Jurnal Penelitian dan Pendidikan IPS (JPPI) Volume 11 No 2 (2017) 152-179 ISSN (Print) : 1858-4985 http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JPPI
ANALISIS NILAI-NILAI FALSAFAH JAWA DALAM BUKU PITUTUR LUHUR BUDAYA JAWA KARYA GUNAWAN SUMODININGRAT SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS Arif Widodo, Sa’dun Akbar, Sujito Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas Kanjuruhan Malang Jl. S. Supriadi No 48 Malang Telp. (0341) 831671, 801488 Abstract This study originated from unrest author of the erosion of understanding the values of local wisdom of the students due to the distortion values of Javanese philosophy which has implications on the deterioration of character of the nation, therefore replanting Values of Javanese Philosophy in learning is especially important in learning IPS. Prior to actualize these values first educators should get a correct understanding of the meaning contained in the philosophy of Java. Therefore in this study the researchers conducted the interpretation of the book "Pitutur Luhur Budaya Jawa" by using heuristic and hermeneutic analysis model so that can know the meaning contained in it properly. This study aimed to explore the content of the values in the Javanese philosophy, character education and its relevance to search for what values are worth to be rebuild in social studies learning. Based on these results it can be seen that there are many good values contained in the book "Pitutur Luhur Budaya Jawa" is still relevant and in line with the eighteen values of character education that disseminated by the government, because they both contain the teaching of manners include honesty, trustworthy, discipline, courtesy, neatness, sincerity, wisdom, self-control, courage, friendship, loyalty, honor and justice. Those values are reflected in hamemayu hayuning bawana, sepi ing pamrih rame ing gawe, alon-alon waton kelakon, mangan ora mangan waton ngumpul, Aja ketungkul marang kalungguhan kadonyan lan kemareman, aja sira deksura, and Aja waton ngomong ning ngomonga nganggo waton.There are some decent character value actualized in social studies lesson although not on the list of eighteen value character because these values are universal can apply to anybody and anywhere. Those values include the patient, neriman, rila, alert, selfless, conscious process and ensure harmony. Actualization of these values can be an answer to the problems that hit the
152
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179 nation's character because of these values is a bridge for people in ngudi kawicaksanan lan ngudi kasampurnaning urip. Keywords: Values of Javanese Philosophy, Pitutur Luhur, learning resources, learning IPS. Pitutur luhur yang merupakan
PENDAHULUAN Salah
satu
literatur
yang
bagian
dari
falsafah
Jawa
dan
menaruh perhatian terhadap pitutur
mengandung ajaran budi pekerti luhur
Jawa
arus
telah dilupakan dalam pembelajaran
modernisasi ini adalah buku karya
terutama dalam pembelajaran IPS.
Gunawan
yang
Falsafah Jawa dianggap usang dan
berjudul “Pitutur luhur budaya Jawa:
kuno, ndeso dan ketinggalan jaman,
1001 pitutur luhur untuk menjaga
yang tidak relevan lagi dengan era
martabat
bangsa
globalisasi dan modernisasi. Padahal,
kearifan lokal”.
filosofi leluhur tersebut berlaku terus
Buku karya Gunawan Sumodiningrat
sepanjang masa yang dapat membuat
tersebut menarik untuk dikaji karena
hidup
buku tersebut merupakan kumpulan
mengajarkan agar senantiasa “Eling
dari
lan Waspodo”.
ditengah
derasnya
Sumodiningrat
dan
kehormatan
dengan nilai-nilai
berbagai
pitutur
luhur
dari
masyarakat Jawa yang dewasa ini
lebih
bijaksana
Falsafah
Jawa
serta
yang
semakin terdengar asing dalam telinga
mengandung ajaran mulia dari para
anak didik, makna dan nilai-nilai
leluhur banyak yang diartikan secara
ungkapan-ungkapan Jawa tidak lagi
tekstual tanpa dikaji lebih mendalam
dipahami secara benar oleh sebagian
terkait substansi apa yang terkandung
besar masyarakat Jawa sendiri, bahkan
di dalamnya. Guru sebagai sosok yang
seringkali maknanya dipelintir dan
patut digugu lan ditiru ternyata banyak
diputarbalikkan (distorsi nilai), untuk
yang tidak memahami nilai-nilai yang
itu tidaklah berlebihan jika muncul
terkandung di dalam falsafah Jawa.
anggapan “Wong Jowo ning ora
Pemikiran Jawa dianggap sebagai
jowo”.
pemikiran
negatif
yang
dapat
153
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
menghambat kemajuan bangsa, bangsa
mengharapkan imbalan harta maupun
Indonesia khususnya masyarakat Jawa
tahta karena tujuan Gajah Mada adalah
dianggap
mempersatukan
tidak
dapat
mencapai
kemajuan jika masih terkungkung oleh pemikiran-pemikiran
seluruh
nusantara
demi kemajuan bangsa dan negara.
tradisional
Fakta sejarah di atas ternyata
kelakon,
berbanding terbalik dengan realita
mangan ora mangan waton ngumpul,
yang kita jumpai saat ini, falsafah sepi
ojo dumeh, nerimo ing pandum dan
ing pamrih rame ing gawe ini telah
lain-lain, pemikiran-pemikiran inilah
dibalik menjadi sepi ing gawe rame
yang oleh para pendiri bangsa (the
ing pamrih. Contoh konkritnya adalah
Founding Father’s) diramu menjadi
perilaku politikus yang pragmatis demi
Pancasila.
mendapatkan kekuasaan, ketika pemilu
seperti
alon-alon
waton
Nilai-nilai
luhur
ini
merupakan benteng yang kuat dalam
tiba
menanggulangi
maupun pilkada banyak kita jumpai
barat
yang
pemikiran-pemikiran
materialistis,
hedonis,
pragmatis dan sekuleristis. Sejarah bahwa
telah
kejayaan
nusantara
itu
legistatif,
presiden
baliho-baliho besar yang dengan tidak ada
membuktikan
baik
rasa
malunya
berlomba-lomba
para
politikus
membuat
jargon
yang
politik, sikut kanan sikut kiri yang
dibuktikan dengan hadirnya kerajaan
terpenting ambisinya tercapai. Wes
Majapahit
nyata ayo diterusna, tidak hanya janji
dapat
diraih
karena
dilandasi oleh beberapa nilai karakter
tapi
dalam
diantaranya
merupakan kata kata yang sering kita
adalah alon-alon waton kelakon, sepi
jumpai pada saat pemilu. Realitanya
ing pamrih rame ing gawe, hamemayu
setelah mendapatkan amanah yang
hayuning bawana, dan lain-lain. Gajah
terjadi adalah tawuran di senayan,
Mada dengan Sumpah Palapanya yang
tidur waktu sidang soal rakyat, plesir
dilandasi semangat sepi ing pamrih
dengan dalih studi banding, menjual
rame ing gawe, hamemayu hayuning
pasal, tawar menawar jabatan dan lain
bawana telah berhasil mempersatukan
sebagainya.
falsafah
nusantara.
Jawa
Gajah
Mada
bukti,
bersama
kita
bisa
tidak
154
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Pendidikan IPS yang sejatinya
padahal banyak sekali nilai edukasi
merupakan pendidikan nilai ternyata
yang dapat diambil dari pembelajaran
tidak
IPS
mampu
memberikan
makna
untuk
membekali
kehidupan
dalam kehidupan siswa. Sungguhpun
peserta didik agar lebih bijaksana dan
filsafat pendidikan yang diusung saat
berkarakter baik dalam kehidupannya.
ini adalah filsafat konstruktivisme yang
menekankan
pada
keaktifan
Terlebih lagi pembelajaran saat ini masih berorientasi pada sebuah
siswa (pembelajaran berpusat pada
nilai
siswa),
menggunakan
evaluasi masih menggunakan raport
pendekatan pembelajaran aktif namun
yang di dalamnya terdapat kumpulan-
kenyataannya
tidak
kumpulan nilai hasil belajar. Disadari
mampu untuk mengambil makna dari
atau tidak ketika sebuah nilai menjadi
pembelajaran
tujuan
dengan
adalah
siswa
tersebut,
pembelajarannya
tidak
hasil
sebagai
hasil
akhir
akhir.
dalam
Sistem
proses
bermakna
pembelajaran maka yang terjadi adalah
apapun kecuali hanya pengetahuan
penguasaan materi sebanyak mungkin
semata (yang awalnya tidak tahu
sebagai bekal untuk mengikuti ujian
menjadi
tahu).
