IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN DALAM PEMEBENTUKAN KEDEWASAAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGGOTA PRAMUKA STAIN SALATIGA TAHUN 2013.
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: NURROCHIM NIM : 11109131 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2014
iii
iv
MOTTO
“MASA LALU ADALAH CERMIN KITA UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIH BAIK”
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersemabahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta, yang senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, memberikan bimbingannya, dan doa yang tak pernah henti-hentinya untuk anaknya. 2. Kakak-kakakku (Sri Riyati, Siyamti, Tri Riayah, Triyono, Khoirudin Bachtiar) yang selalu memberikan motivasi untukku. 3. Keponakanku tersayang, Lathifatul Hikmah Idris dan Riska Nur Fauziah yang selalu membuatku termotivasi untuk menjadi lebih baik. 4. Penyemangat hidupku Thooifatun Nisak yang selalu mendukungku di saat suka maupun duka. 5. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga yang menemaniku dalam perjalanan perkuliahanku. 6. Teman seperjuanganku, kak Maryono (Kang Jhon Maryo) yang selalu menjadi kawan dalam berdebat.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad saw yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir kelak, sehingga dalam penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalamnya. Penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang telah diberkan oleh berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang kami hormati: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd Ketua Jurusan Tarbiyah. 3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si Ketua Program Studi PAI. 4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu Eva Palupi, M.Si dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Dra. Astuti Sakdiyah, M.Pd dan Dr. Mukti Ali, M.Hum pembina Pramuka STAIN Salatiga yang selalu memberikan masukan, bimbingan dan motivasi kepada anggota Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi.
vii
viii
ABSTRAK Nurrochim.
2014. Implementasi Pendidikan Kepramukaan Terhadap Pembentukan Kedewasaan Mahasiswa Pendidiakan Agama Islam Anggota Racana STAIN Salatiga Tahun 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata Kunci : Implementasi Pendidikan Kepramukaan Terhadap Pembentukan Kedewasaan Mahasiswa Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh pendidikan kepramukaan terhadap peningkatan kedewasaan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana sitem pendidikan pramuka di STAIN Salatiga? (2) Bagaimana proses pendidikan dalam upaya pembentukan kedewasaan anggota Racana STAIN Salatiga? (3) Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kedewasaan bagi mahasiswa pendidikan agama Islam? (4) Adakah manfaat pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kedewasaan bagi mahasiswa pendidikan agama Islam dalam mengikuti perkuliahan seharihari?. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan studi pustaka. Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang aktif mengikuti organisasi Gerakan Pramuka (Racana STAIN Salatiga) sebanyak 10 orang dari tahun 2010 sampai 2013. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa proses pendidikan kepramukaan yang ada di tingkat perguruan tinggi (pandega) menunjukkan adanya data pendidikan ke arah pembentukan kedewasaan anggotanya. Baik data yang berasal dari hasil wawancara, observasi, maupun studi pustaka. Setelah dilakukan analisis data penelitian, terdapat kesimpulan bahwa pendidikan kepramukaan berpengaruh terhadap pembentukan kedewasaan anggota Racana. Bukan hanya peningkatan kedewasaan, akan tetapi juga mempengaruhi proses perkuliahan anggota Racana menjadi lebih baik.
ix
DAFTAR ISI Halaman Judul.........................................................................................i Pernyataan Keaslian Tulisan ...................................................................ii Halaman Persetujuan Pembimbing .........................................................iii Halaman Pengesahan ..............................................................................iv Motto .......................................................................................................v Persembahan ...........................................................................................vi Kata Pengantar ........................................................................................vii Abstrak ....................................................................................................ix Daftar Isi..................................................................................................x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................1 B. Rumusan Masalah ............................................................................10 C. Tujuan Penelitian..............................................................................10 D. Manfaat Penelitian............................................................................11 E. Penegasan Istilah ..............................................................................12 F. Metode Penelitian .............................................................................14 G. Sistematika Penulisan.......................................................................15 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Tentang Kepramukaan ..........................................................16 1. Pengertian ...................................................................................16 2. Sejarah Kepramukaan ................................................................17 3. Fungsi Kepramukaan..................................................................24 4. Satya dan Darma Pramuka .........................................................26 5. Landasan, Asas, Tujuan dan Sasaran Gerakan Pramuka ...........33 6. Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan ...........36
x
7. Pendidikan Kepramukaan Pandega ............................................42 B. Kematangan Kedewasaan ................................................................46 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................60 B. Jenis Data dan Pendekatan ...............................................................60 C. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................63 D. Teknik Analisis Data ........................................................................66 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum .............................................................................69 1. Wawancara .................................................................................69 2. Observasi ....................................................................................80 3. Studi Pustaka ..............................................................................81 B. Analis Data .......................................................................................84 1. Fakta Lapangan ..........................................................................84 2. Interpretasi Data .........................................................................85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................86 B. Saran .................................................................................................89 C. Penutup .............................................................................................90 Daftar Pustaka Daftar Riwayat Hidup Lampiran-lampiran
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari proses pendidikan. Baik itu pendidkan yang bersifat formal, non formal maupun informal. Pendidikan adalah proses bagaimana seorang insan mencapai pribadi yang lebih matang. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Manusia adalah sebagai sasaran pendidikan yang bertujuan untuk menuntun manusia kearah yang lebih baik. Tujuan pendidkan adalah untuk menumbuhkembangkan potensi manusia agar menjadi dewasa, beradab, dan normal (Jumali, 2008:1). Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan adalah salah satu jalan yang terpenting dalam perkembangan manusia, karena tanpa adanya pendidikan proses interaksi dan berhubungan dengan masyarakat dimana seseorang berada akan sulit untuk tercapai. Pendidikan adalah suatu pengembangan diri individu seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk dapat meningkatkan kedewasaan,
2
kepribadian pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan kepramukaan termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut dengan ekstrakurikuler
atau kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan diluar jam sekolah. Peserta didik diarahkan untuk menjadi siswa yang aplikatif, disiplin dan mandiri. Pada hakikatnya kegiatan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak atau remaja yang dilaksanakan diluar pendidikan keluarga yang menggunakan prinsip dasar kepramukaan.
Pramuka
merupakan
suatu
proses
kegiatan
yang
membentuk karakter manusia yang beriman, berakhlak mulia, taat hukum dan disiplin (Kwartir Nasional, 2012:5). Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadinya secara utuh baik sosial, intelektual, fisik, ketrampilan dan sebagainya sebagai individu itu sendiri maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam pengembangan kedewasaan seseorang pendidikan formal disini memiliki peran yang sangat vital. Selaras dengan penjelasan di atas, pendidikan kepramukaan merupakan salah satu pendidikan formal. Peran pendidikan kepramukaan dalam meningkatakan kwalitas kedewasaan seseorang sangat penting, yaitu pendidikan kepramukaan ditingkat SMA dan terutama ditingkat perguruan tinggi. Peningkatan kedewasaan seseorang ditingkat perguruan tinggi didukung dengan adanya berbagai
3
macam unit kegiatan mahasiswa dengan berbagai macam latarnya. Masalah kedewasaan bagi seorang akademisi sering menjadi ganjalan dalam menentukan langkah pemecahan suatu masalah. Hal ini tidak lepas dari kecerdasan interpesonal dan intrapersonal. Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak (Lwin dkk, 2008:197). Sedangkan kecerdasan intrapesonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri (Lwin dkk 2008:233). Sepanjang hidup manusia ada dua faktor yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidupnya, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri individu dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari lingkungan individu berada, bisa dari manusia lain, alam, ataupun hal yang lainnya. Untuk itu perkembangan seseorang sangat berbeda jauh dengan individu lainnya. Kemampuan penangkapan otak oleh setiap individu berbeda tingkatannya, karena pengaruh dari lingkungan dimana individu berada mempengaruhi perkembangan individu. Dalam kacamata peneliti, faktor yang berasal dari luar atau faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh besar dalam perkembangan individu. Proses sosialisi dengan lingkungan sekitar adalah pembelajaran yang mempengaruhi pemikiran individu. Hal sekecil apapun dalam pandangan individu ketika itu dianggapnya baik akan dijadikan pijakan
4
untuk dilakukan dalam kehidupannya. Termasuk dalam hal pola pemikiran individu juga sering dipengaruhi oleh keadaan sekitar dimana individu berada. Lingkunagan seseorang bereada mempengaeruhi cara berpikir individu, hal itu juga berlaku ketika individu berada disekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya. Proses pematangan pola pikir kearah lebih dewasa juga terjadi selama pergaulan individu dengan masyarakat. Ketika dalam kisaran rumah, seorang anak yang terlalu dimanja oleh orang tuanya akan mengalami kematangan kedewasaan yang lambat dibandingkan dengan seorang anak
yang sedikit
lebih bebas
untuk
bergaul
dengan
lingkungannya. Karena anak yang tidak dimanja oleh orang tuanya akan belajar untuk lebih mandiri, belajar mengenai hidup, belajar bagaimana untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Peningkatan kedewasaan individu dapat dilihat dari berbagai sudut. Diantaranya dari sudut pandang fiqih, kejiwaan, ataupun usia. Dalam penelitian ini dikarenakan berada dalam lingkungan mahasiswa maka peneliti menggunakan patokan kedewasaan dalam hal kejiwaan. Banyak hal untuk bisa meningkatkan kedewasaan individu, baik itu pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Pendidikan yang bersifat permainan atau pendidikan yang bersifat pengajaran materi, atau pendidikan yang bersifat keduanya, permainan dan juga pengajaran materi. Seperti halnya dalam kepramukaan.
5
Pendidikan kepramukaan sangat berkaitan dengan peningkatan atau proses pemantapan kedewasaan seorang anggota gerakan pramuka. Hal itu dikarenakan dalam gerakan pramuka terdapat sepuluh tiang penyangga yang dijadikan pijakan ataupun pondasi dalam menjalankan kegiatan, yaitu berupa Dharma Pramuka. Proses pendidikan pramuka adalah jalur bagi individu dalam mengembangkan dirinya. Selaras dengan tujuan gerakan pramuka yang bertujuan untuk menjadikan anggota menjadi orang yang berkarakter. Pendidikan kepramukaan bukanlah pendidikan yang hanya sekedar tepuk-tepuk,
hura-hura,
ataupun
bernyanyi
bersama,
akan
tetapi
merupakan proses belajar melatih diri sendiri guna mengerti dan memahami sesorang serta berlatih bagaimana memposisikan diri dalam lingkungan berada. Untuk itu, pendidikan kepramukaan cakupannya sangat luas, karena bukan hanya bermanfaat bagi individu akan tetapi bermanfaat juga bagi lingkungan dan juga bermanfaat bagi bangsa. STAIN Salatiga yang berlatarbelakang Islam tidak hanya memiliki satu atau dua organisasi mahasiswa, akan tetapi kurang lebih ada 17 oraganisasi kemahasiswaan dengan berbagai macam jenis. Oraganisasi gerakan pramuka di STAIN Salatiga menjadi salah satu organisasi yang peminatnya banyak dibandingkan dengan organisasi lainnya. Peminat tertinggi adalah mereka yang mengambil jurusan tarbiyah. Karena pramuka di perlukan ketika nanti terjun disekolahan.
6
Berdasarkan Keputusan Presiden nomor 104 tahun 2004 tentang pengesahan anggaran dasar gerakan pramuka yang memuat di dalamnya anggaran dasar gerakan pramuka, menjelaskan bahwa kepramukaan merupakan cara pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia atau potensi yang dimiliki kaum muda, yang dilaksanakan dengan metodik kepramukaan. Metodik kepramukaan diterapkan dalam semua kegiatan dengan cara pengamalan kode kehormatan pramuka, belajar sambil mengerjakan (peserta didik berpartisipasi aktif bersama rekannya dalam setiap kegiatan yang didikutinya), kegiatan kelompok kecil (dilakukan dalam
kelompok
kecil
untuk
mengembangkan
kepemimpinan,
ketrampilan, kelompok, team work, dan rasa tanggung jawab pribadi), dan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka di mana terjadi kontak dengan alam seisinya. Dalam sebuah organisasi pasti terdapat berbagai macam kegiatan yang datangnya silih berganti dalam waktu yang berdekatan. Hal itu pastinya membutuhkan tingkat ketenangan pemikiran dalam mengambil suatu keputusan. Banyaknya kegiatan ini menimbulkan kesalahpahaman antar
anggota
dalam
mencerna
suatu
pendapat
yang
terlontar.
Kesalahpahaman yang terjadi bukan tanpa alasan, sering hal itu terjadi akibat tingkat pemahaman dan juga kedewasaan dari masing-masing individu yang berbeda. Masih tingginya ego dari setiap individu dalam mengedepankan argumentasi yang dimilikinya itu menjadi salah satu alasannya. Kejadian seperti ini sering muncul dalam sebuah organisasi
7
yang mengakibatkan adanya celah yang muncul dalam satu wadah organisasi. Tidak terkecuali bagi organisasi gerakan pramuka STAIN Salatiga. Firman Allah SWT dalam surat Al Mujadalah ayat 11
―Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dijelaskan bahwa dalam sebuah majelis atau dalam kata lain dalam sebuah musyawarah sebagai individu dianjurkan untuk berlapang-lapang atau saling berbesar hati dalam menghargaimenerima pendapat orang lain, akan tetapi yang sering muncul justru sebaliknya yang membuat suasana dalam majelis menjadi kurang nyaman. Sekolah atau perguruan tinggi yang berlatar belakang sekolah agama
menurut
penulis
sebenarnya
lebih
jauh
berperan
dalam
meningkatkan kedewasaan peserta didik, hal ini dikarenakan terdapan pembelajaran dalam penguatan moral beserta akhlak dari peserta didik.
