Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja pada Pengolahan dan Pemurnian Emas di PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Pulogadung Tahun 2014 Indah Khoirun Nisa, Chandra Satrya Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16400, Indonesia Email :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran tingkat risiko pada pengolahan dan pemurnian emas di PT Antam (Persero) Pulogadung. Proses pemurnian emas mengalami tiga tahapan proses utama, yakni proses peleburan, klorinasi, dan elektrolisis. Proses ini mempunyai berbagai bahaya dan risiko yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan maupun cedera pada pekerja, diantaranya bahaya fisik berupa heat stress, bising, radiasi inframerah, discomfort glare; bahaya kimia berupa fume, gas klor, aqua regia, Natrium tetraborat; bahaya mekanik dan bahaya ergonomi. Penilaian risiko berpedoman pada penilaian risiko oleh William T. Fine. Dari hasil penilaian, risiko paling banyak berupa heat stress dan bising. Sedangkan pada existing risk level, tingkat risiko terbanyak berada pada tingkat acceptable dan tingkat risiko tertinggi adalah substansial pada risiko pengangkutan, kebisingan, terjatuh, terkena leburan dore, dan heat stress. Pada predictive level, hampir semua risiko berada pada tingkat acceptable dimana hanya tiga risiko yang berada pada tingkat substansial, yakni risiko penggunaan gas klor dan aqua regia. Kata kunci : penilaian risiko, existing risk level, predictive risk level, pemurnian emas
Occupational Health and Safety Risk Assessment on Gold Refining at PT Antam (Persero) Tbk. Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Pulogadung Year 2014
Abstract This study aims to determine the level of risk on the processing gold refining at PT Antam (Persero) Pulogadung. The process has three main stage, smelting, chlorination, and electrolysis. The process has various hazards and risks that may cause health disorder or injuries to workers, including phisical hazards such as heat stress, noise, infrared radiation, and discomfort glare; chemical hazards in form of fume, gas chlorine, aqua regia, and sodium tetraborate; mechanical hazards and ergonomics hazards. Risk assessment based on the risk assessment by William T. Fine. From the result of the risk assessment, the most hazard is heat stress and noise. While on the existing risk level, the most risk level is acceptable level and the highest level of risk is substansial at risk of lifting and transport, noise, fall, exposed to molten dore, and heat stress. At predictive level, almost all of the risks are at acceptable levels in which only three risks are at substantial level that is using of chlorine gas and aqua regia. Kaywords: risk assessment, existing risk level, predictive risk level, gold refining
1. Pendahuluan Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, yakni sebesar 237.641.326 jiwa (BPS, 2010). 74% diantaranya adalah penduduk usia kerja dan 110,8 juta
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
(46,6%) penduduk Indonesia merupakan pekerja yang tersebar di berbagai sektor, baik formal maupun informal. (Jamsostek, Agustus 2013). Tenaga kerja berperan penting dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu kesejahteraan dan perkembangannya perlu diperhatikan. Pada 12 Januari 2013, pemerintah menetapkan berlakunya Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2014. (“Pemerintah”, sindonews, 2014). UU tersebut menyatakan adanya larangan ekspor bahan mineral mentah sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum di ekspor, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 103 ayat 1. Oleh karena itu, pembangunan industri pengolahan dan pemurnian semakin bertambah. Meningkatnya laju perkembangan industri tersebut berdampak pada aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang menjadi semakin krusial baik bagi perusahaan maupun tenaga kerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana yang dinyatakan dalam United Nation International Covenant on Economi, Social and Cultural Rights tentang perlunya kondisi kerja yang selamat dan sehat sebagai hak asasi setiap orang. (Kurniawidjaja, L.M., 2011, p.4). Disamping itu dalam undang-undang nomor 14 tahun 1969 pasal 9 juga menyatakan tentang hak setiap tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan terhadap pekerjaannya. Berdasarkan data BPJS, tren accident meningkat dilihat dari jumlah klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) Jamsostek dari tahun 2009 sebesar 86.224 kasus hingga tahun 2013 sebesar 103.283 kasus. Namun hingga saat ini belum ada data mengenai kecelakaan pada industri smelter di Indonesia. Pada indusrti ini, peleburan logam dengan suhu yang sangat tinggi, keterpaparan terhadap uap logam (fume), penggunaan bahan kimia, listrik bertegangan tinggi, dan bising, merupakan bahaya dan risiko yang mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja. Oleh karena itu risiko dan bahaya ini harus dimanajemen sehingga kerugian dapat diminimalisir hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan sumber daya yang ada atau biasa disebut dengan ALARP (As Low As Reasonably Practicable ). Disamping itu, perusahaan dengan jumlah tenaga kerja paling sedikit seratus orang atau perusahaan dengan risiko tinggi juga diwajibkan untuk mengimplementasikan Sistem Manajemen K3 sebagaimana yang tercantum dalam PP nomor 50 tahun 2012 dimana penilaian risiko menjadi salah satu bagian dari pelaksanaan SMK3. Di Indonesia terdapat beberapa smelter logam, namun hanya ada satu perusahaan yang mengolah dan memurnikan emas, yaitu PT Antam (Persero) Tbk. Unit Bisnis Pengolahan dan
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Pemurnian Logam Mulia. Proses produksi emas cukup rumit dan mengalami beberapa proses pengulangan hingga emas mempunyai kemurnian 99,99% atau 24 karat. Proses awal pengolahan emas dimulai dengan peleburan dore dengan suhu sekitar 1200oC, pemurnian emas dengan metode klorinasi berupa penembakan gas klor yang sangat beracun, dan selanjutnya dengan metode elektrolisis yang dialiri listrik. Proses yang berisiko ini harus dikelola dengan baik agar risiko yang ada tidak menimbulkan kerugian bagi pekerja dan perusahaan itu sendiri.
