REVOLUSI MENTAL MELALUI PITUTUR LUHUR DALAM NASKAH WAYANG KULIT PURWA LAKON BAWOR DADI RATU SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA Astiana Ajeng Rahadini
[email protected] Universitas Sebelas Maret Abstrak Pendidikan adalah salah satu cara untuk membangun mental generasi penerus bangsa. Di dalam pendidikan terdapat materi yang bersumber dari nilai luhur budaya bangsa yag tertuang dalam materi bahasa dan sastra. Salah satu materi yang mengandung nilai luhur yaitu wayang kulit. Di dalam pertunjukan wayang kulit terdapat pitutur luhur yang dapat djadikan pedoman oleh generasi muda dalam bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pertunjukan wayang yang dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran bahasa Jawa, yaitu pertunjukan wayang kulit lakon Bawor dadi Ratu. Pembelajaran wayang hendaknya tidak hanya berupa pengetahuan mengenai tokoh wayang tetapi juga pemahaman terhadap pitutur luhur atau pesan moral yang terdapat dalam pertunjukan wayang tersebut. Kata kunci: pitutur luhur, wayang kulit, Bawor dadi Ratu, materi pembelajaran, revolusi mental
Abstract Education is one of the ways to develop the nation next generation. In education there is a teaching material that is taken from the culture values of the nation which is summarized in language and literature material. One of the puppet performance which can be used as Javanese teaching material is puppet show entitled “Bawor dadi Ratu” because this story is full of good values. It is expected that puppet education is not merely about the konwoledge of puppets character but also the understanding about the values of moral message implied in the puppet show itself. Keyword:
pitutur luhur, puppet shadow, Bawor dadi ratu, learning materials, mentals revolution
A.
PENDAHULUAN Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum (Mulyasa, 2011:4). Kurikulum menjadi suatu bentuk pedoman formal legal yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Materi pembelajaran yang tertuang dalam kurikulum dirumuskan bukan tanpa analisis, pertimbangan, dan tujuan. Kurikulum dikembangkan beradasarkan analisis kebutuhan masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi. Kondisi ideal yang belum tercapai menjadi pertimbangan dalam menyusun materi pembelajaran. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan kedua kurikulum ini disesuaikan dengan kondisi kondisi kemajuan bangsa yang sedang menghadapi tantangan eksternal berupa globalisasi dan perdagangan bebas serta tantangan internal berupa kondisi nasional yang tidak stabil, tindak KKN (Korupsi, kolusi, Nepotisme) meningkat, dan karakter masyarakat yang
76
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
semakin jauh dari nasionalisme serta persatuan dan kesatuan. Era globalisasi bukan saja suatu era yang berbasis teknologi informasi tetapi juga berbasis transparansi (Mulyasa, 2011: 19). Sementara itu tantangan internal juga merupakan suatu kondisi yang pelik karena masyarakat Indonesia berhadapan dengan dirinya sendiri. Yang artinya, masyarakat harus melakukan introspeksi diri agar dapat melihat kekurangan yang ada pada diri sendiri. Untuk menghadapi tantangan baik eksternal maupun internal, pemerintah menyelengarakan suatu pergerakan nasional berupa revolusi mental yang digalakkan di semua bidang, termasuk bidang pendidikan. Bidang pendidikan adalah wadah utama dalam membentuk generasi penerus. Selain kemampuan kognitif dan kemampuan psikomotorik, peserta didik sebagai generasi penerus bangsa juga hendaknya dibekali dengan kemampuan afektif yang sesuai dengan karakter luhur budaya bangsa agar dapat memfilter pengaruh asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa. Penanaman karakter luhur ini yang menjadi pertimbangan pemilihan materi pembelajaran dalam system pendidikan nasional. Kurikulum 2013 yang mengusung pendidikan karakter sebagai objek utama pendidikan memberikan pedoman bagaimana mengisi pembelajaran di sekolah dengan nilainilai luhur yang akan ditanamkan pada diri peserta didik (Majid, 2014: 10). Sementara itu pada KTSP, memberikan porsi tersendiri pada materi pelajaran muatan lokal. Materi-materi yang terdapat pada muatan lokal merupakan materi yang mengangkat keunggulan budaya daerah yang diselenggarakan agar tujuan dari pendidikan karakter dapat tercapai, yaitu terbentuknya karakter generasi muda yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam kearifan lokal yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Salah satu materi muatan lokal untuk wilayah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur, yaitu pembelajaran bahasa dan sastra Jawa. Pada materi bahasa dan sastra Jawa banyak sekali nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat digali dari materi bahasa dan sastra Jawa dalam bentuk pitutur luhur, suri teladan tokoh-tokoh besar Jawa, amanat dalam cerita, maupun makna simbolis dalam berbagai benda-benda hasil kebudayaan Jawa. Ungkapan pitutur luhur terdiri dari dua kata, yaitu pitutur dan luhur. Di dalam kamus Baoesastra Djawa, kata Pitutur bermakna (1) piwulang kabecikan ‗ajaran kebaikan‘; (2) pepeling sarta pamrayoga supaya ora nindakake kang ora pantes ‗sebagai pengingat dan nasihat supaya tidak melakukan hal yang tidak pantas‘ (Poerwadarminta, 1939: 404). Sementara itu, kata luhur bermakna dhuwur, utama ‗tinggi, unggul, utama‘ (Poerwadarminta, 1939: 277). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pitutur luhur bermakna ajaran atau nasihat utama supaya tidak melakukan hal-hal yang tidak pantas. Hal-hal yang tidak pantas dapat terkaita dengan hal-hal yang bertentangan dengan etika dan moral. B. 1.
