INDONESIA DARI ATAS SEPEDA
cantik sekaligus menyedihkan
01
OBYEKTIF Apa yang kita tahu tentang tiap jengkal tanah Indonesia? Tiap jengkal tanah yang diminati seluruh bangsa di dunia, sebuah tanah air yang menjadi logistik dunia dalam menggerakan roda peradaban selama
Baiklah, ada sebuah kendaraan sederhana yang efektif cenderung kita
ribuan tahun, lalu baru dimerdekakan 65 tahun lalu. Tidak perlu
lupa, saat selama ini dimanja berbagai berita teknologi transportasi
dipertanyakan lagi mengenai kemerdekaan, karena secara de-yure, hal
canggih namun tidak didukung infrastruktur pendukung. Apa itu?
ini telah jelas, tegas dikumandangkan duo-proklamator, namun apakah
SEPEDA.
secara de-facto demikian adanya?
Bagi sebagian besar pengguna sepeda, piranti ini katanya merupakan
Sebuah pertanyaan retorik disaat mayoritas diantara kita bahkan tidak
sebuah kemerdekaan terakhir disaat semua harus diatur dalam ranah
kenal nama tetangga sebelah jendela, saat ketimpangan amat terasa
undang-undang. 7langit sebagai sebuah perusahaan teknologi
antara kita dan saudara lainnya; saat lapar merupakan nama tengah
informasi mencoba menyelami apa sebetulnya yang mereka (pesepeda)
sebagian saudara kita dibelahan wilayah teritorial tanah air tercinta.
lihat tentang Indonesia dalam tiap kayuhan pedal dan deru jantung
Hal tersebut adalah sebuah fakta yang coba kita gali secara mendalam,
sebagai motor penggerak.
langsung dilapangan. Sama sekali tidak untuk mengendurkan semangat optimisme kawan-kawan yang tengah riuh dibangun bersama, tapi sebaliknya, bahwa di tiap jengkal Indonesia nan cantik, masih terdapat serpihan tawa, air mata, rentang budaya yang harus direkatkan dan dihadirkan ke tengah kita semua secara obyektif sebagai sebuah warta dengan netralitas terjaga.
Difasilitasi Sepedaku.com, sebuah forum sepeda online terbesar Di Indonesia, akan diberangkatkan delapan orang pesepeda ke sebuah daerah yang tidak pernah ditapaki tapak sepeda sebelumnya. Melewati hutan, lembah, perkebunan dan jalan setapak perkampungan yang penduduknya sudah empat puluh tahun belum pernah melihat pesepeda masuk ke area mereka; sebuah tempat ber-sekolah dasar satu ruang
Lantas media apa yang digunakan untuk menjelajah Indonesia jauh ke
kelas dan satu guru didalam bangunan yang tidak lebih bagus dari
pedalaman jalan setepak saudara-saudara kita saat infrastruktur jalan
(maaf) kandang kambing; beberapa kampung dengan penduduk ramah
tidak merata pembangunannya? Mobil? Aah tentu tidak bila harus
ditengah dengung individualitas kota besar.
membuat jalan baru terlebih dahulu dan merusak tatanan yang telah harmonis tercipta; motor?, Sanggup berapa lama dan berapa jauh hingga akhirnya kehabisan bahan bakar? Jalan kaki?, bisa, tapi perlu berapa lama?
01
RUTE DAN ALAT TRANSPORTASI PESERTA Kamis, 26 Agustus 2010 selepas sahur, rute yang akan mereka lewati tidaklah terlalu jauh dari Jakarta, hanya disepanjang bukit barisan
LIVE REPORT
selatan Sumatera, hingga area konservasi Tambling; pulau-pulau kecil
Didukung penuh 7langit melalui aplikasi #Garuda di BBku, selama
sekitar Anak Krakatau, hingga berakhir kembali ke Jakarta pada H-4 Idul
perjalanan tim akan menyampaikan ulasan singkat apapun yang mereka
Fitri, 6 September 2010. Untuk sampai kesana akan digunakan berbagai
temui dalam bentuk catatan ataupun photo. Tema laporan perjalanan
moda transportasi, mulai dari bis, truk (mungkin), feri, kapal kayu,
yang semoga bermanfaat mempertebal kecintaan kita akan tanah air
sepeda tentunya, bahkan sepatu (berjalan kaki). Karena rute yang
Indonesia; sebuah pandangan lebih dalam tentang Indonesia dari sudut
dilewati lumayan berat dan perjalanan ini bukanlah main-main,
pandang pesepeda yang semoga menunjukan kepada kita tentang tiap
melainkan sebuah penggalian informasi, maka yang diberangkatkan
jengkal tanah air yang tidak semua kita tahu.
adalah pesepeda yang telah terbiasa melakukan itu, serta tentu saja kompeten dalam bidangnya. Sebut saja Damhar, Berry, Edo, kesemuanya adalah pesepeda sekaligus fotografer profesional; lalu Daniel, adalah mahasiswa Universitas Indonesia semester akhir; lalu Inu Febiana yang telah cukup lama malang melintang di dunia sepeda; Norman, seorang guru yang menggunakan alam (flora fauna) sebagai media penghantar pendidikan; Ulil, seorang cameraman handal yang terbiasa mengabadikan berbagai
Selama Ramadhan 2010, kemerdekaan Indonesia ke-65, inilah sumbangan kami, pesepeda dari 7langit dan Sepedaku.com untuk Indonesia, sebuah informasi yang semoga obyektif; sebuah alur cerita tentang fakta yang semoga mampu membukan mata kita semua akan sebuah realita saudara sebangsa dan tanah air tercinta. Follow @sepedaku di twitter untuk mengikuti live report Diposting pada: 23-08-2010 18:37
kegiatan alam terbuka ekstrim, baik didalam maupun diluar negeri. Karena ini misi sosial, maka satupun dari mereka tidak ada yang dibayar.
02
Menikmati Sunrise... di Terminal Bis. Terminal bis, kali pertama yang terlintas dalam bayang sebagian besar
Subuh di terminal, ada keindahan disana, ada bahasa penghantar untuk
kita adalah sebuah tempat yang panas, pengap, polutif, kotor, kriminal,
masuk ke lingkungan tersebut, hingga berbagai imaji negatif sirna
semrawut, dan berbagai imaji cenderung miring lainnya. Benarkah
seiring embun dihempas surya. Maling mungkin saja ada, beberapa
selalu demikian adanya?
diantaranya cukup kasat mata, kami cuma tegur mereka, sedikit SKSD,
Tidak selalu demikian, tergantung dari kacamata mana melihatnya. Subuh tadi, saat matahari masih tampak sayu, kehidupan disini telah
lancarlah proses selanjutnya. "Sesama maling jangan saling ganggu ya mas", ya agak seperti itula bahasanya hehehe.
dimulai, terminal bis Kampung Rambutan. Muka kuyu tanpa mandi
Karena berbagai halangan, rencana awal ber-12, tim #semak10
menyambut kami, awak-awak bis mengarahkan, pedagang asongan
(Sumatera, Anak Krakatau 2010) tinggal bertujuh saja. Saat ini ditulis,
menjajakan. Tanpa proses negosiasi terlalu lama, terjadi kesepakatan
beberapa menit lagi kami akan sampai di Merak, untuk beralih ke feri.
berapa yang harus kami bayar untuk bis ber-AC hingga ke Merak,
Sampai jumpa Di Sumatera.
beserta sepeda tentunya.
Bersiap di terminal Kampung Rambutan
Diposting pada: 26-08-2010 14:10
Pencarian angkutan menuju pelabuhan Merak
Di sebuah jembatan penyeberangan dipagi hari
03
Solo - Aceh Empat Hari Empat Malam Widodo 28, Kirno 21, Yanto 29, Jaenuri 16, harus menempuh empat hari empat malam perjalanan dari Solo Menuju Aceh. Satu juta rupiah perkiraan total biaya perorang dikeluarkan hingga ketujuan. Solo Medan, ganti bis hingga ke Aceh. Besar nian negara kita, betapa hebatnya manusia yang mampu memimpin negara sebesar ini tanpa cacat. Anda bisa bertahan dalam perjalanan selama itu seperti halnya Widodo dan rekan-rekan?, kami sangsi. Bocah-bocah 'pelompat’ Sering dibahas diberbagai media tentang keberanian anak-anak ini. Bisa dipastikan alat respirasi mereka lebih bersih dibanding kita yang
Inu bersama Widodo dan rekan-rekan
hidup ditengah kota. Bagaimana tidak, tiap hari menghirup uap air garam yg digunakan medis sebagai pembersih. Bukan itu yg akan kita
Tiket Sepeda Untuk Menyeberang
perdalam, biar paramedis saja yang bicara supaya lebih sahih.
Bulan lalu, beberapa sahabat yang menyebrang masih diperlakukan layaknya penumpang reguler. Kali ini kami diperlakukan khusus. Tiket "sepeda roda dua" terpampang di loket, cukup bayar Rp18.500 per sepeda beserta orangnya. Tidak pula harus rewel meminta fasilitas khusus bagi pesepeda, sudah diberikan tempat saja terima kasih, toh kita bukan anak-anak. Cukup diikat webbing ke lambung kapal, sepeda kami pun aman.
Bocah-bocah “pelompat”
04
Sekilas Tentang 'Crew Gila' #semak10 Perjalanan belumlah sampai di 24jam pertama, tapi sepanjang itu tiap orang telah tahu detail apa yang harus dikerjakan, tanpa dikomando dilapangan, kecuali penjelasan global. Terang saja, mereka semua telah terbiasa 'bermain' seperti ini. Damhar Ahmad, 45th, fotografer senior dan tinggal di bilangan Lenteng
Norman, 33th, sehari-hari mengajar di sebuah sekolah Internasional,
Agung. Dedikasinya terhadap dunia sepeda tidak diragukan. Bukti
dari pre-school hingga SMU. Ditilik dari teknologi pendidikan, Norman
sederhananya adalah dia relakan tanah tinggal seluas 4800m² sebagai
menggunakan media flora dan fauna sebagai media penyampaian
bengkel sepeda tempat para pesepeda belajar, dan berkumpul.
kepada anak didik, meski spesialisasi dia sebetulnya adalah ular.
Berry Setia Wijaya, 33th, pesepeda, pula photografer profesional yang
Ulil, 31 tahun, bertugas mengambil gambar bergerak.Seringkali terlibat
rela membatalkan proyeknya demi mengikuti perjalanan ini. Bidikan
dalam pembuatan dokumentasi bersifat adventure bergengsi baik
SLR-nya selama perjalanan tidak diragukan, sayang kami tidak
didalam maupun luar negeri. Bobotnya paling ringan, 51 kg, namun
membawa serta laptop untuk menampilkan ke semua secara live.
kemampuan endurance bersepeda, kemungkinan diatas kami semua.
Ricky Joe, 30th, pesepeda yang cuma punya sedikit masalah dengan
Daniel, 22 tahun, peserta paling muda, dan merupakan mahasiswa
berat badan dengan bobot 'cuma' 106 kg. Tugas utamanya, motret
Universitas Indonesia fakultas sastra Perancis semester akhir. Tugasnya
apapun. Apapun, sampai-sampai sering ditemui dia sedang asyik motret
dalam perjalanan kali ini..., banyak.
diri sendiri. Inu Febiana, hhhmmm, dia paling males bicarakan personal, "@ifnubia saja", kilahnya.
Damhar
Berry
Ricky
Norman
Ulil
Daniel
Inu
05
Mengapa Gila? Jelas, mereka bukan yang paling, cuma sekelompok manusia yang
Secara sederhana, bahwa memang publik tidak berhak tahu atas
merelakan diri bekerja sesuai kemampuan untuk menunjukan kepada
segala jenis informasi, karena itulah terdapat sebuah 'benda' bernama
kita semua sisi lain dari negeri elok bernama Indonesia.
rahasia negara.
Musyawarah Mufakat Untuk Saling Menginjak
Sekarang 27 Agustus, 00:31:54, tinggal 30 menit perjalanan menuju
Pada proses persiapan keberangkatan, kami bermusyawarah mufakat
Sedayu Atas. Sebuah dataran tinggi tempat kami akan memulai
untuk mengerjakan Daniel sebagai bagian umum, sederhananya, yang
menunjukan sudut-sudut elok Indonesia atau sebaliknya yang belum
paling banyak mondar-mandir. Jangan dikira kesepakatan tersebut
pernah tertangkap media. Satupun diantara kami belum ada yang mandi
diambil diluar sepengetahuan 'sang korban', malah sebaliknya,
dan disebelah penulis, Norman ngorok entah keberapa kali, di bangku
dibicarakan secara terbuka..., dan semua setuju.
kayu sebuah warung nasi goreng kampung.
Bandingkan dengan retorika politika pemerintahan manapun diseluruh
Diposting pada: 27-08-2010 01:18
dunia, ataupun keseharian yang seolah berjalan dengan sendirinya, padahal semua berdasar kesepakatan.
Menikmati pemandangan sekitar
Norman berbagi
Transportasi laut kami
06
Kalau Hujan, Ya Jalan Kaki Ke Sekolah Masih kurang dari jam tujuh pagi, dingin masih menusuk hingga tulang dipelataran kantor Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, desa Sedayu bagian atas, kecamatan Semangka, Kabupaten Tanggamus. Jalan aspal lintas barat Sumatera menuju Bengkulu relatif rapih namun sepi, sesekali saja kendaraan melintas. Dari arah jalan setapak kampung, Tamson membonceng dua anak menuju sekolah. Adi kelas 3SD dan Tia kelas 2, keduanya bersekolah di SDN 3 Sedayu. Tiap hari mereka diantar, menggunakan motor 2 tak butut berban pacul. Tidak ada masalah saat jalan kering menempuh perjalanan 3,5
Adi, pelajar SD
Pak Tamson
km dari kampung Wonosari, namun bila hujan, jalan setapak itu sangat licin, motor tidak bisa lewat, kecuali ban belakang dipasangkan rantai, bila tidak, Adi dan Tia jalan kaki pulang pergi ke sekolah.
Kondisi ini sangat umum dan situasi yang biasa saja, toh masih dekat sekali dengan jalan besar antar provinsi, meski tidak ada angkutan umum jarak pendek, pun tidak ada masalah bagi anak-anak seperti mereka berjalan kaki. Fisik mereka terlatih dan kedepannya kelak, akan menjadi generasi tidak bergantung dengan daya juang diatas rata-rata dibanding anak-anak seusia mereka di daerah ibukota dengan fasilitas antar jemput. Indonesia kelak ditangan mereka.
