Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 1
WUJUD DAN NILAI BUDAYA JAWA DALAM KUMPULAN PUISI BANGSAL SRI MANGANTI KARYA SUMINTO A. SAYUTI FORMS AND VALUE OF JAVANESE CULTURE IN COLLECTION OF POETRY BANGSAL SRI MANGANTI Oleh: prisna eka rahmawati, universitas negeri yogyakarta,
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud dan nilai budaya Jawa yang tedapat pada kumpulan puisi Bangsal Sri Manganti karya Suminto A. Sayuti, serta mendeskripsikan unsur-unsur puisi sebagai penanda hubungan tanda yang terdapat dalam kumpulan puisi Bangsal Sri Manganti karya Suminto A. Sayuti. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penyampelan data dalam penelitian ini adalah teknik penyampelan purposif (purposive sampling) dan diambil 12 puisi sebagai sampelnya. Hasil penelitian menujukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, wujud budaya Jawa dalam kumpulan puisi Bangsal Sri Manganti meliputi tarian, bangunan, gamelan, wayang, pakaian adat, dan tembang. Kedua, nilai budaya Jawa dalam kumpulan puisi Bangsal Sri Manganti meliputi nilai mawas diri, keberagaman hidup, keindahan, kesabaran, harapan hidup, perjuangan hidup, pendewasaan diri, dan cinta kasih. Ketiga, unsur-unsur puisi sebagai penanda semiotik adalah diksi, bunyi, bahasa kias, citraan dan sarana retorik, sedangkan hubungan tanda yang ditemukan adalah hubungan simbolik, hubungan sintakmatik dan hubungan paradigmatik. Kata kunci : puisi, budaya Jawa, semiotika. Abstact The aim of this study is to describe the forms and the value of Javanese culture and the elements of poetry as a marker of a relationship that indicated in the Suminto A. Sayuti’s collection of poetry. This research is a qualitative descriptive study. The techniques used in data sampling in this research is purposive sampling technique (purposive sampling) and taken twelve poems as a sample. The results of the research showed as follows. First, a form of Javanese culture in the Suminto A. Sayuti’s collection of poetry were dance, building, gamelan, puppet, traditional clothes, and tembang. Second, the value of Javanese culture in the collection of poetry produces introspective, diversity of life, beauty, patience, life expectancy, the struggle of life, self maturation, and love. Thirdly, the elements of poetry as a semiotics marker are diction, sounds, figurative language, imagery and rhetorical meaning, while the relationship marks found were a symbolic relationship, syntagmatic relationship and paradigmatic relationships. Keywords : poetry, javanese culture, semiotics PENDAHULUAN
Kumpulan puisi Bangsal Sri
pada tahun 2013 oleh penerbit Pustaka
Pelajar.
Di
dalamnya
Manganti adalah salah satu karya
terdapat enam puluh judul puisi yang
Suminto A. Sayuti yang diterbitkan
banyak
menyampaikan
nilai-nilai
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 2
budaya Jawa dengan bahasa simbol
hidup dalam satu budaya besar yaitu
yang dipilih oleh penyair puisi
budaya Jawa fokusnya pada budaya
tersebut. Kumpulan puisi ini dibuka
Yogyakarta. Warna budaya Jawa
dengan puisi yang berjudul “Dari
yang kental ini merasuki karya-karya
Bangsal
penyair sekaligus budayawan ini.
