INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA
DESI ARYANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul:
INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA
merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Agustus 2009
Desi Aryani NRP. H353070031
3
ABSTRACT
DESI ARYANI. Market Integration of Rice and Sugar in Thailand, Philippines and Indonesia (DEDI BUDIMAN HAKIM as Chairman and RATNA WINANDI as Member of the Advisory Committee). Opening up market within ASEAN members especially for agricultural products will lead to the price relation on those products. The law of one price will take place if no trade barriers are imposed. As a result, price transmission and also market integration are hampered due to this trade policy. The objective of this study is to analyze spatial market integration of rice and sugar commodity in Thailand, Philippines and Indonesia. The study used secondary data such as monthly price of rice and sugar, and also domestic exchange rate of each country to US Dollar. Vector autoregression model applied to investigate whether rice and sugar markets in these countries are co-integrated. The result showed that rice and sugar markets in Thailand, Philippines and Indonesia are co-integrated at a weak level. This condition is a consequence of import policy (tariff and non-tariff) applied by these countries. Keywords: market integration, price, rice, sugar
4
RINGKASAN
DESI ARYANI. Integrasi Pasar Beras dan Gula di Thailand, Filipina dan Indonesia. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan RATNA WINANDI. ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2003 merupakan bentuk liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Tenggara. Liberalisasi perdagangan antara negara anggota ASEAN khususnya untuk produk pertanian akan menciptakan hubungan harga antarproduk di negaranegara tersebut. Hal ini terjadi jika tidak ada hambatan perdagangan yang diberlakukan, sehingga transmisi harga dan integrasi pasar akan terjadi akibat diterapkannya kebijakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis integrasi spasial antarpasar beras dan gula di Thailand, Filipina dan Indonesia, (2) menganalisis sumber perubahan harga beras dan gula di Indonesia yang berasal dari perubahan harga beras dan gula di Indonesia, Thailand dan Filipina, dan (3) mengidentifikasi kebijakan perdagangan beras dan gula di Indonesia dan implikasinya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data bulanan harga beras dan gula di tiga negara ASEAN (Thailand, Filipina dan Indonesia) serta nilai tukar mata uang domestik masing-masing negara tersebut terhadap dolar Amerika. Model penelitian ini merupakan suatu model yang menganalisis data deret waktu dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008. Data deret waktu umumnya bersifat tidak stasioner sehingga alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan dengan model Vector Autoregression (VAR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar beras dan gula di Thailand, Filipina dan Indonesia telah terintegrasi dengan tingkat integrasi yang sangat lemah. Artinya apabila terjadi perubahan di dalam pasar beras dan gula suatu negara akan mempengaruhi pergerakan pasar beras dan gula negara lainnya dengan perubahan yang sangat kecil (dilihat dari nilai koefisiennya yang lebih kecil dari satu). Kondisi ini disebabkan oleh masih adanya kebijakan pengendalian impor (baik tarif maupun nontarif) yang diterapkan oleh tiga negara ASEAN tersebut terhadap komoditi beras dan gula. Hasil analisis Variance Decomposition pada model beras menunjukkan bahwa variasi harga beras Indonesia masih bisa dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 74 persen, 17 persen oleh harga beras Thailand dan hanya 9 persen oleh harga beras Filipina. Dapat disimpulkan bahwa pasar beras Indonesia lebih dapat menjelaskan variasi yang ada dalam penentuan harga beras diantara ketiga negara tersebut. Pasar beras Indonesia sedikit terisolasi dari dua pasar beras negara lainnya, hal ini disebabkan adanya kebijakan pengendalian impor yang diterapkan pemerintah. Selain itu walaupun berperan sebagai importir tetapi Indonesia juga adalah produsen beras yang besar sehingga kebutuhan beras domestik tidak hanya bergantung pada impor saja, tetapi juga bisa disediakan oleh produksi beras domestik. Pada model gula hasil analisis Variance Decomposition menunjukkan bahwa variasi harga gula Indonesia dapat dijelaskan oleh dirinya sendiri sebesar 47 persen sisanya dapat dijelaskan oleh variabel harga gula Thailand sebesar 27 persen dan variabel harga gula Filipina sebesar 26 persen. Jika dibandingkan hasil
