eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 231-246 ISSN 0000-0000 , ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
IMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM KERANGKA PROLIFERATION SECURITY INITIATIVE (PSI) 2009
ISNA HARTATI1 NIM. 06.53985.08260.02
Abstract: The implementation of security defence cooperation between US and South Korea in PSI plan 2009 is the process of implementation that have correlation between US and South Korea as a step for keeping security in cape of Korea, such as the provision of military equipment and military training together from North Korea attacks from ships which are indicated transporting mass destruction weapon and stop trafficking of it in PSI plan agreement 2009. The implementation’s done by re-opening Youngsan base in Seoul also number of bases in South Korea. US an South Korea agree to transfer operational control. Each country increased the troops to 28.500 personils to be placed in the mutual military base in South Korea and military training as well at the offshore, west of Taean city, in south far Yellow Ocean border and the detention from North Korea that announced cancellation peace agreement that has been agreed with South Korea. About nonaggression fact which is called Principle Agreement and Yellow Ocean border agreement won’t guarantee safety of US and South Korea navy that sail near to conflict area at the west Korea Sea because considered North Korea sovereignty violation is no longer bounded to armistice that ended the Korean War at 19501953 (Principle Agreement). Because of the US as the one of party who sign the armistice has ignored their responsibility by involving South Korea in PSI, North Korea fired their short range missile from their eastern sea. They also warned ships to get away from western sea of North Korea and shoot 90 artilleries to South Korea. Key word: Defence Cooperation, Proliferation Security Initiative (PSI) Pendahuluan Proliferation Security Initiative (PSI) merupakan gagasan dari mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush pada tanggal 31 Mei 2003 di Cracow Polandia 1
Mahasiswa Program S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, Email :
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
yang beranggotakan 11 negara (Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Polandia, Portugal, Spanyol, Inggris, Australia dan Jepang) dengan tujuan untuk mencegah meluasnya senjata pemusnah masal atau weapon of mass destruction ini yang dapat menjadi ancaman bagi keamanan dunia. PSI sendiri merupakan upaya secara global untuk menghentikan penyelundupan senjata pemusnah masal atau Weapon of Mass Destruction (WMD), sistem pengirimannya dan material-material yang berhubungan dengan senjata pemusnah masal dari dan ke pelaku negara dan non-negara di seluruh dunia. Senjata pemusnah masal yang dimaksud antara lain meliputi senjata kimia, biologi, nuklir dan lain lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas (Wisnu, Proliferation Security Initiative, 2009). PSI memiliki perbedaan dengan pola-pola kerjasama pertahanan keamanan Amerika Serikat dengan Korea Selatan sebelumnya. Dalam aktifitasnya PSI lebih intensif, seperti penyinggahan, pengamanan, pencarian dan penyitaan terhadap kapal-kapal negara asing yang dicurigai membawa bahan-bahan nuklir untuk senjata. Kerjasama pertahanan keamanan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam kerangka PSI ini dikarenakan adanya ancaman senjata nuklir dari Korea Utara terhadap kestabilan kawasan Semenan jung Korea agar dampaknya tidak mempengaruhi sistem keamanan AS. Sedangkan bagi Korea Selatan masalah Korea Utara ini akan berdampak langsung karena merupakan negara terdekat dari Korea Utara, apalagi mengingat sejarah kedua negara ini memiliki masalah masa lalu yang sampai sekarang belum bisa dilupakan oleh kedua negara. Dengan ditandatanganinya PSI ini oleh Korea Selatan, diharapkan mampu menahan gejolak keamanan di Semenanjung Korea. Kerangka Dasar Konsep a. Konsep Kerjasama Pertahanan Dalam sebuah Kerjasama Pertahanan untuk mewujudkan rasa aman, negaranegara cenderung bekerjasama dalam mewujudkan keamanan bersama (Collective Security) di suatu kawasan untuk menghadapi musuh bersamamen. Menurut Ernst Haas, Collective Security adalah sistem global atau regional dimana semua negara anggota saling menjamin satu sama lain bahwa siapapun yang mengganggu perdamain akan dihadapi bersama. Namun dalam kesepatan itu tidak ada negara yang disebut sebagai lawan bersama. Lawan itu bisa siapa saja. Siapa saja bisa jadi calon agresor (Mohtar Mas’oed, Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisis dan Teorisasi, hal. 161). b. Konsep Proliferasi Nuklir
232
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