Sri
Manganti
Keraton
Yogyakarta Suatu Siang”,
dan
Menurut
Rosidi
(1995:
119)
ditutup dengan puisi yang berjudul
wajar apabila dalam karya-karya
“Episoda (2)”. Membaca sejumlah
seseorang sastrawan ditemukan latar
puisi yang terdapat dalam kumpulan
belakang kehidupan, pendidikan, dan
puisi Bangsal Sri Manganti karya
kebudayaan
Suminto A. Sayuti, pembaca akan
Keanekaragaman
menemukan sejumlah kosa kata yang
budaya para penulis di Indonesia
berasal
telah
dari
bahasa
Jawa
dan
penulisnya. latar
memberikan
belakang
warna-warni
berkaitan dengan kekayaan budaya
budaya yang menambah keindahan
Jawa. Oleh karena itu, agar dapat
sastra Indonesia. Pada kumpulan
memahami
tersebut
puisi Bangsal Sri Manganti terdapat
pembaca harus memiliki sejumlah
berbagai aspek yang dapat dikaji
pengetahuan yang berkaitan dengan
menggunakan pendekatan semiotika
budaya Jawa.
fokusnya pada semiotika budaya dari
puisi-puisi
Pemilihan
kumpulan
puisi
Roland
Barthes.
diadakan
kajian dalam penelitian ini bukan
menilik dominasi wujud dan nilai
tanpa
budaya
Selain
sudah
Jawa
yang
berupa
penggunaan
Sayuti sangat kental dengan karya-
berserta nilai-nilai budaya Jawa yang
karya puisinya yang berbau budaya
terkandung dalam antologi puisi
Jawa juga karena kumpulan puisi ini
yang
kaya akan nilai-nilai kebudayaan
membahas dua belas puisi yang
yang patut untuk diteladani. Dilihat
dianggap mewakili ke delapan puluh
dari
tiga puisi dalam kumpulan puisi
budaya
yang
melatar
belakanginya, Suminto A. Sayuti
tersebut.
diteliti.
bahasa
untuk
dipaparkan di atas bahwa Suminto A.
segi
diksi
tujuan
ini
Bangsal Sri Manganti sebagai objek
alasan.
dengan
Penelitian
Penelitian
Jawa
ini
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 3
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini termasuk penelitian
Hasil Penelitian
deskriptif kualitatif dan merupakan
Hasil penelitian mengenai wujud
jenis penelitian pustaka. Sumber data
dan
dalam penelitian ini adalah kumpulan
kumpulan
puisi Bangsal Sri Manganti
Manganti karya Suminto A. Sayuti
karya
nilai
budaya
Jawa
puisi
dalam
Bangsal
Suminto A. Sayuti. Fokus kajian
disajikan
penelitian ini adalah mengenai wujud
permasalahan
dan
dengan tujuan penelitian. Ketiga
nilai
budaya
Jawa
dalam
dalam
tiga
Sri
yang
kelompok disesuaikan
kumpulan puisi yang akan dikaji
kelompok
dengan
meliputi: (1) wujud budaya Jawa
pendekatan
Kumpulan
puisi
semiotika.
tersebut
Sri
yang terdapat dalam kumpulan puisi
Manganti di dalamnya terdiri dari 60
Bangsal Sri Manganti, (2) nilai
judul
budaya Jawa yang terdapat dalam
puisi,
penelitian mengenai
Bangsal
permasalahan
akan
ini
tetapi
hanya
dua
dalam
membahas
belas
kumpulan
puisi
Bangsal
Sri
puisi,
Manganti, dan (3) unsur-unsur puisi
dikarenakan dua belas puisi tersebut
yang digunakan sebagai penanda
adalah puisi yang paling intens
semiotik untuk mengekspresikan tiga
memuat budaya Jawa.
macam
hubungan
Teknik pengumpulan data yang
kumpulan
digunakan dalam penelitan ini adalah
Manganti.
teknik
membaca
Teknik
analisis
dan
mencatat. data
puisi
Berdasarkan
tanda Bangsal
hasil
dalam Sri
penelitian,
ini
ditemukan beberapa wujud budaya
menggunakan analisis data kualitatif
Jawa yang terdapat dalam kumpulan
yaitu
puisi
membandingkan
mengelompokan
Bangsal
Sri
Manganti.
