Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 1
INTERPRETASI GURU TERHADAP REVOLUSI MENTAL MELALUI PEMBELAJARAN PKn SMP NEGERI DI KABUPATEN MAJALENGKA TEACHERS’ INTERPRETATIONS OF THE MENTAL REVOLUTION THROUGH CIVIC EDUCATION LEARNING IN PUBLIC JHSS IN MAJALENGKA REGENCY Oleh Surel
: Intan Novita; Pembimbing: Halili, S. Pd., M.A Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum UNY :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan interpretasi guru terhadap revolusi mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan, serta untuk mendeskripsikan interpretasi guru terhadap revolusi mental melalui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraann SMP Negeri di Kabupaten Majalengka. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif jenis deskriptif. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berada di SMP Negeri kecamatan Kasokandel dan Kecamatan Cigasong. Subjek penelitian diambil secara purposive. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pemerikasaan keabsahan data dengan teknik trianggulasi data. Teknik analisis data secara induktif meliputi reduksi data, unitasi dan kategorisasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten Majalengka menginterpretasikan revolusi mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai acuan untuk menanamkan nilai-nilai revolusi mental terhadap peserta didik. Nilai-nilai revolusi mental pada kurikulum 2013 tercantum dalam Kompetensi Inti (KI) yaitu pada KI 1 dan KI 2, Kompetensi Dasar (KD dan penilaian. Sedangkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tercantum dalam tujuan pembelajaran dan dalam aspek karakter yang diharapkan. Guru menginterpretasikan revolusi mental dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai penanaman karakter kebangsaan kepada peserta didik. Karakter tersebut relevan dengan tiga nilai revolusi mental yaitu nilai integritas, etos kerja dan gotong royong. Sikap jujur bagian dari nilai integritas, sikap disiplin, aktif, tanggung jawab dan mandiri bagian dari nilai etos kerja, sikap sopan santun, toleransi, peduli, dan kerja sama bagian dari nilai gotong royong. Metode yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai revolusi mental dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah metode diskusi, tanya jawab dan penugasan. Kata kunci: Interpretasi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Revolusi Mental Abstract This study was to describe teachers’ interpretations of the mental revolution in the lesson plans for Civic Education and their interpretations of the mental revolution through the implementation of Civic Education learning in public junior high schools (JHSs) in Majalengka Regency. This was a study employing the qualitative descriptive approach. The research subjects were Civic Education teachers in public JHSs in Kasokandel District and Cigasong District. The research subjects were purposively selected. The data collecting techniques were observation, interview, and documentation techniques. The data trustworthiness was enhanced by the data triangulation technique. The data analysis technique was the inductive technique consisting of data reduction, data unitization and categorization, data display, and conclusion drawing. The results of the study show that the Civic Education teachers in public JHSs in Majalengka Regency interpret the mental revolution in the lesson plans as a reference to inculcate the mental revolution values into the students. The mental revolution values in Curriculum 2013 are stated in Core Competencies, namely Core Competencies 1 and 2, Basic Competencies, and assessment. Meanwhile, in School-based Curriculum 2006 the values are stated in the learning objectives and the expected character aspects. The teachers interpret the mental revolution in the implementation of Civic Education learning as inculcation of the nationalism character into the students. The character is relevant to the three revolution mental values, namely integrity, work ethos, and mutual cooperation. Honesty is part of integrity; discipline, being active, responsibility, and autonomy are part of work ethos; and politeness, tolerance, care, and collaboration are part of mutual cooperation. The methods used to inculcate the mental revolution values in Civic Education learning are discussion, question and answer, and assignment methods. Keywords: Interpretations, Civic Education, Mental Revolution
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 2