Secara bebas Proliferasi Nuklir dapat digunakan untuk menggambarkan penyebaran senjata nuklir, material fisil, senjata-senjata lain yang memanfaatkan teknologi-informasi yang berkaitan dengan nuklir, kepada negara yang bukan termasuk dalam Negara bersenjata Nuklir (Nation Weapons States) dalam perjanjian pada nonproliferasi senjata nuklir, yang dikenal sebagai Perjanjian nonproliferasi nuklir atau Non-Proliferation Treaty (NPT) (Wikipedia, Proliferation Nuclear). Proliferasi nuklir juga bisa dibagi dalam dua pengertian yaitu secara proliferasi horizontal dan proliferasi vertikal. Proliferasi horizontal berarti meluasnya kemampuan membuat dan menguasai senjata nuklir kebanyak negara, sedangkan proliferasi vertikal adalah peningkatan kuantitas dan kualitas nuklir yang dimiliki oleh negara-negara yang telah menguasai senjata nuklir (A.R. Sutopo, Proliferasi Nuklir dan Permasalahannya dalam Analisa, hal. 53). Metode Penelitian Tipe penelian dari penelitian ini adalah tipe deskriptif dengan jenis data sekunder, teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode telaah pustaka (library research), teknik analisis yang digunakan adalah content analysis (Analisis isi). Sedangkan definisi operasionalnya ialah Implementasi kerjasama pertahanan keamanan antara AS dan Korea Selatan dalam kerangka PSI 2009 adalah melakukan penerapan kerjasama keamanan oleh AS dan Korea Selatan dalam rangka memperkokoh kekuatan militer kedua negara untuk menghadapi musuh besama yaitu Korea Utara, hingga terciptanya keamanan bersama (Collective Security) di Kawasan Semenanjung Korea. Kerjasama yang dilakukan baik berupa penyediaan alat-alat militer, alih teknologi militer, penempatan pasukan militer bersama di kawasan Semenanjung Korea maupun pelatihan militer bersama dan PSI 2009 adalah upaya secara global untuk menghentikan penyelundupan senjata pemusnah massal yang ditandatangani Korea Selatan pada 26 Mei 2009 dengan tujuan membebaskan kawasan Semenanjung Korea dari sistem pengiriman dan material-material yang berhungan dengan senjata pemusnah masal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas) baik yang keluar mauapun ke dalam kawasan Semenanjung Korea. Hingga dapat membendung laju pengembangan teknologi nuklir untuk senjata oleh Korea Utara demi terciptanya stabilitas keamanan di Kawasan Semenanjung Korea. Hasil Penelitian Pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara menimbulkan kecemasan pada negara-negara internasional terutama Amerika Serikat dan Korea Selatan. Amerika Serikat segera menempatkan pasukan utama angkatan daratnya diperbatasan Korea Selatan dan Korea Utara dan Korea Selatan Sendiri memastikan pasukannya siap untuk kondisi perang nuklir yang mungkin saja terjadi. Banyaknya kesepakatan-kesepakatan yang mengatur pengembangan teknologi nuklir yang dilanggar Korea Utara menjadikan DK PBB mengeluarkan Resolusi
233
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
No.1718 kepada Korea Utara yaitu: Larangan pengiriman barang-barang mewah ke Korea Utara oleh negara-negara anggota PBB, Negara lain berhak menginspeksi kapal kargo dari dan keluar Korea Utara, Melarang negara-negara anggota PBB melakukan perdagangan yang menyangkut segala sesuatu komponen maupun bahan yang dapat mendukung program pengembangan nuklir Korea Utara, Menyerahkan Korea Utara untuk secepatnya kembali ke forum Six Party Talks untuk menyelesaikan masalah ini secara damai (U.N. Slaps Trade, Travel sanctions on North Korea). Namun hal di atas belum mampu membendung agresifitas serangkaian uji coba senjata nuklir Korea Utara. Untuk itu, Korea Selatan menyetujui bergabung dalam kegiatan PSI (Proliferation Security Initiative) pada 26 Mei 2009 yang diajukan oleh Amerika Serikat. Aktifitas PSI itu sendiri berupa VBSS atau visit (penyinggahan), board (pengamanan), seach (pencarian), seizure (penyitaan) atau secara umum dikenal dengan henrikhan. Dimana suatu kapal yang berlayar di laut apapun (territorial maupun bebas) bila dicurigai maka dapat dilakukan prosedur penghentian dan pemeriksaan dan bila diduga membawa senjata pemusnah masal atau materialnya maka kapal tersebut dapat ditahan. Adapun upaya yang secara khusus mengatur dalam penekanan Amerika Serikat terhadap Korea Utara ada dalam upaya PSI yaitu Illicit Activities (Aktifitas Terlarang), dimana Amerika Serikat bersama sekutunya menekan pemerintah Korea Utara agar mau menandatangani perjanjian Proliferation Nuclear (Proliferasi Senjata Pemusnah Massal). Pada intinya Amerika Serikat dan sekutunya mengangkat isu-isu dan berita yang menyatakan bahwa Pemerintah Korea Utara terlibat dalam perdagangan obat terlarang, penyelundupan baik senjata maupun barang-barang lainnya, money laundrying dll. Dengan demikian mereka mempunyai alasan untuk menekan atau memeriksa kapal-kapal dari dan ke Korea Utara, sehingga dapat menyebabkan terganggunya perekonomian Korea Utara, sehingga pada akhirnya mau melakukan keinginan Amerika Serikat dan sekutunya untuk menghentikan program pembuatan senjata pemusnah massal atau nuklir. Karena sudah disepakatinya PSI oleh Korea Selatan maka Korea Selatan bersama Amerika Serikat melakukan kerjasama dalam mengimplementasikan PSI tersebut di kawasan Semenanjung Korea. Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 ini juga merupakan usaha pelaksanaan untuk menjaga Semenanjung Korea dari kapal-kapal yang diduga mengangkut senjata pemusnah massal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menghancurkan secara meluas) dan menghentikan perdagangan senjata pemusnah massal tersebut sehingga terhentilah penyebaran nuklir di kawasan tersebut (Proliferasi Nuklir).
