933
Indeks biologi dan kelimpahan plankton ... (Admi Athirah)
INDEKS BIOLOGI DAN KELIMPAHAN PL ANKTON DI TAMBAK KABUPATEN KEPUL AUAN SEL AYAR PROVINSI SUL AWESI SEL ATAN Admi Athirah, Ruzkiah Asaf, dan Mudian Paena Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di lahan budidaya tambak Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan untuk mengetahui indeks biologi dan kelimpahan plankton dalam rangka mendukung pengelolaan tambak pola tradisional yang berkelanjutan. Pengambilan sampel plankton pada lokasi tambak yang representatif dengan menggunakan plankton net No. 25. Sampel plankton dipekatkan dari 100 L menjadi 100 mL kemudian diawetkan dalam larutan MAF. Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan metode counting cell. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plankton yang didapatkan pada semua stasiun terdiri atas fitoplankton dan zooplankton dengan nilai minimum 2 genus/spesies dan maksimum 11 genus/spesies. Fitoplankton mendominasi pada setiap stasiun penelitian. Berdasarkan nilai rata-rata hasil uji indeks biologinya menunjukan bahwa kondisi perairan pertambakan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan secara umum cenderung stabil, komunitas planktonnya menyebar secara merata dan umumnya pada setiap stasiun yang diteliti tidak terdapat spesies yang dominan terhadap spesies lainnya. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk membuat konsep pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan di daerah tersebut. KATA KUNCI:
indeks biologi, kelimpahan, plankton, tambak, Kabupaten Kepulauan Selayar
PENDAHULUAN Kabupaten Kepulauan Selayar potensial bagi pengembangan tambak dan secara administratif berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba di sebelah Utara, Laut Flores, dan Selat Makassar di sebelah Barat, dan juga dibatasi oleh Laut Flores di sebelah Selatan dan Timur. Luas wilayah daratan Kabupaten Kepulauan Selayar berdasarkan Perda No. 9 Tahun 2001 wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Selayar hampir mencapai 113.928 ha yang terdiri atas beberapa wilayah pulau besar dan pulaupulau kecil dengan jumlah keseluruhan sekitar 123 buah. Wilayah administrasi terdiri atas 10 kecamatan dan 73 kelurahan/desa (Hasnawi et al., 2010). Dari luasan areal pertambakan tersebut sebagian besar merupakan tambak tradisional, berkaitan dengan kondisi ini maka peranan pakan alami termasuk plankton sangat diperlukan untuk mendukung kelangsungan sistem budidaya tambak secara tradisional tersebut, selain tetap melakukan usaha pengembangan budidaya secara intensif. Kesuburan perairan dapat dilihat dari kandungan bahan-bahan organik yang ada di suatu perairan, di mana kehadiran bahan-bahan organik tersebut merupakan hara utama yang dapat mensuplai kebutuhan zat hara biota penghasil (produsen) yang pada akhirnya produsen tersebut merupakan sumber makanan bagi anakan ikan, udang dan jenis biota perairan lainnya (Anonim, 2002). Dikemukakan Nontji (1984) bahwa fitoplankton sebagai tumbuhan yang berpigmen klorofil mampu melakukan reaksi fotosintesis sebagai penghasil oksigen dan pembentuk zat organik dari zat anorganik. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara langsung kehadiran plankton utamanya fitoplankton berperan sangat penting dalam ekosistem perairan tambak, karena keberadaannya dapat dijadikan indikator kesuburan di mana semakin tinggi kuantitas atau jumlah fitoplankton dalam suatu perairan maka perairan tersebut dapat digolongkan dalam kategori produktif. Kelimpahan plankton terutama fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh ketersediaan nutrien terutama nitrogen (N) dan fosfor (P). Selain itu, kelimpahan plankton pada suatu perairan ditentukan oleh transparansi (daya tembus sinar matahari ke dalam suatu perairan) sehingga ketersediaan bahanbahan organik tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik oleh produsen. Komposisi dan kelimpahan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