07
Handoko Sang Petani Kakao Dan Retorika Pertanian Di Indonesia Hujan mengguyur Sedayu Atas di 27 Agustus 2010 sedari pagi hingga siang tadi pukul 14:00 baru berhenti. Menyisakan kabut tebal menutup jalan memperpendek jarak pandang. Kondisi ini membuat kami memutuskan untuk tinggal lagi semalam di warung Pak Santo, karena dipastikan akan kemalaman hingga kampung berikutnya, terlalu beresiko untuk sebuah daerah dengan medan setapak dan hutan tidak kami kenal. Beberapa petani tampak meneduh menunggu reda. Menggunakan motor dengan ban belakang diselimuti rantai untuk menambah daya cengkram diatas tanah licin sisa hujan. Disela itu sejenak dia bercerita sedikit tentang pertanian kakao yg digelutinya selama bertahun-tahun. Handoko, pria berusia 38 tahun asal Jawa, 2 anak, telah lebih dari 20 tahun tinggal desa Tugu Papak, Tenggamus. Dia beserta beberapa rekan baru saja pulang menyiangi rumput di sepertiga hektar lahan kakau miliknya. Saat kakao masih muda, serangan jamur, dan hama pembusuk merupakan 'teman', belum lagi saat matang, tupai menjadikannya sebagai 'rumah makan'. Kabut tebal
Berapa pendapatan dia dengan bertani tradisional (tumpang sari) seperti itu?, mari kita hitung sederhana. Dengan lahan seluas sepertiga hektar, Handoko bisa memetik kakao dua kali dalam sebulan untuk 50 kg dalam kondisi basah. Dengan penyusutan 70%, setelah dikeringkan, sisa 15 kg yang bisa dijual ke tengkulak di desa Sukaraja dengan harga Rp17.000 hingga Rp20.000 per kilo. Bila kita ambil nilai tengah dari harga jual tersebut, yaitu Rp18.500. Dalam sekali petik, berarti dia akan mendapatkan uang sebesar Rp277.500 dan Rp555.000 dalam sebulan, kotor. Nilai yang tidak kecil untuk GDP kabupaten Tanggamus, apalagi Sedayu Atas sini, apalagi spesifik kepada pola hidup Handoko.
Handoko (paling kiri) dan teman-temannya
Kakao
Dikatakan tumpangsari, karena bagi orang-orang seperti Handoko, kakao bukanlah komoditas utama di lahan perkebunannya, ditambah lagi dengan berbagai tanaman kebun baik berbatang keras atau palawija. Sebut saja cengkeh, lada, pala, ubi, durian, kemiri, kayumanis, dan lain-lain, tidak terbatas. Jadi, berapa sebetulnya pendapatan Handoko dalam sebulan dengan hidup bertani model tradisional diatas tanah super subur Indonesia yang diwakili Tanggamus? Silahkan hitung sendiri. Ada yang menarik disini, yaitu kerjasama dalam proses pengerjaan produksi. Petani lain saling bantu bila memang proses pengerjaan diperlukan banyak tangan, penyemprotan hama dan panen diantaranya. Kami tidak menanyakan tentang biaya tenaga mereka, tapi dipastikan murah bila memang itu ada. Salah seorang dekat Handoko nyeletuk, "dikasih makan saja sudah cukup, yang penting saat saya nanti perlu bantuan, ya dibantu juga". Indah nian bukan?, sebuah kondisi yang amat jarang kita temukan dalam keseharian kehidupan di kota besar seperti Jakarta. 08
Pertanian dan Ketahanan Pangan Indonesia Kesuburan tanah Indonesia tidak diragukan dunia, bila kita makan cabe
Buah-buahan dan hasil pangan diminati penjelajah dari belahan dunia
lalu buang air besar sembarangan di kebun, dipastikan akan tumbuh
Losari dan lainnya, hingga kini masih bisa dijumpai bekas aliran irigasi
pohon-pohon cabe baru, tapi mengapa masih terdapat kelaparan dan
yang masih dipergunakan masyarakat Magelang.
manapun. Pula Borobudur, dikelilingi candi-candi kecil seperti candi
ketidaksejahteraan bangsanya?, bukan untuk mencari kesalahan, tapi menyelami keadaan.
Mengapa terlalu jauh kita melihat?, tidak, prinsipnya masih sama dengan kasus Handoko. Sebuah kondisi keterlaluan saat di atas negeri
Ada yang tidak pernah kita buka secara tuntas bahwa tingginya
super subur, harga beras malah merupakan komoditas termahal di dunia.
peradaban manusia bukan diukur dari benda-benda kebudayaan yang
Apa sumber karbohidrat hanya beras saja?, tentu tidak. Masih banyak
dihasilkan, melainkan bagaimana sebuah kekuasaan yang diwakili
umbi-umbian mudah tumbuh, sagu dan lain-lain. Kalaupun boleh sedikit
pemerintahan formal pada zamannya mampu meniadakan lapar
menunjuk hidung, masalahnya adalah, pijakan ekonomi yang
ditengah bangsanya, ketahanan pangan yang utama.
menyertakan bahan pangan sebagai komoditas di pasar modal, saat
Mari keluar sejenak dari Tanggamus, kita berangkat ke ribuan tahun lalu
sebetulnya pemerintah memiliki kuasa untuk membuat sistem jaminan.
ke beberapa daerah sepanjang sungai Nil, Eufrat dan Tigris, setelah itu
Sudahlah, kita serahkan kepada ahlinya untuk menyelesaikan persoalan
lari ke tetangga kita Kamboja, lalu kembali ke Borobudur kebanggaan
sistematis ini. Pelajaran dari Handoko sederhana, tapi cukup mengena
kita. Pada masa mereka pernah berdiri sebuah peradaban luar biasa
bagi sebagian besar kita yang katanya manusia modern dan merdeka.
canggih bila dibandingkan dengan kondisi sekarang sekalipun. Daerah
Bahwa untuk bahan sambel saja, tidak usah beli cabe ke pasar lalu
sumber air tempat diaturnya manajemen super canggih distribusi air
menyimpannya di lemari pendingin, tanam saja di halaman rumah dan
hingga sampai di kantung-kantung terkecil lahan pertanian masyarakat.
petik saat hendak mengulek sambal.
Angkor Vat di Kamboja sempat digambarkan dalam sebuah majalah
Sudahkah kita berdaulat akan kebutuhan perut sendiri?, silahkan jawab
internasional, bahwa tempat itu diibaratkan lautan padi dengan kanal-
secara jujur, sementara kami mengunyah ubi bakar ditengah dingin
kanal air raksasa. Petra, di Jordania, istana dari tebing batu yang dipahat
kabut, hasil pemberian Handoko yang baru tadi siang diambil dari
mewakili sistem penyimpanan air dan distribusi lahan pertanian.
kebunnya. Diposting pada: 27-08-2010 22:24
09
Sekolah..., Dasar?! Belumlah genap 10 km perjalanan dari pintu masuk Taman Nasional Bukit
Siswa sebanyak 55 orang tersebut, 10 menit lagi akan istirahat. Saat
Barisan Selatan, Sedayu Atas, kami telah dihadapkan pada sebuah sekolah
kami datang, mendapati sebagian kelas masih belajar.12 orang dalam
dasar,
sebuah ruangan kelas 1, belajar berhitung menggunakan papan tulis dan kapur sebagai media ajar. Sontak mereka kaget, lantas gembira melihat sepeda-sepeda yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Hertanto berbaik hati mempersilahkan siswa keluar dan bermain bersama kami. Beberapa diantaranya dipinjamkan sepeda, dan telah berani ngebut melahap tanjakan dan turunan berbaris di seliling lokasi sekolah. Abadi menjelaskan, selama berpuluh tahun dia mengajar disekolah tersebut, kami merupakan warga luar pertama yang datang menggunakan sepeda, serta membawa alat rekam berupa kamera dan handycam sederhana. Dia berpesan, agar kondisi seperti ini disampaikan apa adanya. Pernah
Sekolah dasar
satu dua kali ada pejabat yang datang, namun dalam rangka pilkada, setelah itu entah mereka kemana.
Filial SDN Tugupapak. Sebuah bangunan kayu berbentuk "L" terdiri dari 7 ruangan, masing-masing 3m x 6m. Hanya ada 4 kelas disitu, yakni
Pak Abadi, Pak Hertanto, adik-adik, janji kami tepati dengan menghantarkan
kelas 1 hingga kelas 4. 1 ruangan dibuat sebagai kantor, 2 lainnya
cerita mengenai sekolahmu apa adanya kepada seluruh masyarakat
digunakan sebagai gudang berisi tumpukan bangku, meja rusak. Kelas 5
Indonesia. Silahkan disimak sebagai sebuah pembelajaran, bahwa
dan kelas 6 berlokasi di sekolah induk.
mereka adalah juga bangsa Indonesia, yang menurut pakar
Hertanto, guru honorer bergaji Rp250.000,- perbulan menjelaskan
kebangsaan, susah, senang
bahwa bangunan sekolah dan tanah yang mereka tempati merupakan
harus ditanggung bersama demi
swadaya masyarakat sekitar. Dia salah satu dari total tiga guru honorer
menuju sebuah cita-cita.
di sekolah tersebut. Hal ini dibenarkan salah satu guru, Abadi, bergaji
Itulah bangsa yang sebenarnya.
dua kali lebih besar dari Hertanto. Rp500.000 perbulan. Untuk menyiasati kekurangan, kedua guru tersebut 'freelance' bertani dipetak kecil kebun miliknya seusai jam mengajar.
Suasana kelas
10
Kekompakan adik-adik kita disaat ingin difoto
Ayo semua teriak “aaaaaaa...”
Senyum mereka...senyum Indonesia!
Apa Yang Hilang Darimu Saudaraku? Entah ini hari keberapa di perjalanan #semak10, baru mulai, tapi jujur
Seorang pemuda datang mendekat menawarkan bantuan mencarikan
kami sudah malas menghitung hari, malas pula melihat tanggal,
kendaraan, dan benar, dia membawakan beberapa diantara bus, truk, bahkan
membuka berita-berita retorika politik dan berbagai muka baru
mobil pribadi, tapi dengan tarif yang tentu jauh diatas anggaran.
teknokrat, birokrat dengan tema itu-itu saja. Selang beberapa lama kemudian, datang lagi beberapa anak muda, ternyata Pergumulan dengan puluhan penduduk dari pinggir jalan raya, hingga
masih kawanan, satu diantaranya dengan mata merah, bau alkohol dari
pelosok dusun tanpa listrik. Irama degup jantung di tanjakan; lelah saat
minuman murah ala pinggiran. Diakhir cerita, Pak Nas, supir sebuah perusahaan
tenaga melemah berjibaku dengan lumpur sedalam betis; juga rasa was-
travel kebetulan hendak pulang kearah Sedayu, dia mau mengangkut kami dan
was saat sendiri jauh dari rombongan didalam hutan. Terbayang tiba-
7 sepeda dengan hanya mengganti biaya bensin dan sekedar menemani ngobrol
tiba 'sibelang' atau beruang atau lainnya tiba-tiba menghadang.
menghindari kantuk. Anak muda calo tadi, sudah terima imbal jasa atas usaha
Sebentar, tidak cukup layak jika punggungan Taman Nasional Bukit
mereka, kami pun pergi, sementara Pak Nas, jatahnya berkurang. Eh, tapi anak-
Barisan disebut sebagai hutan sebetulnya, karena diluar kawasan, alur
anak muda tadi akhirnya jadi teman kami juga, kami berpisah dengan tawa dan
yang kami lewati lebih tepat disebut kebun, semak belukar minim
saling tukar nomor telpon, terima kasih.
pohon-pohon tinggi berusia tua, meski seluruhnya jalan setapak. Oknum anak muda sekitar pelabuhan Di hari-1, saat beberapa kilometer saja bersepeda selepas pelabuhan Bakauheni, kami telah dihadapkan pada kenyataan bahwa pemudapemuda sekitar lebih melihat kami sebagai obyek yang bisa diperas dibandingkan dengan tamu apalagi saudara. Pilihan tidak menggunakan angkutan umum dari Bakauheni ke Sedayu Atas lebih dikarenakan efisiensi waktu dan tentu saja penghematan. Berjam-jam menunggu truk kosong atau agak kosong tidak berhasil, selama itu pula kami, tim #semak10 menunggu, tidur-tiduran dijalanan.
Salah satu kendaraan angkutan kami
14
Pak Syampe, Hadi dan Upin
Apa Yang Hilang?
Pak Syampe dan Hadi, keduanya petani sederhana, kakao sebagai
Cerita nyata diatas menggambarkan dua kubu, (bila boleh menyebut
komoditas utama mereka. Tempat tinggal mereka jauh kedalam pelosok,
'kubu') berbeda. Apakah persaingan hidup yang membuat karakter
kebun sepanjang Sedayu hingga Karang Berak. Seperti cerita
masyarakat berubah?, ataukah proses pengumpulan harta yang
sebelumnya, mereka dengan ramah menganggap kami adalah saudara
membuatnya menjadi sedemikian 'tega'. Terlalu naif bila kami katakan
mereka dengan memaksa mampir, tidak hanya itu, sajian kopi panas
bahwa seluruh Indonesia adalah ramah, faktanya tidak begitu. Serbuan
hasil produksi sendiri siap sedia. 'Kopi merah', bahasa mereka untuk
media memaksa masyarakat terus mengejar berbagai mimpi ala kota besar,
bubuk kopi berkualitas, karena dipetik saat buahnya benar-benar
sementara pijakan berpikir mereka tidaklah kuat. Kemajuankah ini
matang sempurna. Memang tiada duanya, baik aroma serta rasa. Lalu
namanya saudaraku?. Beruntunglah listrik tidak masuk ke dusun tempat
adalagi seorang penduduk pedalaman yang dengan cekatan memanjat
Hadi dan Syampe tinggal, hingga mereka tidak perlu buang-buang waktu
pohon kelapa, ini sudah diceritakan sebelumnya.
di ladang hanya demi menanti jam tayang sinetron dan gosip artis.
Kemarin, kami menginap disebuah dusun, tidak bisa kami sebutkan
Kesimpulan dari uraian ini, kami, #semak10 serahkan kepada Anda untuk
nama dusun tersebut dan pemilik rumah yang kami tempati, sebut saja
menarik benang merah. Semoga benang tersebut mampu holistik dan tidak
Pak Upin yang termasuk terpandang di dusunnya. Kebun terluas,
terputus satu bidang kajian analisa ilmu pengetahuan saja, lintasilah
ditambah lagi genset pribadi yang menerangi berpuluh rumah tetangga,
semua, seperti ban sepeda kami yang baru saja menyambangi mereka.
harus bayar memang; juga motor edisi terbaru yang sebetulnya tidak pantas dipakai untuk medan off-road di dusun tersebut. Dia tidak seramah Hadi dan Syampe, ada kecurigaan saat sore hari ditengah lelah kami parkirkan sepeda di halaman luasnya. Itu hanya sebentar, sedikit demi sedikit cair setelah Oka (salah satu tim #semak10 asal Lampung)
Diposting pada: 31-08-2010 04:00
melakukan pendekatan; hingga saat pamit, semua tersenyum, meski ada pertanyaan salah satu anak Pak Upin yang katanya sarjana masih terngiang jelas dikepala, "pak, aku punya lektop (laptop), beli sinyal berapa dan dimana ya supaya bisa internetan?". Kami cuma mesem, Oka ditinggal untuk menjelaskan dengan bahasa entah seperti apa.
