Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi 142 Awal Pembentukan Kompleks Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
ISSN 1411 – 3481
INTERAKSI ION PRASEODIMIUM (III) DENGAN BERBAGAI LIGAN: STUDI AWAL * PEMBENTUKAN KOMPLEKS 142Pr(III) UNTUK KANDIDAT RADIOFARMAKA TERAPI Marlina1,2, Rita Anggraini2, Sunarhadijoso Soenarjo1, Euis Holisotan Hakim2 1
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka, BATAN, Kawasan Puspiptek Gd. 11, Serpong, Tangerang Selatan, 15314 2 Program Studi Magister Kimia, FMIPA, ITB, Jl. Ganesa 10, Bandung, 40132 E-mail:
[email protected] Diterima: 17-12-2012 Diterima dalam bentuk revisi: 21-03-2013 Disetujui: 18-04-2013
ABSTRAK INTERAKSI ION PRASEODIMIUM (III) DENGAN BERBAGAI LIGAN: STUDI AWAL PEMBENTUKAN KOMPLEKS 142Pr(III) UNTUK KANDIDAT RADIOFARMAKA TERAPI. Telah dilakukan studi interaksi antara ion Pr(III) dengan ligan pendonor nitrogen(dimetilamin; 1,4diaminobutana; 1,6-diaminoheksana; 1,4-fenilendiamin; 2,2’-bipiridin; 1,10-fenantrolin; dan 4,7difenil-1,10-fenantrolin) dan ligan pendonor oksigen (asam suksinat dan trinatrium sitrat) untuk membentuk kompleks yang berpotensi sebagai kandidat radiofarmaka terapi. Interaksi ion praseodimium (III) dengan ligan dipelajari dengan cara mereaksikan Pr(III) sebagai garam nitrat, Pr(NO3)3, dalam pelarut metanol dengan ligan pendonor, kemudian campuran direfluks pada suhu 60-70°C selama 4 jam. Senyawa yang terbentuk dimurnikan dengan pencucian atau pemisahan dengan kromatografi kolom, kemudian dikarakterisasi dengan spektroskopi UV-Vis, FTIR, dan spektroskopi massa. Hasil yang diperoleh menunjukkan ion Pr(III) dapat berinteraksi secara kuat dengan ligan-ligan pendonor nitrogen yang memiliki kerangka aromatik, dan memiliki pKa ~4,17-4,8. Interaksi ion Pr(III) juga ditunjukkan dengan ligan pendonor nitrogen alifatik dan ligan pendonor oksigen yang memiliki pKa > 10. Panjang rantai alifatik mempengaruhi interaksi atom donor dengan ion logam. Kata kunci : Pr(III), kompleks praseodimium(III), praseodimium-142, radiofarmaka terapi ABSTRACT INTERACTION OF PRASEODYMIUM (III) ION WITH VARIOUS LIGANDS: A PRELIMINARY STUDY FOR THE PREPARATION OF 142Pr(III) COMPLEX FOR THERAPEUTIC RADIOPHARMACEUTICAL CANDIDATE. Interaction between Pr(III) ion with nitrogen-donor ligands (i.e. dimethylamine; 1,4-diaminobutane; 1,6-diaminohexane; 1,4phenylenediamine; 2,2’-bipyridine; 1,10-phenantroline; and 4,7-diphenyl-1,10- phenantroline), and oxygen-donor ligands (i.e. succinic acid and trisodium citrate) for complex formation of potential therapeutic radiopharmaceutical candidate, have been studied. The interactions of Pr(III) ion with those various ligands, were studied by reacting Pr(III) ion (as nitrate salt, Pr(NO3)3, in methanol) with the ligands and then refluxing the mixture at 60-70°C for 4 hours. The compounds resulted were purified by washing or separating with column chromatography, then characterized using UV-Vis, FTIR and mass spectroscopy. The result showed that Pr(III) ion strongly interacted with nitrogen-donor ligands containing aromatic group, which have Ka of ~4.17-4.8. The interaction between Pr(III) ion with nitrogen-donor ligands containing aliphatic group and oxygen-donor ligands, which have pKa of > 10, were also observed. Aliphatic chain length affected the interaction between atom donor and metal ion. Keywords: Pr(III), praseodymium(III) complex, praseodymium-142, therapeutic radiopharmaceutical.
*
Dipresentasikan pada Pertemuan Ilmiah Radioisotop, Radiofarmaka dan Siklotron, RS Kanker Dharmais, Jakarta, 21 – 22 November 2012.
89
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
1.
elektron Auger untuk menghancurkan atau
PENDAHULUAN Radiofarmaka merupakan senyawa
radioaktif dalam bentuk sumber terbuka, dapat
berupa
ISSN 1411 - 3481
garam
atau
melemahkan sel-sel yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya (2).
senyawa
Beberapa radiofarmaka merupakan
kompleks (1), yang digunakan secara in vivo
senyawa kompleks yang terbentuk melalui
untuk diagnosis dan terapi penyakit pada
ikatan kovalen koordinasi antara logam dan
manusia. Radiofarmaka yang berbentuk
ligan (1), contohnya adalah
senyawa
dua
(Hexamethylpropylene amine oxime) yang
sebagai
digunakan untuk diagnosis perfusi pada otak
kompleks
terdiri
yaitu
radionuklida
komponen,
dari
99m
99m
Tc-HMPAO
Tc-DMSA (dimercaptosuccinic acid)
sumber radiasi dan senyawa ligan sebagai
(3),
pembawa (1). Pada diagnosis penyakit,
sebagai renal imaging agents (3),
digunakan
DOTA (dodecane tetraacetic acid)
untuk
radionuklida pemancar sinar γ yang memiliki
mengontrol metastasis kanker (4), dan
55
waktu paruh pendek untuk mendeteksi
APTS
penyakit
icarbazone ) sebagai zat anti-ploriveratif (5),
radiofarmaka
dan
kelainan
dengan
fungsi
organ.
