INTEGRASI SERVQUAL DAN QFD UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN GOR KERTAJAYA, SURABAYA
Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto Ir., MSIE Peneliti Tugas Akhir: Arif Isfandri Ersam 2507.100.078
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
PENELITIAN TUGAS AKHIR
METODOLOGI PENELITIAN PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN INTERPRETASI DATA KESIMPULAN DAN SARAN
Dagang, komersil dan ekonomis
Adminstr atif
Teknologi
Sosial
(Joko Purnomo 2010)
GOR Kertajaya Kepuasan Layanan Elemen Jasa dalam GOR Pindahnya konsumen
MEMPUNYAI MASALAH : ADANYA ATRIBUT DALAM BLUEPRINT YANG RELATIF SERING
MUNCUL DAN MENYEBABKAN MASALAH. FASILITAS YANG CUKUP BERUMUR DAN KURANGNYA PERAWATAN
On Stage contact person
GOR KERTAJAYA
Menemui petugas
Menanyakan tentang keperluan
Ruangan koordinator lapangan
Menanyakan jadwal, peraturan dan harga untuk peminjaman
menunggu
Meminja m lapangan
Menjelaskan tentangan aturan lapangan dan pembayaran
Back Stage contact person
Mengentry di papan jadwal
Support Proses
Database perusahaan
Mengisi formulir
Ruang Koordinator lapangan
Mengambil uang dan memberikan formulir
il
Custumer action
BLUE PRINT Menyic
Physical evidence
Memberikan uang
Memeriksa formulir dan mengisi formulir
Mengisi data
Memberi uang dan memasukk annya
Memberikan tanda bukti pemb ayaran
Tempat Parkir
Keluar GOR Kertajaya
Mengambil kendaraan
INTINYA
konsumen
GOR DBL ARENA BENCHMARK
Perumusan Masalah Tugas Akhir ini adalah identifikasi gap antara harapan customer dengan persepsi manajemen mengenai jasa yang diberikan untuk mengetahui atribut yang akan ditingkatan di GOR Kertajaya Surabaya sehingga dapat dilakukan perbaikan maupun pengembangan untuk perusahaan tersebut.
Tujuan Penelitian 1. 2. 3. 4. 5.
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mencari gap dengan menggunakan metode servqual Membangun QFD House Of Quality untuk menentukan atribut yang perlu dilakukan perbaikan Mendapatkan solusi alternatif perbaikan untuk atribut kritis Mengidentifikasi penyebab terjadinya waste yang paling berpengaruh terhadap layanan Jasa Menentukan alternatif kebijakan perbaikan dan memilih kebijakan terbaik untuk meningkatkan layanan jasa pad Gor Kertajaya.
Ruang Lingkup Penelitian Batasan penelitian
•Seluruh atribut menggambarkan attribut yang dipentingkan dalam fasilitas di GOR Kertajaya menjadi sarana yang lebih baik. •Perancangan dan pengukuran kinerja hanya dilaksanakan didalam ruang lingkup GOR Kertajaya Surabaya yang beralamatkan di Jl. Kertajaya timur no 8 •Benchmark : GOR DBL Arena . yang beralamatkan di jl, ahmad yani
Asumsi
Tidak ada perubahan Visi Misi dan strategi perusahaan selama penelitian dilakukan Kebijakan perusahaan selama dilakukannya penelitian ini tidak mengalami perbuhan secara signifikan
Manfaat Penelitian Manfaat bagi mahasiswa sebagai berikut: 1. 2. 3.