234
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
Implementasi kerjasama ini dilakukan kedua negara dengan kemampuan yang maksimal dalam mengontrol laju pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara seperti yang dikatakan Charles O. Jones, implementasi adalah "getting the job done" dan "doing it". Implementasi kerjasama merupakan suatu proses kerjasama yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya menuntut adanya syarat yang antara lain: adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan (Charles O Johes, Pengantar Kebijakan Publik, hal. 166). Korea Selatan juga menggunakan Proliferation Security Initiative (PSI) untuk menjaga kedaulatan dari serangan musuh seperti yang dikatakan Coulumbis dan Wolfe bahwa suatu negara akan semakin kuat apabila negara mempunyai kekuatan militer yang banyak dan memberikan teknologi yang maju sehingga kedaulatan suatu bangsa akan terjaga oleh serangan dari musuh. Melalui kerjasama pertahanan kedua negara akan menjadi semakin erat akan kekuatan milliter dan ini kemudian akan menjadikan negara tersebut semakin kokoh. Sehingga dengan PSI ini Korea Selatan dan Amerika Serikat menjadi kokoh dan erat kerjasama pertahanan keamanannya dan dapat menghadapi Korea Utara secara bersamasama. Pada kerjasama ini Amerika dan Korea Selatan memfokuskan perhatian mereka pada pencegahan pengiriman masuk dan keluarnya senjata material-material yang berhubungan dengan senjata pemusnah massal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menghancurkan secara meluas) yang menyebar di kawasan Semenanjung Korea yang dianggap berbahaya oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Selatan dan Amerika Serikat memilih kerjasama keamanan secara kolektif (Collective Security) dalam bentuk PSI (Proliferation Security Initiative) karena adanya keinginan dari kedua negara untuk meningkatkan pertahanan diri secara bersama-sama (Collective Self-Defense) dengan memelihara kekuatan militer bersama oleh kedua Negara dalam menghadapi ancaman-ancaman agresi Korea Utara dan menciptakan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, sehingga terciptalah rasa aman bersama-sama. Hal-hal yang dilakukan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam menciptakan rasa aman tersebut yaitu dengan bersama-sama mengimplementasikan PSI (Proliferation Security Initiative) yang ditandatangani pada 26 Mei 2009 oleh Korea Selatan. Dalam pengimplementasiaannya kedua Negara menyiapkan pengadaan perlengkapan militer dan latihan militer bersama. Namun dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki peran lebih untuk pengadaan alat-alat militer cangih baik berupa pesawat jet, kapal induk dan kapal-kapal penyerang maupun senjatasenjata perang. Amerika Serikat menempatkan pasukannya sebanyak 28.500 orang di Korea Selatan dan menyiapkan lima sistem yang befungsi dalam menangkal serangan rudal untuk menjaga kawasan di Semenanjung Korea. Sistem tersebut antara lain
235
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
sistem pencegahan rudal yang ada di darat dan udara, pantauan radar, sistem perusak Aegis (perlindungan) yang dapat mendeteksi ancaman rudal jarak pendek dan menengah, dan dikerahkannya kapal perusak (Destroyer) (Republika, AS Akan Tembak Rudal Korea Utara, 28 Mei 2009, hal. 11). Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kekuatan militer Korea Utara yang telah diindikasi memiliki ratusan peluru balistik yang masih harus disempurnakan dan mampu menghantam Korea Selatan. Korea Utara juga memiliki 1.19 juta tentara dan juga memproduksi 40 kg plutonium (Republika, Korut Siapkan Rudal Jarak Menengah, 24 Februari 2009, hal. 11). Selain itu, Korea Utara juga memiliki beberapa rudal yang kemampuannya tidak dapat dianggap rendah, bahakan rudalrudal ini memiliki kemampuan jarak tempuh tidak hanya mampu mencapai Korea Selatan namun juga ada yang mampu mencapai Amerika Serikat. Berikut adalah tabel kemampuan rudal yang dimiliki Korea Utara: Tabel 4.1. Kemampuan Rudal Korea Utara Nama Rudal
Hwaso ng-5
Hwaso ng-6
Rodon g
Jarak Jangkauan
Kemampuan Hulu Ledak
(Km)
(Kg)
300
500
1.000
CEF*
Sasaran
Status
8001.000
Dapat berpindah, bahan bakar cair
Korea selatan
Dikemba ngkan dan diekspor
Korea selatan
Dikemba ngkan dan diekspor
(meter)
987-989
Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia
770
Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia
2.000
Dapat berpindah, bahan bakar cair
700
Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia
2.0004.000
Dapat berpindah, bahan bakar cair
Jepang
Dikemba ngkan dan diekspor
Tidak diketahui
Diam, bahan bakar cair
Jepang, Okinawa
Uji Coba
Tidak
Diam, bahan
Amerika
Pengemb
Taeped ong-1
2.200
700-1.000
Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia
Taeped
5.000-
1.000
Konvension
236
Pelontar/ Bahan Bakar
Hulu Ledak
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 ong-2
6.000
al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia
diketahui
bakar cair
Serikat
angan, uji coba bentuk dasar
