CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP PGRI Pacitan Jl. Cut Nyak Dien No 4A, Kec. Pacitan Email:
[email protected] Email:
[email protected] ABSTRACT This research aims to: (1) describe the use of figure of speech and the meaning form in a collection of poems Blues for Bonnie by WS Renda. (2) describe the form of the use of imagery and poetry in the set of meanings Blues for Bonnie by WS Renda. Techniques of data collection were done by using libraries, observation, and record. Data are in the form of words, phrases, and sentences in a collection of poems Blues for Bonnie by WS Renda. Sources of data in this study are primary data source in the form of five poems Blues for Bonnie published by Peacock Press, East Jakarta in 2008 and secondary data sources include journals, papers, and articles. Data analysis techniques in this study use a model of Riffatere semiotic readings (heuristic and hermeneutic reading). The results indicate that there are utilization of figure of speech and imagery in a collection of poems Blues for Bonnie by WS Rendra. Figure consists of (a) figure of speech metaphor, (b) figure of speech simile, (c) figure of speech personification, (d) figure of speech metonemia, and (e) sinedoki figure of speech. Figure of speech meaning and imagery in a collection of poems by WS Blues for Bonnie Renda is divided into two, namely (a) the meaning of figure of speech and (b) the meaning of the images in a collection of poems Blues for Bonnie by WS Renda. Figure of speech meaning covering, the social aspects of which moral deviation problem, the problem of poverty, politics, and religious aspects. As for the meaning of speech image includes, among others the social aspects of moral aberration problem, the problem of poverty, political, and religious aspects. Keywords: figure of speech, imagery, poetry Blues for Bonnie, study stylistics Pendahuluan
(1991: 56) menyatakankarya sastra tidak
Karya sastra merupakan gambaran
lahir dalam kekosongan budaya. Seperti
hasil rekaan seseorang dan menghasilkan
halnya budaya, sejarah, dan kebudayaan
kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar
sastra juga merupakan bagian dari ilmu
belakang, dan keyakinan pengarang. Karya
humaniora. Oleh karena itu, pengkajian
sastra lahir di tengah-tengah masyarakat
sastra berfungsi untuk memahami aspek-
sebagai hasil imajinasi pengarang serta
aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang
refleksinya terhadap gejala-gejala sosial
terkandung dalam karya sastra. Karya
yang ada disekitarnya. Lebih lanjut Teeuw
sastra
1.
merupakan
hasil
kreatifitas 133
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) seseorang sastrawan sebagai bentuk seni,
dibumbui dengan unsur seks, kemudian
bersumber
dipadukan
melahirkan puisi “Bersatulah Pelacur-
dengan imajinasi pengarang. Hal ini wajar
pelacur Kota Jakarta”, “Blues untuk
terjadi mengingat pengarang tidak lepas
Bonnie”, dan lain sebagainya. Selain itu
dari ikatan-ikatan sosial tertentu.
dalam
dari
kehidupan
Puisi adalah bentuk
kumpulan
puisi
juga
kesusastraan
memasukkan
yang paling tua. Karya besar dunia ditulis
sebagaimana
dalam bentuk puisi. Karya-karya pujangga
sudut pandang agamnya yang pada saat itu
besar seperti: Oedipus, Antigone, Hamlet,
Rendra masih memeluk agama Khatolik,
Macbeth, Mahabrata, Ramayana, Bharata
sehingga lahirlah puisi yang berjudul
Yudha, dan sebagainya ditulis dalam
“Khotbah” dan “Nyanyian Angsa”.
bentuk puisi. Puisi sebagai karya besar,
1.1 Perumusan Masalah
ternyata
erat
berbicara
dengan
Fokus dalam penelitian ini adalah
telah
majas dan citraan dalam kumpulan puisi
diperindah dengan adanya puisi (Waluyo,
Blues untuk Bonnie karya W.S. Rendra.
1995:1).
Fokus tersebut yaitu:
sehari-hari.
kaitanya
beliau
spiritualitas,
dalam
kehidupan
puisi
unsur
ini
Dunia
W.S. Rendra merupakan seorang
1.
Pemanfaatan
pembacaan
sastrawan yang fenomenal. Kumpulan
untuk
puisinya sangat beragam, mulai dari puisi
pemaknaanya dalam kumpulan puisi
balada, romantik sampai dengan puisi yang
Blues untuk Bonnie karya W.S. Rendra.
berbau kritik sosial budaya. Bisa dikatakan
2.
mengungkap
semiotika
Pemanfaatan
majas
pembacaan
mengungkap
dan
semiotika
puisi-puisinya memiliki warna tersendiri
dalam
citraan
dalam
dalam dunia sastra. Hal tersebut dapat
pemaknaanya dalam kumpulan puisi
dilihat pada pemilihan kata dalam puisi
Blues untuk Bonnie karya W.S. Rendra.
Rendra yang cenderung memakai kata-kata
1.2 Tujuan Penelitian
yang bermakna polos, denotatif tetapi
Tujuan
bermakna padat dan tepat. Selain itu puisi
penelitian ini adalah:
Rendra juga kaya akan penggunaan majas
1. Mendeskripsikan pemanfaatan majas
dan citraan.Dipilihnya kumpulan puisi
dan pemaknaanya dalam kumpulan
Blues untuk Bonnie ini karena isi dalam
puisi Blues untuk Bonnie karya W.S.
puisi ini memaparkan potret sosial yang
Rendra.
yang
ingin
dicapai
dalam
ada di sekelilingnya, misalnya ketika
2. Mendeskripsikan pemanfaatan citraan
Rendra menyinggung realitas sosial yang
dan pemaknaanya dalam kumpulan 134
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 puisi Blues untuk Bonnie karya W.S.
Rhythm and Poetic Imagination: A Phono
Rendra.
Stylistic
Interpretation
of
Clark-
Bekederemo's Return of the Fishermen.