Mendapatkan gap kritis berupa konsep yang mudah dipahami Perusahaan mengetahui pencapaian target dan langkahlangkah strategi yang dapat diterapkan di GOR Kertajaya Surabaya Hasi penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan kinerja perusahaan dimasa mendatang
Servqual dan QFD
1. 5 Elemen Jasa5 2. Uji kecukupan data, validitas, dan Uji Realibilitas 3. Gap 4. House Of Quality
TINJAUAN PUSTAKA
ROOT CAUSES ANALYSIS (RCA)
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS
METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Awal
Tahap Identifikasi dan penelitian awal
Perumusan Masalah
Studi Pustaka : •Servqual •QFD •RCA FMEA
Penentuan Tujuan
Studi Lapangan/ pencarian data : •Pemahaman kondisi perusahaan •Pencarian data yang dibutuhkan
Tahap Pengumpulan data
Define •Menentukan atribut jasa terhadap harapan •Blue Print eksisting berdasarkan kusioner
Uji kecukupan data kuisioner Uji validasi Kuision er Uji realibilitas Kuisioner
Perhitungan GAP 5
Tidak
Tidak
Tidak
Tahap analisis dan intrepetasi data
Analyze •Analisis Gap 5 (kepuasan konsumen GOR Kertajaya) •Analisis QFD •Analisis RCA •Analisis FMEA Improve •Penentuan atribut yang diinginkan konsumen •Penentuan alternatif perbaikan berdasarkan parameter yang keluad dari RCA •Penentuan alternatif terbaik berdasarkan value optimal
Tahap kesimpulan dan saran
Kesimpulan dan saran
Servqual Kuisioner 50 yang telah Uji merasakan Kecukupan 5 Elemen elemen jasa data, Uji jasa di GOR Validitas, Uji Kertajaya realibilitas harapannya tinggi dan kenyataannya danberada GOR rendah yaitu pada Atribut yang DBL Arena
pada atribut kuadran I, yaitu : •Suhu Udara dalam GOR •Toilet yang bersih dan terawat •Memiliki jadwal lapangan yang jelas •Locker room yang memadai •Tersedianya petugas kebersihan •Tersedia atau adanya pelayanan
GAP 5
HOQ
Identifikasi penyebab WASTE yang paling berpengaruh
FMEA Waste
Subwaste
Effect 1
Effect 2
S
Cause
O
6
tidak ada list atau SOP
4
manajemen kurang melihat dan memperhatikan pada area ini
2
tidak ada saluran udara atau penambahan peralatan
6
kurangnya kesadaran karyawan dan manajemen
4
lubang pembuangan buntu, diperlukann list ataupun pelatihan pada karyawan
manajemen tidak melakukan perlakuan yang sesuai
6
hanya ada 1 orang yang mengurus jadwal
2
yayasan dan club pro tidak memberikan jadwal lapangan yang jelas
kesadaran karyawan, kurangnya kesadaran jarang dibersihkan karyawan dia area toilet efiseiensi pekerjaan dan biaya
Toilet berbau
kurangnya sirkulasi tidak ada saluran udara udara
ada genangan air
saluran macet
konsumen kesulitan kebiasan buruk operator mencari jadwal pada penjadwalan kosong
tidak ada list peminjaman
Banyak kendaraan penonton parkir diluar apabila ada acara di GOR
Kurang adanya space yang disewakan
D
RPN
3
72
5
60
4
3
48
sikap manajemen terhadap calon kosumen kurang baik
9
5
270
operator pada penjadawalan kurang bisa melakukan penjadwalan
3
3
18
6
latihan untuk yayasan dan club pro tidak terjadwal
4
2
48
5
100
5
125
2
16
area parkir tidak cukup
adanya kendaraan manajemen ataupun kendaraan peralatan untuk dalam GOR di area parkir
4
petugas parkir memberikan arahan yang jelas
5
adanya tukang parkir liar
adanya lahan GOR kertajaya yang digunkanan oleh parkir liar
5
menjalin kerjasama dengan tukang parkir liar
5
4
lahan yang digunakan terbatas dan tempat ditawarkan tidak jelas
2
area yang ditawarkan untuk stand terlalu keci
Control
visual
softskill
visual
Penyusun alternatif kebijakan Konsumen kesulitan mencari jadwal kosong. Adanya tukang parkir liar. Area parkir tidak cukup. Kurangnya kesadaran karyawan dia area toilet
Pemilihan kebijiakan perbaikan diperolehalternatif kebijakan perbaikan sebagai berikut. •Pengadaan fasilitas LCD Touchscreen •Memberikan seragam •Upah harian •Pelatihan •Pengadaan list kebersihan dan SOP.
