IMPLIKASI KEBIJAKAN SMALL RESEARCH ISEI, 2015 SEMINAR NASIONAL & KONGRES ISEI XIX “MENGHIDUPKAN KEMBALI SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI PENGGERAK EKONOMI NASIONAL” SURABAYA, 7-9 OKTOBER 2015
PELAKSANA SMALL RESEARCH ISEI 2015 • ISEI Cabang Medan (Prof Ramli dkk): “Pengembangan Industri Berbasis Kelapa Sawit di Sumatera Utara”, Pengarah: Dr Deni P Purbasari • ISEI Cabang Palembang (Dr Marlina Widiyanti dkk): “Pengembangan Industri Kreatif Tenun Songket di Kota Palembang”, Pengarah: Prof Ina Primiana • ISEI Cabang Jember (Dr M. Fathorozzi dkk): “Pengembangan Industri Kakao Kabupaten Jember Berbasis Value Chain”, Pengarah: Dr Abdul Mongid • ISEI Cabang Banjarmasin (Dr Titik Sugiati dkk): “Dayasaing UKM Pengolahan Ikan sebagai Upaya Mengembangkan Pusat Industri Perikanan di Kotabaru Kalimantan Selatan”, Pengarah: Dr Nimmi Zulbainarni • ISEI Cabang Kendari (Prof Muh. Syarif dkk): “Membangun Industri Nikel Sultra”, Pengarah: Prof Hermanto Siregar. 1
PENDAHULUAN PANGSA SEKTORAL (% TERHADAP PDB INDONESIA)
2010 2011 2012 2013 2014
Industri Pengolahan
22.0
21.8
21.5
21.0
21.0
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
13.8
13.5
13.4
13.4
13.4
Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
13.5
13.6
13.2
13.3
13.4
Sumber: BRS-BPS, 5 Februari 2015.
- Pangsa atau kontribusi sektor industri pengolahan dalam 5 tahun terakhir cenderung menurun dari 22 menjadi 21 persen, padahal sektor ini diharapkan sebagai pembentuk value added utama perekonomian Indonesia - Pangsa sektor pertanian dan sektor perdagangan kurang-lebih tetap berada pada kisaran 13-14 persen. 2
Laju Pertumbuhan PDB, Sektor Industri, dan Sektor Perdagangan Indonesia (% / tahun) 12.00% 10.00%
8.00%
6.38%
6.00% 4.00%
6.17% 6.26%
6.03% 5.62%
5.58% 4.49%
3.79%
5.02% 4.63%
2.00% 0.00%
2010 PDB
2011
Industri Pengolahan
2012
2013
2014
Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Spd Motor
Sumber: BRS-BPS, 5 Februari 2015.
- Kecuali tahun 2011, laju pertumbuhan sektor industri selalu lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDB Indonesia. - Bila ingin bertumbuh lebih cepat, laju pertumbuhan industri pengolahan harus dipercepat perlu pengembangan industri dalam berbagai bentuknya. 3
BEBERAPA TEMUAN: 1. INDUSTRI KELAPA SAWIT • Industri hilir kelapa sawit memiliki multipliers output, pendapatan, tenaga kerja, dan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan usaha hulu perkebunan kelapa sawit • Hilirisasi produk-produk turunan sawit tidak mudah dilakukan karena pembelinya sangat selektif (sulit penetrasi pasar bila produk belum dikenal serta bila tidak ada jaminan kualitas dan kontinuitas pasokan) selain kebutuhan investasi pabrik yang sangat mahal • Bea Keluar CPO berdampak pada penurunan harga yang diterima petani, areal perkebunan kelapa sawit rakyat, produksi dan ekspor CPO, namun meningkatkan 4 produksi produk turunan kelapa sawit.