* CEF atau Curicular Error Probable, adalah tingkat ketidakakuratan antara target yang dituju oleh rudal dengan tempat mendaratnya rudal Sumber: CNS Report 2006 Untuk mengimbangi kekuatan Korea Utara tersebut, Amerika Serikat juga menyiapkan kapal induk bertenaga nuklir yang dimiliki oleh Armada ke Tujuh Amerika Serikat yang masih berada di Yokosuka, Jepang. Selain itu, Amerika Serikat juga menyiapkan pesawat yang terdiri dari F/A-18E/F Super hornet, F/A18A/C Hornet, pesawat pengintai udara E-2C Hawkeye serta pesawat anti-kapal selam P3-C (Yahoo News, Korsel-AS Lakukan Latihan di Laut Kuning, 29 November 2010). Sehari pasca Korea Selatan menandatangani Proliferation Security Initiative (PSI) pada tanggal 27 Mei 2009, Korea Selatan mulai melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal di perairan Semenanjung Korea. Hal ini membuat Korea Utara merasa terganggu dan menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapalkapal menjauh dari perairan barat Korea Utara (Viva News, Korut Ancam Serang Korsel, 03 Juni 2009). Korea Selatan memiliki tentara aktif sebanyak 687.000 orang dan tentara cadangan sebanyak 4.500.000 orang. Untuk perlengkapan militer, Korea selatan menyiapkan 2.330 tank, senjata lain sejumlah 4.520 buah, artileri sebanyak 10.774 buah, helikopter 159 buah, kapal selam 12 buah, Frigat 9 buah, kapal Amphibi 48 buah, jet tempur 468 buah, pesawat transportasi sejumlah 33 buah (Indraismaya blogspot, Kekuatan Militer Korea Utara dan Korea Selatan). Alat dan perlengkapan militer diatas merupakan milik Korea Selatan sebelum adanya latiha militer bersama Amerika Serikat pada tanggal 28 Novemnber 2010. Alat dan perlengkapan militer tersebut telah disiapkan untuk menghadapi kemingkinan perang dengan Korea Utara yang dapat terjadi secara tak terduga. Latihan pertahanan sipil secara besar-besaran juga dilakukan Korea Selatan yang melibatkan semua warganya pada 15 November 2010, untuk mengantisipasi kemungkinan adanya serangan Korea Utara. Latihan skala nasional ini dilakukan terkait serangkaian provokasi Korea Utara baru-baru ini termasuk serangan artileri ke Pulau Yeonpyeong dekat perbatasan Laut Barat pada bulan lalu, yang menghilang empat jiwa dua serdadu militer dan dua warga sipil (rki.kbs.co.kr, Pesiapan adalah Pertahanan Terbaik). Persiapan secara menyeluruh merupakan kebijakan terbaik dalam segala hal. Penyerangan yang terjadi di pulau perbatasan telah membuktikan bahwa Korea Utara dapat menyerang siapa saja bahkan warga sipil. Dalam hal ini, warga harus mempersiapkan diri sesuai dengan instruksi pertahanan militer untuk segera merespon terhadap provokasi Korea Utara.
237
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
Tujuan awal dari latihan ini adalah untuk mempersiapkan diri dari ancaman Korea Utara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, penekanan dari latihan ini telah bergeser kepada persiapan terhadap bencana. Kebutuhan mendesak untuk mengembalikan tujuan semula muncul ditengah-tengah penyerangan Korea Utara. Lima-belas menit latihan pertahanan sipil dimulai dengan pesawat jet tempur Korea Selatan yang terbang melintasi negeri ini untuk mensimulasikan serangan udara. Setelah adanya peringatan udara sebagai latihan, lalu lintas jalan langsung terkendali secara nasional. Warga diminta melakukan evakuasi ke tempat-tempat yang aman, dan para pejalan kaki yang berada di jalan-jalan diminta untuk bergerak ke tempat perlindungan terdekat di bawah tanah. Para pengendara diminta untuk menepi dan bergerak ke daerah aman di bawah tanah. Mereka yang berada di gedung-gedung tinggi diminta untuk menggunakan tangga dibanding menggunakan lift untuk segera mencari tempat perlindungan. Latihan ini difokuskan pada upaya evakuasi, akan tetapi juga ada latihan-latihan yang lain, termasuk latihan terhadap serangan kimia, biologi dan radiologi dari Korea Utara, yang juga dilakukan dengan beberapa fasilitas. Akhir-akhir ini dunia sedang menghadapi berbagai ancaman dan resiko. Terorisme dan bencana alam terjadi dimana-mana tanpa peringatan terlebih dahulu. Khususnya, Korea Selatan telah menghadapi berbagai ancaman dari Korea Utara, rezim yang paling tidak terduga di dunia. Dengan adanya latar belakang ini, Korea Selatan telah mencapai kemajuan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade terakhir, semua berkat usaha bersama dari pemerintah, rakyat dan militernya untuk menyiapkan diri terhadap semua ancaman dari Korea Utara. Tindakan provokasi yang sering dilakukan Korea Utara dirancang dengan matang untuk memfasilitasi suksesi kekuasaan. Akan tetapi, pertahanan Korea Selatan yang telah melemah setelah beberapa tahun dalam keadaan damai juga dapat memberikan alasan serangan militer Korea Utara. Untuk alasan itu, latihan pertahanan sipil terbesar yang pernah diadakan dipraktekkan kembali untuk memperingatkan warga akan resiko ancaman dari Korea Utara, dan sekaligus untuk mencegah terjadinya provokasi tambahan dari negara komunis tersebut. Provokasi bersenjata akan menjadi tidak efektif jika Korea Selatan terus waspada. Persiapan menyeluruh akan menjaga keamanan di dalam negara. Selain menyiapkan masyarakatnya untuk sianga sebagai konsekuensi bergabunganya dalam Proliferation Security Initiative (PSI), Korea Selatan juga meningkatkan persenjataan militernya di Laut Kuning dan memperbaiki kebijakan militer mengenai penggunaan kekuatan menghadapi Korea Utara. Presiden Korea Selatan menginstruksikan untuk melengkapi tentara di lima kepulauan di Laut Kuning dengan senjata tercanggih dunia, pemerintahan mengalokasikan anggaran tambahan untuk memperkuat kapabilitas tempur di kepulauan Laut Kuning. Pihak militer juga akan melakukan perubahan peraturan
238
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