dan
Beberapa wujud budaya Jawa yang
menyatukan hasil pengelompokan
ditemukan dalam kumpulan puisi ini
dalam bentuk tabel. Keabasahan data
seperti tarian, bangunan, gamelan,
diperoleh melalui validitas semantis
wayang, tembang, pakaian adat, dan
(semantic validity) dan realiabilitas
tembang.
intrarater.
data
data,
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 4
Franz Margnis Suseno membagi
terdapat
dalam
empat sikap yang sebaiknya dimiliki
Bangsal
Sri
oleh orang Jawa, sikap tersebut
budaya Jawa yang ditemukan dalam
seperti: sikap batin yang tepat,
kumpulan puisi ini berjumlah lima
tindakan yang tepat, tempat yang
puluh lima, yang terdiri dari tarian
tepat, dan
pengertian yang tepat.
bangunan, gamelan, wayang, pakaian
Dalam hasil penelitian yang disajikan
adat dan tembang. Wujud budaya
hanya
yang paling dominan ditemukan
terdapat
tiga
nilai
yang
kumpulan Manganti.
Wujud
ditemukan yaitu nilai sikap batin
adalah
yang tepat, tindakan yang tepat dan
gamelan yang berjumlah dua puluh
pengertian yang tepat. Nilai tersebut
enam kali digunakannya, tembang
adalah mawas diri, keberagaman
berjumlah
hidup, keindahan, kesabaran, harapan
berjumlah delapan, pakaian adat dua,
hidup,
tarian berjumlah tiga, dan bangunan
perjuangan
hidup,
pendewasaan diri dan cinta kasih. Beberapa unsur-unsur puisi yang ditemukan
sebagai
wujud
puisi
empat
budaya
belas,
berupa
wayang
Jawa yang hanya ditemukan dua kali. Tari
merupakan
gerak
dari
penanda
seluruh anggota tubuh yang selaras
semiotika dalam kumpulan puisi
dengan irama musik (gamelan) diatur
Bangsal Sri meliputi diksi, citraan,
oleh irama yang sesuai dengan
bahasa kias, bunyi, dan sarana
maksud tertentu. Hal ini seperti
retorik. Selain itu juga ditemukan
terpetik bahwa tari adalah gerak
hubungan tanda berdasarkan teori
anggota tubuh yang selaras dengan
semiotik
Roland
Tiga
bunyi musik atau gamelan diatur
hubungan
tanda
adalah
oleh irama sesuai dengan maksud
hubungan
tujuan tari (Soeryodiningrat, 1986:
hubungan
21). Di bawah ini merupakan kutipan
hubungan
Barthes. tersebut
simbolik,
sintakmatik
dan
paradigmatik.
puisi “Dari Bangsal Sri Manganti
Pembahasan
Keraton Yogyakarta Suatu Hari”.
Pembahasan penelitian
ini
pertama adalah
dalam
mengenai
wujud-wujud budaya Jawa yang
selesai Sembur Adas lalu Pathetan engkau pun ke pentas untuk sebuah peran
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 5
hidup digelar lewat seblak sampur dalam irama Sampak dan kadang tlutur (Sayuti, 2013: 1) Dalam kutipan puisi di atas penempatan kata
seblak sampur
merupakan salah satu gerakan dari sebuah tarian. Dalam tarian Jawa khususnya seblak sampur berkalikali dilakukan dalam sebuah tarian. Tarian Jawa biasanya dimulai dengan gerakan sembahan kemudian para penari memulai
gerakan dengan
mengayunkan sampur atau selendang mereka baik ke depan maupun ke belakang. Ayunan gerakan sampur baik ke depan maupun ke belakang mempunyai Ayunan
makna
seblak
tersendiri.
sampur
sangat
mencirikhaskan tarian khas Jawa
adalah
bentuk,
struktur, fungsi ragam hias dan cara pembuatannya
diwariskan
turun-
temurun, serta dapat dipakai untuk melakukan
aktivitas
kehidupan
dengan baik itulah yang disebut dengan
bangunan
Suatu
Hari”
tradisional
(Rahmanu, 2004: 20). Penggunaan diksi berupa bangunan khas Jawa hanya ditemukan tiga kali dalam puisi yang berjudul “Dari Bangsal
dan
“Syair
Ulang
Tahun”. Pembaca
diajak
berimajinasi
mengenai suatu bangunan yang di dalam bangunan tersebut terdapat sebuah tempat pertunjukan. Salah satu bangunan yang ada di Keraton Yogyakarta.
