arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksplorasi Seni Ebru: Keragaman Grid dalam Proses Melukis Di Atas Air Indra Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Seni ebru adalah seni lukis dari Turki yang media dasarnya adalah air pada saat melukis dan dipraktikan sejak abad ke-13. Ketika mendengar kata melukis, media yang seringkali terlintas di benak kita adalah kanvas atau kertas, cat, dan kuas. Untuk cat air, maka kanvas atau kertas menjadi media dasar yang umum. Pada seni ebru, kertas baru digunakan untuk merepresentasikan hasil lukisan tersebut setelah proses melukis selesai. Persiapan seni ebru diawali melarutkan tragacanth - cairan putih yang berasal dari getah beberapa jenis tanaman di Eropa dan di Asia - ke dalam air. Tragacanth ini memberikan kekentalan dan daya rekat pada air, namun dapat pula menggunakan sejenis bubuk agar-agar sebagai penggantinya. Campuran cairan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah wadah dengan ketinggian sekitar enam sentimeter. Sementara itu, disiapkan pula beberapa warna cat yang tidak larut dalam air. Kuas yang dicelupkan ke dalam cat perlu memiliki ukuran yang sesuai dengan motif yang diinginkan dan digunakan dengan dikibaskan ke permukaan campuran cairan yang telah disediakan. Proses melukis di atas permukaan tersebut kemudian dimulai dengan mencelupkan tongkat kecil ke dalam cat dengan warna tertentu dan kemudian dicelupkan pada permukaan cairan yang telah tersedia. Lukisan tersebut bisa dieksplorasi dengan dikikis dengan tongkat kecil sesuai dengan kreativitas. Setelah lukisan di permukaan cairan tersebut selesai dibuat, selembar kertas kosong berukuran kurang lebih sama dengan permukaan cairan tersebut diletakkan di atasnya. Setelah lima sampai sepuluh menit, angkat secara perlahan-lahan kertas tersebut dan lukisan tersebut akan menempel pada kertas. Kertas tersebut kemudian dikeringkan. Jika proses ini berhasil dilakukan, berarti kita telah berhasil mempraktikkan seni Ebru.
Gambar 1. Contoh Proses Praktik Seni Ebru
2
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksperimen yang Dilakukan Terkait dengan Hasil Pembelajaran Mengenai Seni Ebru Cara melukis di atas air tentu akan lebih variatif tika dibandingkan dengan melukis langsung di atas kertas atau kanvas. Sifat likuiditas dari air bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan karakteristik lukisan atau motif yang lebih variatif. Cara melukisnya pun akan lebih variatif. Pada kesempatan kali ini, saya melakukan beberapa jenis eksperimen dan dari hasil eksperimen tersebut saya akan membandingkan karakteristik lukisan atau motif yang dihasilkan dari cara melukis (marbling) yang berbeda. Eksperimen yang saya lakukan antara lain: 1. Mengulang kembali metode marling dalam Seni Ebru. Marbling dalam Seni Ebru dilakukan dengan menaruh cat di atas air kemudian dibentuk dengan menggoreskannya dengan kawat. 2. Marbling dengan menggunakan sedotan yang salah satu ujungnya diletakkan ke dalam air dan ujung lainnya ditiup sehingga gelembunggelembung udara terbentuk dan air bergerak karena adanya tekanan angin. 3. Marbling dengan menggunakan sedotan yang salah satu ujungnya diletakkan di atas permukaan air (tidak menempel di permukaan air, hanya mendekati) khususnya di atas cat yang telah ditaruh di atasnya dan ujung satunya ditiup. 