No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014 A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan. ITK disusun berdasarkan beberapa komponen yang terkait dengan ekonomi rumah tangga seperti penghasilan, pengaruh inflasi/kenaikan harga terhadap kemampuan konsumsi serta tingkat konsumsi barang dan jasa pada triwulan bersangkutan. Nilai indeks yang dihasilkan berada pada rentang 0 sampai 200, dimana nilai lebih dari 100 mencerminkan terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen dan demikian sebaliknya. ITK dihasilkan dari pengolahan Survei Tendensi Konsumen (STK) yang sejak triwulan I 2011 dilakukan pada setiap Provinsi di Indonesia. Responden STK merupakan sub sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) khusus di daerah perkotaan. Pada tahun 2014, responden STK di Provinsi Bali mencapai 380 rumah tangga (untuk setiap Triwulan) yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Tabanan, Badung, Klungkung, Buleleng dan Kota Denpasar. . B. Kondisi Ekonomi Konsumen Triwulan III-2014
Kondisi ekonomi konsumen di triwulan III tahun 2014 tetap menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari angka ITK yang mencapai 111,90. Meski demikian, level optimisme itu sendiri justru menunjukkan penurunan. ITK triwulan III ini sedikit di bawah apa yang dicapai pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 116,75.
Pelambatan pada capaian ITK ini tentu merupakan agregat dari perubahan yang terjadi pada masingmasing komponennya. Variabel pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks 111,84 merupakan yang paling tinggi mengalami penurunan tingkat optimisme sementara disisi lain konsumsi rumah tangga adalah komponen yang relatif dapat mempertahankan optimisme dengan nilai indeks 113,19.
C. Perkiraan Ekonomi Konsumen Triwulan III-2014
Pada triwulan IV-2014 nilai ITK Bali diperkirakan mencapai 110,70. Dibandingkan dengan capaian triwulan ini, kondisi triwulan IV tetap mengindikasikan adanya perbaikan meski dengan optimisme yang menurun.
Pelambatan pada ITK yang diprediksi akan terjadi di triwulan berikutnya terjadi karena melambatnya tingkat optimisme pada pendapatan rumah tangga yang hanya mencapai 109,01. Sementara itu rencana pembelian barang tahan lama justru menunjukkan kondisi sedikit lebih baik dengan capaian sekitar 113,73
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
1
1.
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan III-2014
Kondisi ITK Provinsi Bali mengalami pelambatan yang cukup dalam di triwulan ke-III ini. Apa yang diperlihatkan oleh persepsi konsumen tersebut sedikit berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh sejumlah indikator penting dalam ekonomi Bali seperti misalnya kedatangan wisman yang tercatat mengalami peak season dengan angka pertumbuhan sekitar 17 persen lebih. Indeks persepsi tercatat menurun dari triwulan sebelumnya yaitu dari 116,75 menjadi 111,90. Sementara itu apabila dicermati dalam kondisi antar tahunnya, besaran ITK di triwulan ini kira-kira setara dengan apa yang terjadi di tahun 2011 dimana saat itu ITK Bali mencapai angka 111,96. Hal yang membedakannya adalah faktor penopang dari ITK itu sendiri. Di tahun 2011 faktor pendapatan menjadi penyangga utama di tengah rendahnya tingkat konsumsi masyarakat. Sementara itu untuk tahun ini, stabilnya inflasi mampu mempertahankan ITK untuk tidak jatuh lebih dalam. Grafik I Indeks Tendensi Konsumen Beserta Komponen Penyusunnya Triwulan III Tahun 2011 - 2014 120 115 110 105 100 III-2011
III-2012
III-2013
III-2014
Pendapatan Ruta Kini Pengaruh Inflasi Thd Konsumsi Makanan Konsumsi Makanan & Non Makanan ITK Kini
Dilihat pada masing-masing komponennya, pendapatan rumah tangga adalah komponen ITK yang mengalami penurunan tingkat optimisme paling tinggi. Komponen pendapatan ini telah mengalami penurunan persepsi dari 119,50 di triwulan II menjadi 111,84 di triwulan III ini. Penurunan pada pendapatan kemungkinan besar diakibatkan adanya asumsi berkurangnya sumbersumber pendapatan rumah tangga. Mengaitkan dengan indikator ketenagakerjaan, pada bulan Agustus 2014 tingkat pengangguran terbuka tercatat mengalami kenaikan dibanding periode sebelumnya. Meningkatnya pengangguran tentu berdampak terhadap berkurangnya daya beli pada lebih banyak individu di masyarakat yang diakibatkan oleh tidak adanya pendapatan yang diterima. Meski kue ekonomi tercatat makin besar secara makro, namun tentu saja akan dinikmati oleh lebih sedikit orang karena secara proporsi jumlah orang bekerja terhadap angkatan kerjanya mengalami penurunan. Tidak hanya itu, angka pertumbuhan ekonomi secara triwulanan (Triwulan III 2014 terhadap Triwulan II 2014) juga tercatat sedikit melambat yaitu dari 2,81 persen menjadi 2,78 persen. Bahkan komponen PDRB yang memiliki kaitan paling erat dengan kondisi ekonomi konsumen yaitu 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