Radiofarmaka
terapi
biasanya
menggunakan
radionuklida
pemancar
90
Y-
Co-
(2-AcetylpyridineThiosem-
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.
partikel β (negatron), partikel alfa (α), atau
99m
O
99m
Tc-HMPAO
Tc-DMSA
OH O N
N
N 90
HO
N
N
OH
S
N H2N
90
HO
Y-DOTA
NH2
+
S
Co
Y
O
55
N
N N
N
O 55
Co-APTS
Gambar 1. Contoh radiofarmaka berbentuk senyawa kompleks yang digunakan untuk diagnosis dan terapi.
90
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi Awal Pembentukan Kompleks 142Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
H3C
H N
NH2
H2N
CH3
ISSN 1411 – 3481 NH2
H2N
H2N
NH2
N
Dimetilamin
1,4-diaminobutana
1,6-diaminoheksana
1,4-fenilendiamin
O
N
N
O
OH
HO
NaO
O
N
1,10-fenantrolin
O
N
2,2’-bipiridin
ONa O ONa
OH
N
4,7-difenil-1,10fenantrolin
asam suksinat
trinatrium sitrat
Gambar 2. Ligan yang digunakan untuk pembentukan kompleks dengan ion Pr(III).
Radionuklida (
praseodimium-142
142
Pr) memiliki waktu paro 19,12 jam
dengan Eβ
max
= 2,16 MeV dan Eγ = 1575
memiliki
atom
pendonor
kompleks
praseodimium
stabil
yang
diaplikasikan
untuk
selanjutnya
dapat
sebagai radionuklida terapi pada berbagai
pembuatan
senyawa
kasus kanker (6). Saat ini,
Pr digunakan
142
142
Pr
kompleks
radioaktif, yang berpotensi sebagai kandidat
Pr-HA
radiofarmaka terapi. Pada penelitian ini
(hydroxy apatite, Ca10(PO4)6(OH)2) dalam
dilakukan studi interaksi ion Pr(III) alam
radiosinovektomi
dengan beberapa ligan yang memiliki atom
pada radiofarmaka
dan
Pr-DTPA dan
142
Dari
penelitian ini diharapkan diperoleh senyawa
keV (3,7%), sangat mungkin digunakan 142
oksigen.
untuk mengurangi sakit
pembengkakan
pada
rheumatoid
arthritis. Dalam brakhiterapi, digunakan microsphere dan
142
Pr
142
Pr glass seed untuk
pendonor nitrogen, yaitu dimetilamin; 1,4diaminobutana; 1,6-diaminoheksana; 1,4fenilendiamin;
2,2’-bipiridin;
1,10-fenan-
kanker uterus, serviks, payudara, prostat,
trolin; dan 4,7-difenil-1,10-fenantrolin; serta
intraokular, kulit, tiroid, tulang, otak, dan
ligan yang memiliki atom pendonor oksigen,
kanker lainnya (7).
yaitu asam suksinat 142
Pr
Radionuklida potensi
digunakan
mempunyai
sebagai
(Gambar 2).
radionuklida
terapi, namun aplikasinya di lingkungan
2.
domestik
2.1.
karena
masih itu,
perlu
sangat
dan trinatrium sitrat
terbatas.
dikembangkan
farmaka berupa senyawa kompleks
Oleh radio142
Pr
TATA KERJA Bahan dan Alat Bahan
yang
Pr(NO3)3·6H2O
digunakan
(Aldrich),
asam
adalah suksinat
dengan senyawa pembawa (ligan) lainnya.
(Merck), trinatrium sitrat dihidrat (Merck),
Untuk mempelajari perilaku Pr(III) sebagai
dimetilamin
senyawa kompleks, pada penelitian ini
piridin (Merck), 2,2’-bipiridin (Aldrich), 1,4-
dilakukan studi interaksi ion Pr(III) stabil
diaminobutana
(tidak radioaktif) dengan ligan yang memiliki
diamin (Aldrich), 1,10-fenantrolin (Merck),
atom pendonor nitrogen dan ligan yang
4,7-difenil-1,10-fenantrolin
(Merck),
dietilamin
(Aldrich),
(Merck),
heksametilen(Merck),
p91
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
fenilendiamin (NH4)2CO3 (Merck),
hidroklorida (Merck),
kertas
akuades, indikator
NaOH
spektrum
UV-Vis
diperlihatkan
senyawa
pada
Pr(III)-ligan,
Tabel
1.
Ligan
universal,
dimetilamin; 1,4-diaminobutana; dan 1,6-
pelarut metanol, etanol, etil asetat, aseton,
diaminoheksana merupakan ligan pendonor
diklorometana, kloroform, n-heksana, plat
atom nitrogen dengan kerangka alifatik yang
TLC Merck silika gel 60 GF254 dan silika gel
memiliki
60
endapan hijau muda setelah direaksikan
(230-400
pH
(Merck),
ISSN 1411 - 3481
mesh
ASTM)
untuk
kromatografi kolom.
pKa>10,
menghasilkan
dengan ion Pr(III). Ligan 1,4-fenilendiamin; 2,2’-bipiridin;
2.2.