4. Marbling dengan meniup langsung ke permukaan air. 5. Marbling dengan dikipas baik secara manual atau pun dengan kipas angin. Dari percobaan pertama dan kedua, melukis atau marbling masih menempel pada permukaan lukis. Percobaan ketiga, keempat, dan kelima marbling dilakukan tanpa menyentuh permukaan lukis. Pada percobaan pertama, proses melukis atau marbling menggunakan benda padat yaitu kawat. Pada percobaan kedua, motif lukisan dihasilkan dari air yang digerakkan. Pada percobaan ketiga, keempat, dan kelima, motif lukisan dihasilkan dari tekanan udara. Perbedaan percobaan ketiga, keempat, dan kelima adalah dari arah gaya anginnya. Percobaan ketiga arah anginnya lebih memusat karena ditiupkan melalui sedotan sehingga angin cenderung berkumpul dan lebih mengarah ke satu titik tertentu. Percobaan keempat karena ditiup langsung dengan mulut tanpa alat bantu lain, angin yang dihasilkan akan lebih menyebar tetapi masih memusat pada titik tertentu. Percobaan kelima anginnya akan menyebar dengan lebih luas dengan arah angin sesuai dengan kipasan yang dilakukan. Sebelum melakukan percobaan di atas, saya mempelajari terlebih dahulu karakter material yang digunakan dalam proses marbling. Cara saya mempelajarinya adalah dengan melakukan eksperimen. Percobaan pertama yang saya lakukan adalah mencampurkan bubuk agar-agar ke air. Dari percobaan ini saya ingin mengamati bagaimana air mengental. Percobaan kedua adalah mencampurkan air biasa dan air yang sudah dikentalkan dengan minyak sehingga saya bisa mengamati bagaimana air biasa dan air yang sudah dikentalkan terpisah dari minyak. Pada percobaan ketiga saya mencampurkan cat poster ke air dan ke minyak, kemudian saya amati pencampuran tersebut untuk mengetahui apakah cat poster bisa larut di minyak atau tidak. Jika cat poster tidak bisa larut di minyak, saya akan melakukan percobaan serupa dengan menggunakan cat akrilik. Dari percobaan ini saya ingin mencari tahu apakah cat poster atau cat akrilik yang telah tercampur dengan minyak masih akan larut di air dan bagaimana cat tersebut larut. Jika cat yang sudah tercampur dengan minyak tidak larut sama sekali dengan air atau hanya sebagian yang larut, maka cat poster atau cat akrilik dapat digunakan dalam proses marbling. 3
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Dengan adanya percobaan yang variatif ini terdapat banyak variasi motif lukisan dengan karakteristik yang berbeda-beda dapat dihasilkan. Salah satu cara hasil lukisan dengan teknik yang berbeda adalah dengan membuat grid pada permukaan lukisan dan memperhatikan perubahan yang terjadi terkait aksi yang dilakukan dalam setiap proses melukis. Percobaan ini membuktikan bahwa melukis tidak harus dilakukan di atas benda padat tetapi juga bisa dilakukan di atas air dan bisa pula diabadikan dengan mencetaknya di atas kertas, kain, dan lain sebagainya. Melukis tidak harus dengan menggunakan benda padat yang digoreskan sehingga sebuah lukisan bisa terbentuk, tetapi dengan air yang bergerak dan udara yang berhembus pun bisa menghasilkan sebuah lukisan yang mempunyai ciri khas tersendiri. Mengenal Karakter Material dalam Proses Melukis ala Seni Ebru: Eksperimen Medium dan Substansi pada Permukaan Eksperimen Tahap I: Eksperimen Likuiditas Material Eksperimen 1: Mengamati air dan minyak yang dimasukkan ke dalam suatu wadah Hasil eksperimen 1: air dan minyak memenuhi syarat untuk disebut sebagai zat cair karana bentuknya menyesuaikan wadahnya dan dalam keadaan tenang permukaannya datar. Eksperimen 2: Mencampurkan air dengan bubuk agar-agar dengan cara dimasak Hasil Eksperimen 2: Air yang bercampur dengan bubuk agar-agar mengeras sehingga sifatnya menjadi lebih padat walaupun bentuknya masih dapat sedikit berubah sesuai dengan wadahnya.