8
Tingkat pembelajarannya pun jauh lebih unggul dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang umum. Berkaitan dengan penjelasan diatas, sebenarnya eksistensi gerakan pramuka dalam meluruskan dan juga membentuk kepribadian anggotanya menurut penulis sebenarnya sudah tepat, akan tetapi masing-masing individu memiliki pemikiran yang berbeda satu sama lain yang berakibat jalannya oraganisasi sedikit goyah. Dikarenkan saling mempertahankan ego masing-masing dan juga tidak bisa membuka diri untuk menghargai pendapat orang lain. Tingkat kedewasaan seseorang tidak dapat serta merta diukur melalui usia. Meskipun ukuran dewasa seseorang adalah ketika memasuki usia 21 tahun, dimana usia tersebut adalah usia seseorang memasuki masa di bangku perkuliahan. Akan tetapi, terkadang individu yang umurnya jauh dibawah 21 tahun memiliki tingkat kedewasaan dalam berpikir yang jauh melebihi orang yang berusia 21 tahun. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. Sepanjang pengamatan yang peneliti lakukan, usia dari mahasiswa tidak menjamin bagaimana pola pikir yang mereka kembangkan tidak semuanya sudah bisa dikategorikan sebagai pemikiran yang dewasa. Bahkan ada juga yang pemikirannya dikatakan masih kekanak-kanakan. Sama seperti halnya penjelasan di atas, bahwa kedewasaan mahasiswa Pendidikan Agama Islam pengembangannya tergantung
9
bagaimana seorang individu bergaul dengan lingkungannya. Karena manusia tidak dapat menolak pemikiran bahwa manusia itu adalah makhluk Sosial. Dalam artian manusia membutuhkan orang lain untuk menumbuh kembangkan apa yang ada pada dirinya. Baik itu dari tingkat kedewasaan, kecerdasan, rasa sosial, rasa kedisiplinan dan lain sebagainya. Dunia perkuliahan sama halnya dengan dunia sekolah pada umumnya. Sebagai seorang mahasiswa pastinya juga harus mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan oleh sebuah lembaga pendidikan. Aturan-aturan yang di buat bertujuan untuk menumbuh kembangkan individu kearah yang lebih baik lagi. peraturan dibuat untuk menahan
perbuatan-poerbuatan
yang
kurang
menyenangkan
atau
perbuatan yang merugikan bagi individu ataupun sebuah lembaga. Dengan adanya peraturan terkadang membuat individu merasa jenuh atau merasa frustasi dengan keadaan yang dialami. Hal tersebut membutuhkan pemahaman akan peraturan yang dibuat dengan menggunakan kepala dingin. Dari kerangka pikir di atas, penulis tertarik untuk meneliti tingkat peran
pendidikan
kepramukaan
dalam
membentuk
kedewasaan
anggotanya. Oleh karena itu penulis mengambil judul ―IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
KEPRAMUKAAN
DALAM
PEMEBENTUKAN
KEDEWASAAN MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ANGGOTA PRAMUKA STAIN SALATIGA TAHUN 2013.‖
10
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas, penulis menggambarkan beberapa poin penting untuk di kaji, yaitu 1. Bagaimana sitem pendidikan pramuka di STAIN Salatiga? 2. Bagaimana proses pendidikan dalam upaya pembentukan kedewasaan anggota Racana STAIN Salatiga? 3. Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kedewasaan bagi mahasiswa pendidikan agama Islam? 4. Adakah manfaat pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kedewasaan bagi mahasiswa pendidikan agama Islam dalam mengikuti perkuliahan sehari-hari?
C.
Tujuan Penelitian Dengan adanya gambaran poin penting di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana sistem yang digunakan oleh Racana STAIN Salatiga dalam menjalankan proses pendidikan kepramukaan. 2. Mengetahui upaya dan peran yang digunakan oleh Racana STAIN Salatiga dalam pembentukan kedewasaan anggotanya. 3. Mengetahui peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan kedewasaan mahasiswa Pendidikan Agama Islam yang menjadi anggota Racana STAIN Salatiga.
11
4. Mengetahui
manfaat
fungsi
pendidikan
kepramukaan
dalam
pembentukan kedewasaan yang dapat diambil oleh mahasiswa Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga D.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya 1.
Toeritis Secara teoritis, penelitian ini akan bermanfaat bagi Racana terutama bagi pengurus. Hal ini dikarenakan pengurus akan lebih kreatif lagi dalam menggabungkan, menyatukan, dan memadukan berbagai pendapat dari anggotanya. Selain itu, akan memberikan gambaran yang jelas bagi pengurus dalam menggunakan teknik yang tepat dalam memfasilitasi anggotanya.
2.
Praktis a). Bagi anggota Racana Penelitian ini akan memberikan gambaran bagi anggota Racana
tentang
kepribadian
beragamnya
seseorang.
Selain
tingkat itu,
kedewasaan
memberikan
ataupun pengertian
pentingnya menghargai satu sama lain. Dalam artian bagaimana berlapang dada dalam bermusyawarah.
12
b). Bagi peneliti 1). Menambah wawsan keilmuan bagi peneliti berkaitan dengan kedewasaan indivudu 2). Peneliti dapat mengetahui bagaimana peran pendidikan kepramukaan
ditingkat
perguruan
tinggi
dalam
proses
mematangkan kedewasaan seseorang.
E.
Penegasan Istilah 1. Implementasi pendidikan kepramukaan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa implementasi adalah proses penerapan, pelaksanaan dan atau hasil dari suatu usaha. Sedangkan pendidikan adalah segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapan
serta
ketrampilan
kepada
generasi
muda
untuk
memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya (Ali, 1987:5). Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih dalam arti mental (Sudirman, 1991:4). Sedangkan kepramukaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan diluar ruangan yang bertujuan untuk melengkapi ketrampilan peserta
13
didik. Kepramukaan adalah nama atau sebutan bagi kegiatan pramuka yang berisi tentang pendididan yang bersifat menyenagkan tanpa mengesampingkan penguatan karakteristik peserta didik. Jadi pendidikan kepramukaan adalah suatu proses/usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, dan latihan agar berkembang secara optimal sebagai bekal hidup kelak sesuai dengan prinsip dasar kepramukaan. 2. Pembentukan kedewasaan Hurlock mengungkapkan bahwa adult (dewasa) atau adulthood (status dalam keadaan dewasa) sampai meninggal dunia merupakan masa dewasa (Mappiare, 1983:16). Ukuran dewasa dihitung mulai dari usia 21 tahun keatas, dimana pada usia tersebut merupakan usia produktif individu dalam beraktifitas. Pembentukan kedewasaan adalah suatu proses perjalanan yang dilalui oleh seorang individu dalam menjalani kehidupan untuk mencapai tingkatan dan dapat memahami diri sendiri serta juga memahami orang lain. Seperti penjelasan di atas, kedewasaan adalah penggabungan dari dua undur yaitu kecerdasan interpersonal dan juga kecerdasan intrapersonal.
14
F.
Metode Penelitian 1. Observasi Observasi atau yang lebih dikenal dengan nama pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2008:128). Pengamatan yang terdapat dalam penelitian ini dilakukan di sanggar bhakti racana STAIN Salatiga, dan dilakukan pada tahun 2013. Metode ini digunakan penulis dalam proses pengamatan secara langsung di sanggar racana STAIN Salatiga. 2. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data penelitian dengan tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara face to face (Hadi, 2000:75). Selain tanya jawab, bisa juga dalam bentuk sebuah diskusi dengan objek penelitian. Objek penelitian disini yaitu anggota Racana STAIN Salatiga. 3. Dokumentasi Dokumrntasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, ledger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998:236). Dokumentasi ini digunakan penulis guna memperoleh gambaran umum dari keadaan racana STAIN Salatiga sesuai apa yang dibutuhkan oleh peneliti.
15
G.
Sistematika Penelitian Untuk
mengetahui
isi
dari
penelitian
ini,
maka
penulis
merumjuskannya menjadi tiga bagian 1. Bagian muka Pada bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing,
halaman
pengesahan,
halaman
moto,
halaman
persembahan, dan halaman daftar isi. 2. Bagian isi Pada bagian isi terbagi menjadi lima bagian, yaitu a). BAB I yang berisi latar belakang masalah, pengesahan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. b). BAB II berisi tentang landasan teoritis mengenai permasalahan yang diteliti oleh peneliti c). BAB III berisi tentang gambaran umum tentang objek yang diteliti serta informasi mengenai penelitian. d). BAB IV berisi tentang analisis data e). BAB V berisi tentang penutup atau berupa kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir Pada bagian ini berisi tentang daftar pustaka atau rujukan yang dipakai peneliti serta lampiran yang berkaitan dengan penelitian.
16
BAB II LANDASAN TEORITIS Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau penjelasan tentang teori yang dipakai untuk menguatkan penelitian itu tersendiri. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang landasan yang digunakan dalam penelitian, baik itu yang berupa hasil dari pemikiran dari para ahli maupun dari peneliti tersendiri. A. Kajian Tentang Kepramukaan 1. Pengertian Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepanjangan dari Praja Muda Karana, yang berarti rakyat muda yang suka berkarya (Poerwodarminto, 1976:230). Dalam buku BPS Out Look yang dikutip oleh oleh Kwarnas. Lord Boden Powell menyatakan tentang kepramukaan sebagai berikut: ―Scouting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of doctrine and texts. No! It is a jolly game in the out of doors, where boy man an boy can go adventuring together asleader and younger brothers picking of health and happiness handicraff and help fulness‖. Artinya : ― Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan!, kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik,
17
membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka, 1983:26). Sedangkan merujuk pengertian kepramukaan berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka Bab III Pasal 8 butir 2A Kepres RI Nomor 34/1999 disebutkan bahwa kepramukaan merupakan proses pendidikan luar lingkungan sekolah
dan
diluar
keluarga
dalam
bentuk
kegiatan
menarik,
menyenangkan, sehat teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:7). Berdasarkan pemaparan diatas, maka hakikat kepramukaan adalah suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan yang dilaksanakn diluar keluarga dan diluar sekolah dengan menggunakan prinsip dasar yang menyenagkan bagi anak-anak dan pemuda dibawah tanggung jawaborang dewasa. Kepramukaan bukan hanya sekedar bersenang-senang melalui kegiatan di luar lingkungan. 2. Sejarah Kepramukaan a. Sejarah Pramuka Dunia Mengutip dari buku pendidikan dan latihan calon pramuka pandega (Racana, 2013:49), dijelaskan bahwa pendiri gerakan pramuka di dunia adalah Lord Robert Baden Powell of Gilwell lahir tanggal 22 Pebruari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smith. Beliaulah yang
18
mendasari pembinaan remaja di negara Ingrris. Melalui buku ―Aids To Scouting‖ yang menjadi dasar tentara muda Inggris untuk dapat melaksanakan tugas penyelidik dengan baik. Baden Powell berbagi pengalamannya dalam dunia kepramukaan melalui buku yang telah ditulis olehnya. Dalam buku ―Scouting For Boys‖ secara rinci menuliskan berbagai pengalamannya yang sampai sekarang di jadikan sebagai pedoman bagi aktifis Pramuka. Melalui bukunya tersebut berdirilah organisasi kepramukaan yang lebih luas, yang awalnya hanya untuk laki-laki dengan nama Boys scout. Pada tahun 1914 Baden Powell menulis petunjuk untuk kursus Pembina Pramuka dan baru dapat terlaksana pada tahun 1919. Dari sahabatnya yang bernama W.F. de Bois Mc.Clarren, beliau mendapat sebidang tanah di Chingfrod yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembina Pramuka dengan nama Gilwell Park (Racana, 2013:49). Masih mengutip dalam (Racana, 2013:49), pada tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama CUB (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Pada tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang berusia 17 tahun. Pada tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To Succes (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju pantai bahagia.
19
Pada tahun 1920 diselenggarakan jambore sedunia yang bertempat di area Olympia, London. Baden Powell mengundang Pramuka dari 27 Negara. Setelah kegiatan ini Baden Powell di angkat menjadi Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World). Pada yang tahun sama juga dibentuk Dewan Internasional dengan 9 anggota dan Biro Sekretariatnya berada di London. b. Sejarah Pramuka Indonesia Pramuka Indonesia mulai di perkenalkan pada tahun 1961, akan tetapi jauh sebelumnya, kepramukaan di Indonesia sangat erat dengan perjuangan kenerdekaan bangsa Indonesia. Cikal bakal gerakan pramuka di Indonesia di awali oleh konggres sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang saat itu sudah menjiwai semangan kepramukaan. Pada awalnya, kepramukaan di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Kepanduan. Istilah kepanduan muncul dikarenakan adanya larangan dari pemerintah Belanda kepada organisasi kepanduan diluar NIVP (Netherland Indischen Padvinder Vereniging/Persatuan PanduPandu Belanda)
untuk menggunakan istilah Padvinder dan
Padvinderij, saat Indonesia masih dibawah jajahan Belanda. Maka KH. Agus Salim menggunakan istilah pandu dan Kepanduan untuk menggunakan istilah asing Padvinder dan Panvinderij (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:16).
20
Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran nasional, timbul berbagai niat untuk menggerakkan persatuan antar organisasi kepanduan pada tahun 1930, diantanranya: INPO (Indonesia Padvinder Organizatie), PK (Panduan Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatera). Ketiga organisasi ini bergabung menjadi satu yaitu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Pada tahin 1931 terbentuk Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia (PAPI) yang kemudian berubah nama menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia (BPPKAI) pada tahn 1938. Pada masa pendudukan Jepang, tokoh Pandu beralih ke organisasi yang bersifat perlawanan seperti Seinendan, Keibondan dan PETA. Sesudah proklamsi kemerdekaan Indonesia dibentuklah organisasi Kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945. Organisasi ini menjadi satu-satunya organisasi kepanduan yang berada di Negara Indonesia pada waktu itu. Setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan Indonesia, terbuka kesempatan bagi siapa saja untuk mendirikan oraganisasi kepanduan. Diantarany yaitu Hizbul Wathan (HW), Pandu Islan Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Katolik, Pandu Anshor, KBI, PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia) dan masih banyak lagi. Dengan banyaknya organisasi kepanduan tersebut, banyak celah yang muncul yang
21
akibatnya di manfaatkan oleh pihak komunis untuk membentuk Gerakan Pioner Muda. Kejadian tersebut tercium oleh kekuatan Pancasila. Atas jasa dari Perdana Menteri Juanda akhirnya keluarlah Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani Ir. Juanda sebagai pejabat Presiden republik Indonesia. Dalam Keppres tersebut ditetapkan bahwa Gerakan Pramuka adalah satu-satunya organisasi yang berhak menjalankan pelajaran atau pendidikan kepanduan di tanah air. Dalam Keppres tersebut terlampir Anggaran Dasar gerakan Pramuka yang disusun oleh Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi, dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Sultan HB IX sendiri terpilih sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia yang pertama. Selama kepemimpinan beliau, Kepramukaan Indonesia berkembang dengan pesat. Ide-ide yang beliau miliki tidak hanya untuk Kepramukaan di Indonesia, akan tetapi juga sangat berpengaruh di Kepanduan dunia. Pada tahun 1973 beliau (Sri Sultan Hamengku Buwono IX) mendapat penghargaan dari World Organization of Scout Movement (WOSM) berupa Bronze Wolf Award atas dedikasinya kepada dunia Kepanduan. Atas jasanya dalam membentuk Hipprada (Himpunan Pandu
dan
Pramuka
Wreda).