Biaya Alternatif
Pembobotan Kriteria no 1 2 3 4
kriteria peneliaan Tingkat pelayana jasa Kecepatan pelayanan . Penataan area. Ketetapan penjadwalan
1 2 3 4 5
alternatif perbaikan Pengadaan fasilitas LCD Touchscreen Upah harian Memberikan seragam Pelatihan Pengadaan list kebersihan dan SOP
no
Bapak Harianto yang mengisi kuioner
Alternatif nilai performasnsi dan biaya
Kelebihan penerapan alternatif Dengan menerapkan alternatif 12 maka perusahaan menerapkan
upah harian, pengadaan list kebersihan dan SOP kamar mandi dan penambahan LCD touchsreen untuk melihat penjadwalan Membantu karyawan penjaga parkir yang aslinya hanya ada 4 orang yang saat ini dinilai kurang. Penambahan pekerja harian ketika parkir ini ramai sangat memaksimalkan nilai pelayanan jasa yang ada di Gor Kertajaya Merubah perilaku dan penilaian karyawan penjaga toilet. Karena faktor ini berpengaruh kepada kepuasan konsumen di layana jasa Gor Kertajaya Membantu dan mempermudah calon konsumen yang ingin melihat dan mencocokan jadwal yang dimana juga membantu kinerja pekerjaan manajemen..
Kekurangan penerapan alternatif Selain memiliki kelebihan, penerapan alternatif 12 ini juga
memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain: Upah harian sebesar Rp 50.000 / hari dinilai saat ini cukup dan tidak menjadi masalah untuk pekerja harian, tetapi yang dikhatirkan adalaha saat nanti pekerja upah harian merasa kurang bisa menyebabkan penurunan kinerja yang dilakukan oleh pegawai harian. Pekerja yang kebanyakan adalah orang desa yang tidak berpendidikan akan sangat sulit untuk menerrima pelatihan yang diadakan dan akan sangat mudah untuk melupakan pelatihan yang didapat. Perlunya disediakan alat pengaman untuk LCD touchscreen adan pembelajaran lagi kepada karyawan apabila ada konsumen yang tidak mengerti
Blueprint Perbaikan Physical evidence
Custumer action
GOR KERTAJAY A
Bertanya kepada petugas
Monitoring jadwal di LCD
Melihat dan menyesuaik an jadwal
Ruang Koordinator lapangan
Meminj am lapanga n
Input di LCD
Mengambil uang dan memberika n formulir Mengisi data
On Stage contact person
Petugas memberi arahan input LCD
Memeriksa data base
Back Stage contact person
Entry dan menampil kan di LCD
Support Proses
Database perusahaa n
Memberi uang dan memasuk kannya
Memberika n tanda bukti pemb ayaran
Tempat Parkir
Keluar GOR Kertajaya
Mengambil kendaraan
Kesimpulan
•GAP 5 Dalam metode HOQ yang inpu diagram kartesius yang dimana input attribut dari GAP5 mendapatkan adalah persepsi dan harapan empat respon teknis yaitu : menghasilkan : •Menambah perlatan pendukung •Suhu Udara dalam GOR •Menambah pegawai •Toilet yang bersih dan terawat •Memberikan jam shift •Memiliki jadwal lapangan yang jelas •Memberikan pelatihan terhadap •Locker room yang memadai pegawai •Tersedianya petugas kebersihan •Tersedia atau adanya pelayanan •waste yang paling berpengaruh giGor Kertajaya adalah : •Untuk waste kategori toilet berbau penyebab utamanya adalah tidak ada list atau SOP dalam toilte yang jelad dan benar. •Untuk waste kategori tidak ada list pinjaman lapanga, penyebab utamanya konsumen kesulitan mencari jadwal yang kosong. •Untuk waste kategori banyaknya kendaraan parkir diluar Gor, penyebab utamanya adalah adanya tukang parkir liar yang memakai lahan Gor Kertajaya. •Untuk waste kurang adanya space yang disewakan, penyebabnya adalah manajemen masih ragu karena terketerbatasan area yang tersedia
•Pada rancangan blueprint terdapatnya penambahan LCD touchscreen yang memotong beberapa bagian dalam blueprint awal.
•Kebijakan perbaikan yang sesuai dengan kondisi Gor Kertajaya adalah dengan dilakukannya upah harian untuk membantu pekerja di area parkir dan memberika pelayan kepada konsumen, selain itu memberikan list kebersihan dan SOP di toilet dan yang terakhir adalah permintaan managemen untuk memasukan pengadaan LCD Touchsreen yang diaman performansi perusahaan sebesar 48,5% dan peningkatan value sebesar 49%.