15
Dusun Sinar Laut, Dusun Tanpa Sinar Perjalanan dari Wonosari menuju Sinar Laut terlalu lambat. Jalur sisa hujan benar-benar tidak bisa dilalui karena genangan lumpur hingga sedalam betis dilewati sepanjang beberapa kilometer. Selain itu, seperti biasa, kram rahang lebih mendominasi perjalanan dibanting kram betis. Bagaimana tidak, selalu ada bahan tawa dari celetukan iseng seluruh tim #semak10. "Kok kaya bau belerang ya", tanya Berry sembari pedal terus berputar, "gak ko, barusan gw kentut, udah 2 hari gak ke WC", celetuk Norman. Hampir Magrib saat ban sepeda kami tiba di ujung dusun Sinar Laut, Sukamulya. Ibu warung pinggir jalan setapak kaget saat 8 orang datang bertandang. "Woalaaaah sapi saja gaiso jalan, kowe pada ngontel, opo ga cape toh maaas?", "gak ko bu, kami ga bawa sapi, kami naek sepeda", jawab Daniel singkat dengan muka, badan, dan sepeda berlumuran lumpur, lalu gontai merebah disamping pohon kopi pendek namun rindang sisi warung. Dusun ini hanya ditempati 9 rumah, tanpa listrik. Satu-satunya genset hanya dinyalakan sejak jam 6 sore hingga 9 malam, itupun baru menerangi satu rumah penduduk dan mushala kecil. Sebelum mandi di satu-satunya sumur tidak pernah surut menurut masyarakat, semua berburu colokan listrik mengisi ulang batre piranti komunikasi dan dokumentasi. Sungguh sayang, genset hanya hidup 1 jam saja setelah
Beristirahat sejenak
Mari dorong sepedanya yuk...
kemudian rusak. Selain itu, signal GSM juga sulit sekali disini, "GSM, Geser Sedikit Mati" benar-benar terjadi. Malam hari, beberapa penduduk tidak sungkan datang menghampiri kami disebuah warung kopi. Dibawah sinar petromaks, cerita mengalir lancar. Kami berusaha sebisa mungkin menurunkan gaya bahasa agar bisa masuk kedalam gaya mereka, hingga kemudian tertawa bersama. Di dusun inilah letak sebuah sekolah dasar, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Filial dari MI Sukamulya dengan hanya satu ruang untuk menampung enam kelas. Itupun dengan bangunan sudah dua bulan tidak terpakai karena hampir rubuh dan dianggap membahayakan. Dusun Sinar Laut
16
Titik Pelita Dusun Sinar Laut Hartini mempersilahkan kami menginap di rumahnya, "lumayan masih ada tempat bisa menampung 8 orang di gubuk saya", ujarnya. Tempat yang kami tiduri malam itu tidak lain adalah ruang kelas sementara, selama bangunan sekolah utama belum selesai dibenahi. Hartini Ratna Dewi, seorang ibu berusia 27 tahun, 2 anak dan saat ini tengah hamil tua dengan telaten mengajari anak muridnya satu persatu. 8 dari total 12 siswa/i hari itu yang dia ajar, empat lainnya tidak masuk dengan berbagai alasan (kelas 1, 3 siswa; kelas 2, 5 siswa; kelas 4, 3 siswa; kelas 5, 1 siswa). Telah 3 tahun dia mengajar di filial Madrasah Ibtidaiyah Suka mulya, Karang Berak dengan gaji Rp100.000 perbulan. Selama puasa, jam belajar hanya sampai jam 11:00 siang saja. "Kasihan, anak-anak ini semuanya berpuasa dan rumahnya jauh-jauh, jalan kaki mereka ke sekolah, hingga saat hujan terpaksa diliburkan". Memang berat jalur menuju kesana, tanjakan dan turunan curam dipastikan licin saat turun hujan, juga melelahkan bagi kami yang terbiasa bersepeda.
17
beginikah posisi kami belajar di sekolah?.
Berlokasi di koordinat S 05º40'27.2" E104 º 39'45.8", tidak sulit sebetulnya mencapai daerah ini. 3 jam perjalanan dengan perahu kayu dari Kota Agung ke Kabu, dilanjut jalan kaki vertikal 400m dari bibir pantai, sepanjang 1km saja, maka sampailah ke dusun Sinar Laut. Bila hujan, laut cenderung tenang, tapi jalur jalan kaki, dipastikan amat melelahkan, selain licin berbahaya bagi yang tidak terbiasa. 18
Anak-Anak Hebat! Sisa cerita dari dua hari sebelumnya, beberapa siswa filial SDN Tugupapak berlari mengikuti kami bersepeda sejauh 3 km naik turun bukit. Kebetulan kami melanjutkan perjalanan hingga ke Wonosari, dan anak-anak tersebut pulang kerumah masing-masing, dan mereka berpuasa. Telah kami larang, tapi tidak digubris Obrolan mengalir diantara kami dan mereka ditengah istirahat. Dari pertanyaan yang mereka ajukan, anak-anak ini TIDAK bodoh, mereka cerdas, kreatif sekaligus tentu saja berfisik kuat meski dari ukuran tubuh tergolong kecil bila dibandingkan dengan anak seusia mereka di kota besar yang terbiasa mengkonsumsi makanan siap saji. Dikepala mereka telah tertanam bahwa tamu adalah raja yang harus ditemani, dihormati, sosialisasi adalah proses yang wajib. Silahkan bandingkan dengan 'dogma' pendidikan sebagian kita yang melarang anak-anak berbicara kepada orang asing, pulang pergi sekolah diantar jemput dan penjagaan keamanan gerbang sekolah tidak jauh beda dengan penjara, satpam berkonotasi dengan sipirnya. Aldi, kelas 2 SD di Sinar Laut, suka sekali memainkan ular yang ditemuinya dikebun. Dengan keisengan melebihi rata-rata, seringkali dia takuti teman-temannya. Norman, salah satu peserta #semak10 yang setiap harinya berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah Internasional di Jakarta, siang itu memberikan pelajaran tambahan selama 30 menit kepada anak-anak. Bertempat ditengah kebun kopi sekitar kelas, anak-anak mendapatkan ajaran bagaimana memperlakukan ular dan menghadapinya saat bertemu. Bagaimana cara menangkapnya, mengusirnya, sekaligus menghargainya sebagai salah satu pelaku dalam struktur rantai makanan yang berperan sebagai pemangsa tikus dan bajing, keduanya adalah salah satu 'hama' utama bagi kakao dan kopi. Kami sebutkan 'hama' dalam tanda 'petik' dikarenakan sebetulnya mereka juga (bajing, tikus) memiliki hak atas tanaman diperkebunan.
19
Kami berbaris sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya!
Anak-anak alam, terbiasa berjalan berkilometer setiap hari; kreatifitas diatas rata-rata, berapa juta anak-anak seusia mereka Di Indonesia. Bayangkan bagaimana kuat dan hebatnya bangsa ini jikalau substansi pendidikan dibenahi dengan hak mendapatkan yang sama, pesan UUD'45 bukan?. Kembali ke SD/MI di Sinar Laut, tidak banyak yang mereka butuhkan. Total biaya untuk membenahi bangunan sekolah tidak lebih mahal dari Blackberry Torch terbaru, Ipad, atau groupset XTR. Buku-buku tulis serta, bahan bacaan serta buku pelajaran amat mereka perlukan. Selain itu, sepatu serta perlengkapan seragam dipastikan akan menumbuhkan semangat anak-anak bersekolah. Adakah diantara rekan-rekan yang berminat mengulurkan tangan bagi mereka?, bila ada, mari kita kesana untuk membangun sekolah mereka. Siang itu kami pamit dengan hanya menyisakan bekal uang perjalanan #semak10. Selamat tinggal Sinar Laut, semoga kami kembali sebentar lagi dengan membawa seuntai senyum diwajah kalian... *dilaporkan #semak10, dari bibir pantai Karang Berak, 31 Agustus 2010, 08:15:21h*
20
Kelas kami dahulu...
SD Dirintis Selama 16 Tahun
Setahun lalu, Damhar dan beberapa lainnya sempat mendatangi daerah ini, dan mendapati sebuah sekolah yg sudah hampir rubuh. Dua hari lalu, 31 Agustus 2010, kami dapati, bangunan tersebut telah 'tegak' berdiri, tampaknya masih baru, dilihat dari bambu yang digunakan dan paku-paku masih jelas tapak pukulan palu. Hal ini ternyata dibenarkan salah satu penduduk, "baru setelah agustusan kemarin dibetulkan pak", ujarnya. 21
Sulaikho, seorang guru honorer, lulus SMA tahun 96, baru sebulan mengajar, "daripada nganggur", dia bilang. Selain itu, perempuan sederhana tampak lugu, satu dari total tiga guru ini menyimpan kepedulian cukup tinggi melihat seratusan anak didik yang menurut anaknya masih bodoh. Dengan hanya Rp250rb/bulan, dia tetap semangat menjalani profesi guru yang baru diembannya. Kami sambangi rumahnya tidak jauh dari lokasi sekolah, niat awal menemui Pak Usnal sang perintis awal sejak 16 tahun lalu, tidak berhasil karena kebetulan beliau sedang tidak ditempat. Bangunannya bagus ya?, seratusan siswa; dalam 3 ruang kelas dengan luas 7m * 9m saja. Oiya, gedung wakil rakyat itu sudah separah sekolah ini tampaknya, maka dari itu Kelas kami dahulu...
sebagian menganggap buru-buru harus dibenahi dengan dana muahal.
Dikirim dari wireless hotspot pos TWNC, Belimbing Diposting pada: 03-09-2010 12:50
22
Tiga Hari Tanpa Signal Tanpa Listrik Sejak 31 Agustus 2010 di Dusun Sinar laut, lanjut ke Karang Berak, Way Asahan, hingga Limus, praktis kami tidak mendapatkan signal GSM, jadi maaf bila tidak aktual apa saja yang ditemukan sepanjang perjalanan. Karang Berak Sebuah pelabuhan kecil berpantai panjang dan permukaan laut relatif tenang. Kurang dari 20 km saja jarak antara Way Asahan dan daerah ini. Sama seperti daerah lain, listrik hanya mengandalkan genset serta signal GSM hanya bisa didapatkan di bibir pantai. Sekitar dua ratus meter sebelah kiri pelabuhan, #semak10 sempat meminjam sampan nelayan setempat untuk berenang melihat terumbu karang. Sayang, sudah terlalu sore, intensitas cahaya matahari telah berkurang, sehingga menyulitkan melihat lebih detail beberapa meter dibawah permukaan air. Sejauh pantauan, terumbu karang di Karang Berak masih cukup terjaga. Meski didominasi hard coral umum seperti spesies acropora, montipora; invertebrate seperti bintang laut biru, beberapa spesies anemone; banyak jenis soft coral dan ikan-ikan hias karang, kondisi ini menunjukan bahwa kualitas air laut masih sangat baik. Di pelabuhan kecil inilah, Oka, salah satu tim #semak10 asal Bandar Lampung memutuskan menyudahi perjalanan dan memilih pulang. Keinginan besarnya untuk bersepeda sepanjang Tampang Belimbing harus 'dipuasakan' terlebih dahulu demi tugas dari tempatnya bekerja. Wajar bila Oka agak berat hati meninggalkan kami 'bersenang-senang' bertujuh, karena beberapa tahun sebelumnya, dia sendiri berjalan kaki menyusuri rimba belantara Taman Nasional Tampang-Belimbing.
23
Pak Hayun
Jemari Reza
Pak Hayun & Reza
Kayu yang membatu
Way Asahan Sudah terlalu sore untuk lanjut ke Limus, Way Asahan sebagai pilihan. Hayun
Desa kecil dengan jumlah kepala keluarga 183 ini memiliki air dengan
dengan senang hati menampung tim #semak10 dirumah sederhananya yang
kandungan mineral tinggi. Airnya berwarna keputihan dan berbau.
masih berlantai tanah. Malam itu, kami tidur diatas tikar pandan dan seperti
Kemungkinan besar kualitas air inilah yang mempengaruhi kesehatan
biasa, mandi di sungai kecil langsung dari mata air.
Reza, anak kedua Hayun berusia 5 bulan yang mengidap penyakit kulit
Way Asahan, berdasar penglihatan kasat mata kami, perkebunan kakao disini relatif lebih rapih tertata dibanding daerah-daerah dibelakang. Benar, ternyata daerah ini merupakan salah satu perkebunan percontohan bagi pekon lain. Optimalisasi lahan marga, tidak merambah hutan, dibarengi panduan dari beberapa LSM dan kelompok tani. Hayun bercerita, dulu panen kakao dua kali setahun saja sudah bagus, kini, sejak Januari 2010 hingga awal September, dia sudah memetik tiga kali. Pupuk, disarankan memelihara
hingga mengakibatkan kuku terkelupas. Kebetulan kami tidak bawa pengetes air, jadi tidak bisa menampilkan data akurat selain perkiraan sederhana Lainnya, siapa bilang fosil dibentuk jutaan tahun? Kayu membatu yang dijadikan anak tangga ini, kurang dari 10 tahun lalu masih kayu basah. Aah sebaiknya ahli metalurgi saja yang berbicara, apakah kandungan mineral tinggi di tanah dan air Way Asahan berpengaruh akan proses ini? silahkan dijawab...
kambing, kotorannya mereka cairkan sebagai pupuk kandang.
24
Limus Tidak banyak yang istimewa di daerah ini, selain dermaga yang bisa ditempuh dari Kota Agung 5 jam melalui laut; masih termasuk daerah konservasi, menyatu dengan Tambling (Tampang-Belimbing). Ah tidak, salah bila kami bilang daerah ini tidak istimewa, rangkaian pantai panjang berpasir bersih meski tidak putih membuat kami tidak mengeluh atas banyak peluh yang telah luruh pada berkilometer perjalanan sebelumnya. Gelombang laut meski sedang surut relatif tidak setenang pantai Karang
Malam itu berpuluh warga dengan khusuk menyimak pidato presiden
Berak. Salah seorang dari kami sempat kesulitan mengendalikan sampan
SBY menanggapi berbagai penghinaan yang dilakukan Malaysia
yang dipinjam dari Roni saat mencoba mengarahkan haluan ke daerah
terhadap kedaulatan Negara. Diakhir tayangan salah satu tv swasta
terumbu karang beberapa ratus meter dari pintu pelabuhan. Beruntung,
tersebut, kami saksikan suara “huuuuhhh” bergemuruh dikeluarkan
Roni dengan cekatan berlari dan membantu mengendalikan. Meski agak
mereka. Mereka mungkin kecewa terhadap ketidaktegasan presiden.
malu, setidaknya tidak celaka menenggelamkan sampan pinjaman
“kalau disuruh perang melawan Malaysia, saya mau!”, ujar Supojo
karena tidak kuasa serta tidak terbiasa 'menari' melintasi ombak diatas
bersemangat. Sejenak pikiran kami mengembara pada zaman Soekarno,
sampan berkemudi sebilah dayung.
saat rakyat berkerumun mendengarkan radio tiap kali presiden pertama tersebut pidato berjam-jam.
Malam 1 September 2010, Supojo, salah seorang saudagar di daerah itu, dengan senang hati pula menampung kami menginap dirumahnya.
Limus-Belimbing
Memiliki toko kelontong terbesar dan genset berkapasitas cukup besar,
Kami lanjut cerita detail nanti selepas esok pagi hingga sore keliling
menjadikan rumahnya tiap sore dijadikan warga sekitar untuk
lahan konservasi seluas 45 ribu hektar, yang jelas pejalanan ini lumayan
'berjamaah' menonton televisi.
berat namun mengasyikan saat bersepeda melintas savana setinggi kepala; pantai luas ber-pasir oranye menghadap laut lepas berombak
Sebagai penduduk pelosok Indonesia, Supojo salah seorang pemirsa setia
tinggi. Sementara ini, untuk gambar, silahkan simak twitter @sepedaku
tayangan berbelanja melalui tv. Dia bercerita keinginannya memiliki salah
dengan hashtag #semak10 dan #garuda.
satu jam tangan yang sering dipake artis. “aku pengen banget jam itu, emas 24 karat dan dipake artis pula,pokoknya gaya deh mas. Aku udah
Ditulis dengan sepasang jempol pada qwerty Blackberry, dihantar hotspot yang
coba telpon nomer yang ada di tv itu, cuma susah banget nyambung,
disediakan resort TWNC-Tambling Wildlife Nature Conservation
pusing aku”. Bujukan kami untuk lebih memilih jam karet yang memang lebih cocok bagi daerah bibir pantai, tahan banting, bahkan dengan cara
Diposting pada: 03-09-2010 12:58
dibanting, ternyata tidak berhasil meluruhkan keinginan kuatnya, meski kami berseloroh, “gimana kalo jam-nya gak dapet, tapi artis yang pake jam itu kami bawa kemari?”, Supojo tetap teguh. Oooh televisi...