1.3 Tinjauan Pustaka Penelitian Yunanta (2013) dalam
Hasil penelitian ini ada tiga hal. (1)Irama
Jurnal Nasional Universitas Riau yang
musik
berjudul “Telaah Stilistika dalam Syair
Bekederemo
Burung Pungguk”. Hasil penelitiannya
terutamamelalui tiga perangkat gaya phono
meliputi, (1) menunjukkan gaya berbahasa
dari aliterasi, sajak, dan pengulangan.
yang digunakan pada teks Syair Burung
(2)Puisi
Punggukberkaitan erat dengan nasehat
mengangkat
yang terkandung didalam bait syair. (2)
kritikus. (3) Puisi tersebut diberikan dalam
Penyampaian nasehat dalam tiap bait
bentuk ortografi dan fonetik sebelum yang
syairnya dilakukan dengan diksi dan
diatur ke irama musik dan transkripsi
bahasa yang indah serta nasehat pada teks
dalam
Syair Burung Pungguk bisa dijadikan
pengucapan dalam konteks penelitian.
bahan ajar atau upaya
1.4 Metode Penelitian
pembentukan
karakter.
Afrika
dalam
puisi
itu
yang
Jenis
Clark
diwujudkan
dinterpretasikan
kontroversi
puisi
-
di
tersebut
adalah kalangan
memandung
penelitian
ini
adalah
Heriwati (2011) yang berjudul
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitaitf
“Blues untuk Bonnie Karya W.S. Rendra
adalah metode yang memberikan perhatian
dalam Kajian Semantik”. Hasil penelitian
terhadap
ini adalah tema dalam puisi Rendra sangat
hubunganya
kompleks dan begitu kreatif, sehingga
keberadaannya. Strategi yang digunakan
memberikan kesempatan kepada pembaca
dalam penelitian ini adalah studi kasus
untuk
himpitan-himpitan
terpancang. Objek penelitian ini adalah
kenyataan sehari-hari. Pada prinsipnya
majas, citraan, dan pemaknaannya dalam
puisi merupakan sebuah struktur yang
puisi
kompleks, untuk dapat memahaminya
W.S.Rendra.
perlu dianalisis, sehingga dapat diketahui
digunakan dalam penelitian ini adalah
begianbagian serta jalinannya secara nyata.
purposive sample, yakni pengambilan
Analisis yang bersifat tepat dapat dilihat
sampel harus didasarkan atas ciri-ciri,
melalui strata norma.
sifat-sifat, atau karakteristik tertentu, yang
melepaskan
data
Blues
alamiah,
data
dengan
untuk Teknik
dalam konteks
Bonnie
karya
sampling
yang
Penelitian sastra Enyoh di Afrika
merupakan ciri-ciri pokok tertentu. Data
(2001) yang berjudul African Musical
penelitian ini adalah data yang berwujud 135
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) kata, ungkapan, dan kalimat yang terdapat
2. Landasan Teori
dalam kumpulan puisi Blues untuk Bonnie
2.1. Puisi dan Unsur-unsurnya
karya W.S. Rendra yang diterbitkan oleh
Secara etimologis, kata puisi dalam
Burung Merak Press Jakarta Timur tahun
bahasa Yunani berasal dari kata poesis
2008 dengan tebal 47 halaman. Sumber
yang berarti penciptaan. Dalam bahasa
data primer dalam penelitian ini berupa
Inggris, padanan kata puisi ini adalah
puisi Blues untuk Bonnie, sedangkan
poetry yang erat dengan poet dan poem.
sumber data sekunder bisa meliputi jurnal,
Mengenai kata poet, Coulter” (Tarigan,
makalah, dan artikel.
2003: 4) menjelaskan bahwa kata poet
Teknik
pengumpulan
data
berasal dari Yunani yang berarti membuat
menggunakan
teknik
atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
Jenis
sendiri, kata poet berarti orang yang
dalam
mencipta melalui imajinasinya, orang yang
penelitian ini adalah trianggulasi teoretis
hampir-hampir menyerupai dewa atau
yaitu dengan menggunakan teori yang
yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia
berbeda untuk melakukan perbandingan,
adalah orang yang berpenglihatan tajam,
tetapi tetap menggunakan teori khusus
orang suci, yang sekaligus merupakan
yang digunakan sebagai fokus utama dari
filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat
kajiaannya secara mendalam. Analisis
menebak kebenaran yang tersembunyi.
penelitian
ini
pustaka,
simak,
trianggulasi
yang
dan
catat.
digunakan
yang digunakan dalam penelitian ini
Frost (dalam Kennedy, 1983: 393)
model
menyatakan bahwa “Poetry is a rhytmical
semiotik yakni pembacaan heuristik dan
composition of words expressing an
pembacaan
Menurut
attitude designed to surprise and delight,
Riffeterre (dalam Al-Ma’ruf, 2010:33),
and to arouse an emotional response”.
pembacaan heuristik adalah pembacaan
Pendapat Frost diamini oleh Sayuti (2010:
menurut konvensi atau struktur bahasa
3-4) yang menyatakan bahwa
(pembacaan
puisi dapat dirumuskan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula
melalui
metode
pembacaan
hermeneutik.
semiotiktingkat
pertama).
Adapun pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang dengan memberikan interpretasi berdasarkan konvensi sastra (pembacaan semiotik tingkat kedua).
136
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 dalam diri pembaca atau pendengarpendengarnya.
Waluyo (2010:29) mengemukakan bahwa puisi terdiri atas dua unsur pokok yakni struktur fisik dan struktur batin.
Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga
menjadi
landasan
utama
pengucapannya. Perasaan dalam puisi adalah perasaan
Kedua bagian itu terdiri atas unsur-unsur
yang
yang saling mengikat keterjalinan dan
puisinya. Puisi mengungkapkan perasaan
semua unsur itu membentuk totalitas
yang beraneka ragam. Tema puisi yang
makna yang utuh. Struktur fisik puisi
sama yang dilukiskan dengan perasaan
terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-
yang berbeda akan menghasilkan puisi
sama
puisi.
yang berbeda pula. Perasaan tersebut
Selanjutnya bait-bait puisi itu membangun
mampu merepresentasikan nada dalam
kesatuan makna di dalam keseluruhan
puisi. Nada puisi adalah sikap batin
puisi sebagai wacana.
penyair yang hendak diekspresikannya
membangun
Waluyo, pendapat
bait-bait
(2010:
Richards
27)
yang
mengutip
disampaikan
kepada
pembaca.
penyair
Nada
melalui
puisi
ikut
menyatakan
mewarnai corak puisi itu, serta keadaan
bahwa istilah struktur dalam puisi dikenal
batin pembaca akibat membaca puisi
dengan sebutan hakikat puisi dan metode
disebut dengansuasana.
puisi. Hakikat adalah unsur hakiki yang menjiwai
puisi,
bagaimana
sedangkan
hakikat
itu
medium
diungkapkan
Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan, himbauan, pesan, atau tujuan yang
hendak
disampaikan
penyair.
disebut metode puisi. Hakikat puisi terdiri
Penghayatan terhadap amanat sebuah puisi
atas tema, perasaan, nada, dan amanat.
tidak secara obyektif, namun subyektif
Metode
diksi,
berdasarkan interpretasi pembaca.Anjuran
pengimajian, kata konkret, majas, rima,
atau himbauan tersebut berupa perbuatan-
dan ritma. Berikut ini penjelasan Waluyo
perbuatan baik atau berhubungan dengan
(2010: 155).
nilai moral. Pesan atau amanat penyair
a.