Bangunan
tersebut
adalah sebuah bangsal Sri Manganti. Bangsal Sri Manganti yang terdiri dari dua kata yaitu kata Sri yang artinya raja dan Manganti yang artinya menanti, jadi dapat diartikan bahwa bangsal Sri Manganti adalah ruang tamu raja. Pada kutipan puisi di atas menunjukan bahwa bangsal Sri Manganti adalah salah satu tempat di Keraton Yogyakarta yang digunakan
yang berupa gerakan lembut. Bangunan
Sri Manganti Keraton Yogyakarta
sebagai
tempat
pertunjukan kesenian, yaitu berupa tarian khas Keraton. Gamelan Jawa merupakan alat musik yang muncul dari sejarah kebudayaan Jawa yang di dalam perkembangannya selalu dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang,
maupun
pengisi
suatu
pagelaran adat istiadat orang Jawa. Istilah
Gamelan
telah
lama
dikenalkan oleh bangsa Indonesia (Yudoyono, 1984: 15). Penggunaan
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 6
diksi berupa irama gamelan, jenis
dalam wayang dicoba dihadirkan
gamelan, dan segala sesuatu yang
dalam kumpulan puisi ini.
berkaitan
dengan
gamelan
khas
Puisi
yang
berjudul
“Narasi
keraton Yogyakarta terlihat pada
sehari-hari” di dalamnya terdapat
puisi yang berjudul “Syair Ulang
beberapa
subjudul
lagi
Tahun”
“kubur”,
“lampu”,
“kota”
dan
puisi
yang
puisi
menceritakan
yang tentang
sepasang kekasih dewasa
mencoba kehidupan
yang beranjak
yang sedang merayakan
“gending”.
Kutipan
seperti
dijadikan contoh di atas berasal dari subjudul
puisi
yaitu
“gending”.
sebuah perayaan bertambahnya usia.
Dalam puisi gending coba dihadirkan
Sepasang
selalu
betapa indahnya sebuah kehidupan
dan
dimana manusia diibaratkan sebagai
mereka.
sang dalang dengan segala indanya
Puisi tersebut terdapat budaya Jawa
kehidupan yang di penuhi dengan
yang berupa irama sebuah galeman
cinta kasih dan selalu bahagia. Kata
yaitu irama palaran. Irama palaran
sang Dalang sering ditemui dalam
adalah irama dalam gamelan yang
dunia pewayangan. Dalang adalah
sering dikenal dengan irama satu
seseorang yang memiliki keahlian
ataupun irama setengah.
khusus untuk memaikan boneka
kekasih
merasakan romantisnya
yang
indahnya hubungan
Suseno (1988: 159) berpendapat
wayang. Kata sang Dalang pada
bahwa wayang adalah salah satu
puisi di atas diibaratkan sebagai
puncak seni budaya bangsa Indonesia
seseorang yang mampu menguasai
yang paling menonjol di antara
kehidupan dan senantiasa menikmati
banyak
kehidupannya.
karya
budaya
lainnya.