• Industri hilir kelapa sawit akan semakin berkembang pesat bila kualitas sistem logistik khususnya pelabuhan ditingkatkan. Untuk melayani ekspor CPO, Indonesia hanya memiliki dua pelabuhan khusus yaitu Dumai dan Belawan. Operasional pelabuhan mestinya 24 jam dan waktu sandar (demurrage) kurang dari 5 hari (saat ini masih 12-14 hari). • Harga CPO yang rendah (USD 484 per ton per Agustus 2015) akhir-akhir ini menyebabkan BK CPO dan turunannya tidak binding. Namun dengan diberlakukannya CPO Fund (PP No 61/2015) pelaku usaha dan eksportir CPO dan turunannya merasa terbebani (USD 10-50 per ton). • Distorsi ini dipandang berkurang dampak negatifnya apabila CPO fund yang terkumpul dibelanjakan untuk perbaikan atau penyediaan public goods bagi perkebunan dan industri pengolahan sawit, selain untuk pengembangan SDM dan R&D di bidang perkelapa sawitan. 5
2. INDUSTRI KREATIF TENUN SONGKET • Industri kreatif merupakan salah satu industri hilir yang cukup signifikan membantu pertumbuhan ekonomi Kota Palembang, salah satunya adalah industri tenun songket. • Upaya pengembangan industri tenun songket dirasa masih kurang. Pada value chain, didapat beberapa hambatan yang menekan marjin laba, antara lain teknologi yang sangat sederhana, sangat terbatasnya jumlah pengrajin yang berketerampilan baik, dan promosi belum gencar. • Akibatnya, motif tenunan cenderung tidak berkembang. Kendala lain ialah suku bunga kredit dirasakan pengrajin terlalu tinggi. Semua hambatan ini menyebabkan omset bulanan sudah lama stagnan pada kisaran Rp 50 – 500 juta. 6
3. INDUSTRI KAKAO • Industri makanan berbasis kakao sebetulnya menghadapi permintaan oleh pasar dunia yang stabil dan cenderung meningkat. Namun, berbagai kendala pada aspek on farm menyebabkan tidak termanfaatkannya peluang tersebut. • Di antara kendala itu ialah produktivitas tanaman yang rendah. Untuk perkebunan swasta produktivitas hanya 7.67 ton/ha (sementara di Ghana sekitar 20 ton/ha). Untuk kebun rakyat, produktivitas lebih rendah lagi. • Produktivitas yang rendah ini antara lain disebabkan kerentanan tanaman terhadap HPT, sempitnya areal kebun kakao (umumnya di bawah 0.5 hektar), serta sifat sampingan pengusahaan kakao. Bahkan areal tanam kakao BUMN dan swasta juga relatif kecil. 7
• Hambatan produksi kakao di satu sisi, sementara konsumsi produk-produk cokelat dalam negeri yang naik sekitar 5 persen per tahun menyebabkan terjadinya impor bahan baku cokelat, yaitu kakao, dengan trend yang cenderung meningkat. • Pada aspek off farm, pengolahan dilakukan sangat sederhana (hanya fermentasi) dan dengan cara yang juga sederhana, sehingga mutu produk relatif rendah. Belum terdapat keterkaitan yang erat antara usaha pengolahan kakao rakyat dengan industri pengolahan berbasis kakao. • Kendala yang dihadapi antara lain ialah akses permodalan yang sulit dan dengan suku bunga relatif tinggi. Selain itu, dirasakan rendahnya pemanfaatan tenaga peneliti dan implementasi hasil penelitian, serta dukungan pemerintah yang kurang memadai.
8
4. INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN IKAN • Saat ini sekitar 60 persen dari total tangkapan ikan laut dipasarkan dalam keadaan belum diolah, hanya 4 persen diolah secara moderen, sisanya diolah secara tradisional dalam skala kecil sebagai industri rumah tangga. • Potensi bahan baku yaitu ikan tangkap relatif besar di Kota Baru, dan dalam kondisi segar. Namun rendahnya kualitas SDM industri kecil pengolah ikan menyebabkan kebanyakan mereka tidak mengurus izin Pangan Industri Rumah Tangga, Label Halal, Standar Kelayakan Produk, dan SNI, sehingga membatasi pengembangan pasar produk yang dihasilkan. • Selain itu, produk pangan olahan ikan juga kurang bervariasi, dan masih memiliki kelemahan dalam kemasan. 9
• Fasilitas dasar seperti cold storage masih sangat terbatas bahkan tidak tersedia untuk industri rumah tangga, sehingga fluktuasi hasil tangkapan terkait musim langsung berpengaruh terhadap kontinuitas dan kualitas produk perikanan. Selain itu, utilisasi UPI juga masih belum optimal. • Keterbatasan prasarana dan fasilitas menyebabkan rantai pasok menjadi tidak efisien, sehingga mengurangi daya saing produk pangan olahan ikan yang dihasilkan. Produk pesaing justeru memiliki harga yang relatif lebih murah dan dengan kualitas dan cita rasa yang lebih baik. • Industri rumah tangga pangan olahan ikan belum secara eksplisit dikaitkan dengan upaya pengembangan wisata di Kota Baru. 10
5. INDUSTRI NIKEL • Industri pertambangan nikel di Sulawesi Tenggara dilakukan oleh tiga perusahaan besar dan oleh perusahaan kecil yang merupakan Pemegang Kuasa Pertambangan. Dari perusahaan yang ada, baru 31 di antaranya yang membangun smelter sesuai yang diamanatkan oleh PP No. 1/2014 tentang kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral yang melarang ekspor nikel dalam bentuk raw material. • Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan harga biji nikel yang belum diolah dengan yang telah diolah menjadi feronikel adalah sekitar 6 kali lipat, dan nilai tambah sekitar USD 82 per ton feronikel. Jadi, penjualan nikel dalam bentuk mentah sebetulnya “merugikan”. 11
• Kegiatan pertambangan nikel memberikan dampak negatif berupa kerusakan lahan, pencemaran tanah, pencemaran udara, kerusakan infrastruktur terutama prasarana transportasi karena operasi alat berat, serta konflik sosial terkait penguasaan lahan. • Dampak positifnya ialah penyerapan tenagakerja, kontribusi pajak dan royalti terhadap negara maupun pemerintah daerah. Royalti bijih nikel UBPN ANTAM di Pomalaa misalnya mencapai Rp 122.9 miliar tahun 2014, dan Dana Bagi Hasil untuk pemerintah Sultra dan Kabupaten Kolaka masing-masing Rp 61.2 miliar dan Rp 32.3 miliar di tahun yang sama. • Dampak positif lainnya ialah program CSR perusahaan termasuk dalam pengembangan “UMKM non-inti” yang beroperasi di sekitar lokasi tambang.