PENDAHULUAN Revolusi mental merupakan visi andalan dari Presiden ke-7 Joko Widodo, revolusi mental selalu dikumandangkan dan diandalkan oleh presiden Joko Widodo dalam setiap kampanye Pilpres tahun 2014. Jika melihat dari sisi sejarah gerakan revolusi mental ini sudah ada sejak jaman presiden Soekaro. Revolusi mental menurut Soekarno, “Revolusi Mental merupakan satu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyalanyala”. Sedangkan Revolusi mental menurut Joko Widodo adalah untuk lebih memperkokoh kedaulatan, meningkatkan daya saing dan memper erat persatuan bangsa. Revolusi mental merupakan sebuah gerakan yang berada di bawah naungan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menurut Kemenko PMK revolusi mental merupakan suatu gerakan seluruh masyarakat (pemerintah dan rakyat) dengan cara cepat untuk mengangkat kembali nilai-nilai strategis yang diperlukan oleh bangsa dan negara untuk mampu menciptakan ketertiban dan kesejahteraan rakyat sehingga dapat memenangkan persaingan diera globalisasi. Revolusi mental yang telah dirancang oleh pemerintah memiliki beberapa tujuan, tujuan tersebut akan tercapai apabila nilai-nilai revolusi mental dapat dilaksanakan. Berikut penjelasan dari tujuan dan nilai-nilai revolusi mental. Tujuan revolusi mental yang telah dirancang oleh pemerintah ada tiga tujuan yaitu: 1. Mengubah cara pandang, pikir dan sikap, perilaku dan cara kerja. 2. Membangkitkan kesadaran dan membangun sikap optimis. 3. Mewujudkan
Indonesia
yang
berdaulat,
berdikari,
dan
berkepribadian.
(https://www.kemenkopmk.go.id diakses pada 20 November 2015). Ada tiga nilai revolusi mental yang harus dikembangkan dalam masyarakat Indonesia. Tiga nilai revolusi mental tersebut adalah: 1. Nilai integritas revolusi mental memiliki sub nilai kewargaan dan dapat dipercaya. Contoh perilaku dari nilai integritas adalah bersih, antri, hak dan kewajiban diri sendiri dan orang lain, patuh terhadap aturan serta kejujuran 2. Nilai etos kerja revolusi mental memiliki sub nilai profesional, mandiri dan keratif. contoh perilaku yang dapat dikembangkan adalah cepat tanggap, tepat waktu, dan tidak menunda pekerjaan, cinta produk Indonesia, melakukan inovasi, dan anti mencontek.
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 3
3. Nilai gotong royong revolusi mental memiliki sub nilai saling menghargai dan gotong royong. Contoh perilaku yang dpat dikembangkan adalah sopan santun, menerima perbedaan, anti kekerasan, anti diskriminasi, kasih sayang, tolong menolong, kerja sama, dan kerelawanan. Berdasarkan penjelasan nilai revolusi mental di atas, nilai-nilai revolusi mental tersebut relevan dengan karakter kebangsaan yang dikembangkan dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan.
Nilai-nilai
karakter
pokok
dan
utama
Pendidikan
Kewarganegaraan. Nilai-nilai karakter untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi nilai karakter pokok dan nilai karakter utama. Nilai karakter pokok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah: kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kedemokratisan dan kepedulian, sedangkan nilai karakter utama mata pelajaran PKn yaitu nasionalisme, kepatuhan terhadap aturan sosial, menghargai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban orang lain, bertanggung jawab, berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, dan mandiri (Cholisin, 2015: 8). Pelaksanaan revolusi mental dalam pendidikan yaitu dengan cara penanaman nilai revolusi mental pada peserta didik, penanaman nilai-nilai revolusi mental ini dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, selain itu juga, revolusi mental yang telah dirancang oleh pemerintah harus didukung oleh berbagai pihak, dan direalisasikan dalam berbagai bidang kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Revolusi mental yang dirancang oleh pemerintah itu sangat erat kaitannya dengan penanaman karakter kebangsaan pada peserta didik yang merupakan salah satu misi dari Pendidikan Kewarganegaraan dan revolusi mental di sekolah merupakan program yang harus dilaksanakan dalam berbagai lapisan. Strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengembangkan dan menanamkan nila karakter kebangsaan yaitu
Pertama, memahami nilai-nilai karakter yang hendak
dikembangkan untuk dapat menjadi guru Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif dalam pendidikan karakter, perlu memahami dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang hendak diinternalisasikan kepada peserta didik. Kedua, mengembangkan pembelajaran aktif sebuah kegiatan belajar baik secara eksplisit maupun implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen yang dimaksud adalah: tujuan pembelajaran, input, aktivitas, pengaturan, peran guru dan peran peserta didik. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran aktif melalui proses dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikan nilai-nilai karakter yang ditergetkan. Kegiatan ini menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 4
pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Prinsip-prinsip Contexstuan Teaching and Learning. Ketiga, Mengembangkan kultur sekolah. Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap, dan pola tindakan seluruh warga (Cholisin, 2015: 12-16). Secara eksplisit, penanaman nilai revolusi mental dalam pembelajaran
sama
dengan
pengembangan
karakter
kebangsaan
Pendidikan
Kewarganegaraan dalam pembelajaran. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian dimana prosedur pemecahan masalahnya diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek ataupun objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya yang meliputi interpretasi data dan analisis data.Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J. Meleong, 2009: 6). Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai bulan April 2016 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Namun, dalam penelitian ini tidak semua sekolah yang berada di Kabupaten Majalengka dijadikan sebagai tempat penelitian. Hanya Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang ada di dua kecamatan di Kabupaten Majalengka, yaitu Kecamatan Kasokandel, dan Kecamatan Cigasong yaitu di SMP Negeri 1 Kasokandel, SMP Negeri 2 Kasokandel, SMP Negeri 3 Kasokandel dan SMP Negeri 1 Cigasong. Waktu penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2016. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini diambil secara pusposive berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru pendidikan kewarganegaraan SMP Negeri yang berada di Kabupaten Majalengka, khususnya guru
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 5
pendididkan kewarganegaraan yang berada di Kecamatan Kasokandel dan Kecamatan Cigasong. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik wawancara dan
dokumentasi. Wawancara dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik wawancara tidak terstruktur karena tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematid namun menggunakan panduan wawancara yang berisi pokok-pokok persoalan yang hendak ditanyakan. Tenik dokumentasi berati suatu cara pengumpulan data yang dihasilkan dari catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Catatancatatan penting yang dimaksud adalah yang mempunyai fungsi untuk digunakan sebagai data melalui dokumen dilakukan karena dokumen merupakan catatan-catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu yang biasanya terbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013: 140). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data
diperlukan agar data yang dihasilkan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pemerikasaan keabsahan data adalah teknik trianggulasi data. Teknik trianggulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data dengan bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumplan data dan sumber data yang telah ada. Peneliti menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2013: 241). Keabsahan data dalam penelitian ini didapatkan dari hasil pengecekan terhadap hasil observasi penelitian, hasil wawancara dengan subjek penelitian dan dokumen hasil penelitian yang berkaitan dengan interpretasi guru terhadap revolusi mental melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten Majalengka. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan secara induktif. Menurut Sugiyono (2013: 245), teknik analisisi data secara induktif yakni suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan umum (Sugiyono, 2013: 245). Hal tersebut berarti kesimpulan umum didapat dari proses analisis terhadap fakta dan peristiwa khusus dalam data penelitian. Fakta dan peristiwa yang kongkrit dalam penelitian berkaitan dengan interpretasi guru terhadap revolusi mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan, serta interpretasi guru terhadap revolusi mental melalui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 6
Majalengka. Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yang meliputi: 1.
Reduksi Data Proses reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu agar dihasilkan data yang memberi gambaran yang jelas dan mempermudah pelaksanaan pengambilan data selanjutnya (Sugiyono, 2013: 338-339). Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan terhadap hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 8 (delapan) orang narasumber/ subjek penelitian, terhadap hasil observasi langsung yang dilakukan peneliti serta terhadap data dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dimiliki subjek penelitian. 2.