25
Masih Ada Sisa 'Surga' Untuk Sang Rusa Penduduk yang kami temui sejak Karang Berak, Way Asahan, hingga Limus, memiliki pendapat senada mengenai Tambling (Taman Nasional Tampang-Belimbing, yang kini menjadi Tambling Wildlife Nature Conservation), yakni sebuah kawasan cagar alam dengan penjagaan super ketat. Tidak jarang pihak keamanan disana main tembak saat beberapa penduduk sekedar mencari ikan didalam kawasan. Kemarin lusa, cerita seperti inilah yang melayang diruang kepala kami ber-7, namun mengingat izin sudah dikantongi dan komunikasi intensif telah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya, semua hilang saat masuk pos jaga pertama di Sekawat. Musa, salah seorang pasukan keamanan berkuda dari total enam yang disiapkan untuk mengawal kami ber-7, sejak tanggal 31 Agustus tiba di Sekawat menunggu #semak10 tiba. Dua hari mereka menunggu, karena perintah sudah jelas dilayangkan. Rasa tidak enak menyeruak saat
Beristirahat sejenak...
mengetahui hal tersebut. Surat-surat peraturan selama didalam kawasan telah ditandatangani,
Masuk akal, karena kalau ada apa-apa dengan kami, mereka pula yang
kami pun lanjut bersepeda. Hari itu, 2 Agustus 2010 tujuan adalah
nanti akan repot.
menyusuri Sekawat hingga Belimbing. Sebuah kawasan yang katanya menyeramkan, karena hewan-hewan liar dibiarkan bebas di lahan seluas
Dibawah Pengawasan Pantat Kuda Ditengah Hutan Belantara
45 ribu hektar dibawah keamanan yang memang ketat.
Bila Di Jakarta kita pesepeda dihadapkan pantat bis, angkot dengan
Pihak pengelola, Artha Graha Peduli, benar-benar tidak mau kecolongan.
asap merusak paru-paru, kemarin sepanjang Sekawat hingga
Ketat #semak10 dijaga, 3 horse rider didepan rombongan, 3 lainnya
Belimbing, selama 6 jam kami bersepeda berhadapan dengan pantat
dibarisan belakang rombongan, mereka adalah Musa, Hendra, Agus,
kuda nan semok montok bahenol, seringkali memupuk sepanjang jalan,
Ruli, Rahmat dan Gunawan. Kecolongan dalam arti berusaha agar kami
kelindas ban depan, dan..., "crottt!!!", sedikit percikan hijau segar nan
benar-benar aman dijalan, terutama dari serangan binatang buas,
basah mampir diatas mata, aromanya khas!
harimau Sumatera, buaya, ular, gajah, beruang madu, badak, dan lainnya. 26
Sepanjang Sedayu hingga Tampang kami dihadapkan jalan setapak becek ditengah kebun penduduk dan semak tinggi, bukan hutan dengan untaian pohon-pohon raksasa menjulang. Sejak masuk sekawat, pandangan mata dan rasa udara drastis berbeda. Semak belukar dibiarkan merambat menutup jalan setapak; savana beberapa kilometer setinggi kepala; naungan rindang pohon raksasa rapat menutup langit dari pandangan. Dari total enam jam perjalanan, cuma satu jam kami bersepeda didalam hutan, sisanya dihabiskan mendorong sepeda sepanjang garis pantai berpasir berwarna oranye luas dan gembur. Sesekali bersepeda mengejar ombak lepas dipantai, karena saat basah, pasir tersebut masih padat dan bisa ditapaki. Meski begitu, tetap saja tidak satupun dari kami yang tidak basah dihajar ombak laut lepas samudera Hindia di ujung Sumatera. Beberapa muara dilewati, satu diantaranya sedalam leher kuda. Ransel dititipkan di pasukan berkuda, sementara kami berendam menggotong sepeda ditengah intaian buaya, satu diantaranya berusia 80 tahun, baru dilepaskan beberapa waktu lalu. Angin laut lepas kencang membawa uap membuat langkah kian berat. Beruntung, gulungan ombak yang diantaranya setinggi lebih dari 5 meter menjadi hiburan tersendiri sepanjang 5 jam berjalan. Joe dengan berat badan paling kurus, hanya 106 kg tampak amat kelelahan, Musa dengan sigap membawakan ransel Joe. Tepat pukul 19.00, kami telah sampai di padang rumput luas. Sekawanan rusa tampak berkumpul disana, lantas menjauh saat kami tiba, di area pelepasan harimau Sumatera. Baru beberapa menit dibawah pos setinggi 2 meter, hujan turun lumayan deras meski sebentar. Prediksi Musa tepat, dia memaksa kami tidak terlalu lama istirahat demi pertimbangan air pasang dan hujan. Benar, muara-muara yang tadi dilewati akan sangat menyulitkan untuk dilalui bila perhitungan waktu pasang surut sedikit saja meleset.
Savana setinggi kepala orang dewasa
Rindangnya pohon-pohon raksasa
5 jam kami dorong sepeda kami menyusuri pantai
27
Sprei dan WC pertama Sebuah traktor kemudian datang menjemput kami dan sepeda. Sisa 6 kilometer
Semua tidur pulas, baret-baret dilengan dan kaki tiada dirasa dan Oka pasti akan ngiri
menuju ring 1 diputuskan menggunakan kendaraan ini. Terlalu gelap, kehabisan air
tidak beserta kami bersepeda ditengah savana tinggi, hutan belantara dan muara-
minum, lelah untuk bersepeda ditengah hutan gelap. Meski dibawah pantauan
muara ditengah intaian buaya. Saat ini ditulis, si Manis disebelah, dia membawa serta
pasukan berkuda, kami tidak mau merepotkan mereka jikalau ada apa-apa dijalan.
teman, seekor rusa jantan dan anaknya, makan malam rumput dibawah ramai kodok, jangkrik setelah sepanjang pagi hingga sore tadi siamang sangat berisik.
Denny, Daniel, Icuk, menyambut dengan ramah, makanan telah disiapkan, sebuah bungalow luas berseprei bersih. Rangkaian sprei, dan WC pertama selama 5 hari
Diposting pada: 03-09-2010 20:25
terakhir sepanjang sedayu hingga Belimbing. Sepeda langsung dibasuh air tawar untuk menghindari karat, pakaian dicuci dan si Manis, seekor rusa gemuk tanpa takut mendekati kami dan sempat 'merampas' cucian.
Tambling Wild Nature Conservation (TWNC)
28
Dusun ‘racun’ Bandar Dalam Sejak Belimbing, tidak satu dua orang menyarankan #semak10 agar berhati-hati terhadap sebuah dusun bernama Bandar Dalam. Konon, dusun mereka terkenal akan penduduk yang gemar menggunakan racun mematikan baik untuk berburu binatang, maupun melumpuhkan lawan mereka. Secara geografis, dusun tersebut ada diantara (TWNC) Belimbing dan Way Haru. Terpisah menjadi daerah perbukitan dan pantai. Penduduknya bermatapencaharian petani dan
Menonton kami (atas) Di dalam rumah tempat kami beristirahat (kanan atas) Dusun Bandar Dalam (kanan)
nelayan. Jika ikan sedang sulit didapatkan seperti bulan-bulan ini, mereka bertani, begitu sebaliknya, jika panen masih jauh, mereka melaut. Saat #semak10 melintas dusun ini, kami dalam kehausan, kelaparan setelah beberapa jam 'dijemur' bersepeda sepanjang pantai Way Menanga melewati Way Haru, beberapa penduduk menyarankan kami mampir. Masuklah kami ke salah satu rumah sederhana, kebetulan pemiliknya jualan kelontong barangbarang konsumsi sangat sederhana. Eka Jaya sebagai warga asli dusun tersebut banyak bercerita. Tiada kesan curiga apalagi ancang-ancang angkat senjata seperti rumor yang dihembuskan warga yang kami temui dikampung sebelumnya. Malah tanpa diminta, dia minta tolong istrinya meyajikan teh manis hangat meski mereka sekeluarga tengah berpuasa. Dusun Bandar Dalam, dusun sederhana, penduduk asli lampung, tanpa listrik, dan mayoritas perempuan masih menggunakan kain untuk menutup bagian bawah. Tidak kami temukan satupun perempuan di dusun ini bercelana panjang, rok apalagi celana pendek.
29
Tempat kami menyantap mie instan
Sepeda yang kami parkir tepat didepan rumah Eka dan menjadi tontonan anak-anak disitu, bahkan tua muda. Beberapa diantaranya bahkan masuk kedalam rumah ditengah perbincangan yang hanya kurang dari setengah jam. Pandangan lugunya tak henti melihat sepeda dan penampilan kami. Sama sekali tiada kesan sangar di raut muka penduduk disana. Dingin memang, karena jalanan kampung hanya bisa dilalui gerobak sapi dan petak-petak rumah kayu tua tampak kusam dimakan usia. Disaat yang sama, pudar sudah berbagai berita miring tentang dusun yang kaya mineral non tambang. Sejenak kami diam melihat tanah bermineral tinggi selain lempung. Bouksit, pasir kuarsa, bahkan marmer, setidaknya itu yang digambarkan kementrian ESDM melalui situs internet-nya tentang daerah ini. Sebuah daerah kaya raya dengan rakyat nestapa, entah penanggungjawab mereka ada dimana. Terima kasih Eka dan keluarga, kami lanjut perjalanan melelahkan hari itu, Minggu 5 September 2010. Sajian kopi, minum dan mie rebus telur bebek dipadu senyum lebih dari cukup mengisi kembali tenaga kami. Diposting pada: 06-09-2010 20:43 Seorang adik mengintip kami dari luar
30
Rute Di Hari Terakhir Telah dua malam #semak10 menginap di TWNC. Hari pertama, 3 September 2010 memang diniatkan dari awal untuk safari keliling area, sayang hujan mengguyur sepanjang hari sejak pagi hingga siang. Meski sebentar, siang itu kami sempatkan untuk keliling melihat langsung kawasan TWNC dan mendokumentasikan apa saja. Hari kedua, 4 September 2010, semua barang telah selesai di-packing. Rencana awal berangkat sepagi mungkin untuk sampai di kampung berikutnya, Way Haru di sore hari, sayang, kembali hujan mengguyur sedari pagi. Terjadi diskusi cukup alot untuk menentukan jam keberangkatan, pertimbangan utama adalah keselamatan seluruh tim. Kenapa?, karena perjalanan berikutnya banyak muara yang akan dilalui, ketepatan waktu harus diperhitungkan dengan matang agar mampu melintasi seluruh muara tersebut dengan kondisi selamat. Ketepatan waktu disini adalah perkiraan waktu pasang surut permukaan laut yang akan berimbas kepada tingkat permukaan muara sungai yang akan kami lalui. Sedikit saja meleset, maka dipastikan tingkat bahaya akan semakin tinggi dan bila terjadi Sesuatu, akan menyulitkan proses evakuasi. Diputuskan, siang itu, 4 September 2010 pukul 11:30, #semak10 berangkat dari Belimbing dikawal 5 ranger berkuda.
TWNC (Tambling Wildlife Nature Conservation)
31
Hari Pertama Pamekahan, pekon enclave ditengah areal TWNC hanya berjarak enam kilometer dari pos penjagaan terakhir, kami lewati dengan hanya permisi. Sekilas teringat Brunei Darussalam, kecil terpencil ditengah Kalimantan, seperti itulah kurang lebih kami melihat Pamekahan. Hanya bentuk kedaulatan saja yang membedakan antara Pamekahan dan Brunei. Sedari pagi, Icuk telah memerintahkan salah seorang pasukannya untuk melalukan pemantauan arus muara pamekahan. Meski tidak terlalu dalam, arus disini terkenal cukup deras dan memiliki dasar pasir yang tidak solid. Meski telah dinyatakan cukup aman dilewati, siang itu, sekitar satu jam dari Belimbing, pukul 12:20, kami dapati Way Pamekahan masih lumayan deras, meski relatif surut, menurut cerita salah seorang penduduk disitu yang berkali meminta kami agar sangat berhati-hati dalam menyebrang.
TWNC (Tambling Wildlife Nature Conservation)
32
Ruli dan Gunawan, dua orang ranger berkuda dengan sigap melepaskan
Mencapai lokasi ini, tidak hanya muara yang dilewati, tapi juga pantai,
pakaian dan menyisakan hanya celana dalam langsung berbasah-
beberapa bentang diantaranya langsung berhadapan dengan hamparan
basahan mencari jalur teraman menyebrangi muara dengan lebar lebih
batu karang tajam dan licin. Jalur atas relatif tidak bisa dilewati karena
dari 10 meter tersebut. Rute berenang yang mereka lalui selanjutnya
jalan setapak merupakan rawa berair. Harus ekstra hati-hati melewati
merupakan 'track tersembunyi' bagi kami, karena hanya terekam dalam
kumpulan karang ini, perhitungan kapan ombak datang harus benar-benar
ruang ingatan.
matang, salah sedikit saja, maka “byurrrr”, sepeda dan seluruh badan dipastikan basah tersiram air laut. Beberapa kapal karam kami lewati telah
Ranger lainnya tanpa diminta membawakan barang kami satu persatu,
teronggok berkarat menjadi rumpon. Pantas saja nelayan di pekon
sepeda dan tas punggung. Bagi yang terbiasa, dipersilahkan membawa
sebelumnya malas melewati area ini, karena memang dipastikan sulit.
sepeda dan barangnya sendiri. Sulit ternyata, sangat bahkan, mengangkat sepeda dengan berat diatas 12 kilo dalam menyebrangi muara berarus deras, sementara pijakan kaki merupakan pasir yang terus bergerak. Di muara pertama ini, kuda masih bisa disebrangi dengan dinaiki oleh masing-masing ranger. Meski tampak kesulitan, semua tiba disebrang dengan semangat. Hhhhmm..., tantangan sekaligus 'arena bermain' pertama yang melelahkan. Sejenak kami beristirahat beberapa menit untuk memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan. Malas kami menghafal nama-nama muara yang dilewati, pun beberapa
Telah lepas beberapa menit dari pukul lima sore, hujan pendek namun
diantaranya terlewat untuk dicatat karena saking banyaknya. Hingga
deras membuat lepek semuanya, sementara perjalanan mencapai
setelah muara ke-6, sebuah dataran berumput cukup lapang membentang
kampung berikutnya belum lagi sampai di setengah perjalanan. Para
diatas karang. Dibelakang kami hutan lebat bermata air tawar nan segar,
ranger memutuskan untuk bermalam disalah satu sudut hutan sebelum
didepan merupakan rangkaian ombak ganas berangin kencang khas laut
entah muara keberapa.
lepas samudera Hindia, inipun sedang dalam kondisi surut, kata Musa, salah seorang ranger berkuda. Berat kaki beranjak dari lokasi seindah ini, tidak hiperbolis bila kami katakan indah nan sangat amat.