934
plankton pada suatu perairan akan berubah-ubah sebagai respons karena terjadinya perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reinolds et al., 1984). Jumlah dan jenis plankton yang berada dalam suatu perairan tergantung dari kondisi lingkungan perairan misalnya suhu, salinitas, dan kandungan nutrien. Jika salinitas air tambak tinggi, maka plankton yang ada tidak berbeda dengan plankton di perairan pantai, sebaliknya salinitas sangat rendah maka jenis planktonnya tidak berbeda dengan plankton air tawar (Sachlan, 1972). Kondisi lingkungan pertambakan akan berpengaruh terhadap komposisi jenis, kelimpahan dan distribusi plankton yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui kondisi plankton di kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, telah dilakukan penelitian dengan mengambil sampel secara acak pada lokasi pertambakan yang dapat mewakili masing-masing lingkungan wilayah pertambakan yang berbeda. BAHAN DAN METODE Penelitian telah dilakukan di perairan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada Maret 2010 dengan cara menentukan stasiun secara acak pada areal pertambakan (Gambar 1). Penentuan stasiun pengambilan sampel pada masing-masing lokasi dipilih lokasi tambak yang representatif yang dapat mewakili masing-masing tipe lingkungan lokasi pertambakan. Sampel plankton dikoleksi menggunakan plankton net No. 25. yang dipekatkan dari 100 L menjadi 100 mL kemudian diawetkan dalam larutan MAF. Identifikasi plankton menggunakan mikroskop yang berpedoman pada buku identifikasi plankton dan perhitungannya menggunakan metode counting cell. Identifikasi plankton (fitopankton dan zooplankton) dilakukan sampai pada tingkat genus dengan bantuan dari buku Yamaji (1979) dan Newell & Newell (1977). Untuk mengetahui tingkat kestabilan perairan dilakukan analisis kuantitatif indeks biologi plankton yang meliputi: indeks keanekaragaman, keseragaman jenis, dan indeks dominansinya berdasarkan rumus Shannon-Wiefer (Wilhm & Dorris 1968 in Masson, 1981): H1 pi In pi I 1
di mana: H1 =indeks keanekaragaman Shannon-Wiefer P1= n1/N Ni =jumlah individu ke-i N =jumlah seluruh individu
Indeks keseragaman dihitung menurut (Odum,1971) sebagai berikut: di mana:
E E H1 H1 maks S
= = = =
H1 H1 maks
indeks keseragaman indeks keragaman lnS jumlah spesies
Indeks dominansi dihitung berdasarkan indeks Simpson in Legendre (1983) sebagai berikut: di mana: C = indeks dominasi Simpson C (ni/N)2 ni N
=jumlah individu ke-i =jumlah total individu
935
Indeks biologi dan kelimpahan plankton ... (Admi Athirah)
Gambar 1. Lokasi penelitian Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
936
HASIL DAN BAHASAN Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fitoplankton dan zooplankton yang diperoleh pada setiap stasiun dari penelitian ini tertera pada Tabel 1. Berdasarkan hasil uji indeks biologi plankton yang tertera pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 43 stasiun yang diteliti terdapat 16 (38,64%) stasiun yang nilai H 1>1, sehingga perairan pada stasiun tersebut tergolong dalam stabil sedang (moderat), sedangkan 27 stasiun (61,36%) tergolong ke dalam kondisi tidak stabil karena nilai H’<1. Begitu pula terdapat 39 (88,63%) stasiun yang indeks keseragamannya (E) yang mendekati nilai 1 yang berarti kondisi spesies plankton pada perairan stasiun tersebut termasuk dalam kategori merata. Selanjutnya terdapat 30 (68,18%) stasiun yang nilai indeks dominasinya (D) mendekati nilai 0, yang