Gambar 2.Contoh pencampuran medium eksperimen 1 (kiri), 2 (tengah), serta 3 (kanan)
Eksperimen 3: Mencampurkan air dengan tepung kanji dengan cara dimasak Hasil eksperimen 3: Air menjadi mengental tetapi bentuknya masih tetap menyesuaikan dengan wadahnya dan dalam keadaan tenang permukaannya datar sehingga karakter zat cair masih dapat ditemukan pada campuran air dan tepung kanji ini. Eksperimen Tahap II: Eksperimen Pencampuran Antar Medium Eksperimen 4: Mencampurkan air dengan minyak Hasil eksperimen 4: Air dan minyak memiliki karakter substansi yang berbeda sehingga terpisah satu sama lain dan terbagi menjadi permukaan yang berbeda dimana air berada di lapisan bawah dan minyak berada di lapisan atas. Eksperimen 5: Mencampurkan agar-agar dengan minyak Hasil eksperimen 5: Agar-agar dan minyak terpisah seperti yang terjadi pada pencampuran air dan minyak.
4
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksperimen 6: Mencampurkan agar-agar dengan air campuran dengan cat poster di Hasil eksperimen 6: Agar-agar dan air terpisah. Dari percobaan ini dapat dilihat bahwa air yang telah bercampur dengan substansi tertentu seperti agar-agar berubah karakternya dan tidak bisa menyatu lagi dengan air biasa
Gambar 3. Contoh pencampuran medium eksperimen 4 (kiri) ,5(tengah), serta 6 (kanan)
Eksperimen 7: Mencampurkan minyak dengan campuran air dan tepung kanji dengan menuangkan minyak ke atas campuran air dan tepung kanji dan kemudian didiamkan Hasil Eksperimen 7: Minyak terapung di atas campuran air dan tepung kanji. Eksperimen 8: Sama dengan eksperimen 7 tetapi campuran diaduk, tidak didiamkan. Hasil eksperimen 8: Sebagian besar minyak berubah menjadi gelembunggelembung kecil di antara larutan air dan tepung kanji dan minyak yang tidak berubah menjadi gelembung mengapung di atas larutan. Eksperimen 9: Sama seperti eksperimen 8 tetapi pada eksperimen kali ini dicampur dengan air dan diaduk Hasil eksperimen 9: Dari pencampuran yang dilakukan, secara umum menghasilkan tiga lapisan yaitu lapisan teratas yang merupakan lapisan minyak, lapisan tengah yaitu lapisan pencampuran gelembung-gelembung minyak dengan larutan air dan tepung kanji, dan lapisan paling bawah yaitu lapisan air.
Gambar 4. Contoh pencampuran medium eksperimen 7 (kiri) ,8 (tengah), serta 9 (kanan)
5
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksperimen Tahap III: Eksperimen Pencampuran Substansi (Cat) dan Medium Eksperimen 10: Pencampuran cat poster (kiri) dan cat akrilik (kanan) ke dalam air Hasil eksperimen 10: Cat poster dan cat akrilik larut dalam air. Eksperimen 11: Pencampuran cat poster dan cat akrilik ke dalam minyak Hasil eksperimen 11: Cat poster maupun cat akrilik tidak dapat larut dalam minyak.
Gambar 5. Contoh pencampuran medium eksperimen 10 (kiri) ,dan 11 (kanan)
Eksperimen 12: Mencampurkan larutan air dan cat poster dengan minyak Hasil Eksperimen 12: Larutan air dan cat poster terpisah dengan minyak. Bagian larutan yang terpisah oleh minyak membentuk gelembung dan tidak saling menyatu jika tidak diberi gaya dari luar. Dengan demikian, substansi yang berbeda dapat memisahkan substansi lainnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Gambar 6. Contoh pencampuran medium eksperimen 12
Eksperimen 13: Mencampurkan cat minyak dengan air Hasil eksperimen 13: cat minyak dan air tidak saling tercampur. Eksperimen 14: Mencampurkan cat minyak dengan minyak (goreng) Hasil eksperimen 14: Cat minyak dan minyak (goreng) saling tercampur dengan baik.