33
Dedaunan lebar dikumpulkan sebagai alas tidur, ponco dibentangkan
Ruli yang kebetulan tidak membawa baju ganti, mendapat hibah satu
sebagai bivak, disinilan penginapan kami malam itu, Sabtu, 4 September
stel pakaian dari salah satu anggota #semak10, semua harus kering
2010. Meski siap dengan segala medan, jujur, perlengkapan yang kami
untuk merasakan hangat yang sama, karena saat itu kami adalah tim,
bawa tidak dipersiapkan untuk bermalam dihutan, tidak ada yang tahu
tidak ada #semak10 maupun pengawal berkuda, tapi tim. Malam itu
bagaimana rute antara Belimbing hingga Way Haru, tidak satupun dari
kami tidur bergantian, beratap beberapa petak hamparan langit, berlatar
kami yang pernah menginjak areal sini, kecuali tentu saja para ranger.
belakang dentuman ombak dan beberapa kali rintihan hewan liar, entah
Itupun tidak semuanya, Agus yang baru tiga bulan ditugaskan dengan
itu suara apa.
jujur mengakui bahwa baru kali itu dia berada ditempat yang sama dengan kami berada. Berbahan bakar api unggun, beras dimasak diatas nesting ditutup beberapa daun lebar entah apa nama-nya. Air matang dimasak menggunakan botol plastik air mineral berukuran 1,5 liter. Api unggun menghangatkan kami yang tengah basah kedinginan; kopi panas dari beberapa gelas diminum ber-gantian. 34
TWNC-Tambling Wildlife Nature Conservation
Hari kedua Tepat pukul 09:00 kami beranjak dari, 'hotel' tempat tadi malam menginap. Langkah pertama adalah kembali basah-basahan melintasi muara, way ke-11 selepas Belimbing, untungnya kali ini permukaan air tidak melewati dada, hanya batang pohon dan dahan melintang dikedalaman, semua telah menghitam. Awalnya kami kira pohon-pohon ini hanyut dibawa arus dari lokasi lainnya, tapi setelah diperhatikan ternyata tidak. Mereka berasal dari area hutan di bibir pantai yang terus terkikis karena abrasi hebat. Dengan mudah bisa disaksikan garis pantai yang kian merangsek jauh kedalam hutan, pohon-pohon tinggi menjulang siap rubuh sangat banyak tampak di sepanjang jalan. Ternyata pula, presentasi yang ditunjunjukkan Denny malam sebelumnya tidaklah mengada-ada, bahwa keberadaan TWNC salah satunya adalah mencegah abrasi yang dalam jangka waktu pendek kedepan tidak mustahil mengakibatkan patahan lebih luas di ujung selatan pulau Sumatera.
35
Perkiraan awal sekitar 3-4 jam menuju Way Menanga, ternyata jauh lebih cepat. Hanya memerlukan lima puluh menit rombongan telah tiba di Way yang dikenal berarus deras dan dalam. Way ini merupakan penggabungan dua sungai, beberapa kali kasus orang hanyut terbawa arus terjadi. Meski sedang surut, para ranger pengawal kami tidak mau kecolongan, tegas kami dilarang untuk berenang ketengah muara sebelum mereka. Rakit dari bambu yang berserakan terbawa arus selesai dibuat, seperti biasa, rakit tersebut diperuntukan bagi sepeda dan barang bawaan kami, orang-orangnya?, ya berenang. Disini kami berpisah dengan para pengawal, lima orang ranger berkuda yang dengan setia mematuhi perintah atasan untuk mengawal. Bagi kami, diulang, mereka bukanlah para pekerja cengeng. Dedikasi mereka tinggi meski dengan pendapatan yang tidak besar danbertugas jauh dari kampung halaman, serta orang-orang tercinta. Tiap hari dihadapkan pada bahaya berhadapan dengan pemburu yang beberapa diantaranya bersenjata api. 'Senjata locok' berdasar bahasa mereka, sekali tembak, gajah dipastikan mati. Musa, Hendra, Agus, Ruli, Rahmat, Gunawan, terima kasih kawan, kami lanjutkan perjalanan kedepan tanpa kalian.
Para ranger dan kendaraannya
36
Tidak boleh lagi molor kali ini, uang tidak cukup! Entah berapa kilometer perjalanan menuju kampung didepan, tidak
Sudah jam 08:00 malam, angin deras di pinggir pantai berombak besar.
sampai 30 kilometer katanya. Bila hari-hari sebelumnya kami bisa agak
Gelap gulita dan tinggal satu muara saja kami lewati hingga ke jalan aspal
bersantai, dengan alasan menikmati alam dan atau pengambilan
pertama sejak 10 hari terakhir. Kali ini, kami tidak berani mengambil resiko
gambar, kali ini tidak. Tiada yang tahu didepan ada apa; uang hanya
berendam di muara tanpa cahaya. mengikuti dua motor membawa biji
tersisa untuk sekali makan dan ongkos pulang; bagaimana kesulitan
coklat menyebrang menggunakan rakit, lebih dipilih, cukup bayar lima ribu
track-nya; pula jarak sebelumnya, karena peta pada GPS juga blank.
rupiah perorang dan sepeda, kami sampai sebrang.
Gunawan hanya memberikan patokan perjalanan, “lurus, ada cemara kecil2, jalan gerobak jangan belok kanan!”, begitu singkatnya.
Bayangan nasi padang bernasi hangat dan beragam lauk lezat membayang didalam kepala saat kali pertama menjejakkan kaki di
Siang itu terik dirasakan lebih dari hari sebelumnya. Pace kami jaga
jalanan desa menuju Way Heni. Semua berjalan kaki, menuntun sepeda
konstan demi menghemat waktu perjalanan, istirahat juga dijarangkan.
sepanjang tujuh kilometer menuju jalan aspal, kecuali Inu yang
Semua kelelahan dalam tekanan, sempat beberapa kilometer terpisah
melambung bersepeda meninggalkan semua, memposisikan diri sebagai
menjadi dua rombongan saat masuk kedalam hutan setelah berjam-
tim advance yang bertugas mempersiapkan warung dan tempat
jam bersepeda di sepanjang pantai. Saking lelahnya, untuk sekedar
peristirahatan didepan. Disini, signal GSM dari semua provider untuk
koordinasi saja sudah enggan. Inu dan Berry sempat beristirahat 15
kali pertama full sepanjang 10 hari sejak dari Sedayu Atas.
menit di salah satu warung di Dusun Bandar Dalam, sementara lainnya meneruskan perjalanan melambung kedepan, meski akhirnya kami
Pukul sepuluh malam tanggal 5 September 2010 semua tiba di sebuah
bertemu kali setelah terpisah 1-2 jam.
warung pinggir jalan jalur lintas barat Sumatera. Tiga jam menunggu truk atau bis yang hendak menuju Bakauheni ternyata tidak berhasil.
Hari mulai gelap, jalanan desa didalam hutan belantara menuju Way
Jalanan aspal ini bagus, tapi sangat sepi, kami tunggu saja esok hari,
Heni tidak lebih dari jalur gerobak sapi berlumpur licin, cukup mustahil
menunggu bis dibantu pemilik warung tersebut. Way Heni, pasar cukup
dikendarai dengan sepeda, meski beberapa ratus meter diantaranya
ramai di sore hari, pukul sebelas malam seluruh genset mati, seketika
terdapat potongan-potongan kayu dipasang melintang. Akibat
seperti kota mati tanpa cahaya. Semua tidur didalam warung beralas
dipaksakan, anting sepeda Damhar patah, disusul RD (Rear Derailleur)
tikar setelah teramat lelah di hari terakhir perjalanan, kecuali Inu,
sepeda Norman juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan perjalanan
berselimut sarung tertidur diluar warung sendirian berselimut sarung
lebih lambat.
karena lebih dari lima kali dibangunkan tidak berhasil.
37
Senin, 6 September 2010, pukul 9:30 pagi, Bis yang ditunggu akhirnya tiba, semua sepeda dikemas kedalam bagasi untuk menempuh lebih dari dua belas jam perjalanan antara Way Heni hingga Jakarta. Janji awal akan sampai di terminal Kampung Rambutan ternyata gagal, ditengah perjalanan sopir menerima perintah untuk segera masuk ke terminal Kalideres, disana antrian pemudik telah lama menunggu. Inu dan Berry turun lebih awal di Kebon Nanas, Tangerang, sementara Damhar, Norman, Joe, Daniel, Ulil lanjut hingga Kalideres untuk kemudian mencarter angkot hingga Lenteng Agung. Perhari itu, perjalanan #semak10 dinyatakan selesai, semua kembali ke rumah dengan selamat membawa serta cerita beratus ribu kata untuk kita semua, tentang saudara sebangsa yang tinggal dibawah kepak Garuda, hidup dalam kibaran Merah Putih sebagai bendera. Diposting pada 20 September 2010
38
LEBIH DALAM DI TWNC Tentang TNWC ini ditulis berdasar pengamatan dilapangan dan data dari berbagai sumber. Utamanya obrolan di ‘ring 1’ areal hutan lebat seluas 45 ribu hektar, yang dilindungi laut lepas ombak samudera Hindia, dengan transportasi umum hanya pesawat dan kapal besar..., juga kuda serta sepeda tentunya. Cerita panjang obrolan ala warung kopi antara kami dan pihak pengelola Tambling Wild Nature Conservation (TWNC) dan kenyataan yang kami saksikan, serta wawancara singkat dengan pihak ketiga di lapangan.
TWNC-Tambling Wildlife Nature Conservation
39
Cerita mengalir lancar tanpa jarak dari Denny Darmadi, seorang bankir yang baru beberapa bulan saja ditugaskan di remote area, jauh dari kampung halamannya di Bandung, dua bulan sekali selama delapan hari dia berhak pulang berlibur; selain itu juga Icuk, penduduk lokal, pionir tim keamanan TWNC yang mengkoordinir 30 petugas keamanan. Keduanya menegaskan bahwa TWNC sangat terbuka bagi siapa saja yang hendak berkunjung, asal tujuannya jelas. Hal ini kontradiktif dengan cerita penduduk beberapa pekon sebelumnya, sebut saja Hayun, menyatakan bahwa area ini menjadi begitu tertutup semenjak dipegang Artha Graha Group. Kami lihat dan rasakan sendiri bahwa yang dikatakan Denny maupun Icuk adalah benar adanya. Beberapa lembar surat pernyataan yang kami tandatangani tidaklah basa-basi sebagai bentuk letter of agreement antara tuan rumah dan tamu, tamu yang wajib mengikuti rule of game yang diterapkan tuan rumah, bukan malah sebaliknya. Meski begitu, tegas mereka berdua katakan, bahwa 45 ribu hektar area yang mereka jaga dan kelola BUKANLAH milih pribadi apalagi aset dari Artha Graha, melainkan tetap milik Negara. Bila anda perokok dan berkesempatan berkunjung ke TWNC, biasakan membawa plastik kecil sebagai asbak, karena bila tertangkap tangan membuang puntung sembarangan, 300 ribu harus anda keluarkan sebagai denda. Ini berlaku untuk siapa saja, baik karyawan, maupun tamu..., tidak main-main bukan?.
40
Saat Hati Berbalut Tangan Besi Pada uraian di tulisan sebelumnya, beberapa kali kami ulas tentang petugas keamanan yang dalam tugasnya bukan lagi sekedar satpam belaka, melainkan ranger seperti film-film koboy ala Holywood, bila Kopassus terlalu jauh untuk disamakan dengan mereka. Kepatuhan pada perintah, dan penjagaan integritas patut diacungi jempol. Tidak berlebih, kenyataan ini kami saksikan sepanjang tiga hari bersama mereka.
Bersepeda beratus kilometer antara Sedayu Atas hingga Tampang,
salah seorang dari kami hingga kencang memacu sepeda beberapa ratus
praktis jarang diketemukan pohon raksasa tinggi mengangkasa, tapi
meter berlindung dibalik pagar mercusuar.
banyak sekali di Belimbing. Rusa, beruang madu, elang dan burung langka lainnya, hanya tersisa sebagai cerita memorabilia pada
Rantai makanan terjaga baik hewan maupun tumbuhan, tidak
masyarakat berkebun di berbagai pekon, tapi disini semuanya kami lihat
ditemukan bekas ban motor dalam membentuk rel pada jalan setapak
langsung. Hewan-hewan yang tidak dalam kondisi kurus kering seperti
yang kami temui seperti pada area hutan lindung sebelumnya.
kenyataan di kebun binatang tengah kota, tapi gemuk, segar perkasa.
Pertanyaan retorik ditujukan, apakah kondisi ini ada dengan sendirinya?, tidak perlu sekolah tinggi dan rajin belajar untuk menjawab “tidak”.
Bila saja bertemu dengan salah satu harimau Sumatera di Belimbing,
Tidak salah bila penjagaan ketat diberlakukan saat menjaga lahan seluas
manusia bisa dipastikan aman karena rusa dan makanan utama mereka
45 ribu hektar, yang berarti 13,9% dari total luas Taman Nasional Bukit
lainnya banyak tersedia. Lain cerita bila seekor celeng betina mengejar
Barisan Selatan, 324.000 hektar menurut GIS (Geographic Information
salah satu dari tim #semak10, lebih karena memotret terlalu dekat
System). Bukan sebuah pekerjaan mudah, saat polisi hutan sangat amat
anaknya. Anak celeng yang tampak lugu bebas berkeliaran mencari
terbatas dan anggaran Negara untuk sektor sumber daya alam
makan ditengah runway pesawat kecil, ibunya datang dan mengejar
kehutanan sangat kecil, yang menurut kementrian keuangan pada 2008, hanya sebesar 1,5 trilyun saja, disinilah swasta memegang peranan. 44
Perbandingan rasio berdasar luas, 13,9% taman nasional yang dikelola
Juga tidak mungkin keputusan memanggil helikopter dari Halim ke
TWNC hanya sedikit, namun bila coba digali kelengkapan sumber daya
Belimbing untuk mengangkut seorang ibu hendak melahirkan ke rumah
hayati yang dikandung di 13,9% tersebut, meski dikatakan sebuah
sakit dilakukan oleh sosok manusia tanpa hati minim kepedulian, itu
justifikasi prematur, kami berani berhipotesa bahwa TWCN lebih kaya.
dilakukan oleh seorang Tommy Winata. Seorang perempuan kampung
Ini diluar ekosistem terumbu karang yang kualitasnya bahkan dibawah
kecil terpencil ditengah area konservasi yang tidak mungkin
Karang Berak. Terang saja, pantai berombak laut lepas ditambah lagi
diperhitungkan dalam perhitungan makro ekonomi sebagai pelaku
pemutihan akibat cuaca tidak menentu, serta eksploitasi nelayan
penting, tapi diselamatkan.
setempat sebelum dikelola TWNC berperan besar pada pengrusakan ekosistem mereka. Beruntung, meski belum banyak, usaha pemulihan telah dimulai, pada beberapa petak rak-rak buatan di area sekitar dermaga berarus tenang. Terlambat dua hari tim #semak10 mendatangi Belimbing, bila saja sesuai dengan jadwal awal, 31 Agustus kami tiba, maka besar kemungkinan kami akan bertemu dengan orang nomor satu di TWNC sekaligus Artha Graha Group, Tommy Winata. Tokoh kontroversial Di Indonesia, hingga kini masih menyisakan banyak
Samudra Hindia dari atas mercusuar
apriori di kepala anak bangsa. Begitukah benar adanya?, terlalu picik
Tidak, kami tidak sedang membicarakan tokoh, dengan panjang untaian
bila kami mengikuti trend untuk tidak suka kepadanya. Bila hanya
data sebagai bahan analisa holistik. Ini hanya berdasar informasi yang
dilihat pada nilai kapitalisasi yang berarti harus ada untung dalam
kami gali dari berbagai sumber dan komparasi berbagai data,
neraca, proyek mengelola lahan seluah 45 ribu hektar sebagai area
menggunakan sudut pandang lintas batas pemahaman. Sifatnya
konservasi adalah proyek bodoh. Proyek gila tepatnya, saat menjadikan
sekarang, bukan tahun lalu, atau berpuluh tahun lalu, tapi sekarang,
area tersebut sebagai ajang berlari bebas hewan-hewan terancam
bahwa TWNC berperan penting bagi Indonesia, baik secara makro
punah macam harimau Sumatera yang hanya tersisa beberapa kepala
sebagai paru-paru dunia, maupun mikro sebagai bapak bagi beberapa
saja di dunia, hanya agar anak cucu kita masih bisa melihat mereka
pekon sekitaran bukit barisan selatan yang amat minim diperhatikan
tidak sekedar gambar pada buku sejarah dan replika di balik kaca.
pemerintah.