2. Tinjauan Teoritis 2.1 Pengertian Hazard Hazard adalah potensi suatu zat, kegiatan, atau proses untuk menyebabkan kerugian (harm). (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p3). Dibawah kondisi yang tepat, hazard berpotensi menjadi kerugian. (Friend, Mark A., & Kohn, James P., 2007, p.8). 2.2 Jenis Hazard Hazard terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah hazard fisik berupa kebisingan, getaran, cahaya dan pencahayaan, radiasi, dan tekanan panas; hazard kimia, biologi, mekanik, ergonomi, dan hazard psikososial. 2.3 Pengertian Risiko Risiko adalah kemungkinan (probability) suatu zat, kegiatan, atau proses untuk menyebabkan kerugian. (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p.3). Risiko menggambarkan probabilitas dan tingkat keparahan dari event yang merugikan. Probabilitas mengacu pada kemungkinan (likelihood) terjadinya event. Dengan mempelajari data terkait keselamatan, dapat ditentukan tren statistik untuk berbagai faktor, seperti jenis accident atau lokasi dimana cedera berlangsung. Dengan menggunakan data frekuensi kejadian tersebut, event dapat dimasukkan dalam salah satu kategori probability. Severity mengacu pada besarnya (magnitude) kerugian dalam periode waktu tertentu. (Friend, Mark A., & Kohn, James P., 2007, p.78) 2.4 Pengertian Accident Accident mengacu pada sesuatu yang mengakibatkan kerugian yang berarti sebagai suatu event yang tidak diinginkan. (Friend, Mark A., & Kohn, James P., 2007, p.78). Health and Safety executive mendefinisikan accident sebagai peristiwa yang tidak direncanakan yang
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
mengakibatkan cedera atau penyakit, maupun kerusakan atau kerugian properti, pabrik, material, atau kerugian bagi lingkungan serta hilangnya peluang bisnis. Namun beberapa otoritas lain mendefinisikan accident lebih sempit dengan tidak memasukkan cedera atau sakit dalam definisinya. (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p.63). 2.5 Pengendalian Risiko Metode pengendalian bahaya di tempat kerja dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1. Pengendalian Engineering (rekayasa teknik), yaitu mengurangi hazard baik dengan spesifikasi desain awal engineering atau dengan menerapkan metode subtitusi, isolasi, atau ventilasi. 2. Pengendalian administrasi, yaitu dengan cara meminimalkan paparan pekerja terhadap hazard dengan mengurangi waktu kerjadi area kontaminan, dengan praktik kerja yang baik, dan dengan pelatihan kerja. 3. Alat Pelindung Diri, yaitu perlengkapan yang dipakai pekerja untuk melindungi mereka dari bahaya di lingkungan kerja. (Plog, Barbara & Quinland, Patricia J, 2002, p.586). Jika memungkinkan, risiko dieliminasi melalui seleksi dan desain fasilitas, peralatan, dan proses. Jika risiko tidak dapat dihilangkan, maka diminimalkan dengan penggunaan kontrol fisik, atau sebagai upaya terakhir melalui sistem kerja dan alat pelindung diri. (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p .61) 2.6 Penilaian Risiko Bentuk penilaian risiko: 1. Penilaian Kuantitatif Penialaian risiko kuantitatif mengukur risiko dengan mengaitkan kemungkinan risiko terjadi dan keparahan dari akibat yang mungkin terjadi, kemudian memberikan nilai numerik risiko. Metode ini digunakan dalam situasi dimana kerusakan yang terjadi bisa sangat serius (misalnya desain dan pemeliharaan pesawat atau industri petrokimia) (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p .62) 2. Penilaian Kualitatif Penilaian kualitatif merupakan bentuk penilaian risiko yang lebih umum, yang murni berdasarkan pada penilaian pribadi dan biasanya didefinisikan dalam risiko tinggi, sedang, atau rendah. Penilaian ini biasanya digunakan untuk menentukan kerangka waktu dimana tindakan lebih lanjut harus diambil.