PEMBAHASAN Teks Wayang sebagai Materi Pembelajaran Bahasa Jawa Arus globalisasi akan menggeser pola hidup dan budaya masyarakat Jawa. Bila hal ini tidak ditangani secara tepat boleh jadi masyarakat Jawa tinggal nama tanpa kepribadian (Tim Penyusun Kurikulum 2013). Pembelajaran bahasa Jawa sebagai salah satu materi muatan lokal dalam kurikulum, bertujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik agar mampu berjiwa, berbahasa, dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Untuk PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
77
mewujudkan hal tersebut pembelajaran bahasa Jawa mengedepeankan materi-materi yang menarik dan sarat akan nilai-nilai luhur, salah satunya adalah materi tentang wayang kulit. Wayang kulit purwa merupakan salah satu budaya bangsa Indonesia yang sudah ada dan berkembang selama berabad-abad. Wayang kulit juga merupakan suatu karya sastra yang adiluhung dan digemari oleh masyarakat. Wayang kulit pada umumnya berkembang di Jawa. Pertunjukkan wayang kulit di Jawa ada beberapa gagrag atau versi, di antaranya Gagrag Surakarta, Gagrag Ngayogyakarta, Gagrag Banyumasan, Gagrag Cirebonan, dan sebagainya (Sagio dan Samsugi, 1991: 13). Namun, apapun gagrag yang digunakan, cerita wayang kulit selalu menarik untuk dikaji karena di dalam ceritanya mengandung ajaran moral yang dapat dijadikan pedoman hidup manusia. Ajaran moral disampaikan dalam bentuk pitutur luhur yang diucapkan oleh para tokoh wayang. Karena adanya ajaran moral yang terkandung pada cerita wayang, maka wayang menjadi salah satu materi pembelajaran bahasa Jawa yang termuat dalam kurikulum 2013. Adapun materi tentang wayang yang tertulis pada kurikulum 2013 dari dapat dilihat pada tabel berikut ini. (1) Materi Pembelajaran Bahasa Jawa untuk kelas IX semester II
(2) Materi Pembelajaran Bahasa Jawa untuk kelas XI semester II
2.