Unitasi dan Kategorisasi Data Data yang diperoleh disederhanakan kemudian disusun secara sistematis ke dalam
kategori dengan sifat masing-masing data spesifik sesuai dengan tujuan penelitian yang sifatnya penting dan pokok sehingga data dapat memberi gambaran penelitian yang jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Lexy J. Moleong (2009: 288) yang mengatakan bahwa kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan. Unitasi dan kategorisasi data dalam penelitian ini mengacu pada kategori sesuai tujuan penelitian. 3. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu proses analisis data yang dilakukan setelah reduksi data. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan yang sejenisnya. Namun, menurut Miles dan Huberman (1984) mengatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang berbentuk naratif. Penyajian data dapat memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi sehingga memudahkan perencanaan kerja selanjutnya untuk memperoleh teori yang grounded (Sugiyono, 2010: 341-344). Penyajian data (data display) dalam penelitian ini menggunakan teks yang berbentuk naratif sesuai kategorisasi data yakni: 1) Kategori data interpretasi guru terhadap revolusi mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan; dan 2) Kategori data interpretasi guru terhadap revolusi mental melalui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten Majalengka.
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 7
4.
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Kesimpulan yang didapatkan setelah reduksi data dan penyajian data merupakan
kesimpulan awal yang masih bersifat sementara. Kesimpulan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. (Sugiyono, 2013: 354). Kesimpulan sementara dalam penelitian ini adalah: 1) Guru menginterpretasikan revolusi mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terdapat pada Kompetensi Inti (KI) 1 dan KI 2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, serta terdapat nilai-nilai revolusi mental di dalam KI 1 dan KI 2 yang dijadikan acuan oleh guru untuk menanamkan nilai revolusi mental pada peserta didik; 2) Guru menginterpretasikan revolusi mental melalui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sebagai penanaman sikap dan karakter kebangsaan. Sikap dan karakter kebangsaan tersebut relevan dengan tiga nilai revolusi mental menurut pemerintah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Interpretasi Guru terhadap Revolusi Mental dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten Majalengka Revolusi mental dalam pendidikan dapat dilakukan dengan cara penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan pendidikan kewarganegaraan (civic education), yang menempatkan aspek pendidikan, sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme, cinta tanah air, semangat bela negara dan budi pekerti. Guru mengatakan bahwa kurikulum yang dapat mendukung revolusi mental adalah kurikulum 2013 karena dalam kurikulum 2013 telah tertuang nilai-nilai revolusi mental dan lebih mengedepankan pendidikan kewarganegaraan. Kurikulum tersebut menjadi acuan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan RPP tersebut juga dijadikan acuan dalam mengintegrasikan penanaman nilai revolusi mental. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijadikan acuan oleh guru untuk menanamkan nilai-nilai revolusi mental. Dalam RPP kurikulum 2013 nilai-nilai revolusi mental tercantum dalam Kompetensi Inti (KI) terutama pada KI 1 dan KI 2 karena KI satu dan KI 2 ini merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial,selain itu juga revolusi mental terdapat pada Kompetensi Dasar (KD), serta pada aspek penilaian terutama pada penilaian sikap, pada aspek penilaian sikap terdapat nilai-nilai revolusi mental yang akan dikembangkan oleh guru. Sedangkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan( KTSP) atau lebih dikenal dengan sebutan kurikulum 2006, guru menginterpretasikan revolusi mental dalam aspek karakter yang akan dibentuk
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 8
setelah pembelajaran dilaksanakan serta terdapat pada tujuan pembelajaran. Dalam aspek karakter yang diharapkan terdapat nilai-nilai revolusi mental yang akan dibentuk oleh guru misalnya sikap peduli, tanggungjawab, toleransi, integritas, gotong royong, sopan santun, dan sebagainya. Aspek karakter yang diharapkan dalam Kurikulum 2006 tersebut sebagai acuan guru dalam menanamkan nilai-nilai revolusi mental pada peserta didik. 2. Interpretasi Guru terhadap Revolusi Mental dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri di Kabupaten Majalengka Guru menginterpretasikan revolusi mental dalam pelaksanaan pembelajaran dengan cara penanaman nilai-nilai revolusi mental yang ditunjukan dengan penanaman sikap kewarganegaraan atau karakter kebangsaan yaitu penanaman sikap disiplin, sopan santun, aktif, jujur, tanggung jawab, toleransi dan mandiri. Sikap-sikap yang diinterpretasikan oleh guru sebagai revolusi mental tersebut sesuai dengan nilai-nilai karakter utama dan pokok mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Nilai-nilai karakter pokok