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
3. Penilaian Semi Kuantitatif Tingkat risiko dihitung dengan mengalikan consequence, exposure, dan probability. Berdasarkan pada teori Willian T fine, nilai masing-masing variabel tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Penilaian Consequence (Fine, William T, 1971, p.4-5) Faktor
Tingkatan
Consequences
Catastrope
(akibat yang
Aktifitas dihentikan, kerusakan permanen pada
Rating 100
lingkungan
ditimbulkan dari
Disaster
suatu peristiwa atau kejadian)
Deskripsi
Kematian, kerusakan permanen yang bersifat lokal
50
terhadap lingkungan Very
Cacat permanen, kerusakan lingkungan yang tidak
serious
permanen
Serious
Serius tapi mengakibatkan cacat non permanen
25 15
atau kesakitan, efek buruk pada lingkungan Important
Dibutuhan perawatan medis, terjadi emisi buangan
5
di dalam lokasi tetapi mengakibatkan kerusakan Noticeable
Luka-luka atau sakit ringan, sedikit kerugian
1
produksi, kerugian ringan atau terhentinya proses kerja untuk sementara
Tabel 2. Penilaian Probability (Fine, William T, 1971, p.5) Faktor
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Probability
Almost certain
Kejadian yang paling sering terjadi
10
(kemungkinan
Likely
Kesempatan terjadi kecelakaan 50%-
6
yang menyertai suatu akibat)
50% Unusual but possible
Tidak biasa namun mungkin
3
Remotely possible
Suatu kejadian yang sangat kecil
1
kemungkinan terjadinya Conceivable
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam
0,5
tahun-tahun pemajanan tetapi mungkin terjadi Practically
Sangat tidak mungkin terjadi
impossible
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
0,1
Tabel 3. Penilaian Exposure (Fine, William T, 1971, p.5) Faktor
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Exposure
Continously
Sering terjadi dalam sehari
10
(frekensi
Frequently
Kira-kira satu kali dalam sehari
6
pemajanan
Occasionally
Satu kali seminggu sampai 1 kali sebulan
3
terhadap
Infrequent
Satu kali dalam sebulan sampai sekali dalam setahun
2
bahaya)
Rare
Diketahui kapan terjadinya
1
Very Rare
Tidak diketahui kapan terjadinya
0,5
Tabel 4. Penilaian Tingkat Risiko Tingkat Risiko
Keterangan
Tindakan
>350
Very High
Penghentian aktifitas sampai risiko dikurangi
180-350
Priority 1
Penanganan secepatnya
70-180
Substansial
Mengharuskan ada perbaikan
20-70
Priority 3
Memerlukan perhatian
<20
Acceptable
Lakukan kegiatan selayaknya
Tahapan Penilaian Risiko: 1. Identifikasi Risiko Informasi yang dapat membantu identifikasi risiko antara lain dengan mereview catatan accident, incident, dan penyakit kerja, serta sumber-sumber informasi yang lain meliputi laporan inspeksi, survey, dan audit, laporan analisis kerja, buku panduan manufaktur atau lembar data. (Hughes, Phil & Farrett Ed. 2005, p.65). 2. Analisis Risiko Risiko dianalisis dengan menentukan konsekuensi dan kemungkinannya, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan risiko, seperti kontrol yang ada (existing control) serta efektifitas dan efisiensinya juga harus dipertimbangkan. Analisis risiko dapat dilakukan dengan berbagai tingkat perincian, bergantung pada risiko nya, tujuan analisa, informasi, data dan sumber daya yang tersedia. Analisis dapat berupa kualitatif, semi kualitatif, atau kombinasi keduanya, bergantung pada situasi. 3. Evaluasi Risiko Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk membantu dalam membuat keputusan, berdasarkan pada hasil analisis risiko, tentang risiko apa yang perlu ditangani dan prioritas pelaksanaan penanganannya. Evaluasi risiko mencakup membandingkan tingkat risiko
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang telah ditetapkan ketika konteks telah ditetapkan. Berdasarkan pada perbandingan ini, kebutuhan terhadap penanganan risiko dapat ditetapkan.
3. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang dilakukan dengan metode observasional. Penelitian ini dilakukan dengan cara menilai risiko secara semi-kuantitatif yang berpedoman pada penilaian risiko oleh William T. Fine. Tahap awal yang dilakukan adalah mengetahui bagaimana proses kerja pengolahan dan pemurnian emas serta bahan dan peralatan yang digunakan. Kemudian dari proses kerja tersebut, diidentifikasi hazard dan risiko K3 nya menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) dengan menjabarkan hazard dan risiko K3, penyebab, serta upaya pengendalian yang telah dilakukan. Selanjutnya dari hasil JHA, dinilai masing-masing consequence (C), exposure (E), dan probability(P)nya berdasarkan perbandingan pada diskripsi tabel consequence, exposure, dan probability WT. Fine. Tingkat risiko diperoleh dengan mengalikan nilai C, E, dan P. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan tabel tingkat risiko WT. Fine.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Proses Pengolahan Emas Proses pengolahan dan pemurnian emas terbagi menjadi beberapa proses, yaitu proses peleburan, elektrolisis, dan klorinasi. 4.1.1
Proses Peleburan (Smelting) Bahan sebelum pemurnian menjadi emas dan perak adalah dore bullion. Dore bullion