Hakikat Puisi
disampaikan lewat kata demi kata dalam
Struktur fisik puisi adalah medium
puisi.
untuk hendak
puisi
terdiri
mengungkapkan disampaikan
atas
makna penyair.
yang
b. Metode Puisi
Tema
Unsur-unsur bentuk atau struktur fisik
merupakan gagasan pokok atau subject
puisi dapat diuraikan dalam metode puisi,
matter yang dikemukakan oleh penyair.
yakni unsur estetik yang membangun 137
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) struktur
luar
itu
melukiskan sesuatu yang bergerak. Imaji
sebelum
auditif adalah imaji yang muncul seolah-
menemukan makna puisi. Unsur-unsur itu
olah pembaca mendengarkan sesuatu, dan
merupakan kesatuan yang utuh. Struktur
imaji
fisik puisi atau metode puisi merupakan
menggambarkan
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair
seolah-olah merasakan sentuhan perasaan.
merupakan
untuk
dari
puisi.
proses
Unsur
awal
mengungkapkan
hakikat
taktil
adalah
puisi
kepada
yang
pembacaanya
puisi.
Untuk membangkitkan imaji (daya
Metode puisi tersebut terdiri atas diksi,
bayang) pembaca, maka kata-kata harus
pengimajian, kata konkret, majas, rima,
diperkonkret. Maksudnya adalah bahwa
dan ritma.
kata-kata itu dapat menyaran kepada arti
Diksi adalah pemilihan kata dalam
yang menyeluruh. Pengkongkretan ini
sajak. Sejalan dengan hal tersebut Barfield
bertujuan agar pembaca membayangkan
dalam Pradopo (2009: 54) mengemukakan
dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan
bahwa bila kata-kata dipilih dan disusun
penyair.
dengan cara yang sedemikian rupa hingga
diindahkan
artinya menimbulkan atau dimaksudkan
Bahasa figuratif adalah bahasa yang
untuk menimbulkan imaginasi estetik,
digunakan
maka hasilnya itu disebut diksi puitis.
sesuatu dengan cara yang tidak biasa,
Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif
yakni
sehingga memiliki kemungkinan makna
mengungkapkan
yang tidak tunggal.
bahasanya bermakna kias atau makna
“Pengimajian susunan
adalah
kata-kata
mengungkapkan
kata
yang
pengalaman
atau dapat
Imaji
yang
dengan
penyair
secara
ada
tersebut
bahasa
figuratif.
untuk
mengatakan
tidak makna.
langsung Kata
atau
lambang. Bahasa figuratif menyebabkan puisi
menjadi
prismatis
artinya
sensoris,
memancarkan banyak makna atau kaya
seperti penglihatan, pendengaran, dan
akan makna (Waluyo, 2010: 96). Gaya
perasaan”
91).
bahasa yang lazim digunakan di antaranya
Pengimajian ditandai dengan penggunaan
adalah metafora, perbandingan, hiperbola,
kata konkret yang khas. Dalam puisi
personifikasi, ironi, dan sinekdoke.
(Waluyo,
2010:
terdapat tiga imaji yang ditimbulkan, yakni
Rima adalah pengulangan bunyi
imaji visual (terlihat), imaji auditif (gema
dalam puisi untuk membentuk musikalitas
suara), dan imaji taktil (cita rasa). Imaji
atau orkestrasi. “Rima mencakup (1)
visual adalah imaji yang berhubungan
onomatope (tiruan terhadap bunyi) (2)
dengan penglihatan, puisi seolah-olah
bentuk
intern
pola
bunyi,
dan
(3) 138
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 pengulangan kata atau ungkapan”. Ritma
yang khas, bagaimana segala sesuatu
sangat berhubungan dengan bunyi dan
diungkapkan
juga berhubungan dengan pengulangan
sehingga tujuan yang dimaksudkan dapat
bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma
dicapai secara maksimal. Selanjutnya, bagi
merupakan tinggi rendah, panjang pendek,
Ratna (2007:233) stilistika adalah ilmu
keras lemahnya bunyi. Ritma sangat
atau
menonjol dalam pembacaan puisi. Metrum
pembicaraan mengenai gaya bahasa.
berupa pengulangan tekanan kata yang
dengan
teori
yang
Dengan dapat
cara
tertentu,
berkaitan
dengan
demikian,
secara
tetap yang bersifat statis. Metrum sulit
sederhana
disimpulkan
bahwa
dilaksanakan dalam puisi Indonesia karena
stilistika (stylistics) adalah ilmu yang
tekanan kata bahasa
Indonesia tidak
secara spesifik mengungkap penggunaan
membedakan arti dan belum dibakukan
gaya bahasa yang khas dalam karya
(Waluyo, 2010: 110).
sastra.Kajian sastra dengan memanfaatkan
Tipografi merupakan pembeda yang
teori stilistika hakikatnya berangkat dari
penting antara puisi dengan prosa dan
pendekatan objektif . Pendekatan objektif
drama. Larik-larik puisi tidak membangun
merupakan pendekatan dalam kajian sastra
paragraf, namun membentuk bait. Baris
yang
puisi tidak bermula dari tepi kiri dan
antarunsur karya sastra. Fokus pendekatan
berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau
objektif adalah karya sastra itu sendiri.
tepi kanan dari halaman yang memuat
Kajian stilistika merupakan bentuk kajian
puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal
yang menggunakan pendekatan objektif
mana tidak berlaku bagi tulisan yang
karena ditinjau dari sasaran kajian stilistika
berbentuk prosa. Ciri yang demikian
merupakan kajian yang berfokus pada
menunjukkan eksistensi sebuah puisi. Cara
wujud penggunaan sistem tanda dalam
sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang
karya sastra (Aminuddin, 2010:52).
khas
2.3. Majas
menciptakan
makna
tambahan(Waluyo, 2010: 113).
menitikberatkan
pada
hubungan
Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
2.2. Stilistika Menurut Ratna (2007:3) stilistika
mengatakan sesuatu dengan cara yang
(Stylistic) adalah ilmu tentang gaya,
tidak biasa, yakni secara tidak langsung
sedangkan
mengungkapkan
stil
(style)
secara
umum
makna.