Saran Perlunya pengukuran kualitas layanan yang dilakukan secara periodic dan terus menerus agar selalu dpat dilihat perubahan harapan dari waktu ke waktu terhadapa kualitas yang diterima, sehingga kepuasan akan tetap terjaga Masih diperlukan tambahan untuk pengisian kuisioner dalam Top management karena apabila 1 orang dirasa belum memaksimalkan dan sesuai target. Perlunya perubahan-perubahan dalam managemen untuk membantu peningkatan layanan jasa dalam GOR Kertajaya
Sekian dan Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA Kotler, Philip,1995. Manajemen Pemasaran (Analisa Perencanaan, Implikasi, dan
Pengendalian). Edisi ke-8 Salemba Empat, Prentice Hall.
Tjiptono,Fandy dan Chandra Greogius (2005) Service Quality & Satification. Andi Yoga
Pratama.
Hartawan Dody, 2005. Analisa Kepuasan pelanggan terhadap kualitas layanan dengan
menggunakan metode service quality, studi kasus : Ramayana Departemen Store
Michael Leonard, 2002. Metode Servqual pada analisa kualitas layanan sebagai dasar
dalam perumusan rencana strategis untuk meningkatkan kepuasan pelanggan (Studi kasus di ITS Langue Center)
Tjiptono Fandy,2008 Service Management : Mewujudkan Layanan Prima .Andi Yoga
Pratama
Setianto,Handy 2011. Analisis Kepuasan Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah Umum
Technopreneurship dengan pendekatan service quality
Marliana,Sonya, 2008 Integrasi Servqual dan QFD untuk meningkatkan kualias layanan Trans Yogya. Jucan, George. 2005. Root Cause Analysis for IT Incidents Investigation. Gaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma For Manufacturing and Service Industries. Jakarta: Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama.
Purnomo,Joko. 2010. Perkembangan Service Industri di Indonesia. Dokumen NBL Surabaya.
YZDEK, T. & KELLER, P. A. 2010. The Six Sigma Handbook. A Complete Guide for Green Belts, Black Belts, and Managers at All Levels. New York: Mc. Graw Hill. Inc. Sahib, R., Haryono., Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Kepada Pelanggan dengan Menggunakan
Integrasi Metode Servqual dengan QFD, Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi
Tjiptono, F., 1996, Manajemen Jasa, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, F., Diana, A., 2000, Total Quality Management, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Tjiptono, F., Chandra, G., 2005, Service, Quality & Satisfaction, Penerbit Andi Yogyakarta.
FMEA Severity
Severity merupakan suatu penilaian tingkat keparahan dari keseriusan effect yang ditimbulkan dari mode-mode kegagalan (failure mode), yang berdampak pada pengguna akhir (end user) baik dari segi pelanggan maupun proses-proses selanjutnya. Occurance
Occurance merupakan suatu penilaian mengenai peluang (probabilitas) frekuensi penyebab mekanisme kegagalan yang akan terjadi, sehingga dapat menghasilkan mode kegagalan yang memberikan akibat tertentu. Detection
Detection merupakan suatu penilaian mengenai kemampuan dari alat/proses kontrol dalam mendeteksi kesalahan maupun mode-mode kegagalan (failure mode) yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
Severity
Occurance
Detection
Back
PERHITUNGAN BIAYA
Back
Gambar teknis dari sistem tandon minyak Gor dan Kolam renang koni
Area parkir milik Koni yang juga milik Gor kertajaya
GAP
Blueprint Jasa? • Blueprint adalah sebuah gambaran secara akurat melukiskan suatu aktivitas dalam proses pelayanan yang berlangsung di sebuah perusahaan atau jasa
Tujuan? • Tujuan dibuatnya blueprint adalah agar seluruh pihak yang terkait didalamnya dapat memahami kontribusinya masingmasing sehingga aktivitas dari proses tersebut berjalan baik.