Penghargaan
tersebut
adalah
22
penghargaan tertinggi dalam dunia Kepanduan yang tidak sembarang orang mendapatkannya. Gerakan Pramuka diperkenalkan pada tanggal 14 Agustus 1961, bukan hanya di ibu kota saja, tetapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sendiri ada sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum di adakan pawai, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan juga Kwarnari di istana Negara. Pada waktu itu juga di berikan anugerah Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres no.448 tahun 1961) kepada ketua Kwatir Nasional Gerakan Pramuka Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Peristiwa tanggal 14 Agustus tersebut kemudian di jadikan Hari Pramuka yang setiap tahunnya di peringati oleh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka. c. Sejarah Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi Racana adalah satuan Kepramukaan yang berada di lingkup perguruan tinggi dengan tingkatan Pandega. Racana STAIN Salatiga berdiri pada tanggal 9 Maret 1988 dengan nama Racana Walisongo. Hal itu dikarenakan STAIN Salatiga dahulu adalah cabang dari IAIN Walisongo. Untuk logo Racana sendiri sama dengan Racana Walisongo akan tetapi bertuliskan Salatiga.
23
Pada awal berdirinya Racana STAIN Salatiga di pimpin oleh kakak Drs. Abdul Syukur, M.Si sebagai ketua Racana 02.237 yang sekarang menjadi dosen STAIN Salatiga. Untuk ketua racana 02.238 adalah kakak Dra. Astuti Sakdiyah, M.Pd yang sekarang menjadi staf di STAIN Salatiga sekaligus menjadi pembina bagi Racana STAIN Salatiga. Seiring perubahan status dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo menjadi STAIN Salatiga, maka dari itu Racana Walisongo Salatiga pun juga ikut untuk berubah nama. Pada tanggal 27 September 1996 diadakan rapat pembaharuan nama Racana. Muncul nama-nama seperti
Damardjati-Sekar
Arum,
Sunan
Bayat-Nyi
Sunan
Bayat,Kusuma Dila-Woro Srikandhi, Ki Ageng Pandanaran-Nyi Ageng Pandanaran dan Kyai Damardjati-Rabi’ah Al Adawiyah. Tim perumus sendiri diketuai oleh kak Fatah Yani dan Sekretaris Umi Hannah, serta 30 anggota lainnya. Pada rapat berikutnya disetujui nama Racana yang digunakan adalah Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi atas usulan kan Anshori, S.Ag, kak Hakim H, S.Ag, kak Muhaimin, S.Ag, dengan referensi dari Ir. Sri Mulyono ―Wayang dan Karakter Manusia‖ PT Gunung Agung, Jakarta, 1978 hlm 101-113 dan Amir Martosedono, SH ―Sejarah Wayang‖ Dahara Prize, Semarang, 1993, hlm 64 (Racana, 2013:54). Meskipun
terdapat
perubahan
nama,
kan
tetapi
dalam
memperingati hari jadi Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi tetap
24
dilaksanan pada tanggal 9 Maret, bukan di hitung dari perubahan nama. Peringatan ulang tahun pun juga dilaksanakan setiap tahunnya oleh para penerus perjuangan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga. Menginjak usia yang ke-26 untuk nomor Gudep dan 18 tahun untuk Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi, semakin banyak perubahan-perubahan struktur pemikiran dari masing-masing anggota. Varian-varian yang muncul dipengaruhi oleh berbagai macam hal yang tentunya di pengaruhi oleh banyak faktor. 3. Fungsi Kepramukaan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dalam bab II menjelaskan bahwa fungsi Gerakan Pramuka yaitu sebagai lembaga pendidikan luar sekolah dan diluar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kaum muda, menerapkan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan serta sitem among yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:10). Dari penjabaran fungi di atas, Gerakan Pramuka memiliki sedikitnya 3 (tiga) fungsi, yaitu: a. Kegiatan yang Menarik bagi anak dan kaum muda Kegiatan menarik yang dimaksudkan adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak dan juga pemuda yang bernuansa
25
pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam permainan terdapat peraturan dan juga memiliki arah dan tujuan yang jelas dalam pelaksanaannya, bukan hanya sekedar bermain-main yang mengarah pada hiburan semata. b. Pengabdian bagi orang dewasa Kepramukaan bukan lagi hanya sekedar sebagai permainan semata dalam kaca mata orang dewasa. Akan tetapi sudah lebih tinggi tingkatannya, Pramuka dalam lingkup orang dewasa disertai dengan rasa tanggung jawab, keikhlasan serta pengabdian. Selain untuk mencapai tujuan secara pribadi, orang dewasa juga harus belajar bagaimana bersosialisasi, bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan utama dari organisasi. Selain hal diatas, anggota dewasa juga harus belajar ikhlas dalam pengabdian. Saling menghargai pendapat satu sama lain dalam satu wadah organisasi Gerakan Pramuka. c. Alat bagi masyarakat dan organisasi Selain sebagai kebutuhan bagi anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa, kepramukaan juga berfungsi sebagai alat masyarakat dan juga alat bagi organisasi. Kepramukaan menjadi alat kebutuhan bagi masyarakat untuk memenuhi pendidikan anak-anaknya, serta menjadi alat untuk mencapai tujuan dari organisasi.
26
Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kepramukaan mempunyai fungsi sebagai kebutuhan anak, kebutuhan sekaligus kewajiban bagi orang dewasa, kebutuhan masyarakat sekaligus organisasi. Melalui pendidikan yang bernuansa menyenangkan, maka dengan sendirinya anak-anak akan ikut ambil bagian didalam proses pendidikan tersebut. Begitu pula bagi orang dewasa, dengan mengikuti kepramukaan mereka akan sadar dengan sendirinya bahwa mereka dibutuhkan oleh masyakat untuk merubah keadaan yang ada sekarang, selain itu pada dirinya akan timbul kesadaran untuk mengabdikan dirinya untuk mengabdikan diri pada masyarakat dimana dia berada. Dalam masyarakat secara umum, kepramukaan dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya, diluar pendidikan formal disekolah. Bagi oraganisasi, berfungsi untuk mencapai tujuan dari organisasi yaitu untuk menyiapkan kaum muda untuk menjadi tulang punggung bagi bangsa. 4. Satya dan Darma Pramuka a. Satya Pramuka 1) Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta mengamalkan Pancasila 2) Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
27
3) Menepati Dasa Darma b. Darma Pramuka 1) Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Sebagai pribadi yang lemah, kita harus menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Dia adalah pencipta yang ada di bumi dan di langit dan segala makhluk yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Sebagai pribadi lemah dan ciptaan-Nya, kita wajib menjalankan perintah-Nya. Contohnya, sebagai muslim mengerjakan salat lima kali sehari semalam, membaca Alquran, puasa, dan lain-lain 2) Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia Selain sebagai makhluk pribadi, kita juga sebagai makhluk sosial. Artinya, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri. Kita perlu teman, bergaul, bertetangga. Kita tidak bisa hidup tanpa orang lain, kita memerlukan bantuan orang lain. Sesuai dalam Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
28
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dalam surat di atas, sebagai manusia kita dituntut untuk saling mengenal satu sama lain. Bukan hanya itu saja, akan tetapi juga saling menghargai satu sama lainnya. 3) Patriot yang sopan dan ksatria Sebagai Pramuka, kita harus berperilaku yang sopan. Tindak-tanduk dalam bersikap dan bertutur kata mesti diperhatikan. Kesopanan melambangkan pribadi seseorang di tengah-tengah pergaulan dalam masyarakat. 4) Patuh dan suka bermusyawarah Dalam situasi dan kegiatan apa pun, anggota Pramuka wajib taat dan patuh terhadap aturan yang berlaku, dan dalam kegiatan Pramuka selayaknya bermusyawarah dalam mengambil keputusan terbaik dan memuaskan.
29
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Dalam penjelasan itu, menyelesaikan masalah akan lebih tepat apabila dilakukan untuk menyelesaikan masalah, duduk dalam satu majelis untuk membahas dan mencari solusi permasalahan. Selian ayat di atas, pada bagian pertama juga sudah dijelaskan tentang musyawarah, yaitu terdapat dalam surat Al Mujadilah ayat 11, tentang bagaimana bertindak dalam bermusyawarah. 5) Rela menolong dan tabah Pramuka senantiasa rela dalam menolong tanpa membedakan agama, warna kulit, suku, dan sebagainya, dan harus didasari oleh hati yang ikhlas, tulus, tanpa diembel-embeli oleh sikap ingin dipuji. Dalam setiap perjuangan itu seorang anggota Pramuka harus tabah menghadapi gangguan, tantangan, halangan, dan hambatan. 6) Rajin, terampil dan gembira Anggota Pramuka itu harus rajin melakukan sesuatu yang positif. Kegiatan ketika ia berada dalam pembinaan Pramuka harus diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Jangan rajin karena waktu penggodokan dalam kegiatan, tetapi harus dibuktikan ketika ia
30
di rumah, di sekolah. Dalam melaksanakan kegiatan itu pun harus dilaksanakan dengan senang dan gembira.
Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. dalam dalil ini dijelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh individu tidak akan sia-sia, akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diperbuatnya. Menolong dengan ikhlas tidak akan sia-sia, karena akan mendapatkan balasan yang indah. Dalam kepramukaan terdapat semboyan Ikhlas Bhakti Bina Bangsa, Berbudi Bawa Laksana yang maksudnya seorang pramuka dalam pengabdian tidak sekedar mencari penghidupan (materi) dan juga dalam kehidupannya seorang pramuka mengedepankan budi pekerti selama perjalanan hidupnya. 7) Hemat, cermat dan bersahaja Ada ungkapan yang mengatakan ―hemat pangkal kaya‖. Betul sekali dengan berhemat, tidak menghambur-hamburkan uang untuk jajan, tidak berhura-hura untuk kepentingan sesaat merupakan awal menjadi orang kaya. Pramuka harus cermat dalam pengeluaran uang, memprioritaskan apa yang harus dibeli atau didahulukan, dan mana yang tidak perlu janganlah dibeli. Meskipun ia kaya, seorang Pramuka
31
jangan sombong di depan orang lain, jangan angkuh, bersahaja dalam bergaul.
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Kesombongan bukan berarti bahwa individu itu lebih pintar dibandingkan dengan yang lainnya, karena dengan kesombongan individu akan terlihat kelemahannya, tidak berwibawa dihadapan seseorang. 8) Disiplin, berani dan setia Anggota Pramuka harus hidup dengan disiplin, baik dalam waktu belajar di sekolah, bermain, dan sebagainya. Kalau Pramuka seperti itu maka hidup tak akan percuma, tetapi akan berguna dalam mencapai cita-cita. Anggota Pramuka harus berani karena benar, tetapi takut karena salah. Jangan berani karena kesalahan, beranilah karena kebenaran. Pramuka harus setia terhadap janji setianya karena itulah nilai-nilai luhur pribadi manusia
32
9) Bertanggung jawab dan dapat dipercaya Setiap anggota Pramuka harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah ia perbuat, jangan lari, jangan lempar batu sembunyi tangan. Ia harus konsekuen karena ini adalah modal dari kepercayaan terhadap kita.
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, Output dari apa yang sudah dipelajari selama menjadi anggota pramuka adalah salah satunya untuk menjadi orang yang dapat dipercaya oleh sesamanya. 10)
Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Inilah pribadi manusia yang sejati, bersih pikiran, tidak ada iri dan dengki. Jika semua anggota Pramuka memahami itu semua, insya Allah ia akan menjadi pribadi yang tangguh, bermanfaat bagi diri sendiri, bangsa, dan negara.
33
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Tuntutan menjadi individu adalah untuk menjaga agar dirinya sendiri jauh dari apa yang tidak seharusnya dilakukan, baik itu dali lisan, pikiran sampai ke perbuatan. 5. Landasan, Asas, Tujuan dan Sasaran Gerakan Pramuka a. Landasan Kepramukaan Dalam pola umum Gerakan Pramuka di sebutkan mengenai landasan sebagia berikut: 1) Landasan Ideal a) Pancasila b) Undang-Undang Dasar 1945 2) Landasan Konstitusional dan Struktural a) Undang-Undang Dasar 1945 b) Keputusan Presiden RI Nomor 238 tahun 1961 dan Nomor 12 tahun 1971 3) Landasan Konsepsional a) Hakikat Gerakan Pramuka b) Tujuan Gerakan Pramuka c) Kedudukan dan Peran Majelis Pembimbing d) Asas Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
34
e) Asas Pembangunan Nasional 4) Landasan Operasional a) Peraturan Perundang-Undangan Pendidikan b) Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka c) Keputusan Kwartir Nasional 5) Landasan Moral, Mental dan Spiritual a) Satya Pramuka b) Darma Pramuka (Abbas, 1990:42) b. Asas dan Tujuan Kepramukaan Asas dan tujuan dari kepramukaan atau Gerakan Pramuka di jelaskan sebagai berikut 1) Asas setiap anggota Gerakan Pramuka adalah penghayatan dan pengamalan Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan perilaku sehari-hari. 2) Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum muda Indonesia agar menjadi: a) Manusia berkepribadian, berwatak dan bebudi pekerti luhur yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan, mutu ketrampilan, kuat dan sehat jasmani maupun rohaninya.
35
b) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasil, setia dan patuh kepada Negara Kesatua Republik Indonesia yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri
serta
bersama-sama
bertanggung
jawab
atas
pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, Nasional maupun Internasional (Tim Kwarda Jateng, 2003:24). Gerakan
Pramuka
mempunyai
tugas
pokok
melaksanakan
pendidikan bagi kaum muda melalui pendidikan kepramukaan diluar sekolah dan diluar keluarga yang melengkapi pendidikan keluarga dan juga sekolah. Adapun tujuannya adalah: 1) Membentuk kader bangsa sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertakwa serta berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Membentuk sikap dan perilaku positif, menguasai ketrampilan dan kecakapan serta memiliki kecerdasan emosional sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembanguna masyarakat, bangsa dan negara. 3) Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya.