konsumsi rumah tangga juga menunjukan perlambatan dari sebelumnya sekitar 2 persen lebih menjadi hanya 0,8 persen. Kembali pada komponen pembentuk ITK, koefisien perlambatan juga menunjukkan angka yang cukup impresif pada pengaruh inflasi terhadap harga. Penurunan tingkat optimisme sekitar 3,22 poin menunjukkan bahwa daya tahan dari konstruksi ekonomi konsumen tidaklah sekuat triwulan sebelumnya meskipun masih dapat dibayangkan bahwa minat konsumsi masyarakat tetap tinggi di triwulan ini. Pelambatan pada indikator ini pada dasarnya searah dengan apa yang terjadi di masyarakat. Kenaikan harga menjelang hari raya besar berpotensi untuk membatasi ataupun mengurangi tingkat konsumsi termasuk makanan. Namun demikian tingkat persepsi diatas 100 atau sekitar 110,98 menunjukkan bahwa optimisme masyarakat untuk mempertahankan konsumsinya di tengah kenaikan harga masih tetap cukup baik dibandingkan triwulan lalu. Fenomena lain yang mendukung kondisi ini adalah laju inflasi triwulanan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Untuk periode Triwulan-III tahun 2014 laju inflasi tiga bulanan mencapai 1,36 persen, cukup tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya mencapai 0,24 persen. Tabel 1 Indeks Tendensi Konsumen Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk
ITK Triwulan III-2013
ITK Triwulan II-2014
ITK Triwulan III-2014
(1)
(2)
(3)
(4)
Pendapatan rumah tangga kini
117.56
119,50
111,84
Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi
110.42
114,20
110,98
Tingkat konsumsi bahan makanan, makanan jadi di restoran/rumah makan, dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, komunikasi, kesehatan, dan rekreasi).
117.86
113,29
113,19
Indeks Tendensi Konsumen
115.67
116,75
111,90
Berbeda dengan komponen lainnya yang mengalami pelambatan cukup tinggi maka tidak demikian halnya dengan konsumsi makanan dan non makanan. Konsumsi makanan dan non makanan justru menunjukkan kestabilan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hampir sama dengan pengaruh inflasi, pengaruh hari raya keagamaan seperti halnya Idul Fitri tetap memberikan andil yang cukup besar pada bertahannya tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, tahun ajaran baru juga telah mengharuskan sejumlah rumah tangga yang memiliki anak sekolah untuk melakukan peningkatan konsumsi, meski persiapan untuk itu sudah mulai dilakukan juga di triwulan sebelumnya. Namun demikian harus diingat pula bahwa triwulan II lalu juga diwarnai oleh hari besar keagamaan yaitu Hari Raya Galungan yang juga membuat konsumsi masyarakat meningkat. Tercatat pergerakan konsumsi makanan hanya turun dari 113,29 di triwulan sebelumnya menjadi 113,19 di triwulan ini. Apabila dicermati pada masing-masing bagiannya konsumsi yang paling banyak menunjukkan pelambatan bersumber dari konsumsi non makanan. Indeks non makanan tercatat menurun dari 115,76 menjadi 111,93. Pelambatan pada konsumsi golongan ini lebih diakibatkan oleh beberapa hal pokok yang terjadi di triwulan III. Salah satu yang berperan adalah biaya pendidikan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, meski tahun ajaran baru jatuh pada awal triwulan III (Juli) namun persiapan untuk memasuki tahun ajaran baru tampaknya telah dilakukan sejak akhir triwulan II. Sehingga, kendati indeksnya masih diatas 100 (terjadi peningkatan konsumsi untuk biaya pendidikan), namun
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
3
masih lebih rendah dibanding peningkatan pada triwulan II. Selain itu, pengaruh liburan sekolah yang tidak menunjukkan puncak aktivitasnya di triwulan III juga membuat indeks rekreasi mengalami sedikit penurunan meski besarannya masih berada diatas 100. Kondisi kesehatan penduduk yang cukup baik disisi lain juga mengakibatkan peningkatan biaya kesehatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan pada triwulan sebelumnya. Biaya perumahan mengalami kenaikan terutama pada sewa rumah seiring dengan tingginya permintaan pasca lebaran yang diakibatkan meningkatnya migrasi masuk. Grafik 2 ITK dan Komponen Pendukungnya Triwulan II 2013
Triwulan III 2014
125
Pendapatan Ruta Kini 120
Pengaruh Inflasi Thd Konsumsi Makanan
115
Konsumsi Makanan & Non Makanan
110
ITK
105 TW II-2013 TW III-2013 TW IV-2013 TW I-2014 TWII-2014 TWIII-2014
Sementara itu jika dilihat dari menunjukkan peningkatan. Peningkatan bahan makanan melainkan juga pada meningkatnya kebutuhan pada saat Hari III.