dan
1,10-fenantrolin;
dan
4,7-
Pembuatan dan Identifikasi Kompleks Pr(III)-Ligan
difenil,1,10-fenantrolin
Pembuatan
aromatik yang memiliki pKa ~4,17-4,86, dan
kompleks
Pr(III)-ligan
merupakan
ligan
pendonor atom nitrogen dengan kerangka
dilakukan dengan mencampur larutan Pr(III)
menghasilkan
nitrat heksahidrat (0,1 mmol dalam 10 mL
berbeda dengan reaktannya, yaitu suatu
metanol) dengan larutan ligan (0,3 mmol
larutan
dalam 10 mL metanol). Campuran direfluks
berwarna hijau setelah direaksikan dengan
dalam penangas air selama 4 jam pada
ion
suhu 60-70 °C. Endapan berupa kristal yang
trinatrium sitrat yang memiliki pKa < 4,2 dan
terbentuk
disaring
dengan
merupakan ligan pendonor atom oksigen
metanol,
kemudian
dalam
cenderung tidak berubah saat direaksikan
dan
dicuci
dikeringkan
desikator. Senyawa yang tidak membentuk endapan
kristal,
dimurnikan
suatu
ungu
Pr(III).
atau
Ligan
bentuk
baru
terbentuknya asam
suksinat
yang kristal dan
dengan ion Pr(III).
dengan
Identifikasi
senyawa
Pr(III)-ligan
kromatografi kolom. Selanjutnya senyawa-
dilakukan
senyawa tersebut dikarakterisasi dengan
spektrum FTIR antara ligan dan senyawa
spektroskopi UV-Vis dalam pelarut metanol
yang
menggunakan spektrofotometer Varian Cary
serapan dapat dilihat dari adanya puncak
100 Conc UV-Visible, spektroskopi FTIR
serapan baru, puncak serapan yang hilang,
(pelet KBr) dengan spektrofotometer FTIR
ataupun dari peningkatan /pengurangan
Perkin Elmer, dan spektroskopi massa
intensitas
serapan.
dengan
perbedaan
serapan
spektrofotometer
Massa
Bruker
dengan
terbentuk
melihat
(Tabel
perbedaan
2).
Perbedaan
Apabila antara
terdapat ligan
dan
HCT ESI-IT (Electro Spray Ionization-Ion
senyawa
Trap) serta Waters LCT XE ESI-TOF
dikatakan bahwa senyawa Pr(III)-ligan telah
(Electro Spray Ionization-Time of Flight).
terbentuk, yang juga dikonfirmasi oleh data
yang
terbentuk,
maka
dapat
spektrum UV-Vis senyawa Pr-ligan. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data tetapan keasaman ligan (pKa),
bentuk hasil reaksi ion Pr(III)-ligan dan
92
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi 142 Awal Pembentukan Kompleks Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
ISSN 1411 – 3481
Tabel 1. Data tetapan keasaman ligan (pKa), hasil reaksi dan spektrum UV-Vis (nm) dari senyawa Pr(III)-ligan pKa (8)
Ligan
Senyawa
Hasil reaksi
dimetilamin
10,73
Pr(III)-nitrat heksahidrat Pr(III)-dimetilamin
1,4-diaminobutana
11,15
Pr(III)-1,4-diaminobutana
Endapan hijau muda
202
1,6-diaminoheksana
11,86
Pr(III)-1,6-diaminoheksana
Endapan hijau muda
202
1,4-fenilendiamin
4,17
Pr(III)-1,4-fenilendiamin
Larutan ungu pekat
203, 256, 557
2,2’-bipiridin
4,3
Pr(III)-2,2’-bipiridin
Kristal hijau muda
203, 234, 281
1,10-fenantrolin
4,86
Pr(III)-1,10-fenantrolin
Kristal hijau muda
229, 263
Pr(III)-4,7-difenil-1,10-fenantrolin
Kristal merah muda
204, 219, 273
4,7-difenil-1,10-fenantrolin 4,84
Endapan hijau muda
Spektrum UV-Vis senyawa (nm) 212 205
asam suksinat
4,19
Pr(III)-suksinat
Endapan hijau muda
207
trinatrium sitrat
3,14
Pr(III)-sitrat
Larutan hijau muda
217
Tabel 2. Spektrum FTIR (cm-1) dari ligan dan senyawa Pr(III)-ligan
Ligan/Senyawa
ν(N-H) ulur
Ν (O-H)
Ν (C-H)
dimetilamin 3646 2940 Pr(III)-dimetilamin 3413 1,4-diaminobutana 3606 2844 Pr(III)-1,4diaminobutana 1,6-diaminoheksana 3636 Pr(III)-1,63389 diaminoheksana 1,4-fenilendiamin 3421 Pr(III)-1,43435 fenilendiamin (br) 2,2’-bipiridin Pr(III)-2,2’-bipiridin 1,10-fenantrolin 3422 Pr(III)-1,103399 fenantrolin 4,7-difenil-1,103428 fenantrolin Pr(III)-4,7-difenil1,10-fenantrolin suksinat 3405 2925 Pr(III)-suksinat 2932 sitrat 3615 Pr(III)-sitrat 3584 2933 Keterangan: sek=sekunder; tert=tertier; br=broad
-
Ν (N-H sek.) 1261 -
Ν (N-H tert.) 1384 -
1068
-
-
-
1340
1067
-
-
-
-
-
1058
-
-
-
-
1384
1062
-
-
1497
-
-
-
-
-
1384
-
-
-
-
-
1578 - 1415 1508 - 1297 1587 -1420
-
-
992 987
-
-
1477 - 1294
-
-
-
-
-
1571 - 1411
-
-
-
-
-
1553 - 1411
-
-
-
1574 1694 1682 1645
-
-
-
-
-
Ν (C=O)
ν(N-H) tekuk
ν(aromatik)
-
1601
-
ν(CN)
3.1 Interaksi Ion Pr(III) dengan Ligan Pendonor Nitrogen Alifatik
daerah 2940 cm-1 menunjukkan adanya
3.1.1 Senyawa Pr(III)-dimetilamin
pada
Ligan
dimetilamin
vibrasi ulur dari C-H alifatik; dan serapan bilangan
gelombang
1261
cm-1
merupakan
menunjukkan adanya gugus amin sekunder
pendonor nitrogen, dan reaksinya dengan
(9). Data spektrum FTIR senyawa Pr(III)-
ion Pr(III) menghasilkan endapan berwarna
dimetilamin (Tabel 2) menunjukkan adanya
hijau muda. Pada spektrum FTIR ligan
serapan pada daerah 3413 cm-1 yang
dimetilamin (Tabel 2) terdapat serapan pada
mengindikasikan vibrasi N-H yang bergeser
-1
3646 cm yang menunjukkan adanya vibrasi
dari bilangan gelombang 3646 cm-1, dan
ulur dari gugus amin (N-H); serapan pada
bertambahnya
intensitas
serapan
pada
93
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
bilangan
gelombang
cm-1
1384
ISSN 1411 - 3481
gugus C-N (9). Pada data spektrum FTIR
me-
nunjukkan adanya vibrasi gugus amin tersier.
