NILAI BUDAYA JAWA DALAM SERAT TRIPAMA KARYA SRI MANGKUNAGARA IV MARIDI KUSMIANTO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Pada masa sekarang ini kebudayaan Jawa semakin memudar. Memudarnya kebudayaan Jawa ini dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK diera globalisasi, sehingga mengakibatkan kehidupan sosial budaya masyarakat Jawa banyak mengalami perubahan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi objektif tentang nilai Budaya Jawa dalam Serat Tripama karya pujangga Sri Mangkunagara IV. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dengan jenia deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik observasi teks. Hasil penelitian sebagai berikut. Petama, Serat Tripama karya Sri Mangkunagara IV yang dijabarkan dalam buku tiga Tiga Suri Tauladan karangan Kamajaya tedapat tiga unsur nilai budaya Jawa yaitu (1) nilai Budaya Jawa tentang kesabaran 2) nilai Budaya Jawa tentang kejujuran, (3) nilai Budaya Jawa tentang kesetiaan Kedua, nilai budaya Jawa dalam ungkapan yang bisa dipetik dari serat Tripama, di antaranya, (1) ngono ya ngono ning aja ngono. (2) melok nanging aja nyolok (tampak jelas, tetapi jangan terlalu menyolok)., (3) bener ning ora pener (perkara yang yang dianggap benar, belum tentu cocok/pas bagi kebanyakan orang). pada hal yang cocok, pas, cukup, , (4) sing bisa prihatin sajroning bungah, sing bisa bungah sajroning prihatin. (5) yen krasa enak uwisana, yen krasa ora enak terusna., (6) aja bungah ing pengalem, aja susah ing panacad atau aja mongkog ing pambombong, aja kendho ing panyendhu, (7) tega larane ora tega patine
Kata kunci: nilai, budaya Jawa, Serat Tripama
Bangsa Indonesia selama ini dikenal sebagai bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi. Ragam budaya, adat istiadat yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan cermin tingginya budaya. Kuatnya adat istiadat yang melekat dalam
masyarakat adalah sebagian contoh betapa tinggi hasil budaya bangsa Indonesia. Adat istiadat berakar dan bersumber dari budaya daerah. Berbagai kandungan yang terdapat dalam tembang-tembang Jawa macapat tersebut memiliki beraneka
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 256
fungsi antara lain, sebagai pembawa amanat, sebagai sarana penyampaian ungkapan rasa. Kumpulan tembang-tembang Jawa macapat hasil karya sastrawan zaman sekarang hampir dipastikan tidak ada, yang ada berupa bukubuku hasil karya para punjangga zaman dahulu, beberapa buku yang terkenal antara lain sebagai berikut: Serat Wulangreh karya KGPA Pakubuwana IV tahun 1873, Serat Wedotomo karya KGPA Mangkunagara IV tahun 1850, Serat Tripama karya KGPA Mangkunagara IV tahun 1860. Di antara buku tersebut peneliti meneliti Serat Tripama karya KGPA Mangkunagara IV, dan secara khusus peneliti ingin melihat bagaimanakah nilai-nilai edukatif dan nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung di dalamnya. Serat Tripama ini berupa kumpulan tembang Dhandhanggula yang berisi tentang nasehat (pitutur luhur) Mangkunagara IV yang diisyaratkan melalui tokoh kontroversi dalam pewayangan yakni Bambang Sumantri, Kumbakarna dan Suryaputra (Adipati Karna). Adapun masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah nilai budaya Jawa yang memuat tiga suri tauladan dalam Serat Tripama karya pujangga Sri Mangkunagara IV? Dari
rumusan masalah secara umum tersebut, masalah dapat dirinci sebagai berikut (1) bagaimanakah nilai budaya Jawa tentang kesabaran yang digambarkan tiga tokoh tamsil dalam serat Tripama karya Sri Mangkunagara IV, (2) bagaimanakah nilai budaya Jawa tentang kejujuran yang digambarkan tiga tokoh dalam tamsil diserat tripama karya punjangga Sri Mangkunagara IV?, (3) bagaimanakah nilai budaya Jawa tentang kesetiaan yang digambarkan tokoh dalam tamsil diserat tripama karya punjangga Sri Mangkunagara IV? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi obyektif tentang nilai budaya Jawa dalam Serat Tripama karya pujangga Sri Mangkunagara IV. Secara khusus penelitian ini bertujuan mendapatkan laporan diskriptif sebagai berikut (1) Memperoleh deskripsi objektif tentang nilai kesabaran yang digambarkan tokoh dalam tamsil dalam serat Tripama karya Sri Mangkunagara IV?, (2) memperoleh deskripsi objektif tentang nilai kejujuran yang digambarkan tiga contoh tokoh dalam tamsil diserat tripama karya punjangga Sri Mangkunagara IV?, (3) memperoleh deskripsi objektif tentang nilai kesetiaan yang digambarkan tiga contoh tokoh dalam tamsil diserat tripama karya punjangga Sri Mangkunagara IV?