Apapun
metode
nasional serta masuk sekolah favorit.
tujuannya
adalah
Jika sudah demikian keadaannya jalan
menyampaikan materi pembelajaran
pintas akan dipakai seperti mencontek
dan
menguasainya,
dan penggelembungan nilai raport agar
menghafal materi dan menuangkannya
siswa dapat lulus seratus persen dalam
kembali dalam bentuk test tulis, siswa
ujian
yang mampu menghafal adalah siswa
kegiatan pendidikan yang seharusnya
yang
mendidik
pembelajarannya
siswa
harus
dianggap
pembelajaran
berhasil
tersebut.
dalam
nasional.
Sungguh
justru
ironis,
memberikan
Sungguh
pendidikan yang tidak baik, hal ini
disayangkan, pembelajaran IPS yang
karena para pelaku pendidikan sudah
seharusnya
mampu
teracuni oleh pemikiran pragmatis.
nilai-nilai
Falsafah alon-alon waton kelakon
edukasi seperti yang terdapat dalam
yang mangajarkan sebuah proses dan
pembelajaran sejarah tidak tercapai,
kejujuran dalam proses pembelajaran
menginternalisasikan
155
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
tidak lagi dihiraukan, yang terpenting
dalam hal pendidikan karakter dan
adalah
budi pekerti. Dia adalah Ki Hadjar
nilai
yang
bagus
apapun
caranya. Pembelajaran IPS seharusnya
Dewantara,
dapat
nilai-nilai
pendidikan dan pergerakan nasional
karakter bukan hanya sekedar nilai
juga dikenal sebagai salah satu tokoh
raport yang sejatinya tidak dapat
pemikir filsafat Jawa yang banyak
membantu kehidupan peserta didik.
mengajarkan tentang kebijaksanaan
menginternalisasi
selain
sebagai
tokoh
Falsafah Jawa sarat dengan
hidup terutama dalam masyarakat
nilai-nilai karakter. Nilai-nilai karakter
Jawa. Konsep pendidikan karakter dari
dalam
Jawa
Ki Hadjar Dewantara justru diabaikan,
hebatnya
padahal ajaran Ki Hadjar Dewantara
dengan pemikiran tokoh pendidikan
banyak dikaji oleh negara tetangga dan
karakter dari luar negeri, namun
kita
kenyataannya kita bangsa Indonesia
pemikiran karakter model barat yang
merasa malu untuk menggali khasanah
belum tentu sesuai dengan karakter
budaya bangsa sendiri. Inilah salah
dan jati diri bangsa.
pemikiran
sebenarnya
tidak
orang kalah
satu kelemahan karakter kita yang
semakin
Dengan
bangga
semangat
mengkaji
revolusi
suka dan bangga pada segala sesuatu
mental dan semakin memburuknya
yang serba luar negeri baik itu produk
karakter bangsa sudah saatnya kita
pabrikan, kebudayaan, dan sebagainya,
kembali pada jati diri bangsa ini,
segala sesuatu yang berlabel asing
menggali kembali nilai-nilai budaya
dianggap lebih bergengsi dan berbobot
bangsa seperti yang terkandung dalam
termasuk dalam dunia pendidikan
falsafah Jawa untuk diaktualisasikan
seperti dalam mendesain kurikulum
dalam
maupun metode pembelajaran, dan
nilai-nilai
yang lebih ironis kita tergila-gila
pembelajaran IPS merupakan salah
dengan konsep pendidikan karakter ala
satu jawaban atas permasalahan yang
Thomas Iickona.
dihadapi bangsa ini. Terdapat harapan
Bangsa
Indonesia
pembelajaran. falsafah
Reaktualisasi Jawa
dalam
telah
yang besar melalui reaktualisasi nilai-
dikaruniai seorang tokoh yang hebat
nilai ini, agar peserta didik tidak hanya
156
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
cerdas tetapi juga berkarakter yaitu
dilakukan,
mampu menyelaraskan dan menjaga
rusaknya mental dan karakter bangsa
harmoni
dengan
Indonesia salah satunya adalah telah
Tuhannya, manusia dengan manusia
meninggalkan tata aturan nilai-nilai
dan manusia dengan alam.
kearifan lokal yaitu salah satunya
antara
manusia
Aktualisasi nilai-nilai falsafah
hal
ini
dikarenakan
adalah falsafah Jawa. Dalam buku
Jawa dalam pembelajaran IPS dapat
tersebut
dilakukan dengan menggali sumber
kebaikan yang harus difahami secara
belajar yang mengandung nilai-nilai
mendalam, tidak hanya sebatas pada
falsafah Jawa. Salah satu sumber
pemahaman tekstual semata tetapi juga
belajar yang layak untuk dikaji adalah
harus sampai pada tataran pemaknaan
buku karya Gunawan Sumodiningrat
terhadap nilai yang terkandung di
yang berjudul “Pitutur luhur budaya
dalamnya,
Jawa:
menyongsong era emas Indonesia
1001
pitutur
luhur
untuk
terdapat
terlebih
lagi
dalam
menjaga martabat dan kehormatan
benteng
bangsa dengan nilai-nilai kearifan
diperkuat. Maka dari itu melalui
lokal”. Buku tersebut memuat banyak
aktualisasi nilai-nilai luhur falsafah
sekali pitutur luhur, maka dari itu perlu
Jawa pada dunia pendidikan dalam
dilakukan analisis terhadap pitutur
konteks kekinian terdapat harapan
yang terdapat dalam buku tersebut.
akan muncul pemikiran dan strategi
Pitutur tersebut perlu diklasifikasikan
baru dalam mendesain pembelajaran
dan
khususnya
disesuaikan
dengan
tingkat
karakter
ajaran-ajaran
bangsa
pembelajaran
harus
IPS
di
perkembangan peserta didik sebelum
sekolah dalam rangka membentengi
digunakan sebagai bahan ajar dikelas.
generasi emas Indonesia dari ancaman
Penelitian
yang
berjudul
perilaku dan karakter yang buruk
“Analisis Nilai-Nilai Falsafah Jawa
sebagai akibat dari globalisasi dan
dalam Buku Pitutur Luhur Budaya
kemajuan teknologi informasi.
Jawa Karya Gunawan Sumodiningrat sebagai
Sumber
Belajar
Mengkaji budaya Jawa ibarat
pada
memasuki hutan simbol yang rimbun
Pembelajaran IPS” sudah selayaknya
(alas gung liwang liwung) yang penuh
157
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
dengan
belantara
pepohonan.
ajaran unggah-ungguh atau tata krama
Terdapat tantangan, keunikan dan daya
yang detail dalam segala perilaku.
tarik yang luar biasa. Tanpa kita sadari
Buku ini menarik untuk dikaji lebih
filosofi dalam budaya Jawa banyak
mendalam lagi dengan harapan nilai-
yang
denyut
nilai kearifan lokal yang terdapat di
aktualitas, tidak semua falsafah hidup
dalamnya dapat menjadi bahan ajar
Jawa telah usang, melalui reaktualisasi
dalam pembelajaran IPS di sekolah
akan semakin ada kejelasan makna dan
terutama dalam pembentukan karakter
aktualisasi
budaya
inilah
yang
peserta didik serta menjaga martabat
tampaknya
sedang
ditunggu
kita
masih
dan
memiliki
dan kehormatan bangsa.
semua. Maka dari itu dengan adanya
Tujuan Penelitian ini adalah
analisis terhadap nilai-nilai falsafah
(1). Mendeskripsikan nilai-nilai yang
Jawa
terkandung dalam buku Pitutur luhur
dalam
budaya
buku “Pitutur luhur
Jawa”
ditemukan berharga
diharapkan
dapat
budaya
mutiara-mutiara
yang
relevansi nilai-nilai luhur falsafah
Jawa.
(2).