Revolusi mental melalui Pitutur Luhur dalam Petikan Teks Wayang Kulit Purwa lakon Bawor dadi Ratu Salah satu cerita wayang yang menarik untuk dikaji, yaitu lakon Bawor dadi Ratu. Dilihat dari nama tokoh dapat disimpulkan bahwa cerita wayang ini menggunakan gagrag
78
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
Banyumasan. Bawor adalah nama khas yang digunakan di daerah Banyumas untuk menyebut salah seorang Punakawan. Pada gagrag yang lain, Bawor biasa disebut dengan Bagong. Bawor atau Bagong merupakan salah seorang abdi Pandawa yang termasuk dalam Punakawan (Haryanto, 1988: 302). Bersama Semar, Gareng, dan Petruk, Bawor memiliki tugas untuk momong ‗mengasuh‘ dan melayani para Pandawa. Di dalam pertunjukkan wayang, keempat Punakawan ini seringkali ditunggu kehadirannya pada adegan gara-gara karena kelucuannya. Tetapi sebagai pamong dan pelayan, Punakawan juga seringkali menyuarakan pitutur-pitutur luhur untuk para bendara ‗tuan‘nya. Cerita wayang purwa lakon Bawor dadi Ratu, selain mengandung humor juga sarat dengan pesan moral. Tokoh utamanya, Bawor, yang terkenal karena kepolosan dan kekhasan kata-katanya yang lucu, juga terkadang menyuarakan pitutur-pitutur luhur sebagai pesan moral ketika menghadapi situasi tertentu. Jika diamati dari judul ceritanya saja, sudah tersirat adanya suatu penggambaran fenomena yang langka bagaimana seorang kawula alit yang notabenenya tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan dapat menjadi seorang pemimpin. Di saat sekarang ini, kekuatan dan kekuasaan merupakan backing utama agar seseorang dapat memegang tampuk kepemimpinan. Hanya orang-orang yang disegani baik dari segi kekuatan, kekuasaan, keberanian, maupun kemampuan yang akan dijadikan seorang pimpinan. Beberapa cuplikan dialog dalam pertunjukkan wayang kulit Bawor dadi Ratu menunjukkan adanya pitutur luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup. Pitutur luhur ini terdapat pada perkataan yang diucapkan baik oleh tokoh utama maupun tokoh lainnya yang berbentuk paribasan. Contoh pitutur luhur dalam pertunjukkan wayang kulit lakon Bawor dadi Ratu dapat dilihat pada dialog berikut ini. (1) Konteks: Kresna memanggil Samba dalam pisowanan, namun Samba terlihat takut karena tahu benar kekuatan dari Sri Kresna Kresna : ―Samba.‖ Samba : ―Kula nun dhawuh tinimbalan kanjeng dewaji.‖ Kresna : ―Aja kadukane kejeron anggonmu muwus, senajan ta pun rama gadhah wenang ning ora bakal tumindak sawenang-wenang.‖ Arti pitutur luhur dalam kutipan di atas, yaitu orang yang memiliki kekuasaan hendaknya tidak menyalahgunakan kekuasaannya tersebut untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak baik. Nilai luhur inilah yang hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin. Jangan karena dia sedang berkuasa kemudia dia bersikap menakut-nakuti orang lain agar tunduk dan memenuhi keinginannya yang tidak benar. Kekuasaan adalah amanah. Justru kekuasaan hendaknya digunakan untuk melindungi orang-orang yang teraniaya dan menegakkan keadilan sesuai peraturan yang berlaku. (2) Konteks: Kresna memberi nasihat kepada Samba sebagai calon raja Dwarawati berikutnya Kresna : ―Ngene samba, wigati dhawuh timbalane rama ingkang pinungging dening pisowanan puniki amarga sira atmajaingsun, ingkang sun dama-dama, sun kudang-kudang sun gadhang-gadhang, bebasan dak gadhung-gadhung, ning mbenjang ewa sira panjang yuswa bakal wisuda dadi ratune praja ndwarawati PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
79