42
Tiap pukul 11:00, toko kecil sebagai unit usaha koperasi karyawan TWNC siang itu,
Meski begitu, segala fasilitas praktek, tempat tinggal dan lainnya, menurut Denny
3 September 2010, telah ramai antrian.Tidak hanya karyawan, tapi juga banyak
telah disiapkan. Nyaman ditinggali, anggaplah bertugas disana sebagai kawah
penduduk Pamekahan hendak membeli sembako untuk keperluan sehari-hari dan
candradimuka pembangunan karakter sebelum akhirnya kembali ke kota dan
persiapan lebaran. “Aku selalu belanja disini, jauh lebih murah, dan cuma ada disini
bergulat dengan persaingan di dunia nyata.
saja, terlalu jauh kalau harus belanja ke tempat lain”, ujar salah seorang perempuan ditengah antrian.
Tidak cukup sampai disitu, secara strategis telah dipikirkan dengan matang untuk
Tidak hanya pemenuhan kebutuhan pokok, sebagai 'bapak angkat', penduduk
memperbesar usaha koperasi skala industri, dimulai dengan membeli hasil
Pamekahan sudah tidak sungkan datang meminta bantuan bila ada salah seorang
perkebunan masyarakat berupa coklat dan kopi. Dibeli dengan harga sama mereka
dari mereka sakit, karena hanya di TWNC yang terdapat dokter. Sayang, dua dokter
biasa jual ke Kota Agung berjarak 3 sampai 5 jam berlayar. Sebuah lompatan besar
prakter tersebut hengkang tidak kembali, padahal pengabdian mereka diperlukan
bagi pekon Way Haru, Tampang Tua, Tampang Muda, dan pekon-pekon di sekitar
ratusan warga pelosok sini. Untuk para dokter muda, penduduk Pamekahan dan
Bukit Barisan Selatan bila ini jadi diwujudkan Artha Graha.
sekitarnya memerlukan pengabdian kalian, bukan mengabdi kepada TWNC atau Artha Graha sebagai pengelola, tapi kepada masyarakat.
43
Keimpulan dari uraian panjang diatas, secara sederhana bisa ditarik benang merah bahwa Indonesia sangat membutuhkan peranan TWNC dan 'TWNC' lainnya. Sebagai kepanjangan tangan kebijakan serta rekanan yang mampu merealisasikan berbagai tujuan pembangunan. Realistis saja bahwa kemampuan negara baik dari sisi SDM maupun modal yang dalam hal ini diwakili APBN sangat amat terbatas. Swasta macam merekalah yang lebih berperan dilapangan saat banyak LSM sudah sulit dibedakan mana yang benar-benar mengabdi untuk negeri atau bekerja berdasar 'pesanan' dari luar. Terima kasih kawan-kawan TWNC, Artha Graha Peduli atas rangkaian pengawalan keamanan; kenyamanan tempat tidur; obrolan santai namun lugas; serta pemandangan alam luar biasa indah yang mustahil diukur dengan uang. Kami titipkan Tambling kepadamu, semoga kawan-kawan sepeda khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya sependapat. *tulisan ini dibuat tidak atas tekanan, paksaan apalagi pesanan dari pihak manapun juga, hanya tekanan kangen teringat rebutan jemuran dengan si 'manis' si rusa nakal
44
TWEET Berikut ini adalah kumpulan cerita pendek dan photo yang langsung disampaikan salah seorang tim #semak10 selama perjalanan. Dikirim melalui Blackberry 9700 langsung dari tempat kejadian selama ada signal GPRS, atau lokasi beberapa jam didepan bergantung kepada jaringan. Dipublikasikan melalui akun twitter @sepedaku dengan hashtag #semak10 dan #garuda :
Mon Aug 23 13:30:55 +0000 2010 Indonesia Dari Atas Sepeda, Cantik, Sekaligus Menyedihkan 7langit & Sepedaku.com http://ow.ly/2tiEX #garuda Wed Aug 25 04:42:13 +0000 2010 Terima kasih RT @miettamataram: @garudadibbku @sepedaku ide luar biasa! Semoga dikemudian hari lebih ba-nyak lagi ide2 fantastis diwujudkan.! Thu Aug 26 03:28:51 +0000 2010 Lokasi tim #semak10 (Sumatera *bukit barisan selatan*pulau2 anak krakatau), bisa dilihat di profile loc salah satu peserta @ifnubia #garuda Thu Aug 26 03:31:37 +0000 2010 Catatan perjalanan, temuan-temuan berupa blog akan terus diupdate di aplikasi @garudadibbku sisi warta dan sepedaku.com #garuda Thu Aug 26 18:32:03 +0000 2010 Sekilas tentang 'Crew Gila' #semak10 #garuda http://ow.ly/2vksv
Fri Aug 27 09:08:24 +0000 2010 Kaki 1000, kakinya ungu, kayanya abis ke salon dia #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/41635133
Fri Aug 27 09:10:31 +0000 2010 Gempa di bengkulu pagi dirasakan juga di Sedayu-Tanggamus, dilanjut hujan, kabut #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/41635352
Fri Aug 27 13:50:23 +0000 2010 Siang, dingin, jlan stapak skitar sedayu dg latar belakang Gn.Tanggamus, Indonesia cantikan? #garuda #semak1
Fri Aug 27 13:59:13 +0000 2010 Kemana?, kesitu..., eh, kelabang (lokasi, Sedayu, Tanggamus) #garuda (via @ifnubia, slh 1 di #semak10 ) http://tweetphoto.com/41636181
45
Fri Aug 27 14:11:27 +0000 2010 Raflesia arnoldi banyak, selama pola alamiahnya tdk diganggu, dia akan tetap ada #semak10 #garuda (Loc Sedayu http://tweetphoto.com/41673594 Fri Aug 27 14:25:59 +0000 2010 Belum, masih kuncup RT @haku_hq: http://tweetphoto.com/41673594 @Sepedaku waaaa.. ni lum mekar ya mas? @_@ Fri Aug 27 15:14:31 +0000 2010 "Kalau Hujan, Ya Jalan Kaki Ke Sekolah", artikel terbaru dari tim #semak10 http://pendek.in/01uvc (dilaporkan langsung @ifnubia ) #garuda Fri Aug 27 15:42:47 +0000 2010 "Handoko Sang Petani Kakao Dan Retorika Pertanian Di Indonesia" http://pendek.in/01uvc laporan tim #semak10 langsung dari lapangan #garuda Fri Aug 27 16:10:57 +0000 2010 Laporan perjalanan tim #semak10 berupa photo, tweet dan blog dikerjakan dengan hanya menggunakan 1 bh blackberry & diketik dg jempol #garuda Sun Aug 29 18:45:47 +0000 2010 Anak2 belajar dibawah sinar lampu teplok, besok mereka sekolah di ruangan yg kami tiduri malam ini, jam 730 mereka... http://bit.ly/9UjDOY
Sun Aug 29 18:45:47 +0000 2010 Terlalu banyak cerita hanya dr dusun sinar laut, tempat kecil tanpa listrik berpayung purnama dan taburan bintang ... http://bit.ly/91FJwO Sun Aug 29 18:45:47 +0000 2010 Besok kaka bantu mengajar kalian ya nak #semak10: ifnubia: Besok kaka bantu mengajar kalian ya nak #semak10 http://bit.ly/aI5Eln Sun Aug 29 18:45:48 +0000 2010 "Hai kakak, ruang ini besok kami pakai u/ sekolah, bagus ya kak", dusun sinar laut #semak10 http://tweetphoto.com/... http://bit.ly/afFyg8 Sun Aug 29 18:45:48 +0000 2010 Dusun sinar laut, tanpa sinar, 9rumah, 1ruangkelas 5kelas 1guru, obrolan indah dg penduduk dibawah lautan bintang ... http://bit.ly/apt3Yz Mon Aug 30 00:21:23 +0000 2010 "Ini om, tante, sekolah kami di dusun Sinar laut" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42257081: ifnubia: "Ini o... http://bit.ly/d2UhwC
46
Mon Aug 30 00:21:23 +0000 2010 (1) "Kak, krn sekolah ini mau rubuh, sementara kmi belajar dirumah bu guru" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com... http://bit.ly/aklc4F
Mon Aug 30 00:51:52 +0000 2010 “Bu guru tiap hari nulis disini, beliau rajin deh kak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42257587
Mon Aug 30 00:21:23 +0000 2010 Arsan Hadi dan adik, kls 2, 30mnt jln kaki ke sekolah naik/turun bukit #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/4225... http://bit.ly/bJHsmz
Mon Aug 30 01:22:08 +0000 2010 (9) "ini bu PR saya, 2 org ga masuk bu, bajunya basah, sekarang ke ladang sm bapaknya" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42266512
Mon Aug 30 00:51:51 +0000 2010 (3) "kata tv, bangunan sekolah kami hemat energi, tak perlu lampu lho kak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42259588
Mon Aug 30 01:22:08 +0000 2010 (8) "mana PR kamu yang kemarin, mengeja "Indonesia" jangan sampai salah ya" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42266155
Mon Aug 30 00:51:52 +0000 2010 (2) "bangku & meja kami bagus ya kak, nanti kakak lihat bgimana kami belajar lesehan" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42258226
Mon Aug 30 01:22:08 +0000 2010(7) "berbariiiiss!, lencang kanaaaan grak!, luruskan!. Ini semua dr kami kak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42265599
47
Mon Aug 30 01:22:08 +0000 2010 (6) "kami sdg belajar menggambar dr guru gajah, eh, kak Joe. Didusun sini tdk ada yg gemuk" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42263793
Mon Aug 30 01:52:39 +0000 2010(12) Kelas 5 hanya 1 orang, sementara belajar u/ kelas 1, yg ini memerhatikan. #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42268634
Mon Aug 30 01:22:09 +0000 2010 (5) "jadi, bukan cuma pohon waru yg doyong, sekolah kami juga. Keren ya kak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42263101
Mon Aug 30 01:52:40 +0000 2010 (11) "ibu peunteun dulu ya, kalian belajar mengeja dulu ya nak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42267511
Mon Aug 30 01:52:39 +0000 2010 (15) "kakak, enak lho belajar sambil tiduran. Krn bangunan sklh doyong, kami begini" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42270242
Mon Aug 30 01:52:40 +0000 2010(10) "bu, pinsil sy hilang, kemarin diambil si geboy, anjingnya bapak" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42267097
Mon Aug 30 01:52:39 +0000 2010 (14) "kata bu guru, kami wajib bisa berbahasa Indonesia, kami sudah bisa mengeja lho" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42269432
Mon Aug 30 02:22:59 +0000 2010 (19) Bu guru: "kamu jangan liat yg moto, kerjakan segera tugasmu, ibu mau ngajar kls 5" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42275088
48
Mon Aug 30 02:22:59 +0000 2010 (18) "tunggu bu, sebentar lagi selesai" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42272965
Mon Aug 30 02:22:59 +0000 2010 (17) "kaka jooeee mobilku jangan dinaikiiin nanti rusaaak!!!" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42272221
Mon Aug 30 02:22:59 +0000 2010 (16) "aku harus bisa!, malu tidak bisa baca" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42271286
Mon Aug 30 02:53:24 +0000 2010 Hartini Ratna Dewi, 27, anak 2, hamil, Gaji Rp100rb/bulan dibayar MI Sukamulya-teluk berak #semak10 #garuda
Mon Aug 30 02:53:25 +0000 2010 Kami sdkit ragu, apa menyisihkan biaya transport, makan u/ bangunan sekolah, lalu 7hri kedepan survival #semak10 #garuda
Mon Aug 30 02:53:25 +0000 2010 Ini koordinat MI/SD Sukamulya » S 05o40'27.2" E104o39'45.8" u/ bangunan, mrk cuma perlu 5jtan u/ bangunan sekolah #semak10 #garuda Mon Aug 30 02:53:25 +0000 2010 (21) "nah, ini mainan kami kak, ini kami buat sendiri lho" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42277418
Mon Aug 30 03:23:45 +0000 2010 ("Hati-hati ya, pegang buntut ularnya, atau pake kayu yg lbh panjang dr tanganmu" #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42283594 Mon Aug 30 03:23:45 +0000 2010 Om norman sdg ajari kami cara bersahabat dg ular yg banyak di kebun kopi dusun kami #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42283006 Mon Aug 30 03:23:45 +0000 2010 Siswa 12 orang; kelas 1-5; kls 1, 3org; kls 2, 5org; kls 3, gada; kls 4, 3; kls 5, 1; ini total siswa di dusun sinar laut #semak10 #garuda
49
Mon Aug 30 03:54:18 +0000 2010 Iihh kak @ulililu lg liat apaan tuh, nanti besok kesini lg ya kak #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42285999
Mon Aug 30 05:56:11 +0000 2010 Semoga pos rehat didepan menyisakan signal GSM dan listrik u/ reportase lengkap ttg hari ini #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42302599
Mon Aug 30 04:24:37 +0000 2010 Ini buguru 5 kelas itu, yg sabar ya bu, meski kami bandel hehehehe #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42290702
Mon Aug 30 06:26:37 +0000 2010 (Bu, hanya ada sdikit u/ oprasionl skolah bbrapa hari. U/ gedung smoga ada yg dengar, pamit #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42305707
Mon Aug 30 05:25:41 +0000 2010 Tak apa meski kami dan sepeda berendam lumpur sepanjang jalan kmarin demi suara #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42299708
Mon Aug 30 06:57:01 +0000 2010 Andai langit sebiru ini ada di jakarta #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42308985
Mon Aug 30 05:56:11 +0000 2010 Diputuskan, kami potong bekal uang u/ makan & ongkos kmbali ke jkt u/ membantu bangunan sekolah. Entahlah kedepannya gmana #semak10 #garuda
Mon Aug 30 06:57:02 +0000 2010 Laut biru kr. Berak menunggu tim #semak10 dibawah sana. Lanjut! #garuda http://tweetphoto.com/42307237
50
Mon Aug 30 07:27:34 +0000 2010 Singlestrack turunan panjang berliku menuju Kr. Berak, menurut #semak10 ini indah, menurutmu? #garuda http://tweetphoto.com/42312298
Mon Aug 30 07:58:03 +0000 2010 Sisa pembakaran 'calon lahan', masih berasap #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42312714
Mon Aug 30 07:27:34 +0000 2010 Jerami padi huma dibakar u/ ditanami. Mohon tdk buru2 mnyalahkan, kita lhat ditulisan mlm ini #semak10 #garud http://tweetphoto.com/42311679
Mon Aug 30 08:58:59 +0000 2010 Sudah 3hr diperbukitan, selamat datang di kr. Berak. 2jam kdepan sepertinya sunset #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42320316
Mon Aug 30 07:27:35 +0000 2010 Apakah pantas ini ilustrasi Indonesia kini?, indah kaya raya bening tapi kering. #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42311063
Mon Aug 30 07:58:03 +0000 2010 "Sy lg mbrsihkan padi, ada yg bakar, gabilang2 lagi!, kurang ajar dia" kata Wahono #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42314572
Mon Aug 30 16:17:10 +0000 2010 RT @garudadibbku: Apakah teman-teman #Garuda mengikuti tweets dari tim #semak10 melalui Kanal (@sepedaku) aplikasi #Garuda di BB-ku?