Kata
atau
sebagaimana akan dibicarakan secara lebih
bahasanya bermakna kias atau makna
luas pada bagian berikut adalah cara-cara
lambang. Bahasa figuratif menyebabkan 139
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) puisi
menjadi
prismatis
artinya
seolah-olahmelukiskan
sesuatu
yang
memancarkan banyak makna atau kaya
bergerak. Imaji auditif adalah imaji yang
akan makna (Waluyo, 2010:83). Gaya
muncul
bahasa yang lazim digunakan di antaranya
mendengarkan sesuatu, dan imaji taktil
adalah metafora, perbandingan, hiperbola,
adalah puisi yang menggambarkan kepada
personifikasi, ironi, dan sinekdoke.
pembacaanya
2.4. Citraan
sentuhan perasaan (Waluyo, 2010:79).
Citraan adalah gambaran angan yang
diciptakan
penyair.
seolah-olah
pembaca
seolah-olah
merasakan
2.5. Sosiologi Sastra
Untuk
Swingewood
(dalam
Faruk,
memberikan gambaran yang jelas, untuk
2005:1) mendefinisikan bahwa sosiologi
menimbulkan suasana, untuk membuat
sebagai studi yang ilmiah dan objektif
lebih hidup dan menarik. Citraan atau
mengenai manusia dalam masyarakat,
pengimajian adalah gambar-gambar dalam
studi mengenai lembaga-lembaga dan
pikiran, atau gambaran angan si penyair.
proses
Setiap gambar pikiran disebut citra atau
menjawab
imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah
bagaimana
sebuah efek dalam pikiran yang sangat
bagaimana cara kerjanya, dan mengapa
menyerupai gambaran yang dihasilkan
masyarakat tersebut bertahan hidup. Aspek
oleh penangkapan kita terhadap sebuah
sosiologi ini berhubungan dengan konsep
objek yang dapat dilihat oleh mata (indera
stabilitas
penglihatan). Citraan tidak membuat kesan
terbentuk antar masyarakat yangberbeda,
baru dalam pikiran.
cara-cara yang utama sebagai suatu hal
sosial.
Sosiologi
berusaha
pertanyaan masyarakat
sosial,
mengenai dimungkinkan,
kontinyuitas
yang
Citraan atau pengimajian adalah
yang memang diperlukan dan benar. Bagi
susunan kata yang dapat mengungkapkan
Ratna (2003:2) sosiologi sastra adalah
pengalaman sensoris, seperti penglihatan,
pemahaman
pendengaran,
sekaligus berhubungan dengan masyarakat
dan
perasaan
(Waluyo,
terhadap
karya
sastra
2010:78). Pengimajian ditandai dengan
yangmelatarbelakanginya.
penggunaan kata kongkret dan khas.
sosiologi sastra juga berusahamenemukan
Dalam puisi terdapat tiga imaji yang
kualitas interpendensi antara sastra dengan
ditimbulkan, yakni imaji visual (terlihat),
masyarakat.
imaji auditif (gema suara), dan imaji taktil
Selain
itu
Sosiologi sastra sebagai suatu jenis
(cita rasa). Imaji visual adalah imaji yang
pendekatan
terhadap
sastra
memiliki
berhubungan dengan penglihatan, puisi
paradigma dengan asumsi dan implikasi 140
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 epistemologis yang berbeda daripada yang telah
digariskan
oleh
teori
sastra.
Konsep sosiologi sastra didasarkan pada dalil bahwa karya sastra ditulis oleh
Penelitian sosiologi sastra menghasilkan
seorang
pandangan bahwa karya sastra adalah
merupakan a salient being, makhluk yang
ekspresi dan bagian dari masyarakat,
mengalami
dengan demikian memiliki keterkaitan
kehidupan
resiprokal dengan jaringan-jaringan sistem
Dengan demikian, sastra juga dibentuk
dan nilai dalam masyarakat tersebut
oleh masyarakatnya, sastra berada dalam
(Soemanto, 1993: 1).
jaringan
Istilah sosiologi sastra dalam ilmu
pengarangdan
pengarang
sensasi-sensasi empirik
sistem
dalam
masyarakatnya.
dan
nilai
dalam
masyarakatnya. Dari kesadaran ini muncul
sastra dimaksudkan untuk menyebut para
pemahaman
kritikus dan ahli sejarah sastra yang
keterkaitan timbal-balik dalam derajat
terutama memperhatikan hubungan antara
tertentu
dengan
pengarang dengan kelas sosialnya, status
sosiologi
sastra
sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi
pertautan antara sastra dengan kenyataan
dalam profesinya, dan model pembaca
masyarakat dalam berbagai dimensinya
yang
(Bakdi Soemanto, 1993: 2). Konsep dasar
ditujunya.
Mereka
memandang
bahwa
sastra
memiliki
masyarakatnyadan berupaya
bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun
sosiologi
bentuknya) secara mudah terkondisi oleh
dikembangkan oleh Plato dan Aristoteles
lingkungan dan kekuatan sosial suatu
yang mengajukan istilah mimesis, yang
periode tertentu (Abrams dalam Soemanto,
menyinggung hubungan antara sastra dan
1993:178).
masyarakat sebagai cermin.
Sekalipun
teori
sosiologis
sastra sudah diketengahkan orang sejak
sastra
Laurenson
sebenarnya
meneliti
dan
sudah
Swingewood
sebelum masehi, dalam disiplin ilmu
(1971:12) menjelaskan tentang konsep
sastra, teori sosiologi sastra merupakan
hubungan antara sosiologi dan sastra,
suatu bidang ilmu yang tergolong masih
“...sociology is related to the concept of
cukup muda (Damono, 1978: 2) berkaitan
social
dengan kemantapan dan kemapanan teori
different societies, the ways in which
ini
alat-alat
individualis come to accept the major
analisis sastra yang relatif masih labil
social institutions as both neccessary and
dibandingkan
right”. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan
dalam
mengembangkan
dengan
teori
berdasarkan prinsip otonomi sastra.
sastra
stability,
of
continuity
within
yang objek studinya berapa aktivitas sosial manusia. Sastra adalah karya seni yang 141
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) merupakan ekspresi kehidupan manusia.