(KBr)
Spektrum
diaminobutana
UV-Vis
menunjukkan
puncak
dari
senyawa (Tabel
2)
Pr(III)-1,4tidak
terlihat
serapan pada 205 nm untuk senyawa Pr(III)-
adanya serapan pada daerah 3200-3600
dimetilamin dan puncak pada 212 nm untuk
cm-1 yang mengindikasikan tidak adanya
serapan
vibrasi N-H primer atau sekunder, namun
larutan
garam
Pr(III)-nitrat
terdapat serapan pada bilangan gelombang
heksahidrat (Tabel 1).
1340 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi
Hasil pengukuran tidak menunjukkan
untuk gugus amin tersier.
adanya puncak pada daerah sinar tampak (400-700 nm) yang lazim sebagai serapan
Hilangnya serapan N-H (puncak pada
suatu senyawa koordinasi (10). Namun,
3606 cm-1 dan 2844 cm-1) sangat mungkin
pergeseran
serapan
disebabkan oleh terjadinya interaksi yang
spektrum FTIR dari ligan dan senyawa
kuat antara kedua atom pendonor nitrogen
Pr(III)-dimetilamin menunjukkan terjadinya
dengan ion Pr(III). Lebih lanjut, serapan
interaksi yang kuat antara ion Pr(III) dengan
pada 1068 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur
ligan dimetilamin, tepat pada kedudukan
C-N
atom
Spektrum UV-Vis (Tabel 1) menunjukkan
dan
pendonor
perubahan
nitrogen.
Interaksi
ini
terlihat
senyawa FTIR
ligan
serapan
1,4-
-1
pada 3606 cm yang menunjukkan adanya
demikian,
vibrasi ulur dari gugus amin (N-H); serapan
merupakan
pada daerah 2844 cm
yaitu
larutan
garam
Pr(III)-nitrat
heksahidrat (puncak pada 212 nm). Dengan
diaminobutana (Tabel 2) terdapat serapan
-1
Pr(III)-1,4-diaminobutana,
suatu pola spektrum yang menyerupai pola
3.1.2. Senyawa Pr(III)-1,4-diaminobutana spektrum
intensitasnya.
munculnya puncak pada 202 nm dari
diperlihatkan pada Gambar 3 (a).
Pada
berkurang
ligan ligan
1,4-diaminobutana dengan
kemungkinan
menunjukkan
ukuran yang sesuai untuk berikatan dengan
adanya vibrasi ulur dari C-H alifatik; serapan
ion Pr(III). Interaksi ion Pr(III) dengan ligan
pada
bilangan
gelombang
1601
cm
-1
1,4-diaminobutana
menunjukkan adanya gugus N-H tekuk; dan serapan pada bilangan gelombang 1068 cm 1
diperlihatkan
pada
Gambar 3 (b).
-
menunjukkan adanya vibrasi ulur dari H2 C
H2 C
Pr3+ NH
CH3 CH3
H2C
H2 C
H2 C
HN
NH Pr3+
CH2
H2C
CH2 CH2
H2C NH
HN Pr3+
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Interaksi ion Pr(III) dengan ligan pendonor nitrogen alifatik (a) Pr(III)-dimetilamin, (b) Pr(III)-1,4diaminobutana, (c) Pr(III)-1,6-diaminoheksana.
94
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi Awal Pembentukan Kompleks 142Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
3.1.3 Senyawa Pr(III)-1,6-diaminoheksana Pada spektrum FTIR dari ligan 1,6diaminoheksana (Tabel 2) terdapat serapan -1
ISSN 1411 – 3481
berinteraksi dengan ion Pr(III). Selain itu adanya kemungkinan rotasi dari ikatan tunggal
ligan
1,6-diaminoheksana
pada 3636 cm yang menunjukkan adanya
menyebabkan ikatan antara atom N dan ion
vibrasi ulur dari gugus amin (N-H); serapan
Pr(III)
pada 1716 cm-1
ditunjukkan
menunjukkan adanya
menjadi
lebih
dengan
lemah.
Hal
munculnya
ini
kembali
-1
serapan untuk garam amin primer; dan
serapan N-H pada 3389 cm . Interaksi ion
serapan pada
Pr(III) dengan ligan 1,6-diaminoheksana
-1
cm
bilangan
gelombang 1058
menunjukkan adanya vibrasi ulur dari
diperlihatkan pada Gambar 3 (c).
gugus C-N (9). Data spektrum FTIR (KBr)
Pr(III)-1,4-diaminobutana diperkirakan
senyawa Pr(III)-1,6-diaminoheksana (Tabel
membentuk cincin khelat dengan ukuran
2) menunjukkan adanya serapan pada
cincin khelat sebesar 7 atom dan Pr(III)-1,6-
-1
yang mengindikasikan
diaminoheksana diperkirakan membentuk
adanya vibrasi N-H namun intensitasnya
cincin khelat dengan ukuran cincin khelat
sangat
bilangan
sebesar 9 atom. Untuk kompleks logam
gelombang 1384 cm menunjukkan adanya
transisi, cincin khelat yang paling stabil
vibrasi untuk gugus amin tersier. Data
adalah yang berukuran 5 atom (10), akan
spektrum UV (dalam pelarut metanol))
tetapi untuk logam unsur lantanida yang
(Tabel 1) menunjukkan adanya puncak pada
memiliki jari-jari ion lebih besar dari jari-jari
202 nm. Pola spektrum ini menyerupai pola
ion logam transisi baris pertama, cincin
spektrum
khelat sebesar 7 atom sangat mungkin
daerah 3389 cm lemah.