Budaya wayang meliputi seni peran,
Pembahasan
kedua
dalam
seni suara, seni musik, seni tutur,
penelitian ini adalah mengenai nilai-
seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan
nilai budaya Jawa yang terdapat
juga seni perlambang. Ditemukannya
dalam kumpulan puisi Bangsal Sri
wujud budaya Jawa berkaitan dengan
Manganti. Dari dua belas puisi yang
wayang, seperti pemain wayang,
diteliti
jenis wayang, lakon, dan
budaya Jawa yaitu nilai mawas diri,
tokoh
ditemukan
delapan
nilai
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 7
keberagaman
hidup,
kesabaran,
harapan
keindahan,
diri seseorang yang sudah beranjak
hidup,
tua umurnya seiring bertambahnya
perjuangan hidup, pendewasaan diri,
usia
dan cinta kasih. Dalam kumpulan
semakin intropeksi terhadap dirinya.
puisi
Bangsal
Sri
seseorang
tersebut
harus
Manganti
Dalam kumpulan puisi Bangsal
ditemukan empat puisi yang di
Sri Manganti ditemukan lima kali
dalamnya mengandung nilai budaya
nilai keberagaman hidup yaitu dalam
Jawa berupa mawas diri. Nilai
puisi yang berudul “Dari Bangsal Sri
mawas diri terlihat pada kutipan
Manganti Keraton Yogyakarta, Suatu
puisi di bawah ini.
hari” dan “Melintasi Kotamu”. Puisi
lembaran kalender sobek satu satu usia bergegas dan mengeras di dinding waktu menghitung angka-angka tersua mengutuhkan masa lalu, bentangan yang tak pernah mati membilang jarak menapaki jejak merenda harap: alangkah jauhnya hari-hari (Sayuti, 2013: 12)
pertama yaitu puisi yang berjudul
Kutipan di atas terdapat pada
(orang-orang belajar sekeliling bangsal) ada Jawa, Cina, Belanda, dan Portugal ada Sorjan, celana pendek, dan T-Shirt kumal ada wajah majikan, ada pula wajah gedibal) engkau pun memintal jarak lewat untaian gerak (Sayuti, 2013: 1) Pada baris puisi dibuktikan
puisi yang berjudul “Syair Ulang Tahun”. Pada bait puisi tersebut kita dapat mengetahui nilai budaya Jawa berupa sikap mawas diri mencoba disampaikan. Bait puisi tersebut mencoba menggambarkan tentang usia yang selalu berjalan, dan tak terasa sudah beranjak tua. Dalam masyarakat
Jawa
perlambangan
bertambahnya usia terdapat pada peribahasa
Hasta
kulila
warsa,
peribahasa tersebut melambangkan
“Dari Bangsal Sri Manganti Keraton Yogyakarta, Suatu hari”. Dalam puisi ini
pembaca
diajak
berimajinasi
mengenai keberagaman suatu negara dengan pakaian yang biasa mereka kenakan.
Pakaian
tersebut
menunjukkan identitas bangsa.
bahwa keberagaman juga terlihat /ada Jawa, Cina, Belanda, dan Portugal, ada Sorjan, celana pendek, dan T-Shirt kumal/. Baris puisi diatas menunjukkan
bahwa
penikmat
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 8
kesenian di Bangsal Sri Manganti
keindahan setumpuk kado, dalam
berasal dari berbagai daerah seperti
kuipan puisi di atas juga mencoba
Jawa, Cina, Belanda dan Portugal.