2. Sosiologi
sastra
yang
Dengan demikian antara karya sastra
mempermasalahkan karya sastra itu
dengan sosiologi sastra merupakan dua
sendiri, yang menjadi pokok penelaahan
bidang yang berbeda, tetapi keduanya
adalah apa yang tersirat dalam karya
saling melengkapi. Sosiologi tidak hanya
sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
menghubungkan
manusia
dengan
3. Sosiologi
sastra
yang
lingkungan sosial budayanya, tetapi juga
mempermasalahkan
dengan alam.
pengaruh sosial karya sastra.
Menurut Jabrohim
pembaca
dan
(2003: 159)
Klasifikasi sosiologi sastra Welek dan
tujuan penelitian sosiologi sastra adalah
Warren yang digunakan dalam penelitian
untuk
ini
mendapatkan
gambaran
yang
adalah
sosiologi
lengkap, utuh, dan menyeluruh tentang
mempermasalahkan
hubungan timbal balik antara sastrawan,
sendiri.
karya sastra, dan masyarakat. Pandangan
2.6. Potret Sosial
sosial sastrawan harus dipertimbangkan
sastra
karya
sastra
yang itu
Sejarah telah berlalu meninggalkan
apabila sastra dinilai sebagai cermin
jejak-jejak
masyarakat.Wellek dan Warren (1990:
pengkhianatan. Perbudakan, kebodohan,
11)mengemukakan hubungan sastra yang
feodalisme, dan pergolakan hidup lainnya
erat kaitanya dengan masyarakat. Sastra
mewarnai sejarah kelam bangsa Indonesia.
adalah ungkapan perasaan masyarakat,
Sejarah pula yang memperlihatkanbetapa
sastra
gigihnya
mencerminkan
dan
mengekspresikan
hidup.
Pengarang
mengekspresikan
pengalaman
dan
pandangan tentang hidup.
kemerdekaan
memperjuangkan
bangsa.
Sayangnya,
perjuangan dan puncak kemerdekaan itu
Idealnya, di usia kemerdekaan yang
sastra(dalam
sudah cukup dewasa, bangsa Indonesia
Damono, 1978: 3), pendekatan tersebut
seharusnya mampu melakukan instropeksi.
yaitu yaitu:
Permasalahan bangsa yang tidak kunjung
1.
tiga
belaka.
klasifikasi
pendekatan
tentang
pahlawan
dan
hanya dicap sebagai sebuah romantisme
Wellek dan Warren mengemukakan pendapatnya
kepahlawanan
sosiologi
Sosiologi
pengarang
yang
usai adalah cambuk bagi bangsa Indonesia
mempermasahkan status sosial, ideologi
untuk merenung. Perlu diingat bahwa
sosial, dan lain-lain yang menyangkut
kemerdekaan adalah sebuah anugerah,
pengarang sebagai penghasil sastra.
hasil dari perjuangan para pahlawan, 142
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 bukan hadiah dari para penjajah. Oleh
pergerakan nasional
karena itu, alangkah bodohnya bila bangsa
terwujud sesuai dengan harapan. Jadi,
Indonesia mengisi kemerdekaan dengan
mungkin
kegiatan yang tidak berarti (Syahriyani,
Raya”, tapi alangkah ironisnya ketika kita
2010: 1).
tidak bisa menjadi tuan rumah di negeri
Sejak orde baru hingga reformasi bergulir, pembangunan nasional tidak
belum sepenuhnya
kita hafal lagu “Indonesia
sendiri. Keadaan
hukum
yang
telah
terlepas dari persoalan, baik dalam bidang
mengabaikan prinsip kemanusian, yaitu
politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan
keadilan, yang semakin membuat hukum
budaya. Melihat permasalah pembangunan
menjadi tidak berwibawa. Hukum telah
secara komprehensif, belajar dari sejarah,
dirasuki oleh rekayasa politik sehingga
serta bercermin kepada negara maju adalah
seringkali didikte oleh para elit sesuai
langkah reflektif yang akan mengantar
selera pragmatis mereka. Padahal, keadilan
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
dalam hukum bukan barang sakral ilahiyah
mandiri di tengah persaingan global. Akan
yang tidak bisa disentuh oleh manusia.
tetapi kenyataan berkata lain, misalnya
Menyadari hal itu maka amatlah wajar jika
pemerintah
dengan
ada ungkapan, “What this country needs is
usaha
not more judges, but more judgment”Apa
pengentasan kemiskinan. Padahal program
yang dibutuhkan oleh negara ini bukanlah
pengentasan kemiskinan tersebut justru
banyaknya
sarat akan bayang-bayang kapitalisme.
(Syahriyani, 2010: 4).
begitu
negara-negara
tergantung
maju
dalam
Akibatnya, masyarakat kalangan bawah
jaksa,
tapi
keadilan
Kemiskinan juga membawa dampak
menjadi korban atas kepentingan ekonomi
terhadap
dan politik. Faktanya, istilah pembangunan
mereka yang tidak mampu membiayai
sendiri
pelayanan
tidak
ekonomis
terlepas
dan
pembangunan
dari
politis.
Karakter
kesehatan
akan
Faktanya,
mencari
alternatif yang lebih terjangkau bahkan tidak sesuai. Kaum marginal yang tidak
menciptakan
begitu paham dengan tindakan preventif
ketergantungan bagi negara berkembang
sangat rentan terjangkit penyakit. Lebih
(Syahriyani, 2010: 3-5).
memprihatinkan lagi, di beberapa daerah
Proklamasi
maju
ditawarkan
kesehatan.
oleh
negara-negara
yang
muatan
sektor
kemerdekaan
memang
masih ditemukan anak-anak yang busung
telah digaungkan, namun kemerdekaan
lapar karena kekurangan gizi. Tidak hanya
yang diperjuangkan oleh para tokoh
sampai di bidang ekonomi, politik, dan 143
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) hukum,
permasalahan
bidang
selayaknya (Sam Muchtar San dalam
pendidikan juga sangat sering disoroti. Di
Syahriyani, 2005: 21). Sungguh miris
bidang
kenyataan ini, pendidikan merupakan aset
pendidikan,
dalam
sampai
saat
ini
anggaran pendidikan dari APBN menuai
bagi
pro dan kontra. Keberpihakan pemerintah
beroerientasi kepada pembangunan sumber
yang lebih terhadap sektor riil, membuat
daya manusia yang berkualitas.