seluruh lembaga itu dalam upaya menghadapi serangan-serangan militer Korea Utara (indoentrepreneur.com, Korsel Tingkatkan Kekuatan Tempur di Kepulauan Barat). Kebijakan yang diambil Pemerintah Korea Selatan ini cenderung aktif daripada kebijakan sebelumnya yang difokuskan pada pencegahan eskalasi konflik saja. Kebijakan baru ini berguna mengubah paradigman untuk merespon provokasi Korea Utara, sehinnga dapat melakukan respon tegas terhadap setiap serangan yang dilakukan Korea Utara. Korea Selatan juga memutuskan untuk melakukan secara penuh langkah-langkah hukuman ekonomi terhadap Korea Utara. Pemerintah Korea Utara akan meninjau kembali apakah akan memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok bantuan sipil Korea Utara dengan pertimbangan berbagai situasi, termasuk yang menyangkut isu-isu umum dan hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara (Ibid). Hal-hal yang dilakukan Korea Selatan dalam mewujudkan Proliferation Security Initiative (PSI) ini membuktikan bahwa Korea Selatan benar-benar ingin aktif menekan Korea Utara, sehubungan dengan kebijakan-kebijkan politik Korea Utara yang sulit diperkirakan terutama pada pengembangan dan uji coba senjata nuklirnya. Disadari maupun tidak, tindakan Korea Selatan ini telah membuka peluang untuk sebuah awal peperangan tidak hanya antara Korea Selatan dan Korea Utara tetapi juga dapat memicu peperangan di kawasan Asia Timur jika kedua negara melibatkan masing-masing sekutunya dalam penyelesaian konflik ini. Setelah membuka kembali pangkalan Yongsan di Seoul - serta sejumlah pangkalan Amerika Serikat. Amerika Serikat dan Korea Selatan merelokasi pasukannya ke selatan sungai Han. Di samping itu, AS dan Korea Selatan menambah jumlah pasukan menjadi 28.500 personil, dengan tidak ada rencana pengurangan pasukan lebih lanjut. Amerika Serikat dan Korea Selatan juga menyepakati untuk mentransfer kendali operasional (Korut Ancam Korsel, loc cid). Semua ini dilakukan untuk mengamankan wilayah tersebut. Wilayah tersebut perlu diamankan karena seringnya kapal-kapal dari maupun ke Korea Utara yang melintasi wilayah Selatan Sungai Han. Pasukan-pasukan disana melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal yang melintas disana dan bila mencurigakan maka mereka dapat melakukan pemeriksaan, pengamanan bahkan sampai pada penahanan pada kapal tersebut bila terbukti membawa bahan senjata kimia, biologi, nuklir dan lain lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas. Pada 28 November 2010, Amerika Serikat dan Korea Selatan juga melakukan latihan militer bersama di lepas pantai barat kota Taean, yang jauh di selatan perbatasan Laut Kuning. Wilayah ini merupakan tempat dimana Korea Utara melakukan serangan terhadap kapal perang Korea Selatan yang bernama Cheonan
239
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
pada 23 November 2010. Serangan itu dilakukan dengan menggunakan terpedo sehingga menewaskan 46 pelaut Korea Selatan (Yahoo News, AS, Korsel Memulai Pelatihan Militer Bersama, 2010). Pelatihan ini, sebagai antisipasi terhadap agresifitas serangan militer Korea Utara, pelatihan ini juga terjadi sepekan setelah Korea Utara menyerang sebuah pulau Korea Selatan di dekat perbatasan maritim yang diperselisihkan dan menewaskan empat orang, dua diantaranya marinir Korea Selatan. Hingga saat ini kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington telah bergabung dengan pelatihan empat hari ini. Amerika Serikat juga membawa 75 pesawat perang dan memiliki awak lebih dari 6.000 orang, akan disertai oleh sedikitnya empat kapal perang lain. Sedangkan dari pihak Korea Selatan meminta para menteri dan pembantunya untuk bersiap menghadapi serangan Korea Utara pada saat pelatihan tersebut bersama-sama dengan Amerika Serikat dalam pasukan gabungan Korea-AS. Dari kegiatan-kegiatan militer yang dilakukan secara bersama-sama ini dapat kita lihat bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan menyambut tantanagan Korea Utara. Dimana Korea Utara telah mengumumkan siap untuk kemungkinan terburuk yaitu perang di Semenanjung Korea. Pemerintah Amerika Serikat akan terus melakukan latiha militer bersama dengan Korea Selatan sebagai wujud dari komitmen terhadap Proliferation Security Initiative (PSI) dan respon terhadap serangan-serangan yang dilakukan Korea Utara. Untuk menjaga keamanan Korea Selatan maka Amerika Serikat juga berencana melibatkan Jepang untuk bergabung dalam latihan militer bersama itu (Voa News, Kepala Staf Gabungan AS Janjikan Latihan Bersama Lagi Dengan Korea Selatan). Jika Jepang benar-benar akan bergabung dengan latihan militer bersama ini, maka kemungkinan besar China akan membantu Korea Utara untuk menghadapi Amerika Serikat dan Sekutunya di Asia Timur. Masalah ini tidak lagi hanya mencakup kerisis keamanan antara Korea Utara dan Korea Selatan, akan tetapi sudah mencakup kerisis keamanan negara-negara di Asia Timur. Kerisis keamanan ini akan semakin parah dan dapat menyebabkan perang semakin meluas tidak hanya di kawasan Semenanjung Korea akan tetapi juga di kawasan Asia Timur. Hal semacam ini hendaklah dihindari untuk mencegah kerusakan yang lebih luas lagi akibat peperangan. Hambatan yang paling besar datang dari sikap penentangan Korea Utara. Bergabungnya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI) pada 26 Mei 2009 membuat Korea Utara menyatakan sikap tegasnya dan menyayangkan hal ini sampai terjadi. Padahal, sebelumnya Korea Utara telah memperingatkan Korea Utara untuk tidak bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) jika masih ingin menjalin hubungan baik dengan Korea Utara. Korea Utara juga mengumumkan pembatalan perjanjian perdamaian dengan Korea Selatan yang telah disepakati tentang fakta nonagresi yang disebut ”Perjanjian Dasar” (Viva News, Korea Utara dan Korea Selatan Memanas, 2009).