diceritakan
Selain keberagaman
senandung sunyi
orang
yang
mengenai
keindahan
malam
dengan
menikmati pertunjukan di Bangsal
irama gendhing palaran. Suasana
Sri Manganti, dalam baris tersebut
malam yang hening dan tenang
juga
keberagamaan
ditambah irama gendhing palaran
pakaian yang dikenakan oleh para
menambah keindahan dan sepasang
penonton
kekasih yang sedang merayakan
dijelaskan
tarian
tersebut
seperti
sorjan yang mengidentitaskan orang Jawa, ada celana pendek yang biasa digunakan
orang
belanda
dan
pertambahan usia. Nilai cinta kasih adalah nilai yang
paling
dominan
portugal dan ada juga t-shirt kumal
kumpulan
yang biasa dikenakan oleh para
Manganti. Hal tersebut dibuktikan
seniman. Nilai keindahan budaya
dengan ditemukan sebanyak enam
Jawa terlihat pada baris /engkau pun
belas kali dalam enam puisi. Puisi
memintal jarak lewat untaian gerak,
yang berjudul “Syair Pengantin (2)”
makna pun teruntai dalam langkah-
menggambarkan tentang perjalanan
langkah gemulai/. Baris di atas
cinta sepasang pengantin. Dalam
menjelaskan
keindahan
peribahasa Jawa hal seperti itu
sebuah tarian Jawa yang di pentaskan
diibaratkan dengan pribahasa Sabaya
di Bangsal Sri Manganti. Keindahan
pati sabaya mukti
gerakan tarian mencoba dceritakan
seseorang
dalam baris puisi yang di atas.
menjalani kehidupan susah maupun
tentang
puisi
yang
Bangsal
dalam Sri
yang artinya menikah
dan
Puisi selanjutnya yaitu puisi yang
senang bersama akan mendapatkan
berjudul “Syair Ulang Tahun”. Diksi
kebahagiaan bersama pula. Puisi
setumpuk kado di sini bermaknakan
selanjutnya yang
denotasi, dimana kado adalah nama
terdapat nilai cinta kasih adalah puisi
benda
yang berjudul “Kidung Pengantin”.
yang
biasanya
diberikan
dengan isi sesuatu yang menarik dan bungkus
yang
menarik.
Selain
Pembahasan
di dalamnya
ketiga
dalam
penelitian ini adalah mengenai unsur-
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 9
unsur puisi penanda budaya Jawa
Dalam kutipan puisi di atas
dan hubungan tanda yang terjadi
penempatan diksi “seblak sampur”
pada unsur puisi sebagai penanda
dalam baris /hidup digelar lewat
semiotik
seblak sampur/ mempunyai makna
dalam
kumpulan
puisi
Bangsal Sri Manganti karya Suminto
denotatif
yang bertujuan untuk
A. Sayuti. Dari dua belas puisi yang
mengibaratkan
diteliti telah ditemukan beberapa
dalam tarian Jawa. Selain “seblak
unsur puisi yang merepresentasikan
sampur” dalam bait puisi di atas juga
hubungan tanda yaitu berupa diksi,
disebutkan beberapa budaya Jawa
citraan, bunyi, bahasa kias dan
seperti “sembur adas” dan “irama
sarana retori dan ditemukan tiga
sampak dan kadang tlutur”.
sebuah
gerakan
macam hubungan tanda yang terjadi
Dari dua belas puisi yang diteliti
pada objek kajian yaitu hubungan
terdapat tiga citraan yang dominan
simbolik,
dalam kumpulan puisi ini. Citraan
sintakmatik
dan
paradigmatik. Puisi “Dari Bangsal Sri Manganti
tersebut adalah citraan pengelihatan, pendengaran
dan
gerak.
Puisi
puisi
yang
Keraton Yogyakarta, Suatu hari”
pertama
terdapat diksi “seblak sampur” yang
berjudul
membuat pembaca masuk dalam
melalui
ruang imajinasi. Dalam puisi, pilihan
mengajak
kata (diksi) sangat penting artinya
berimajinasi
dalam rangka menumbuhkan suasana
sebuah perjalanan dari kota Parakan
puitik yang akan membawa pembaca
sampai Magelang. Dalam bait ini
kepada penikmatan dan pemahaman
citraan pengelihatan begitu dominan.
yang menyeluruh dan total (Sayuti,
Pembaca diajak berimajinasi tetang
2010: 144).