sektor pendidikan dianaktirikan. Lagi-lagi
putra-putri
bangsa
Desentralisasi
pendidikan
menjadi
akibat tidak teralokasikannya anggaran
pemerintah dan tentunya dengan segala
pendidikan secara utuh. Selain itu, sistem
konsekuensi logis diterapkannya kebijakan
pendidikan yang tidak konsisten dan penuh
tersebut.
dengan
kepentingan
adalah sejauh mana pemerintah telah
bangsa
Indonesia
membuat
menjadi
semakin
bermasalah. Padahal
kita harus tahu
satu
telah
kalangan marginal yang menjadi korban
politik
salah
karena
agenda
utama
Yang perlu diikuti bersama
menempatkan
atau
menjadikan
isu
peningkatan mutu pendidikan sebagai
bahwasanya sejarah telah mengajarkan
agenda
strategis
pembangunan,
kepada kita bagaimana pentingnya peranan
pembangunan
pendidikan dalam merebut kemerdekaan.
pembangunan daerah.Singkatnya, dengan
Berkat adanya pendidikan, para tokoh
mengedepankan sektor pendidikan, maka
pergerakan nasional menjadi kritis dan
diharapkan akan tercipta iklim yang lebih
tidak mudah dibodohi (Syahriyani, 2010:
produktif. Logisnya, akses pendidikan
5).
untuk kalangan menengah ke bawah
nasional
baik
maupun
Bercermin dari negara maju di Asia,
adalah tahap awal bagi pemerintah untuk
investasi untuk pendidikan dasar juga
memberikan “kail”. Artinya, pemerintah
perlu ditingkatkan. Program wajib belajar
tidak selalu memberikan “umpan” kepada
sembilan tahun adalah investasi yang
masyarakat
sepatutnya
oleh
menjadi ketergantungan. Namun, melalui
pemerintah. Akan lebih baik lagi jika
pendidikan, pemerintah memberikan “kail”
investasi pendidikan sampai kelevel yang
dan “umpan” secara bersamaan. Dengan
lebih tinggi. Sayangnya, jika dilihat dari
demikian, masyarakat dapat membentuk
persentase jumlah anak di Indonesia,
kepribadiannya secara bertahap sehingga
hanya sekitar 12% yang dapat mengikuti
tercipta
program wajib belajar. Selebihnya, tidak
berkualitas. Sesungguhnya, pembangunan
memperoleh kesempatan belajar
nasional di Indonesia tidak akan berjalan
didukung
penuh
yang
miskin
sumber
sehingga
daya
manusia
mereka
yang
144
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 optimal jika tidak ada pembenahan dari
berkualitas. Pemerintah perlu memberikan
berbagai aspek, baik aspek ekonomi,
perhatian lebih kepada sektor pendidikan
hukum,
maupun
untuk membangun insan yang mandiri.
politik. Karena itu, perlu usaha yang
Sebagai bangsa yang kaya dengan alamnya
intensif
serta
pendidikan,
agar
nasionalyaitu
sosial,
tujuan
pembangunan
mewujudkan
masyarakat
memiliki
strategis,
posisi
wilayah
yang
seharusnya negara Indonesia
adil, makmur, dan sejahtera dapat tercapai
mampu memanfaatkan kekayaan yang
(Syahriyani, 2010: 5-6).
dimilikinya. Sayangnya, strategi
Dalam bidang hukum dan politik,
yang
diciptakan tidak membangkitkan local
konsep keadilan perlu diterapkan seiring
genuine,
dengan maraknya kasus kriminalitas yang
kekayaan semakin dikuasai oleh bangsa
tidak hanya melibatkan individu tetapi
asing.
juga
komponen
Indonesia mampu menguasai IPTEK, jika
bangsa. Di tengah upaya pembangunan
kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak
nasional, pemberantasan korupsi adalah
berdasarkan sumberdaya yang dimiliki
agenda yang perlu diintensifkan dengan
maka ketergantungan terhadap luar negeri
tetap menjunjung hak asasi manusia dan
tetap akan berlanjut. Jadi untuk apasumber
kepentingan masyarakat. Dalam hal ini,
daya
Indonesia
memperpanjang sistem kapitalisme global
melibatkan
seluruh
seyogyanya
mampu
justru
sebaliknya,
Faktanya,
manusia
sumber
sekalipun
diciptakan
mengedepankan pola penegakan hukum
(Syahriyani, 2010: 6).
berdasarkan prinsip keadilan. Selain itu,
Berdasarkan
bangsa
jika
kenyataan
di
hanya
atas,
perlu adanya kesadaran masal seluruh
melalui upaya yang sungguh-sungguh, kita
warga negara, baik dari kelas menengah ke
dapat
bawah, hingga kelas menengah ke atas,
pembangunan nasional menjadi lebih baik.
tentang bagaimana memandang politik
Sudah saatnya bangsa Indonesia bangkit
sebagai alat untuk menciptakan iklim
dari keterpurukan. Dengan sejarah, kita
pembangunan yang sehat, tidak untuk
menciptakan kearifan, dengan penegakan
berebut kekuasaan demi memperkaya diri
hukum yang adilkita berantas kejahatan,
(Syahriyani, 2010: 7).
dan dengan pendidikan kita entaskan
Sementara dalam bidang ekonomi,
mengubah
kemiskinan
moral
wajah
dan
buram
material.
pengentasan kemiskinan melalui investasi
Sesungguhnya, kemerdekaan yang sejati
pendidikan
adalah ketika kita merdeka dari kebodohan
adalah
upaya
untuk
meningkatkan sumber daya manusia yang
dan keterbelakangan. 145
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) kata politisi dan pegawai tinggisecara
3. Hasil dan Pembahasan 3.1
Pemanfaatan
Majas
dan
tidak langsung diibaratkan caluk yang rapi. Majas
pemaknaanya pada Kumpulan Puisi
yang
digunakan
Rendra
Blues untuk Bonnie Karya W.S.
