Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016
ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online)
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN Nanik Sofiani SD Negeri 02 Kebonrowopucang, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah implementasi pembelajaran kooperatif model make a match dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian dilakukan di SD Negeri 02 Kebonrowopucang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan pada semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, observasi, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif dalam bentuk prosentase. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan belajar siswa pada materi operasi hitung bilangan. melalui pendekatan kontesktual. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa make a match yang memiliki pendekatan kegiatan permainan sebagai salah satu bentuk metode pembelajaran kooperatif telah mampu mengaktifkan dan membangkitkan minat belajar anaka pada pelajaran Matematika yang dianggap sukar dan menakutkan. Anak-anak merasa senang dengan permainan ini. Ketrampilan bertanya jawabpun membaik seiring kompetensi yang terkandung dalam permainan itu. ©2016 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Kompetensi Belajar; Kooperatif; Make A Match
PENDAHULUAN Salah satu keberhasilan dalam pencapaian tujuan pendidikan diantaranya tergantung pada kualitas pelaksanaan proses belajar mengajar. Setiap orang yang berkepentingan dengan dunia pendidikan tentu berharap agar setiap siswa dapat mencapai hasil belajar berupa kemampuan atas pengusaan materi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam silabus pada mata pelajaran yang diajarkannya tersebut. Namun, dalam kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan (Nana Sudjana, 1998). Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar, guru dituntut untuk memilih dan menentukan strategi belajar mengajar agar siswa dapat mengembangkan segala kemampuan belajarnya. Proses belajar mengajar dapat bermakna dan berdaya guna apabila guru dapat menciptakan suasana belajar yang merangsang prestasi belajar, mendorong kemampuan untuk memahami materi yang telah disampaikan, meningkatkan hasil-hasil yang dicapai oleh peserta didik, dan memberikan penghargaan yang telah dicapai oleh masing-masing siswa sebagai peserta didik dalam satu kelas belajar tersebut (Roijakers AD,1991).
14 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
Pembelajaran di sekolah dapat menghasilkan kemajuan bagi anak didik dalam dirinya secara dinamis. Kemanjuan itu diantaranya pada aspek kemajuan berfikir nalar yang nalar dan kritik lewat logika. Salah satu pembelajaran yang memberikan ruang besar untuk hal ini adalah Matematika. Namun banyak siswa yang kurang minat dalam belajar Matematika. Padahal Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia. Matematika diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Kondisi ideal seperti tertulis di atas tidak akan tercapai jika dalam pembelajaran Matematika khususnya pada materi operasi hitung bilangan. Operasi hitung bilangan adalah salah satu materi Matematika yang dipelajari di kelas 1 SD. Materi tersebut membahas tentang operasi hitung bilangan penjumlahan dan pengurangan hingga 99 (http://pustakamateri.web.id/materi-matematika-sd-kelas1/). Rendahnya minat siswa yang terjadi di Kelas 1 SD Negeri 02 Kebonrowopucang Kecamatan Karangdadap Kabupaten Pekalongan tampak dalam berbagai aspek pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Siswa seringkali diam ketika disuruh bertanya dan menjawab asal-asalan ketika dimintakan jawaban atau memberikan pendapat tentang hasil pekerjaan temannya. Hal ini mengakibatkan angka capaian prestasi belajar yang rendah. Dari 26 anak, hanya 8 yang dapat mencapai ketuntasan, 18 lainnya masuk kategori perbaikan. Rata-rata hasil belajar pun rendah hanya 58, jauh di bawah KKM yang dirumuskan pada angka 65. Permasalahan diatas muncul dikarenakan pembelajaran Matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah model konvensional (kuno, tradisional), yakni ceramah, tanya jawab yang kurang multi arah, dan media pembelajaran yang dibawakan kurang menarik. Kegiatan belajar mengajar masih dominan dengan menggunakan buku ajar sebagi sumber referensi. Pemanfaatan sumber bahan ajar lain masih minim dilakukan. Jika kondisi seperti ini tidak diperbaiki, hasil pembelajaran Matematika yang ideal sebagaimana tertulis diatas tidak akan tercapai. Jika hal demikian tidak tercapai, maka siswa akan mengalami kesulitan di masa mendatang seiring dengan tuntutan kerja dan pengetahuan lanjutannya yang berkenaan dengan Matematika. Ketidakmampuan seseorang dalam penguasaan Matematika yang kurang bagus akan menyebabkan berkembangnya manusia yang tidak memiliki kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Untuk itu dipandang perlu dilakukannya perubahan desain pembelajaran dari pelajaran yang menjemukkan dan membosankan bagi siswa menjadi pelajaran yang menyenangkan. Diantara pemecahan masalah yang mampu dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah penerapan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa di kelas secara bersama-sama. Untuk itu dipandang perlu untuk menerapkan pembelajaran kooperatif model make a match. Model pembelajaran make a match ini merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan belajara dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual (Suyatno, 2009). Anita Lie (2008) menyatakan bahwa model pembelajaran make a match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah suatu teknik pembelajaran yang mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN Nanik Sofiani