merupakan campuran dari logam mulia emas dan perak serta pengotornya, rata-rata mengandung 30% emas dan 70% perak. Satu dore memiliki berat sekitar 6-7 kg. Dore bullion menjadi bahan peleburan untuk menjadikannya homogen dan memisahkan unsur-unsur pengotornya. Terdapat 7 dapur morgan yang masing-masing berkapasitas 300 kg, 1 dapur morgan kecil yang berkapasitas 200 kg, serta 2 dapur monarch berkapasitas 100 kg. Dapur Monarch digunakan untuk melebur konsentrat jenis sponge dengan suhu hingga 1300oC. Dore bullion dilebur dalam tungku yang disebut furnace morgan dengan suhu sekitar 1200oC dan ditambah flux berupa boraks (Na2B4O7.10H2O) sekitar ± 0,11% dari jumlah dore
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
yang dilebur, yang berfungsi untuk menurunkan titik leleh dore bullion serta memisahkan pengotor-pengotornya. Kemudian dilakukan skimming, yaitu pemisahan pengotor atau slag yang terkumpul diatas leburan dore bullion. Pengotor mayoritas yang mungkin terpisahkan dari dore adalah Cu, Pb, dan Zn. Boraks juga dapat bereaksi dengan crucible karena crucible terbuat dari silica, dengan reaksi yang mungkin dapat terjadi: Na2B4O7+2SiO2 + CuO
Na2B4O2+ CuB4O2+2CuSiO2
Dore cair yang telah bersih dari slag selanjutnya disampling untuk dianalisis kandungan emasnya. Jika kandungan emas dore lebih kecil dari 20%, maka dore cair akan dicetak menjadi anoda Ag untuk dilakukan elektrolisis logam Ag dan masuk ke sub bagian pemurnian perak. Sedangkan jika kandungan emas dore lebih dari 20% maka dore cair tersebut akan dicetak menjadi balok untuk dilakukan proses klorinasi dan masuk ke sub bagian pemurnian emas. 4.1.2
Proses Klorinasi Dore bullion dengan kadar emas lebih dari 20% dilebur di dalam crucible dengan suhu
1200oC, kemudian diinjeksikan gas klorin selama sekitar 3 jam. Selama proses ini, emas yang bersifat non reaktif terhadap gas klorin akan terpisah kebawah. Sedangkan perak dan logam lainnya membentuk senyawa klorida yang dapat berupa 2AuCl3, AgCl, CuCl, FeCl2, FeCl3, PbCl2, dan ZnCl2 selama proses berlangsung. AgCl dan CuCl mencair dan berkumpul pada lapisan slag, yang terdapat diatas karena lebih ringan dari emas cair. Pembentukan klorida lainnya akan menguap, seperti PbCl2 (954oC), FeCl2 (1023oC), FeCl3 (319oC), ZnCl2 (732oC). Pertama, klorin akan beraksi selektif, yaitu dengan besi, zinc, dan timbal, klorida yang terbentuk akan menguap pada suhu operasi 1100oC. Selanjutnya perak dan tembaga klorida terbentuk mengapung sebagai slag. Selanjutnya dilakukan skimming dengan menyekop slag yang berada di bagian atas leburan yang dapat dibedakan dari warnanya. Proses klorinasi akan terus dilakukan hingga tidak menimbulkan senyawa klorida. Akhir dari proses terindikasi dari uap merah emas klorida. Emas yang dihasilkan dari proses klorinasi mempunyai kemurnian sekitar 99,2%. Untuk mendapatkan emas dengan kemurnian 99,99% selanjutnya dilakukan proses elektrolisis. Gas Cl2 direaksikan dulu dengan NaOH untuk dinetralisir sebelum dibuang ke udara, sehingga udara disekitar pabrik dapat bersih dari gas klorin. Reaksi yang dapat terjadi: Cl2 + NaOH
NaCl+H2O
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Emas yang berada di crucible dicetak menjadi anoda emas dengan cara menuangkan leburan emas ke dalam cetakan anoda. Setelah suhu sesuai, emas dilepaskan dari cetakan yang ditandai dengan perbedaan warna emas pada fase leburan dengan fase padat yang cukup signifikan. Jika terlalu lama dalam cetakan, emas sulit dilepaskan. Kemudian lempengan emas didinginkan dengan air mengalir di bak pendingin. Pendinginan dilakukan dua kali di dua bak yang berbeda. 4.1.3
Proses Elektrolisis Selanjutnya anoda emas masuk ke proses elektrolisis dengan metode Wohwill,
menggunakan lembaran titanium sebagai katodanya. Elektrolit yang digunakan adalah larutan yang dibuat dari 1 kg emas murni dilarutkan dengan 3 liter HCl pekat dan 0,5 liter HNO3 pekat. Setelah larut ditambahkan 2 liter HCl pekat dan 300 ml aquadest. Proses elektrolisis dilakukan selama kurang lebih 20 jam dengan arus listrik sebesar 150 A dan tegangan 24 V. Terdapat 8 bak atau sel dengan tiap sel berisi 4 katoda dan 3 anoda. Katoda titanium berdimensi 18 x 12 x 0,2 cm, sedangkan anoda berdimensi 20 x 10 x 2 cm. Ketika arus listrik dialirkan, emas dalam anoda akan teroksidasi menjadi larutan emas HAuCl4 dalam elektrolit, sedangkan perak yang masih ada sebagai pengotor teroksidasi menjadi senyawa tak larut AgCl dan berkumpul didasar wadah bak elektrolisis. Pengotor selain perak yang mungkin terdapat pada anoda akan larut dalam elektrolit menjadi senyawa senyawa kloridanya. Larutan emas HAuCl4 dalam elektrolit akan tereduksi menjadi emas dalam fase padat yang terdeposit atau menempel pada katoda. Reaksi pada anoda dan katoda adalah sebagai berikut: Anoda : Au + 4Cl-
AuCl4- + 3e-
Katoda : AuCl4- + 3e-
Au + 4Cl-
Anoda yang terelektrolisis tidak semuanya terproses karena masih terdapat bagian anoda yang tidak tercelup elektrolit untuk digunakan sebagai penghubung arus listrik. Anoda ini merupakan restan yang akan dilebur ulang dan dijadikan anoda kembali bersamaan dengan pembentukan anoda emas pada proses klorinasi. Deposit dari hasil elektrolisis dilepaskan dari katoda dan dicuci dalam larutan NH4OH untuk mengantisipasi adanya Ag yang terperangkap pada deposit. Kemudian deposit emas dicuci menggunakan air untuk menghilangkan sisa-sisa NH4OH yang masih terdapat pada deposit.