Serapan
pada
-1
Pr(III)-nitrat
heksahidrat
yang
memiliki puncak pada 212 nm. Berkurangnya
merupakan ukuran cincin khelat yang stabil.
intensitas
serapan
Namun
demikian,
dari
hasil-hasil
vibrasi N-H dan berkurangnya intesitas
pengukuran ini belum dapat dipastikan
serapan vibrasi C-N disebabkan adanya
apakah telah terjadi ikatan yang kuat, yang
interaksi
setara
atom
N
dalam
ligan
1,6-
diaminoheksana dengan ion Pr(III). Namun dibandingkan
dengan
ligan
ukuran
panjang
cincin khelat sebesar 7 atom), ligan 1,6diaminoheksana memiliki rantai alifatik yang panjang
yang
memungkinkan
terbentuknya cincin khelat sebesar 9 atom. Ukuran ini akan menjadi kurang stabil jika dibandingkan beranggota
dengan 7
atom
cincin (10),
suatu
ikatan
kovalen. 3.2 Interaksi Ion Pr(III) dengan Ligan Pendonor Nitrogen Aromatik
untuk
berinteraksi dengan ion Pr(III) (membentuk
lebih
kekuatan
1,4-
diaminobutana yang kemungkinan memiliki kecocokan
dengan
khelat sehingga
menyebabkan ligan ini kurang kuat dalam
3.2.1 Senyawa Pr(III)-1,4-fenilendiamin Reaksi ion Pr(III) dengan ligan 1,4fenilendiamin
menghasilkan
berwarna ungu pekat.
larutan
Senyawa hasil
refluks ini dimurnikan dengan kromatografi kolom. Data spektrum UV dalam pelarut metanol
untuk
senyawa
Pr(III)-1,4-
fenilendiamin memperlihatkan puncak pada λmax 557 nm, 256 nm, dan 203 nm. 95
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
Adanya
puncak
pada
ISSN 1411 - 3481
panjang
Spektrum massa senyawa Pr(III)-1,4-
gelombang di daerah sinar tampak yang
fenilendiamin
merupakan serapan karakteristik senyawa
puncak
kompleks dari unsur transisi baris pertama
menunjukkan
dengan
fenilendiamin. Keberadaan puncak pada m/z
ligan
pendonor
nitrogen
pada
memperlihatkan
pada
m/z
adanya
107,9598
fragmentasi
untuk
yang 1,4-
umumnya, mengindikasikan terbentuknya
499,2118
senyawa kompleks Pr(III)-1,4-fenilendiamin.
terbentuknya ion dari senyawa [Pr(1,4-
Spektrum FTIR (KBr) dari senyawa Pr(III)-
fenilendiamin)2(NO3)2(H2O)]+. Reaksi frag-
1,4-fenilendiamin (Tabel 2) memperlihatkan
mentasi [Pr(1,4-fenilendiamin)2(NO3)2(H2O)]+
serapan vibrasi yang kuat dan melebar pada
ditunjukkan pada Gambar 5. Fragmentasi
-1
mengindikasikan
kemungkinan
3435 cm yang menunjukkan adanya gugus
pada m/z 499,2118 bukan fragmentasi yang
hidroksi (-OH), diduga terbentuk ikatan
paling stabil. Hal ini memperlihatkan bahwa
koordinasi antara ion Pr (III) dengan air (11).
sifat interaksi ligan 1,4-fenilendiamin dengan
Adanya pergeseran bilangan gelombang
ion Pr(III) merupakan senyawa koordinasi
-1
gugus aromatik dari 1497 cm menjadi 1384 -1
cm
yang labil, terutama dalam suasana asam.
menguatkan dugaan bahwa ikatan
Terbukti dengan adanya perubahan warna
koordinasi antara Pr dan atom N pada ligan
segera setelah senyawa tersebut ditambah
1,4-fenilendiamin
(11).
asam sulfat pekat. Tetapi sangat mungkin
Spektrum massa senyawa ini ditunjukkan
bahwa ion Pr(III) dapat berinteraksi secara
pada Gambar 4.
cepat dengan atom N dalam ligan ini.
telah
terbentuk
Gambar 4. Spektrum massa senyawa Pr(III)-1,4-fenilendiamin. + + HN
NH + O3 N H 2O
Pr3+NO
HN
H 2N
3
NH
NH2 m/z 107,9
m/z 499,2 [M+]
Gambar 5. Reaksi fragmentasi ion [Pr(1,4-fenilendiamin)2(NO3)2(H2O)]+. 96
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi Awal Pembentukan Kompleks 142Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
ISSN 1411 – 3481
Interaksi ion Pr(III) dengan ligan 1,4-
untuk gugus C-N (9). Pada spektrum FTIR
fenilendiamin ditunjukkan pada Gambar 6.