240
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
Semua perjanjian politik dan militer lainnya juga akan dibatalkan termasuk perjanjian perbatasan di Laut Kuning. Hal ini meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan akan menimbulkan konflik bersenjata. Hal ini membuat Korea Utara menyatakan siap untuk melakukan perang dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan (Solopos, Korut Ancam Korsel dan AS, 2009). Keputusan Korea Selatan menyepakati Proliferation Security Initiative (PSI) sama dengan deklarasi perang untuk Kore Utara. Korea Utara juga tidak akan menjamin keselamatan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korea Selatan yang berlayar di wilayah konflik dekat perbatasan laut Korea bagian Barat. Tindakan pemeriksaan terhadap kapal-kapal Korea Utara oleh Korea Selatan pasca masuknya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI) termasuk pemeriksaan dan penangkapan terhadap kapal-kapal tersebut, akan dianggap sebagai langkah yang melanggar kedaulatan Korea Utara. Dan akan segera meresponsnya dengan serangan militer. Korea Utara menegaskan pula bahwa tidak lagi terikat dengan genjatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1950-1953 (Perjanjian Dasar). Sebab, Amerika Serikat yang menjadi salah satu pihak penanda tangan genjatan senjata tersebut telah mengabaikan tanggung jawabnya dengan melibatkan Korea Selatan dalam Proloferation Security Initiative (PSI) (Republika, KORUT ancam Serang Korsel, 2009). Pembatalan seluruh perjanjian damai antara Korea Utara dan Korea Selatan yang diumumkan Korea Utara menjadikan menegangnya kembali hubungan kedua negara dan bisa saja perang antara kedua negara tidak dapat terhindarkan lagi. Bila ini terjadi maka sia-sialah usaha reunifikasi yang dibangun kedua negara agar terjalin hubungan yang baik diantara mereka. Hal ini terbukti pada tanggal 27 Mei 2009 sehari setelah bergabungnya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI), Korea Utara menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapal-kapal menjauh dari perairan barat Korea Utara (Korut Ancam Serang Korsel, loc cit). Korea Utara juga melakukan penembakan ke wilayah Korea Selatan pada hari Selasa, 23 November 2010 dengan 90 serangan artileri yang mendarat di pulau Korea Selatan itu, hal ini diakibatkan karena Korea Utara mencurigai akan diadakannya latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan di Semenanjung Korea yang menewaskan empat orang warga Korea Selatan termasuk dua diantaranya marinir (Yahoo News, Ini Bukan Sekedar Perang antarKorea, 2010). Korea Utara menyalahkan Amerika Serikat sebagai penyebab serangan negara Komunis itu terhadap sebuah pulau di Korea Selatan yaitu pulau Yeonpyeong yang berpenghuni 1.400 penduduk sipil dan 300 tentara, polisi dan pejabat pemerintah, Korea Utara menuding Amerika Serikat membawa konfrontasi antara
241
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
kedua Korea untuk menggunakannya sebagai dalih meningkatkan kekuatan militer di kawasan itu ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan rencana latihan gabungan tersebut. Korea utara kembali menembakkan altileri di sebelah utara perbatasan laut antara dua Korea pada hari Minggu, 28 November 2010. Penembakan ini bertepatan dengan dimulainya latihan gabungan pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Minggu pagi itu, alarm peringatan bahaya dibunyikan, penduduk Pulau Yeonpeang diperingatkan untuk berlindung (Yahoo News, Suara Altileri Menggelegar, Korut Menyerang, 210). Dari serangkaian serangan yang dilakukan Korea Utara, dapat kita lihat bahwa ini semua merupakan tindakan nyata dari ancaman Korea Utara kepada Korea Selatan ketika melarang Korea Selatan untuk bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI). Korea Utara membatalkan seluruh penjanjian damai termasuk perjanjian dasar yang merupakan perjanjian genjatan senjata diantara kedua negara yang disepakati. Hal ini merupakan dampak nyata dari Proliferasi Nuklir. Dimana Korea Utara mengakui telah mengembangkan penelitian program nuklirnya untuk senjata maka dengan demikian Korea Utara mendapatkan Nuklir dengan cara vertikal, dimana Korea Utara merupakan negara pemilik nuklir saat ini dan mengembangkan baik kualitas maupun kuantitas nuklirnya. Dengan pengembangan program senjata nuklir Korea Utara maka Korea Selatan merasa terancam hingga terjadilah persaingan kekuatan muliter diantara keduanya untuk mempertahankan kedaulatan masing-masing. Untuk memepertahankan ekistensinya dari serangan Korea Utara dan menjaga stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, maka Korea Selatan bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) pada 26 Mei 2009 . hal ini membuat Korea Utara sangat kecewa, selain membatalkan perjanjian dasar dengan Korea Selatan, Korea Utara juga menyatakan keluar dari Non-Proliferation Treaty (NPT). Keamanan di semenanjung Korea makin mencekam setelah Korea Utara menyerang pulau Pyengpyeong dengan altileri yang menewaskan empat penduduknya dan dua diantaranya merupakan pasuka militer Korea Selatan, pulau di garis terdepan perbatasan kedua negara itu yang berada di laut Kuning, menjadi tempat pertikaian kedua negara tersebut sejak Perang Korea (Format News, Keamanan Semenanjung Korea Makin Mencekam). Keadaan ini semakin parah karena Korea Selatan merespon dengan meningkatkan persenjataan dan kekuatan militernya di Laut Kuning untuk menghadapi kemungkinan serangan baru Korea Utara. Korea Selatan tidak akan melepaskan status krisis di Semenanjung Korea karena serangan Korea Utara dapat terulang lagi.