36
4) Dalam pelaksanaanya, Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan juga Metode Kepramukaan, Sitem Among dan berbagai metode penyajian lainnya (Tim Kwarda Jateng, 2003:90). c. Sasaran Gerakan Pramuka Sasaran utama dalam pendidikan Gerakan Pramuka adalah untuk mempersiapkan kader pembangunan bangsa yang 1) Memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang berjiwa pancasila 2) Berdisiplin yaitu: berpikir, bersikap, dan bertingkah laku tertib 3) Sehat dan kuat mental, moral dan fisiknya 4) Memiliki jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pejuang bangsa 5) Berkemampuan untuk berkarya dengan semangat kemandirian, berpikir kreatif, inovatif, dapat dipercaya, berani dan mampu menghadapi tugas-tugas (Tim Kwarda Jateng, 2003:90). 6. Prinsip Dasar kepramukaan dan Metode Kepramukaan 11) Prinsip Dasar Kepramukaan 1) Pengertian a) Prinsip dasar Kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan Pendidikan Kepramukaan dengan pendidikan lainnya.
37
b) Prinsip Dasar Kepramukaan adalah asas yang mendasari dasar pikiran,
perkataan
dan
perbuatan
Pramuka
dalam
kehidupannya sehari-hari. c) Merupakan seperangkat jiwa dan tata nilai atau norma hidup yang dimiliki oleh seorang Pramuka dalam bertingkah laku dan perbuatannya sehari-hari baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, individu dan anggota masyarakat. d) Diibaratkan prinsip Dasar Kepramukaan adalah sebagai sebuah pondasi. Makin kuat penjiwaan Prinsip Dasar kepramukaan dalam diri peserta didik makin kuat pula jiwa kepramukaannya. 2) Butir Prinsip Dasar Kepramukaan a) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Peduli terhadap bangsa dan tanah air sesama hidup dan alam seisinya c) Peduli terhadap diri pribadinya d) Taat kepada kode kehormatan
3) Fungsi Prinsip Dasar Kepramukaan a) Norma hidup anggota Gerakan Pramuka b) Landasan Kode Etik Gerakan Pramuka
38
c) Landasan system nilai Gerakan Pramuka d) Pedoman dan arah pembinaan Kaum Muda Anggota Gerakan Pramuka e) Landasan Gerak dan kegiatan pramuka sebagai mencapai sasaran dan tujuannya 12) Metode Kepramukaan 1) Pengertian a) Cara atau teknik untuk mempermudah tercapainya tujuan kegiatan b) Cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang menarik, menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kegiatan peserta didik. c) Merupakan cara belajar interaktif progresif melalui: i)
Pengamalan kode kehormatan pramuka
ii)
Belajar sambil melakukan Kegiatan
kepramukaan dilakukan sebanyak mungkin
praktek secara praktis serta mengarahkan perhatian peserta
didik
untuk
berbuat
hal-hal
yang
nyata
menantang, serta merangsang agar rasa keigintahuan akan hal-hal baru dan keinginan untuk berpartisipasi dalam
39
segala kegiatan timbul, dari pada
hanya menjadi
penonton. iii) Sistem kelompok (beregu)
Sistem berkelompok dilaksanakan agar peserta didik memperoleh dipimpin
kesempatan berorganisasi,
belajar memikul
memimpin
dan
tanggungjawab,
mengatur diri, menempatkan diri, bekerja sama dalam kerukunan ( gotong royong ). Selain itu Peserta didik dikelompokan dalam satuan gerak yang dipimpin oleh mereka sendiri, dan merupakan wadah kerukunan diantara mereka. iv) Kegiatan
yang
mengandung
menantang pendidikan
dan yang
meningkat sesuai
serta dengan
perkembangan rohani dan jasmani peserta didik. Kegiatan kepramukaan harus menantang dan menarik minat kaum muda, untuk menjadi Pramuka, sedangkan mereka telah menjadi Pramuka tetap terpikat dan mengikuti
serta mengembangkan acara kegiatan yang
ada. Kegiatan kepramukaan bersifat kreatif, inovatif dan rekreatif yang mengandung pendidikan. Materi kegiatan kepramukaan disesuaikan dengan usia dan perkembangan jasmani dan rohani peserta didik.
40
Kegiatan
kepramukaan
diusahakan
agar
dapat
mengembangkan bakat, minat dan emosi peserta didik serta menunjang dan berfaedah bagi perkembangan diri pribadi, masyarakat dan lingkungannya. v)
Kegiatan di alam terbuka Kegiatan di alam terbuka memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan
kebutuhan
untuk
melestarikannya,
selain
itu
mengembangkan suatu sikap bertanggungjawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam serta Kegiatan di alam terbuka memotivasi peserta didik untuk ikut
menjaga
lingkungannya
dan
setiap
kegiatan
hendaknya selaras dengan alam. vi) Sistem tancap (Tanda Kecakapan)
Tanda kecakapan adalah tanda yang menunjukkan kecakapan dan keterampilan tertentu yang dimiliki seorang peserta didik. Sedangkan Sistem tanda kecakapan bertujuan mendorong dan merangsang para Pramuka supaya selalu berusaha memperoleh kecakapan dan keterampilan. vii) Sistem Satuan Terpisah Putera-Puteri (Sater Papi)
41
Satuan Pramuka Puteri dibina oleh Pembina Puteri, satuan Pramuka Putera dibina oleh Pembina Putera dan Jika kegiatan diselenggarakan dalam bentuk perkemahan harus dijamin dan dijaga agar tempat perkemahan Puteri dan tempat perkemahan putera terpisah viii) Kiasan Dasar
Untuk mengembangkan imajinasi, sesuai dengan usia, minat, kebutuhan, situasi dan kondisi serta dirancang untuk mencapai tujuan 2) Pelaksanaan Metode Kepramukaan a) Metode kepramukaan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari prinsip dasar kepramukaan. b) Metode kepramukaan sebagai suatu sistem terdiri atas unsurunsur
Pengamalan
Kode
Kehormatan,
Belajar
sambil
melakukan, Sistem Berkelompok, Kegiatan yang menantang yang mengandung pendidikan, Kegiatan di alam tebuka, Sistem tanda kecakapan, Sistem satuan terpisah untuk putera dan untuk puteri dan Sistem Among, yang merupakan sub sistem terpadu dan terkait, yang tiap - tiap mempunyai unsur pendidikan
unsurnya
yang spesifik dan saling
memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan.
42
3) Penutup a) Pelaksanaan metode kepramukaan dalam suatu kegiatan kepramukaan terpadu dengan pelaksanaan prinsip dasar kepramukaan, sehingga dalam penerapan/penggunaan metode kepramukaan selalu dijiwai oleh prinsip dasar kepramukaan b) Metode kepramukaan merupakan ciri khas pendidikan dalam Gerakan Pramuka. 7. Pendidikan Kepramukaan Pandega Pendidikan
merupakan
usaha
sadar
dan
terencana
untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (materi komprehensif PAI). Sedangkan pendidikan kepramukaan adalah merupakan suatu proses pembinaan dan pengembangan sepanjang hayat yang berkesinambungan atas kecakapan yang dimiliki peserta didik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat. Proses kontroling individu dalam memasuki dunia perkuliahan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah melalui organisasi Gerakan Pramuka. Hal ini dikarenakan masa usia perkuliahan dalam Gerakan Pramuka disebut dengan usia pandega. Dimana usia pandega di anggap sudah mempunyai sikap agresif yang mengendap,
43
solidaritas dan sosialitas yang tinggi, dan pertimbangan rasionalnya semakin tajam. Sikap mandiri, tegas, idealis, dan santun tercitra dalam diri seorang individu. Hal ini sesuai dengan tugas pokok Gerakan Pramuka yang bertugas menyelenggarakan kepramukaan bagi kaum muda guna menumbuhkan tunas bangsa agar menjadi generasi yang lebih baik, sanggup bertangung jawab dan mampu membina serta mengisi kemerdekaan. Tugas pokok ini tertuang dalam pasal 5 anggaran dasar Gerakan Pramuka. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak hal yang dilakukan, salah satunya adalah belajar sambil melakukan (learning by doing). Segala yang dipelajari sekaligus dipraktekkan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang lebih maksimal dan juga tidak hanya sekedar masuk telinga kanan keluar telinga kiri (sesuatu yang sia-sia). Proses pendidikan kepramukaan berjalan bertahap dari masa sekolah dasar sampai memasuki usia mahasiswa, atau bahasa dalam kepramukaan disebutkan usia siaga sampai usia pandega. Dimulai dari usia siaga atau sekolah dasar yang baru tahap perkenalan tentang kepramukaan. Pada usia ini, anak-anak mempunyai sifat yang unik, pribadi yang aktif dan cenderung tidak pernah diam. Sifat yang paling menonjol adalah (curiosity) yang sangat tinggi, agak manja, senang mengadu, dan senang dipuji. Di usia penggalang (sekolah menengah pertama), anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, semangat dan keaktifannya sangan kuat, serta
44
sudah mulai berkelompok. Oleh karena itu, titik berat dari penggalang adalah latihan dalam regu yang bertujuan untuk mempelajari dan menguatkan materi kepramukaannya. Masa remaja awal yang dikategorikan masuk usia penegak disebut sebagai masa sosial (kohnstam), yaitu dimana masa ini adalah masa-masa untuk mencari jat diri, suka berdebat, kemauan yang kuat, sudah mulai ada kecenderungan bersifat agresif. Masa sekolah menengah atas adalah masa pengembangan dari apa yang telah didapat dari masa siaga sampai masa penggalang. Penegak adalah latihan untuk kemandirian dan tidak menjadi beban orang lain, mendidik diri sendiri dengan menambah kecakapan sebagai bekal pengabdian dan berguna bagi masyarakat. Untuk materi kepramukaan penyempurnaannya adalah dimasa ini, atau dimasa usia penegak. Penjelasan di atas bukan berarti pendidikan kepramukaan selesai disana, pendidikan kepramukaan berlanjut ke usia dewasa atau usia pandega, termasuk penyempurnaan jati diri. Selain berkelompok, di masa ini juga sudah dihadirkan berbagai macam persoalan yang harus mengurah tenaga dan juga pikiran dari setiap anggota untuk dapat menyelesaikanya dengan baik dan bijak. Artinya dalam usia ini dapat ditarik kesimpulan yaitu golongan usia yang dapat dikategorikan sebagi proses pematangan diri (jiwa). Hal ini karena dengan hadirnya berbagi persoalan tersebut setiap individu dituntut untuk menggunakan akal rasionalitasnya, harus bisa
memperlakukan
orang
lain
dengan
sebagaimana
mestinya,
45
menghargai orang pendapat lain, dan juga belajar untuk menekan keegoisan dirinya sendiri. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjabaran di atas adalah, usia pandega adalah usia yang berfungsi untuk mematangkan pribadi seseorang, dengan kata lain mematangkan kedewasaan dan juga mematangkan cara berpikir dari masing-masing individu. Hal tersebut dikarenakan dalam usia pandega, anggota pramuka pandega dituntut untuk lebih kreatif, karena pembina di usia pandega tidak begitu andil dalam pengambilan keputusan anggota pandega. Tugas pembina hanya sekedar untuk mengarahkan apabila terjadi sesuatu hal yang sudah diluar kewajaran. Proses inilah yang membuat anggota Pandega lebih cepat dalam peningkatan pola pikir kedewasaannya, berbeda jauh dengan usia-usia sebelum pandega. Racana sebagai wadah bagi Pramuka Pandega dengan batasan usia 21-25 tahun berbeda dengan tingkat penegak. Dimana dalam pandega hanya ada satu tingkatan sedangkan dalam penegak ada dua tingkatan yaitu Bantara dan Laksana. Racana STAIN Salatiga memiliki proses pendidikan yang lebih mengarahkan kepada tugas mahasiswa (Tridarma Perguruan Tinggi). Oleh karena itu agar mampu menyelesaikan tuga dari kuliah dan berorganisasi, maka perlu adanya manajemen waktu yang dapat membagi jadwal untuk keduanya. Serta memerlukan kedewasaan dalam berpikir, bertindak dan mengambil keputusan untuk perkuliahan dan juga berorganisasi, agar keduanya bisa berjalan beriringan.
46
B. Kematangan Kedewasaan Kematangan
atau
peningkatan
kedewasaan
merupakan
hasil
perkembangan individu selama atau sepanjang hidupnya. Faktor yang paling berpengaruh adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu sendiri. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, baik lingkuang masyarakat, sekolah ataupun alam sekitar. Faktor ini juga berpengaruh terhadap meningkatnya kematangan kedewasaan seorang individu. Masa-masa dewasa awal adalah masa dimana seorang individu mengembangkan minat-minatnya, baik minat dalam hal permainan ataupun minatdalam hal kulturil. Kematangan dewasa awal dapat memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan, perhatian yang mahir terhadap kaidahkaidah sosial dan nilai-nilai kesusilaan yang terdapat dalam masyarakat orang dewasa. Sikap sebagai sebuah bentuk perkembangan, adalah penting sekali di dalam menentukan perbuatan seseorang, oleh karena unsur-unsur penting dalam sikap mencakup sifat-sifat seperti taraf pengetahuan prasangka, pandangan-pandangan
terpola,
kecenderungan-kecenderunagan
serta
perasaan-perasaan tertentu mengenai setiap hal, baik dalam arti positif ataupun sebaliknya (Surakhmad, 1980:192). (Desnita, 2010:6) Chaplin mengartikan kematangan (maturation) sebagai (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/usia masak, (2) proses perkembangan, yang dianggap berasal dari keterunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies (jenis, rumpun). Sementara itu, Davidoff menggunakan
47
istilah kematangan (maturation) untuk menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang tergantung pada pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf (Desnita, 2010:7). Jadi, kematangan itu sebenarnya merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaanya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu (Desnita, 2010:7). Masa dewasa merupakan akhir dari tahapan perkembangan manusia yang ditandai dengan tercapainya kematangan yang sempurna pada pertumbuhan dan perkembangan aspek phisik dan psikologis. Secara phisik kematangan atau kedewasaan tercapai setelah seseorang mencapai batas maksimal pertumbuhan sehingga hampir tidak ada lagi pertumbuhan dalam pengertian tidak ada lagi pertambahan ukuran tinggi badan, perubahan phisik yang sering muncul pada masa dewasa bukan lagi pertumbuhan ke atas tetapi lebih banyak perubahan menyamping, karena mulai menurunnya metabolisme tubuh dan kekuatan
otot.