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Deposit emas selanjutnya masuk kedalam proses peleburan untuk dijadikan emas batang kasar. Emas akan dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan ditimbang sesuai dengan berat yang ditentukan. Emas yang telah ditimbang dimasukkan kedalam cetakan dan dilebur. Hasil emas diperiksa kesesuaian beratnya, jika berat berlebih maka dikurangi dengan cara dikikir. Selanjutnya emas di stampting, yaitu diberi logo dan nomor seri dengan menggunakan mesin press. Selanjutnya dikirim di bagian quality control untuk diuji kadarnya. 4.2 Tahapan Kerja Pengolahan Emas Tabel 5. Tahapan Kerja Pengolahan Emas
Tahapan Kerja Peleburan (Smelting) Klorinasi 1. Menimbang dore 1. Peleburan dore pada 2. Mengangkut dore yang furnace kecil sudah ditimbang ke area 2. Memindahkan leburan peleburan dore pada crucible 3. Menyalakan furnace morgan klorinasi 4. Memasukkan dore ke dalam 3. Injeksi gas klor ke furnace morgan dalam leburan dore 5. Memasukkan boraks dan 4. Pemisahan emas dengan mengaduknya pada furnace senyawa klorida (slag) morgan 5. Pencetakan leburan 6. Mengambil slag (skimming) menjadi anoda emas 7. Mencetak dore (casting)
Eletrolisis 1. Pemasangan anoda 2. Pelepasan anoda
4.3 Identifikasi Hazard, Pengendalian, dan Tingkat Risiko 4.3.1
Hazard Keselamatan Tabel 6. Identifikasi Hazard Keselamatan, Pengendalian, dan Tingkat Risiko
Hazard Dore
Unexpected Event Terjatuh
Risiko
Pengendalian
Luka, bengkak, patah tulang pada kaki
Sarung tangan, sepatu keselamatan, instruksi kerja, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD Sarung tangan pelindung, wear pack, instruksi kerja, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD Sarung tangan, sepatu keselamatan, instruksi kerja, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
Permukaan kasar dore
Tergores pinggiran dore
Luka gores/lecet pada tangan dan lengan
postur janggal mendorong dan menarik
Terpeleset
Memar, benjol, luka pada tubuh dan kepala
ER
Rekomendasi
15
-
PR -
6
-
-
6
-
-
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Troli manual
Terjepit troli pengangkut dore
Luka pada kaki
Tangga yang tidak ergonomis
Terjatuh dari tangga ketika memasukkan dore
Memar, luka, patah tulang pada tubuh
Sepatu keselamatan, instruksi kerja, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD Pelindung wajah (Face shield), wear pack, pengawasan, kontrol kelayakan APD
Terjatuh dari tangga ketika memasukkan boraks dan mengaduk Api
Terssambar api
Luka bakar
furnace panas dan lelehan dore
Terpeleset ke arah furnaceketika memasukkan dore
Luka bakar serius
Pelindung wajah (Face shield), apron anti api atau apron full body protection, sepatu keselamatan,hot gloves, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD Pelindung wajah (Face shield), apron anti api atau apron full body protection, sepatu keselamatan,hot gloves, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
Terpelesaet ke arah furnace Terpercik lelehan dore
4.3.2
Luka bakar
3
-
-
90
• Penjepit mekanik bertenaga (ergonomic lift assist easy arm) • Pelatihan penggunaan alat
0,6
90
• Memasang guarding pada tangga (pegangan tangga) • Melebarkan pijakan tangga
15
15
-
-
150
• Penjepit mekanik bertenaga (ergonomic lift assist easy arm) • Pelathan penggunaan alat • Memasang guarding dekat lubang furnace -
0,6
150
15
15
-
Hazard Kesehatan Tabel 8. Identifikasi Hazard Kesehatan, Pengendalian, dan Tingkat Risiko
Hazard Repetitif dan postur janggal
Postur janggal mendorong dan menarik Beban angkat terlalu berat dan postur janggal
Unexpected Event Otot meregang (strain) dan otot atau ligamen terpilin (sprain)
Otot meregang (strain) dan otot atau ligamen terpilin (sprain) Cakram tulang belakang bergeser (slipped disc)
Risiko
Pengendalian
LR
Rekomendasi
LR
WRULD (Work Related Upper Limb Disorder)nyeri punggung, bahu, leher, dan lengan. Nyeri dibagian paha, betis, dan pergelangan kaki WRULD- nyeri punggung, bahu, leher, dan lengan.