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 257
Kegunaan Penelitian . METODE Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Penelitian kualitatif mendasarkan objek penelitian yang diperoleh dari data penelitian, yaitu kata-kata dan kalimat yang terdapat dalam Serat Tripama karangan Sri Mangkunagara IV. Bentuk penelitian ini bersifat deskriptif, artinya bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan, mencatat, dan menganalisis data yang di peroleh. Data dalam penelitian ini adalah kata dan kalimat yang mengandung muatan nilai budaya Jawa terutama teantang kesabaran, kejujuran dan kesetiaan yang terdapat dalam Serat Tripama karangan Sri Mangkunagara IV.Yang dimaksud nilai Menurut Drijakarya (Fitri, 2012:87) nilai merupakan hakekat sesuatu yang menyebabkan hal itu pantas dikerjakan oleh manusia. Pedersen (1981) sebagaimana dikutip Purwadi (2004:45) berpendapat bahwa nilai adalah apa yang diinginkan, dianggap baik, apa yang disukai dan apa yang harus dilakukan
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian maka sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teks asli Tripama karya Pujangga Sri Mangkunagara IV dari Kraton Surakarta terbitan Jakarta milik negara tahun 1953 dan Buku Sri Mangkunagara IV sebagai penguasa
dan pujangga (1853-1881) penerbit Aneka Ilmu Semarang tahun 2002 serta Buku Tiga Suri Tauladan karangan Kamajaya diterbitkan CV Cendrawasih Sukohardjo Surakarta tahun 1984 Teknik/Prosedur Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik observasi teks, yakni mengkaji kata dan kalimat yang sesuai dengan kriteria dikumpulkan dan diklarifikasi. Selanjutnya untuk dianalisis menurut kriteria yang sudah ditetapkan. Kriteria dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan apa yang sedang diteliti. Adapun teknik observasi teks dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. (1) membaca buku Tiga Suritauladan karangan Kamajaya dan Serat Tripama karangan Sri Mangkunagara IV secara berulang-ulang, (2) menyelidiki, meneliti kata dan kalimat yang sesuai sebagai data dalam Serat Tripama dan buku Tiga Suritauladan karangan Kamajaya,(3) menandai data pada teks, (4) mengeluarkan data dari teks asli, (5) memasukkan data ke dalam tabel, (6) memberi kode. Instrumen untuk menjaring data dalam penelitian ini yaitu manusia atau peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen utama dalam melakukan penelitian ini menggunakan tabulasi data sebagai
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 258
pelengkap guna menyimpan data yang telah terjaring. Pengecekan data penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan tehnik ketekunan, ketelitian pengamatan, dan verifikasi. Tehnik ketelitian, ketekunan pengamatan dilakukan dengan membaca kembali secara periodik terhadap data dan sumber data. Tehnik verifikasi dilakukan dengan ahli di bidang (para pembimbing). Dan data yang sudah terkumpul didiskripsikan sesuai dengan indikator. Setiap data ditampilkan dengan apa adanya sesuai teks aslinya. Tahapan penelitian merupakan kerja penelitian dari awal sampai akhir baik bersifat administrasi maupun akademis penelitian, dalam pelaksanaannya melalui beberapa prosedur atau langkah kerja yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap penyelesaian. Ketiga tahap tersebut lebih lanjut diuraikan sebagai berikut. Pada tahap persiapan, peneliti melakukan kegiatan yang meliputi (1) pengajuan judul, (2) mengadakan studi kepustakaan, (3) dalam hal ini penulis mencari pustaka yang relevan dengan masalah yang diteliti, kemudian, menyusun alur berfikir yang sesuai dengan tujuan yang diteliti, (4) menyusun rancangan penelitian, kegiatan yang penulis laksanakan antara lain: menyusun tujuan dan hasil