Menganalisis
dalam
rimbunan
hutan
Jawa dalam buku Pitutur luhur budaya
Jawa
serta
dapat
Jawa dengan pendidikan karakter di
kehidupan
Indonesia. (3). Mendeskripsikan nilai-
sehari-hari sehingga dapat dirasakan
nilai dalam buku Pitutur luhur budaya
manfaatnya
Jawa
budaya
diaktualisaikan
dalam
oleh
seluruh
umat
manusia.
yang
layak
untuk
diaktualisasikan dalam pembelajaran
Budaya lokal sungguh menarik
IPS.
untuk diteliti dikarenakan budaya lokal memiliki karakteristik yang efektif untuk
menyelesaikan
persoalan
dan
berbagai
menjaga
harmoni
kehidupan dalam masyarakat. (Roqib,
METODE PENELITIAN Pendekatan yang dipakai dalam
2015:5). Terlebih lagi budaya Jawa
penelitian
yang terdapat dalam buku pitutur
kualitatif dengan jenis penelitian yang
luhur
dipakai adalah penelitian kepustakaan.
budaya
Jawa
mengandung
ini
adalah
pendekatan
158
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Hal ini dilakukan karena penelitian
sumber pustaka lain yang relevan agar
pendidikan akan lebih menarik jika
dapat diperoleh temuan penelitian
menggunakan pendekatan pendekatan
yang diinginkan.
kualitatif di mana data tidak harus dianalisis
dengan
angka-angka
karena
Analisis data penelitian ini
menggunakan
dilakukan di lapangan bersama dengan
angka-angka
proses pengumpulan data. Pada waktu
tersebut tidak merujuk pada realitas
data
yang sesungguhnya.
dimulai dengan penyusunan refleksi
Bahan
utama
peneliti, yang merupakan kerangka
dalam penelitian ini adalah berupa
berpikir, gagasan, dan kepedulian
buku
ini
peneliti terhadap data yang ditemukan.
kepustakaan
Salah satu teknik analisis yang umum
(library research). Buku teks yang
digunakan dalam penelitian kualitatif
dipakai sebagai sumber data dalam
berbasis
penelitian ini adalah buku teks yang
adalah content analysis atau kajian isi.
berjudul “Pitutur Luhur Budaya Jawa:
Terkait dengan pemaknaan nilai-nilai
1001 Pitutur Luhur untuk Menjaga
falsafah
Martabat dan Kehormatan Bangsa
semiotik dengan menggunakan dua
dengan Nilai-nilai Kearifan Lokal”
tahap
karya Prof. Gunawan Sumodiningrat
pitutur/petuah dalam falsafah Jawa,
dan Ari Wulandari, S.S., M.A. Maka
yaitu melalui pembacaan heuristik dan
dari itu dalam penelitian ini tidak
pembacaan hermeneutik. Pembacaan
memerlukan lapangan sebagai objek
heuristik
pengambilan data, pengambilan data
berdasarkan struktur kebahasaan atau
dilakukan dengan mengutip beberapa
secara semiotik adalah berdasarkan
pernyataan yang terdapat dalam buku
konvensi
teks
pertama, dengan cara menerjemahkan
teks,
merupakan
kajian
karena
yang
dikumpulkan, proses analisis
penelitian
penelitian
tersebut,
kemudian
disajikan
dokumen
Jawa
(sumber
dilakukan
analisis
pembacaan
merupakan
sistem
terhadap
pembacaan
semiotik
atau
kemudian
Pembacaan heuristik ditujukan untuk
dikomparasikan
serta
dengan
sumber-
menemukan
arti
arti
tingkat
dalam paparan data, dikategorisasikan dianalisis
memperjelas
teks)
kata-kata.
bahasanya.
159
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Pengkajian
secara
menghasilkan
heuristik
makna
akan
kata,
fungsi
terdapat dapat
nilai-nilai ditarik
universal
dari
yang
masing-masing
bahasa sebagai sarana komunikasi.
kearifan lokal tersebut. Penyebabnya
Sedangkan
adalah
pengkajian
secara
konteks
yang
hermeneutik menghasilkan simbol dan
kearifan
makna yang disimbolkan dalam bahasa
persamaan yaitu kehidupan agraris dan
tersebut.
adalah
dalam wilayah kenusantaraan. Maka
yang
dari itu nilai-nilai universal ini mampu
Muaranya
diperolehnya dihasilkan terhadap
pengetahuan melalui
informasi
interpretasi yang
telah
menjadi
lokal
melingkupi
tersebut
perangkai
terdapat
budaya
antara
budaya dari suku yang satu dengan
didapatkan. Dari kedua cara tersebut
suku
dapat dilakukan akses kepada realitas
multikulturalisme bangsa Indonesia
kehidupan sosial melalui pemahaman
tetap terjalin dengan baik.
arti bahasa, sehingga meminimalisir terjadinya
kesalahan
yang
lain,
sehingga
Salah satu kearifan lokal yang
dalam
berasal dari budaya Jawa adalah
memberikan makna atau penafsiran
ungkapan tradisional (pitutur luhur).
terhadap ungkapan falsafah Jawa.
Pitutur
luhur
adalah
kata
atau
kelompok kata yang memiliki makna HASIL DAN PEMBAHASAN
kiasan, sindiran, konotatif, simbolis
A. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Buku Pitutur Luhur Budaya Jawa
Bangsa
Indonesia
sebagai
bangsa yang multikultural mempunyai aneka ragam bentuk kearifan lokal yang tumbuh sesuai dengan identitas dan kultur masing-masing suku bangsa dalam wilayah nusantara. Kearifan lokal
merupakan
pengolahan
ide,
konsep dan tradisi masing-masing suku
bangsa,
meskipun
demikian
yang berasal dari tradisi atau kebiasaan turun-temurun
masyarakat
lokal,
disarikan dari pengalaman hidup yang panjang
dan
diyakini
mempunyai
fungsi atau pedoman dalam menjalani hidup pada masyarakat Jawa. Pitutur luhur sebagai tradisi lisan mempunyai nilai-nilai pandangan pembuatnya.
yang
dijabarkan
hidup Melalui
dari
masyarakat nilai-nilai
ungkapan tradisional tersebut, maka
160
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
masyarakat
dapat
memahami
dan
fungsi
anggota
tubuh.
belajar bagaimana nenek moyang atau
ungkapan
masyarakat
Pitutur luhur budaya Jawa tersebut
yang
menghasilkan
ungkapan tersebut memandang dan menyikapi
hidup
dalam
buku
sarat dengan nilai-nilai karakter.
tercipta
Berdasarkan analisis terhadap
keselarasan dan keharmonisan, oleh
pitutur luhur dalam buku “Pitutur
karena itu secara umum masyarakat
Luhur Budaya Jawa”tersebut terdapat
Jawa dipandang sebagai masyarakat
88 nilai-nilai kebaikan (budi pekerti
yang
pada
luhur). Nilai-nilai tersebut secara garis
terciptanya harmoni manusia dengan
besar dapat dikelompokkan menjadi
Tuhan, sesamanya, masyarakat, dan
enam
lingkungan
Ungkapan
keTuhanan, kerohanian, kemanusiaan,
tradisional juga menunjukkan etika
kebangsaan, kekeluargaan, dan nilai-
berbahasa masyarakat Jawa yang dapat
nilai
berupa pepali, unggah-ungguh, tata
keduniawian.
selalu
agar
tradisional
Ungkapan-
berorientasi
alam.
krama, tata susila, sopan santun, budi pekerti,
wulang
wuruk,
pranatan,
pituduh, pitutur, dan wejangan.
kategori,
yang
yaitu
nilai-nilai
berhubungan
dengan
1. Nilai-nilai keTuhanan, seperti taat ajaran agama, religius dan beriman. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam
Ungkapan-ungkapan
pitutur agama ageming aji, dilalah
tradisional dalam buku Pitutur luhur
kersaning Allah, galing kangkung
budaya
besar
isine bumbung wang tapake manuk
kehidupan
mabur, gusti ora sare, dan sangkan
diciptakan
Jawa pada
sebagian masa
masyarakat agraris (Jawa madya), maka dari itu untuk menggambarkan peribahasanya melalui bentuk-bentuk tertentu yaitu peribahasa mengenai binatang, peribahasa mengenai tanamtanaman,
peribahasa
mengenai
paraning dumadi. 2. Nilai-nilai
kemanusiaan,
seperti
toleransi, hormat menghormati, peduli sosial,
dan
keadilan.