Tue Aug 31 03:06:11 +0000 2010 Slamat jalan Oka. Bliau ikut #semak10 dr sedayu-kr.berak. Tujuannya kpl kota agung-genjot ke lampung #garuda http://tweetphoto.com/42454464
51
Tue Aug 31 04:38:30 +0000 2010 Naek rakit sebrangi rawa, dr kr. Berak menuju Limus. Disini katanya masih ber-buaya #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42466807
Tue Aug 31 05:10:36 +0000 2010 Amankan sepeda dr air laut, panggul saat nyebrang muara berair payau #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42474549
Tue Aug 31 05:10:36 +0000 2010 Anak2 SD nyebrang muara spulang skolah, ini alasan anak2 di sekitar muara berak tak bersepatu #semak10 #garud http://tweetphoto.com/42472344
Wed Sep 01 07:34:11 +0000 2010 2 hari #semak10 tanpa signal GSM/GPRS sejak Sinar Laut s/d kini di Limus. 2 bar di bibir pantai, asal tidak bergeser berdirinya #garuda Thu Sep 02 14:11:23 +0000 2010 3 hari tanpa signal, tanpa listrik. 2/9/10, 20h tepat, #semak10 sampai di belimbing, dibawah pengawalan berkuda dmi keselamatan #garuda Thu Sep 02 15:12:35 +0000 2010Pantai antara tampangbelimbing, pasirnya orange dan panjaaaang #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42831203
Tue Aug 31 12:06:44 +0000 2010Bpk/ibu wakil rakyat, ini gedung sekolah, bukan kandang kambing pak, bu. #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42512314
52
Thu Sep 02 15:43:38 +0000 201 0Lengkung "V", panjaaaang dan gaperlu rem. Ini di Way Asahan, silahkan cari di peta :) #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42840854
Thu Sep 02 18:46:56 +0000 2010 Melintasi savana setinggi kepala sejauh beberapa KM, 2km pertama pos sekawat Tambling #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42861284
Thu Sep 02 15:43:38 +0000 2010 5 hari ber #sepeda tanpa jalanan aspal, didominasi singletrack seperti ini. Mau? #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42840319
Thu Sep 02 18:46:56 +0000 2010 Sunrise di Limus 2/9/10 #semak10 http://tweetphoto.com/42860805
Thu Sep 02 18:46:56 +0000 2010 Ini sdh diliat bukan?, menuju Belimbing, pantai berpasir orange, luaaas ombak laut lepas #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42862728 Thu Sep 02 18:46:56 +0000 Tambling, benar-benar alami, memang perlu tangan besi u/ menjaga tetap begini #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/42861798
Fri Sep 03 13:33:47 +0000 2010 Liputan terbaru #semak10 Indonesia Dari Atas Sepeda Cantik Sekaligus Menyedihkan di http://ow.ly/2z3Zb #garuda @7langitapps
Fri Sep 03 14:39:05 +0000 2010 Fosil batang pohon, hanya kurang dr 10 tahun di way asahan. Jadi apakah benar jutaan tahun? #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43010532
53
Fri Sep 03 14:39:05 +0000 2010 “Teng! Teng! Teng!..." Ternyata part #sepeda kita ada manfaatnya juga ya u/ sekolah #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43006313
Fri Sep 03 15:09:34 +0000 2010 2010Pion, kemarin seharian ber #sepeda menghadap pantat dia. Lbh trhormat drpada pntat metromini #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43016359
Fri Sep 03 14:39:05 +0000 2010 Telah 16 tahun SD ini dirintis dan hingga kini masih 'meringis' #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43005925
Fri Sep 03 15:09:34 +0000 2010 Mercusuar di Belimbing ini asli buatan belanda th 1879 dan masih tegak, utuh #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/430149875
Fri Sep 03 14:39:05 +0000 2010 RT @Sepedaku: Liputan terbaru #semak10 Indonesia Dari Atas Sepeda Cantik Sekaligus Menyedihkan di http://ow.ly/2z3Zb #garuda @7langitapps
Fri Sep 03 14:39:06 +0000 2010 Lebih baik...daripada bohong #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43003876
Fri Sep 03 15:09:35 +0000 2010 Pantai yg mnghadap samudera Hindia di Tambling, diambil dr atas mercusuar th 1879 #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43014495 Fri Sep 03 15:09:35 +0000 2010 Burung2 ini bebas keliaran di TWNC (Tambling Wild Nature Coservation), cantik ya? #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43013404
54
Fri Sep 03 15:39:59 +0000 2010 ‘Kuli' pelabuhan karang berak #semak10 #garuda http://tweetphoto.com/43017675
Fri Sep 03 16:10:23 +0000 2010 4/9/10, rute #semak10 dari Belimbing, nyebrang way menanga yg lebar berarus deras+buaya. Nginap di way haru, gada signal. Nite Sun Sep 05 13:37:32 +0000 2010 Akhirnya #semak10 ketemu signal, 2 hari sebrangi 16 muara, 3 rakit, pantai, jalan kebo. 19:33:38 way heni, 7KM dr jalan aspal #garuda
Sun Sep 05 16:12:05 +0000 2010 Dlm 2 hari sepanjang Belimbing-Way Heni, 'cuma' 16 muara disebrangi, 3 diantaranya buat rakit #semak10 #garuda http://plixi.com/p/43440948 Sun Sep 05 23:24:09 +0000 2010 Abrasi parah, 'bangkai' pohn2 bsar ini awlnya kami kira dr laut, trnyata dr hutan itu sendiri #semak10 #garuda http://plixi.com/p/43515678
Sun Sep 05 23:24:09 +0000 2010 4/9/10 #semak10 'terpaksa' kemah antara saat rute Belimbing-Way Heni, Krn mmg gada kampung #garuda http://plixi.com/p/43514915
Sun Sep 05 23:24:09 +0000 2010 Naek #sepeda terus kemah disini asik deh. Depan laut lepas, belakang hutan #semak10 #garuda http://plixi.com/p/43514009
Sun Sep 05 23:55:31 +0000 2010 Bila kesejahteraan suatu bangsa berarti tingkat ktahanan pangan, maka petani&nelayan yg kami temui lbh juara dibanding kota #semak10 #garuda Sun Sep 05 23:55:31 +0000 2010 8 hari didlm hutan, pantai, kami tdk temukan SATUPUN warga yg gemuk. Mrk terbiasa bekerja keras. Indonesia pemalas? HOAX! #semak10 #garuda
Sun Sep 05 23:55:31 +0000 2010Tambling Wildlife Nature Conservation, terima kasih, #semak10 diizinkan menginap ditemptmu nan indah #garuda http://plixi.com/p/43519470
55
Sun Sep 05 23:55:31 +0000 2010 Antara Belimbing-Way Menanga, #semak10 dikawal pasukan berkuda TWNC. Menurut kami mereka heroik! #garuda http://plixi.com/p/43518621
Mon Sep 06 00:26:01 +0000 2010 Memasukan internet kpd masyarakat spanjang #semak10, sm sj dg semakin menghancurkan pola pikir mereka, silahkan buktikan #garuda
Fri Sep 10 09:02:22 +0000 2010 Photos #semak10 http://ow.ly/2CaRS, bisa dilihat di (1) http://ow.ly/2CaSD, (2) http://ow.ly/2CaTN, (3) http://ow.ly/2CaU8 (FB)
56
Apa Kata Mereka Ini merupakan kumpulan tanggapan member Sepedaku.com yang disalin dari forum tersebut
oko 23-08-2010 18:56 Salut! Semoga sukses dan berjalan lancar Om Inu kutunggu celoteh2 mu di twitter, jangan bosen sama reply saya yaa.... adhy_anz 23-08-2010 20:55 @Om Admin, menuju TKP nih goshgosh 23-08-2010 22:09 semoga selalu bisa live update devin 24-08-2010 00:32 nyang pake android pegimane ?? hehehe ..mantab dah gw tunggu reportnya deh semoga mereka mendapatkan sebuah fakta yang bisa membuka mata kita semua ... Indy 24-08-2010 04:41 akan lebih cantik sekaligus lebih menyedihkan lagi jika berkunjung ke bagian timur Indonesia
rumi 24-08-2010 07:31 semoga sukses, di tunggu foto-foto cantiknya, dan menyebarkan rasa cinta tanah air .....
pria tulen 24-08-2010 08:20 selamat jalan...semoga banyak manfaat yang didapat. Metal 24-08-2010 08:26 Mantaabbbb, menuju tkp ahhh! predator 24-08-2010 08:27 semoga selamat & sukses buat tim adventurenya............buktikan bahwa dgn transportasi sederhana kita bs membuat lingkungan lebih baik & mempromosikan tanah air kita........congratz SEPEDAKU! SS_HR 24-08-2010 10:37 Good Luck teman2 ku Mas Damhar,Ulil,Inu jengges 24-08-2010 22:32 ijin share di forum tetangga om.. maturnuwun
57
genjotabis 25-08-2010 10:37 ide brilliant, semoga bisa menjadi hikmah buat para pesepeda di tanah air... sukses... isman.eco3 26-08-2010 07:31 Mantaf Um.....sukses....untuk semua para pesepeda penjelajah Kemerdekaan....semoga selamat sampai tujuan dan kembali dalam keadaan sehat wal afiat...tidak kurang satu apapun.....we proud of you guys....
devin 27-08-2010 14:28 lanjut om Kami pantau terus dari sini .. hq4ro 27-08-2010 22:41 update terus ya om.. tetap semangat, tetap fit.. semoga lancar.. fight!!^^\m/ Jerkio... 28-08-2010 10:35 Salutttt.bangga punya anak bangsa kaya begini....
mfaizal 26-08-2010 08:21 moga sukses om, kami doakan semuanya sehat dan lancar selama di perjalanan dan selalu dalam lindungannya.
ArnaldoWenas 29-08-2010 01:52 saya ucapkan terimakasih sebesar2nya untuk team #semak10 ... dan saya angkat topi setinggi2nya untuk sang penulis...
sugiaja 27-08-2010 08:18 speechless... cuma 1 kata: salut........ Merdekaaa...!!! .
ArnaldoWenas 29-08-2010 01:53 saya sangat menyesal tidak ambil bagian dari perjalanan ini...
ArnaldoWenas 27-08-2010 14:06 kayuh kawan, kayuh dan kisahkan perjalanan ini... semoga dapat menjadi pembelajaran untuk kami semua... terimakasih dan kembalilah dengan utuh...
Sikunis 29-08-2010 02:07 Next trip, perempuan bisa join? senang bila diijinkan. Tergoda melihat kalian berpetualang menyebrang lautan.
58
tomyam 29-08-2010 21:40 Salut om buat acaranya.. Gambar dan ceritanya bener2 bisa menggambarkan keadaan disana.Sudah beberapa kali daerah terpencil Indonesia diangkat, diliput, diberitakan. Tapi kayanya masih belum banyak berdampak nyata bagi pemerataan kesejahteraan mereka. Semoga perjalanan om2 semua ini dapat lebih bermanfaat dari perjalanan yang sudah2, Amiin. Jerkio... 29-08-2010 22:59 Gila.. ni cerita bikin kita terharu, bangga sekaligus sedih ya. Jilid kedua, saya join yah om2...Kalau ada. YoedCND 30-08-2010 06:02 ikut nyimak om. sedih jugak bacanya. pejabat apaan itu, dateng ngasih janji2 doang. trus udah ga ada kabar. ckckck Kabuto2012 30-08-2010 16:35 sedih dan terharu, padahal itu masih di kepulauan yang besar,dan setidaknya masih dapat dijangkau dari kota, saya pikir cuman di indonesia timur saja yang parah begitu, kalau ada lagi ikut om, terutama kalau ke daerah timur indonesia.sayang waktu tugas di pulau2 kecil di
Kyaioke 30-08-2010 20:58 Merah Putih masih berkibarkah disana? Damhar, Ulil, Inu dll sukses yaaa..., liong71er 31-08-2010 06:19 saya bangga sekali dgn apa yg saudara2x sekalian lakukan dgn perjalanan ini. kualitas reportase yg anda post-kan tidaklah kalah dgn para reportase partikelir surat kabar di tanah air malahan,jauh lebih terbuka/vulgar dgn sajian photo serta uraian cerita yg di paparkan tanpa teding aling. ps:sangat prihatin memang (photo murid2x SD di kelas) kalau melihat photo tsb,tetapi memang demikianlah fakta/kondisinya.(jika saja,...) teringat saya sewaktu masih duduk di kelas 2 SMP di salah satu desa yg terpencil di kalimantan barat tepatnya di desa yg bernama SAMBAS...hampir semua kondisi sekolah di tempat tsb sama dgn photo yg saudara ambil.tetapi,.itu terjadi +/- 26th yll.jadi,sangat sedikit perubahannya. malahan mungking tdk akan berubah entah hingga kapan!! donnyrichard 31-08-2010 07:49 yg nulis edan team #semak10 geelaaa..saya cuma bisa nyengirr irii sama nahan nagis di warnet :malu MERDEKA!!
59
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran ini berasal dari rangkaian cerita harian, berisi rangkuman data secara umum dan tidak bersifat ilmiah. Hanya berdasar rute yang dilewati, cerita penduduk, serta pengamatan langsung, meski singkat. Kesemuanya kami bagi beberapa tema, yaitu: Pariwisata, Karakter masyarakat, Pendidikan masyarakat, Budaya dan agama, Sarana dan prasarana, serta Ekonomi. Kesimpulan dan saran ini ditujukan untuk siapa saja, diharapkan terdapat tindak lanjut dalam bentuk lebih nyata dari pihak-pihak terkait. Meski tidak disebutkan, tapi bisa dilihat dari urgensi tematisnya.
61
Pariwisata Tema gunung hingga laut, semua tersedia sepanjang Sedayu hingga
Beberapa spesies umum seperti acropora, montipora dan lainnya masih
Way Heni, dengan segala keterbatasan, justru itulah kelebihannya.
bisa ditemui. Bangun lebih pagi, anda bisa menyaksikan sunrise dari
Kemahiran bersosialisasi atau setidaknya pemandu lokal diperlukan agar
punggung bukit dengan bayangan emas memantul diatas permukaan laut.
dapat menikmati perjalanaan dengan minim fasilitas. Jangan berharap fasilitas ala losmen, apalagi sekelas hotel berbintang. Berbaurlah
Pantai di Karang Berak maupun Limus, keduanya masih bersih. Dibeberapa
dengan penduduk lokal, pelajari dan nikmati cara mereka hidup,
pojok masih terdapat ruas panjang pantai berpasir putih. Bila tidak ingin
disinilah letak tantangan sekaligus seninya.
berjalan terlau jauh, minta ditemani penduduk sekitar yang memiliki perahu saja, dan bayarlah seikhlasnya. Dengan pendekatan santun,
Untuk menikmati udara pedesaan, sepanjang perjalanan kami,
merekapun dipastikan akan segan. Berselancar?, ini juga tidak mustahil,
dipastikan anda tidak akan bertemu jalan aspal. Bila sudah begini,
tapi hanya terdapat sedikit spot, dan yang paling bagus tersedia di garis
bising knalpot apalagi 'teriakan' knalpot akan ditemukan, kecuali
pantai antara Sekawat hingga Belimbing.
sesekali saja motor penduduk melintas, itupun sangat jarang. Untuk masuk ke area Belimbing, anda perlu izin khusus dari Artha Graha Seluruh jalur bisa dilalui dengan bersepeda, dan sesekali jalan kaki bila
Peduli, karena untuk mencapai daerah tersebut, bagi umum, hanya bisa
turun hujan. Cukup bersahabat bahkan bagi pemula, hanya di beberapa
dijajaki dengan menggunakan pesawat udara atau kapal besar. Kenapa?,
jalur saja yang naik turun lumayan curam. Sebut saja antara Belimbing
karena pantai bercadas serta ombak ganas mengelilingi kawasan ini.
hingga Way Heni. Jalur ini melewati garis pantai karena didalam hutan
Bila lewat jalur darat, dan tanpa pengawalan, besiaplah untuk bertemu
sulit dilewati, juga dikhawatirkan akan mengganggu keseimbangan
berbagai jenis binatang liar, kesemuanya masih bersifat liar alami. Nah,
alami area konservasi yang dijaga ketat kelestariannya oleh TWNC.
bila tidak mau ambil resiko untuk masuk area ini, silahkan hubungi
Juga puluhan muara sungai yang harus anda sebrangi, beberapa
pihak pengelola sebelumnya. Mengenai biaya?, mereka yang lebih
diantaranya diperlukan rakit, pelampung dan pemandu berpengalaman.
berwenang menjawab.