yang diharapkan, menyusun penegasan istilah, menyusun kerangka teori, menentukan metode penelitian dan menyusun prosedur penelitian, (5) menyusun instrumen penelitian. Dalam tahap pelaksanaan, yang dilakukan oleh peneliti diantaranya: (1) melaksanakan penelitian, (2) penyusunan konsep laporan, (3) revisi konsep laporan, pemantapan konsep laporan, (4) penyusunan konsep laporan dalam bentuk thesis yang terdiri dari enam bab, yaitu bab pendahuluan, kerangka teori, metode penilaian, hasil analisis, pembahasan, kesimpulan dan saran. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap penyelesaian adalah (1) pembuatan kesimpulan dan hasil analisis kajian, (2) penyusunan laporan, (3) penggandaan laporan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini diuraikan tentang paparan data dan hasil penelitian dari serat Tripama diperoleh hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, Serat Tripama karya Sri Mangkunagara IV yang dijabarkan dalam buku Tiga Suritauladan karangan Kamajaya terdapat tiga unsur nilai budaya Jawa yang sangat luhur yaitu tentang kesabaran, kejujuran dan kesetiaan, namun ada perbedaan yang signifikan setelah
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 259
dimasukkan dalam korpus data. Pertama nilai Budaya Jawa tentang Kesabaran (1) Sumantri mempunyai tiga sifat sabar dalam kode korpus yaitu nilai kesabaran satu (N Ksbr/1) tidak mudah putus asa, nilai kesabaran tujuh (N Ksbr/7berjuang keras dalam mewujudkan cita-cita),dan nilai kesabaran delapan (N Ksbr/8)mampu bekerja bersama dengan orang lain, (2) Kumbakarna mempunyai satu sifat kesabaran yaitu kesabaran tujuh belas (N Ksbr/17) mampu menjaga martabat diri sendiri dan orang lain dan Karna mempunyai satu sifat kesabaran dalam korpus yaituNilai kesabaran tujuh belas (N Ksbr/17) mampu menjaga martabat diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian Sumantri lebih dominan mempunyai tingkat kesabaran yang tinggi, kedua nilai Budaya Jawa tentang kejujuran yang bisa diambil dari tiga tokoh dalam Serat Tripama pada korpus data Sumantri mempunyai dua nilai kejujuran yaitu bisa kecewa karena sebagai manusia biasa ( N Kjr /7 ) dan mandiri tidak tergantung pada orang lain (N Kjr/12). Raden Kumbakarna mempunyai empat nilai kejujuran yaitu (1) berkata apa adanya N Kjr/1, (2) selalu teguh dalam pendirian N Kjr/5, (3) mempunyai harga diri karena mempunyai kemampuan N Kjr/17, (4) bisa marah meskipun mampu mengendalikan diri N Kjr/6. Adipati Karna mempunyai nilai kejujuran tiga nilai kejujuran
yaitu (1) selalu teguh dalam pendirian N Kjr/7, (2)mempunyai harga diri sebagai kesatria N Kjr/17, (3) mampu memprekdisikan kemungkinan yang akan terjadi N Kjr/21. Dalam hal kejujuran Kumbakarna lebih dominan dari tiga tokoh, ketiga nilai Budaya Jawa tentang kesetiaan pada tokoh dalam Serat Tripama Raden Sumantri mempuyai mempunyai tiga kesetiaan yang menonjol yaitu (1)Rela berkorban demi pemimpin dan negara N Kst/1, (2) Tidak tergoda tahta dan wanita N Kst/1, (3) berani mampu menjalankan tugas N Kst/6. Kumbakarna mempunyai dua nilai kesetiaan yaitu (1) cinta tanah air dan bangsa N Kst/11, (2) bisa menjadi contoh terhadap orang lan N Kst/18. Adipati Karana mempunyai satu nilai kesetiaan yaitu Mengerti tentang balas budi N Kst/16. Demikian juga tentang kesetiaan Sumantri mempunyai nilai yang lebih dibanding Kumbakarna dan Karna. Kedua kebiasaan orang Jawa dalam menyampaikan pesan terhadap orang lain melalui ungkapan atau sindiran nilai budaya Jawa yang bisa diambil dalam Serat Tripama yaitu unkapan ngono ya ngono ning aja ngono.( 1)Unen-unen menyindir Sumantri yang kurang menghargai jasa adiknya Sukasarana,(2) ungkapan ini ditujukan Kumbakarana terhadap kakaknya Rahwana yang senang terhadap istri orang lain,(2) melok
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 260