Fungsi Blue Print menentukan standar kualitas layanan yang diterima
mendesain layanan secara menyeluruh
alat komunikasi antar berbagai pihak internal organisasi yang berkontribusi pada kualitas layanan
Penjelasan • Physical evidence – bukti fisik yang ada pada kegiatan • On stage contact person – orang yang berhubungan langsung dengan pelanggan • Backstage contact person – orang yang tidak berhubungan langsung dengan pelanggan • Support process yaitu – sistem pendukung kegiatan jasa atau pelayanan
SERVQUAL Tangibles : Termasuk kinerja fisik, alat – alat fasillitas karyawan. Reliability : Kemampuan suatu organisasi untuk memberikan
layanan tepat waktu, meningkatkan akurasi dalam proses. Responsiveness : Kemampuan suatu perusahaan untuk menghadapi dan mempecepat proses pelayanan pelanggan. Assurance : Pengetahuan karyawan, keterempilan sikap yang baik dan kemampuan untuk memberikan kenyamanan dan loyalitas pelanggan. Empathy : Kemampuan perusahaan untuk pendekatan dan hubungan pelanggan dengan mudah untuk menciptakan menghilangkan rasa beresiko dan keraguan pelanggan
Model kualitas jasa yang paling populer hingga
kini banyak dijadikan acuan riset manajemen dan pemasaran adalah Servqual ( service quality ). Model ini dikembangkan dengan maksud untuk membantu para manager dalam menganalisa sumber masalah kualitas dan memahami cara-cara memperbaiki kualiatas ( Tjiptono, 2005 : 145 ). Model yang dikembangkan oleh Zeithaml et al ( 1990 : 45-46 ) yaitu model Service quality ( Servqual ) dapat dilihat di gambar berikut :
Gap antara harapan pelanggan dan persepsi manajemen ( Knowledge gap) Gap ini berarti bahwa pihak manajemen mempersiapkan ekspetasi pelanggan terhadap kualitas jasa secara tidak akurat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukung sekunder apa saja yang diinginkan oleh konsumen. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa ( standards gap ) Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas jasa tidak konsisten dengan persepsi manajemen terhadap ekspetasi kualita. Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standard kerja tertentu yang jelas. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (delivery gap ) Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam proses produksi dan penyampaian jasa. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal ( communications gap ) Gap ini berarti janji-janji yang disampaikan melalui aktifitas komunikasi permasaran yang tidak konsisten dengan jasa yang disampaikan kepada para pelanggan. Kecenderungan untuk melakukan ”overpromise” dan ”under deliver”. Gap antara jasa yang dipersepsikan dengan jasa yang diharapkan ( service gap ) Gap ini berarti jasa yang dipersiapkan tidak konsisten dengan hasa yang diharapkan. Gap ini terjadi pelanggan mengukur kinerja perusahaan berdasarkan kriteria yang berbeda, atau mereka keliru mengintepresentaskan kualitas bersangkutan.
TAHAP QFD Tahap pengumpulan Voice of Customer Tahap penyusunan rumah kualitas ( House of Quality ) Tahap analisis dan implementasi.
HOQ Dengan penjelasan setiap kompenen sebagai berikut : Kebutuhan dan Keinginan Konsumen adalah matriks yang memberikan informasi tentang keinginan atau kebutuhan pelanggan. Keinginan den kebutuhan pelanggan disusun secara terstuktur sehingga mengarahkan penelitian untuk mendapatkan data tentang kebutuhan konsumen (atribut) , data diperoleh melalui penelitian pasar secara kualitatif , baik dengan wawancara maupun mengisi kuisioner. Matriks Perencanaan/ Penelitian pasar dan perencanaan merupakan matriks perencanaan produk untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan riset pasar yang telah dilakukan Respon Teknis merupakan matriks yang berisi tentang kebutuhan-kebutuhan dari desain atau aspek teknis dari produk. Matriks ini berisi tentang penjelasan (deskripsi) produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya deskripsi/ respon teknis ini disusun berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen Hubungan menjelaskan tentang hubungan antara kebutuhan antara kebutuhanb pelanggan pada matriks VOC dan technical respons. Hubungan antara lain bersifat kuat , cukup atau lemah. Korelasi Persyaratan menggambarkan hubungan yang terjadi antar spek teknis pada technical response, korelasinya dapat dibedakan menadi korelasi positif dan negatif. Matriks Persyaratan Teknis antara lain berisi prioritas dari aspek teknis produk serta target tehnik yang direncanakan berdasarkan competitive benchmark untuk mencapai tujuan pengembangan kualitas produk.