Sedang
kematangan
dalam
arti
menggambarkan
adanya
kedewasaan
sangatlah
psikologis
sulit
untuk
yang dapat
didiskripsikan akan secara visual, namun secara umum dapat ditengarahi dengan adanya berbagai ciri yaitu: 1. Berorientasi pada Tugas, bukan pada Diri atau Ego Kematangan sebagai tanda kedewasaan ditandai dengan perilaku yang lebih diarahkan pada tugas dan tanggung jawab pribadi untuk kepentingan tugas pekerjaan dan masyarakat, dan bukan lagi berorientasi pada kepentingan pribadi
48
2. Tujuan yang jelas dan kebiasaan kerja yang efisien Individu yang telah mencapai kematangan akan dapat melihat, dan menilai dengan jelas tujuan dari setiap perilakunya, kemudian tujuan itu disistematikan secara cermat menjadi perilaku yang mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dengan tanggung jawab penuh terhadap konsekuensi perilaku tersebut. 3. Mengendalikan perasaan pribadi Ciri yang lain dari kematangan yang menandakan tercapainya kedewasaan psikis manusia adalah telah munculnya kemampuan individu dalam mengendalikan perasaannya sendiri, mengenali kapan perasaan itu akan muncul, bagaimana harus mengekspresikan perasaan tersebut serta dapat mempertimbangkan perasaan orang lain, untuk kepentingan kerja sama. 4. Mampu bertindak objektif Ciri orang yang matang secara penuh adalah individu yang mampu bertindak secara objektif. Perilaku objektif pada orang yang telah mencapai kedewasaan ditunjukan dengan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi serta mampu bersikap netral dalam menilai permasalahan. 5. Menerima kritik dan saran Orang dapat disebut dewasa bila secara terbuka dapat menerima kritik dan saran dari pihak lain. Sikap ini termanifestasi pada kemauan yang realistis (menjaga keseimbangan antara kemauan dengan kemampuan diri), dalam menjalin kerjasama dengan orang lain, selalu didasari dengan pemahaman
49
bahwa dalm kehidupan tidak selalu dirinya yang paling benar atau yang terbaik, sehingga saran dari orang lain dapat dipakai sebagai upaya peningkatan diri. 6. Bertanggung jawab terhadap perilaku dan usaha pribadi Dalam ciri seseorang dapat dikatakan mancapai kedewasan dan kematangan akan dapat mempertanggung jawabkan perilaku atau usaha pribadinya, sehingga walau dalam kehidupan seseorang selalu memerlukan bantuan dari berbagai pihak, pengambilan tanggung jawab tetap ada pada dirinya. 7. Penyesuaian yang realitas pada situasi baru Manusia yang telah mencapai kedewasaan akan dapat berperilaku fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan serta orang-orang yang dihadapi. Penyesuaian yang fleksibel ini merupakan manifestasi dari ciri kematangan emosional yang telah dicapainya. Perubahan pada diri manusia dapat bersumber dari adanya kematangan tapi dalam kenyataannya perubahan paling banyak merupakan hasil belajar, perubahan sebagai hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun perilaku, dan perubahan tersebut dapat berlangsung sepanjang rentang kehidupan
manusia. Sehingga proses
pendidikan dan pembelajaran juga akan berlangsung sepanjang hayat, termasuk untuk orang dewasa. Orang dewasa memiliki ciri karateristik yang berbeda dengan usia remaja. Oleh karena itu layanan pendidikan bagi orang dewasa menghendaki penyesuaian dengan perkembangan kepribadian karakter dewasa.
50
Pendidikan pada umumnya merupakan upaya orang dewasa untuk membimbing anak menuju kearah kedewasaan, sehingga dalam proses pembelajaran ada ketergantungan emosional anak terhadap pendidik, dalam peran ini anak selalu terikat dan tergantung pada pendidik, hal semacam ini tidak dapat diterapkan dalam proses pendidikan orang dewasa. Kedudukan orang dewasa sebagai pribadi yang mandiri, dan kematangan pengalaman, pikiran dan perasaan sering kali justru menjadi penghambat, sehingga dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya pendekatan yang berbeda. Proses perkembangan manusia tidak akan terlepas dari sebuah tingkatantingkatan kemajuan. Banyak teori yang mengemukakan berbagai pendapat mengenai perkembangan seseorang. Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teori Behavior atau teori perilaku yaitu perkembangan seseorang yang mendapat rangsangan dari lingkungan. Rangsang dari luar bisa berasal dari orang tua atau keluaraga, lingkungan masyarakat individu tinggal, ataupun tempat dimana seorang individu mengenyam bangku pendidikan. Dalam penelitian ini dikerucutkan untuk pergaulan di lingkungan akademik perguruan tinggi. Usia mahasiswa dianggap sudah mampu untuk mendeskripsikan sesuatu sesuai dengan tempatnya, atau sudah dianggap dewasa untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Mahasiswa sering berkelompok dalam bersosialisasi dengan orang lain, baik itu berdasarkan pada daerah individu berasal, dari organisasi yang diikuti ataupun dari kelompok-kelompok yang satu pemikiran. Penentuan perkembangan dewasanya seseorang dapat dikatakan setelah
51
selesai dari SMA, baik itu bagi yang masuk dunia perkuliahan ataupun bagi yang bekerja setelah lulus sekolah. Masalah yang dihadapi saat kuliah jauh berbeda dengan masalah saat masih berstatus sebagai siswa. Karena mahsiswa dituntut jauh lebih mandiri untuk mengerjakan sesuatu, berjalan dengan arahan yang seadanya, berbeda dengan sma yang masih dituntun baik oleh guru ataupun orang tua. Setiap manusia pasti memiliki pola pikir dan cara pandang tentang segala hal, karena pada setiap manusia dilengkapi dengan akal. Dari permasalahanpermasalahan yang sering dihadapinya akan melahirkan satu padanganan tentang bagaimana cara atau solusi untuk menghadapi permasalahanpermasalahan itu. Baik permasalahan yang dihadapi tentang suatu keinginan, ambisi serta cita – cita hingga konsep kehidupan yang dilaluinya. Pola pikir itu sendiri dapat timbul dengan sendirinya ketika manusia itu terbentur oleh suatu permasalahan hingga akhirnya ia akan terbentuk karakternya oleh permasalahannya itu sendiri. Karena ketika kita mulai berpikir maka kita sendiri telah dihadapi oleh suatu masalah yang mungkin permasalahannya terlalu abstrak hingga sulit untuk diungkapkan dengan kata. Pandangan-pandangan hidup pada dasarnya terbentuk oleh beberapa faktor yang sangat dominan mempengaruhi manusia, antara lain : 1. Cita – cita Cita dan angan merupakan awal dari suatu permasalahan yang akan dihadapi sehingga dapat membentuk karakter berpikir serta pola pikir dan pandangan hidup dari suatu permasalahan yang timbul. Karena setiap kita
52
bercita-cita atau menginginkan sesuatu maka kita juga akan berpikir bagaimana meraih dan mewujudkannya, sehingga cita-cita dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pola pikir dan pandangan hidup seseorang. 2. Pengalaman Pengalaman merupakan guru terbaik yang dimiliki oleh setiap orang. Belajar tidak hanya membaca atau mendengar dan menulis saja, Belajar yang baik adalah memadukan ketiganya menjadi satu kesatuan yaitu melakukan dengan melakukan maka kita akan membaca karakter permasalahan, menganalisis permasalahan serta mencari solusi dari permasalahan yang dihadapai ―analisis‖ sehingga dengan melalukan maka kita telah belajar baik disengaja atau tidak. 3. Pendidikikan Pendidikan merupakan faktor penunjang dari suatu pola pikir cara pandang karena pada dasarnya pendidikan dapat merubah pola pikir dan cara berpikir seseorang. Tentunya akan sangat berbeda cara berpikir dan cara menyelesaikan suatu permasalahan seorang yang mengenyam pendidikan dengan orang yang tidak mengenyam pendidikan. Meski pendidikan tidak dapat sepenuhnya menjadi jaminan pembentukan karakter seseorang tetapi minimal dari pendidikan itulah seseorang dapat menjadi sedikit dewasa dalam segala hal.
53
4. Pergaulan Karakter manusia dapat terbentuk oleh pergaulan baik pergaulan dalam akademis ―sekolah, kampus atau lembaga lainnya‖, ataupun non akademis ―keluarga dan masyarakat‖. Pergaulan dapat membentuk kepribadian dan pola pikir seseorang. Maka dalam pembentukan pola pikir dan cara pandang pergaulan sangat mempengaruhi karena dalam pergaulan maka kita belajar melakukan ―Pengalaman‖. Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang membentuk dan mempengaruhi pola pikir, kedewasaan dan pandangan hidup seseorang karena tidaklah mungkin pandangan hidup serta paradigma berpikir dan kedewasaan seseorang dapat timbul tanpa adanya faktor yang mempengaruhi dan membentuknya, dalam hal ini adalah permasalahan – permasalahan yang dihadapi baik dalam pencapaian suatu tujauan yang berkaitan dengan cita dan angan hingga masalah percintaan. Kedewasaan adalah saat seseorang tetap bisa bersikap tenang dan bijaksana dalam menyelesaikan sebuah situasi atau masalah seberat apapun. Banyak orang yang menganggap dirinya dewasa tetapi tidak memperhatikan perasaan orang lain. Karena sifat kekanak - kanakannya tidak dapat dikalahkan, mereka hanya dapat melihat suatu masalah dari satu sudut pandang saja dan orang itu tidak pernah merasakan apa yang orang lain rasakan. Kedewasaan seseorang dapat di ukur dari sudut pandang pemikiran, cara berfikir dan cara menyikapi suatu masalah bukan dari umur seseorang.
54
Sikap dewasa seseorang dipengaruhi dari lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, maupun lingkungan pergaulan. dapat diambil contoh, dimana hampir rata-rata orang/anak yang selalu dimanjakan oleh kedua orangtuanya akan tumbuh menjadi seseorang yang manja dan proses pendewasaannya akan tumbuh dengan lambat. Namun, bila seorang anak tumbuh dikeluarga yang menuntut dirinya untuk bersikap mandiri, maka sikap dewasa akan tumbuh dengan cepat dan biasanya pola pikirnya pun tidak sesempit anak yang dimanja.
Lingkungan pergaulan juga tentu akan mempengaruhi proses pendewasaan seseorang. Apabila kita berteman dengan orang-orang yang dewasa dan berpikiran luas, maka secara otomatis kita akan terpengaruh dengan sikap dan pemikiran mereka. Secara tidak langsung kita juga bisa terpacu untuk menjadi seperti mereka. Tapi, bila kita berteman dengan orang-orang yang berpikiran ’sempit’, dimana hal yang dipikirkannya adalah hal-hal yang tidak penting, maka secara otomatis diri kita juga akan menjadi seperti mereka dan juga berpikiran sempit.
Selain itu, pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki juga bisa mempengaruhi proses pendewasaan seseorang. Tentunya orang yang memiliki pengetahuan banyak sekaligus pendidikan yang tinggi, akan memiliki pola pemikiran yang berbeda dengan seseorang dengan pengetahuan sedikit dan pendidikan rendah.
55
Manusia bebas dalam menentukan arah tujuan hidupnya begitu juga dengan mahasiswa, karena manusia berbeda dengan mahluk lainnya (binatang). Karena individu dapat menentukan langkah apa yang harus diperbuat, hanya dengan kemampuan ini kebebasan manusia dapat diterima ditengah-tengah masyarakat. Akan tetapi kebebasan disi juga arus memperhatikan orang lain, atau yang disebut sebagai kebebasan sosial. Kebebasan sosial adalah kebebasan yang dapat membatasi ruang gerak individu untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk mahasiswa harus terbisaa dengan hal-hal yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan sebagai seorang mahasiswa, karena mahsiswa masih terkait atau terbentengi oleh peraturan dari lembaga dan juga peraturan pergaulan setiap hari di lingkungan kampus. Para penganut teori perilaku pada dasarnya benar ketika mengatakan bahwa
perkembangan
dipelajari
dan
dipengaruhi
secara
kuat
oleh
pengalaman-pengalaman lingkungan. Banyak teori yang perkembangan, akan tetapi salah satu teori yang tepat untuk penelitian ini adalah teori dari Albert Bandura. Teori belajar sosial Bandura tentang kepribadian didasarkan kepada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil timbal balik yang terus menerus antara faktor-faktor penentu : internal (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia), dan eksternal (lingkungan). Proses ini disebut dengan ―reciprocal determinism‖, dalam mana manusia mempegaruhi nasibnya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi
56
mereka juga mereka juga dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut (yusuf dan nurihsan, 2008:133). Dari teori diatas dapat di ambil gambaran bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Artinya manusia belajar mengenai tingkah laku yang dilakukan setiap individu juga tergantung pada lngkungan dimana dia berada. Kehendak manusia yang dapat dikatakn egois
dapat
sedikit
berkuarang
dengan
kekuatan
lingkungan
yang
mengekangnya, yang mencegah manusia untuk berbuat sesukan hatinya, karena manusia hidup secara sosial, yang artinya masih bergantung dengan orang lain. Tujuan umum dari mahasiswa adalah sebagai agen perubahan dan pembaruan (agen of change) kea rah pembaharuan untuk menegakkan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Tujuan tersebut tidak dapat tercapai apabila individu masih berpikir layaknya seorang anak remaja. Oleh karenanya, perkembangan mahasiswa untuk mencapai tahap dewasa atau matang sangat terpengaruh oleh apa yang ada dilingkungan sekitarnya. Jiwa yang matang pastinya mempunya tingkat kedewasaan yang sangat matang. Bagi sebagian mahasiswa yang baru, penyesuaian diri terhadap apa yang diahadapi di dunia yang begitu berbeda membutuhkan cukup banyak waktu. Mereka melakukan pengamatan terhadap senior-seniornya dalam hal bergaul dalam masyarakat lingkungan kampus. termasuk salah satunya ketika memasuki dunia organisasi. Mereka terlebih dahulu mengamati seorang model yang dia senangi untuk dijadikan contoh dalam perilakunya, seperti dari
57
penampilan, tutur kata, dan atau perilakunya setiapharinya). Belajar bagimana melakukan
kerjasama
dalam
menyelesaikan
suatu
masalah
tanpa
menimbulkan masalah baru. Dalam proses pengamatan ini bisaanya individu akan menemukan kepercayaan dirinya dan akan memilih apa yang menurutnya benar. Bandura yakin bahwa anak belajar tidak hanya melalui pengalamannya tetapi juga melalui pengamatan, yakni mengamati apa yang dilakukan orang lain. Melalui belajar mengamati, yang disebut juga ―modeling‖ atau ―imitasi‖, individu secara kognitif menampilkan tingkah laku orang lain dan kemudian mungkin mengadopsi tingkah laku tersebut dalamdirinya sendiri (Desnita, 2010:58). Sejalan dengan perkembangan teori Bandura, teori ini kemudian mengidentifikasi beberapa faktor sosial dan kognitif dalam mempengaruhi belajar. Termasuk di dalamnya pengruh media terhadap nilai, sikap, gaya perilaku individu. Teori kognitif-sosial Bandura berusaha menjelaskan belajar secara natural. Bukan berdasarkan praktik laboratorium tapi berdasarkan lingkungan sosial yang banyak memberikan kesempatan bagi individu untuk mendapatkan keterampilan dan kemampuan melalui observasi dari lingkungan. Oleh karena itu Bandura memasukkan tiga faktor yang pertama kali diusulkan oleh Kurt Lewin, seorang psikolog Jerman, dalam penjelasannya tentang belajar. Faktor tersebut adalah perilaku (B—behavior), lingkungan (E—environment), dan kejadian internal yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P—person).