nanging aja nyolok (tampak jelas, tetapi jangan terlalu menyolok) Kumbakararna maju perang kelihatannya membela Rahwana padahal dia membela negara. Maksudnya, boleh saja dalam perilaku selalu tampil beda, tetapi jangan sampai terlampau mencolok,(3) bener ning ora pener (perkara yang dianggap benar, belum tentu cocok/pas bagi kebanyakan orang)Sumantri menakutnakuti adiknya dengan senjata tanpa sengaja dia membunuhnya,. Ini dimaksudkan bahwa dalam tindakan senantiasa diarahkan pada hal yang cocok, pas, cukup dan sesuai, (4) sing bisa prihatin sajroning bungah, sing bisa bungah sajroning prihatin. Maksudnya, bersikap tidak berlebihan, bisa mengekang hawa napsu jika sedang hidup enak. Sebaliknya, jika sedang hidup kekurangan, jangan terlalu sedih, nasehat ini diamanatkan begawan suwandagni kepada Sumantri sewaktu mau melamar pekerjaan (5) yen krasa enak uwisana, yen krasa ora enak terusna ungkapan ini ditujukan kepada Sumantri yang mampu memboyong putri dengan perang dan ingin mencoba kesaktian orang yang dipercaya yaitu rajanya yang akhirnya ia kalah .Ungkapan ini mengandung ajaran nasihat agar dalam hidup bermasyarakat, orang senantiasa dapat menahan diri, mengendalikan hawa nafsu, (6) aja bungah ing pengalem, aja susah ing panacad atau aja
mongkog ing pambombong, aja kendho ing panyendhu, sindiran ini ditujukan kepada Sumantri dia berhasil dalam perang ia lupa diri sehingga timbul kesombongan tetapi Sumantri sangat menderita sewaktu dia tidak mampu memindahkan taman Sriwedari. Artinya, jangan merasa bangga (sekali) jika dipuji, dan jangan susah (sekali) jika mendapat celaan,(7) tega larane ora tega patine sewaktu Karna melawan Arjuna bisa saja membunuhnya namun Karna sadar yang dibela orang jahat yaitu Duryudana. Maksudnya, tega melihat orang lain sakit, namun tidak akan membiarkan sampai meninggal. Ini mengandung nilai ke arah pengekangan diri demi keutuhan keluarga. Karena rela gugur demi adiknya arjuna. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian pada bab IV dan pembahasan pada bab V diperoleh butir-butir simpulan berikut. Pertama, Serat Tripama karya Sri Mangkunagara IV yang dijabarkan dalam buku Tiga Suri Tauladan karangan Kamajaya tedapat tiga unsur nilai budaya Jawa yang sangat luhur diantaranya, (1) nilai Budaya Jawa tentang kesabaran, (2) nilai Budaya Jawa tentang kejujuran (3) nilai Budaya Jawa tentang kesetiaan.
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 261
Kedua kebiasaan orang Jawa dalam menyampaikan pesan terhadap orang lain melalui ungkapan atau sindiran nilai budaya Jawa yang bisa diambil dalam Serat Tripama yaitu unkapan, (1) ngono ya ngono ning aja ngono. r, (2) melok nanging aja nyolok), (3) bener ning ora pener (4) sing bisa prihatin sajroning bungah, sing bisa bungah sajroning prihatin (5) yen krasa enak uwisana, yen krasa ora enak terusna (6) aja bungah ing pengalem, aja susah ing panacad utowo aja mongkog ing pambombong, aja kendho ing panyendhu, (7) tega larane ora tega patine Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Serat Tripama merupakan karya sastra yang mempunyai nilai budaya Jawa yang sangat tinggi berisi nasehat lewat cerita wayang yang didalamnya mengandung nilai kesabaran, kejujuran dan kesetiaan serta sindiran-sindiran halus lewat ungkapan yang bisa merubah tingkah laku yang baik tanpa menyakiti perasaan sehingga kiranya cocok bagi bangsa Indonesia sekarang ini yang kadangkala lebih mengedepankan otot daripada hati. Karena data penelitian ini didapat dari kajian pustaka sehingga banyak kekurangan, untuk itu kepada peneliti lain disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan instrumen pengumpulan data yang
lebih lengkap sehingga akan diperoleh hasil yang lebih mendalam DAFTAR RUJUKAN Depdidbud RI. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Fitri, Agus Zainul. 2012. Pendidikan Karakter.Yogyakarta: ARRUZZ. Ki Jasawidagda dan Ki Hadiwidjana, 1953. Serat Tripama dalam Buku Sasana Sastra. Jogjakarta: Dwijaya. Kamajaya. 1984. Tiga Suri Tauladan. Yogyakarta: CV Cendrawasih. Mistar, Junaidi. 2006. Pedoman Penulisan Tesis.Malang: PPS Universitas Islam Malang. Nuraini. 2000. Pepak Basa Jawa Lengkap. Yogyakarta: Lingkar Media. Purwadi. 2009. Sejarah Sastra Jawa Klasik.Yogyakarta: Panji Pustaka. Soetomo, W. E., Siswokartono. 2002. Sri Mangkunagara IV Sebagai Pengua-sa dan punjangga
NOSI Volume 1, Nomor 3, Agustus 2013 ______________________________Halaman | 262