Nilai-nilai
tersebut terkandung dalam beberapa pitutur seperti aja nglalekake jejering kamanungsan,
aja
cidra
mundak
manusia, peribahasa mengenai anggota
cilaka, aja melik darbeking liyan, aja
kerabat, dan peribahasa mengenai
seneng gawe gendra,
aja sira
161
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
deksura, ajining diri saka lathi ajining
rawe rantas malang-malang putung,
raga saka busana, berbudi bawa
urun rembug, desa mawa cara negara
leksana, aja nggolek menange dhewe,
mawa tata, hayem hanom dan berbudi
aja rumangsa bisa nanging kudu bisa
bawa laksana.
rumangsa, janma tan kena ingina,
5. Nilai-nilai kekeluargaan, diantaranya
memayu hayuning bebrayan, menang
adalah
tanpa ngasorake, ora kena nglarani
kepatuhan dan berbakti pada orang
liyan, ambeg parama arta, tepa selira,
tua. Nilai-nilai tersebut tercermin
dan dagang tuna andum bathi.
dalam pitutur abot anak tinimbang
3. Nilai-nilai
kerohanian,
pengorbanan,
kesetiaan,
diantaranya
telak, anak polah bapa kepradah,
adalah keikhlasan, sumeleh, neriman,
sabaya pati sabaya mukti, sing sapa
legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai
lali marang wong tuwa prasasat lali
tersebut
pitutur
marang pangeran, bapa kesulah anak
kawula mung saderma mobak mosik
kepradah dan mikul dhuwur mendhem
kersaning hyang sukma, sabar iku
jero.
tercermin
dalam
ingaran mustikaning laku, nerima ing
6. Nilai-nilai
keduniawian
(sikap
pandum, jer basuki mawa beya, sepi
manusia dalam menjalani hidup di
ing pamrih rame ing gawe, suwung
dunia), diantaranya adalah percaya
pamrih
diri,
tebih
ajrih,
rila
lamun
peduli
lingkungan,
ketaman ora getun lamun kelangan,
kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-
dan sabar sareh mesthi bakal pikoleh.
nilai tersebut tercermin dalam pitutur
4. Nilai-nilai kebangsaan, diantaranya
memayu hayuning bawana, ibu bumi
adalah demokrasi, cinta tanah air,
bapa akasa, bandha titipan nyawa
semangat
gadhuhan pangkat sampiran, aja
kebangsaan,
kerukunan,
semangat persatuan, dan menjaga
ketungkul
kehormatan bangsa dan negara. Nilai-
kadonyan lan kamareman, ana dina
nilai tersebut tercermin dalam pitutur
ana upa, ngelingana tembe mburine,
mangan ora mangan waton ngumpul,
ngundhuh wohing pakarti, sing sapa
basa iku busananing bangsa, negara
ngegungake bandhane wirang lamun
gedhe
sirna bandhane.
obore
padhang
jagate,
marang
kalungguhan
sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi
B. Relevansi Nilai-nilai Luhur Falsafah
pati, rukun agawe sentosa crah agwe
Jawa dengan Pendidikan Karakter di
bubrah, holopis kuntul baris, rawe-
Indonesia
162
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Filsafat
Jawa
1.
mencakup
Cinta
Tuhan
dan
berbagai dimensi kehidupan antara lain
kebenaran (love Allah, trust, reverence,
etika dan tata krama, hubungan orang
loyalty). Pitutur luhur yang sesuai dengan
tua dan anak, hukum, keadilan dan kebenaran,
hubungan
sosial,
kekerabatan, gotong royong, toleransi, demokrasi dan sebagainya. Filsafat
pilar karakter di atas adalah agama ageming aji, aja cidra ing janji, aja cidra mundak cilaka, aja ketungkul marang kalungguhan kadonyan lan kemareman, dilalah kersaning allah, gusti ora sare,
Jawa juga tercermin dalam budaya
kawula mung saderma mobak mosik
Jawa yang sangat mengagungkan nilai
kersaning
etika/karakter. Nilai-nilai etika dan
paraning dumadi, dan sing bisa mati
karakter dalam budaya Jawa apabila
sajroning urip lan bisa urip sajroning
mampu diaktualisasikan dalam dunia
mati. 2.
pendidikan dengan baik maka krisis karakter yang sedang dialami oleh
deskripsi
dan
interpretasi 258 ungkapan tradisional Jawa dalam buku “Pitutur Luhur Budaya
Jawa”
tersebut
kedisiplinan
sukma,
sangkan
Tanggungjawab, dan
kemandirian
(responsibility, excellence, self reliance,
bangsa ini akan segera terobati. Berdasarkan
hyang
terdapat
discipline, orderliness). Pitutur luhur yang sesuai dengan pilar karakter di atas adalah abot anak tinimbang telak, adhangadhang tetesing embun, aja aleman, aja mangro mundak kendo, aja meri mundhak
kesesuaian nilai atau terdapat relevansi
pepes ati, aja nggege mangsa, aja mung
antara pitutur luhur budaya Jawa
tuwa tuwas, aja wedi kangelan, aji
dengan sembilan pilar pendidikan
godhong jati aking, alang-alang dudu
karakter yang layak diajarkan kepada
aling-aling, margining kautaman, ana
anak
rangka
dina ana upa, anak polah bapa kepradah,
karakter.
cablek-cablek lemut, gemi taberi nastiti
didik
mengembangkan
dalam perilaku
Sembilan pilar pendidikan karakter yang relevan atau terdapat kesesuaian nilai-nilai dengan pitutur luhur budaya Jawa diantaranya adalah:
ngati-ati, jagat ora mung sagodhong kelor, mumpung anom ngudiya laku utama,
pakulinan
iku
kodrat
sing
kapindho, dan yen wedi ing kewuh sebarang tan ana kang dadi.
163
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
3.
Amanah (trustworthiness,
5.
Kasih sayang, kepedulian,
reliability, honesty). Pitutur luhur yang
dan kerjasama (love, compassion, caring,
sesuai dengan pitutur pilar karakter di atas
emphaty,
adalah aja cidra ing janji, aja waton
cooperation). Pitutur yang sesuai dengan
ngomong,
nganggo
pilar karakter di atas adalah aja drengki
waton, ajining diri saka lathi, ajining raga
wong sabumi, ambeg parama arta, bacin-
saka busana, anirma patra , asu gedhe
bacin iwak ala-ala sanak, den ajembar
menang kerahe, bandha titipan, nyawa
den momot lawan den mengku den kaya
gadhuhan, pangkat sampiran, becik ketitik
segara, dudu sanak dudu kadang, yen
ala ketara, dan mulang wuruk.
mati melu kelangan, enthegan bau, dan
ning
4.
ngomonga
Hormat
dan
santun
generousity,
moderation,
wani ngalah luhur wekasane.
(respect, courtesy, obedience). Pitutur
6.
Percaya diri, kreatif, dan
luhur yang sesuai dengan pilar karakter di
pantang
atas adalah aja (ng)golek menange dhewe,
assertiveness, creativity, resourcefulness,
aja (ng)golek wah mengko dadi owah, aja
courage, determination and enthusiasim).
metani alaning liyan, aja milik barang
Pitutur luhur yang sesuai dengan pilar
kang melok darbeking liyan, aja nggugu
karakter di atas adalah cagak amben
karepe dewe, aja nyatur alaning liyan, aja
cemethi tali, cebol nggayuh lintang,
rumangsa bener dhewe, aja rumangsa
gliyak-gliyak tumindak, jerbasuki mawa
bisa, nanging kudu bisa rumangsa, aja
beya,
seneng gawe gendra, aja sira deksura,
kurung
alihan
wang
ngideri jagad, njajah desa milangkori, dan
tinimbang kalah wong, ambeg angkara
yen wedi aja wani-wani yen wani aja
murka budi candala, ambarasta dur
wedi-wedi.
gung,
aluwung
kalah
hangkara, ana catur mungkur, andhap
menyerah
ketepang munggah
7.
(confidence,
ngrangsang
gunung,
lumbung,
lumpuh
Keadilan (justice,
dan
asor, cangkem gatel arang mingkem,
kepemimpinan
leadership).
cangkem karut, dicacad ora gela dialem
Pitutur luhur yang sesuai dengan pilar
ora mongkog, edi peni adiluhung, golek
karakter di atas adalah ana sethithik didum
dalan padhang, ila-ila wong tua malati,
sethithik, ana akeh didum akeh, anteng
janma tan kena ingina, keplok ora
manteng sugeng jeneng, asta brata, bahni
tombok, mikul dhuwur mendhem jero,
maya pramana, baladewa ilang gapite,
ngingu satru nglelemu mungsuh, ora kena
bebek mungsuh mliwis, berbudi bawa
nglarani liyan.
leksana, brakithi angkara madu, catur
164
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
budi, dadiya laku utama, den ajembar,
enthegan
bau,
den momot lawan den mengku, den kaya
merkatak
ora ana sing ngopeni,
segara, eling lan waspada, gajah ngidak
gedhang apupus cindhe, giri lusi
rapah, gajah perang karo gajah, kancil mati ing tengahe, hayem hayom, jembar kawruhe,
jembar
segarane,
kethek
saranggon, laku ing sasmita amrih lantip, lebak ilining banyu, mangasah mingising
gambret
singgang
janma tan kena ingina, isi nanging kothong kothong nanging isi, jujur bakal
mujur,
kamulyaning
urip
dumunung ing tentreming ati, lembah
budi, memayu hayuning bawana, negara
manah lan andhap asor, memasuh
gedhe obore, padhang jagade, ngalah
malaning bumi, memayu hayuning
ngalih ngamuk, nglurug tanpa bala,
bebrayan, memayu hayuning pribadi,
nuladha laku utama, ora keris ora keras,
nandur
satria pinandita, wirayuda wicaksana, dan
ndarbeni ati segara, ngerti unggah-
yen kapotangan budi, tangeh lamun bisa
ungguh, ora jawa, rahayu ing manah,
njaga jejeging adil.
wani ngalah luhur wekasane, dan
8.