12
IMPLIKASI KEBIJAKAN: 1. INDUSTRI KELAPA SAWIT • Hilirisasi industri CPO perlu dilakukan dengan mengembangkan produk yang dibutuhkan dalam jumlah besar, misalnya biodiesel. Trend jangka panjang harga minyak bumi yang meningkat akan menyebabkan layaknya pengusahaan biodiesel sebagai sumber energi terbarukan. • Revenue yang diperoleh dari BK CPO maupun CPO Fund agar dipergunakan untuk R&D yang sistematis untuk meningkatkan dayasaing kelapa sawit, CPO dan produk-produk turunannya termasuk biodiesel, perbaikan efisiensi sistem logistik dalam rantai nilai CPO, peningkatan kualitas SDM perkelapasawitan, promosi/marketing, sosialisasi praktikpraktik ramah lingkungan (on farm dan off farm), dan rehabilitasi lingkungan. • Penggunaan dana BK CPO dan CPO Fund agar diatur dengan 13 rinci, begitu pula dengan proses negosiasi tarif iuran CPO Fund.
2. INDUSTRI KREATIF TENUN SONGKET • Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus pada pengembangan dan pembinaan tenun songket, baik dalam pemberian modal, pembinaan keterampilan, penyediaan pusat informasi tentang makna dan fungsi setiap corak songket sebagai aset budaya yang harus dilestarikan. • Pemerintah perlu memberi penghargaan kepada kaum muda yang mengembangkan tenun songket sebagai warisan leluhur dan budaya, dan juga memberi afirmasi agar pegawai daerah di lingkungan Sumatera Selatan menggunakan tenun songket secara reguler. • Diperlukan pengembangan kemitraan misalnya dengan pemegang merek ternama luar negeri dengan industri kreatif tenun songket, selain upaya promosi lainnya. 14
3. INDUSTRI KAKAO • Perlu perbaikan yang sungguh-sungguh dalam aspek on farm kebun kakao rakyat maupun perkebunan kakao swasta/BUMN dengan tujuan agar produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. • Untuk itu, Puslit Koka agar diberi peran optimal dalam pengembangan Jember sebagai sentra produksi kakao Pulau Jawa maupun nasional. • Perlu pembinaan teknis terhadap industri pengolahan kakao rakyat agar menggunakan teknologi tepat guna untuk menganekaragamkan produk pangan kakao olahan dalam skala industri rumah tangga. Disarankan agar pengembangan ini disertai dengan kredit murah. 15
4. INDUSTRI KECIL PENGOLAHAN IKAN • Perlu pengembangan sistem logistik untuk ikan laut hasil tangkapan dengan fokus pada UPI, cold storage dalam suatu cold-chain-system, sehingga bahan baku berupa ikan segar dapat terjaga kualitas dan kontinuitasnya. • Perlu bantuan pemerintah daerah kepada industri pangan olahan ikan skala rumah tangga untuk mendapatkan berbagai izin seperti izin Pangan Industri Rumah Tangga, Label Halal, dan Standar Kelayakan Produk, di samping pelatihan keterampilan peningkatan mutu dan penganekaragaman produk, serta pengemasan produk. • Branding produk dengan pasar retail moderen juga diperlukan, selain promosi untuk memasuki pasar ekspor khususnya di negara-negara yang mensyaratkan label halal. 16
5. INDUSTRI NIKEL • Dampak langsung penghentian operasi tambang yang hanya menghasilkan barang mentah adalah pengangguran dan penurunan pendapatan pemerintah daerah. Pemerintah perlu memberikan bantuan langsung atau tidak langsung kepada rumah tangga yang terkena PHK. • Pembangunan smelter yang dilakukan agar dipastikan melalui AMDAL yang ketat, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang lebih banyak. • Batas-batas penguasaan lahan antara perusahaan dan masyarakat perlu dipertegas oleh pemerintah. Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas terkait rekrutmen pekerja tambang yang akhir-akhir ini banyak menggunakan pekerja asing. • Pemerintah perlu mengatur terlaksananya penyaluran CSR yang tepat, terutama untuk pengembangan “UMKM Non-Inti” selain untuk kegiatan sosial seperti biasanya. 17
TERIMA KASIH