-
60
• Instruksi kerja aman • Pelatihan manual handling yang benar • Pengawasan penyelia
18
Troli manual
36
• Troli bertenaga • Instruksi kerja aman • Pengawasan penyelia
0,6
Cedera tulang belakang (Low Back Pain-LBP), sciatica
-‐
90
• Membungkus dan menimbang dore menjadi bagianbagian yang lebih kecil
6
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Heat stress
Kehilangan cairan berlebihan Kurangnya garam natrium karena banyak berkeringat
Dehidrasi (kelelahan, lemah, mulut kering) Heat Cramp (kram otot atau kelelahan otot)
Pengukuran panas secara berkala, penyediaan air minum
30
30
Kurangnya aliran darah ke otak
Heat syncope
90
Suhu inti tubuh meningkat
Heat exhaustion
90
Silau/ glare
Tegangan otot mata
Kelelahan mata (eye strain), sakit kepala
Pelindung wajah (Face shield), pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
10
Radiasi inframerah
Radiasi inframerah diserap oleh cairan permukaan mata
Nyeri pada mata, corneal burn, katarak (furnaceman’s cataract)
Pelindung wajah (Face shield), pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
25
Bising
Degenerasi sel rambut koklea
NIHL
150
Emisi pembakaran
Terhirup pekerja
Keracunan
Fume leburan logam oksida Sodium tetraborate
Terhirup
Metal fume fever
Earplug dan earmuff, mengurangi waktu paparan dengan beristirahat di cool room, pengukuran bising per semester, maintenance mesin, pengawasan, kontrol kelayakan APD Hood, masker, pengawasan, kontrol kelayakan APD Respirator full face, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
Terhirup Kontak kulit dan mata
Iritasi saluran Pernafasan Iritasi kulit dan mata
Terhirup
Kematian
Sekop untuk mengambil, respirator full face, wearpack,hot gloves, sepatu keselamatan, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD Hood, detektor klor,
Gas klor
• Pelatihan, edukasi, dan instruksi manual handling yang aman • Pengawasan penyelia Promosi pentingnya cukup minum dan pengenalan tandatanda dehidrasi • Promosi pentingnya cukup minum dan pengenalan dan Heat Cramp • Menjaga asupan elektrolit • Peregangan • Menjaga asupan elektrolit • Aklimatisasi • Mengurangi makanan yang meningkatkan beban metabolisme • Meningkatkan kebugaran • Aklimatisasi -
10
10
15
15
-
5
5
• Anjuran mengkonsumsi vitamin • Pemeriksaan kesehatan mata secara berkala • Seleksi penempatan pekerja (faktor usia, kondisi kesehatan) • Melapisi dinding dan permukaan pantul dengan penyerap bunyi • Menggantung panelpanel penyerap bunyi • Membuat peta zona bising dan dipasang -
15
-
-
15
-
-
3
-
-
30
-
-
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
10
-
Aqua regia
Kontak kulit dan tangan
Iritasi kulit dan mata
Terhirup
Pneumonia, edema paru Kerusakan mata dan luka pada kulit
Kontak kulit dan tangan
respirator full face, wearpack, hot glove, sepatu keselamatan, pengawasan, kontrol kelayakan APD Hood, respirator full face, sepatu keselamatan, gloves, pengawasan penyelia, kontrol kelayakan APD
3
-
-
45
• Penempelan informasi bahaya aqua regia di area kerja • Sanksi terhadap pelanggaran SOP dan pemakaian APD
45
45
45
4.4 Jumlah Hazard pada Pengolahan dan Pemurnian Emas Tabel 9. Jumlah Hazard pada Pengolahan dan Pemurnian Emas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Total
Jenis Hazard Ergonomi Ergonomi Ergonomi Mekanik Mekanik Mekanik Mekanik Mekanik Fisik Fisik Fisik Fisik Kimia Kimia Kimia Kimia Kimia Api
Deskripsi Hazard Repetitif dan postur janggal Beban angkat dan postur janggal Postur janggal mendorong dan menarik Tertimpa dore Permukaan tajam/kasar Terjepit troli Terjatuh dari tangga Leburan dore Heat stress Silau/glare Radiasi inframerah Bising Emisi pembakaran Fume logam Sodium tetraborate Gas klor Aqua regia Tersambar api
Peleburan
Klorinasi
Elektrolisis
Jumlah
2 1 1
-
-
2 1 1
3 1 1 3 4 7 5 4 5 6 3 1 3 50
5 5 3 5 5 5 2 30
2 2 4
3 1 1 3 9 14 8 9 10 6 8 1 2 2 3 84
4.5 Hasil Penilaian Existing Risk Tabel 10. Tingkat Risiko pada Proses Pemurnian Emas
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Gambar 11. Hasil Penilaian Existing Level Pada Tiap Sub Proses Peleburan Dore Billion
8 7
7 6
5
5 4
4 3
3 2 2
2
3
2
3 3
3
3 3
1
0 0
0
3 3
4
2
1
1
4
0 0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
Menimbang Mengangkut Menyalakan Input dore Input boraks Skimming CasHng dore furnace dan pengadukan Very High
Priority 1
Substansial
Priority 3
Acceptable
Gambar 12. Hasil Penilaian Existing Level pada setiap sub proses klorinasi
8
7
7
6
6 5
4
4
3
3
2
2 1 0
3
3 2
2 2
2
1
2
2
1
0 0
0 0
Melebur
0 0
Memindahkan leburan
Very High
Priority
Injeksi gas klor Substansial
0 0
0 0
skimming Priority 3
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
CasHng anoda
Acceptable
Tabel 13 Hasil Penilaian Existing risk Level pada Proses Elektrolisis
4.6 Hasil Penilaian Predictive Risk Berdasarkan pada rekomendasi yang telah diberikan, hampir semua risiko berada pada tingkat risiko yang dapat diterima (acceptable) karena existing risk level nya sendiri telah rendah, sehingga cukup diberi pengendalian tambahan untuk menurunkan tingkat risiko tersebut. Namun ada beberapa risiko yang dinilai masih perlu perhatian meskipun telah diberi pengendalian yang cukup memadai. Hal ini disebabkan karena nilai consequence dan exposure nya tinggi, antara lain penggunaan gas klor dan aqua regia. Kedua bahan kimia ini sangat berbahaya, sehingga penggunaannya selalu memerlukan perhatian, baik oleh pekerja, pengawas, maupun manajemen. 5. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis risiko proses, terdapat total 84 risiko dengan rincian 50 risiko pada bagian peleburan, 30 risiko pada bagian klorinasi, dan 4 risiko pada bagian elektrolisis. Dari ke 84 risiko tersebut, 64 berupa risiko kesehatan dan 20 berupa risiko keselamatan. Persentase risiko pada semua proses pemurnian emas, antara lain: 49% berupa risiko dari hazard fisik, 23% berupa risiko dari hazard kimia,20% berupa risiko dari hazard mekanik, 5 % berupa risiko dari hazard ergonomi, dan 3% berupa risiko dari hazard api. Pada existing risk level, tingkat risiko tertinggi adalah substansial, yang paling banyak berada pada proses peleburan. Risiko yang masih berada pada tingkat substansial adalah beban angkat dore dan postur janggal, kebisingan, terjatuh, terkena leburan dore, dan heat stress. Nilai dari predictive level, hampir semua risiko berada pada tingkat yang dapat diterima (acceptable). Namun ada 3 risiko yang dinilai masih perlu perhatian (priority 3) karena consequence dan probability nya yang tinggi, yakni penggunaan gas klor dan aqua regia.