Baik
dan
rendah
hati
(kindness, friendliness, humility, modesty).
Pitutur
luhur
yang
kebecikan
males
budi,
wong linuwih iku ambeg welasan lan sugih pangapura.
sesuai 9.
dengan pilar karakter di atas adalah
Toleransi
cinta
adigang adigung adiguna, aja drengki
damai
wong sabumi, aja dumeh, aja kuminter
peacefulness, unity). Pitutur luhur yang
mundak keblinger, aja lali marang
sesuai dengan pilar karakter di atas
kebecikaning liyan iku kaya kewan, aja
adalah crah gawe bubrah, rukun gawe
melik darbeking liyan, aja ngangsa-
santosa, dagang tuna andum bathi,
angsa, mundhak miyar-miyur, aja
desa mawa cara negara mawa tata,
ngrusak pager ayu, aja semangkeyan
dudu sanak dudu kadang, yen mati
rumangsa dadi wong sugih, ana adu
melu kelangan, kudu rukun marang
ulate
anutupi
tangga teparo, luwih rupa kurang
babahan hawa sanga, apik kemripik
candra, mangan ora mangan yen
nancang
jeneng
kumpul, narima ing pandum, rukun
ngambar-ngambar salumahing bumi,
agawe sentosa, sepi ing pamrih rame
ora
ana
kirik,
begjane,
aruming
(tolerance,
dan
flexibility,
165
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Kudu rukun marang tangga teparo. Rukun agawe sentosa. Tepa selira
ing gawe, dan tumindak kudu manut kala mangsa. Relevansi pitutur luhur budaya
9
Kerja Keras
1 0
Cinta Damai
1 1
Kreatif
1 2 1 3 1 4
Gemar Membaca Mandiri
Jawa apabila dikaitkan dengan delapan belas nilai karakter yang disosialisasikan oleh pemerintah dapat dilihat dalam tabel berikut: N Nilai o 1 Religius
2
3
4
5
6
7
8
Semangat kebangsa an
Jujur
Cinta Tanah Air Toleransi
Menghar gai Prestasi Disiplin
Bersahab at
Pitutur Luhur Agama ageming aji, Dilalah kersaning allah, Galing kangkung isine bumbung wang, tapake manuk mabur, Gusti ora sare, Kawula mung saderma, mobak mosik kersaning hyang sukma, Sangkan paraning dumadi, dan Sing bisa mati sajroning urip lan bisa urip sajroning mati. Rawe-rawe rantas malang-malang putung, holopis kontol baris, Aja sira deksura. Edi peni adiluhung. Jerbasuki mawa beya. Yen wedi aja wani-wani, yen wani aja wedi-wedi Aluwung kalah wang tinimbang kalah wong, Aja cidra mundak cilaka. Aja melik darbeking liyan. Aja seneng gawe gendra. Aja sira deksura. Ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana. Berbudi bawa leksana. Ciri wanci lelahi ginawa mati. Jujur bakal mujur. Nuladha laku utama Rumangsa melu andarbeni wajib melu angrukebi, Basa iku busananing bangsa. Sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati Aja nggolek menange dhewe, Aja rumangsa bisa, nanging kudu bisa rumangsa. Aja waton ngomong, ning ngomonga nganggo waton. Angon iriban. Janma tan kena ingina. Memayu hayuning bebrayan. Menang tanpa ngasorake. Ora kena nglarani liyan. Sapa salah seleh. Wong linuwih iku ambeg welasan lan sugih pangapura. Desa mawa cara negara mawa tata. Kudu rukun marang tangga teparo. Aja kuminter mundak keblinger, Blilu tau pinter durung nglakoni. Ngelmu angel tinemu.Ngelmu iku kelakone kanthi laku. Kebo nyusu gudel. Nuladha laku utama Aja nggege mangsa, Alon-alon waton kelakon, Memayu hayuning pribadi. Pakulinan iku kodrat sing kapindho. Seteng dadi gentheng, sawu dadi awu. Wilujeng nir ing sambikala. Aja drengki wong urip sabumi, Adigang adigung adiguna, Aja (ng)golek menange dhewe, Aja kuminter mundak keblinger. Aja lali marang kebecikaning liyan, iku kaya kewan. Aja nggugu karepe dewe.
1 5 1 6 1 7 1 8
Peduli Lingkung an Demokrat is Peduli Sosial Rasa Ingin Tahu Tanggun g Jawab
Adhang-adhang tetesing embun, gliyakgliyak tumindak, Aja aleman, Aji godhong jati aking, Sepi ing pamrih rame ing gawe Aja seneng gawe gendra, Rukun agawe sentosa. Wani ngalah luhur wekasane, Wong linuwih iku, ambeg welasan lan sugih pangapura Tlaten panen. Alang-alang dudu alingaling, marginingkautaman. Jagat ora mung sagodhong kelor, Ngelmu iku kelakone kanthi laku, ngelmu angel tinemu Aja wedi kangelan, aja aleman. Memayu hayuning bawana, ibu bumi bapa akasa Mangan ora mangan waton ngumpul, urun rembug, kecik-kecik yen wudhu. Aja rumangsa bisa nanging kudu bisa rumangsa, Ambeg parama arta, Dagang tuna andum bathi. Ngelmu angel tinemu, ngelmu kelakone kanthi laku. Aja cidra ing janji, Anirma patra.
C. Nilai-nilai dalam Buku Pitutur Luhur Budaya yang Layak untuk diaktualisasikan
dalam
Pembelajaran IPS. Berdasarkan deskripsi dan interpretasi 258 ungkapan tradisional Jawa dalam buku Pitutur Luhur Budaya Jawa terdapat terdapat beberapa nilai-nilai karakter yang dapat diaktualisasikan dalam pembelajaran IPS di sekolah. Aktualisasi nilai-nilai falsafah Jawa dapat dilakukan dengan menyusun bahan ajar yang bersumber pada buku Pitutur Luhur Budaya Jawa, buku ini 166
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
layak untuk dijadikan sumber bahan
tidak muncul pemikiran primodialisme
ajar karena di dalamnya terdapat nilai-
yang
nilai karakter yang masih relevan
kebhinekaan bangsa Indonesia, agar
dengan kehidupan masa kini maupun
tercapai sinergitas, saling mengenal,
yang akan datang terutama yang
memahami dan dapat membaur secara
berkaitan dengan pendidikan moral
rukun tanpa merasa kelompoknya
dan karakter.
sebagai pemilik kebudayaan yang
Penyusunan
bahan
ajar
justru
paling
merusak
unggul.
Maka
sikap
dari
itu
berbasis nilai-nilai falsafah Jawa tidak
aktualisasi nilai-nilai falsafah Jawa
berarti menghilangkan kebhinekaan
jangan
bangsa Indonesia, karena nilai-nilai
ancaman bagi persatuan dan kesatuan
yang dipaparkan dalam data ini adalah
bangsa. Terkait dengan pitutur luhur
nilai yang diambil dari pitutur luhur
budaya Jawa layak diaktualisasikan
yang
dalam
bersifat
universal
seperti
dianggap
sebagai
pembelajaran
sebuah
IPS
kejujuran, demokrasi, kekeluargaan,
implementasinya
nasionalisme
dengan empat dimensi pendidikan IPS
dan
sebagainya.
dapat
dalam
Mengutip pitutur luhur Jawa sebagai
diantaranya adalah:
sumber belajar tidak berarti memaksa
1. Dimensi
orang
non
Jawa
menjadi
Jawa.
mengutip
(Fakta,
Pitutur
luhur
yang
dapat
dari
dikaitkan dengan dimensi pengetahuan
pakar/ilmuan luar negeri, bukan berarti
dalam pembelajaran IPS diantaranya
bertujuan
bangsa
adalah
mereka
mundak
Indonesia tetapi
pendapat
pengetahuan
konsep dan generalisasi).