menyiratkan kemiskinan yang ada di
Rendra
Negara
Pradopo
Menurut
Kridalaksana
menjelaskan
(1999:660) bahwa miskin adalah tidak
bahwa majas metafora adalah bahasa
berharta benda atau serba kekurangan
kiasan seperti perbandingan, hanya tidak
(berpenghasilan
mempergunakan
katakata
pembanding,
miskin berarti orang yang standar tingkat
seperti
laksana,
seperti
dan
hidupnya rendah karena adanya suatu
sebagainya.Berikut ini data majas metafora
tingkat kekurangan materi pada sejumlah
yang terdapat dalam kumpulan puisi Blues
atau
untuk Bonnie karya W.S. Rendra. Politisi
dengan standar kehidupan yang umum
dan pegawai tinggi adalah caluk yang rapi.
berlaku
(“Bersatulah
Kota
Lumpur yang lekat di sepatu. Gubug-
Jakarta”, bait 6) Majas metafora pada data
gubug yang kurang jendela. Duka dan
di
untuk
dunia Sama-sama telah tua. (“Blues untuk
meluluskan anggota politik dan pegawai
Bonnie”, bait 11) Melalui puisi ini Rendra
tinggi merupakan makelar yang suka
ingin
menawarkan wanita di luar sana. Mereka
bahwamasalah kemiskinan tidak hanya
membungkus rapirapi aksinya tersebut
melanda di Indonesia saja, melainkan juga
agar tercium khalayak ramai. Upaya
di Amerika Serikat di mana Negara
memuluskan kongres serta konverensi di
tersebut sudah tergolong Negara maju.
antara politisi dan pegawai tinggi Negara
Puisi ini diciptakannya ketika beliau
tersebut adalah wanita malam di Kota
mendapatkan beasiswa American Academy
Jakarta. Tanpa wanita penghibur, maka
of Dramatical Art tahun 1964 sampai
tidak
atau
1967. Di sana beliau menjumpai masalah
mereka
kesenjangan ras yang membedakan antara
adakan, dengan kata lain pelacur-pelacur
orang berkulit putih dan hitam. Beliau
tersebut merupakan pelicin atau pemulus
merasa kaum Gegro sangat dikucilkan dari
jalannya konverensi dikalangan pegawai
peradaban. Mereka tampak disia-siakan
tinggi di Kota Jakarta. Majas metafora
bahkan mereka bertempat tinggal di daerah
tersebut dikonkritkan Rendra melalui kata-
yang kumuh dan tidak layak huni. Sesuai
bagai,
atas
(2009:66)
ini.
Pelacur-pelacur
dimanfaatkan
jalanlah
sebuah
konverensikonverensi
Rendra
konvensi yang
segolongan
dalam
rendah).
Orang
orang
dibandingkan
masyarakat.
mengungkapkan
yang
Georgia.
pesan
146
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 dengan pemaparan di atas, dapat di
membuktikan bahwa citraan penglihatan
simpulkan bahwa semua makhluk ciptaan
tercipta lewat indra penglihatan, yaitu
Tuhan itu sama. Di mata Tuhan semuanya
melalui mata. Selain itu, kata astaga
sama, entah orang berkulit putih atau pun
mempertegas bahwa lelaki tersebut merasa
hitam, kaya atau pun miskin, yang
kaget setelah melihat rambut perempuan
membedakannya adalah amal baik dan
yang blonda dan dia mersa asing karena
buruk yang dimiliki setiap manusia. Puisi
baru menemukan sosok wanita yang
ini juga meberikan pesan, walaupun hidup
berambut blonda.
Negro
sangat
sengsara,
dia
tidak
Politik
adalah
bermacam-macam
melupakan urusannya dengan Tuhan yaitu
kegiatan yang menyangkut penentuan
beribadah. Dia berpikir bahwa kehidupan
tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu.
dunia hanya sementara dan kehidupan di
Menurutnya politik membuat konsep-
akhiratlah merupakan kehidupan yang
konsep pokok tentang negara (state),
kekal.
kekuasaan
3.2
Pemanfaatan
Citraan
pada
(power),
keputusan
pengambilan
(decision
marking),
Kumpulan Puisi Blues untuk Bonnie
kebijaksanaan (policy of beleid), dan
Karya W.S. Rendra
pembagian
Citraan yang timbul oleh penglihatan
(distribution)
atau
alokasi
(allocation). Di bawah ini akan dianalisis
disebut citraan penglihatan. Pelukisan
sesuai
karakter
keramahan,
mengandung masalah politik. Dunia yang
dan
fisik
akan kita bina adalah dunia baja Kaca dan
keseksian,
tambang-tambang yang menderu Bumi
kejantanan,
bakal tidak lagi perawan, tergarap dan
tokoh,misalnya
kemarahan,
kegembiraan
(kecantikan, keluwesan,ketrampilan,
dengan
tebuka
pengarang melalui citraan visual ini.
(“Kesaksian
Astaga, rambutmu yang blonda sungguh
Penggalan puisi di atas mengandung
asing dan membawa gairah baru padaku
masalah
(“Kepada MG”, bait 3) Rendra melukiskan
diberlakukannya UU Penanaman Modal
citraan
kalimat
Asing, sehingga mengakibatkan Indonesia
astaga,rambutmu yang blonda. Secara
mengalami kerugian dan keuntungan bagi
jelas untuk mengatakan rambut blonda,
Negara asing. Hal ini tidak dicermati
mempunyai arti bahwa lelaki tersebut
pemerintah
melihat
menggunakan
pada
mata.
Hal
lonte
yang
kekuatan, ketegapan), sering dikemukakan
penglihatan
sebagai
pemaknaannya
Tahun
politik
jika
yang merdeka. 1967”,
yang
bait
saat
langkahnya
1)
itu
sangat
ini 147
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) menrugikan Negara Indonesia di jangka
aspek religius. Diksinya sangat sederhana
panjang dan menyengsarakan rakyat kecil.
sehingga puisinya mampu memikat para
Melalui kalimat kaca dan tambang-
pembaca.
tambang yang menderumelukiskan telah
Kedua,
kehadiran
majas
yang
digalakkannya pertambangan di mana-
terdapat dalam kumpulan puisi Bluesuntuk
mana, selanjutnya kalimat bumi bakal
Bonnie karya W.S Rendra di antaranya (1)
tidak lagi perawan melukiskan bumiini
metafora, (2) simile, (3) personifikasi, (4)
akan
metonemia,
tidak
asri
lagi
dengan
ulah
dan
(5)
sinekdoke.
pemerintah yang melakukanpertambangan
Penggunaan majas yang banyak ditemukan
di mana-mana. Hal ini Rendra ingin
dalam kumpulan puisi Blues untuk Bonnie
menyampaikan
kepada
karya W.S Rendra adalah majas simile,
pemerintahpada khususnya agar mereka
karena kehadiran majas simile digunakan
memikirkan
untuk membandingkan dua hal secara
pesan
kondisi
Indonesia
dalam
jangka panjang agar tidak terjadi musibah
langsung
sehingga
menciptakan
dan menghimbau kepada masyarakat pada
makna yang kuat menjadi lebih hidup dan
umumnya agar selalu merawat keasrian
mengesankan
dan keindahan alam ini.