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
6. Saran Pengendalian risiko yang dapat diberikan berdasarkan pada identifiksi hazard dan risiko pada proses pengolahan dan pemurnian emas di PT (Antam) Pulogadung antara lain: 1. Pendekatan teknis (engineering control) a. Menggunakan alat penjepit mekanik bertenaga (misalnya: ergonomic lift assist aesy arm) sebagai alat bantu yang menggantikan pekerja melakukan kegiatan input dore ketika furnace sedang menyala sehingga dapat menurunkan tingkat risiko dan memudahkan pekerja dalam melakukan pekerjaannya b. Menggunakan troli bertenaga sehingga pekerja tidak perlu mendorong troli dan dapat memudahkan pekerja serta meningkatkan produktivitas. c. Memasang guarding disekitar lubang furnace, khususnya di dekat tangga untuk melindungi pekerja dari semburan api dan leburan dore ketika menginput atau mengaduk leburan d. Melapisi dinding dan permukaan pantul dengan penyerap bunyi, atau menggantung panel-panel penyerap bunyi yang sesuai dengan kondisi lingkungan kerja. e. Mengganti tangga pada furnace dengan tangga yang lebih aman, misalnya dengan memasang guarding pada tangga dan melebarkan pijakan tangga agar pekerja terhindar dari risiko terjatuh f. Membagi beban dore dalam unit yang lebih kecil yang mudah dikelola 2. Pendekatan administratif a. Pelatihan manual handling yang benar serta peralatn bantu mekanik b. Promosi kesehatan, berupa pemberian edukasi dan informasi tentang: dehidrasi, heat cramp, heat syncope, heat exhaustion, beserta tanda dan gejalanya, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta kebugaran fisik, dan personal hygiene. Selain itu juga penting menjaga asupan cairan dan elektrolit, serta mengurangi makanan yang memerlukan metabolisme tinggi. c. Menempel instruksi atau poster atau stiker bergambar tentang manual handling yang benar, pemakaian APD yang benar, tanda-tanda gangguan akibat heat stress, warna urin yang sehat (cukup minum) di kamar mandi, dan lain sebagianya. d. Membuat dan menempelkan peta zona bising dan menganjurkan agar pekerja tidak berlama-lama atau tidak mendekati area dengan kebisingan tinggi.
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
e. Menempelkan informasi setiap bahaya dan bahan kimia yang sedang pekerja gunakan dalam proses f. Menerapkan aklimatisasi bagi pekerja yang baru pertama kali bekerja di area dengan risiko heat stress maupun pekerja yang sehabis cuti atau sakit. g. Penggunaan pelindung pendengaran lebih disarankan berupa earplug, karena nyaman digunakan dengan alat pelindung lain seperti alat pelindung pernafasan atau wajah. Namun Earmuff tidak akan maksimal melindungi pendengaran bila digunakan dengan alat pelindung pernafasan atau wajah. Selain itu keringat juga dapat mengurangi efektifitasnya dan tidak nyaman digunakan dalam waktu lama di area yang panas dan lembab. Namun earplug tidak dapat digunakan pada kebisingan diatas 105 dB, untuk itu penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan masing-masing pekerja. h. Melakukan peregangan ketika mulai akan bekerja maupun ketika bekerja i. Melakukan seleksi penempatan pekerja, khususnya untuk pekerjaan yang berisiko tinggi, seperti input dore dan boraks, mengaduk leburan dore, mengambil slag (skimming), dan mencetak dore (casting). j. Melakukan medical check-up secara rutin kepada pekerja dan hasilnya dicatat dan disimpan dengan baik, sehingga dapat dilakukan surveillan kesehatan untuk jangka panjang.
Kepustakaan American Conference of Governmental Industrial Hygienist. (2010). Threshold limit values for chemical substance and physical agents. United States: Author Avogadro. (July 2001). “Material Safety Data Sheet Sodium Tetraborate Decahydrate”. June 19, 2014. http://avogadro.chem.iastate.edu/msds/borax.htm BPJS
Ketenagakerjaan.
(2014).
“Annual
Report”.
February
22,
2014.
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/content/i.php?mid=5&id=47 Canadian Centre for Occupational Health and Safety. (August 2012). “Hearing Protector”. April 2, 2014. http://www.ccohs.ca/oshanswers/prevention/ppe/ear_prot.html Canadian Centre fo Occupational Health and Safety. (August 2008). “Noise-Auditory Effects”.
April
5,
http://www.ccohs.ca/oshanswers/phys_agents/noise_auditory.html
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
2014.