Kedudukannya identik dengan ketika kita
dikaitkan
menjadikan menjadi
kita
seperti
berusaha
aja
dumeh.
aja
kuminter
keblinger.
aja
mangro
mengambil
mundak kendo. aja nggugu karepe
pelajaran yang baik dari mereka.
dewe. aja rumangsa bener dhewe. aja
Pemikiran-pemikiran yang baik dari
rumangsa bisa, nanging kudu bisa
manapun asalnya patut dipelajari demi
rumangsa. digembol ora mbrojol, di
kemajuan bangsa dan negara. Masalah
buwang ora kemrosak. ilmu kantong
ini perlu dipahami terlebih dahulu agar
bolong.
kebo
nyusu
gudel.
kaya
167
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
kodhok
ketutupan bathok. ngelmu
lumpuh
ngideri
jagad.
mangasah
angel
tinemu.ngelmu iku kelakone
mingising budi. memasuh malaning
kanthi laku.ngelmu pari tansaya isi
bumi.memayu
tansaya tumungkul. mulang wuruk.
memayu hayuning bebrayan.memayu
sumur lumaku tinimba, gong lumaku
hayuning
tinabuh. wastra rusak ing sampiran.
segara. ngelingana tembe mburine.
dan wong bodho kalah karo wong
ngalah, ngalih, ngamuk. ngingu satru
pinter.
nglelemu mungsuh. ora kena nglarani
2. Dimensi
keterampilan
liyan.
hayuning
pribadi.
sapa
bawana.
ndarbeni
sing
ngegungake
(keterampilan meneliti, berpikir,
bandhane,
partisipasi
bandhane. sugeh ora nyimpen. urip
sosial,
dan
berkomunikasi). Pitutur
lamun
sirna
tulung tinulung. dan urun rembug.
luhur
dikaitkan
wirang
ati
yang
dengan
dapat
3. Dimensi nilai dan sikap
dimensi
Pitutur
luhur
yang
dapat
keterampilan adalah aja (ng)golek
dikaitkan dengan dimensi nilai dan
menange dhewe, ajining diri saka
sikap diantaranya
lathi, ajining raga saka busana,
adhang
aluwung kalah wang tinimbang kalah
adigung adiguna. agama ageming aji.
wong.ambeg angkara murka budi
aja cidra ing janji. aja drengki wong
candala.ambeg
parama
sabumi.aja dumeh. aja nyatur alaning
arta.ambarasta dur hangkara.ana adu
liyan. aja rumangsa bener dhewe. aja
ulate ora ana begjane.ana catur
rumangsa bisa, nanging kudu bisa
mungkur.ana sethithik didum sethithik,
rumangsa. aja semangkeyan rumangsa
ana
dadi wong sugih. alang-alang dudu
akeh
didum
akeh.
andhap
asor.angon
iriban.
anirma
patra.
tetesing
aling-aling,
adalah
adhang-
embun.
adigang
margining
kautaman.
anteng manteng sugeng jeneng. arep
alon-alon waton kelakon. ana sethithik
jamure emoh watange. aruming jeneng
didum sethithik, ana akeh didum akeh.
ngambar-ngambar salumahing bumi.
ana catur mungkur. ana dina ana upa.
enthegan bau.ketepang ngrangsang
andhap asor. angon iriban. arep
gunung. kurung munggah lumbung.
jamure emoh watange. aruming jeneng
168
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
ngambar-ngambar salumahing bumi.
aja cidra mundak cilaka. aja drengki
asta brata. bacin-bacin iwak ala-ala
wong sabumi. aja (ng)golek menange
sanak. becik ketitik ala ketara. blilu
dhewe. aja (ng)golek wah, mengko
tau pinter durung nglakoni. ciri wanci
dadi
lelahi ginawa mati. desa mawa cara
kebecikaning liyan, iku kaya kewan.
negara mawa tata. edi peni adiluhung.
aja mangro mundak kendo. aja melik
eling lan waspada. esuk dhele sore
darbeking liyan. aja meri mundhak
tempe. ing ngarsa sung tuladha, ing
pepes ati. aja metani alaning liyan. aja
madya
wuri
milik barang kang melok darbeking
handayani. jagat ora mung sagodhong
liyan. aja nggugu karepe dewe. aja
kelor. jalma angkara mati murka.
nyatur alaning liyan. aja rumangsa
jembar segarane. kamulyaning urip
bener dhewe. aja rumangsa bisa,
dumunung ing tentreming ati. kapiran
nanging kudu bisa rumangsa. aja
kapirun, gaga ora matun, sapi ora
seneng gawe gendra. aja sira deksura.
nuntun. kaya cina kraki. micakake
aja waton ngomong, ning ngomonga
wong melek. mikul dhuwur mendhem
nganggo waton. aja wedi kangelan.
jero. nandur kebecikan, males budi.
alon-alon waton kelakon. ambarasta
narima ing pandum.ndarbeni
ati
dur hangkara. angon iriban. arep
segara. ngalah, ngalih, ngamuk. ngerti
jamure emoh watange. bathok bolu isi
unggah-ungguh.
wohing
madu. crah gawe bubrah, rukun gawe
pakarti. ora Jawa. pangalembana bisa
santosa. dadiya laku utama. darbe
ndadekake lali. sangkan paraning
kawruh ora ditangkarake, bareng mati
dumadi. sapa salah seleh. tepa selira.
tanpa tilas. eling lan waspada. gemi
urip iku urup. dan yen kapotangan
taberi nastiti ngati-ati.
budi tangeh lamun bisa njaga jejeging
rukon. giri lusi janma tan kena ingina.
adil.
gliyak-gliyak
4. Dimensi tindakan
sampurnaning urip lahir batin lan
mangun
Pitutur
karsa,
tut
ngundhuh
luhur
yang
dapat
golek
owah.
aja
lali
tumindak.
sampurnaning
pati.
marang
gendhon
golek
jalma
dikaitkan dengan dimensi tindakan
angkara mati murka. janma tan kena
diantaranya adalah aja cidra ing janji.
ingina. jerbasuki mawa beya. kecik-
169
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
kecik yen wudhu.laku ing sasmita
pada
amrih lantip. mangan ora mangan yen
mendhem jero, sing lali marang wong
kumpul. mulang wuruk. ngelmu iku
tuwa prasasat lali marang pangeran),
kelakone
kena
berprasangka baik (aja nyatur alaning
nglarani liyan. pakulinan iku kodrat
liyan), bersahaja (sing bisa mati
sing kapindho. tumindak kudu manut
sajroning urip lan bisa urip sajroning
kala mangsa. urip tulung tinulung dan
mati), bijaksana (ora keris ora keras),
yen wedi aja wani-waniyen wani aja
cermat (gemi taberi nastiti ngati-ati),
wedi-wedi.
cinta damai (rukun agawe
kanthi
laku.