58
Tiga asumsi yang mendukung teori kognitif-sosial Bandura. Pertama, proses belajar membutuhkan pemrosesan kognitif dan keterampilan pengambilan
keputusan
oleh
pembelajar. Kedua,
belajar
merupakan
keterkaitan antara tiga relasi, yaitu lingkungan faktor personal dan perilaku. Ketiga, belajar membuahkan akuisisi kode verbal dan visual dari perilaku yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan di masa depan. Sudah jelas bahwa konsep utama dari teori kognitif sosial adalah pengertian
tentang obvervational
learning atau
proses
belajar
dengan
mengamati. Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan seorang individu, misalnya saja teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut.
Terkadang
perilaku
seseorang
bisa
timbul
hanya
karena
proses modeling. Masih dalam (Desnita 2010:58), bandura menjelaskan ada empat komponen dalam model belajar dengan metode pengamatan 1. Attention (memperhatikan) Individu menaruh perhatian terhadap model yang diamati atau model yang akan ditiru. 2. Retention (menyimpan/mencamkan) Individu memperlihatkan tingkah laku yang sama dengan model yang diamati.
59
3. Motor Reproduction (memproduksi gerak motorik) Kemampuan motorik bertujuan untuk memperlancar individu dalam meniru dengan tepat model yang diamati. 4. Vicarious-reinforcement
and
motivational
(ulangan-penguatan
dan
motivasi). Reproduksi tingkah laku adalah tergantung pada motivasi diri yang ada, serta pengulangan perbuatannya untuk memperkuat perbuatan yang sudah ada, agar tidak hilang. Model Bandura dapat dilihat dalam kehidupan sekarang ini. Banyak dari orang dewasa ini sering menggunakan contoh dari artis untuk dicintoh dan ditiru dalam kehidupan mereka. Begitu juga anak-anak yang mencontoh tokoh-tokoh animas.
60
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian berupa studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif; Misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Meskipun jumlah subyek cenderung sedikit, jumlah variabel yang ditiliti sangat luas. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi maupun data dokumen. Deskripsi dari studi kasus tergantung dari keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan waktu. Keuntungan yang peling besar dari desain ini adalah pengkajian secara rinci meskipun jumlah dari responden sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit subyek secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan pasien dengan typoid di RS. Peneliti akan mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus diatas mulai dari menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual. B. Jenis Data dan Pendekatan Sebuah penelitian pasti tidak akan pernah terlepas menggunakan sebuah metode, baik penelitian kualitatif, kuantitatif, ataupun penelitian tindakan kelas. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
61
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009:2). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sendiri adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2009:7). Sedangkan bentuk operasional data penelitian ini ialah melalui pendekatan kualitatif deskriptif yaitu berupa narasi, cerita, pengaturan informan, dokumen-dokumen pribadi seperti foto, catatan pribadi, perilaku, gerak tubuh dan banyak hal yang tidak didominasi angka-angka sebagaimana penelitian kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah suatu brntuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripdikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2008:72). Penelitian deskriptif sendiri digunakan untuk memecahkan atau mencari solusi sebuah masalah ataupu kasus. Penelitian deskriptif tersendiri terdiri dari berbagai macam, dalam hal ini peneliti lebih menekankan pada dua macam jenis penelitian deskriptif, yaitu: 1. Studi Perkembangan Penelitian
deskriptif
tidak
hanya
menggambarkan
sebuah
fenomena permasalahan saja, akan tetapi dalam penelitian deskriptif juga bisa menggali atau meneliti tentang tahapan-tahapan perkembangan. Baik itu perkembangan manusia, hewan ataupun tumbuhan.
62
Penelitian atau studi semacam ini yang dikaji adalah perubahanperubahan atau kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu organisme,
lembaga,
organisasi
ataupun
kepmpok
masyarakat
(Sukmadinata, 2008:77). Hal ini sesuai dengan penelitian yang ingin dilaksanakan oleh peneliti, yaitu meneliti perkembangan kedewasaan seseorang yang berkaitan dengan organisasi. Dalam studi perkembangan terdapat dua macam penelitian perkembangan, yaitu penelitian jangka panjang (longitudinal approach) dan penelitian dalam satu tahapan tertentu atau jangka pendek (cross sectional approach). Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian perkembangan jangka pendek, hal ini dikarenakan objek yang diteliti hanya sebatas perkembangan masa perkuliahan saja, bukan dari sejak lahir. Meskipun hanya meneliti hal tertentu, apabila semua tahapan dilaksanakan secara serempak, maka perkembangan secara keseluruhan dapat diketahui. 2. Studi Kasus Dalam penelitian ini, sebagai peneliti juga menggunakan studi perkembangan kasus (case study). Hal ini dikarenakan dalam meneliti perkembangan pemikiran seseorang pasti di pengaruhi oleh berbagai macam permasalahan yang ada. Dalam Sukmadinata (2008:77) Studi kasus sendiri adalah metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan suatu kasus.
63
Dalam hal
ini
penelitian ini, sebagai
peneliti
mencoba untuk
mengkomparasikan antara studi perkembangan dan juga studi kasus. C. Teknik Pengumpulan Data Demi mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka digunakan teknik dalam pengumpulan data penelitian. Yaitu 1. Observasi Pengumpulan data melalui observasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dalam hal ini peneliti lebih menggunakan dua jenis observasi, yaitu a) Observasi partisipatif Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (sugiyono, 2009:227). Penelitian observasi partisipatif sendiri dibagi menjadi empat bagian, Sugiyono (2009:227) menyatakan 1)
Partisipasi Pasif (passive participation). Dalam hal ini peneliti dating di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut alam kegiatan tersebut.
2)
Partisipasi oderat (moderate participation). Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan kegiatan ikut observasi partisipatif dalam beberaa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
64
3)
Partisipasi Aktif (active participation). Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
4)
Partisipasi Lengkap (complete participation). Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
Dari paparan diatas, peneliti lebih menggunakan teknik penngumpulan data observasi partisipatif aktif (active participation). b) Observasi terus terang dan tersamar Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang keada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juaga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan secara terus terang peneliti tidak akan diijinkan.
65
2. Wawancara Esterberg dalam Sugiyono (2009:231) menyebutkan bahwa wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu. Dalam Sugiyono (2009:233) Esterberg mengemukakan
ada
beberapa macam wawancara, yaitu a) Wawancara terstruktur (structured interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyan-pertanyaan tertulis dan alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. b) Wawancara semiterstruktur (semistructure interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari jenis wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahn lebih terbuka, di mana fihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
66
wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. c) Wawancara tak berstruktur (unstructured interview) Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahn yang akan digunakan. 3. Studi Pustaka Selain wawancara dan observasi, pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi atau studi pustaka. Intinya, dokumentasi atau studi pustaka adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data history atau mengkaji literatur-literatur dan laporan-laporan yang berkaitan dengan judul penelitian. D. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (sugitono, 2009:244).
67
Pengumpulan dan analisis data penelitian kualitatif bersifat interaktif, berlangsung dalam lingkaran yang saling tumpang tindih. Langkahlangkahnya biasa disebut sebagai strategi pengumpulan dan analisis data, teknik yang digunakan fleksibe, tergantung pada strategi yang digunakan dan data yang telah diperoleh. Dalam Sukmadinata (2008:114) dijelaskan teknik dalam analisis data sebagai berikut 1. Perencanaan Perencanaan meliputi
perumusan dan pembatasan masalah serta
merumuskan pertanyaan penelitian yang diarahkan pada kegiatan pengumpulan data. 2. Memulai pengumpulan data Sebelum memulai pengumpulan data, peneliti membina hubungan baik terlebih dahulu dengan objek yang diteliti, setelah itu baru memulai pengumpulan data dengan berbagai metode yang digunakan. 3. Pengumpulan data dasar Penelitian lebih diintensifkan pada wawancara, observasi, pengumpulan informasi yang lebih mendalam serta intensif. Dalam pengumpulan data dasar peneliti harus bena-benar ―melihat, mendengarkan, membaca dan merasakan‖.
Selama penelitian ini berlangsung, analisis data mulai
dilakukan sampai tidak menemukan data informasi penelitian yang baru lagi.
68
4. Pengumpulan data penutup Penelitian berakhir setelah peneliti meninggalkan tempan penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir penelitian tidak dapat di tentukan seperti halnya dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian itu sendiri. 5. Melengkapi Langkah melengkapi merupakan kegiatan penyempurnaan hasil analisis data dan menyususn cara menyajikannya. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan.hasil analisis data kemudian diinterpretasikan dan dikembangakan menjadi proporsi dan prinsipprinsip.
69
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum 1. Wawancara Sesuai dengan paparan diatas, peneliti menggunakan dua teknik wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara semi terstruktur. Interview ini di lakukan terhadap dua sumber objek, yaitu Ketua Racana dan Anggota Racana yang di ambil beberapa sampel. Berikut data hasil wawancara a. Wawancara dengan Ketua Racana (30 Januari 2014) 1) Sebelum
menjadi
seorang
pemimpin,
pasti
anda
sudah
mendapatkan pendidikan di Racana. Bagaimanakah pendapat anda tentang pengalaman yang anda dapatkan terkait pendidikan yang berlangsung di Racana? Jawaban: Ketua Racana Putra (KDR PA) : yang saya dapatkan ketika disini adalah pendidikan di bidang karakter, organisasi dengan baik, pengalaman baru (pendidikan semi militer) Ketua Racana Putri (KDR PI) : menambahkan yang disampaikan oleh partner saya, yaitu pendidikan racana membuka wawasan yang luas, banyak hal positif yang bisa diambil seperti
70
kebersamaan, kekeluargaan, bina diri, karakter, disiplin dan tentunya yaitu tantangan mengenai pramuka. Dari apa yang saudara berdua paparkan, ada sedikit pertanyaan tambahan. Perbedaan dari waktu SMA atau sederajat dengan pendidikan yang sekarang itu seperti apa? KDR PA: kalau sekarang kita dituntut untuk lebih bertanggung jawab, mandiri, serta cara berpikir kita harus diubah agar lebih dewasa. KDR PI: ketika SMA, yang saya dapatkan yaitu pendidikan di penguatan mentalnya, atau senioritas itu sangat terlihat disana. Berbeda dengan disini, senior lebih mengarahkan kita untuk lebih maju. 2) Menurut anda, bagaimanakah proses pendidikan yang tepat bagi Racana? Jawaban: KDR PA: dengan cara memberikan umpan balik terhadap anggota, karena untuk mengajarkan anggota agar bisa lebih kreatif dengan pengarahan dari senior KDR PI: menguatkan, hal itu dikarenakan secara tidak langsung kita dituntut untuk berpikir lebih dewasa lagi.
71
3) Dalam sebuah proses pendidikan atau tranformasi ilmu pasti tidak terlepas dari kendala ataupun permasalahan. Dalam pandangan anda permasalahan yang sering muncul di Racana itu apa? Jawaban: KDR PA PI: tingkat egoisitas masing-masing individu yang beragam, karena masih dalam tahap belajar semua. 4) Apa solusi untuk memecahkan permasalahn tersebut? Jawaban: KDR PA PI: lebih menggunakan pendekatan secara pribadi, pendekatan lebih intern dengan tujuan untuk mengarahkan anggota terhadap apa yang harus dilakukan serta penyelarasan pandangan anggota agar terbentuk satu pemikiran dengan tujuan untuk bersama. 5) Setelah beberapa tahun disini, sampai anda menjadi seorang pemimpin, apa sebenarnya tujuan pendidikan di racana? Jawaban: KDR PA: mempersiapkan kita untuk membangun masyarakat, peningkatan jiwa sosial, peka ketika bermasyarakat KDR PI: lebih berorientasi ke pengabdian, selain itu juga meningkatkan pola pikir kita agar tidak kekanak-kanakan terus.