ingkang iku ulun mumpung sira isih mudha ingkang semampuripta ngudi kautaman, lire wong kang ngudi kautaman nggoleka ilmu kang ora cengkah karo angger-anggere Negara ndwarawati. Golekana ilmu ingkang ora cengkah karo angger-anggere agama. Golekana ilmu kang ora kedunungan watak mandala budhi naser watak angkara murka, Golekana ilmu kang apik kanggo urip bebrayanan agung1 apamaneh mbenjang sira wisuda dadi praja Dwarawati. Mula aja nduwe laku mban cinde mban ciladan, nduwea laku berbudi bawa laksana asih tresna mring puludasih aja pilah-pilah kawula siji lan sijine2.‖ Samba : ―Nuwun inggih kanjeng dewaji, sedaya dhawuh kanjeng dewaji bakal dados jimat kula.‖ Arti pitutur luhur (1), yaitu seorang calon pemimpin hendaknya membekali dirinya dengan ilmu dan pengalaman yang tidak bertentangan dengan agama, aturan negara, ilmu yang menjadikan dirinya bijaksana, tidak sombong, haus kekuasaan, dan dapat bermanfaat bagi sesama manusia. Menjadi seorang pemimpin memang tidak mudah dan tidak dapat asal-asalan. Seorang pemimpin hendaknya memiliki kematangan dalam ilmu, pengalaman, pandangan hidup, dan akhlak mulia. Semua bekal tersebut diperlukan oleh seorang pemimpin agar dapat bersikap bijaksana, tidak egois, dan dapat merangkul semua kalangan tanpa menimbulkan sakit hati di salah satu pihak. Arti (2). Seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih, lebih mementingkan suatu golongan tertentu. Sikap mban cinde mban ciladan menunjukkan suatu sikap subjektif yang dapat merugikan pihak lain. Sikap ‗berat sebelah‘ atau pilih kasih ini akan menjadikan pemimpin tersebut tidak dapat bersikap adil. Hal ini akan memicu timbulnya kekecewaan yang dapat menimbulkan konflik yang lebih besar. (3) Konteks: Ketika Gathotkaca ikut hadir dalam pisowanan, tiba-tiba datanglah seorang raksasa yang meminta Kembang Cakra Wijayadanu. Kresna : Jagat dewa bathara ya jagat dewata..Kaki prabu Gathutkaca.‖ Gathotkaca: ―Kula nun dhawuh timbalan Uwa prabu pepundhen kula.‖ Kresna : ―Sliramu tindak neng Dwarawati lho kok ana kedadeyan kaya ngene. Aja kaya tamu ya Ngger, kaya neng negarane dhewe wae. Amarga buta ki ngendelake kadigdayane kayadene adigang adigung adiguna. Wataking buta ki ngetutake karepe dhewe ora eling marang wong liya.‖ Gathotkaca: ―Nun Inggih Uwa Prabu.‖ Arti pitutur luhur dalam cuplikan dialog di atas, yaitu orang yang mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan kepintarannya.Sikap ini menunjukkan sikap yang sombong atau takabur, memandang rendah orang lain, dan menjadi tidak waspada. Seseorang yang memiliki sikap ini akan menyepelekan orang-orang di sekitarnya dan ini menjadi awal dari kehancurannya karena tidak akan menyadari bahwa mungkin saja banyak orang yang lebih unggul hanya saja tidak mau menunjukkannya.
80
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
(4) Konteks: Janaka memberi tugas kepada Bawor untuk menjaga Durna. Namun, Bawor yang mengetahui watak licik Durna dan sering membuat susah para Pandawa setengah hati menerima tugas tersebut. Durna : ―Aku arep digawa ngendi Bawor?‖ Bawor : ―Arep takdol sepayu payune.‖ Durna : ―Aja nggleweh aja nggleweh.‖ Bawor : ―Alah meneng bae. Inyong tuli wadhehe ora lumrah kambi Durna nyong.‖ Bawor : ―Luputku apa bawor?‖ Bawor : ―Ora ngilo githok? Nek awake gawe luput pancen gampang kelalene. Bola-bali arep gawe sengsarane gusti-gustiku. Siki arep tek dol masa oraa…‖ Artinya: Seseorang seringkali tidak menyadari keburukan-keburukan yang ada pada dirinya sendiri. Melihat cela dan keburukan pada diri sendiri memang hal yang sulit. Introspeksi diri adalah hal yang penting yang sebaiknya dilakukan oleh seorang pemimpin sebagai salah satu cara untuk merefleksi apakah tindakan yang kita lakukan selama ini bermanfaat atau tidak, menyakiti orang lain atau tidak. Dengan introspeksi diri berarti seseorang mau menerima kritik dari orang lain dan berbenah agar ke depan tindakan yang dilakukan dapat lebih baik. (5) Konteks: Janaka menanyakan keberadaan Durna yang tidak bersama Bawor. Janaka : ―Bapa durna ndi Bawor?‖ Bawor : ―Mpun kula sade.‖ Janaka : ―Didol kepriye Wor?‖ Bawor : ―Lha niki si seket niki.