15
Bertolak dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dikaji adalah “Apakah penerapan kooperatif model make a match dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa kelas 1 SD Negeri 02 Kebonrowopucang pada pelajaran Matematika materi operasi hitung bilangan?” METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian Tindakan menurut Arikunto (2009) model bagan penelitian tindakan secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 1 semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 SD Negeri 02 Kebonrowopucang, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi tes untuk mengukur ranah kognitif dan kreativitas hasil belajar siswa, observasi untuk mengukur kemampuan siswa dan dokumentasi untuk mencari data yang berkaitan dengan penerapan pendekatan kontekstual dari masing-masing individu sebelum maupun sesudah dilaksanakan tindakan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah data-data kuantitatif dengan analisis data kuantitatif sedangkan data-data kualitatif menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dengan menggunakan langkah-langkah : melakukan eduksi data (mengelompokkan data menurut kategori tertentu), displey data atau pemaparan data, penarikan kesimpulan atau verifikasi HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru mengaitkan rencana yang akan dibuat dengan masalah yang ditemukan pada saat observasi langsung (kondisi awal). Perencanaan yang dilakukan pada siklus I yaitu: konsultasi dengan teman sejawat tentang prestasi belajar siswa, menyusun rencana perbaikan pembelajaran yang berisi skenario pembelajaran dengan penekanannya pada penerapan metode pembelajaran kooperatif model make a match, menetapkan indikator keberhasilan kinerja siklus I pada peningkatan hasil belajar siswa melalui model make a match, menyusun alat observasi bagi observer atau teman sejawat yang dipakai sebagai rekam data dalam mengamati kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran, merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif, lembar kerja siswa, dan materi pekerjaan rumah (PR), mempersiapkan alat peraga yang akan dipakai pada kegiatan pembelajaran. 2.
Pelaksanaan Tindakan Guru melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif model Make a Match. Langkah inti dari kegiatan Make a Match adalah secara individual, siswa mengurutkan bilangan berpola teratur dari yang terkecil, kemudian dilakukan tanya jawab tentang pekerjaan siswa. Selanjutnya secara individual, siswa mengurutkan bilangan berpola teratur dari yang terbesar. Selanjutnya secara berkelompok, siswa mencari pasangan jawaban untuk soal berpola urutan dari yang terbesar, kemudian dilakukan lagi tanya jawab tentang pekerjaan siswa, selanjutnya dilakukan tes secara klasikal. 3.
Observasi Dalam melakukan observasi, peneliti dibantu teman sejawat sebagai observer yang melakukan pengamatan atas kegiatan pembelajaran di kelas. Sumber data berupa nilai siswa dan data observasi. Cara pengumpulan data melalui tes tertulis dan pengamatan dengan lembar observasi (observasi permainan, observasi latihan dan tugas, observasi tanya jawab, dan observasi pemanfaatan media). 16 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)
Hasil penilaian dari observasi pada siklus I mengalami peningkatan dari hasil penilaian pada kondisi awal, namun peningkatan tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan. Selain hal tersebut, proses pembelajaran juga mengalami peningkatan. Sebagian siswa sudah mulai berani berinteraksi dengan teman kelompoknya dan dari beberapa siswa berani mengemukakan pendapatnya, dengan berbicara di depan kelas walaupun masih malu-malu. Peningkatan tersebut dirasa belum maksimal dan belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, oleh karena itu peneliti dan observer sepakat untuk melanjutkan penelitian pada siklus yang kedua dengan melakukan perbaikan-perbaikan 4.
Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta megevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I yaitu: 1) Siswa belum berani secara inisiatif tunjuk jari untuk menebak; 2) siswa belum terampil bertanya; 3) ketelitian siswa dalam melakukan operasi hitung masih kurang; 4) masih ada siswa yang tidak aktif mengikuti permainan; 5) indikator kinerja (rata-rata pada 70 dan peningkatan minimal 50% siswa mengajukan pertanyaan) belum tercapai; 6) perlu dilakukan perbaikan di siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru mengaitkan rencana yang akan dibuat dengan masalah yang ditemukan pada saat observasi langsung (kondisi awal). Perencanaan yang dilakukan pada siklus II yaitu: konsultasi dengan teman sejawat berdasarkan refleksi siklus I, serta menetapkan indikator keberhasilan kinerja yakni meningkatkan ketelitian siswa dalam melakukan operasi hitung, meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya jawab, dan peningkatan rata-rata prestasi siswa, menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang berisi skenario pembelajaran dengan tujuan perbaikan pada peningkatan ketelitian siswa dalam melakukan operasi hitung, meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya jawab, dan peningkatan hasil tes siswa, menyusun alat observasi bagi teman sejawat untuk dipakai sebagai panduan dalam mengamato kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, merancang alat evaluasi yang berupa tes formatif, lembar kerja siswa, dan materi penugasan, mempersiapkan alat-alat peraga yang akan digunakan. 2.