konsumsi makanan, kondisi pada masyarakat justru pada konsumsi makanan terjadi tidak hanya pada belanja makanan jadi. Hal ini tentu merupakan imbas dari Raya besar keagamaan yang berlangsung selama Triwulan
Grafik 3 Indeks Konsumsi Komoditas Makanan dan Bukan Makanan Triwulan III-2014 116.46 115.64 115.33 118.12 114.15 112.89 113.43
Perumahan Transportasi Bahan makanan Pendidikan
112.76 110.93 110.88
Makanan Jadi Komunikasi Baju Rekreasi Kesehatan Indeks Makanan Indeks Total Indeks Non Makanan III-2014
4
108.21
117.81
112.11
104.85 105.29 103.47 105.38 113.71 112.27 113.19 113.29 111.93 115.76
II-2014
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
122.87
2.
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2014
Berbeda dengan perkiraan-perkiraan pada triwulan sebelumnya yang cenderung semakin optimis, ITK di Triwulan IV justru diprediksi akan mengalami penurunan level optimisme meski masih tergolong cukup optimis jika melihat besaran indeks yang berada pada posisi diatas 100. Dibandingkan dengan triwulan III, kondisi ITK di akhir 2014 diprediksi turun hingga 110,70. Pelambatan yang terjadi di triwulan IV sedikit banyak diperkirakan oleh menurunnya tingkat optimisme masyarakat terhadap pendapatan yang mungkin akan mereka terima di seperempat akhir 2014 ini. Bagi para karyawan, pelambatan mungkin lebih banyak diakibatkan karena asumsi tidak ada lagi pemberian insentif untuk mereka di triwulan ini. Sementara itu terjaganya optimisme meskipun dalam tingkat yang lebih rendah tentu saja berasal dari golongan wirausaha yang memanfaatkan momen akhir tahun sebagai saat yang tepat untuk meningkatkan pendapatan sebagai imbas dari meningkatnya konsumsi konsumen. Tabel 2 Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014 Menurut Variabel Pembentuknya Variabel Pembentuk
ITK Triwulan III-20141)
ITK Triwulan III-20141)
(1)
(2)
(3)
Perkiraan pendapatan rumah tangga mendatang
121,92
109,01
Rencana pembelian barang-barang tahan lama
111,03
113,73
Indeks Tendensi Konsumen
118,02
110,70
1)
Angka perkiraan ITK Triwulan III-2014
Sejalan dengan hal itu, prediksi akan pembelian barang tahan lama diperkirakan mengalami peningkatan. Terlihat bahwa indeks optimisme melakukan pembelian barang tahan lama mencapai 113,73 untuk triwulan IV ini. Tentu saja hal ini berhubungan dengan kondisi pasar dan harga barang tahan lama pada akhir tahun secara umum. Seperti yang kita ketahui bahwa produsen dan penjual seringkali memberikan diskon maupun insentif lain seperti halnya cashback untuk pembelian barangbarang tahan lama ketika memasuki pergantian tahun. Hal ini dilakukan untuk menjaring konsumen sekaligus memenuhi target penjualan sebelum tutup buku tahunan. Kondisi semacam inilah yang cenderung dimanfaatkan oleh konsumen untuk membeli barang-barang yang mereka perlukan.
3.
Komparasi ITK Bali dengan Beberapa Provinsi di Indonesia
Apabila dibandingkan dengan beberapa provinsi di Indonesia, kondisi ITK Bali di triwulan ke III ini bisa dikatakan cukup rendah. ITK Bali hanya menempati peringkat ke 21 dari 33 Provinsi di Indonesia. Penurunan peringkat yang begitu jauh ini cukup mengejutkan mengingat posisi Bali yang secara konsisten menempati peringkat teratas capaian ITK Nasional. Untuk wilayah regional Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, ITK Bali hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi yang ada di Nusa Tenggara. Indeks persepsi Bali bahkan jauh lebih rendah dengan beberapa provinsi di Jawa. Secara umum penurunan peringkat ini menyatakan bahwa persepsi kondisi ekonomi masyarakat yang tercermin melalui peningkatan pendapatan dan konsumsinya jauh lebih rendah dibandingkan daerah lainnya. Di sisi lain faktor-faktor inflasi yang cukup tinggi memberi peran yang tidak kalah Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014
5
signifikannya dibandingkan dengan peningkatan pendapatan. Pengaruh peningkatan pendapatan yang didapatkan oleh penduduk Provinsi Bali mungkin tidak sebesar provinsi lainnya disamping faktor tingkat harga yang memang secara relatif lebih tinggi. Grafik 3 Indeks Keyakinan Konsumen dan Peringkat Beberapa Provinsi di Indonesia Triwulan III-2014 NTT
103.74
NTB
111.54
23
Bali
111.90
22
Nasional
112.39
Jabar
113.72
13
DI Yogya
115.89
6
Jatim
115.99
5
Jateng
116.00
4
Banten
116.09
3
DKI
117.89
2
Kaltim
118.31
1
ITK
6
34
Peringkat
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 74/11/51 Th. IV, 5 November 2014