‖ Janaka : ―Kowe sembrono, kowe adol kamiwanen! Bapa Durna ki lak guruku kok dol, supaya dijaga malah didol. Palang mangan tandur. Wiwit saiki kowe ora entuk melu Pandawa! Artinya: Kepercayaan adalah suatu hal yang mahal harganya. Membangun suatu kepercayaan membutuhkan kerja keras. Oleh karena itu, jika diberi suatu amanah hendaknya menjaga dan melaksanakan dengan baik amanah tersebut. Kepercayaan merupakan suatu pondasi dasar dalam membangun suatu kerjasama. Kondisi bangsa Indonesia sedang mengalami krisis kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin dan aparat oemerintahnya. Ini yang perlu disasar dalam revolusi mental. Kesadaran akan pentingnya kepercayaan masyarakat harusnya menjadi tolok ukur dalam memperbaiki kinerja. Masyarakat yang solid akan lebih mudah untuk maju dan berkembang, tidak terpecah-pecah. (6) Konteks: Bawor mendapat murka dari Janaka dan diusir tidak boleh mengabdi lagi pada Pandawa. Bawor : ―Lha nyong si kon maring endi kie? Ndara Janaka koh ora melas temen maring inyong yah? Inyong gole adol dorna anu nyengiti, wis ping pira sing jenenge dorna arep gawe kasengsaran aring ndara-ndarane Nyong. huhh malah inyong ora kena melu pendawa kon minggat, lha nyong si kon nglayab ngendi PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
81
nyong? Ndara janaka ngangkat keris tandhane jengkele banget. Huulaaah melasi temen inyong ya? Siki nyong mung bisa semarah maring sing gawe urip. Huulah. Nasiib...nasib.‖ Artinya manusia hidup harus berserah diri kepada Tuhan. Tugas manusia hanya berusaha, hasil akhir Tuhan yang menentukan. Tidak perlu ngaya dalam bekerja, tetapi tetap harus maksimal. Sikap ngaya atau berlebihan hanya akan merugikan diri sendiri. Manusia hendaknya menyadari adanya kekuasaan yang lebihkuasa di luar dirinya, yaitu kekuasaan Tuhan. (7) Konteks: Setelah diusir oleh Janaka, Bawor beretemu dengan Wisanggeni Wisanggeni: ―Bawor.‖ Bawor : ―Usah War Wor.‖ Wisanggeni: ―Sing luput sing kebangeten ki rama janaka, kowe bener, eyang durna digawa neng Negara parang kembang iki bakal disiksa margane eyang Durna sok kebangeten, neng ngendi-ngendi ngendika yen ibu Srikandi seneng karo eyang Durna, iki rak ngisin-isinake, rama Janaka salah, sing bener kowe. Kowe ora usah was sumelang. Becik ketitik ala ketara.‖ Arti pitutur luhur pada kutipan dialog di atas bermakna perbuatan apapun nantinya akan dapat diketahui baik dan buruknya. Jadi tidak perlu khawatir ketika kita sudah melakukan suatu perbuatan baik namun tetap dianggap buruk oleh orang lain. C.
PENUTUP Pengikutsertaan materi wayang kulit purwa ke dalam materi pembelajaran bahasa Jawa bukanlah tanpa pertimbangan. Wayang sebagai salah satu kebudayaan Jawa memiliki nilai-nilai adiluhung melalui pitutur-pitutur luhur yang terdapat dalam cerita yang disajikan. Pitutur-pitutur luhur ini dapat dijadikan pedoman bagi generasi muda dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pedoman hidup dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan ini sesuai dengan karakter adiluhung budaya Jawa yang pada akhirnya akan mengubah atau merevolusi pola pikir generasi muda. Generasi muda yang tidak kehilangan karakternya, tidak terombang-ambing dalam arus globalisasi tanpa pegangan yang jelas. Mengingat pentingnya pembelajaran materi wayang kulit tersebut, maka materi wayang kulit menempati posisi yang penting sebagai penguat jati diri bangsa. Pembelajaran bahasa Jawa dengan materi wayang kulit hendaknya tidak hanya berisi pengenalan tokohtokoh wayang tetapi juga penekanan pada nilai moral yang disampaikan dan karakter para tokohnya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap cerita wayang oleh generasi muda harus ditingkatkan. Materi pemebeljaaran juga hendaknya dikemas dengan bentuk yang menarik, dan ini adalah tugas bagi para guru bahasa Jawa. DAFTAR PUSTAKA Haryanto, S. 1988. Pratiwimba Adhiluhung. Jakarta: Djambatan. Majid, Abdul. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoretis dan Praktis. Bandung: Interes Media.
82
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
Mulyasa. 2011. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Poerwadarminta, W.J.S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J.B. Wolters Uitgevers Maatschappij. Sagio dan Samsugi. 1991. Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta. Jakarta: CV. Haji Masagung.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ‖Revolusi Mental Melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra‖
83