Pelaksanaan Tindakan Guru kembali melaksanakan pembelajaran secara kooperatif model make a match, dengan inti kegiatan secara klasikal, siswa menerima pendalaman materi kemudian guru membagi kelas dalam dua kelompok. Selanjutnya kegiatan make a match tahap 1 dimulai dengan pola loncatan 3 dan 4. Satu kelompokl mendapatkan kartu soal dan kelompok lain mendapat kartu jawab. Secara berpasangan siswa menemukan soal dan jawab yang sesuai. Guru menuliskan skor ketepatan waktu dan kebenaran jawaban sisiwa di papan tulis. Kegiatan make a match tahap 2 dilakukan seperti tahap satu dengan pola loncatan 5 dan 10. Kembali guru menuliskan skor ketepatan waktu dan kebenaran jawaban siswa di papan tulis. Kegiatan make a match tahap 3 dilakukan seperti tahap 1 dengan pola loncatan 8 dan 10. Kembali guru menuliskan skor ketepatan waktu dan kebenaran jawaban siswa di papan tulis. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi. Beberapa siswa diminta maju mengerjakan soal di papan tulis. Tanya jawab tentang pekerjaan sisiwa. Guru memberikan klarifikasi hasil pengerjaan siswa, selanjutnya siswa mengikuti tes secara klasikal.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN Nanik Sofiani
17
3.
Observasi Dalam mengumpulkan data, peneliti dibantu teman sejawat sebagai observer yang melakukan pengamatan atas kegiatan pembelajaran di kelas. Sumber data berupa nilai siswa dan data observasi. Cara pengumpulan data melalui tes tertulis dan pengamatan dengan lembar observasi (observasi permainan, observasi latihan dan tugas, observasi tanya jawab, dan observasi pemanfaatn media). Hasil pengamatan proses pembelajaran aktifitas belajar siswa baik. Siswa sudah mempunyai pengalaman dalam mengikuti model pembelajaran make a match. Dalam memberikan tanggapan/contoh atas penjelasan guru dan yang mampu menjawab pertanyaan sudah ada peningkatan. Pembentukan kelompok dilakukan dengan memeperhaikan peyebaran kemampuan siswa .Dalam diskusi kelompok mereka saling bekerja sama dan berbagi pendapat dalam setiap persoalan , siswa yang pandai dengan sabar memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pandai sehingga tidak merasa dikucilkan malah menjadi aktif dalam dalam berdiskusi sering bertanya mana yang kurang dimengerti sehingga diskusi berjalan dengan baik. 4.
Refleksi Tahap refleksi yaitu menganalisis hasil tes dan hasil pengamatan, serta megevaluasi kegiatan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan atau kendala pada siklus I, sehingga dapat diperoleh kesimpulan tentang bagian yang perlu diperbaiki dan bagian yang telah mencapai tujuan penelitian. Hasil refleksi siklus II yaitu: 1) siswa yang tadinya pasif sudah berani manjawab pertanyaan; 2) siswa tampak senang menikmati dengan permainan; 3) siswa yang tidak pernah mengajukan pertanyaan sudah ada yang berani mengajukan pertanyaan; 4) penguatan sudah baik; 5) jumlah siswa yang bertanya sudah meningkat baik; 6) indikator kinerja tercapai; 7) masih ada 4 anak yang belum tuntas belajar masuk remedial SIMPULAN Model Match a Match mampu meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran kompetensi operasi hitung bilangan siswa yang berimplikasi pada peningkatan hasil belajar siswa. Aktivitas yang meningkat tersebut ditandai dengan antusiasme siswa dalam pembelajaran yang dikemas dalam model Make a Match, keaktifan yang tinggi pada tanya jawab dan pengamatan yang serius terhadap media belajar yang disajikan guru. Peningkatan aktivitas ini berimplikasi pada peningkatan hasil belajar. Jika pada Pra perbaikan rata-rata hasil belajar siswa hanya pada angka 65, maka pada akhir perbaikan tercapai hasil 10 point kenaikan, yakni pada angka 75 atau 10 point diatas KKM yang ditetapkan skolah. UCAPAN TERIMAKASIH Terimkasih kepada Bapak Kepala Sekolah, Guru, Observasi dan Siswa Kelas 1 SD Negeri 02 Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan. DAFTAR PUSTAKA Anita Lie. 2008. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: Grasindo Nana Sudjana. 1998. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar: cet. ke-4. Bandung: Sinar Baru Algensindo Rooijakers AD, 1991. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT. Grasindo. Cet. III. Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana Pustaka Materi Matematika SD. 2015. Online at: http://pustakamateri.web.id/materi-matematika-sd-kelas-1/ (diakses pada tanggal 10 Mei 2016) 18 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1. No. 3. Juli (2016)