Gambar 7. Contoh pencampuran medium eksperimen 13 (kiri) dan 14 (kanan)
6
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksplorasi Seni Ebru Eksplorasi 1 Medium: agar-agar Cat yang digunakan: Cat minyak Karakter lukisan yang dihasilkan: cat minyak lebih cepat meresap di kertas dan rembesan lebih sedikit sehingga hasil cetakan lukisan di kertas hampir serupa dengan yang dilukis langsung di atas agar-agar. Gambar 8. Lukisan hasil eksplorasi 1 & 2
Eksplorasi 2 Medium: agar-agar Cat yang digunakan: Cat poster Karakter lukisan yang dihasilkan: cat poster lebih lambat meresap di kertas sehingga ketika kertas diangkat, cat poster merembes ke sekitarnya dan menyebabkan lukisan yang dihasilkan menjadi samar atau berbeda cukup jauh dari yang dilukis. Eksplorasi 3 Medium: air Cat yang digunakan: Cat minyak Eksplorasi melukis dilakukan dengan kepekatan cat minyak yang berbeda-beda yaitu: 1. Cat minyak yang pekat Karakter lukisan yang dihasilkan: Cat cenderung membulat dan ketika di angkat ada bagian cat yang merembes. Hal tersebut terjadi karena pada bagian kertas yang sudah diserap oleh air tidak dapat diserap minyak sehingga cat minyak yang belum terserap oleh kertas akhirnya merembes ke permukaan kertas bagian lainnya ketika kertas diangkat dari permukaan medium gambar. Pada cetakan kedua terlihat bahwa cat yang masih tersisa di permukaan medium gambar menyebar dan membentuk outline yang membulat serta saling terhubung antar bagian. Pada cetakan kedua masih dapat terlihat warna merah cat minyak yang cukup pekat dan banyak yang mengisyaratkan bahwa cat yg terlalu pekat dan banyak tidak bisa terserap seluruhnya karena adanya keterbatasan daya serap permukaan kertas pada luasan tertentu.
Gambar 9. Lukisan hasil cetakan pertama (kiri) dan cetakan kedua (kanan)
7
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
2. Cat minyak dengan kepekatan sedang Karena tidak terlalu pekat, cat minyak dapat merembes lebih jauh pada permukaan kertas. Pada cetakan kedua, cat tidak terlalu menyebar seperti pada percobaan sebelumnya dan cat cenderung membulat, berkumpul pada titik-titik tertentu. Pada bagian-bagian cat yang terpisan dengan bagian lainnya cenderung membentuk gelembung-gelembung sendiri yang berbentuk bulat. 3. Cat minyak dengan kepekatan rendah Karakter lukisan yang dihasilkan: Cat yang diletakkan secara menyebar dengan kepekatan rendah tetap membentuk bulatan-bulatan gelembung udara dan ada bagian yang merembes ke bagian lainnya.
Gambar 10. Lukisan cat minyak sedang cetakan pertama (kiri) dan cetakan kedua (tengah) serta lukisan dengan kepekatan rendah (kanan)
4. Cat minyak dengan kepekatan rendah dan tetesan cat yang lebih kecil Karakter lukisan yang dihasilkan: Dengan tetesan cat yang lebih kecil ternyata sangat mengurangi banyaknya cat yang merembes dan lebih banyak tetesan cat yang membentuk mendekati bulatan sempurna.
Gambar 11. Lukisan cat minyak dengan kepekatan rendah (kiri) dan tetesan kecil (kanan)
Eksplorasi 4 Medium: minyak Cat yang digunakan: Cat poster 8
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Karena daya resap minyak lebih cepat dari pada air (sesuai dengan hasil eksperimen yang dilakukan yaitu sekitar lima kali lebih cepat), maka cat poster teresap dengan lebih rapi jika dilihat dari outline-nya yang lebih jelas dari percobaan sebelumnya. Pada cetakan kedua, kertas terlihat cukup bersih yang menunjukkan cat poster terserap hampir seluruhnya oleh kertas dan cenderung tidak tertinggal di permukaan kertas. Cat yang tertinggal tenggelam ke dasar minyak karena massa jenis minyak yang lebih rendah (perhatikan eksperimen yang sudah dilakukan sebelumnya).
Gambar 11. Lukisan cat poster
Eksplorasi 5 Medium: Larutan air dan tepung kanji Cat yang digunakan: Cat minyak Cara mencetak lukisan dengan kertas: Kertas ditaruh diatas permukaan gambar selama sekitar sepuluh detik dan kemudian diangkat. Lendir yang bercampur dengan rembesan cat yang melekat pada lukisan yang sudah tercetak di kertas dibersihkan dengan cara dilap dengan kain dan setelah itu dikeringkan. Lukisan lebih mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan. Cat yang merembes ketika proses pencetakan tidak mengotori permukaan gambar karena gambar secara otomatis dilapisi oleh lapisan larutan air dan tepung kanji (seperti lapisan lem). Hasil cetakan hampir serupa dengan yang digambar atau termotif pada permukaan medium larutan air dan tepung kanji.