berarti pada stasiun tersebut tidak ada spesies plankton yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Sedangkan sekitar 31,82% stasiun lainnya terdapat spesies plankton yang dominan terhadap spesies lainnya. Berdasarkan nilai rata-rata uji indeks keanekaragaman (H1) sebesar 1,1128 > 1 yang menunjukkan bahwa secara umum kondisi komunitas plankton di perairan tersebut tergolong dalam kategori stabil sedang moderat. Sedangkan rata-rata hasil uji indeks keseragaman (E) sebesar 0,7218 yang mendekati nilai 1, yang berarti komunitas plankton di perairan tambak tersebut menyebar secara merata, begitu pula hasil uji indeks dominansi (D) sebesar 0,4179 yang berada pada kategori netral sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa 50% dari stasiun yang diteliti pada perairan kawasan tambak tersebut termasuk terdapat spesies plankton yang secara ekstrim mendominasi spesies lainnya. Menurut Strin (1981), bila indeks keragaman (H1) lebih besar nilai 1, maka komunitas plankton pada suatu perairan adalah termasuk stabil sedang (moderat), sebaliknya bila nilai indeks keragamannya lebih besar nilai 1, maka komunitas plankton pada perairan tersebut termasuk dalam kategori stabil sedang moderat. Sedangkan menurut Lind (1979), bila indeks keseragaman (E) mendekati nilai 1, maka keberadaan spesies plankton pada perairan tersebut relatif merata, sebaliknya bila nilai (E) mendekati nilai 0 maka keberadaan spesies plankton pada perairan tersebut tidak merata. Sedangkan bila nilai indeks dominansi (D) mendekati nilai 1, maka pada perairan tersebut terdapat spesies plankton yang secara ekstrem mendominasi spesies lainnya, sebaliknya bila nilai indeks dominansi (D) mendekati nilai 0, maka pada perairan tersebut tidak terdapat spesies plankton yang mendominasi spesies lainnya. Jumlah genus dan kelimpahan individu per stasiun yang tercantum pada Tabel 1 tampak bahwa kelimpahan plankton tertinggi terjadi pada stasiun 51 (1.127 ind./L), stasiun 48 (952 ind./L), stasiun 81 (864 ind./L), stasiun 103 (862 ind./L), dan stasiun 49 (798 ind./L). Sedangkan terdapat 6 stasiun tingkat kelimpahannya di bawah 100 ind./L, yaitu secara berturut stasiun 89 (59 ind./L), stasiun 17 (69 ind./L), stasiun 25 (76 ind./L), stasiun 73 (81 ind./L), stasiun 13 (88 ind./L), dan stasiun 79 (97 ind./L). Secara kasat apabila dilihat secara langsung, kelimpahan plankton dalam kategori rendah yaitu stasiun dengan nilai kelimpahan di bawah 100 ind./L tersebar pada stasiun di lokasi awal maupun akhir penelitian. Kisaran jumlah genus per stasiun adalah 2-11 genus yang secara berturut 3 tertinggi terjadi pada stasiun 99 (11 genus), 95 (10 genus), dan stasiun 80 (9 genus) serta secara berturut 3 terendah terjadi pada stasiun 13, 69, dan 73 (2 genus), stasiun 19, 29, 33, 40, 57, 75, 78, dan 89 (3 genus) dan stasiun 17, 25, 26, 27, 30, 52, 82, dan 103 (4 genus). Umumnya pada setiap stasiun penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan dan sedemikian rupa sehingga suatu spesies lebih dominan dari spesies lainnya. Penyebaran plankton yang tidak merata pada suatu perairan selain disebabkan oleh adanya air yang masuk atau arus dan kedalaman suatu perairan, juga dapat disebabkan oleh pasang surut, variasi salinitas, nutrien, aktivitas pemangsaan, dan adanya percampuran dari dua mata air (Davis, 1955). Selain itu, faktor fisika kimia tambak juga sedikit banyaknya mempengaruhi penyebaran plankton di tambak. Pada Tabel 1 terlihat bahwa jumlah genus/spesies antara 2-11 genus dengan jumlah individu berkisar antara 59-1.127 ind./L. Berdasarkan data kelimpahan dan jumlah genus pada setiap stasiun ternyata pada hasil penelitian ini relatif terjadi korelasi positif antara kelimpahan dan jumlah genus.