5
analisis Variance Decomposition pada model beras dengan hasil analisis pada model gula, dapat dilihat bahwa pasar beras Indonesia lebih dapat menjelaskan variasi harga yang terjadi dibandingkan dengan pasar gulanya. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat impor beras Indonesia lebih kecil dari impor gula, kondisi ini sebagai akibat kecilnya produksi gula Indonesia sehingga kebutuhan konsumsi gula lebih banyak dipenuhi dari impor. Kebijakan perdagangan yang memproteksi pasar domestik (baik melalui tarif maupun nontarif) akan menghambat terjadinya integrasi pasar. Padahal apabila integrasi pasar terjadi dengan baik (sempurna), berarti perdagangan bebas telah dijalankan. Sebagaimana diketahui bersama, salah satu keuntungan tambahan dari perdagangan bebas yang sangat penting adalah terpupuknya skala ekonomi. Perdagangan bebas akan menghindarkan terjadinya kerugian efisiensi yang seringkali diakibatkan oleh adanya proteksi. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya pemerintah menerapkan kebijakan yang bertujuan memperbaiki pasar beras dan pasar gula domestik melalui peningkatan efisiensi ekonomi beras dan gula nasional, baik aspek budidaya, pascapanen, pengolahan maupun pemasaran hasil. Hal ini juga dilakukan supaya tingkat ketergantungan Indonesia pada pasar beras dan gula dunia yang tipis tidak terlalu besar sehingga ketahanan pangan Indonesia tidak rentan terhadap gejolak harga dunia. Kata kunci: integrasi pasar, harga, beras, gula
6
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
7
INTEGRASI PASAR BERAS DAN GULA DI THAILAND, FILIPINA DAN INDONESIA
DESI ARYANI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
8
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Integrasi Pasar Beras dan Gula di Thailand, Filipina dan Indonesia . Penulis banyak mendapatkan bantuan dan masukan selama penelitian, baik berupa petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung hingga tersusunnya laporan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. dan Dr. Ir. Ratna Winandi, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat membantu selama penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.S. selaku Ketua Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian. 2. Dr. Ir. Parulian Hutagaol, M.S. selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. 3. Adik-adikku terkasih (Deby, Rian, Amaliah, Amilah dan Fendi, Farhan, Amirah) untuk doa dan dukungannya kepada penulis. 4. Teman-teman EPN angkatan 2007 (Mbak Wiwiek, Dian, Mas Roni, Wanti, Mbak Asri, Pak Zul, Mas Ferry, Mas Ambar, Pak Adi, Pak Narta dan Pak Suryadi) untuk kebersamaan dalam suka dan duka selama perkuliahan dan proses penulisan tesis ini.
9
5. Seluruh staf Mayor EPN (Mbak Ruby, Mbak Yani, Mbak Aam, Ibu Kokom dan Pak Husein) yang selalu sabar dan menyediakan waktu untuk membantu penulis selama perkuliahan sampai akhir penulis menyelesaikan studi. 6. Keluarga di PCH (Kak Sahara, Tuti dan Sherly) untuk dukungan dan kebersamaannya di rumah kita. 7. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak memberikan sumbang saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB. Secara khusus dengan penuh rasa cinta kasih dan hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Ibunda Siti Aisyah dan Ayahanda Zawawi Usman serta Ibu mertua Hj. Asma dan Bapak H. Ali Umar yang selalu mendoakan untuk keberhasilan penulis. Terima kasih tak terhingga kepada suami tercinta Ahmad Mutawalli dan putri terkasih Farah Fathinah, inilah persembahan kecil Ummi sebagai pengganti waktu dan kebersamaan yang terpaksa sedikit berkurang selama proses penyelesaian studi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT menerima apa yang telah penulis lakukan sebagai wujud syukur kepada-Nya dan Allah mengampuni semua kesalahan kita. Amin.
Bogor,
Agustus 2009
Desi Aryani
10
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 22 Desember 1981 dari Ayah Zawawi Usman dan Ibu Siti Aisyah, S.Pd. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Palembang dan pada tahun yang sama penulis diterima pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Pendidikan sarjana tersebut diselesaikan pada tahun 2003. Penulis melanjutkan Program Magister Sains di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 dengan Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Universitas Sriwijaya sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang. Bidang ilmu yang menjadi konsentrasi adalah Agribisnis, Sosial Ekonomi Pertanian.