Canadian Centre fo Occupational Health and Safety. (November 2013). “Clhorine”. June 18, 2014. http://www.ccohs.ca/oshanswers/chemicals/chem_profiles/chlorine.html Centers for Disease Control and Prevention. (June, 2014). “Heat Stress” . June 8, 2014. http://www.cdc.gov/niosh/topics/heatstress/ Centers for Disease Control and Prevention. (May 1994). “Documentation for Immediately Dangerous to Life or Health Consentration (IDLHs), Carbon Monoxide”. June 20, 2014. http://www.cdc.gov/niosh/idlh/630080.html Defi, Zarah. (2014). Skripsi yang berjudul “Analisis Pajanan Tekanan Panas dan Keluhan Subjektif pada Pekerja di Bagian Prosuksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas Tahun 2014”. Universitas Indonesia. Fine, William T. (March 1971). Mathematical Evaluation for Controlling Hazards. June 16 2014. Maryland: Naval Ordnance Laboratory. Friend, Mark A., & Kohn, James P. (2007). Fundamentals of Occupational Safety and Health (4th ed). UK : Government Institutes. Health & Safety Executive. (nd). “Reducing injuries caused by sack handling in the food and drink
industries”.
May
9,
2014.
http://www.packline.co.uk/res/HSE%20-
%20Reducing%20Injuries%20caused%20by%20Sack%20Handling%20in%20the%20 Food%20and%20Drink%20Industries.pdf Hughes, Phil & Farrett Ed. (2005). Introduction to Health and Safety at Work (2nd ed). Burlington: Elsevier. International
Labour
Organization.
(nd).
“Infrared
Radiation”.
June
19,
2014.
http://www.ilo.org/oshenc/part-vi/radiation-non-ionizing/item/654-infrared-radiation International Organization for Standardization. ISO 31000. (2009). Switzerland: ISO. Kementerian Perindustrian. (2014). “Menperin Tegaskan Hilirisasi Tambang tanpa Kompromi” February 22, 2014. http://kemenperin.go.id/artikel/7682/MenperinTegaskan-Hilirisasi-Industri-Tambang-Tanpa-Kompromi Kurniawidjaja, LM. (2011). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta : UI-Press Korey Stinger Institute. (nd). “Heat Syncope”. June 19, 2014. http://ksi.uconn.edu/emergencyconditions/heat-illnesses/heat-syncope/ Lestari, Fatma. (2009). Bahaya Kimia Sampling & Pengukuran Kontaminan di Udara. Jakarta : ECG. National Health Service UK. (June 2014). “Carbon monoxide poisoning-Symptoms”. June 2, 2014.
http://www.nhs.uk/Conditions/Carbon-monoxide-
poisoning/Pages/Symptoms.aspx
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
National
Weather
Service.
(2014).
“Heat
Index”.
June
15,
2014.
http://www.srh.noaa.gov/ffc/?n=hichart Nedved, Milos & imamkhasani, Soemanto. (1991). Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya Besar. Jakarta: ILO Occupational Safety and Health Administration. (April, 2011). “Protecting Workers from the Effect
of
Heat”.
June
15
,2014.
https://www.osha.gov/OshDoc/data_Hurricane_Facts/heat_stress.pdf Oxford Handbook of Occupational Health. (2007). New York : Oxford University Press. Peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 13 tahun 2011 Plog, Barbara A., & Quinland, Patricia J. (2002). Fundamental of Industial Hygiene (5th ed). USA : National Safety Council. Punnett, L, et al., (2005). “Estimating the Global Burden of Low Back Pain Attributable to Combined
Occupational
Exposures.”
May
6,
2014.
www.who.int/quantifying_ehimpacts/global/5lowbackpain.pdf Puritan Product. (April, 2010). “Material Safety Data Sheet Sodium Aqua Regia”. June 23, 2014.
http://www.puritanproducts.com/product_docs_pdf/Aqua_Regia,_2-1-
5_CONTAINING_NITRIC_%26_HCl.pdf Queensland Government. (April 2013). “What are the Effect of Excessive Noise”. April 27, 2014. http://www.deir.qld.gov.au/workplace/hazards/dangers/noise/effects/index.htm#.U67F _qCPCZR Ramli, Soehatman. (2011). Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management (2nd ed). Jakarta : Dian Rakyat. Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (3rd ed). (Soni Astranto, Penerjemah). Jakarta : Penerbit Erlangga. Sindonews. (January 12, 2014). “Pemerintah resmi larang ekspor bahan mentah hari ini” February 17, 2014. http://ekbis.sindonews.com/read/825792/33/pemerintah-resmilarang-ekspor-bahan-mentah-hari-ini Spellman, Frank R., (2006). Industrial Hygiene Simplified: A Guide to Anticipation, Recognition, Evaluation, and Control of Workplace Hazards. Toronto: Government Institutes. Stranks, Jeremy. (2008). Health and Safety at Work (8th ed). United Kingdom: Kogan Page Tranter, Megan. (2004). Occupational Hygiene and Risk Management (2nd ed). Australia: Allen & Unwin
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014
Work Safe BC. (2004). “MSI Prevention Guidance Sheet, Risk Factor: Pushing and Pulling”. May 09, 2014. www2.worksafebc.com/ppcc/resources/PPCGuidanceSheet.pdf Wentz, Charles A. (1998). Safety, Health, and Environmental Protection. USA : McGrawHill.
Penilaian risiko…, Indah Khoirun Nisa, FKM UI, 2014