RCA Menurut
Jucan (2005), RCA merupakan SUATU METODOLOGI UNTUK MENGIDENTIFIKASI DAN MENGOREKSI SEBAB-SEBAB YANG PENTING DALAM PERMASALAHAN OPERASIONAL DAN FUNGSIONAL. Metode RCA sangat berguna untuk menganalisis suatu kegagalan sistem tentang hal yang tidak diharapkan yang terjadi, bagaimana hal itu bisa terjadi, dan mengapa hal itu bisa terjadi. Tujuan dari penggunaan RCA adalah UNTUK MENGETAHUI PENYEBAB MASALAH ATAU KEJADIAN DENGAN MENGIDENTIFIKASI AKAR-AKAR PENYEBAB MASALAH TERSEBUT. jika akar penyebab dari suatu masalah tidak teridentifikasi, maka hanya akan mengetahui gejalanya saja dan masalah itu sendiri akan tetap ada. Dengan demikian RCA sangat baik digunakan untuk mengidentifikasi akar dari suatu masalah yang berpotensial dapat menimbulkan resiko operasional.
MENGAPA MENGGUNAKAN RCA? Dikarenakan RCA LEBIH MENDALAM DALAM MENGANALISA SUATU AKAR PENYEBAB PERMASALAHAN dengan menggunakan 5 why question-nya dibandingkan dengan metode lain, misal Fishbone Diagram/Ishikawa Diagram.
BACK
FMEA Severity
Severity merupakan suatu penilaian TINGKAT KEPARAHAN dari keseriusan effect yang ditimbulkan dari mode-mode kegagalan (failure mode), yang berdampak pada pengguna akhir (end user) baik dari segi pelanggan maupun proses-proses selanjutnya. Occurance Occurance merupakan suatu penilaian mengenai PELUANG (PROBABILITAS) FREKUENSI penyebab mekanisme kegagalan yang akan terjadi, sehingga dapat menghasilkan mode kegagalan yang memberikan akibat tertentu. Detection Detection merupakan suatu penilaian mengenai KEMAMPUAN DARI ALAT/PROSES KONTROL DALAM MENDETEKSI KESALAHAN maupun mode-mode kegagalan (failure mode) yang menyebabkan terjadinya kegagalan.
MENGAPA MENGGUNAKAN FMEA? FMEA digunakan untuk MEMBANGUN ALTERNATIF SOLUSI. Ketika terjadi KETIDAKTEPATAN dalam suatu proses, maka perlu dicari FAILURE KRITISnya. Kemudian dimunculkan MODA FAILURE-nya, atau penyebab mengapa failure tersebut terjadi. Setelah itu dinilai modanya dengan menggunakan kriteria penilaian yang terdiri dari SEVERITY, OCCURANCE, dan DETECTION. Dari ketiga kriteria penilaian tersebut diperoleh RISK PRIORITY NUMBER yang menunjukkan tingkat nilai prioritas dari moda yang ada. Setelah didapatkan BEBERAPA RPN TERTINGGI kemudian dibuat alternatif solusinya.
BACK
Uji kecukupan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus bernouli. Kuesioner awal yang disebar adalah sebanyak 100 kuesioner sebagai kuesioner pendahuluan. Kemudian dilakukan uji kecukupan seperti dibawah (𝑍𝑍2𝛼𝛼 )2 𝑝𝑝. 𝑞𝑞 𝑁𝑁 ≥ 𝑒𝑒 2
Dimana : N : Jumlah sampel minimum sebanyak 50 kuesioner 𝛼𝛼 : Tingkat signifikansi (5%) 𝑍𝑍 𝛼𝛼�2 : Nilai Z pada distribusi normal dengan probabilitas 𝛼𝛼�2 pada 𝛼𝛼 = 10%, maka 𝑍𝑍 𝛼𝛼�2 = 1.96 e : Toleransi kesalahan yang digunkan (5%) 94 p : Prosentase jumlah kuesioner yang benar 100 q
6
: Prosentase jumlah kuesioner yang salah 100
Dari perhitungan persamaan di atas maka didapatkan : (1.96)2 94 6 100 ≥ (0.05)2 100 100 100 ≥ 86.6665
Karena N > N’ , maka didapatkan kesimpulan data tersebut sudah cukup dan dapat mewakili populasi
(4.1)