Gambar 12. Lukisan cat minyak dengan kanji
9
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Menelusuri Grid yang Terbentuk Akibat External Forces yang Diberikan pada Medium Lukisan Medium yang digunakan untuk menelusuri grid yang terbentuk ketika ada external forces yang digunakan adalah larutan air dan tepung kanji karena dengan menggunakan larutan ini lukisan lebih mudah dibentuk dan likuiditas dari medium ini masih memungkinkan untuk melakukan eksplorasi yang beragam terkait Seni Ebru. Proses awal yang dilakukan untuk menelusuri grid dari setiap eksplorasi yang berbeda-beda yaitu dengan memberikan eksternal forces pada medium adalah dengan membuat grid yang rapi terlebih dahulu pada permukaan gambar seperti gambar di bawah ini (gambar dibawah ini merupakan hasil cetakan dari grid yang dibuat di atas permukaan medium).
Keterangan gambar: Grid yang terbentuk External forces yang diberikan External forces yang diteruskan Gambar 13. Grid dan eksternal forces
Eksplorasi Tahap I: Eksplorasi dengan 1 External Force Eksplorasi 1 External force yang diberikan: menggoreskan permukaan gambar dengan menggunakan kawat Grid yang terbentuk: Grid melengkung mengikuti arah tarikan goresan yang dilakukan pada permukaan medium. Eksplorasi 2 External force yang diberikan: Medium ditiup dengan menggunakan sedotan yang salah satu ujungnya dicelupkan ke dalam medium. Grid yang terbentuk: Grid melengkung menjauhi pusat tiupan yang menghasilkan gelembung udara di kiri dan kanan pusat tiupan. Pada grid yang berada di tengah menekukhingga membentuk sudut lancip menjauhi pusat tiupan.
Gambar 14. Grid dan eksternal forces pada eksplorasi 1 (2 gambar di kanan) dan eksplorasi 2 (2 gambar di kiri)
10
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Eksplorasi 3 External force yang diberikan: Medium ditiup dengan menggunakan sedotan di atas permukaannya. Grid yang terbentuk: Pada pusat tiupan, grid-grid yang berada disekitarnya cenderung membelok membundar mengitari pusat tiupan. Sementara itu, grid yang berada cukup jauh dari pusat tiupan tidak banyak terpengaruh dari external force yang diberikan.
Gambar 14. Grid dan eksternal forces pada eksplorasi 3 (atas) dan eksplorasi 4 (bawah)
Eksplorasi 4 External force yang diberikan: Medium ditiup langsung dengan menggunakan mulut dari atas medium permukaan gambar. Grid yang terbentuk: Hampir sama dengan percobaan sebelumnya tetapi eksplorasi kali ini pengaruhnya lebih lebar dan grid yang terbentuk tidak hanya melengkung tetapi juga bercabang. Eksplorasi 5 External force yang diberikan: Medium ditiup langsung dengan menggunakan mulut dari samping atas medium permukaan gambar. Grid yang terbentuk: Grid memusat pada titik pusat tiupan yang arahnya mengikuti arah tiupan yaitu dari samping. Grid yang berada di samping melengkung hingga hampir membentuk lingkaran penuh akibat tiupan yang dilakukan.