72
6) Menurut anda, apakah ada hubungannya antara pendidikan kepramukaaan terhadap peningkatan pola pikir anggota ke arah yang lebih dewasa? Kalau memang ada, adakah contoh riilnya? Jawaban: Ada, terbukti ketika dalam sebuah forum rapat dari anggota yang sudah lebih dari 1 tahun mulai berani untuk berargumen, tetapi juga tidak menutup kemungkinan yang masih awal di Racana juga demikian. Apakah hanya sebatas dengan berargumen sudah bisa dikatakan dia ada peningkatan kedewasaan? Jawaban: Bukan begitu juga, ketika berpendapat dia juga belajar untuk saling menghargai pendapat satu sama lain. 7) Pendapat anda sebagai seorang ketua, dalam sebuah organisasi pasti ada sebuah permasalahan, bagimana menghadapi orang yang bertipe kecil hati atau yang tidak bisa menerima kalau pendapatnya tidak digunakan? Jawaban: Dengan posisi sebagai seorang ketua, sebisa mungkin bagaimana kita menempatkan diri di tengah-tengah atau sebagai mediator
73
antara yang berbeda pendapat. Selain itu, dengan memberikan penguatan-pengutan, arahan arahan yang dilakukan secara pribadi terhadap personal yang bertipe seperti itu. 8) Apa perbedaan antara orang atau mahasiswa yang ikut organisasi racana pada khususnya dan juga mahasiswa yang hanya sekedar menjadi mahasiswa yang tidak berkecimpung dalam dunia organisasi dalam perkuliahan sehari-hari? Jawaban: KDR PI: yang saya temui, seorang aktifis itu tidak hanya pintar berorganisasi, akan tetapi kebanyakan nilai yang di miliki jauh lebih baik dari yang bukan aktifis. KDR PA: aktifis lebih enjoy ketika perkuliahan, bukan berarti menyepelekan dosen, tetapi ketika dalam forum diskusi bahasa yang digunakan itu enak dicerna. Lebih respect terhadap teman.
b. Wawancara dengan anggota Racana (01 Pebruari 2014) Dalam interview ini, peneliti mengabil 8 orang sampel, terdiri dari empat orang angkatan 2010, dua orang angkatan 2011, dan 2 orang angkatan 2013. Data sampel sebagai berikut
74
No
Nama
Angkatan
1
Isti Nur Lathifa
2010
2
Nailil Asna
2010
3
Aulia Ulfa Dewi
2010
4
M. Arief Mufthi Habibi
2010
5
Iis Syafaatul Hasanah
2011
6
M. Anshori
2011
7
Indri Iswanto
2013
8
Eko Pujo Nurnanto
2013
Berikut data interviewnya 1) Apa yang membuat anda tertarik untuk mengikuti pramuka di tingkat perguruan tinggi? Dan bagaimana proses masuk menjadi anggota? Jawaban Habibi: pertama kali melihat perkenalan racana saat opak yang membuat saya tertarik masuk racana. Kalau proses masuknya simpel, cukup mengikuti rangkaian pendidikan dan latihan calon pramuka pandega (PLCPP) Isti dan Asna: melanjutkan apa yang sudah dipelajari tentang kepramukaan, melanjutkan dari SMA ke perguruan tinggi
75
Aulia: cukup tertarik tentang pramuka, meskipun waktu MA kurang pendalaman tentang pramuka, tantangan baru untuk saya Iis: mencari tahu perbedaan antara pendidikan pramuka waktu SMK dan pendidikan yang sekarang Anshori:
masuk
STAIN
yang pertama saya
cari adalah
Pramukanya, melanjutkan apa yang sudah saya pelajari sejak SD Indri dan Eko: melanjutkan apa yang sudah dipelajari ketika di SMA, selain itu karena banyak teman juga di sini. 2) Dalam kacamata anda, bagaimana proses pendidikan yang berlangsung di racana? Jawaban Asna: prosesnya cukup bagus, akan tetapi terkadang langsung melonjak keatas Isti: terlalu meloncat-loncat, yang seharusnya di mulai dari bawah perlahan naik, tetapi terkadang langsung mendapat bagian penting Aulia: terkadang masih kurangnya pengarahan dari senior Habibi: asyiknya diracana itu kita di
berikan nilai-nilai
kebersamaan, selain itu tujuan pendidikan pramuka tidak hanya sebatas dapat digunakan dilingkup pramuka saja, akan tetapi dapat dipergunakan dilain hal.
76
Iis: terkadang terlihat terlalu santai dengan calon anggota, kurang tegas mungkin karena sudah bukan penguatan mental lagi, sudah tidak memakai bentak-bentakan lagi. Anshori: awalnya kurang menyentuh, perlu adanya tindak lanjut atau riview terhadap latin yang sudah dijalankan Eko dan Indri: pendidikan yang berlangsung menyenangkan, mudah dipahami 3) Tujuan utama dari pendidikan di Racana menurut anda itu apa? Jawaban Asna dan Aulia: pendidikan karakter, disiplin, tanggung jawab Isti: saling menjaga komitmen, tanggung jawab yang diemban, kebersamaan, kemandirian Habibi: loyalitas terhadap sesama Iis: meskipun kurang jelas bagi saya, sepintas tergambar untuk belajar mengenai pengabdian masyarakat Anshori: sebenarnya untuk melatih lifeskill, tapi bukan hanya itu saja, disini juga di ajarkan bagaimana meningkatkan pola pikir kearah yang lebih dewasa Eko: membuat kita lebih berfikir sebelum bertindak
77
Indri: membuat individu lebih dewasa dalam berpikir 4) Apa yang paling berkesan menurut anda dari semua pendidikan diracana yang sudah berlangsung dan anda terima? Jawaban Isti: ilmu tentang administrasi Aulia: bagaimana cara kita bersosialisasi Asna: tentang pembelajaran kebersamaan Iis: percaya diri di depan umum, meningkatnya pola pikir ke arah dewasa Anshori: belajar mandiri, rasa kebersamaan, belajar bagaimana berpendapat dengan baik Indri dan eko: nilai kebersamaan yang dijunjung tinggi, susah senang selalu bersama
5) Apakah ada hubungannya antara pendidikan kepramukaan tingkat pandega dengan peningkatan pola pikir ke arah yang lebih dewasa? Jawaban Angkatan 2010: ada, hal ini terlihat ketika sedang berlangsungnya musyawarah (rapat)
78
Angkatan 2011: ada, bukan hanya sebatas dalam rapat, tetapi juga saat kegiatan kita dituntut untuk berpikir dengan tenang Angkatan 2013: proses ke arah dewasa berlangsung, kita di arahkan untuk lebih bertanggung jawab dalam segala bidang 6) Selama
anda
di
Racana,
pasti
pernah
menemui
sebuah
permasalahan, baik itu besar atupun hanya kecil. Bagaimana cara yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut? Jawaban Habibi: ketika itu dalam forum, kita ambil kesepakatan yang terbaik untuk semuanya dengan musyawarah mufakat. Ketika diluar forum dengan cara pendekatan secara personal Iis: bagaimanapun yang harus dilakukan adalah bersikap netral ketika sudah tercapai sebuah kesepakatan Anshori: semua melalui jalan musyawarah dengan sebaik-baiknya Indri dan Eko:kembalikan pada prinsip musyawarah. 7) Adakah pengaruhnya bagi anda, setelah proses tranformasi ilmu itu berlangsung terhadap perjalanan perkuliahan anda? Jawaban Aulia: mental saat menghadapi kelas lebih berani dan siap
79
Asna: pembagian waktu lebh terjadwal dengan baik Isti dan Habibi: berani untuk berpendapat saat di dalam kelas Iis: bagaimana berbicara dengan baik saat dikelas, penyelesaian tugas lebih cepat Anshori: bagimana berpendapat yang baik saat di kelas juga di pengaruhi oleh bawaan dari apa yang dipelajari di Racana Eko dan Indri: lebih berani berekspresi dan bertanggung jawab terhadap tugas 8) Apa perbedaan yang paling mendasar atau yang paling terlihat antara mahasiswa aktifis (Racana terutama) dengan mahasiswa yang bukan aktifis? Jawab Aulia: bagi aktifis, cara bersosialisasi itu jauh lebih mudah, berkomunikasi lancar, cara pandangnya jauh lebih maju Isti: mahasiswa non aktifis egoisnya belum bisa terkontrol atau masih tinggi, kurang bisa menghargai pendapat orang lain atau bahkan hanya ada yang diam saja di kelas. Habibi: rasa toleran aktifis lebih besar
80
Iis dan Anshori: sebagian besar dari non aktifis kalau perkuliahan hanya datang, duduk, diam. Ketika berpendapatpun hanya sekedar formalitas untuk mencari nilai bahkan tanpa didasari dengan alasan yang kuat. Eko: cara berbicara lebih tertata orang orang yang dari organisasi 2. Observasi Dalam melakukan pengamatan, peneliti sedikit diuntungkan. Hal ini dikarenakan peneliti tidak hanya melakukan pengamatan selama satu atau dua bulan saja, tetapi selama 4 tahun, lebih intensifnya selama satu tahun terakhir. Peneliti sendiri merupakan anggota dari Racana STAIN Salatiga sejak tahun 2009. Peneliti melakukan pengamatan secara terang-terangan dalam beberapa bulan terakhir, sebelum itu dilakukan secara sembunyi sembunyi. Dari hasil pengamatan dan juga pengalaman yang diperoleh peneliti, hasilnya tidak jauh berbeda dengan penjelasan dari hasil wawancara di atas. Banyaknya nilai pendidikan baik itu yang tersurat ataupun yang sifatnya hanya tersirat di pendidikan pramuka pandega. Tujuan utama adalah pembentukan karakter dari anggota Racana. Dari hasil pengamatan yang dilakukan memang yang paling menonjol untuk maslah perubahan adalah bagaimana pola pikir anggota
81
racana jauh lebih meningkat dibandingkan dengan ketika awal bergabung di Racana. Terbukti ketika dalam rapat kegiatan, kegiatan muncul banyak usulan-usulan yang bervariasi, pengambilan keputusan pun dilakukan dengan cara yang tepat, musyawarah mufakat. Ketika terjadi suatu problem biasanya juga diselesaikan melalui musyawarah, apabila memang dead lock dilakukan dengan pendekatan secara personal oleh para pimpinan Racana. Dari apa yang ditemukan oleh peneliti, peningkatan-peningkatan tersebut lebih banyak berpengaruh dari proses belajar selama di Racana. Salah satunya adalah pengaruh dalam proses perkuliahan yang di jalani oleh masing-masing anggota. Termasuk peneliti sendiri merasakan peningkatan yang cukup signifikan dalam perkuliahan. 3. Studi Pustaka Data penelitian yang dikumpulkan melalui sumber pustaka atau dari buku. Dalam hal ini sumber yang diperoleh dari Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 176 Tahun 2013 tentang Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega. Cuplikan dibawah ini berupa lampiran II dari Surat Keputusan Kwartir Nasional tersebut, yaitu sebagi berikut
82
a. Masalah dalam Pembinaan Pramuka Pandega Dalam
proses
pelaksanaan
pembinaan
pramuka
pandega
dan
mekanismenya terdapat beberapa masalahyang menjadi tantangan Gerakan Pramuka, yaitu 1) Proses menuju kedewasaan (menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, peduli dan taat) 2) Urbanisasi dan pengangguran 3) Situasi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,pertahanan dan keamanan nasional. 4) Penurunan nilai moral kaum muda 5) Perkembangan industrialisasi, teknologi yang tidak terkendali dan juga menurunnya kualitas lingkungan hidup 6) Menurunnya semangan patriolisme dan naionalisme kaum muda 7) Meningkatnya penyalahgunaan narkoba dan minuman keras (miras) di kalangan kaum muda 8) Pergeseran orientasi hidup (pendidikan, pekerjaan, masa depan) 9) Minat kaum muda terhadap Gerakan Pramuka semakin berkurang 10) Belum tersedianya pembina mahir golongan pandega b. Pendekatan dalam Pembinaan Pramuka Pandega Untuk mempermudah mengatasi masalah, dilakukan pendekatan melalui, 1) Kemitraan dan konsultasi
83
2) Pendidikan yang efektif, efisien,berguna dan bermanfaat mengarah kepada peningkatan manajerial dan entrepreneur 3) Peningkatan kreativitas dan kemampuan berinovasi dalam kegiatan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan 4) Pemberian tanggungjawab terhadap pengelolaan dalam peningkatan program kegiatan yang kreatif dan inovatif c. Sasaran pembinaan Pramuka Pandega 1) Meningkatkan ketaatan beribadahdengan selalu mengamalkan ajaran agama dan kepercayaannya 2) Memimpin kegiatan keagaamaan 3) Menjaga kerukunan antar umat beragama 4) Menentukan pilihan hidupnya serta memahami konsekuensinya 5) Mengelola emosi 6) Mengungkapkan dan menghargai perasaan orang lain 7) Membangun kerjasama dalam sebuah kelompok 8) Membuat perbedaan dengan melakukan perbedaan 9) Membangun komunikasi yang baik dengan teman 10) Mandiri, memimpin dan toleransi terhadap orang lain 11) Berinovasi dan berpikir kreatif 12) Menggunakan informasi dan menyikapi dengan cara yang berbeda 13) Menerapkan teknologi tepat guna 14) Meningkatkan kebugaran tubuhnya dengan olahraga 15) Bersikap sportif dan menjaga kebersihan diri dan lingkungannya.
84
B. Analisis Data 1. Fakta Dilapangan Dari hasil penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa data yang tersedia saling berkaitan, baik dari data wawancara (interview), observasi lapangan, maupun data dari pustaka. Tidak hanya dalam satu hal saja banyak terdapat kesamaan. Dalam hal ini, fokus dari penelitian ini adalah membahas tentang peningkatan pola pikir mahasiswa ke arah yang lebih dewasa. Hal itu juga terbukti dari sajian data di atas dalam semua metode penelitian menunjukkan adanya perkembangan pola pikir seseorang ke arah yang lebih maju. Semua berjalan secara seimbang, selaras dan juga saling berhubungan atau saling mendukung satu sama lainnya. Kontroling emosional seseorang benar-benar dapat terlihat dengan jelas disini. Bagaimana proses pendidikan itu secara langsung atau tidak berpengaruh pada diri seseorang yang ada di dalamnya. Bagi sebagian orang mungkin menganggap sebelah mata apa pendidikan itu, akan tetapi setelah mendalaminya akan tahu betapa besarnya pengaruh itu dalam kehidupan sebagai seorang mahasiswa. Dalam teori pembelajaran kognitif dari Bandura, salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seseorang adalah melalui rangsang dari luar dan atau rangsangan dari lingkungan dimana berada. Begitu juga dengan apa yang dialami oleh anggota racana, perkembangan terjadi di
85
berbagai sektor. Baik itu peningkatan pola pikir, kedewasaan, kerjasama sampai perkuliahan. 2. Interpretasi Data Interpretasi data dalah bagaimana peneliti menafsirkan data sementara sebelum di ambil sebuah kesimpulan. Apa yang bisa dan seharusnya ditafsirkan oleh peneliti tidak bisa lepas dari tujuan awal penelitian ini. Penafsiran sementara yang dapat di buat oleh peneliti adalah proses pendidikan pramuka ternyata berpengaruh terhadap peningkatan pola pikir kedewasaan seseorang. Bukan hanya itu saja, konsep pendidikan di Racana STAIN salatiga yang relatif lebih ringan untuk dipahami yang membuat peningkatan kedewasaan tersebut lebih mudah berjalan. Meskipun proses pembentukan tersebut tidak terjadi secara langsung, akan tetapi dari hasil data di atas tergambar bahwa pendidikan kepramukaan juga
berpengaruh
terhadap
perkuliahan setiap harinya.
kemajuan
individu
dalam
mengikuti
86
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah adanya data penelitian, memasuki tahap selanjutnya yaitu untuk menarik kesimpulan. Dari paparan atau penjelasan di atas, terdapat kesimpulan yang bersifat sementara, dari hasil kesimpulan sementara tadi penulis dapat menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut 1. Sistem Pendidikan kepramukaan di STAIN Salatiga Pembinaan pramuka pandega adalah proses pendidikan dan pembinaan kepribadian, watak, budi pekerti, pengetahuan, ketrampilan, ketangkasan, kesehatan dan kesegaran jasmani, dan kepemimpinan bagi pramuka pandega sehingga dapat hidup mandiri. Proses pendidikan kepramukaan di STAIN Salatiga dilakukan dengan cara yang menyenangkan, mudah dipahami, dan juga bervariatif. Meskipun tidak semuanya berjalan dengan lancar, akan tetapi proses unik yang terjadi disini selalu menimbulkan pesan yang tersirat selama proses pendidikan tersebut. Sistem yang dilakukan dalam transformasi ilmu kepramukaan di Racana STAIN Salatiga dilakukan secara bertahap. Meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi peloncatan pendidikan. Yang harusnya dimulai dari nol atau dari tahap paling rendah, bisa saja langsung ke tahap
87
pertengahan ataupun bisa sampai tahap yang lebih atas lagi. Selain itu, cara yang dilkukan juga tidak menyimpang dari aturan yang dibuat, contohnya melalui musyawarah dan atau kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan. Proses pengarahan oleh senior dilakukan dengan cara yang membuat pribadi anggota merasa nyaman berada di Racana STAIN Salatiga.