937
Indeks biologi dan kelimpahan plankton ... (Admi Athirah)
Tabel 1. Indeks biologi, kelimpahan, dan jumlah genus/spesies plankton per stasiun pada kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan
Stasiun
Jumlah H' E D (keragaman) (keseragaman) (dominansi) Individu (ind,/L) Genus
SY 13 SY 15 SY 16 SY 17 SY 19 SY 20 SY 23 SY 25 SY 26 SY 27 SY 29 SY 30 SY 33 SY 35 SY 39 SY 40 SY 48 SY 49 SY 51 SY 52 SY 54 SY 57 SY 69 SY 73 SY 75 SY 78 SY 79 SY 80 SY 81 SY 82 SY 84 SY 85 SY 87 SY 89 SY 91 SY 92 SY 95 SY 96 SY 99 SY 101 SY 102 SY 103 SY 105
0,6931 1,2374 1,0662 1,1947 0,873 1,2835 0,8942 1,0931 0,9896 1,0019 0,6098 1,0215 0,5388 1,1647 1,1781 0,4938 1,1316 1,0475 0,8723 1,1346 1,3029 0,5727 0,5884 0,5447 1,0307 0,7026 1,5556 1,6256 1,2588 0,8537 1,3330 1,2427 1,6914 0,8753 1,5284 1,6925 1,7774 1,5836 1,9568 1,7587 1,3373 0,5609 0,9567
1 0,7689 0,6625 0,8618 0,7946 0,7975 0,5556 0,7885 0,7139 0,7227 0,5551 0,7368 0,4904 0,5985 0,7320 0,4495 0,5815 0,6508 0,4869 0,8184 0,8095 0,5213 0,8489 0,7859 0,9382 0,6395 0,8682 0,7399 0,6469 0,6158 0,8283 0,6935 0,9440 0,7968 0,7854 0,8698 0,7719 0,7616 0,8160 0,8458 0,7464 0,4046 0,5944
0,5 0,3468 0,4249 0,3027 0,3744 0,3449 0,5488 0,3061 0,3502 0,4629 0,6819 0,3526 0,5716 0,4479 0,3748 0,7507 0,3928 0,4139 0,5924 0,3651 0,3061 0,6829 0,6010 0,6409 0,3744 0,5804 0,2654 0,2867 0,3946 0,5579 0,3070 0,4044 0,2030 0,4944 0,2868 0,2215 0,2169 0,2746 0,1865 0,2069 0,3391 0,7239 0,5088
88 232 153 69 206 107 168 76 158 135 197 150 276 404 279 193 952 798 1127 223 441 666 109 81 284 234 97 594 864 263 338 270 244 59 177 645 342 320 524 423 442 862 312
2 5 5 4 3 5 5 4 4 4 3 4 3 7 5 3 7 5 6 4 5 3 2 2 3 3 6 9 7 4 5 6 6 3 7 7 10 8 11 8 6 4 5
Jumlah
47,8496
31,0382
17,9693
1,4582
218
Rataan
1,1128
0,7218
0,4179
339,1163
5,0698
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
938
Sebagai contoh yang tercantum pada Tabel 1 terlihat bahwa pada stasiun 99 dengan kelimpahan 524 ind./L terdiri atas 11 genus, sebaliknya pada stasiun 13 dengan kelimpahan 88 ind./L dengan jumlah genus hanya 2. Semakin besar kelimpahan planktonnya maka semakin banyak pula genus/ spesies yang ditemukan pada rata-rata stasiun penelitian. KESIMPULAN 1.
2. 3.
4. 5.
Kelimpahan plankton pada semua stasiun yang diteliti berkisar 9-1.127 ind./L per stasiun dengan rata-rata kelimpahan sebanyak 331,6136 ind./L/stasiun. Kelimpahan tertinggi terjadi pada stasiun 51 dan dan terendah terjadi pada stasiun 89. Sedangkan jumlah genus pada seluruh stasiun sebanyak 218 genus dengan rata-rata 5 genus/stasiun. Fitoplankton didominasi oleh kelas Bacillariophyceae yaitu sebanyak 8 genus dan zooplankton oleh kelas Crustaceae yang terdiri atas 10 genus. Berdasarkan hasil uji indeks biologi plankton bahwa secara umum kondisi perairan pertambakan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan termasuk dalam kondisi komunitas planktonnya stabil karena hanya terdapat 16 stasiun (38,64%) stasiun yang diteliti nilai indeks keanekaragamannya (H’) lebih kecil dari 1. Selanjutnya secara umum 88,63% stasiun yang diteliti keberadaan spesies plankton relatif merata, dan 68,18% stasiun yang diteliti tidak terdapat spesies plankton yang secara ekstrim dominan terhadap spesies lainnya. Genus Oscillatoria sp. Spaerellosys sp., dan Pleurosigma sp., Brachionus sp. dan Tortonus sp., nauplii Copepoda lebih dominan ditemukan dibandingkan genus lainnya. Secara umum relatif terjadi korelasi positif antara kelimpahan individu dan jumlah jenis genus pada setiap stasiun yang diamati.