sebuah
selesai Sembur Adas lalu Pathetan engkau pun ke pentas untuk sebuah peran hidup digelar lewat seblak sampur dalam irama Sampak dan kadang tlutur (Sayuti, 2013: 1)
merupakan “Melintasi puisi
ini
penyair
ingin
pembaca
untuk
mengenai
keindahan
perjalanan
melihat
Kotamu”,
kehidupan
yang
banyak
orang-orang
gunung. Selain melihat keindahan kehidupan
orang-orang
gunung,
melalui bait puisi ini pembaca diajak membayangkan
seseorang
yang
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 10
sedang berkerudung sebuah jarik
simbolik ditunjukan pada
kawung. Jarik kawung ini biasanya
Bangsal
dipakai oleh orang-orang perdesaan
bangunan. Untuk dapat diartikan
untuk melindungi kepala mereka dari
sebagai bagunan, kata bangsal tidak
panasnya terik matahari.
membutuhkan
sebagai
simbol
kata sebuah
penjelasan
lewat
Bahasa kias dalam puisi berungsi
hubungan dengan tanda-tanda lain.
sebagai sarana pengedepan sesuatu
Dengan sebutan kata bangsal sendiri,
yang berdimensi jamak dalam bentuk
orang-orang sudah akan tahu bahwa
yang
Di
bangsal adalah sebuah bangunan.
samping itu sebagai akibat bentuknya
Bangsal bisanya digunakan untuk
yang
juga
nama sebuah bangunan/ruangan pada
berfungsi membangkitkan tanggapan
tempat-tempat tertentu seperti di
pembaca (Sayuti, 2010: 195). Dari
Keraton
dua belas puisi
yang dijadikan
Hubungan simbolik yang terjadi pada
sampel penelitian hampir semua
kutipan puisi di atas di dukung
puisi menggunakan bahasa kias.
dengan unsur-unsur pembangun puisi
Bahasa kias yang diterdapat dalam
seperti diksi, bunyi, citraan dan
dua belas puis tersebut yang paling
bahasa kias.
sesingkat-singkatnya.
singkat
dominan sebayak
bahasa
adalah dua
puluh
kias
personifikasi empat
dan
di
Hubungan
rumah
tanda
sakit.
berupa
kali
hubungan
sintakmatik
ditemukannya, metafora sebanyak
kumpulan
sembilan kali, simile satu kali, dan
Manganti ditemukan delapan puisi
metonimi sebanyak delapan kali
yang menggunakan hubungan ini.
ditemukannya.
Sunardi
puisi
(2002:
dalam
Bangsal
70)
Sri
berpendapat
Melalui penelitian ini ditemukan
bahwa hubungan sintagmatik adalah
sepuluh puisi yang di dalamnya
hubungan yang menunjuk hubungan
terdapat
suatu
hubungan
hubungan tanda simbolik.
Puisi
berupa yang
tanda
dengan
anda-tanda
lainnya, baik yang medahului atau
pertama ialah puisi “Dari Bangsal Sri
mengikutinya.
Manganti Keraton Yogyakarta, Suatu
puisi
Hari”. Dalam puisi ini hubungan
ditemukan
Dalam
kumpulan
Sri
Manganti
puisi
yang
Bangsal tujuh
di
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 11
dalamnya terdapat hubungan tanda berupa
hubungan
Sunardi
(2002:
bahwa
hubungan
paradigmatik.
55)
berpendapat
Demikianlah pembahasan tentang wujud dan nilai budaya Jawa dalam kumpulan
puisi
Bangsal
Sri
paradigmatik
Manganti karya Suminto A. Sayuti.
adalah hubungan internal suatu tanda
Ditemukan wujud budaya Jawa yang
dengan tanda lain.
digunakan dalam kumpulan puisi
tak ada balon, taart, dan lilin nyala tapi pijar cahaya, tapi segar udara memenuhi rongga didalam sana dirimu tersua (Sayuti, 2013: 4)
Bangsal
Sri
Manganti
meliputi
tarian, bangunan, gamelan, wayang, pakaian adat, dan tembang. Wujud budaya Jawa yang paling banyak digunakan adalah wujud budaya
Kutipan
puisi di atas diambil
dari puisi yang berjudul “Syair Ulang Tahun”.