(Tabel 2) dari Pr(III)-2,2’-bipiridin terdapat
Interaksi antara ion Pr(III) dengan ligan 1,4-
pergeseran
fenilendiamin memungkinkan terbentuknya
kerangka aromatik yaitu pada bilangan
senyawa
gelombang (cm-1) 1508, 1493, 1465, 1436,
koordinasi
dengan
bilangan
1297
bilangan
dan
umum dimiliki oleh senyawa kompleks
interaksi
golongan lantanida (12).
aromatik gugus bipiridin. Hilangnya serapan +
HN
ion
menunjukkan
pada
koordinasi 7, dimana bilangan koordinasi 7
pada
yang
gelombang
Pr(III)
bilangan
dengan
gelombang
adanya kerangka cm-1
992
menunjukkan berkurangnya vibrasi gugus C-N yang disebabkan adanya interaksi ion
NH
Pr(III) dengan atom N pada ligan. O3N H2O
Pr3+NO
Interaksi ligan 2,2’-bipiridin dengan
3
ion Pr(III) tidak menghasilkan warna yang
HN
intens seperti yang terlihat pada kompleks
NH
Pr(III)-1,4-fenilendiamin yaitu ungu. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh ukuran Gambar 6. Interaksi ion Pr(III) dengan ligan 1,4-fenilendiamin.
panjang jarak kedua atom N lebih kecil (berjarak 2 atom C) jika dibandingkan jarak kedua
Reaksi ion Pr(III) dengan ligan 2,2’menghasilkan kristal hijau muda
berbentuk
persegi
empat
datar.
N
pada
1,4-fenilendiamin
(berjarak 4 atom C), sehingga kekuatan
3.2.2 Senyawa Pr(III)-2,2’-bipiridin bipiridin
atom
dalam mengikat ion Pr(III) tidak terlalu kuat, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 7.
Data
spektrum UV dalam metanol menunjukkan
3.2.3 Senyawa Pr(III)-1,10-fenantrolin
adanya puncak pada λmax (nm) 281, 234,
Reaksi ion Pr(III) dengan ligan 1,10-
dan 203 (Tabel 1). Pola spektrum UV-Vis
fenantrolin menghasilkan kristal berwarna
dari
pola
hijau muda. Data spektrum UV (Tabel 1)
spektrum UV-Vis dari ion Pr(III) (Tabel 1).
menunjukkan adanya puncak pada λmax 263
Dengan demikian dapat diduga bahwa
nm dan 229 nm. Pola spektrum UV-Vis dari
interaksi ion Pr(III) dengan ligan 2,2’-bipiridin
kristal ini berbeda dengan pola spektrum
sudah terbentuk.
UV-Vis dari ion Pr(III). Dengan demikian
kristal
ini
berbeda
dengan
Spektrum FTIR (Tabel 2) dari ligan 2,2’-bipiridin memperlihatkan serapan pada -1
bilangan gelombang (cm ) yaitu 1578, 1557,
dapat diduga bahwa interaksi ion Pr(III) dengan
ligan
1,10-fenantrolin
sudah
terbentuk.
1452, 1415 yang menunjukkan adanya
Pada spektrum FTIR (KBr) dari ligan
gugus aromatik yang khas untuk 2,2’-
1,10-fenantrolin (Tabel 2) terdapat serapan
bipiridin. Serapan pada bilangan gelombang
pada bilangan gelombang (cm-1) 1587, 1561,
992 cm-1 menunjukkan adanya serapan
1507, 1420 yang menunjukkan adanya 97
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
gugus aromatik yang khas untuk 1,10-
ISSN 1411 - 3481
1384, 1294 yang menunjukkan adanya
-1
fenantrolin. Serapan pada 3422 cm dengan
interaksi
intensitas yang cukup kuat menunjukkan
aromatik gugus 1,10-fenantrolin. Hilangnya
adanya gugus N-H. Serapan pada bilangan
serapan pada bilangan gelombang 987 cm-1
gelombang 987 cm-1 menunjukkan adanya
menunjukkan berkurangnya vibrasi gugus
serapan spektrum
ion
Pr(III)
dengan
kerangka
untuk
gugus
C-N
(9).
Pada
C-N yang disebabkan adanya interaksi ion
FTIR
(KBr)
dari
Pr(III)-1,10-
Pr(III) dengan atom N pada ligan. Hal ini
fenantrolin (Tabel 2) terdapat pergeseran
juga
serapan dari kerangka aromatik yaitu pada
intensitas serapan dari N-H pada bilangan
-1
diperkuat
dengan
gelombang 3422 cm-1.
bilangan gelombang (cm ) 1477, 1423,
H2 N N
berkurangnya
NH2
N
2,2’-bipiridin
1,4-fenilendiamin
Gambar 7. Perbedaan jarak kedua atom N pada ligan 2,2'-bipiridin dengan ligan 1,4-fenilendiamin.
(a)
(b)
(c) Gambar 8. Spektrum FTIR (cm-1) dari : (a) Pr(III)-2,2’-bipiridin, (b) Pr(III)-1,10-fenantrolin, c) ligan 1,10-fenantrolin.
N
N 3+
Pr
(a)
N
N 3+
Pr (b)
Gambar 9. Interaksi ion Pr(III) dengan ligan : (a) 2,2’-bipiridin (b) 1,10-fenantrolin. 98
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi Awal Pembentukan Kompleks 142Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
ISSN 1411 – 3481
Spektrum FTIR senyawa Pr(III)-1,10-
(Tabel 2), tidak terlihat adanya perubahan
fenantrolin hampir menyerupai spektrum
spektrum inframerah, baik itu pergeseran
FTIR senyawa Pr(III)-2,2’-bipiridin (Gambar
bilangan gelombang ataupun perubahan
8). Intensitas serapan N-H pada Pr(III)-1,10-
intensitas serapan. Dengan demikian dapat
fenantrolin lebih besar daripada Pr(III)-2,2’-
disimpulkan
bipiridin. Hasil ini menunjukkan bahwa ion
antara ion Pr(III) dengan ligan 4,7-difenil-
Pr(III) lebih kuat terikat dengan ligan 2,2’-
1,10-fenantrolin.
bahwa
tidak
ada
interaksi
bipiridin. Hal ini diduga ligan 1,10-fenantrolin memiliki tiga buah cincin benzen sehingga elektron
dari
kedua
atom
N
3.3
lebih
terdelokalisasi dibandingkan dengan ligan
3.3.1 Senyawa Pr(III)-suksinat Ligan asam suksinat merupakan ligan
2,2’-bipiridin yang hanya memiliki dua buah
pendonor oksigen dengan pKa ~3,14 (8).
cincin aromatik (Gambar 9).