ora
orang
tua
(mikul
dhuwur
sentosa),
cinta ilmu (jembar kawruhe, laku ing KESIMPULAN
sasmita amrih lantip), cinta keindahan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah (fokus masalah), diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, berdasarkan analisis terhadap 258 macam pitutur dalam buku “Pitutur luhur budaya Jawa” dapat
ditemukan
88
nilai-nilai
kebaikan, diantaranya adalah adil (ana sethithik didum sethithik, ana akeh didum
akeh),
pinandita,
amanah
bandha
titipan
(satria nyawa
gadhuhan pangkat sampiran), baik hati
(enthegan
bau),
balas
budi
(nandur kebecikan males budi, aja lali marang kebecikaning liyan iku kaya kewan), berani (yen wedi ing kewuh sebarang tan ana kang dadi), berbakti
(edi peni adiluhung), cinta tanah air (sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati, rumangsa melu andarbeni wajib melu angrukebi), dapat menyesuaikan diri (busuk ketekuk pinter keblinger, tumindak kudu manut kala mangsa), demokratis (urun rembug, kecik-kecik yen wudhu), dermawan (sugeh ora nyimpen), diplomatis (nglurug tanpa bala, sekti tanpa aji-aji, menang tanpa ngasorake), disiplin (pakulinan iku kodrat sing kapindho), empati (dudu sanak dudu kadang, yen mati melu kelangan), gemar membaca (ngelmu iku kelakone kanthi laku), gotong royong (urip tulung tinulung), hati-hati (milang tatu, pupur sawuse benjut), hemat (seteng dadi gentheng, sawu dadi
awu),
menghormati
sesama
170
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
(janma tan kena ingina, aja waton
kuminter
ngomong ning ngomonga nganggo
menghargai proses (alon-alon waton
waton), inovatif (jagat ora mung
kelakon,
sagodong
mencintai budaya bangsa (catur budi,
ngarsa
kelor),
sung
inspirator
tuladha
ing
(ing madya
basa
mundak
keblinger),
gliyak-gliyak
iku
tumindak),
busananing
bangsa),
mangun karsa tutu wuri handayani),
musyawarah (urun rembug), neriman
introspeksi diri (ora ngilo githoke),
(narima
jujur (jujur bakal mujur), kasih sayang
menyerah (alang-alang dudu aling-
(mangasah
budi),
aling, margining kautaman), patuh
kebersamaan (cikal apupus limar),
pada guru (sumur lumaku tinimba
kekeluargaan (bacin-bacin iwak ala-
gong lumaku tinabuh, yoga anyangga
ala sanak), kelembutan hati (sura dira
yogi), peduli lingkungan (memayu
jayaningrat, lebur dening pangastuti),
hayuning
kemauan untuk maju (urip iku urup),
(dagang tuna andum bathi), pemaaf
kerja keras (adhang-adhang tetesing
(ndarbeni ati segara), pemberantas
embun), kerja sama (gendhon rukon),
kejahatan (memasuh malaning bumi),
samadya (ngono ya ngono, ning aja
pengendalian
ngono), komunikatif (nglurug tanpa
hayuningrat pangruwating diyu), rela
bala), kreatif (sapa nandur bakal
berkorban (jerbasuki mawa beya),
ngundhuh), luwes/fleksibel (manjing
percaya diri (ana dina ana upa),
ajur
dosa
percaya
hukum
(micakake wong melek, gusti ora
wohing
pakarti),
sare), mandiri (aja aleman), mencintai
drengki wong urip sabumi), rajin
kebenaran (moh limo, nuladha laku
(tlaten panen), ramah (ajining diri
utama), menepati janji (aja cidra ing
saka lathi, ajining raga saka busana),
janji), mengalah (wani ngalah luhur
rapi (ulat sumeh tindak-tanduk sareh
wekasane), menghargai sesama (giri
kinanthenan
lusi janma tan kena ingina, aja
ngruntuhake ati, ajining diri saka lathi
rumangsa bisa nanging kudu bisa
ajining raga saka busana), rasa ingin
rumangsa), menghargai prestasi (aja
tahu (ngelmu iku kelakone kanthi laku
ajer),
mingising
malu
berbuat
ing
pandum),
bawana),
pantang
peduli
diri
sosial
(sastrajendra
karma
(ngundhuh
bersahabat
tembung
aris
(aja
bisa
171
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
amarga ngelmu angel tinemu), realistis
ati), tidak serakah (ngelingana tembe
(mburu
mburine,
uceng
kelangan
deleg),
nerima
ing
pandum),
religius (agama ageming aji), rendah
toleransi (desa mawa cara negara
hati (lembah manah lan andhap asor,
mawa tata), totalitas (yen wedi aja
sapa
bandhane
wani-wani yen wani aja wedi-wedi),
wirang lamun sirna bandhane), rukun
tulus dan ikhlas (sepi ing pamrih rame
(kudu rukun marang tangga teparo),
ing gawe), waspada (sabeja-bejane
sabar (sabar iku ingaran mustikaning
wong kang lali, luwih beja wong kang
laku), sopan santun (ngerti unggah-
eling klawan waspada).
ungguh), sederhana (bathok bolu isi
Nilai-nilai
sing
ngegungake
yang
terkandung
madu), semangat belajar (mumpung
dalam pitutur luhur budaya Jawa
anom ngudiya laku utama), semangat
tersebut secara garis besar dapat
kebangsaan (holopis kontol baris),
dikelompokkan menjadi: (1). Nilai-
sportif (bahni maya pramana, aluwung
nilai keTuhanan, seperti taat ajaran
kalah wang tinimbang kalah wong),
agama, religius dan beriman. Nilai-
sumeleh
saderma
nilai tersebut tercermin dalam pitutur
mobak mosik kersaning hyang sukma,
agama ageming aji, dilalah kersaning
rila lamun ketaman ora getun lamun
Allah, galing kangkung isine bumbung
kelangan), taat hukum (aja melik
wang tapake manuk mabur, gusti ora
darbeking liyan), tanggung jawab
sare, dan sangkan paraning dumadi.
(tinggal glanggang colong playu),
(2). Nilai-nilai kemanusiaan, seperti
tegas (sura dira jayaningrat lebur
toleransi, hormat menghormati, peduli
dening
sosial,
(kawula
pangastuti),
mung
teliti
(pupur
dan
keadilan.
Nilai-nilai
sadurunge benjut), tenggang rasa (tepa
tersebut terkandung dalam beberapa
selira),
tidak
mementingkan
pitutur seperti aja nglalekake jejering
sendiri
(aja
(ng)golek
dhewe),
tidak mudah heran (aja
ketungkul kadonyan
marang lan
diri
menange
kalungguhan,
kemareman),
kamanungsan,
aja
cidra
mundak
cilaka, ajining diri saka lathi ajining raga saka busana, berbudi bawa
tidak
leksana, aja nggolek menange dhewe,
mudah iri (aja meri mundhak pepes
aja rumangsa bisa nanging kudu bisa
172
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
rumangsa, aja waton ngomong ning
desa mawa cara negara mawa tata,
ngomonga nganggo waton, angon
hayem hanom dan berbudi bawa
iriban,
laksana. (5). Nilai-nilai kekeluargaan,
janma
tan
kena
ingina,
memayu hayuning bebrayan, tepa
diantaranya
selira, dan dagang tuna andum bathi.
kesetiaan, kepatuhan dan dharma bakti
(3). Nilai-nilai kerohanian, diantaranya
pada orang tua. Nilai-nilai tersebut
adalah keikhlasan, sumeleh, neriman,
tercermin dalam pitutur abot anak
legawa, dan kesabaran. Nilai-nilai
tinimbang telak, anak polah bapa
tersebut
pitutur
kepradah, sabaya pati sabaya mukti,
kawula mung saderma mobak mosik
sing sapa lali marang wong tuwa
kersaning hyang sukma, sabar iku
prasasat lali marang pangeran, bapa
ingaran mustikaning laku, nerima ing
kesulah anak kepradah dan mikul
pandum, jer basuki mawa beya, sepi
dhuwur mendhem jero. (6). Nilai-nilai
ing pamrih rame ing gawe, suwung
keduniawian (sikap manusia dalam
pamrih tebih ajrih, rila lamun ketaman
menjalani hidup di dunia), diantaranya
ora getun lamun kelangan, dan sabar
adalah percaya diri, peduli lingkungan,
sareh mesthi bakal pikoleh. (4). Nilai-
kesederhanaan, dan rendah hati. Nilai-
nilai kebangsaan, diantaranya adalah
nilai tersebut tercermin dalam pitutur
demokrasi, cinta tanah air, semangat
memayu hayuning bawana, ibu bumi
kebangsaan,
bapa akasa, bandha titipan nyawa
tercermin
dalam
kerukunan,
semangat
adalah
persatuan, dan menjaga kehormatan
gadhuhan
bangsa dan negara. Nilai-nilai tersebut
ketungkul
tercermin dalam pitutur mangan ora
kadonyan lan kamareman, ana dina
mangan waton ngumpul, basa iku
ana upa, ngelingana tembe mburine,
busananing bangsa, negara gedhe
ngundhuh wohing pakarti, sing sapa
obore
ngegungake bandhane wirang lamun
padhang
jagate,
sadumuk
pangkat
pengorbanan,
marang
bandhane,
sampiran,
aja
kalungguhan
bathuk sanyari bumi ditohi pati, rukun
sirna
purwa
madya
agawe sentosa crah agwe bubrah,
wasana, sing bisa mati sajroning urip
holopis kuntul baris, rawe-rawe rantas
lan bisa urip sajroning mati, dan
malang-malang putung, urun rembug,
173
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
sastrajendra
hayuningrat
pangruwating diyu.
ing pandum), rila (rila lamun ketaman, ora getun lamun kelangan), waspada
Kedua, Nilai-nilai dalam buku
(eling lan waspada), tulus dan ikhlas
Pitutur luhur budaya Jawa relevan dan
(sepi ing pamrih rame ing gawe), malu
sejalan
pilar
berbuat dosa (micekake wong melek),
pendidikan karakter maupun delapan
sadar proses (alon alon waton kelakon,
belas nilai-nilai pendidikan karakter
gliyak-gliyak tumindak) serta menjaga
yang disosialisasikan oleh Pemerintah,
keseimbangan
dikatakan
(ngono yo ngono ning aja ngono).
dengan
sembilan
relevan
karena
kedua-
dan
keharmonisan
duanya sama-sama mengandung ajaran
Keluhuran nilai-nilai karakter
budi pekerti luhur atau etika moral
dalam falsafah hidup Jawa disadari
yang mecakup nilai-nilai kebajikan
atau tidak sebenarnya adalah telah
seperti
dapat
menjadi sumber pendidikan karakter di
kesopanan,
Indonesia sejak dahulu kala karena
kerapian, keikhlasan, kebijaksanaan,
pendidikan karakter merupakan istilah
pengendalian
keberanian,
lain dari pendidikan budi pekerti yang
bersahabat, kesetiaan, kehormatan dan
digagas oleh Ki Hadjar Dewantara
keadilan.