242
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
Keadaan di Semenanjung Korea makin tidak terkendali, Korea Utara mengeluarkan ancaman melakukan gelombang serangan baru terhadap Korea Selatan dan menuduh Amerika Serikat sebagai penyebab bentrok artileri kedua negara tersebut. Amerika Serikat tidak bisa menghindari tanggung jawab atas bentrok artileri itu. Yang paling ditakutkan adalah perang lebih dahsyat, karena Korea Utara memiliki senjata nuklir dan Korea Selatan dipastikan dibantu sekutunya -terutama Amerika Serikat dan Jepang untuk melawan Korea Utara. Ketegangan di Semenanjung Korea sebenarnya telah berlangsung lama, namun makin meningkat setelah Korea Selatan bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) dan menuduh Korea Utara menyerang sebuah kapal perangnya yang bernama Cheonan dengan terpedo di perairan perbatasan, yang menewaskan 46 orang pelaut Korea Selatan (ibid). Serangan-serangan senjata maupun serangan-serangan secara diplomatis yang dilakukan kedua negara melalui media membuat keadaan semenanjung korea makin tidak stabil. Ketidak stabilan ini bila terjadi terlalu lama akan mengakibatkan pecahnya perang diantara kedua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Perang akan semakin meluas bila kedua negara melibatkan masing-masing sekutunya (Korea Selatan-Amerika Serikat-Jepang dan Korea Utara-China). Hal ini memeberikan sebuah pelajaran pada negara-negara di dunia, bahwa segala pengambilan kebijakan yang menyangkut kedaulatan bangsa lain hendaklah dipertimbangkan dari segala aspeknya. Sehingga konflik yang berpotensi menyebabkan peperangan diantara negara-negara dapat diminimalisir. Jika saja Korea Utara ingin bernegosiasi secara damai dengan Korea Selatan dalam permasalahan batas-batas kedaulatan kedua negara dan Korea Utara menuruti perjanjian genjatan senjata, serta tidak melakukan uji coba senjata nuklirnya yang membahayakan negara-negara tetangganya maka konflik ini setidaknya dapat diredam untuk sementara. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Implementasi Proliferation Security Initiative (PSI) 2009: - Amerika Serikat menempatkan pasukannya sebanyak 28.500 orang di Korea Selatan. - menyiapkan lima sistem yang befungsi dalam menangkal serangan rudal (sistem pencegahan rudal yang ada di darat dan udara, pantauan radar, sistem perusak Aegis yang dapat mendeteksi ancaman rudal jarak pendek dan menengah, dan dikerahkannya kapal perusak) untuk menjaga kawasan di Semenanjung Korea. - menyiapkan kapal induk bertenaga nuklir yang dimiliki oleh Armada ke Tujuh Amerika Serikat yang masih berada di Yokosuka, Jepang
243
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
- menyiapkan pesawat yang terdiri dari F/A-18E/F Super hornet, F/A-18A/C Hornet, pesawat pengintai udara E-2C Hawkeye serta pesawat anti-kapal selam P3-C. - Korea Selatan melakukan pemantaun terhadap papal-kapal di perairan Semenanjung Korea. - Mempersiapkan kekuatan militer penuh yaitu tentara aktif sebanyak 687.000 orang dan tentara cadangan sebanyak 4500.000 orang. Untuk perlengkapan militer, 2.330 tank, senjata lain sejumlah 4.520 buah, artileri sebanyak 10.774 buah, helikopter 159 buah, kapal selam 12 buah, Frigat 9 buah, kapal Amphibi 48 buah, jet tempur 468 buah, pesawat transportasi sejumlah 33 buah. - Latihan pertahanan sipil secara besar-besaran yang melibatkan semua warga Korea Selatan. - Meningkatkan persenjataan militernya di Laut Kuning dan memperbaiki kebijakan militer mengenai penggunaan kekuatan menghadapi Korea Utara. - melakukan secara penuh langkah-langkah hukuman ekonomi terhadap Korea Utara. - membuka kembali pangkalan Yongsan di Seoul serta sejumlah pangkalan Amerika Serikat di Korea Selatan. - Amerika Serikat dan Korea Selatan menyepakati untuk mentransfer kendali operasional. - Masing-masing negara menambah jumlah pasukan menjadi 28.500 orang personil untuk ditempatkan di pangkalan militer bersama di daerah Korea Selatan. - Latihan militer bersama di lepas pantai barat kota Taean, yang jauh di selatan perbatasan Laut Kuning. 2. Hambatan yang Dialami oleh AS dan Korea Selatan dalam Implementasi Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 di Semenanjung Korea: - Korea Utara mengumumkan pembatalan perjanjian perdamaian dengan Korea Selatan yang telah disepakati tentang fakta nonagresi yang disebut ”Perjanjian Dasar” dan perjanjian perbatasan di Laut Kuning. - Korea Utara tidak akan menjamin keselamatan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korea Selatan yang berlayar di wilayah konflik dekat perbatasan laut Korea bagian Barat karena dianggap melanggar kedaulatan Korea Utara. - Korea Utara menegaskan bahwa tidak lagi terikat dengan genjatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada 1950-1953 (Perjanjian Dasar). Sebab, Amerika Serikat yang menjadi salah satu pihak penanda tangan genjatan senjata tersebut telah mengabaikan tanggung jawabnya dengan melibatkan Korea Selatan dalam Proloferation Security Initiative (PSI). - Korea Utara menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapal-kapal menjauh dari perairan barat Korea Utara dan meluncurkan 90 serangan artileri yang mendarat di wilayah Korea Selatan.