11
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
Gambar 15. Grid dan eksternal forces pada eksplorasi 5 (atas), eksplorasi 6 (tengah) dan eksplorasi 7 (bawah) Eksplorasi 6 External force yang diberikan: Medium dikipas satu arah secara manual. Grid yang terbentuk: Tidak banyak perubahan grid yang terjadi dari eksternal force yang diberikan karena eksternal force yang diberikan bersifat menyebar sehingga menjadi lebih kecil. Selain itu, kipasan secara manual juga tidak memberikan gaya yang cukup besar. Yang terpengaruh hanya grid yang berada di tengah yaitu sedikit melengkung sedangkan grid pada bagian kiri dan kanan cenderung stabil karena ditahan oleh bagian tepi wadah yang menampung medium Eksplorasi 7 External force yang diberikan: Medium dikipas dengan menggunakan kipas angin dengan kecepatan yang cukup tinggi. Grid yang terbentuk: Grid melengkung terutama pada bagian tengahnya dan hampir membentuk setengah lingkaran. Eksplorasi Tahap II: Eksplorasi dengan Lebih dari 1 External Force Grid yang digunakan pada eksplorasi tahap 2 ini berupa kotak-kotak yang rigid agar penelusuran mengenai perubahan grid yang terjadi lebih kompleks. Di bawah ini merupakan hasil cetakan grid yang digunakan.
Gambar 15. Rangkaian eksplorasi Tahap II
Eksplorasi pada tahap ini merupakan serangkaian eksplorasi yang berlanjut sehingga perjalanan setiap perubahan grid akibat dari external force yang diberikan secara bertahap dapat ditelusuri. Eksplorasi 1 External force yang diberikan: Permukaan medium digores dengan menggunakan kawat secara diagonal. Eksplorasi 2 12
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
External force yang diberikan: Setelah melakukan proses yang sama yang dilakukan pada eksplorasi 1, medium ditiup dengan menggunakan sedotan yang salah satu ujungnya dicelupkan ke dalam medium. Eksplorasi 3 External force yang diberikan: Setelah melakukan proses yang sama yang dilakukan pada eksplorasi 1 dan eksplorasi 2, medium ditiup dengan menggunakan mulut dari samping pada salah satu diagonal.
Gambar 15. Rangkaian eksplorasi 1 (atas), 2 (tengah), 3 (bawah)
Kesimpulan Dari eksplorasi mengenai proses melukis di permukaan zat cair sebagai hasil pembelajaran dari Seni Ebru, dapat dilihat bahwa banyak karakter lukisan dan motif yang bisa dihasilkan. Dari tinjauan mengenai perubahan grid yang terjadi akibat external force yang diberikan pada medium gambar baik yang di dalam medium, di permukaan medium, hingga di atas permukaan medium, terlihat bahwa likiuditas dari zat cair sangat mempengaruhi karakter lukisan berikut gridnya yang juga bersifat likuid yaitu bisa berubah-ubah. Setiap external force yang diberikan menghasilkan karakter lukisan yang berbeda pula. Tidak hanya external force yang mempengaruhi karakter lukisan, tetapi juga 13
arsitektur.net
2012 vol. 6 no. 2
internal force dari medium dan substansi yang digunakan. Medium yang berbeda dan substansi yang berbeda, dalam penggunaannya dalam proses melukis akan menghasilkan lukisan yang berbeda pula. Setiap medium dan substansi mempunyai karakter masing-masing dan akan menghasilkan permukaan yang mempunyai keunikan tersendiri. Pada medium zat cair yang digunakan dalam Seni Ebru sekaligus sebagai dasar eksplorasi saya, terlihat bahwa zat cair sangat berpotensi dalam menghasilkan lukisan yang dapat diabadikan dengan motif yang beragam dan dengan cara yang beragam pula serta. Referensi [1] Antika. The Turkish Journal Of Collectable Art, May1986. Issue:14. http:// 10:57) [2] Artequite, 2012. “How is Ebru Made?” http://www.artequite.com/shop/ebruart-of-marbling/manufacture-ebru-art-of-marbling/ (4 Mei 2012 pukul 16:37) [3] Ebru Workshop, 2011. http://www.ebruart.co.uk/ (26 April 2012 pukul 11:07) [4] Ebru Workshop, 2011. “The Mateials Used for Marbling.” Art of Marbling Paper. http://www.ebruart.co.uk/materials/ (4 Mei 2012 pukul 16:42) [5] Hicabi, Gülgen. “The Art of Ebru.” http://www.hicabigulgen.com/en/about_ ebru.htm (26 April 2012 pukul 11:03) [6] Gibson, James J.. 1986. The Ecological Approach to Visual Perception. Hillsdale, New Jersey London: Cornell University, Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
14