mata pelajaran
PKn
yaitu:
kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kedemokratisan, dan kepedulian. Sedangkan nilai karakter utama mata pelajaran PKn adalah: nasionalisme, kepatuhan, mengahrgai keberagaman, kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, bertanggung jawab, berfikir logis, kritis, kreatif, inovatif, dan kemandirian (Cholisin, 2015: 8). Kesimpulannya bahwa guru menginterpretasikan revolusi mental merupakan karakter kebangsaan atau karakter kewarganegaraan yang harus dibentuk dan ditanamkan pada peserta didik. Metode atau cara yang dilakukan oleh guru dalam penanaman nilai-nilai revolusi mental yaitu metode diskusi, tanya jawab dan penugasan. Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dalam menanamkan nilai revolusi mental pada peserta didik. Permasalahan tersebut disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama berasal dari dalam diri peserta didik dan faktor kedua berasal dari dalam diri guru. Untuk meminimalisir permasalahan tersebut, guru mengaitkan penanaman nilai revolusi mental dengan kegiatan sekolah yaitu kegiatan intra, ko, dan ekstrakurikuler serta kerja sama dengan orang tua atau wali murid dalam penanaman nilai revolusi mental. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dijadikan sebagai acuan untuk mengintegrasikan penanaman nilai-nilai revolusi mental pada peserta didik. Dalam RPP kurikulum 2013, revolusi mental tercantum dalam Kompetensi Inti (KI), Kompetnsi Dasar (KD) dan penilaian sikap. Karena di dalam Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 9
(KD) dan penilaian terdapat sikap yang sesuai dengan nilai-nilai revolusi mental yang dirancang oleh pemerintah. Sedangkan dalam RPP kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006, guru menginterpretasikan revolusi mental dalam tujuan pembelajaran dan pada aspek karakter yang diharapkan. Karena terdapat sikap yang sesuai dengan konsep nilai-nilai revolusi mental yaitu nilai integritas, etos kerja dan gotong royong. Guru menginterpretasikan revolusi mental melalui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan
dapat
dijelaskan
sebagai
berikut:
Pertama,
guru
menginterpretasikan revolusi mental dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam bentuk penanaman sikap kewarganegaraan yang merupakan bagian dari nilai-nilai karakter kebangsaan berupa sikap disiplin, sopan santun, aktif, jujur, tanggung jawab, toleransi, peduli, kerja sama, dan mandiri. Bila dikaitkan dengan konsep revolusi mental yang dirumuskan oleh pemerintah, hal tersebut relevan dengan tiga nilai revolusi mental yaitu nilai integritas, nilai etos kerja, dan nilai gotong royong. Kedua, Penanaman nilai-nilai revolusi mental dalam pembelajaran dilakukan dengan cara penggunaan metode pembelajaran yang dapat mendukung untuk menanamkan nilai revolusi mental yaitu metode diskusi kelompok, tanya jawab dan penugasan. Karena dengan penggunaan metode tersebut, penanaman nilai revolusi mental akan dapat dilakukan dengan efektif yang kemudian ditunjukan dengan sikap dan perilaku peserta didik. Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh guru dalam menanamkan nilai revolusi mental pada peserta didik. Permasalahan tersebut disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama berasal dari dalam diri peserta didik dan faktor kedua berasal dari dalam diri guru. Untuk meminimalisir permasalahan tersebut, guru mengaitkan penanaman nilai revolusi mental dengan kegiatan sekolah yaitu kegiatan intra, ko, dan ekstrakurikuler. Misalnya mengkaitkan pembelajaran dengan kegiatan upacara, serta adanya kerja sama guru dengan orang tua atau wali murid dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai revolusi mental. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka diberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Perlu adanya peraturan yang mengatur tentang revolusi mental yang dirancang oleh pemerintah sehingga guru memiliki pedoman dalam menginterpretasi revolusi mental dalam bidang pendidikan khusunya dalam pembelajaran. (2) Website revolusi mental yang dibuat oleh pemerintah harus diperbaiki sehingga masyarakat mudah mengakses website revolusi mental tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 10
Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum | 11