244
Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009
b. Saran 1. Pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan hendaknya senantiasa mengaktifkan proses-proses dialog dalam membahas hal-hal yang menyangkut kedaulatan kedua negara. 2. Pembentukan suatu lembaga netral dibawah PBB yang berwenang dalam menyusun prosedur standar termasuk mengumpulkan informasi yang akurat, mengolah dan menginstruksikan tindakan yang dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam henrikhan (pemantauan, pemeriksaan, pengamanan dan penyitaan kapal) yang dapat memberikan kerugian bagi pihak yang diperiksa. 3. Amerika Serikat hendaknya memberikan contoh yang baik terhadap pelaksanaan dari Proliferation Security Initiative (PSI) ini. Hal ini disebabkan beberapa negara telah lebih dulu skeptis dan apatis dengan sikap Amerika Serikat yang selalu menerapkan standar ganda karena adanya niat tertentu. Sehingga alangkah bijak apabila Amerika Serikat dan aliansinya lebih mau meniadakan standar ganda tersebut dan melakukan transparansi tentang niat yang dimiliki dalam melakukan suatu aksi penindakan. Referensi Abdul Wahab, Salichin, “Pengantar Analisis Kebijakan Publik”, UMM Press, Malang, 1997. Johes, O Charles, “Pengantar Kebijakan Publik”, Rajawali, Jakarta, 1991. Mas’oed, Mohtar. ”Studi Hubungan Internasional,Tingkat Analisis dan Teorisasi”, Pusat Antar Universitas-Studi Sosial UGM, Yogyakarta, 1990. Mas’oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodelogi, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, 1990. Ap/Reuters/fer “Korut Siap Luncurkan Rudal Jarak jauh”, “Republika”, 4 Februari 2009. Ap/Reuters/Lan “AS Akan Tembak Rudal Korea Utara”,Republika”,28 Februari 2009. Ap/Reuters/fer ”Korut Siapkan Rudal Jarak Menengah”,Republika”,24 Februari 2009. Ap/Reuters/fer ”Korut Siap Luncurkan Rudal Jarak Jauh”, Republika”, 4 Februari 2009. AS, Korsel Memulai Pelatihan Militer Bersama, tersedia di http://id.news.yahoo.com/antr/20101128/twl-as-korsel-memulai-pelatihan-militerbbfa48e.html, diakses pada 29 November 2010. Ini Bukan Sekedar Perang antar-Korea, tersedia di http://id.news.yahoo.com/kmps/20101128/twl-ini-bukan-sekadar-perang-antarkorea-70701a2.html, diakses pada 29 November 2010.
245
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: 231-246
Keamanan Semenanjung Korea Makin Mencekam, tersedia di http://www.formatnews.com/?act=view&newsid=1325&cat=32, diakses pada 02 Januari 2011. Kepala Staf Gabungan AS Janjikan Latihan Bersama Lagi Dengan Korea Selatan, tersedia di http://www.voanews.com/indonesian/news/Kepala-Staf-Gabungan-ASJanjikan-Latihan-Bersama-Lagi-dengan-Korea-Selatan.html, diakses pada 02 Januari 2011. Krisis di Semenanjung Korea, tersedia di http://www.pikiran – rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=65696, diakses tgl 10 Mei 2009. Korea Utara dan Korea Selatan Memanas, tersedia di http://dunia.vivanews.com/news/read/ 61361, diakses 09 Oktober 2009. Korut Ancam AS dan Korsel, tersedia di http://solopos.com/2009/internasional/korut-ancam-as-dan-korsel-388, diakses tgl 17 Juli 2009. Korsel-AS Besiap Lakukan Latihan di Laut Kuning, tesedia di http://id.news.yahoo.com/antr/20101127/twl-korsel-as-bersiap-lakukan-latihan-dibbfa48e.html, diakses pada 29 November 2010. Korsel Tingkatkan Kekuatan Tempur di Kepulauan Barat, tersedia di http://www.indoentrepreneur.com/index.php?option=com_content&view=article &id=616:korsel-tingkatkan-kekuatan-tempur-di-kepulauanbarat&catid=5:newsflash&Itemid=2, diakses pada 02 Januari 2011. Pesiapan adalah Pertahanan Terbaik, tersedia di http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_issue_detail.htm?No=20487, diakses pada 02 Januari 2011. Proliferation Security initiative tersedia di http://wisnu9877.wordpress.com/2009/07/27/proliferation-security-initiative/ diakses 18 April 2010. Suara Altileri Menggelegar, Korut Menyerang, tersedia di http://id.news.yahoo.com/viva/20101128/twl-suara-artileri-menggelegar-korutmen-cfafc46.html, diakses pada 29 November 2010.
246