnia: Cara Mudah Mendapatkan Kembali Tidur Nyenyak Anda. Kata Hati; Yogyakarta. Wijayanti., (2009). Hubungan antara Kecemasan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Pundong Bantul Yogyakarta. . Skripsi Tidak Dipublikasikan. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan „Aisyiyah Yogyakarta.
Lampiran 1
TIME SCHEDULE PENELITIAN No
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pembagian Pembimbing Pengajuan Judul Studi Pendahuluan Penyusunan BAB I Penyusunan BAB II Penyusunan BAB III Proposal Penelitian Seminar Proposal Revisi Proposal Penyerahan Proposal Pelaksanaan Penelitian dan Pengolahan Data Penyusunan BAB IV Penyusunan BAB V Ujian Hasil Skripsi Revisi Skripsi Penjilidan Skripsi Pengumpulan Skripsi
11 12 13 14 15 16 17
September Oktober November 2014 2014 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni 2014 2015 2015 2015 2015 2015 2015 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth. Bapak/Ibu/Sdr. Di Yogyakarta
Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Dengan Hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta : Nama
: Ayu Fiaka Dhin
NIM
: 201110201075
Pembimbing : Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc. Bermaksud melakukan penelitian tentang: “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta”. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi responden dan saya berjanji akan menjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu untuk menjadi responden, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta,
Desember 2014
Peneliti,
Ayu Fiaka Dhin
SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN (Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Umur
:
tahun
Jenis Kelamin : Menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang bernama : Nama
: Ayu Fiaka Dhin
NIM
: 201110201075
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta”. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta,
Desember 2014
Responden
(…………………………..)
SURAT PERMOHONAN MENJADI ASISTEN PENELITIAN
Kepada Yth. Saudara/saudari Di Yogyakarta
Assalamu‟alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh Dengan Hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta : Nama
: Ayu Fiaka Dhin
NIM
: 201110201075
Pembimbing : Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc. Bermaksud melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta”. Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai asisten peneliti. Atas ketersediaan dan partisipasi saudara/saudari untuk menjadi asisten penelitian, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta,
Desember 2014
Peneliti,
Ayu Fiaka Dhin
SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI ASISTEN PENELITI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : Nama
:
Jenis Kelamin
:
Pendidikan
:
Alamat
:
Menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai asisten peneliti untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa yang bernama : Nama
: Ayu Fiaka Dhin
NIM
: 201110201075
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES „Aisyiyah Yogyakarta yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kejadian Insomnia Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Flamboyan Dusun Jetis Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta”. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta,
Desember 2014
Menyetujui, Peneliti
( Ayu Fiaka Dhin )
Asisten peneliti
(
)
Kuesioner Tingkat Kecemasan Berilah tanda (√) pada kolom jawaban pada tiap poin gejala dengan memilih 4 gejala spesifik yang telah disediakan sesuai dengan jawabanmu dan tuliskan jawaban pada kolom kiri. Pilihan boleh lebih dari satu, boleh semua dipilih sesuai dengan keadaan responden. A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin
NO
: (tidak diisi) : tahun : L/P
PERNYATAAN Pada Saat ini, saya merasakan :
1
Perasaan Cemas a. Cemas b. Firasat buruk c. Takut akan pikiran sendiri d. Mudah tersinggung
2
Ketegangan a. Merasa tegang b. Tidak bisa tidur tenang c. Mudah menangis d. Gemetar e. Gelisah
3
Ketakutan a. Pada gelap b. Pada orang asing c. Ditinggal sendiri d. Pada kerumunan orang banyak
4
Gangguan tidur a. Sukar masuk tidur b. Terbangun malam hari c. Tidur tidak nyenyak
JAWABAN SKOR
d. Bangun dengan lesu e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk dan menakutkan) 5
Gangguan kecerdasan a. Sukar konsentrasi b. Daya ingat menurun c. Daya ingat buruk
6
Perasaan depresi a. Hilangnya minat b. Berkurangnya kesenangan pada hobi c. Sedih d. perasaan berubah-ubah sepanjang hari
7
Gejala somatic/fisik (otot) a. Sakit dan nyeri otot-otot b. Kaku c. Kedutan otot d. Gigi gemerutuk e. Suara tidak stabil
8
Gejala somatic/fisik (sensorik) a. Tinnitus (telinga berdenging) b. Penglihatan kabur c. Merasa lemas d. Muka merah atau pucat
9
Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) a. Takikardi (denyut jantung cepat) b. Berdebar-debar c. Nyeri di dada d. Denyut nadi mengeras e. Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
10
Gejala respiratori (pernafasan) a. Rasa tertekan atau sempit didada b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas panjang d. Merasa nafas pendek atau sesak 11