Hasil 3.2.4 Senyawa fenantrolin
Interaksi Ion Pr(III) dengan Ligan Pendonor Oksigen
Pr(III)-4,7-difenil-1,10-
reaksi
suksinat
ion
berupa
Pr(III)
dengan
asam
endapan
hijau
muda.
Spektrum FTIR (KBr) dari ligan asam 4,7-difenil-1,10-fenantrolin
suksinat (Tabel 2) memperlihatkan serapan
merupakan senyawa 1,10 fenantrolin yang
pada 3405 cm-1 yang menunjukkan adanya
tersubstitusi pada posisi 4 dan 7 oleh gugus
gugus hidroksil (-OH), serta serapan di
fenil. Hasil reaksi ion Pr(III) dengan ligan
daerah 2925 cm-1 yang menujukkan vibrasi
4,7-difenil-1,10-fenantrolin
ulur C-H alifatik. Adanya serapan pada 1574
Senyawa
berupa
kristal
berwarna merah muda. Data spektrum UV
cm-1
dalam
adanya
menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O)
puncak pada λmax (nm) 273, 219, dan 204.
(9). Data spektrum FTIR (KBr) senyawa
Pola
ini
Pr(III)-suksinat (Tabel 2) memperlihatkan
berbeda dengan pola spektrum UV-Vis dari
adanya serapan pada 2932 cm-1 yang
ion Pr(III) (Tabel 1). Dengan demikian dapat
menunjukkan adanya vibrasi ulur untuk C-H
diduga terjadi interaksi ion Pr(III) dengan
alifatik, sementara serapan pada 1694 cm-1
ligan 4,7-difenil-1,10-fenantrolin.
menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O)
metanol spektrum
menunjukkan UV-Vis
dari
kristal
Pada spektrum FTIR (KBr) dari ligan
dari
spektrum
senyawa
ini
yang bergeser ke arah bilangan gelombang
2)
yang lebih tinggi. Pergeseran merah vibrasi
terdapat serapan pada bilangan gelombang
C=O sangat mungkin disebabkan oleh
3428 cm-1 yang menunjukkan adanya vibrasi
interaksi yang cukup kuat antara ion Pr(III)
N-H. Serapan pada bilangan gelombang
dengan gugus karboksilat yang terjadi pada
1571, 1553, 1503, 1488, dan 1411 cm-1
senyawa Pr(III)-suksinat. Hilangnya serapan
menunjukkan adanya gugus aromatik yang
pada 3405 cm-1 menunjukkan tidak ada
khas untuk ligan ini (9). Pada spektrum FTIR
vibrasi OH, yang mengindikasikan bahwa
(KBr) dari Pr(III)-4,7-difenil-1,10-fenantrolin
telah terjadi interaksi yang kuat antara ion
4,7-difenil-1,10-fenantrolin
(Tabel
Pr(III) dengan gugus hidroksil dari suksinat. 99
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
ISSN 1411 - 3481
Data spektrum UV dalam metanol dari
hidroksil (-OH); dan serapan di daerah 1682
Pr(III)-suksinat
cm-1 menujukkan vibrasi ulur untuk gugus
adanya
(Tabel
puncak
1)
pada
menunjukkan
207
nm.
Pola
karbonil (C=O) (9). Spektrum FTIR (KBr)
spektrum ini menyerupai pola spektrum
senyawa
Pr(III)-nitrat
nunjukkan adanya serapan pada 3584 yang
heksahidrat,
yang
memiliki
Pr(III)-sitrat
(Tabel
2)
me-
menunjukkan adanya gugus hidroksil (-OH),
puncak pada 212 nm. Perubahan pada spektrum FTIR dari
cm-1 menunjukkan
serapan pada 2933
senyawa Pr(III)-suksinat dan ligan asam
adanya vibrasi ulur untuk C-H alifatik; dan
suksinat
serapan
mengindikasikan
terjadinya
di
daerah
interaksi yang kuat antara ion Pr(III) dengan
menujukkan
suksinat.
karbonil (C=O).
Di
sisi
lain,
pemeriksaan
Hasil
spektroskopi UV-Vis dari serapan Pr(III)-
vibrasi ini
cm-1
1645 ulur
yang
untuk
gugus
memperlihatkan
bahwa
tanda-tanda
interaksi ion Pr(III) dengan sitrat menyisakan
terbentuknya senyawa kompleks. Diduga
gugus OH dan C=O bebas. Munculnya
ikatan yang terbentuk adalah ikatan ionik
puncak pada 2933 cm-1 yang biasanya
antara ion positif dari Pr(III) dengan ion
berasal dari vibrasi ulur C-H alifatik pada
negatif dari ligan, dimana ikatan ini akan
spektrum IR Pr(III)-sitrat (tidak muncul pada
putus pada saat dilarutkan kembali dalam
spektrum IR dari ligan sitrat) menunjukkan
metanol. Hal ini terlihat pada spektrum UV-
adanya perubahan vibrasi C-H rantai utama
Vis, serapan yang muncul serupa dengan
akibat terjadinya peregangan oleh interaksi
serapan larutan Pr(III)-nitrat heksahidrat
kerangka sitrat dengan ion Pr(III). Akan
(Tabel 1).
tetapi, tidak berubahnya serapan UV-Vis
suksinat
tidak
memberikan
antara senyawa Pr(III)-sitrat dengan larutan 3.3.2 Senyawa Pr(III)-sitrat Ligan
trinatrium
sitrat
Pr(III)-nitrat dalam metanol tidak dapat merupakan
ligan pendonor okisgen dengan pKa 4,19 (8).
disimpulkan bahwa telah terbentuk ikatan kovalensi (ikatan kovalen koordinasi).