DAFTAR ACUAN Anonim. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Kalimantan Barat, Badan Perencannaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kalimantan Barat. Pontianak, 80 hlm. Davis, C.C. 1955. The marine and fresh water plankton, Michigan State University Press, Chicago. Hasnawi et al. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tambak di Pulau Selayar Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan. Legendre, L. & Legendre, P. 1983. Numerical Ecology. Elsvier Scientific Publ. Co. New York. Lind, O.T. 1979. Handbook of Common Methods in Limnology. C.V. Mosby Company St. Louis. Masson, C.V. 1981. Biology of Water Pollution Longman Scientific and Technical Longman Singapure Publisher Ptc. Ltd. Singopure, 250 pp. Newell, G.E. & Newell, R. 1977. Marine plankton a Practical Guide 5th. Edition. Hutchinca of London, 244 pp. Nontji, A. 1984. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan. Desertasi Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Reynolds, C.S., Tundisi, J.G., & Hino, K. 1984. Observation on a metalimnetic phytoplankton population in stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. Argentina, 97: 7-17. Sachlan, M. 1972. Planktonologi Correspondence Cource Centre. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta, 103 pp. Strin, I. 1981. Manual Methods Aquatic Enviroment Research. Part. 8. Ecology Assessment of Pollution Effect. FAO, Roma, 70 pp. Yamaji, C.S. 1979. IIustration of the marine plankton of Japan. Hoikiska Publ. Co. Ltd. Japan, 572 pp.
939
Indeks biologi dan kelimpahan plankton ... (Admi Athirah)
Lampiran 1. Hasil pengamatan genus plankton pada setiap stasiun (ind./L) pada kawasan pertambakan Kabupaten Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan
Genus (ind./L) Gymnodinium sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Prorocentrum sp. Protoperidinium sp. Thallasionema sp. Nauplii copepoda
Genus (ind./L) Gymnodinium sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Prorocentrum sp. Protoperidinium sp. Thallasionema sp. Nauplii copepoda
Genus (ind./L) Anacystis sp. Cladophora sp. Melosira sp. Microspora sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Prorocentrum sp. Protoperidinium sp. Surirella sp. Volvox sp. Ulothrix sp. Nauplii copepoda
SY 13
15
16
17
19
20
44 44 -
9 86 17 103 17
19 10 19 10 95
29 10 20 10
39 69 98
10 57 20 10 10
SY 23
25
26
27
29
30
9 9 122 9 19
28 10 10 28
10 69 20 59
86 10 29 10
28 9 160
38 28 9 75
SY 33
35
39
40
48
49
37 37 202
9 46 9 64 9 9 258
10 29 10 86 144
9 18 166
10 10 490 10 96 10 326
29 326 29 20 394
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
940
SY
Genus (ind./L) Anacystis sp. Cladophora sp. Melosira sp. Microspora sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Prorocentrum sp. Protoperidinium sp. Surirella sp. Volvox sp. Ulothrix sp. Nauplii copepoda
Genus (ind./L) Ceratium sp. Colurella sp. Diaphanosoma sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Protoperidinium sp. Acartia sp. Apocyclops sp. Branchionus sp. Moina sp. Polychaeta Microsetella sp. Nauplii copepoda Labidocera sp. Oithona sp. Schmackeria sp. Temora sp. Tortanus sp.
51
52
54
57
69
73
18 9 114 44 88 854
90 18 18 97
90 135 9 180 27
22 104 540
30 -
62 19 -
79
SY 75
78
79
80
81
82
108 49 127 -
56 9 169 -
9 43 18 9 9 9
48 29 114 10 30 285 10 48 20 -
55 156 506 102 9 18 18
9 27 191 36 -
941
Indeks biologi dan kelimpahan plankton ... (Admi Athirah)
SY
Genus (ind./L) Ceratium sp. Colurella sp. Diaphanosoma sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Protoperidinium sp. Acartia sp. Apocyclops sp. Branchionus sp. Moina sp. Polychaeta Microsetella sp. Nauplii copepoda Labidocera sp. Oithona sp. Schmackeria sp. Temora sp. Tortanus sp.
Genus (ind./L) Ceratium sp. Chaetoceros sp. Merismopedia sp. Navicula sp. Oscillatoria sp. Pleurosigma sp. Protoperidinium sp. Ulothrix sp. Apocyclops sp. Branchionus sp. Echinocamptus sp. Nauplii copepoda Labidocera sp. Oithona sp. Schmackeria sp. Temora sp. Tortanus sp.
84
85
87
89
91
92
150 38 94 47 9
162 9 18 45 27 9 -
78 29 20 49 29 39
39 10 10
78 10 49 10 10 10 10 -
55 37 166 92 28 221 46 -
SY 95
96
99
101
102
103
105
8 59 92 8 109 8 8 8 8 34
18 9 83 36 9 138 18 9
18 9 37 64 46 18 166 120 28 9 9
18 108 27 108 108 18 18 18 -
10 109 20 225 49 29 -
37 89 727 9 -
18 64 9 212 9 -
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
942