yang merupakan sebagian kecil dari
religius,
dipercaya,
kejujuran,
disiplin,
diri,
Ketiga, Terdapat beberapa nilai
nilai-nilai yang terkandung dalam
karakter yang layak diaktualisasikan
falsafah Jawa. Perjalanan bangsa yang
dalam pembelajaran IPS meskipun
panjang serta mengalami lika-liku
tidak terdapat dalam daftar delapan
sejarah dan pengaruh dari berbagai
belas nilai karakter karena nilai-nilai
faktor
tersebut
dapat
karakter kita justru ditinggalkan, kita
berlaku kepada siapa saja dan di mana
lebih memilih belajar karakter dari
saja dan juga merupakan inti dari
Thomas Lickona dkk yang belum tentu
pitutur falsafah Jawa yang luhur. Nilai-
sesuai
nilai
Indonesia.
bersifat
tersebut
kesasabaran
universal
diantaranya (sabar
iku
adalah
maka
landasan
dengan Tidak
pendidikan
karakter perlu
bangsa jauh-jauh
ingaran
belajar karakter kepada orang asing,
mustikaning laku), neriman (nerima
karena kita sendiri sebenarnya telah
174
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
mempunyai karakter.
landasan Sudah
kebudayaan penyusunan
pendidikan
saatnya dijadikan
kurikulum
strategi dasar
pendidikan
dengan cara menggali budaya bangsa terutama kearifan lokal tiap-tiap suku bangsa,
salah
satunya
dengan
menggunakan buku Pitutur Luhur Budaya
Jawa
karya
Gunawan
Sumodiningrat sebagai sumber belajar, karena buku tersebut layak untuk dijadikan sumber belajar terutama dalam pembelajaran IPS berkarakter.
DAFTAR PUSTAKA Buku Teks: Abdurahman, D. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Akbar, S. dkk. (2015). Pendidikan Karakter: Best Practices. Malang: Universitas Negeri Malang. Ciptoprawiro, A. (1986). Filsafat Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Berger, A.A. (2010) Pengantar Semiotika: Tanda-tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana. Bratasiswara, R.H. (2000) Bauwarna Adat Tata Cara Jawa. Jakarta: Yayasan Suryasumirat.
Dewantara, H. (2004). Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Endraswara, S. (2012). Ilmu Jiwa Jawa: Estetika dan Citarasa Jiwa Jawa. Yogyakarta: Narasi. Endraswara, S. (2016). Falsafah Hidup Jawa: Menggali Mutiara Kebijakan dari Intisari Filsafat Kejawen. Yogyakarta: Cakrawala. Geertz, C. (2013). Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi dalam Kebudayaan Jawa. Jakarta: Komunitas Bambu. Herusatoto, B. (2001). Simbolisme dalam Budaya Jawa, cetakan keempat, Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Ilmu Pengetahuan Sosial: Buku Guru. Jakarta: Politeknik Negeri Kreatif. Lickona,T. (2015). Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah dapat Mengajarkan Sikap Hormat dan Tanggung Jawab. Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara. Lubis, M. (1981), Manusia Indonesia (Sebuah Pertanggungjawaban), Jakarta: Yayasan Idayu.
175
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Moleong, L.J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Mubarok, Z.E., (2009). Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yangb Tercerai, editor Dudung Rahmat Hidayat. Bandung: PT. Alfabeta. Prastowo, A. (2015), Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Jogjakarta: Diva Press. Priyadi, S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Roqib, M. (2007). Harmoni dalam Budaya Jawa: Dimensi Edukasi dan Keadilan Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sapriya. (2009). Pendidikan IPS: Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Sarjana dan Endah, K. (2010). Filsafat Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publiser. Sauri, S. & Firmansyah, H. (2010). Meretas Pendidikan Nilai. Bandung: Arfino Raya. Subur. (2015). Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah. Yogyakarta: Kalimedia.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sumodiningrat, G. & Wulandari, A. (2014). Pitutur Luhur Budaya Jawa: 1001 Pitutur Luhur untuk Menjaga Martabat dan Kehormatan Bangsa dengan Nilai-nilai Kearifan Lokal. Yogyakarta: Narasi. Suryono, A. & Noor, M.T. (2016). Teori-Teori Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang Press. Suseno, M.F. (1984). Etika Jawa: sebuah Analisa Falsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa. Jakarta: Gramedia. Suseno, M.F. (1987). Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius. Suyadi. (2015). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Suyanto. (2010). Pendidikan Karakter: Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Tilaar, H.A.R. (2005). Multikulturalisme: TantanganTantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT.Gramedia. Wibawa, A. & Gunawan. (2015). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Di Sekolah: 176
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Konsep, Strategi dan Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yana, M.H. (2012). Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Bintang Cemerlang. Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor. Jurnal Ilmiah: Amirin. T.M., Implementasi Pendekatan Pendidikan Multikultural Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Fakultas Ilmu Pendidikan Unversitas Negeri Yogyakarta. Manullang.B., Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045, FIK Universitas Negeri Medan Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013. Nugrahani. F., Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa Dalam Rangka Pembentukan Karakter Bangsa (Kajian Semiotik) Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 24, No. 1, Juni 2012: 58-68. Sardiman, A.M. Revitalisasi Peran Pembelajaran IPS Dalam
Pembentukan Karakter. Jurnal Cakrawala Pendidikan, FISE Universitas Negeri Yogyakarta Mei 2010, Th. XXIX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY. Sukirno. Pengkajian dan Pembelajaran Pitutur Luhur Sebagai Pembentuk Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013 Wardoyo,S.M., Pendidikan Karakter: Membangun Jatidiri Bangsa Menuju Generasi Emas 2045 Yang Religius. Tadrîs Volume 10 Nomor 1 Juni 2015, hlm.91. Makalah/Prosiding Konferensi/Seminar : Akbar, S. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPS Berorientasi Pada Nilai-Nilai Kehidupan Masa Depan”, makalah disampaikan sebagai “Materi Seminar dan Lokakarya Tantangan Dunia Pendidikan Dalam Mengantisipasi Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial”. Malang 22 November 2015. Gularso, D. Model Pembelajaran IPS Siswa Sekolah Dasar Berbasis Karakter Hamemayu Hayuning Bawono Sebagai Salah Satu Upaya Mewujudkan Generasi Cerdas dan Berakhlak Mulia. 177
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
Makalah Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 2015. Hariyono, “Memahami Kebhinekaan Budaya Untuk Memperkuat Karakter Bangsa”, makalah disampaikan pada seminar “Makna Bhineka Tunggal Ika Dalam Pembangunan Karakter Bangsa”, Sidoarjo 20 November 2014. Noor, M.T., “Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN Melalui Penguatan Pendidikan Karakter”, makalah disampaikan sebagai materi seminar nasional “Urgensi Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Kualitas Bangsa”, Malang, 15 Mei 2016. Nurhayati, E. “Nilai - Nilai Luhur Dalam Ungkapan Jawa Sebagai Fondamen Kehidupan Masyarakat Berbudaya” makalah disampaikan pada Kongres Bahasa Jawa Ke- V 2011, UPT Pendidikan dan Pengembangan Kesenian Taman Budaya Jatim. Sukarno, Mengembalikan Ruh Pendidikan Menuju Kebermaknaan: Bersumber Kearifan Lokal Berwawasan Global Menuju Insan Berkarakter, Taqwa, Mandiri, dan Cendekia. Konaspi VII Universitas Negeri Yogyakarta, 2012. UNY Press.
Tiharaso, A. “Pendidikan Pancasila: Pendidikan Multikultural Menuju Masyarakat GotongRoyong”, makalah disampaikan pada seminar “Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila pada Masyarakat Pluralis Indonesia”. Surabaya, 24 Agustus 2013. Widyastuti, S.H., “Reaktualisasi Ungkapan Tradisional Jawa Sebagai Sumber Kearifan Lokal Dalam Masyarakat untuk Penguat Kepribadian Bangsa”, makalah disampaikan pada Kongres Bahasa Jawa Ke- V 2011, UPT Pendidikan dan Pengembangan Kesenian Taman Budaya Jatim. Zamroni. “Pendidikan yang Utuh untuk Memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN”, makalah disampaikan sebagai “Materi Seminar dan Lokakarya Tantangan Dunia Pendidikan Dalam Mengantisipasi Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Malang 22 November 2015.
Koran dan Website Jawa Pos, edisi Rabu 4 Mei 2015, hlm.4. , edisi Selasa 3 Mei 2015, hlm.14.
178
JPPI Volume 11 No 2 (2017) 152-179
https://coretanhampa.blogspot.com/2014/09/ makna-huruf-
hanacaraka.html#, diakses pada tanggal 20 Desember 2016.
179