Bila hobi snorkling, laut tenang bisa ditemui di Karang Berak, hanya tiga
Secara umum, yang paling menarik dari perjalanan bila dilihat dari
jam berlayar menggunakan jasa ojek perahu dari Kota Agung dengan tarif
kacamata pariwisata sepanjang Sedayu atas hingga Way Heni adalah wisata
25 ribu saja sekali jalan. Saat pagi hingga petang selama sinar matahari
alam yang terdiri dari perbukitan dan garis pantai; serta wisata budaya.
sedang bagus, terumbu karang masih terjaga dengan baik.
62
Transportasi, nah ini yang menarik. Berbagai titik menarik, berada di kawasan selama perjalanan. Makan waktu dan biaya tidak sedikit bila menggunakan motor atau ojek, meski masyarakat tentu mau saja dibayar. Sejauh ini, alat transportasi paling efektif adalah sepeda, tapi kembali, anda harus terlatih untuk melalui medannya. Beberapa terjal, naik turun, nuntun, gotong, menguras tenaga lumayan.
63
Karakter Masyarakat Diulas secara khusus pada tulisan sebelumnya, masyarakat yang kami
Sebut saja Kampung Tirom dan dusun kecil terpencil, Dusun Bandar
temui sepanjang jalan amat ramah dan bersahabat. TIDAK ditemui
Dalam. Pada kedua kampung ini sebelum kami lewati beredar rumor
preman-preman lokal seperti digambarkan media. Kecuali pada
miring tentang masyarakatnya yang tidak bersahabat, bahkan bahaya.
beberapa daerah yang telah tersentuh perdagangan yang langsung
Setelah kami masuk lebih dalam, bersosialisasi langsung dengan
bersinggungan dengan kesibukan aktivitas industri.
mereka, ternyata tidak. Semua bersahabat.
Figur pimpinan daerah masih sangat dihargai dan mendapat tempat di
Khas masyarakat petani, nelayan, kehidupan tidak berjalan cepat. Meski
masyarakat. Para pemimpin lahir dari pilihan mereka sendiri. Pada
begitu, jangan lihat mereka sebagai pemalas. Rata-rata 2 hektar
beberapa daerah seperti Way Asahan, seperti diceritakan Hayun, kami
dikelola tiap keguarga bukanlah pekerjaan mudah, melelahkan juga
seolah kembali ke zaman dulu berdasar cerita dongeng, bahwa
memusingkan, apalagi jika dihadapkan permainan pasar terhadap harga
pemimpin mereka adalah orang-orang sakti yang memiliki kemampuan
komoditas yang mereka tanam.
supranatural. Entah itu benar atau hanya sebuah cerita beredar dimasyarakat untuk menekankan kekuatan figur pemimpin mereka.
Beruntung, kerjasama antar penduduk masih erat dipegang. Gotong royong bukanlah basabasi disini. Saat satu petani memerlukan bantuan
Jangan khawatir terlantar bila anda masih bisa berbahasa Indonesia.
untuk menanam, panen, bangun rumah, bantuan dari tetangga sekitar
Sepanjang jalan penduduk akan dengan senang hati mempersilahkan
dipastikan akan dating meski tanpa diminta. Meski terkadang harus
anda masuk dan menyajikan kopi serta panganan alakadarnya. Pesan
pula mengeluarkan uang untuk imbal jasa, tapi tidaklah terlalu besar,
sederhana yang sangat efektif harus diterapkan, dimana bumi dipijak,
karena proses bantu membantu dipastikan akan bergiliran.
disitu langit dijunjung. Menyenangkan sekaligus menyentuh saat anda sedang duduk melepas Mayoritas masyarakat sepanjang perjalanan kami merupakan
lelah, lalu tiba-tiba ada penduduk menghampiri menawarkan air minum
transmigran dari berbagai daerah, terutama Jawa, beberapa masih dari
serta panganan. Tidak hanya itu, tawaran menginap juga dipastikan
Sumatera. Hanya beberapa pekon yang hampir seluruh penduduknya
akan sering anda terima. Sebuah kondisi amat jarang Di Jakarta bukan?.
merupakan asli Lampung, tentunya dengan bahasa daerah mereka.
64
Pendidikan Masyarakat Sepanjang perjalanan, SMU hanya kami temui di Karang Berak, itupun PGRI. Hanya tiga sekolah dasar, kesemuanya filial, atau sekolah remote. Untuk daerah lainnya, bila hendak melanjutkan sekolah hingga SMU, rata-rata penduduk lebih memilih sekolah atau pesantren di Kota Agung yang menyediakan pemondokan. Mengenai fasilitas belajar, tidak bisa dibandingkan dengan berbagai fasilitas sekolah-sekolah di Jakarta dan kota-kota lainnya, bagaikan bumi langit. Kesemuanya dalam kondisi perlu perbaikan, bahkan satu bangunan di Sinar Laut, sama sekali sudah tidak bisa dipergunakan karena hampir rubuh. Berdasar data pada situs internet Departemen Pendidikan Nasional, khususnya pada peta rehabilitasi Sekolah Dasar, Direktorat Pembinaan TK dan SD, http://rehab.ditptksd.go.id/ ditemukan data yang bila kami hitung berdasar rasio ruang kelas dan jumlah siswa memiliki perbedaan cukup signifikan. Contoh sederhana dalam bagan berikut: Total jumlah siswa TK dan SD di Kabupaten Tanggamus saja sebanyak 694.989, sementara jumlah ruang kelas 25.490, anggaplah semua ruang kelas tersebut bisa dipergunakan. Bila kedua data ini dibandingkan, maka didapatkan kesimpulan sederhana, bahwa satu ruang kelas, rata-rata menampung sebanyak 31,7 siswa. Sementara fakta dilapangan mengatakan, dengan mengambil contoh pada salah satu sekolah dasar, yaitu SD Perintis 01, Pematang Sawa, Dusun Sugi Waras, Pekon Tirom, Kabupaten Tanggamus, sekolah dasar tersebut telah enam belas tahun dirintis dengan siswa seratusan orang, tapi hanya menempati dua ruang kelas saja. Kesimpulan kami serahkan kepada anda, kami hanya menyajikan. Besar harapan bahwa data yang dikumpulkan pada website tersebut kurang up-to-date berdasar kondisi terbaru dilapangan.
65
Budaya Dan Agama Mayoritas masyarakat sepanjang jalan menganut Islam sebagai agama mereka. Tidak sedikit pula Kristen, Hindu serta Budha. TIDAK PERNAH ada konflik diantara mereka, semua rukun meski pemeluk agama minoritas berada ditengah-tengah pemeluk agama mayoritas. Toleransi juga sangat bagus, seperti cerita kami di salah satu Dusun
Perambah hutan, lebih tepatnya masyarakat tradisional tadi, kami lihat
Bandar Dalam yang penduduknya termasuk muslim taat, tidak mereka
memang tidak seluruhnya dibekali pemahaman yang cukup mengenai
permasalahkan saat salah satu dari kami mampir dan minta dibuatkan
keseimbangan rantai makanan. Mereka tidak tahu berapa luasan jelajah
makanan di siang hari bolong saat mereka tengah berpuasa.
binatang liar, sehingga konflik antara manusia dan hewan yang habitatnya kian terdesat sering sekali masuk ke areal perkebunan,
Ditulis pula sebelumnya bahwa kerjasama diantara masyarakat masih
bahkan merusak. Diceritakan penduduk, bila suatu saat sekawanan
sangat erat, terutama dalam hal pengelolaan perkebunan serta
monyet, terdiri ratusan ekor masuk menyerang perkebunan kakao,
pemenuhan pangan.
dipastikan hanya sebentar saja habis hampir tanpa sisa.
Konflik tentu ada, terutama pada sebagian masyarakat pemburu dan
Di beberapa pekon, peran beberapa LSM lumayan memberikan informasi
pengelola kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Masyarakat
yang baik kepada masyarakat. Seperti mengajari mereka berkebun
tradisional masih memegang tradisi bahwa hutan adalah punya Tuhan,
dengan teknologi, sekaligus pemahaman mengenai sifat satwa liat,
dan mereka bebas memanfaatkannya, sementara aparat polisi hutan
serta sinergi antara manusia dengan lingkungan sekitar untuk
menjalankan perintah untuk menjaga kelestarian kawasan.
meminimalkan konflik.
66
Sarana Dan Prasarana Jika ditilik dari sarana transportasi, untuk menuju daerah yang kami
Puskesmas bisa ditemuan di dekat kantor pekon, hanya jarang dokter
lewati hanya bisa dilalui dengan perahu, atau sepeda motor. Perahu
praktek hadir disana, cukup mantri saja. Bila masyarakat memerlukan
untuk umum, hanya tersedia dari Kota Agung ke Way Nipah, Karang
penanganan rumahsakit, maka mereka harus menyebrang laut selama
Berak, Limus, dan pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya.
tiga jam atau melalu jalan darat dengan kondisi jalan setapak tanah sejauh puluhan kilometer. Beruntung, mereka terbiasa beraktifitas fisik,
Penduduk yang tinggal di perbukitan akan berjalan beberapa kilometer
dari berkebun hingga berjalan kaki, sehingga ketahanan tubuh sudah
menuruni bukit menuju pantai melalui jalan setapak terjal, bila tidak
terlatih secara alamiah, ditambah lagi jarang mengkonsumsi makanan
bisa dilalui motor. Alat angkut ini merupakan urat nadi penggerak
instan berpengawet, karena bahan pangan utama didapatkan dari kebun
ekonomi masyarakat untuk menjual komoditas dari kebun mereka ke
mereka sendiri.
Kota Agung dan kota-kota kecil lainnya. Sebagian diantaranya menggunakan motor yang telah dimodifikasi, bila barang yang dibawa tidak terlalu banyak, inipun tidak bisa dilakukan bila turun hujan, karena jalan dipastikan licin, berlumpur, terlalu bahaya untuk dilewati. Untuk anda, bisa naik perahu tadi, lalu di lokasi menyewa ojek, atau bawa motor sendiri, atau yang paling efektif, ya sepeda. Jangan bayangkan kondisi jalan beraspal, sepuluh hari diperkampungan, kami hanya melalui jalan tanah. Kondisi terparah terdapat antara Belimbing hingga Way Heni. Berjarak lebih dari 30 kilometer menyusuri pantai panas. Dikatakan jalan oleh penduduk, yaitu jalanan gerobak sapi, bila hujan tidak lebih dari kubangan. Tidak satupun penginapan ditemukan, berkali diulas bahwa kemampuan
Ekonomi Kami tidak membahas secara umum GDP Provinsi Lampung secara luas, hanya menyimpulkan. Kondisi masyarakat petani, nelayan dan petani nelayan yang kami temui di lapangan. Kebutuhan sandang, pangan, papan sama sekali tidak kekurangan, hanya akses untuk mendapatkan relatif sulit. UMR Provinsi Lampung sebesar Rp 776.500 tidak banyak berpengaruh pada mayoritas masyarakat, terkecuali pada pekerja sektor informal, itupun tidak banyak. Contoh konkrit mengenai kondisi di lapangan bisa dilihat di catatan harian berjudul, “Handoko Sang Petani Kakao Dan Retorika Pertanian Di Indonesia”.
sosialisasi anda harus diasah agar bisa diterima dengan baik ditengah masyarakat, sekaligus bisa menginap di rumah sederhana mereka. Mandi, cuci, dan kebutuhan buang hajatpun sangat amat sederhana, bersiaplah untuk melalukan itu semua di kali atau di kebun.
67
SARAN Kami tidak menyarankan pemerintah membangun jalan beraspal membelah hutan, karena dengan begitu akses pihak luar masuk ketengah masyarakat semakin mudah, membawa budaya baru dan
Pendidikan informal sesuai dengan pola hidup berkebun, bertani dirasa
dikhawatirkan menimbulkan konflik horizontal yang berasal dari berbagi
akan lebih efektif bagi mereka. Pemahaman lebih sistematis mengenai
motif, terutama ekonomi.
pertanian, perikanan berteknologi, serta pengetahuan ekosistem hutan, kelautan agar kedepannya tidak ada lagi kasus pembalakan liar atau
Listrik juga sebaiknya tidak, kami menyimak sebuah fakta menyedihkan
perburuan hewan-hewan yang dilindungi.
perubahan karakter masyarakat tidak lagi 'ndeso' dikarenakan intensitas tinggi menyimak siaran televisi. Detail mengenai ini bisa disimak di
Kesehatan, juga issue krusial, karena hak mendapatkan kesehatan berlaku
catatan harian berjudul “Apa Yang Hilang Darimu Saudaraku?”
bagi semua. Setidaknya satu dokter satu pekon layak segera diberlakukan, agar kasus-kasus seperti Reza bisa ditangani lebih cepat. Selain itu, pola
Kesehatan dan pendidikan dasar, adalah dua bidang yang kami anggap
sinergi dengan lembaga kesehatan dengan fasilitas lebih lengkap lainnya
segera untuk diperhatikan, baik pembenahan sarana maupun prasarana.
perlu dilakukan, agar proses rekam jejak medis masyakat tidak terputus,
Sekolah dasar, ketiganya dalam kondisi memprihatinkan, juga
baik dari sisi kesehatan maupun kemampuan ekonomi.
kesejahteraan guru yang kurang diperhatikan. Bila kedua hal bersifat 'segera' tersebut telah dipenuhi pemerintah atau Anak-anak sekolah sangat antusias mengikuti pendidikan meski mereka
pihak terkait lainnya, maka penerapan peraturan hukum dan perundang-
berjalan berkilometer dan beberapa diantaranya harus berbasah-
undangan ke tengah mereka bisa dianggap wajar bila diberlakukan.
basahan menyebrang muara sungai,saat menuju sekolah dan pulang. Sedikitpun tidak tampak raut muka sedih di wajah lugu mereka namun cerdas, sungguh sayang bibit-bibit penerus bangsa bila dibiarkan lepas dari tangkapan jangkauan pendidikan dasar wajib. Tidak perlu muluk hingga SMU apalagi perguruan tinggi, bisa membaca dan mampu meneruskan perkebunan saja itu lebih bagus.
68
INDONESIA DARI ATAS SEPEDA
cantik sekaligus menyedihkan Budi Santoso · Inu Febiana · Denny Halim · Berry Setia Wijaya · Arnaldo Wenas · Dyah Ariani · Ika Hardjanto · Titi Rusdi · Daniel Tumiwa · Oon Arfiandwi
01