Reaksi ion Pr(III) dengan ligan sitrat tidak menghasilkan
perubahan
seperti
4.
KESIMPULAN
terbentuknya endapan atau kristal. Hasil reaksi berupa larutan hijau muda. dan data spektrum UV dalam metanol dari senyawa tersebut (Tabel 1) menunjukkan adanya puncak pada 217 nm. Pola spektrum ini menyerupai
pola
spektrum
Pr(III)-nitrat
heksahidrat yang memiliki puncak pada 212 nm.
Ion Pr(III) terbukti dapat berinteraksi secara
kuat
dengan
ligan-ligan
yang
memiliki atom pendonor nitrogen pada umumnya. Ligan pendonor nitrogen 1,4fenilendiamin,
yang
memiliki
kerangka
aromatik, memperlihatkan kecenderungan reaksi yang cepat. Ligan pendonor nitrogen dengan kerangka alifatik yang memiliki pKa
Pada spektrum FTIR (KBr) dari ligan sitrat (Tabel 2) terdapat serapan pada 3615 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus
>
10
menunjukkan
interaksi
yang
di-
pengaruhi oleh panjang rantai alifatik. Ion Pr(III) juga dapat berinteraksi dengan ligan 100
Interaksi Ion Praseodimium (III) dengan Berbagai Ligan: Studi Awal Pembentukan Kompleks 142Pr(III) untuk Kandidat Radiofarmaka Terapi (Marlina)
ISSN 1411 – 3481
pendonor oksigen seperti yang terlihat pada
from: URL:http://www.world-
interaksi dengan ligan suksinat namun tidak
nuclear.org/info/inf55.html.
dapat dibuktikan telah terbentuk senyawa
3. Zolle I. Technetium-99m pharma-
kompleks dengan ligan pendonor oksigen
ceuticals, preparation and quality control
tersebut.
in nuclear medicine. Berlin: Springer-
Dari semua senyawa yang terbentuk, senyawa Pr(III)-1,4-fenilendiamin merupa-
Verlag Publisher; 2006. 4. Venkatesh M, Usha C, Pillai MRA. 90Y
kan senyawa yang menunjukkan karakte-
and 105RH labelled preparations: potential
ristik dari senyawa kompleks, yang ditunjuk-
therapeutic agents. Teoksessa IAEA,
kan dengan adanya pergeseran serapan
Therapeutic Applications of
UV-Vis ke daerah sinar tampak (557 nm)
Radiopharmaceuticals. IAEA-TECDOC-
serta terbentuknya ikatan antara Pr dan
1228. Vienna: The IAEA; 2001. p. 84-9.
atom N pada ligan (bergesernya bilangan
5. Jalilian AR, Roeshanfarzad P, Akhlaghi
gelombang gugus aromatik dari 1497 cm
-1
-1
M, Sabet M, Dehghan MK, Pouladi M.
menjadi 1384 cm ). Selanjutnya diharap-
Preparation and biological evaluation of a
kan dapat terbentuk senyawa kompleks
[55Co]-2-acetylpyridine thiosemi-
turunan
carbazone. Scientia Pharmacetica
Pr(III)-1,4-fenilendiamin
yang
memiliki kestabilan yang lebih baik yang dapat
membentuk
senyawa
kompleks
2009;77:567–78. 6. Vimalnath KV, Das MK, Venkatesh M,
142
Ramamoorthy N. Production logistics and
radiofarmaka untuk terapi.
prospects of 142Pr and 143Pr for
Pr(III) yang berpotensi sebagai kandidat
radionuclide therapy (RNT) applications. 5.
Proceeding of 5th International
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih
kepada
Kementrian
Negara
Riset
dan
Conference on Isotopes; 2005; Brussels, Belgium; 2005. p.103-8.
Teknologi atas beasiswa program magister
7. Bakht MK, Sadeghi M. Internal
penulis, Prof. Yana M. Syah (Program Studi
radiotherapy techniques using
Kimia ITB) atas diskusi dan pengukuran
radiolanthanide praseodimium-142: a
spektroskopi massa, Dr. Veinardi Suendo
review of production routes,
atas pengukuran spektroskopi FTIR, serta
brachytherapy, unsealed source therapy.
Drs. Duyeh Setiawan, MT atas diskusi
J Ann Nuc Med 2011; DOI
mengenai radioisotop praseodymium.
10.1007/s12149-011-0505-z. 8. Dissociation constant of organic acids
6.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saha GB. Fundamentals of nuclear
and bases [Online]. [cited 2012 April 12]; Available from
pharmacy. New York: Springer-Verlag;
URL:http://www.zirchrom.com/organic.
2004.
html.
2. Hore-Lacy I. Radioisotope in medicine [Online]. [cited 2012 March 25]; Available
9. Silverstein RM, Webster FX, Kiemle DJ. Spectrometric identification of organic 101
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 14, No 2, Agustus 2013; (89-102)
ISSN 1411 - 3481
compounds. 7th ed. New York: John
Chemistry 2012;
Wiley and Sons Inc; 2005.
doi:10.1155/2012/767080:1-6.
10. Lawrance GA. Introduction to
12. Fricker SP. The therapeutic application
coordination chemistry. New South
of lanthanides. J Chem Soc Rev
Wales: John Wiley & Sons Ltd; 2010.
2006;35:524-33.
11.Singh M, Anant S. Synthesis and spectral characterization of praseodimium(III) complex with new amino acid-based azo dye. International Journal of Inorganic
102