2. Proses pendidikan dan pematangan kedewasaan individu di Racana Pendidikan di Racana STAIN Salatiga berlangsung secara bertahap, akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan terjadi loncatan, tidak bertahap. Akan tetapi ketika terjadi loncatan akan ada pendampingan dari anggota yang lebih senior. Pembelajaran didalamnya berpengaruh pada proses pematangan pola pikir kearah yang lebih dewasa lagi. Sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh Alfred Bandura, bahwa lingkungan mempengaruhi
individu
dalam
kehidupannya.
Termasuk
masalah
pematangan kedewasaan. Peningkatan kedewasaan di awali melalui sebuah diskusi mempersiapkan kegiatan. Bagaimana seorang anggota belajar dari yang lebih senior di racana, bagaimana belajar untuk menghargai orang lain, menghargai pendapat orang lain. Proses pembelajaran atau proses peningktan taraf kedewasaan individu dari pola pemikiran anak-anak ke pola pemikiran dewasa ketika masuk di racana sudah bisa dirasakan oleh anggota yang baru masuk atau anggota yang baru satu semester di racana.
88
Di usia pandega, anggota diajarkan untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan teknik-teknik yang digunakan. Baik itu pendekatan secara personal, pengambilan keputusan secara mufakat melalui musyawarah, atau pemecahan masalah yang membutuhkan pemikiran ekstra
keras
dan
hati-hati
unruk
memecahkannya.
Dengan
mempertimbangkan aspek-aspek penghargaan terhadap orang lain, dan berusaha sebisa mungkin untuk tetap menjaga hubungan satu sama lain. 3. Manfaat dalam perkuliahan Proses pendidikan kepramukaan yang terjadi di Racana salah satunya adalah untuk menguatkan atau mengontrol emosi dari masingmasing anggota. Ketika emosi tidak terkontrol, dalam perkuliahan tidak akan berjalan dengan sesuai harapan atau ekpektasi awal sebelum masuk kuliah. Selain itu, terdapat perbedaan menonjol antara yang aktif di organisasi dengan mahasiswa yang sekedar 3D (datang, duduk, diam). Ketika dalam berdiskusi mahasiswa yang non aktifis terkesan keras kepala dalam berpendapat, tidak mau mengalah dan juga kurang bisa menghargai pendapat orang lain. Mahasiswa yang aktifis pun (terutama Racana) justru terdapat peningkatan indeks prestasi dari individu, terdapat motivasi yang lebih besar untuk menunjukkan bahwa aktifis tidak melupakan pendidikan formalnya.
89
B. Saran 1. Saran Untuk Racana STAIN Salatiga Tujuan sebuah penelitian pasti untuk memberikan sebuah wawasan baru tehadap sebuah permasalahn yang diteliti. Dalam hal ini, dari hasil yang penelitian, peneliti memberikan sedikit saran terhadap Racana STAIN Salatiga terkait dengan pemberdayaan atau pembinaan terhadap anggota. Yang perlu dilakukan adalah lebih bervariatif lagi dalam mengadakan kegiatan
yang
bertujuan
untuk
menguatkan
nilai-nilai
karakter,
kepribadian anggota. Karena selama ini terkesan hanya monoton dan gregetnya untuk menumbuhkembangkan semangat anggota. 2. Saran Untuk Anggota Racana Sebagai anggota racana sebisa mungkin jangan menjaga koordinasi dengan dewan pengurus racana. Pemahaman terhadap nilai-nilai pendidikan didalamnya jangan di telan secara mentah-mentah, resapi terlebih dahulu apa makna yang terkandung didalamnya. Belajar bagaimana menhargai pendapat orang lain, terutama berusaha terus untuk bersikap pantang menyerah. Mencoba untuk bersabar dalam menjalani hari-hari di racana dengan sebaik-baiknya. Pendidikan bukan sesuatu yang instan, akan tetapi ada proses yang cukup kompleks di dalamnya. Sesuatu yang muncul dalam proses pasti ada nilai yang positif dan juga negatifnya. Sebagai seorang anggota sebisa mungkin meresapinya dengan bijak.
90
3. Saran Untuk Pembaca Kuliah dan berorganisasi bukan berarti akan membuat kuliah kita terbengkalai. Mungkin sebagian mahasiswa hal itu terjadi, tetapi tidak sedikit juga mahasiswa yang merupakan aktifis nilainya jauh lebih bagus dari pada mereka yang hanya sebagai mahasiswa 3D. Berorganisasi adalah untuk persiapan diri kita sebelum terjun langsung ke masyarakat.
C. Penutup Sebagai seorang hamba Allah swt, tentunya dalam penyusunan penelitian ini masih banyak kekurangan di berbagai sudut. Kritik dan saran pastinya akan memeperbaiki tulisan ini. Akan tetapi peneliti juga berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk peneliti dan juga Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Amin, 1990. Pedoman Lengkap Gerakan Pramuka. Semarang. Beringin Jaya. Achmadi, Abu. 1988. Psikologi Sosia. Jakarta. Reneka Cipta. Arkunto, Suharsimi. 1987. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta. Bina Aksara.. Avivah,
Daniyatul.
2013.
Studi
Korelasi
Antara
Keaktifan
Mengikuti
Kepramukaan dengan Kedisiplinan dalam Mentaati Tata Tertib Pondok Pesantern di Pondok Pesantren Bina Insani Susukan. Kab. Semarang Tahun 2013. Skripsi. Stain Salatiga. Azwar, M.Ag, Drs. Saifuddin. 2006. Psikologi Intelegensi. Cet. 5. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Darajat, Zakiyah. Problema Remaja di Indonesia. Jakarta. Bulan Bintang Desnita. 2010. Psikologi Perkembangan. Cet. 6. Bandung. Remaja Rosda Karya. Djamal, Noerhadi. 1985. Ilmu Jiwa Pendidikan. Semarang. Fak.Tarbiyah IAIN Walisongo. Drs. Mappiare, Andi. 1983. Psikologo Orang Dewasa. Surabaya. Usaha Nasional Gerakan Pramuka. 1983. Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar. Jakarta. Kwarnas. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor: 176 Tahun 2013 tentang Pola Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega. M. Soeparman. 1981. Pedoman Kepramukaan. Jakarta. Kwarda. M. Taufik. 2011. Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Kepramukaan dengan Sikap Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2011. Skripsi. Stain Salatiga.
McLeish, John, Ph.D. 1986. Behaviorisme Sebagai Psikologi Perilaku Modern. Bandung. Munas Gerakan Pramuka. 2012. Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Poerwodarminto, W.J.S. 1976. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi. 2013. Buku Panduan Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega Ke XXIII (PLCPP Ke-23). Salatiga. Racana KD-WS Rakhmat, M.Sc, Drs. Jalaludin. 1994. Psikologi Komunikasi. Cet. 9 Bandung, Remaja Rosda Karya. Sudiro, Sumarkoco. 1990. Masalah-Masalah Pokok Kedewasaan Dalam Masyarakat Modern. Jakarta. Pustaka Kartini. Sugiyono, Prof.Dr. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sujanto, Agus. Drs. 1996. Psikologi Perkembangan. Cet.7. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Sukmadinata, Prof. Dr. Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Cet.4. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Surakhmad, Winarno. Prof. Dr. 1980. Psikologi Pemuda. Cet.2. Bandung. Jemmars. Suryabrata, Sumardi. 1990. Psikologi Kepribadian ed.1. cet. 5. Jakarta. Rajawali. Tim Pelatih Kwarda Jateng. 2003. Panduan KMD. surakarta. PT. Pabelan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Nurrochim
Umur
: 23 Tahun
Tanggal lahir
: Kab. Boyolali, 21 Januari 1991
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Alamat
: Margorejo Rt 02 Rw 08, Desa Ngadirojo, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
No. telp
: 085 640 011 872
menerangkan dengan sesungguhnya pendidikan: 1. MI Klero kecamatan Tengaran lulus Tahun 2002 2. SMP Negeri 2 Getasan kabupaten Semarang lulus tahun 2005 3. SMA Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang lulus tahun 2008 4. S1 Tarbiyah PAI STAIN Salatiga
Pertanyaan wawancara dengan ketua Racana 1. Sebelum menjadi seorang pemimpin, anda pasti sudah mendapatkan pendidikan di Racana. Bagaimanakah pendapat anda tentang pengalaman yang anda dapatkan terkait dengan pendidikan yang berlangsung di Racana? 2. Dalam kacamata seorang ketua, bagaimana proses pendidikan yang tepat bagi Racana? 3. Dalam proses transformasi ilmu, pasti ada berbagai macam kendala di dalamnya, apa saja kendala tersebut? 4. Tujuan utama dari pendidikan kepramukaan pandega itu apa? 5. Adakah pengaruh pendidikan kepramukaan terhadap peningkatan kedewasaan dari anggota?
Pertanyaan wawancara dengan anggota Racana 1. Bagaimana proses masuk dan pendidikan di Racana STAIN Salatiga? 2. Tujuan dari pendidikan di Racana itu apa? 3. Apakah ada pengaruhnya antara pendidikan kepramukaan dan juga peningkatan kedewasaan bagi anggota racana? 4. Dalam pemecahan masalah di Racana, bagaimana caranya dan apakah sudah mengunakan cara berfikir yang dewasa? 5. Apakah ada manfaatnya mengikuti pramuka terhadap perkuliahan anda? Dan apa perbedaan dengan mahasiswa non aktifis?
DAFTAR NILAI SKK Nama
: Nurrochim
Progdi
: Tarbiyah / PAI
NIM
: 11109131
PA
: Drs. Abdul Syukur, M.Si
No 1
2 3
4
5
6
7
8
9
JenisKegiatan Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatatiga Pelatihan Emotional Spiritual Intellegence Quotient (ESIQ) STAIN Salatiga User Education UPT Perpustakaan STAIN Salatiga Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandegake-19 (PLCPP XIX) Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Gladi Wira Brigsus (GWB XVI) Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjut (KML) Kwarcab Kota Salatiga Amalan Ramadhan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi ke-12 Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-20 (PLCPP XX) Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Seminar Nasional Pendidikan ―Membudayakan sebuah Pendidikan Berkarakter KeIndonesia-an dalam Pendidikan Formal (Potret Sekolah Alternatif) oleh HMJ Tarbiyah
Waktu Kegiatan 18-20 2009
Agustus
Status
Nilai
Peserta
3
21 Agustus 2009
Peserta
3
25-29 2009
Agustus
Peserta
3
19-21 2009
Oktober
Peserta
3
13-16 Nopember 2009
Peserta
3
25-30 2010
Panitia
3
30 Agustus – 03 September 2010
Reka Kerja
2
8-11 2010
Reka Kerja
3
Peserta
6
Januari
Oktober
6 Nopember 2010
10 11
12
13
14
15
16
17
18 19
20
21
Praktikum Baca Tulis AlQuran STAIN Salatiga Praktikum Etika Profesi Keguruan STAIN Salatiga Workshop Leadership oleh Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi dan Resimen Mahasiswa STAIN Salatiga Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjut (KML) Kwarcab Salatiga Temu Prestasi Penggalang dan Penegak Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi STAIN Salatiga Latihan Gabungan Perguruan Tinggi Se-Jawa oleh Brigsus Nogo Sosro Sabuk Inten – Brigsus Naga Sandhi SK Dewan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Masa Bakti 2011-2012 Lomba Temu Tegak (LTT) VIII se-Eks Karisidinan Surakarta, Universitas Widya Dharma Kalten Temu Tegak Racana Ki/Nyi Ahmad Dahlan Penyuluhan Peraturan Kawasan Kampus Tanpa Rokok oleh STAIN Salatiga Bhakti Sosial Bersih Sungai Sepanjang 1,5 KM, Racana Sultan Agung tingkat se-Jawa Tengah Praktikum Kepramukaan Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
2 Nopember 2010
Peserta
2
25 2010
Nopember
Peserta
3
04 2010
Desember
Panitia
3
Reka Kerja
3
Reka Kerja
3
Satuan Tugas
4
23 Maret 2011
Sekretaris
3
09-10 April 2011
Juri
4
22-24 April 2011
Juri
3
11-12 Mei 2011
Peserta
3
15 Mei 2011
Peserta
4
22-27 Juli 2011
Peserta
3
25-30 2011
Januari
18-20 2011
Pebruari
25-27 2011
Pebruari
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Amalan Ramadhan Racana (ARR) Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi ke-13 Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan ―Revitalisasi Gerakan Mahasiswa di Era Modern untuk Kejayaan Indonesia‖ oleh DEMA STAIN Salatiga Praktikum Metodologi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga
13-17 2011
Agustus
20-22 2011
Agustus
Panitia
2
Tim Kesehatan
3
Peserta
3
Panitia
3
Sekretaris
3
5-7 April 2012
Panitia
4
3-7 Agustus 2012
Panitia
2
12-15 2012
Reka Kerja
3
12-17 November 2012
Peserta
5
01 2012
Peserta
3
23 2011
September
Pendidilan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-21 30 September – (PLCPP XXI) Racana Kusuma 03 Oktober 2011 Dilaga – Woro Srikandhi Piagam Penghargaan Dewan Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi tahun 2011 Latihan Gabungan Perguruan Tinggi Se-Jawa Brigsus Brigsus Naga Sandhi – Nogo Sosro SabukInten Amalan Ramadhan Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi ke-14 Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega ke-22 (PLCPP XXII) Racana Kusuma Dilaga – Woro Srikandhi Ijazah Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) Kwartir Cabang Sukoharjo Surat Keterangan Pertandingan Futsal Persahabatan Racana seKota Semarang dan Sekitarnya.
19 2011
Desember
Oktober
Desember