Kutipan
mencoba
puisi
menjelaskan
tersebut tentang
hubungan paradigmatik yang tejadi pada baris puisi pertama dan kedua. Puisi
ini
menceritakan
tentang
sebuah pesta ulangtahun sepasang kekasih
yang
dimabuk
cinta.
Hubungan paradimatik terlihat jelas pada penggunaan kata yang masih
berupa gamelan Jawa. Nilai yang paling dominan di dalam kumpulan puisi ini adalah nilai cinta kasih. Sebagian
besar
puisi
kumpulan
puisi
Bangsal
dalam Sri
Manganti ini bertemakan tentang cinta
kasih.
dipadukan
Tema dengan
cinta
yang
penggunaan
wujud-wujud budaya Jawa membuat puisi ini menjadi unik dan berbeda dari kumpulan puisi yang lain.
dalam satu kelas kata. Kata /balon, taart lilin, pijar cahaya/ berada dalam satu
kelas
merupakan
kata
benda
yang
perlambangan
dari
sebuah perayaan ulang tahun dimana biasa terjadi di masyarakat umum setiap ada ulang tahun tidak lepas dari benda-benda tersebut seperti balon, kue taart dan lilin.
SIMPULAN Simpulan Pertama, wujud budaya Jawa yang digunakan dalam kumpulan puisi Bangsal Sri Manganti karya Suminto A. Sayuti meliputi tarian, bangunan, gamelan, wayang, pakaian adat, dan tembang. Wujud budaya
Wujud dan Nilai....... (Prisna Eka) 12
Jawa yang paling dominan adalah
dan
gamelan.
Hubungan tanda tersebut terbentuk
Kedua, nilai budaya Jawa yang
hubungan
karena
sintakmatik.
kuatnya puisi
unsur-unsur
ditemukan dalam kumpulan puisi ini
pembangun
seperti
diksi,
berpedoman pada tiga nilai yang
bahasa kias, bunyi, sarana retorik dan
menjadi dasar dari berbagai nilai
citraan.
lainya yaitu sikap batin yang tepat, tindakan yang tepat, dan pengertian yang
tepat.
Nilai-nilai
yang
ditemukan dalam kumpulan puisi ini berupa
nilai
mawas
keberagamaan
hidup,
kesabaran,
harapan
diri,
keindahan, hidup,
perjuangan hidup, pendewasaan diri dan yang paling dominan adalah nilai cinta
kasih.
Nilai-nilai
tersebut
diambil dari beberapa pribahasa Jawa seperti hasta kulila warsa, eling lan waspada, ngono yo ngono ning ojo ngono, emas lan kumambang, jembar segarane, sabaya pati sabaya mukti, dan angon mangsa. Ketiga, unsur-unsur puisi yang digunakan sebagai penanda budaya Jawa untuk merepresentasikan tiga macam hubungan tanda yaitu diksi, citraan, bahasa kias, bunyi dan sarana retoris. Selain unsur puisi juga
ditemukan
tiga
macam
hubungan tanda yakni hubungan simbolik, hubungan paradigmatik,
DAFTAR PUSTAKA Rahmanu, Widayat. 2004. Krobongan Rumah Sakral Tradisi Jawa. Jurnal Dimensi Interior. Surabaya: Jurusan Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra. Rosidi, Ajip. 1995. Sastra dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sayuti, A Suminto. 2002. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media. ______________. 2013. Bangsal Sri Manganti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soeryodiningrat. 1986. Sendratari Ramayana. Yogyakarta: PT. Gramedian Pustaka Utama. S.T Sunardi. 2002. Semiotika Negativa. Yogyakarta: Kanal. Suseno, Franz Magnis. 1988. Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta: Gramedia. Yudoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa: Awal-Mula, Makna, dan Masa Depannya. Jakarta. Penerbit Karya Unipress.