Rendra.Ketiga, pemanfaatan citraan dalam
dalam
kumpulan
efek
puisi
kumpulan puisi Blues untukBonnie karya 4. Kesimpulan dan Saran
W.S.
Rendra
yang
paling
banyak
4.1 Kesimpulan
ditemukan adalah citraan penglihatan. Hal
Dari analisis pemanfaatan majas
ini dikarenakan dalam puisi Rendra,
citraan
yang
kehadiran citraan penglihatan digunakan
digunakan dalam kumpulan puisi Blues
untuk melukiskan berbagai hal secara
untuk Bonnie karya W.S. Rendra di atas,
dramatis
dapat
sehingga puisinya terkesan dan tampak
serta
dan
pemaknaan
disimpulkan
sebagai
berikut.Pertama, W.S. Rendra merupakan salah satu sastrawan Indonesia kelahiran Surakarta
yang
fenomenal.
dalam
kumpulan
puisinya
lebih hidup. Keempat, pemaknaan majas dalam
Karya-
kumpulan puisi Blues untuk Bonnie karya
karyanya sangat menggelitik pembaca
W.S Rendra ada dua, yakni (1) dari segi
melalui penggunaan kata-kata yang vulgar
aspek sosial dan (2) aspek religius. Aspek
dan agak sedikit nakal. Puisi Blues untuk
sosial dapat dijabarkan menjadi masalah
Bonnie merupakan salah satu karya Rendra
penyimpangan moral, kemiskinan, dan
yangberisi tentang kritikan sosial dan
politik. Penyimpangan moral adalah suatu 148
CULTURE Vol.2 No.1 Mei 2015 perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok
tertentu
dalam
b. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini merupakan penelitian
masyarakat
yang jauh dari sempurna. Peneliti berharap
sehingga mengabaikan norma-norma yang
kepada peneliti lain yang mengkaji puisi-
berlaku di dalamnya. Kelima, pemaknaan
puisi Rendra agar lebih memperhatikan
citraan dalam kumpulan puisi Blues untuk
landasan teori yang digunakan,sehingga
Bonnie karya W.S. Rendra juga ada dua,
mampu menghasilkan penelitian yang
yakni (1) aspek sosial dan (2) aspek
lebih baik lagi, selain itu penelitian ini
religius. Makna yang banyak dijumpai
diharapkan sebagai motivasi serta referensi
dalam kumpulan puisi Bluesuntuk Bonnie
dalam penelitian karya sastra.
karya W.S Rendra adalah dari segi aspek sosial,
hal
menciptakan menuangkan lingkungan
ini
dikarenakan
puisi apa
beliau yang
dalam
5. Daftar Pustaka
sering
Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2010. Kajian Stilistika Prespektif Kritik Holistik. Surakarta: UNS Press.
terjadi
masyarakat
di
bahkan
pengalaman apa yang pernah beliau alami. 4.2 Saran Dari hasil analisis pemanfaatan majas dan citraan dalam kumpulan puisi Blues untuk Bonnie karya W.S Rendra di atas,
peneliti
akanmemberikan
saran
sebagai berikut. a. Bagi Pembaca dan Seniman Penelitian ini hendaknya dijadikan salah satu wawasan dalam memahami suatu
karya
sastra,
misalnya
dalam
kumpulan puisi Bluesuntuk Bonnie karya W.S Rendra Hal ini dikarenakan puisi Rendra memiliki gaya bahasa yang unik dan khas serta menyangkut aspek sosial dan religius.
Aminuddin. 2010. Pengantar apresiasi karya sastra. Malang: Sinar Baru Algensindo. Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi sastra: Sebuah pengantar ringkas. Jakarta:Depdikbud. Enyoh, Luke. 2001. African Musical Rhythm and Poetic Imagination: A Phono Stylistic Interpretation of Clark-Bekederemo's Return of the Fishermen. (Online), (http://proxy.library.ums.ac.id/nphexec/00/ http/search.proquest.com/docview/ 817396899/141DEA59B5377DF13 38/13=3faccountid=3d34598. 21 November 2013. Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pustaka Pelajar. -------. 2005. Beyond imajination: Sastra mutakhir dan ideologi. Yogyakarta: Gama Media. 149
Majas dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dan Pemakaiannya (Zuniar Kamaluddin Mabruri Sri Dwi Ratnasari) Heriwati, Sri Hesti. 2011. “Blues untuk Bonnie Karya W.S. Rendra dalam Kajian Semantik”. Jurnal Nasional. Institut Seni Indonesia Surakarta Jabrohim. (Ed). 2003. Metodologi penelitian sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita GrahaWidya. Kennedy, X.J. (1983). Literature: An introduction to fiction , poetry, and drama. Boston: Little Brown and Company. Kridalaksana, Harimurti. dkk. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cetakan Kesepuluh. Jakarta: Balai Pustaka. Laurenson, D & Swingewood, A. 1971. The sociology of literature. London: Mac Gibbon & Kee. Pradopo, Rachmad Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. -------. 2007. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soemanto, Bakdi. 1993. Handout materi kuliah sosiologi sastra. Handout materi, tidak diterbitkan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Syahriyani, Alfi. Refleksi Kemerdekaan dan Potret Buram Pembangunan. (Online), (http: //www. bem.fib.ui.ac.id, diakses 11 Agustus 2012). Tarigan, Henry Guntur. 2003. Prinsipprinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw. A. 1991. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Waluyo, Herman J. 2010. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Wellek, R., & Waren, A. 1990. Teori kesusasteraan. (Terjemahan Melanie Budianta). San Diego: Harcourt Brave Javanovich Publisher. (Buku asli diterbitkan tahun 1949). Yunanta, Elsa. 2013.“Telaah Stilistika dalam Syair Burung Pungguk”. Jurnal Nasional. Universitas Riau.
Sayuti, Suminto A.. (2010). Berkenalan dengan puisi. Yogyakarta: Gama Media.
150