Gejala gastrotestinal (pencernaan) a. Sulit menelan b. Perut melilit c. Perut terasa kembung d. Nyeri sebelum dan sesudah makan e. Mual f. Buang air besar lembek g. Kehilangan berat badan h. Konstipasi
12
Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) a. Sering buang air kecil b. Tidak dapat menahan kencing c. Gangguan haid (amenorhea, oligomenorhea, menorhargia) d. Menjadi dingin (frigid)
13
Gejala autonom a. Mulut kering b. Mudah berkeringat c. Kepala pusing d. Kepala terasa berat dan sakit e. Bulu-bulu berdiri/merinding
14
Gangguan tingkah laku (sikap) a. Gelisah/tidak tenang b. Jari gemetar c. Kerut kening d. Muka tegang e. Tonus otot meningkat f. Nafas pendek dan cepat
jumlah Nilai Angka (Total Score)
Keterangan skor: 0
: Tidak ada gejala sama sekali
1
: Satu gejala dari pilihan yang ada
2
: Dua/separuh dari gejala yang ada
3
: Lebih dari separuh dari gejala yang ada
4
: Semua gejala ada
KSPBJ Insomnia Rating Scale
Petunjuk pengisian kuesioner 1. Pilihlah jawaban yang menurut anda sesuai dengan keadaan anda pada nomor yang telah tersedia. 2. Tidak ada jawaban yang salah pada setiap butir kuisioner, oleh karena itu saya memohon kesediaan anda untuk menjawab kuisioner ini dengan jujur. 3. Berilah lingkaran pada huruf jawaban yang sesuai dengan pilihan anda. A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin B. Pertanyaan kuesioner No I
II
III
IV
V
VI
: : tahun : L/P
Pertanyaan Lamanya tidur, berapa jam anda tidur dalam sehari? a. Lebih dari 6,5 jam b. Antara 5 jam 30 menit – 6 jam 30 menit c. Antara 4 jam 30 menit – 5 jam 30 menit d. Kurang dari 4 jam 30 memit Apakah anda tidur selalu bermimpi-mimpi? a. Tidak bermimpi sama sekali b. Terkadang bermimpi dan mimpi yang menyenangkan c. Selalu bermimpi dan mimpi yang menggangu d. Selalu mimpi buruk dan tidak menyenangkan Bagaimana kualitas dari tidur anda? a. Tidur sangat lelap dan sulit terbangun b. Tidur nyenyak dan tetapi sulit terbangun c. Tidur tidak nyenyak dan sangat mudah untuk terbangun Berapa menit anda bisa mulai masuk tidur? a. Memulai waktu tidur kurang dari 5 menit b. Memulai waktu tidur antara 6 menit sampai 15 menit c. Memulai waktu tidur antara 16-29 menit d. Memulai waktu tidur antara 30-44 menit e. Memulai waktu tidur antara 45-60 menit f. Memulai waktu tidur lebih dari 60 menit Bangun malam hari, berapa kali anda terbangun dalam semalam? a. Tidak terbangun sama sekali b. Terbangun1-2 kali c. Terbangun 3-4 kali d. Teerbangun lebih dari 4 kali Berapa menit waktu anda untuk tidur kembali setelah terbangun malam hari?
a. b. c. d. VII
VIII
Apakah anda terbangun dini hari atau bangun lebih awal pada pagi hari? a. Bangun pada waktu biasanya b. 30 menit lebih cepat dari biasanya dan tidak bisa tidur lagi c. Bangun 1 jam lebih cepat dan tidak bisa tidur lagi d. Lebih dari 1 jam bangun lebih awal dan tidak dapat tidur kembali Bagaimana perasaan anda segar waktu bangun tidur? a. Perasaan segar b. Tidak begitu segar c. Tidak segar sama sekali
Keterangan skor : a skor 0 b skor 1 c skor 2 d skor 3 e skor 4 f skor 5
Kurang dari 5 menit Antara 6-15 menit Antara 16-60 menit Lebih dari 60 menit
HASIL UJI KARAKTERISTIK PENELITIAN
Frequencies
usia jenis (tahun) kelamin
N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum
40 0 67.35 67.00 70 4.605 60 81
40 0 1.30 1.00 1 .464 1 2
Statistics Insomnia kategori Kecemasan Tingkat Rating insomnia Kecemasan Scale 40 40 40 40 0 0 0 0 15.55 .90 15.58 .88 16.00 1.00 15.00 1.00 16 1 15 1 4.169 .304 6.528 .757 4 0 3 0 22 1 41 3
Frequency Table jenis kelamin Frequency Percent Perempuan Valid Laki-laki Total
28 12 40
Valid Cumulative Percent Percent 70.0 70.0 70.0 30.0 30.0 100.0 100.0 100.0
kategori insomnia Frequency Percent Tidak Insomnia (09) Valid Insomnia (10 - 24) Total
4
10.0
36 40
90.0 100.0
Valid Cumulative Percent Percent 10.0 10.0 90.0 100.0
Tingkat Kecemasan Frequency Percent Tidak ada kecemasan (< 14) Kecemasan Ringan (14 20) Valid Kecemasan Sedang (21 27) Kecemasan Berat (28-41) Total
100.0
Valid Percent
Cumulative Percent
12
30.0
30.0
30.0
23
57.5
57.5
87.5
3
7.5
7.5
95.0
2 40
5.0 100.0
5.0 100.0
100.0
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid Missing N Percent N Percent Tingkat Kecemasan * kategori 40 100.0% 0 0.0% insomnia
Total N Percent 40 100.0%
Tingkat Kecemasan * kategori insomnia Crosstabulation kategori insomnia Tidak Insomnia (0-9) Count Tidak ada % within Tingkat kecemasan (< 14) Kecemasan Count Kecemasan % within Tingkat Ringan (14 - 20) Kecemasan Tingkat Kecemasan Count Kecemasan % within Tingkat Sedang (21 - 27) Kecemasan Count Kecemasan Berat % within Tingkat (28-41) Kecemasan Count Total % within Tingkat Kecemasan
Total
Insomnia (10 - 24)
4 33.3%
8 66.7%
12 30%
0 0.0%
23 100.0%
23 57,5%
0 0.0%
3 100.0%
3 7,5%
0 0.0%
2 100.0%
2 5,0%
4 10.0%
36 90.0%
40 100.0%
HASIL UJI KENDALL TAU Nonparametric Correlations Correlations Insomnia Rating Scale
Kecemasan Kendall's tau_b Kecemasan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Insomnia Rating Correlation Scale Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1.000
.474**
.
.000
40
40
.474**
1.000
.000
.
40
40